Badan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Badan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia"

Transkripsi

1 REPUBLIK INDONESIA SKTIR 2015 PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN LAPANGAN Badan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia

2

3 KATA PENGANTAR Rumah tangga merupakan salah satu pelaku ekonomi penting di dalam suatu perekonomian. Di samping sebagai penyedia faktor produksi bagi unit kegiatan usaha, rumah tangga juga merupakan konsumen terbesar barang & jasa baik produk domestik maupun impor. Penggunaan faktor produksi oleh unit usaha akan menimbulkan balas jasa atau pendapatan bagi rumah tangga. Pendapatan yang dimaksud berbentuk upah/gaji, surplus usaha, dan pendapatan lainnya. Total pendapatan yang tidak digunakan untuk pengeluaran konsumsi dan transfer akan berbentuk tabungan. Tabungan ini merupakan salah satu sumber dana penting dalam pembiayaan investasi. Sudah banyak survei yang dilakukan melalui pendekatan rumah tangga, namun survei yang khusus menangkap informasi tabungan dan berbagai bentuk invesatasi yang dilakukan rumah tangga masih langka. Survei Khusus Tabungan Dan Investasi Rumah Tangga (SKTIR) ini dilaksanakan untuk memperoleh data tabungan dan berbagai investasi rumah tangga. Data tersebut antara lain digunakan untuk menyusun Neraca Rumah Tangga dan neraca lainnya seperti Neraca Nasional, Neraca Arus Dana, serta Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Buku Pedoman Umum Pelaksanaan SKTIR 2015 ini disusun sebagai pedoman bagi petugas pencacah dan pengawas dalam melaksanakan kegiatan pendataan di lapangan. Petunjuk yang bersifat teknis dan operasional juga dicantumkan, guna memperoleh hasil yang optimal. Terima kasih dan selamat bekerja. Jakarta, Februari 2015 Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik SKTIR 2015 i

4

5 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Lampiran... i iii v BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Umum Tujuan... 2 METODOLOGI 2.1. Ruang Lingkup Kerangka Sampel Rancangan Sampel Pemilihan Sampel Rumah Tangga Metode Pengumpulan Data Organisasi Lapangan Jadwal Aktivitas... 5 BAB III PERANCANGAN KUESIONER SKTIR Latar Belakang Perancangan Kuesioner... 7 BAB IV BAB V PETUNJUK UMUM PENCACAHAN 4.1. Pendahuluan Prinsip Pencatatan Periode Rujukan dan Teknik Wawancara PETUNJUK PENCACAHAN 5.1. Keterangan Tempat (Blok I) Keterangan Pencacahan (Blok II) Keterangan Anggota Rumah Tangga (Blok III) Pendapatan Upah dan Gaji (Blok IV) Pendapatan Usaha Rumah Tangga (Blok V) Pendapatan Kepemilikan (Blok VI) Transfer (Blok VII) SKTIR 2015 iii

6 5.8. Pengeluaran Konsumsi RT (Blok VIII & Blok IX) Penambahan dan Pengurangan Alat Produksi (Blok X) Penambahan dan Pengurangan Bangunan dan Lahan Tempat Tinggal, dan Barang Berharga (Blok XI) Perubahan Stok Usaha Rumah Tangga (Blok XII) Transaksi Keuangan (Blok XIII) Neraca Produksi (Blok XIV) Neraca Pendapatan dan Pengeluaran (Blok XV) Neraca Modal dan Keuangan (Blok XVI) Catatan BAB VI PETUNJUK PEMERIKSAAN iv SKTIR 2015

7 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kode dan Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia Lampiran 2. Kode dan Klasifikasi Lapangan Usaha Lampiran 3. Identifikasi Nilai dan Ongkos Produksi Menurut Kode Lapangan Usaha Lampiran 4. Kode Hubungan Art dengan Kepala rt dan Kode Pendidikan SKTIR 2015 v

8

9 I. PENDAHULUAN 1.1. UMUM Pada dasarnya upaya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan rencana pembangunan yang cermat, terarah, dengan didukung dana yang besar, serta pengelolaan yang efisien. Secara umum dana yang digunakan dalam pembangunan berasal dari dua sumber, yaitu dari dalam negeri dan dari luar negeri. Dana luar negeri berupa pinjaman ataupun hibah, sedangkan dana dari dalam negeri terutama dalam bentuk tabungan yang diciptakan oleh ketiga pelaku ekonomi, yaitu pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga. Rumah tangga sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai peran yang cukup berarti dalam menyediakan dana investasi. Upaya pemerintah dalam menarik minat rumah tangga untuk menabung terus digalakkan melalui berbagai bentuk simpanan di bank seperti tabungan, deposito, maupun kepemilikan surat berharga. Namun masih banyak rumah tangga yang cenderung menyimpan atau memegang uang dalam bentuk tunai. Rumah tangga melalui berbagai aktivitas rumah tangga juga melakukan aktivitas investasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan investasi nasional. Kegiatan Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumah Tangga Tahun 2015 (SKTIR 2015) ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang bagaimana rumah tangga menciptakan tabungan, berapa besarnya, serta bagaimana tabungan tersebut dikelola. Seberapa besar rumah tangga menyisihkan pendapatan yang diperoleh melalui ragam aktivitas ekonomi dan non ekonomi, berapa yang ditanam kembali dalam bentuk investasi fisik seperti pembelian rumah, lahan, barang berharga, dan alat produksi, maupun investasi finansial seperti tabungan, deposito dan surat berharga. Dalam analisis ekonomi, tabungan (saving) merupakan variabel penting yang perlu diamati. Sektor ekonomi dengan tabungan positif disebut sektor surplus, sedangkan yang negatif disebut sektor defisit. Lembaga keuangan seperti bank, asuransi, koperasi, dan lembaga keuangan lain menyalurkan dana dari sektor surplus untuk diinvestasikan oleh sektor defisit. Proses penyaluran dana dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya diinvestasikan langsung (pembelian barang modal), atau diinvestasikan dalam bentuk finansial seperti simpanan di bank, pinjaman langsung, surat berharga, serta kontrak pinjam meminjam lainnya. SKTIR

10 Rumah tangga merupakan sektor surplus, sehingga sebagai penyedia dana patut dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan finansial. Jika seluruh tabungan rumah tangga disimpan di bawah bantal berupa uang tunai, maka peluang untuk dapat meningkatkan produksi melalui perluasan investasi akan terlewatkan. Untuk dapat melihat apa yang dilakukan rumah tangga atas tabungannya dibutuhkan data tabungan, jumlah investasi fisik (pembelian alat produksi), serta transaksi finansial dengan sektor lain. Sejauh ini rumah tangga tidak diwajibkan melaporkan transaksi yang dilakukan pada pemerintah. Dokumen seperti "balance sheet" serta "income statement" yaitu dokumen tempat sektor institusi mencatat tabungan dan sumber dana lainnya di satu pihak serta penggunaan dana tersebut di pihak lain, tidak tersedia untuk sektor rumah tangga. Oleh karenanya cara terbaik untuk mendapat data transaksi ekonomi sektor rumah tangga adalah melalui pendekatan survei TUJUAN Gambaran menyeluruh tentang arus aktivitas finansial rumah tangga dan proses investasi yang dilakukan melalui pengadaan rumah, lahan, barang berharga, serta alat produksi merupakan tujuan akhir dari SKTIR Namun secara sistematis aktivitas SKTIR 2015 ditujukan untuk mengumpulkan data rasio dan struktur tabungan rumah tangga sbb : a. Struktur pendapatan dan pengeluaran rumah tangga b. Struktur pembentukan modal rumah tangga, dalam bentuk barang tahan lama, alat produksi, tempat tinggal, lahan, barang berharga, dan perubahan stok c. Struktur transaksi finansial yang dilakukan rumah tangga. 2 SKTIR 2015

11 II. METODOLOGI 2.1. RUANG LINGKUP SKTIR 2015 dilaksanakan di sebelas (11) propinsi, dengan ukuran sampel sebanyak rumah tangga. Sampel rumah tangga tersebar di 53 wilayah Kabupaten/ Kota, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Kabupaten/ Kota terpilih adalah Kabupaten/ Kota di sekitar ibukota propinsi. Propinsi yang terpilih meliputi : Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua KERANGKA SAMPEL Kerangka sampel yang digunakan dalam SKTIR 2015 terdiri dari kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga. Kerangka sampel pemilihan blok sensus adalah daftar blok sensus terpilih Susenas 2014 Triwulan III yang sudah diurutkan menurut wilayah administrasi dan nomor blok sensus. Sedangkan kerangka sampel pemilihan rumah tangga adalah daftar nama kepala rumah tangga hasil pemutakhiran rumah tangga Susenas 2014 Triwulan III dari Daftar VSEN14.P di setiap blok sensus terpilih RANCANGAN PENARIKAN SAMPEL Karena keterbatasan banyaknya rumah tangga sampel, SKTIR 2015 tidak dirancang untuk mengestimasi variabel pada tingkat wilayah tertentu. Rancangan sampling yang digunakan merupakan rancangan sampel dua tahap yakni : Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus dipilih sejumlah blok sensus secara sistematik sampling. Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga (Daftar VSEN14.P) dipilih 10 rumah tangga secara sistematik sampling PEMILIHAN SAMPEL RUMAH TANGGA Banyaknya rumah tangga sampel yang diambil untuk setiap blok sensus terpilih adalah 10 rumah tangga. Pemilihan sampel rumah tangga secara sistematik sampling SKTIR

12 dilakukan di BPS RI dengan mengacu pada jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran rumah tangga Susenas 2014 Triwulan III. Tahapan pemilihan sampel rumah tangga di BPS RI 1. Siapkan hasil pemutakhiran rumah tangga Susenas 2014 Triwulan III dari Daftar VSEN14.P untuk blok sensus terpilih SKTIR Tetapkan rumah tangga yang pada Kolom (7) Daftar VSEN14.P berkode 1 = ditemukan, 2 = ganti KRT, 3 = pindah dalam blok sensus dan 6 = ditemukan baru. 3. Urutkan rumah tangga berdasarkan Kolom (8) Pendidikan Kepala Rumah Tangga. 4. Angka random (AR) dibangkitkan dari distribusi Uniform dengan nilai antara 0 dan 1. Penentuan nomor urut sampel rumah tangga pertama dihitung dengan rumus : R 1 AR * M i 5. Hitung interval (I) untuk pemilihan sampel rumah tangga dengan cara: Banyaknyarumah tangga hasil pemutakhiran rumah tangga Susenas 2014 I 10 Interval sampel dihitung sampai dua angka dibelakang koma. 6. Selanjutnya gunakan interval sampel untuk menentukan angka random pemilihan sampel rumah tangga berikutnya, yaitu R 2, R 3,..., R 10 dengan rumus : 10 * M i R n R n 1. 1 I Nomor urut rumah tangga terpilih diperoleh dengan membulatkan hasil perhitungan sampai 0 angka dibelakang koma. 7. Tuangkan kesepuluh sampel rumah tangga SKTIR 2015 tersebut ke Daftar Sampel Rumah Tangga SKTIR 2015 (Daftar SKTIR 2015.DSRT). 8. Apabila rumah tangga yang terkena sampel tidak bisa ditemui atau pindah atau sudah berganti kepala rumah tangga, maka petugas harus melapor kepada pengawas untuk meminta sampel pengganti METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data SKTIR 2015 dilakukan melalui wawancara langsung oleh petugas pencacah kepada responden. Pertanyaan yang bersifat individu diusahakan agar individu bersangkutan yang menjawab. Sedangkan keterangan rumah tangga secara keseluruhan 4 SKTIR 2015

13 dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan ORGANISASI LAPANGAN Penanggung jawab pelaksanaan SKTIR 2015 di tingkat Pusat adalah Direktur Neraca Pengeluaran. Sebagai pelaksana harian adalah Kepala Sub Direktorat Neraca Rumah Tangga dan Institusi Nirlaba. Sedangkan penanggung jawab pelaksanaan lapangan adalah Kepala BPS Propinsi, dibantu Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik sebagai koordinator. Petugas pengawas adalah tenaga teknis BPS Propinsi yang berpengalaman mengawasi berbagai aktivitas survei BPS. Materi SKTIR 2015 mencakup berbagai aspek di dalam neraca termasuk transaksi keuangan yang dilakukan rumah tangga. Untuk itu petugas pencacah sebaiknya direkrut dari petugas yang dianggap mampu dan berpengalaman dalam survei sejenis. Pengolahan data SKTIR 2015 dilakukan oleh petugas pengolah di BPS Propinsi yang menguasai aspek (neraca) rumah tangga dan usaha rumah tangga JADWAL AKTIVITAS Aktivitas SKTIR 2015 dimulai dengan aktivitas persiapan di BPS pusat yang mencakup penyusunan metodologi, buku pedoman, kuesioner, rancangan penarikan sampel, dan pencetakan dokumen. Sedangkan aktivitas di daerah mencakup aktivitas pelatihan petugas, pemilihan rumah tangga sampel, pencacahan, pemeriksaan dan pengawasan, pengolahan, serta pengiriman dokumen ke pusat dengan jadwal sbb : Jadwal Aktivitas Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumah Tangga 2015 Aktivitas Waktu 1. Persiapan di BPS Pusat a. persiapan Januari 2015 b. perancangan kuesioner/buku pedoman Januari 2015 c. pemilihan dan pengambilan sampel Januari 2015 d. pencetakan kuesioner/buku pedoman Februari 2015 e. pengiriman dokumen ke daerah Maret 2015 SKTIR

14 2. Pencacahan April Juli Pengawasan Juni Juli Pengolahan di daerah Juni Agustus Pengiriman hasil pengolahan Juli Agustus Rekonsiliasi hasil pengolahan daerah September Penulisan laporan Oktober SKTIR 2015

15 III. PERANCANGAN KUESIONER SKTIR LATAR BELAKANG Tabungan rumah tangga didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan dengan pengeluaran rumah tangga. Untuk itu strategi yang digunakan dalam survei ini adalah mengidentifikasi semua sumber penerimaan dan komponen pengeluarannya. Selanjutnya tabungan diidentifikasi berapa yang diinvestasikan langsung (seperti penambahan alat produksi dan bangunan tempat tinggal), serta berapa yang diinvestasikan dalam bentuk harta finansial (seperti simpanan di lembaga keuangan dan surat berharga). Institusi rumah tangga dapat terdiri dari individu atau sekelompok individu yang mempunyai karakteristik berbeda dalam hal transaksi penerimaan maupun pengeluaran. Pengeluaran konsumsi misalnya ada yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh anggota rumah tangga, ada pula yang dilakukan masing-masing anggota rumah tangga. Pengeluaran atas konsumsi makanan di (dalam) rumah merupakan konsumsi bersama, sedangkan pengeluaran konsumsi di luar rumah biasanya dilakukan oleh masing-masing anggota rumah tangga. Dalam hal pendapatan, rumah tangga dapat memperolehnya dalam bentuk upah/gaji, surplus usaha, pendapatan kepemilikan, atau uang pensiun tergantung keterlibatannya dalam aktivitas ekonomi. Untuk beberapa kasus, bahkan ada anggota rumah tangga yang mempunyai sumber pendapatan lebih dari satu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka agar dapat mengukur tingkat penerimaan dan pengeluaran rumah tangga secara lengkap, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut : (a) (b) Selain pengeluaran bersama di dalam rumah, juga dicatat pengeluaran oleh masing-masing anggota rumah tangga di luar rumah. Selain pendapatan dari usaha bersama, dicatat juga pendapatan masing-masing anggota rumah tangga yang telah berpenghasilan PERANCANGAN KUESIONER Sebagaimana lazimnya suatu kuesioner, dirancang untuk menampung semua informasi yang ingin dikumpulkan agar tidak ada yang terlewatkan. Namun di lain pihak dipertimbangkan pula agar responden mudah dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Sejalan dengan strategi tersebut, maka untuk setiap rumah tangga dicatat seluruh anggota rumah tangga yang memperoleh pendapatan baik dari aktivitas bekerja/ berusaha atau aktivitas di luar bekerja/berusaha, maupun rumah tangga yang hanya melakukan aktivitas pengeluaran konsumsi. SKTIR

16 Blok Untuk Mencatat Penerimaan Penerimaan rumah tangga di dalam SKTIR 2015 merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga (art) responden, baik pendapatan dari aktivitas bekerja, berusaha, maupun pendapatan lain di luar bekerja dan berusaha. Blok IV mencatat pendapatan yang diperoleh art dari aktivitas bekerja sebagai buruh/karyawan, tidak termasuk sebagai pekerja keluarga. Pendapatan dalam bentuk upah/gaji selanjutnya diuraikan menurut lapangan usaha dan jenis pekerjaan. Blok V A mencatat pendapatan yang diperoleh art dari aktivitas menghasilkan barang dan jasa untuk dijual (output market) melalui unit usaha rumah tangga (urt). Pendapatan yang diperoleh dalam bentuk surplus usaha atau mixed income, yakni sebesar nilai produksi dikurangi biaya produksi. Selanjutnya pendapatan tersbut diuraikan menurut lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status berusaha (dengan/tanpa buruh). Blok V B mencatat pendapatan yang diperoleh art dari aktivitas menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri (output for own final use). Aktivitas tersebut mencakup jasa domestik dan jasa perorangan lain yang mempekerjakan pekerja domestik dibayar (seperti pembantu rumah tangga, sopir pribadi, tukang kebun, dan pengasuh bayi); jasa persewaan rumah (baik rumah yang ditempati oleh pemilik maupun ditempati orang lain dengan bebas sewa); berbagai jenis barang dari aktivitas rumah tangga di bidang : pertanian, penggalian, industri pengolahan, dan konstruksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Blok VI mencatat pendapatan yang diperoleh art atas penggunaan aset finansial dan aset tidak diproduksi (seperti lahan dan areal bahan galian) yang digunakan pihak lain untuk usaha. Deposito, penyertaan modal, saham, dan lahan merupakan jenis aset yang dapat menimbulkan balas jasa dalam bentuk pendapatan kepemilikan (property income). Lahan, rumah, dan mesin akan menghasilkan sewa bila disewakan. Uang yang dipinjamkan ke bank atau didepositokan menghasilkan bunga. Uang juga dapat di"serta"kan ke dalam perusahaan yang berbentuk PT dengan cara membeli saham untuk memperoleh balas jasa dalam bentuk deviden. Uang, harta benda, dan kewirausahaan dapat pula di"serta"kan ke dalam aktivitas usaha untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk bagi hasil. 8 SKTIR 2015

17 Blok VII A mencatat pendapatan yang diperoleh rumah tangga dalam bentuk pendapatan transfer, baik berasal dari pemerintah, badan usaha, Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), rumah tangga lain, maupun dari luar negeri Blok Untuk Mencatat Pengeluaran Pengeluaran rumah tangga mencakup pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi, pembayaran properti, dan transfer. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dicatat pada blok VIII dalam bentuk pengeluaran untuk makanan, barang tidak tahan lama, jasa-jasa, dan barang tahan lama. Pembayaran properti dicatat pada blok VI, sedangkan pengeluaran transfer dicatat di blok VII B. Pengeluaran transfer merupakan transaksi pemberian pada pihak lain secara cuma-cuma dalam bentuk uang maupun barang. Pengeluaran yang dicatat pada blok VII dan VIII tidak termasuk pembelian barang dan jasa yang digunakan dalam aktivitas usaha rumah tangga. Transaksi tersebut sudah tercatat pada blok V sebagai ongkos produksi, atau di blok IX sebagai pembentukan modal bila membeli alat produksi, misalnya Blok Untuk Mencatat Investasi Seperti dijelaskan sebelumnya, selisih antara penerimaan dan pengeluaran adalah tabungan. Tabungan merupakan sumber dana untuk aktivitas investasi. Tabungan yang tercipta di rumah tangga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas investasi fisik (seperti bangunan tempat tinggal dan alat produksi), maupun untuk investasi finansial. Pengertian investasi fisik menjadi lebih luas, karena di dalam rumah tangga sering terdapat unit usaha yang transaksinya tidak terpisahkan dari transaksi untuk keperluan rumah tangga. Sebagai konsekuensi, investasi untuk aktivitas usaha rumah tangga juga ditanyakan. Untuk itu rumah tangga dapat melakukan aktivitas investasi dalam bentuk mesin, atau perubahan stok barang. Pada umumnya rumah tangga merupakan sektor yang surplus, namun ada rumah tangga yang defisit sehingga dalam membiayai aktivitas pengeluaran maupun investasi diperlukan pinjaman dari pihak lain. Ada pula rumah tangga yang melakukan aktivitas di pasar uang atau pasar modal, sehingga terdapat transaksi finansial antara rumah tangga dan sektor ekonomi lainnya. Jadi, selain bersumber dari tabungan, dana investasi juga dapat berasal dari pinjaman. Investasi finansial dapat berbentuk uang tunai, simpanan di bank, kepemilikan SKTIR

18 surat berharga, yang semuanya merupakan hutang bagi sektor lain. Artinya, kalau rumah tangga menyimpan uang tunai, maka yang berhutang adalah pihak Bank Indonesia, kalau memiliki tabungan yang berhutang adalah bank, sedangkan jika memiliki saham atau obligasi yang berhutang adalah perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut. Memiliki simpanan di bank atau surat berharga sama halnya dengan melepas uang tunai. Melalui cara-cara ini tabungan rumah tangga mengalir ke sektor lain sebagai sumber dana untuk aktivitas investasi rumah tangga ataupun unit usaha lain di luar rumah tangga. Dalam SKTIR 2015, informasi tentang tabungan dan investasi rumah tangga dicatat di dalam empat blok, yakni : Blok X; mencatat investasi fisik dalam bentuk alat produksi. Blok XI; mencatat investasi fisik dalam bentuk bangunan tempat tinggal, bangunan fasilitas tempat tinggal, lahan untuk bangunan tempat tinggal, dan barang berharga. Blok XII; mencatat perubahan stok barang dari aktivitas usaha rumah tangga. Blok XIII; mencatat investasi finansial melalui transaksi keuangan. 10 SKTIR 2015

19 IV. PETUNJUK UMUM PENCACAHAN 4.1. PENDAHULUAN Upaya pengumpulan data yang baik berawal dari metode pengumpulan data yang jelas, baik yang berkaitan dengan prinsip neraca maupun teknik pencatatannya. Dengan cara demikian diharapkan akan diperoleh informasi yang baik. Untuk memperoleh hasil yang optimal, prinsip dasar yang harus dipahami adalah "accrual basis", "cash basis", "double entry", "imputasi", dsb. Pada bagian ini juga akan dijelaskan hal-hal yang terkait dengan teknik pencatatan yang berlaku secara umum PRINSIP PENCATATAN a. Accrual Basis dan Cash Basis Di dalam menyusun statistik neraca nasional dianut prinsip pencatatan "accrual basis", artinya data yang dikumpulkan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya terjadi baik yang berkaitan dengan aktivitas produksi, konsumsi, maupun investasi. Accrual basis merupakan pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya kesepakatan transaksi walaupun uang belum benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dalam prinsip "accrual basis", jika suatu rumah tangga petani dalam satu tahun menghasilkan padi sebanyak 2,5 ton, dan sebanyak 0,5 ton dikonsumsi sendiri, serta sisanya dijual ; maka produksi padi rumah tangga tersebut tetap 2,5 ton bukan 2 ton karena produksi yang benar-benar terjadi adalah 2,5 ton. Sedangkan 0,5 ton padi dicatat sebagai konsumsi rumah tangga. Karena padi yang dikonsumsi tidak dijual, maka nilainya diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku pada saat itu. Katakan Rp per kg, sehingga diperoleh perkiraan konsumsi rumah tangga untuk padi sebesar 500 kg x Rp = Rp Contoh lain adalah dalam kasus pembelian barang secara kredit, dan pendapatan dari transaksi yang belum dibayar. Dalam contoh ini nilai pendapatan tetap dicatat sebesar pendapatan yang seharusnya diterima. Selain prinsip pencatatan accrual, dalam bidang akuntansi dikenal prinsip lain, yakni "cash basis", merupakan prinsip pencatatan yang didasarkan atas terjadinya SKTIR

20 transaksi antara dua belah pihak secara tunai (dicatat saat pembayaran tunai terjadi). Dengan kata lain cash basis mencatat transaksi yang terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Pencatatan dalam survei ini secara umum berdasarkan prinsip "accrual basis", tetapi dalam keadaan tertentu digunakan prinsip "cash basis" (umumnya pada transaksi finansial dan transfer). Contoh, rumah tangga pada saat pencacahan mengetahui akan menerima deviden sebesar Rp. 2_juta. Karena pada saat pencacahan rumah tangga belum menerima, maka pendapatan rumah tangga yang berasal dari deviden tidak dicatat, karena belum terjadi. b. "Double Entry" dan "Imputasi" Prinsip lain yang penting adalah sistem pencatatan dua kali (double entry system). Sistem ini menganut azas bahwa setiap transaksi ekonomi, selalu (harus) ada dua "pihak" yang terlibat atau harus berpasangan. Dengan kata lain nilai yang ada di kedua belah pihak selalu sama. Transaksi semacam ini dapat terjadi antara konsumen - produsen, pembeli - penjual, atau penerimaan - pengeluaran. Konsekuensi penggunaan prinsip ini adalah bahwa jika ada transaksi yang tidak berpasangan, maka harus dilakukan imputasi. Untuk memahami pengertian ini, berikut penjelasannya : Konsep "pendapatan" hanya dapat mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga dari aktivitas anggota rumah tangga sebagai pekerja atau penerima upah dan gaji. Padahal dalam praktek banyak rumah tangga yang memperoleh pendapatan selain dari pendapatan dalam bentuk upah dan gaji seperti pendapatan transfer dari rumah tangga lain, atau dari usaha rumah tangga. Sehingga, ukuran pendapatan tidak lagi dapat menilai tingkat kesejahteraan rumah tangga. Untuk itu diperkenalkan ukuran "penerimaan" yang telah mempertimbangkan unsur yang berpengaruh pada "kesejahteraan". Unsur yang dimaksud dalm bentuk pendapatan lain di luar upah dan gaji, baik pendapatan dari transfer, pendapatan kepemilikan, maupun pendapatan dari aktivitas rumah tangga dalam menghasilkan barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Umumnya pendapatan rumah tangga yang bersumber dari aktivitas yang terakhir di atas, tidak ada transaksinya. Namun, dalam hal ini rumah tangga dianggap melakukan aktivitas produksi, dan menghasilkan barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Contoh, rumah tangga mengkonsumsi pisang dari pekarangan rumah. Dalam hal ini, pisang harus dinilai sesuai harga pasar yang berlaku, dan dicatat sebagai nilai produksi, dikurangi biaya pemeliharaan pisang (pupuk) sebagai ongkos 12 SKTIR 2015

21 produksi, misalnya Di pihak lain, pisang senilai harga pasar dicatat sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga. Dari keterangan di atas, tampak bahwa sudah dilakukan prinsip pencatatan yang dikehendaki, yakni : 1. Konsep imputasi, yaitu penilaian atas pisang yang dikonsumsi, yang merupakan bagian dari penerimaan rumah tangga 2. Konsep accrual basis, yaitu pencatatan pengeluaran konsumsi pisang oleh rumah tangga walaupun pisang tersebut tidak dibeli. 3. Konsep double entry, yaitu pencatatan di sisi penerimaan dan pengeluaran rumah tangga Masih banyak lagi contoh lain, seperti pencatatan tentang rumah yang dihuni sendiri oleh pemiliknya, upah dalam bentuk barang, warisan dalam bentuk lahan, dan sebagainya PERIODE RUJUKAN DAN TEKNIK WAWANCARA Periode Rujukan Di dalam kuesioner ini yang dimaksud dengan setahun yang lalu adalah periode setahun sebelum pencacahan. Misal pencacahan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015, berarti periode rujukan adalah dari tanggal 25 Maret 2014 s.d. 24 Maret Teknik Wawancara Dalam melakukan wawancara tentang sumber pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, sebaiknya ditanyakan kepada anggota rumah tangga yang bersangkutan. Karena tujuan utama survei ini adalah mencatat semua penerimaan yang diperoleh rumah tangga, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Sebelum ke lapangan petugas pencacah sebaiknya menyediakan kertas buram. Kertas ini digunakan untuk membantu penghitungan saat melakukan wawancara, karena banyak pertanyaan seperti pada blok pendapatan yang hanya ditanyakan secara singkat SKTIR

22 b. Semua nilai dalam kuesioner dicatat dalam ribuan rupiah bulat. Jika ada nilai yang lebih kecil dari Rp. 500 dianggap sama dengan 0, sebaliknya jika lebih besar atau sama dengan Rp. 500 dianggap sama dengan_1 c. Penulisan isian mengikuti aturan rata kanan, dan jika dalam kuesioner diberikan arsir maka sel tersebut tidak perlu diisi. 14 SKTIR 2015

23 V. PETUNJUK PENCACAHAN Pada bab ini diuraikan petunjuk pencacahan yang mencakup penjelasan blok pertanyaan, konsep, definisi yang digunakan, dan tata cara pengisian kuesioner. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pencacah dalam melakukan tugasnya KETERANGAN TEMPAT (BLOK I) Blok ini bertujuan untuk mengetahui lokasi dan keterangan umum rumah tangga. Identitas ini berguna untuk mengecek kelengkapan dokumen, serta bermanfaat dalam proses pengolahan data. Rincian 1 s.d. 8 : Diisi sesuai isian pada Daftar Sampel Blok Sensus SKTIR 2015 (SKTIR14-DSBS). Rincian 9 s.d. 10 : Isikan nama kepala rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga KETERANGAN PENCACAHAN (BLOK II) Blok ini digunakan untuk mencatat keterangan pencacahan dan pemeriksaan daftar SKTIR Rincian 1 s.d. 4 : Isian untuk petugas pencacah dan pengawas (cukup jelas) KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA (BLOK III) Blok III ini mencatat keterangan semua anggota rumah tangga, termasuk yang telah meninggal dalam kurun waktu setahun yang lalu. Kecuali keterangan tentang pekerja keluarga, kurun waktu yang ditanyakan adalah aktivitas anggota rumah tangga selama satu bulan. Di samping itu blok III mempunyai peranan penting sehubungan dengan isian blok-blok selanjutnya. Untuk itu rincian blok ini harus ditanyakan dengan cermat untuk menghindari ada lewat catat, khususnya yang menyangkut sumber penerimaan anggota rumah tangga yang diperoleh dari aktivitas bekerja/ berusaha, dan pendapatan lain dari aktivitas di luar bekerja/berusaha selama satu bulan. SKTIR

24 Konsep dan Definisi Konsep yang digunakan dalam survei ini tidak harus sama dengan konsep Sensus Penduduk, SUPAS, maupun Survei Ketenagakerjaan lain. Hal ini karena adanya perbedaan tujuan dari masing-masing survei. Berikut ini dijelaskan konsep dan definisi yang berhubungan dengan pertanyaan di Blok III. 1. Seseorang dianggap mempunyai sumber penerimaan dari bekerja/berusaha apabila orang tersebut melakukan aktivitas ekonomi yang menghasilkan pendapatan (upah gaji/surplus usaha), tanpa memperhatikan umur atau jam kerja. 2. Rumah tangga terdiri dari orang atau sekelompok orang yang hidup dalam suatu bangunan tempat tinggal, yang mengumpulkan sebagian atau seluruh pendapatan dan kekayaan, serta yang mengkonsumsi barang dan jasa tertentu secara kolektif utamanya perumahan dan makanan (termasuk didalamnya unit usaha rumah tangga). 3. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasa bertempat tinggal di suatu rt, baik yang ada pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada. Art yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, dan art yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih, tidak dianggap art. Orang yang tinggal di rt 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat tinggal di rt tersebut dianggap sebagai art. 4. Pekerja domestik (seperti pembantu, sopir pribadi, tukang kebun, dan pengasuh bayi) yang tinggal di rumah majikan, dianggap bukan art. Makanan dan tempat tinggal yang disediakan majikan dianggap bagian dari upah dan gaji yang diterima. Untuk itu pendapatan dan pengeluaran pembantu atas makanan dan lainnya bukan merupakan bagian dari pendapatan dan pengeluaran rumah tangga majikan. 5. Pekerja/mahasiswa yang kos di suatu rumah tangga, baik dengan maupun tanpa makan dianggap bukan sebagai art, sehingga seluruh pendapatan dan pengeluaran tidak dicatat. Sebaliknya aktivitas rt responden dalam menyediakan tempat kos, baik dengan maupun tanpa makan merupakan usaha persewaan rumah. 6. Pekerja keluarga atau pekerja tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang yang berusaha, dengan tidak mendapat upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Anggota keluarga yang bekerja/membantu usaha keluarga dengan mendapat upah/gaji bukan sebagai pekerja keluarga. Pekerja keluarga atau pekerja tak dibayar terdiri dari : 16 SKTIR 2015

25 a. Art dari orang yang dibantu, seperti istri yang membantu suami bekerja di sawah b. Bukan art tetapi keluarga dari orang yang dibantu, seperti saudara/famili yang membantu melayani penjualan di warung c. Bukan art dan bukan keluarga dari orang yang dibantu, seperti orang yang membantu menganyam topi pada usaha rumah tangga milik tetangga. 7. Sumber penerimaan art mengacu pada aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan baik melalui aktivitas berusaha, bekerja, atau aktivitas lain di luar bekerja/berusaha. a. Seseorang dianggap bekerja bila terlibat dalam aktivitas ekonomi pada unit institusi tertentu dengan memperoleh upah/gaji. Unit institusi yang dimaksud dapat terdiri dari unit (usaha) rumah tangga, pemerintah, badan usaha, maupun lembaga nirlaba b. Seseorang dianggap bekerja di lembaga pemerintah apabila bekerja pada lembaga yang dibiayai APBN/ APBD. Badan Usaha Milik Negara tidak termasuk lembaga pemerintah c. Seseorang dianggap berusaha atau mengelola unit usaha rumah tangga apabila memenuhi syarat sbb : 1) Menanggung sebagian atau seluruh biaya produksi (input) 2) Menghasilkan barang maupun jasa (output) 3) Melakukan kegiatan pemasaran barang/jasa yang diproduksi 4) Menanggung resiko usaha. d. Usaha rumah tangga (urt) adalah unit usaha yang dimiliki atau dikelola oleh art dalam bentuk usaha yang tidak berbadan hukum (un-incorporated), dan tidak mempunyai catatan pembukuan lengkap. (non-quasi corporation). Dalam hal ini kegiatan pengeluaran unit usaha tercampur dengan pengeluaran rumah tangga. Ciri-ciri usaha rumah tangga adalah : 1) Aset tetap maupun aset lain yang digunakan dalam unit usaha rumah tangga bukan milik unit usaha, tetapi milik rumah tangga 2) Tidak dapat memisahkan aset finansial yang digunakan untuk keperluan usaha rumah tangga dan keperluan rumah tangga (meskipun lokasi usaha dan atau aset tetap lain terpisah dari rumah tangga) SKTIR

26 3) Dalam melakukan transaksi, perjanjian kontrak, maupun dalam memenuhi kewajiban, unit usaha ini tidak bertindak atas namanya sendiri melainkan atas nama rumah tangga 4) Pemilik usaha memiliki dua peran, yaitu sebagai wirausahawan dan sebagai pekerja yang memberikan input tenaga kerja layaknya tenaga kerja dibayar. Sehingga surplus usaha yang ditimbulkan menggambarkan campuran dua jenis pendapatan (mixed income) e. Aktivitas berusaha dapat dilakukan oleh art baik dengan bantuan buruh maupun tanpa buruh. Buruh mencakup pekerja dibayar baik yang berstatus tetap maupun tidak, dan tidak termasuk pekerja keluarga. f. Aktivitas rumah tangga dalam menghasilkan barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dianggap sebagai kegiatan usaha rumah tangga, meskipun tujuannya hanya memenuhi kebutuhan sendiri. Aktivitas ini mencakup aktivitas mempekerjakan pekerja domestik dibayar (seperti pembantu, sopir pribadi, tukang kebun, pengasuh bayi, dll), kepemilikan rumah, baik yang ditempati sendiri atau yang ditempati orang lain dengan bebas sewa, aktivitas menghasilkan barang dan jasa di bidang: pertanian, penggalian, industri pengolahan, dan konstruksi yang hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. g. Seseorang dianggap melakukan aktivitas diluar bekerja atau berusaha bila memperoleh pendapatan kepemilikan dan pendapatan transfer. 1) Pendapatan kepemilikan (property income) merupakan pendapatan yang diperoleh art pemilik harta finansial dan harta tetap yang tidak diproduksi seperti lahan, yang digunakan oleh pihak lain untuk usaha. Yang diklasifikasikan sebagai property income di antaranya bunga tabungan, deviden dan sewa. 2) Pendapatan transfer diperoleh art atas pemberian dari pihak lain secara cuma-cuma, baik dalam bentuk uang maupun barang. Uang pensiun yang diterima art dari unit pemerintah atau badan usaha termasuk sebagai pendapatan transfer. 18 SKTIR 2015

27 Cara Pengisian Blok III Kol (1) Kol (2) Kol (3) Kol (4) Kol (5) Kol (6) Kol (7) Kol (8 & 9) : Tuliskan nomor urut art sesuai banyaknya art termasuk art yang meninggal dunia dalam kurun setahun yang lalu. Untuk art meninggal dunia dicatat pada nomor urut terakhir, dengan kode 99 : Tulis nama art, dimulai dari art yang berstatus kepala rumah tangga : Isikan kode hubungan setiap art dengan kepala rumah tangga. Kode hubungan dapat dilihat pada daftar isian : Isikan kode jenis kelamin masing-masing art : Tuliskan umur setiap art dalam satuan tahun yang dibulatkan ke bawah. Untuk art berumur kurang dari 1 tahun tuliskan 0, dan yang berumur 99 tahun atau lebih tuliskan 98 : Isikan kode pendidikan yang ditamatkan. Yang dimaksud dengan tamat adalah mereka yang meninggalkan sekolah setelah mengikuti pelajaran di kelas tertinggi pada suatu tingkatan sekolah dengan mendapatkan tanda tamat atau ijazah. Kode pendidikan dapat dilihat pada daftar isian : Isikan kode 1 jika art adalah pekerja keluarga atau pekerja tak dibayar dan kode 2 jika tidak : Isikan kode 1 jika art memperoleh pendapatan dari aktivitas berusaha pada usaha rumah tangga, baik dengan buruh pada kol (8), dan atau tanpa buruh pada kol (9). Dan isikan kode 2 jika tidak Kol (10 & 11) : Isikan kode 1 jika art memperoleh pendapatan dari aktivitas bekerja di lembaga pemerintah pada kol (10), dan atau di lembaga non pemerintah pada kol (11). Dan isikan kode 2 jika tidak Kol (12 & 13) : Isikan kode 1 pada kol (12) jika art memperoleh pendapatan dari kepemilikan faktor produksi bukan tenaga kerja, yaitu bila salah satu atau kesemuanya (bunga simpanan di bank dan lainnya, bagi hasil, deviden, royalti, dan lainnya) ada isian. Isikan kode 1 pada kol (13) jika art memperoleh pendapatan dari transfer. SKTIR

28 5.4. PENDAPATAN UPAH DAN GAJI (BLOK IV) Blok IV digunakan untuk mencatat seluruh pendapatan art yang diperoleh dari aktivitas bekerja sebagai buruh atau karyawan. Pendapatan upah dan gaji dibedakan atas pendapatan yang diterima secara tetap dan teratur (upah/gaji), dan pendapatan lain di luar upah/gaji (honorarium, lembur, bonus, dan sejenisnya) Konsep dan Definisi 1. Uraian Pekerjaan adalah keterangan dari pekerjaan yang dilakukan art di tempat bekerjanya, dengan menyebutkan jenis pekerjaan dan lapangan usahanya Berikut ini merupakan contoh dari penulisan uraian pekerjaan ; Penulisan yang kurang lengkap Penulisan yang lengkap Buruh Tani Karyawan Perusahaan Penerbangan Karyawan Hotel International Karyawan Pabrik Sepatu Buruh Bangunan Karyawan Perdagangan Buruh di pertanian tanaman (padi, jagung, ubi kayu, kacang kedelai, dsb). Penerbang, petugas penimbang barang penumpang, pekerja tata usaha; di Perusahaan Penerbangan. Petugas pelayanan tamu, petugas bar, mengatur dan mengawasi kegiatan kerumahtanggaan, manajer restoran; di hotel Tenaga pemasaran, operator mesin jahit, satpam; di pabrik sepatu Buruh bangunan lepas, buruh bangunan dengan sistim borong, buruh; di perusahaan kontraktor Kasir, pramuniaga, supervisor; di Dept-Store 2. Upah dan Gaji adalah balas jasa yang diterima oleh buruh atau karyawan secara tetap dan teratur sesuai ketentuan yang berlaku. Upah dan gaji yang diterima dapat berbentuk uang maupun barang. 20 SKTIR 2015

29 Upah dan gaji dalam bentuk uang mencakup upah dan gaji pokok, tunjangan biaya hidup, tunjangan kemahalan dan tunjangan lain seperti tunjangan jabatan, tunjangan perumahan, uang makan, transport. Upah dan gaji dalam bentuk barang dibedakan atas fasilitas rumah dinas, dan barang lain seperti beras, pakaian, dan fasilitas lain seperti mobil dinas, listrik, dan sejenisnya. Rumah dinas adalah rumah milik instansi yang ditempati karena dia bekerja sebagai buruh/karyawan di instansi tersebut. Lembur adalah pendapatan yang diterima buruh/karyawan atas pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja. Sedangkan honorarium, bonus, dan sejenisnya mencakup bonus, premi produksi, tips, honor mengajar, dan tunjangan sosial seperti tunjangan perkawinan, kelahiran dan kematian. CATATAN : - Upah & gaji dalam bentuk uang biasanya diterima dalam bentuk neto (setelah dikurangi pajak dan potongan lain). Tetapi upah dan gaji yang dicatat pada blok ini harus ditambahkan dahulu dengan besarnya potongan tersebut (askes, astek, dharma wanita, dana kematian, dan sejenisnya termasuk pajak). - Fasilitas rumah dinas ; pendapatan atas fasilitas rumah, nilainya diperkirakan berdasarkan harga sewa dari rumah sejenis di pasaran. Jika penghuni diwajibkan membayar sewa dengan harga murah, maka nilai fasilitas rumah tersebut adalah selisih antara perkiraan sewa rumah harga pasar dengan nilai pembayaran sewa (murah) yang harus dibayar. - Fasilitas barang lainnya ; pendapatan atas fasilitas barang lain seperti beras, pakaian, diperkirakan berdasarkan harga barang tersebut bila dibeli di pasaran. - Jika art bekerja sebagai buruh/karyawan pada lebih dari satu lapangan usaha, maka art tersebut dicatat lebih dari satu baris sesuai banyaknya lapangan usaha. Demikian juga apabila art tersebut bekerja pada 'lapangan usaha yang sama' tetapi jenis pekerjaannya berbeda, maka nomor urut art, lapangan usaha, dan jenis pekerjaan ditulis berulang sesuai banyaknya jenis pekerjaan. Contoh 1 : Amin bekerja di PJKA menempati rumah dinas yang disediakan gratis oleh perusahaan. Perkiraan sewa rumah di daerah setempat Rp /bln. Gaji yang tertera dalam slip adalah Rp Setelah dipotong pajak 15%, potongan Askes Rp. 500 dan dana kematian Rp , Amin menerima bersih penghasilan sebesar SKTIR

30 Rp Di samping itu Amin juga memperoleh susu sebanyak 10 kaleng/bulan (kalau diuangkan perusahaan memberi harga Rp /kaleng). Menjelang hari lebaran yang lalu Amin menerima jasa produksi sebesar Rp ; dan keperluan lebaran seperti telur, terigu, dan makanan jadi senilai Rp Dari contoh ini, maka isian upah & gaji di blok IV sbb : Upah & gaji (kol 5) = Rp x 12 = Rp Upah & gaji dalam bentuk rumah dinas (kol 6) = Rp x 12 = Rp Upah & gaji lainnya (kol 7) = Rp x 10 kaleng x 12 = Rp Honorarium, lembur, bonus, dsb = Rp Rp = Rp Contoh 2 : Jika Amin diwajibkan membayar rumah dinas sebesar Rp /bln, dan pendapatan lainnya sama dengan contoh 1 diatas, maka isian pendapatan (blok IV) untuk rumah dinas menjadi ( Rp (Rp x 12 )) = Rp Cara Pengisian Blok IV Kol (1) : Isikan nomor urut art sesuai tertulis pada Blok III kol (1) Kol (2) Kol (3) Kol (4) Kol (5) Kol (6) Kol (7) : Tuliskan uraian pekerjaan dari art sesuai dengan jenis pekerjaan dan lapangan usaha : Isikan kode lapangan usaha sesuai kode Lapangan Usaha SKTIR 2 digit. Kode lapangan usaha dapat dilihat pada daftar isian : Isikan kode jenis pekerjaan. Kode jenis pekerjaan dapat dilihat pada daftar isian : Isikan nilai upah/gaji berupa uang dari masing-masing jenis pekerjaan pada setiap lapangan usaha : Isikan nilai perkiraan sewa rumah dinas yang ditempati sesuai harga pasar yang berlaku. Apabila diwajibkan membayar sewa dengan harga murah maka yang diisikan adalah selisih harga pasar dan sewa yang dibayar : Isikan nilai perkiraan upah/gaji berupa barang seperti beras, pakaian dinas, mobil dinas, pengemudi yang disediakan instansi/perusahaan, listrik, ledeng, dan sebagainya 22 SKTIR 2015

31 Kol (8) : Isikan nilai uang honorarium, lembur, bonus, dan sebagainya Kol (9) : Isikan jumlah isian kol (5) s.d. kol (8) 5.5. PENDAPATAN USAHA RUMAH TANGGA (BLOK V) Blok V digunakan untuk mencatat pendapatan yang diperoleh art dari kegiatan berusaha melalui usaha rumah tangga (urt). Unit usaha ini dapat dilakukan oleh art baik dengan atau tanpa buruh. Aktivitas urt yang menghasilkan barang/jasa untuk dijual dicatat pada blok V A, sedangkan urt yang menghasilkan barang/jasa untuk digunakan sendiri dicatat pada blok V B URT YANG MENGHASILKAN BARANG/JASA UNTUK DIJUAL (BLOK V A) Usaha rumah tangga yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual pada tingkat harga pasar atau dipertukarkan (market output) mencakup berbagai usaha seperti pertanian, penggalian, industri kerajinan, dan perdagangan eceran. Apabila art berusaha pada lapangan usaha yang berbeda, maka masing-masing pendapatan harus ditanyakan. Sehingga satu art dapat ditulis lebih dari satu baris. Bila art berusaha pada lapangan usaha yang sama tetapi dengan status (dengan atau tanpa buruh) berbeda, maka art tersebut ditulis pada sub blok yang berlainan. Perlu ditegaskan bahwa untuk art yang berusaha (mandiri) tanpa buruh seperti tukang sol sepatu, tukang cukur, tukang semir, tanpa melihat apakah telah menghasilkan jasa layanan atau tidak, tetap ditanyakan. Pendapatan dari usaha dalam blok ini bisa negatif. Tanda negatif pada daftar pertanyaan ditulis di luar kotak yang tersedia Konsep dan Definisi 1. Nilai Produksi Nilai produksi atau output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit usaha rumah tangga, termasuk barang/jasa yang dikonsumsi sendiri maupun yang diberikan pada pihak lain. Untuk usaha yang produksinya berupa barang, outputnya merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi dengan harga per unit. Kegiatan usaha yang produksinya berupa barang antara lain pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan. Sedangkan kegiatan usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan pada pihak lain. SKTIR

32 Berikut adalah output beberapa lapangan usaha yang perlu diperhatikan : a. Output lapangan usaha bangunan adalah nilai pekerjaan yang telah diselesaikan selama periode rujukan, tanpa melihat apakah bangunan atau konstruksi tersebut sudah selesai seluruhnya atau belum. Nilai dari perlengkapan bangunan seperti instalasi listrik, telepon, AC juga termasuk dalam nilai bangunan. Tetapi nilai lahan tempat bangunan didirikan tidak termasuk sebagai output. b. Output lapangan usaha perdagangan adalah margin perdagangan, yaitu selisih nilai penjualan dengan nilai pembelian dari seluruh komoditi yang terjual. c. Output lapangan usaha pertanian dan penggalian, industri pengolahan, jasa profesional adalah nilai barang yang telah diproduksi Keterangan mengenai nilai produksi/output masing-masing lapangan usaha dapat dilihat pada lampiran Ongkos Produksi Ongkos produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk dapat menghasilkan barang atau jasa, seperti biaya pembelian bahan baku/penolong, biaya administrasi, dan biaya pemakaian jasa lain, serta biaya upah/gaji, tidak termasuk biaya sewa lahan dan bunga modal. Perlu diperhatikan bahwa pengeluaran atau ongkos produksi ini harus dipisahkan dari pengeluaran untuk keperluan konsumsi rt. 3. Pajak Lain Atas Produksi Pajak lain atas produksi mencakup seluruh pajak yang dibebankan pada usaha rt, dan terdiri dari : a. Pajak bumi dan bangunan (PBB) atas lahan dan bangunan yang digunakan untuk usaha rumah tangga. PBB biasanya dibayarkan setahun sekali. b. Pajak atas penggunaan harta tetap atau aktivitas lain seperti pajak yang dikenakan atas penggunaan kendaraan atau mesin (peralatan) lain yang digunakan oleh usaha rt, baik yang dimiliki sendiri maupun disewa. Contoh : STNK dan SIM. CATATAN : Kendaraan yang digunakan untuk usaha rt sekaligus untuk keperluan rumah tangga, maka biaya SIM atau STNK dimasukan sebagai pajak lainnya atas produksi bila kendaraan tersebut lebih sering digunakan untuk keperluan usaha. Sedangkan bila 24 SKTIR 2015

33 kendaraan tersebut lebih sering digunakan untuk keperluan rumah tangga, maka biayanya dicatat pada blok transfer keluar (Blok VII A). 4. Penyusutan Penyusutan barang modal merupakan pengurangan nilai barang modal karena pemakaian, yang dibebankan sebagai biaya secara berkala selama perkiraan umur pemakaian. Bila urt tidak mempunyai pembukuan yang baik, maka penghitungan penyusutan dapat dilakukan dengan metode garis lurus (straight line) sbb; P BM = H BM / t BM di mana; P BM adalah nilai penyusutan barang modal H BM adalah nilai pembelian barang modal dan, t BM adalah perkiraan umur pemakaian barang modal (tahun) Cara Pengisian Blok V A Kol (1) : Isikan nomor art sesuai yang tertulis pada blok III kol (1) Kol (2) : Tuliskan uraian pekerjaan dari art sesuai dengan jenis pekerjaan dan lapangan usahanya Kol (3) : Isikan kode lapangan usaha Indonesia 2 digit. Jika art berusaha pada lebih dari satu lapangan usaha, maka masing-masing pendapatan harus dicatat pada baris yang berbeda dengan tetap menuliskan nomor urut art di kol (1). Lapangan usaha yang berkode 98, tidak dicatat pada blok ini tetapi dicatat pada blok V B. Kol (4) : Isikan kode jenis pekerjaan dari art yang berusaha. Kode jenis pekerjaan dapat dilihat pada daftar isian Kol (5) : Isikan nilai barang/jasa yang dihasilkan. Nilai produksi yang dicatat meliputi produksi utama dan produksi lainnya Kol (6) : Isikan nilai upah/gaji baik berupa uang dan barang yang dibayarkan kepada buruh, tidak termasuk yang dibayarkan pada pekerja keluarga Kol (7) : Isikan nilai penggunaan bahan baku, bahan penolong, biaya administrasi, dan jasa lain, tidak termasuk pengeluaran dalam bentuk sumbangan, bunga modal, dan sewa lahan Kol (8) : Isikan nilai yang dikeluarkan untuk membayar pajak. Catat nilai sesuai waktu pembayaran. SKTIR

34 Kol (9) : Isikan nilai penyusutan barang modal urt. Nilai penyusutan mencakup semua jenis barang modal yang dimiliki dan digunakan dalam aktivitas produksi Kol (10) : Isikan pendapatan art dari aktivitas berusaha, yaitu kol [(5)-(6)-(7)-(8)-(9)] URT YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA UNTUK DIGUNAKAN SENDIRI (BLOK V B) Blok V B digunakan untuk mencatat semua aktivitas produksi yang dilakukan rumah tangga, dimana hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Barang dan jasa yang dihasilkan mencakup: jasa domestik dan jasa perorangan lain (pembantu rumah tangga, sopir pribadi, pengasuh bayi, dll) ; jasa persewaan rumah (baik yang ditempati sendiri maupun ditempati orang lain dengan bebas sewa) ; serta barang dan jasa dari aktivitas di bidang pertanian, penggalian, industri pengolahan, dan konstruksi yang digunakan untuk memenuhui kebutuhannya sendiri Konsep dan Definisi a. Jasa domestik dan perorangan dengan mempekerjakan pekerja dibayar Suatu unit rumah tangga dapat menghasilkan jasa domestik dan jasa perorangan lain dengan cara mempekerjakan pekerja domestik dibayar, dan hasilnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pekerja domestik yang dimaksud terdiri dari pembantu rumah tangga, sopir pribadi, tukang kebun, pengasuh bayi, dll. Nilai produksi dari jasa tersebut senilai dengan pembayaran upah/gaji ditambah nilai barang/jasa yang diberikan rumah tangga majikan pada pekerja domestik. b. Jasa persewaan rumah milik sendiri Apabila pemilik rumah menempati rumahnya sendiri, maka pada saat bersamaan rumah tangga tersebut dianggap melakukan aktivitas menghasilkan jasa persewaan rumah (housing service), dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk itu nilai produksi, ongkos produksi, pajak dan penyusutan dari aktivitas produksi oleh rumah tangga pemilik harus dicatat. Untuk rumah yang tidak ditempati (rumah kosong), maka rumah tersebut dianggap tidak sedang melakukan aktivitas menghasilkan jasa persewaan rumah. Nilai produksi dari jasa persewaan rumah setara dengan nilai perkiraan (imputasi) sewa rumah sejenis dengan kondisi yang hampir sama di lingkungan setempat. Kegiatan 26 SKTIR 2015

NERACA RUMAHTANGGA INDONESIA TAHUN 2011-2013 NOMOR KATALOG : 9506001 ISBN : 978-979-064-733-6 NOMOR PUBLIKASI : 07210.1401 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN NASKAH: : 17.6 x 25 CM : 60 HALAMAN SUB DIREKTORAT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Tahun

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK SKTIR 2015 RAHASIA BADAN PUSAT STATISTIK Tujuan Survei Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang sumber dan penggunaan dana masyarakat, khususnya tabungan dan investasi rumah tangga, dalam

Lebih terperinci

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara Tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan dan

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Jenis Arus dana Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Neraca Arus Dana (NAD) adalah sistem data finansial yang secara lengkap menggambarkan penggunaan tabungan dan sumber dana lainnya untuk membiayai

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI 2008

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI 2008 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI 2008 KIP : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN 1. Provinsi 2. Kabupaten / Kota *) 3. Kecamatan 4. Kelurahan / Desa *) 5. Nomor

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Perbankan Konvensional

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Tahun

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun

Lebih terperinci

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH V-BUMD15 REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH 2013-2014 1. Daftar isian ini digunakan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai profil dari Perusahaan BUMD Tahun 2013-2014.

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN SKTH 2015 KIP 1) : F BLOK I KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN 1 Provinsi : 2 Kabupaten / Kota 2) : 3 Kecamatan : 4 Desa / Kelurahan 2) : 5 No Blok

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017

Lebih terperinci

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK12-DS)

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK12-DS) REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL VIMK12-S 1. Provinsi BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK12-DS) (2) (3) 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kabupaten/Kota *) Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan

Lebih terperinci

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN GAS (KUESIONER GAS)

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN GAS (KUESIONER GAS) SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN GAS (KUESIONER GAS) Perusahaan/usaha gas adalah perusahaan/usaha yang melakukan kegiatan penyediaan serta pengoperasian jaringan transmisi dan distribusi gas kepada rumah tangga,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam memahami

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2013 PENERBITAN BLOK I. KETERANGAN TEMPAT. RT : RW : Kode Pos :

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2013 PENERBITAN BLOK I. KETERANGAN TEMPAT. RT : RW : Kode Pos : V-TERBIT BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2013 PENERBITAN BLOK I. KETERANGAN TEMPAT 1. Provinsi : 2. Kabupaten / Kota *) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan / Nagari *)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini terdiri dari data sekunder. Sumber data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

Lebih terperinci

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Data ketenagakerjaan yang dihasilkan BPS dikumpulkan melalui

Lebih terperinci

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian. BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi adalah struktur ekonomi yang berimbang, yaitu industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Untuk mencapai sasaran tersebut,

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Perbankan Syariah Tahun

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) BLOK II: KETERANGAN USAHA

REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) BLOK II: KETERANGAN USAHA SKP13-S REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2013 BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) (2) 1. Provinsi : 2. Kabupaten/Kota*) : 3. Kecamatan : 4. Desa/Kelurahan*) : 5. Nomor

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA VKR 2011 SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN 1. Provinsi : 2. Kabupaten / Kota *) : 3. Kecamatan : 4. Kelurahan / Desa *) : 5. No. Registrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

1. Pertambahan penduduk 2. Perkembangan perekonomian 3. Keterbatasan SDA

1. Pertambahan penduduk 2. Perkembangan perekonomian 3. Keterbatasan SDA SOAL TRYOUT UJIAN NASIONAL SMA TAHUN PELAJARAN 2006/ 2007 Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas/ Program : XII / IPS W a k t u : 120 Menit Penyusun : Tim Ekonomi DKI Jakarta P a k e t : A 1. Di bawah ini adalah

Lebih terperinci

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Perusahaan Jasa Perusahaan Jasa (Service Company) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan jasa keahlian. Contoh perusahaan jasa seperti kantor

Lebih terperinci

SENSUS EKONOMI 2006 PENCACAHAN PERUSAHAAN MENENGAH/BESAR PERUSAHAAN GAS

SENSUS EKONOMI 2006 PENCACAHAN PERUSAHAAN MENENGAH/BESAR PERUSAHAAN GAS SE06-UMB-E REPUBLIK I DO ESIA BADA PUSAT STATISTIK SENSUS EKONOMI 2006 PENCACAHAN PERUSAHAAN MENENGAH/BESAR PERUSAHAAN GAS 1. PROPINSI PENGENALAN TEMPAT (2) () 2. KABUPATEN / KOTA *). KECAMATAN 4. KELURAHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

SURVEI KHUSUS PERUSAHAAN SWASTA NON-FINANSIAL TAHUN 2013

SURVEI KHUSUS PERUSAHAAN SWASTA NON-FINANSIAL TAHUN 2013 R A H A S I A SKPS 2013 SURVEI KHUSUS PERUSAHAAN SWASTA NON-FINANSIAL TAHUN 2013 I. Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: 1. Karakteristik korporasi/perusahaan swasta non finansial,

Lebih terperinci

BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SKTh 2012 SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN Provinsi : 2. Kabupaten / Kota 2) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan 2) : 2) 5. No.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010

Lebih terperinci

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK13-DS)

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK13-DS) REPUBLIK INDONESIA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUN 213 BADAN PUSAT STATISTIK PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I : JANUARI - MARET VIMK13-S1 1. Provinsi BLOK I.1 : KETERANGAN

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Pegadaian Tahun 2010-2011.

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN SKTH 2013 KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN Provinsi : Kabupaten / Kota 2) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan 2) : 5. No. Registrasi

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SKTh 2012 SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN 1. Provinsi : 2. Kabupaten / Kota 2) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan 2) : 5. No.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

NERACA LEMBAGA NON PROFIT YANG MELAYANI RUMAHTANGGA TAHUN 2010-2012 NOMOR KATALOG : 9506002 ISBN : NOMOR PUBLIKASI : 07210.1303 UKURAN BUKU : 17.6 x 25 CM JUMLAH HALAMAN NASKAH: : v + 48 HALAMAN SUB DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomer 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 5 tahun

Lebih terperinci

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Judul Buku : Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : v + 44 hal Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Gambar Kulit

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas peran serta para pengawas/pemeriksa dalam pelaksanaan SUSI05 ini, dan selamat bekerja.

KATA PENGANTAR. Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas peran serta para pengawas/pemeriksa dalam pelaksanaan SUSI05 ini, dan selamat bekerja. KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pengawas/Pemeriksa dalam Survei Usaha Terintegrasi 2005 (SUSI05) digunakan sebagai petunjuk dan pegangan bagi para pengawas dalam melakukan pengawasan/pemeriksaan terhadap hasil

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Kewajiban Perpajakan bagi Dokter

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Kewajiban Perpajakan bagi Dokter Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Kewajiban Perpajakan bagi Dokter PJ.091/PL/S/008/2014-00 Apa Itu Pajak? Gambaran Umum Subjek Pajak Objek Pajak Sumber Penghasilan Dokter Kewajiban Pajak

Lebih terperinci

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN PENGILANGAN MIGAS (KUESIONER KILANG)

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN PENGILANGAN MIGAS (KUESIONER KILANG) SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN PENGILANGAN MIGAS (KUESIONER KILANG) Pengilangan Minyak dan Gas Bumi adalah mencakup usaha pemurnian dan pengilangan minyak bumi yang menghasilkan gas atau LPG, naptha, avigas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Publikasi sebelumnya Pendapatan Regional Kabupaten Semarang dihitung berdasarkan pada pendekatan produksi. Lebih jauh dalam publikasi ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk pemantapan

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK13-DS)

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK13-DS) REPUBLIK INDONESIA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUN 213 BADAN PUSAT STATISTIK PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II : APRIL - JUNI VIMK13-S2 1. Provinsi BLOK I.1 : KETERANGAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL. Minggu 3

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL. Minggu 3 PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL Minggu 3 Pendahuluan Pendapatan nasional adalah total produksi barang/jasa yang dihasilkan oleh masyarakat di suatu negara. Istilah yang umum digunakan adalah GDP/GNP atau

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISIAN

REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISIAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SKLNP 14 DAFTAR ISIAN Keterangan : - Data yang dikumpulkan dalam survei ini akan digunakan untuk menyusun statistik neraca nasional yang dibutuhkan pemerintah dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB MANAJEMEN KAS A. Kas dan Aliran Kas

BAB MANAJEMEN KAS A. Kas dan Aliran Kas BAB V MANAJEMEN KAS Suatu perusahaan terbilang sukses karena bisa memetik keuntungan atau laba, jumlah asetnya pun besar. Akan tetapi, tatkala perusahaan mulai kesulitan untuk membayar tagihan dan memenuhi

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Pedagang Valuta Asing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pukul WIB kecuali pada hari minggu akan buka pada pukul 11.00

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pukul WIB kecuali pada hari minggu akan buka pada pukul 11.00 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Snapshoes Care Snapshoes Care usaha cuci sepatu dan tas premium merupakan usaha yang baru terbentuk pada tanggal 12 April 2016. Usaha cuci sepatu

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD PENGELOLAAN HARTA PENGATURAN PENGELUARAN PENGELOLAAN UTANG CARA PEMBAYARAN UTANG PENGELOLAAN PENGELUARAN UTANG DIMASA DATANG LAPORAN KEUANGAN ADA EMPAT KELOMPOK BESAR HARTA PRODUKTIF

Lebih terperinci

TRIWULAN IV. BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK11-DS)

TRIWULAN IV. BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK11-DS) VIMK11-S REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK TRIWULAN IV ( OKTOBER - DESEMBER ) 1. Provinsi BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK11-DS) (1) (2) (3) 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kabupaten/Kota *)

Lebih terperinci

JASA TELEVISI BERBAYAR

JASA TELEVISI BERBAYAR V-MCTV BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2013 JASA TELEVISI BERBAYAR BLOK I. KETERANGAN TEMPAT 1. Provinsi : 2. Kabupaten / Kota *) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan /

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEWAJIBAN LANCAR DAN PENGGAJIAN

AKUNTANSI KEWAJIBAN LANCAR DAN PENGGAJIAN AKUNTANSI KEWAJIBAN LANCAR DAN PENGGAJIAN Kewajiban adalah salah satu elemen dalam persamaan akuntansi Beberapa jenis kewajiban telah kita kenal pada industri jasa maupun industri dagang yang telah kita

Lebih terperinci

PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA

PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA BADAN PUSAT STATISTIK PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 215 TAHUNAN Industri Mikro Industri Kecil 2-digit KBLI: - 1-2 VIMK15-S2 BLOK I. KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK15-DS2)

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL KASUS 1 PT. RAFI bergerak dalam bisnis perdagangan Kain Batik yang merupakan Wajib Pajak Badan yang berdomisili di Pekalongan. Data laporan keuangan tahun 29

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN PENCACAHAN SURVEI KHUSUS STRUKTUR INPUT PEMERINTAH (SKSIP) TAHUN 2015

BUKU PEDOMAN PENCACAHAN SURVEI KHUSUS STRUKTUR INPUT PEMERINTAH (SKSIP) TAHUN 2015 SKSIP 2015 BUKU PEDOMAN PENCACAHAN SURVEI KHUSUS STRUKTUR INPUT PEMERINTAH (SKSIP) TAHUN 2015 Subdirektorat Neraca Pemerintah dan Badan Usaha Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik, Republik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ. PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ./2009) Tahun Pajak : 2009 Formulir 1770 S ini merupakan formulir SPT Tahunan

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

Dr. Ali Rosidi Direktur Statistik Keuangan & Harga Badan Pusat Statistik

Dr. Ali Rosidi Direktur Statistik Keuangan & Harga Badan Pusat Statistik NILAI TUKAR PETANI (NTP) SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI Dr. Ali Rosidi Direktur Statistik Keuangan & Harga Badan Pusat Statistik Disajikan Pada: Pertemuan Dan Diskusi Terbatas Mengenai

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUNAN TAHUN 2014 PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL (1) (2) (3)

REPUBLIK INDONESIA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUNAN TAHUN 2014 PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL (1) (2) (3) REPUBLIK INDONESIA R A H A S I A SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUNAN TAHUN 214 PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL IM IK Kode 2-digit KBLI - 1-2 VIMK14-S2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

Contoh laporan keuangan koperasi

Contoh laporan keuangan koperasi Contoh laporan keuangan koperasi Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah ekonomi

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Pedagang Valuta Asing

Lebih terperinci