BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997) Pengertian Kosmetika Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76, kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).

2 2.1.2 Penggolongan Kosmetika Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi kosmetika dalam: 1. Preparat untuk bayi 2. Preparat untuk mandi 3. Preparat untuk mata 4. Preparat wangi-wangian 5. Preparat untuk rambut 6. Preparat untuk rias (make up) 7. Preparat untuk pewarna rambut 8. Preparat untuk kebersihan mulut 9. Preparat untuk kebersihan badan 10. Preparat untuk kuku 11. Preparat untuk cukur 12. Preparat untuk perawatan kulit 13. Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997) Tujuan Penggunaan Kosmetika Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan

3 secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.2 Kosmetika Rias Rambut Sediaan rias rambut adalah sediaaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias dengan maksud untuk pewarnaan rambut, pemucatan atau pemutihan rambut, pelurusan rambut, pengeritingan atau pengikalan rambut dan atau penghilang ketombe, pelembut rambut, penataan rambut, pembantu perawatan rambut, pelebatan dan atau penyuburan rambut (Ditjen POM, 1985). Sediaan rias rambut disajikan dalam berbagai bentuk sediaan, seperti bubuk, emulsi, gel atau jeli, krim, larutan, losio, dan pomit (Ditjen POM, 1985). 2.3 Pewarna Rambut Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut manusia bermacam-macam, hitam, merah, cokelat, keemasan (pirang) bergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih, yang kurang disukai keberadaannya (Bariqina dan Ideawati, 2001). Untuk mengubah warna rambut diperlukan pengetahuan tentang warna dasar, yaitu warna primer yang terdiri atas merah, kuning, biru. Warna sekunder adalah warna yang dibentuk dari campuran warna primer, yaitu merah-kuning

4 (oranye), kuning-biru (hijau), merah-biru (violet). Warna tersier adalah campuran warna sekunder, yaitu merah-oranye, oranye-kuning, dan sebagainya (Bariqina dan Ideawati, 2001). Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang ada dalam lapisan korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli dapat memiliki bermacam-macam warna (Bariqina dan Ideawati, 2001) Zat Pewarna Rambut Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berupa zat warna alam, sintetik, maupun logam (Ditjen POM, 1985). Zat warna alam yang lazim digunakan adalah zat warna yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia, sediaan galenika seperti ekstrak dan rebusan, sari komponen warna, maupun zat semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang terkandung dalam simplisianya (Ditjen POM, 1985). Pewarna dari bahan sintetik organik pada umumnya dikelompokkan dalam tiga jenis, berdasarkan kemampuan bertahannya di rambut. 1. Pewarna Azo - Pewarna Azo bersifat sementara. Banyak dibuat dari parahidroksi-azo-benzena (para-hydroxyazobenzene). Molekul zat pewarnanya besar dan tidak dapat melewati celah imbrikasi selaput rambut guna masuk ke kulit rambut dan hanya melapisi selaput rambut saja. Warnanya akan hilang

5 dalam sekali pensampoan. Keuntungan menggunakan pewarna azo ialah sifatnya yang tidak merusak selaput rambut maupun kulit rambut; karena tidak mengandung ammonia dan tidak memerlukan proses oksidasi dengan hidrogen peroksida. Pewarna Azo baik digunakan juntuk mencoba warna rambut, sehingga jika hasilnya kurang memuaskan, dapat segera dihilangkan. 2. Pewarna Nitro - Pewarna nitro bersifat semi-permanen. Banyak dibuat dari bahan nitro-fenelen-diamina yang menghasilkan warna merah dan kuning; atau dari bahan antrakuinon yang menghasilkan warna biru. Molekul pewarna nitro sebagian dapat masuk ke kulit rambut melalui celah imbrikasi; sebagian lain hanya melapisi selaput rambut. Zat warnanya baru luntur setelah beberapa kali pensampoan. Keuntungan penggunaan pewarna nitro ialah tidak merusak selaput rambut dan kulit rambut; karena tidak mengandung amonia maupun memerlukan hidrogen peroksida dalam penggunaannya. Berhubung lunturnya sedikit demi sedikit, maka timbulnya kembali warna asli rambut berlangsung tidak mencolok. 3. Pewarna Oksidasi - Pewarna oksidasi bersifat permanen. Molekul pewarnanya mula-mula sangat kecil dan mampu melewati celah imbrikasi selaput rambut untuk masuk ke kulit rambut. Melalui proses oksidasi yang kebanyakan menggunakan larutan hidrogen peroksida, zat pewarnanya timbul dan molekul tersebut mengembang menjadi molekul raksasa, sehingga tidak dapat keluar lagi dari kulit rambut. Pewarna oksidasi banyak dibuat dari bahan dasar keturunan aniline, seperti para-fenelin-diamina yang menghasilkan warna hitam; para-toluen-diamina

6 yang menghasilkan warna cokelat; para-amino-fenol yang menghasilkan warana merah kecokelatan; meta-dihidroksi-benzena, yang menghasilkan warna abu-abu. Keuntungan menggunakan pewarna oksidasi ialah hasil warnanya permanen, indah, dan cemerlang. Kerugiannya adalah sama dengan kerugian yang ditimbulkan oleh proses pengeritingan yang terlalu sering. Selaput rambut dapat menjadi terlalu porus, kasar, kering, mudah patah, dan kulit rambut juga menjadi kering, rusak, menurun tingkat elastisitasnya, tampak kusam, kekuning-kuningan, dan atau kemerah-merahan. 4. Pewarna Logam - Pewarna logam melapisi batang rambut dengan kuat dan dikategorikan sebagai pewarna permanen; serta sering dipasarkan sebagai color restorer atau pengembali warna semula. Pewarna jenis ini menggunakan bahan dasar logam, seperti timah yang menghasilkan warna hitam-lembayung; perak menghasilkan hitam-kehijauan; dan tembaga menghasilkan warna hitam pekat (Kusumadewi, 2003). Dalam zat warna senyawa logam, peranan pewarnaan rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam, jenis pembangkit warna, dan suasana lingkungan pembawanya (Ditjen POM, 1985). Oleh karena itu zat warna senyawa logam meliputi, senyawa logam, zat pembangkit warna, asam, alkalis, dan pembawa. Senyawa logam meliputi bismut sitrat, kadmium sulfat, kobalt sulfat, nikel sulfat, perak nitrat, tembaga sulfat, dan timbal asetat (Ditjen POM, 1985).

7 2.3.2 Klasifikasi Pewarna Rambut Pewarna rambut dapat digolongkan berdasarkan lama bertahannya pewarna dalam helai rambut, dikenal tiga kategori pewarnaan rambut: 1. Pewarnaan Sementara (Temporary Color) Pewarna jenis ini adalah pewarna yang paling lembut. Penggunaannya adalah dengan cara mencuci rambut dengan air larutan bahan pewarna ini sehingga warna yang terkandung di dalamnya tertinggal pada permukaan kulit ari. Sifat pewarna ini akan mudah hilang bila rambut dikeramas atau dihapus dengan tisu/ kapas. Pewarnaan ini digunakan ketika diperlukan saja. Setelah itu, warna tersebut dapat dihilangkan dengan cara menghapus atau mencuci dengan air. 2. Pewarna Semi Permanen (Semi Permanent Color) Bahan pewarna ini hanya dapat dipakai sebagai pengganti rona rambut dan tidak dapat memudakan (mencerahkan) warna. Warnanya dapat meresap ke dalam kulit ari, tetapi akan hilang setelah enam sampai delapan kali pencucian rambut. Fungsi bahan ini bisa sebagai penyamar (camouflage) warna rambut yang sebenarnya atau sekadar mengikuti trend. Pewarna semi permanen tidak mengandung amoniak dan peroksida yang membuka kutikula rambut sehingga zat warna tertinggal di bagian rambut saja. Tujuan pemberian bahan pewarna semi permanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan pada saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut

8 putih yang dicat hitam dengan jenis cat yang bersifat semi permanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan. 3. Pewarna Tetap (Permanent Color) Pewarna tetap dibuat dari cat yang bermolekul kecil, yaitu parafenilendiamina. Pemakaian pewarna jenis ini, dalam pelaksanaan pengecatan rambut, memerlukan hidrogen peroksida untuk menghantarkan zat pewarna agar dapat meresap ke dalam lapisan korteks/kulit rambut sampai pada bagian yang paling dalam dari lapisan kulit rambut tersebut. Pewarna tetap terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jelly, dan cairan. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warnawarna yang mendekati warna asli lain menurut selera atau zaman. Untuk rambut yang telah diwarnai dengan pewarna tetap, sebaiknya digunakan pula sampo yang berformula lembut dengan pengondisinya (Bariqina dan Ideawati, 2001).

9 2.3.3 Proses Sistem Pewarnaan Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi dalam 2 golongan: 1. Pewarnaan Rambut Langsung Sediaan pewarnaan rambut lansung telah mengandung zat warna, sehingga dapat lansung digunakan dalam pewarna rambut, tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna (Ditjen POM, 1985). 2. Pewarnaan Rambut Tidak Langsung Sediaan pewarnaan rambut tidak lansung disajikan dalam 2 kemasan, masingmasing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Jika hendak digunakan terlebih dahulu harus dicampur komponen satu dengan yang lainnya (Ditjen POM, 1985). 2.4 Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan (Anonim, 2012). Hidrogen peroksida mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. a. Bukan asam, tetapi dapat mengubah warna lakmus menjadi merah. b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit. c. Memiliki daya desinfektan (Bariqina dan Ideawati, 2001).

10 2.4.1 Hidrogen Peroksida Pada Pewarna Rambut Hidrogen peroksida sangat berguna dalam pembuatan kosmetika penataan rambut seperti yang tersebut berikut ini. a. Sebagai bahan penambah dalam larutan pengeriting dan bahan cat rambut untuk memudahkan meresapnya bahan-bahan tersebut ke dalam korteks rambut. b. Sebagai bahan untuk menghilangkan atau memudakan warna pigmen rambut (bleaching). Di dalam bahan kosmetika untuk pengeritingan rambut, hidrogen peroksida digunakan untuk meregangkan hubungan antara sirip-sirip kutikula rambut dan menghentikan daya kerja larutan pengeriting dengan memulihkan ikatan antara molekul-molekul tanduk (Bariqina dan Ideawati, 2001) Efek Hidrogen Peroksida Kelainan-kelainan pada batang rambut yang tidak sampai mempengaruhi akar rambut, misalnya batang rambut yang terbelah ujungnya, kekeringan dan kekusaman akibat berjemur disinar matahari, rapuh karena tindakan pengeringan dengan alat-alat yang panas (blow-dry), pengeritingan, pelurusan, pewarnaan dan sasakan. Sementara itu kelainan-kelainan rambut yang dapat sampai mempengaruhi akar rambut, misalnya rambut yang kusut sehingga waktu disisir banyak yang putus atau tercabut dengan akar rambutnya, infeksi karena jamur dan kuman serta keracunan bahan-bahan kimia atau cat rambut yang sampai ke akar rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

11 Kandungan hidrogen peroksida membantu memulai proses pembentukan warna dan menciptakan warna yang tahan lama. Semakin besar volume peroksida, berarti makin besar pula jumlah sulfur yang hilang dari rambut. Hilangnya sulfur bisa menyebabkan rambut kaku dan rapuh. Itulah sebabnya, pada kosmetik pewarna rambut yang baik, kandungan hidrogen peroksidanya sekitar 30 persen atau kurang (Anonim, 2002). 2.5 Titrasi Permanganometri Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO 4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat (Anonim, 2008) Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Permanganometri Dalam permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes

12 permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan (Day dan Underwood, 1986). Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat (Mn 2+ ) yang berwarna hijau (Rivai, 1995). Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada ph (Rivai, 1995). Menurut Day dan Underwood (1986), Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan natrium oksalat atau arsen (III) oksida sebagai standar primernya. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah: 5 C 2 O MnO H + 2 Mn CO H 2 O Indikator Titrasi Permanganometri Titik akhir titrasi dengan menggunakan KMnO4 sebagai pentiter atau disebut juga dengan sebutan titrasi permanganometri akan ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat (Rivai, 1995). Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO 4 - titrasi: dengan ion Mn 2+ hasil

13 3 Mn MnO H 2 O 5 MnO 2 (s) + 4 H + Namun karena reaksinya sangat lambat, warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah benar sudah tercapai titik akhir (Harjadi, 1993). Ada beberapa macam indikator yang dapat digunakan dalam titrasi redoks anatara lain: a. Suatu zat berwarna dapat bekerja sebagai indikator sendiri, misalnya larutan kalium permanganat demikian tua warnanya hingga suatu kelebihan kecil pereaksi ini dalam sutau titrasi dengan mudah dapat langsung diketahui. b. Sebuah indikator Spesifik adalah suatu zat yang bereaksi dengan cara yang khusus dengan salah satu pereaksi dalam suatu reaksi untuk menghasilkan suatu warna c. Indikator luar, atau uji noda suatu waktu digunakan apabila tidak dapat diperoleh indikator dalam. d. Potensial redoks dapat diikuti selama titrasi dan titik ekivalenya ditemukan dari perubahan yang besar dari potensial pada kurva titrasi. e. Akhirnya suatu indikator yang sendirinya mengalami oksidasi-reduksi dapat digunakan (Day dan Underwood, 1986) Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Permanganometri Larutan baku kalium permanganat dapat dipakai untuk menentukan beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor (Rivai, 1995). Menurut Farmakope Edisi IV (1995) Larutan baku kalium permanganat hanya digunakan untuk

14 menetapkan kadar hidrogen peroksida dengan cara titrasi. Dimana tiap ml larutan kalium permanganat 0,1N setara dengan 1,701 mg hidrogen peroksida. Pada penetapan kadar tersebut, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 2 MnO H H 2 O 2 2 Mn O 2 + 8H 2 O Karena 5 mol H 2 O 2 setara dengan 10 elektron, maka valensinya adalah 2 sehingga berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul dibagi 2 atau BE = BM/2 (Rohman dan Gandjar, 2007). Tanda panah ke arah bawah pada ion permanganat dalam persamaan reaksi di atas menunjukkan bahwa ion permanganat sebagai pentiter (Rivai, 1995).

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan bening, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi KMnO 4 terhadap H 2 C 2 O 4 0.1 N Kelompok Vol. H 2 C 2 O 4 Vol. KMnO 4 7 10 ml 10.3 ml 8 10 ml 10.8 ml 9 10 ml 10.4 ml 10 10

Lebih terperinci

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI Oleh : WAHYU PURWANITA K100050239 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah digunakan oleh manusia yang hidup

Lebih terperinci

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis :

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis : Kosmetika saat ini sudah menjadi kebutuhan dasar bagi semua orang, baik pria maupun wanita. Kosmetika sebagai kebutuhan dasar karena selalu dipakai berulang kali setiap hari. Berdasarkan kebutuhannya tersebut,

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH KIMIA KUANTITATIF Makalah Titrasi Redoks Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH MUHAMMAD AGUNG PRASETYO PUTRIANTI Tingkat : IA AKADEMI FARMASI JAMBI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut

BAB I PENDAHULUAN. dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rambut adalah sesuatu yang tumbuh dari akar rambut yang ada dalam lapisan dermis dan melalui saluran folikel rambut ke luar dari kulit (Tranggono dan Latifah, 2007;

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION HERMAN, S.Pd., M.Si FARMASI UNMUL TITRASI REDUKSI OKSIDASI TITRASI REDUKSI OKSIDASI DEFINISI analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi reduksi

Lebih terperinci

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri Selasa, 10 Mei 2014 Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA 1112016200062 Kelompok : Ma wah shofwah Millah hanifah Savira aulia Widya fitriani PROGRAM

Lebih terperinci

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam titrasi redoks Permanganometri Dikromatometri Serimetri Iodo-iodimetri Bromatometri Permanganometri Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit, tumbuh sebagai batang-batang tanduk, dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, wajah, dan kepala, kecuali pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 Titrasi Permanganometri Selasa, 6 Mei 2014 Disusun Oleh: Yeni Setiartini 1112016200050 Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah Huda Rahmawati Aida Nadia Rizky Harry Setiawan. PROGRAM

Lebih terperinci

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI DISUSUN OLEH : Kel IV Dahlia 081304028 Yuliyta Samara 081304038 Andi Ayyub Ansar 081304014 Arianto 081304074 Muh. Rizal Hardiansyah 081304058 JURUSAN KIMIA

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN DATA PENGAMATAN Eksperimen 1 : Reaksi Eksperimen 2 : Pemanasan Garam Nitr Asam Nitrat dengan Logam Cu Perlakuan 1 keping logam Cu + HNO3 pekat beberapa tetes 1 keping

Lebih terperinci

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri Perhatikan gambar Titrasi IODOMETRI & IOdimetri Pemutih Tujuan Pembelajaran Mendeskripsikan pengertian titrasi iodo-iodimetri Menjelaskan prinsip dasar titrasi iodo-iodimetri Larutan standar Indikator

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Kosmetik Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Prinsip Refraktometer Pengertian Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb.prinsip kerja

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION 1 LOGO Analisis Kation 2 Klasifikasi Kation Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari: Klorida (asam klorida) Sulfida, (H 2

Lebih terperinci

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI) KIMIA DASAR TITRASI (VOLUMETRI) Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt. PRINSIP TITRASI Titrasi (volumetri) merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

Lebih terperinci

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik PERMANGANOMETRI A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik B. TUJUAN Menentukan normalitas KMnO 4 sesungguhnya. C. DASAR TEORI Permanganometri merupakan

Lebih terperinci

TITRASI PERMANGANOMETRI

TITRASI PERMANGANOMETRI JURNAL PRAKTIKUM TITRASI PERMANGANOMETRI KELOMPOK I I GEDE GEGIRANANG WIRYADI (0904105001) PUTU LISSA AMBARAWANGI (0904105003) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2009

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri PENENTUAN KADAR CuSO 4 Dengan Titrasi Iodometri 22 April 2014 NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 2 : 1. Widya Kusumaningrum (111201620000) 2. Ipa Ida Rosita (1112016200007) 3. Ummu Kalsum A.L

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR Syamsuri Syakri Jurusan Farmasi FKIK UIN Alauddin Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar. VOLUMETRI I Drs Kusumo Hariyadi Apt MS. Analisa Kimia dibagi 2 bagian : 1. Analisa Kualitatif ( analisa jenis) bertujuan mencari adanya unsur / senyawa dalam suatu sampel 2. Analisa Kuantitatif (analisa

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Uraian Tumbuhan Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Uraian Tumbuhan Rambutan (Nephelium lappaceum L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Para ahli botani dan pakar pertanian, memastikan bahwa daerah asal tanaman rambutan adalah Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat mengetahui: 1. Prinsip dasar permanganometri. 2. Standarisasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI KAMIS, 24 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Annisa Etika Arum 2. Aini Nadhokhotani Herpi 3. Rhendika Taufik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung Laporan Praktikum Nama : Linda Trivana Kimia Analitik 1 NRP : G44080075 Kelompok : B-Siang Asisten : Yuyun Yunita Hari, tanggal : Selasa, 11 Mei 2010 PJP : Zulhan A, S.Si Penentuan Kadar Vitamin C dengan

Lebih terperinci

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa LOGO Analisis Kation Golongan V Gol. Sisa By Djadjat Tisnadjaja 1 Golongan kelima Magnesium, natrium, kalium dan amonium Tidak ada reagensia umum untuk kation-kation golongan ini Kation-kation gol kelima

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI TITRASI KOMPLEKSOMETRI I. TUJUAN a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO 4 b. Menentukan konsentrasi larutan Ni 2+ c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri II. TEORI Titrasi kompleksometri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri. 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Titrasi Titrasi adalah suatu metode yang

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI Di Susun Oleh : Ida Ayu Laksmi Dewi (12330057) Dina Rachmawati (12330060) Ade Andriyani (12330081) Rizky Nasurullah (12330086) Yeni Apri Anwarwati

Lebih terperinci

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri? yaitu, merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume. 1 Macam Analisa Volumetri 1. Gasometri adalah volumetri

Lebih terperinci

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C Siti Masitoh 1112016200006 M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN 1213041019 PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam larutan. B. Tujuan Percobaan Menyelidiki kadar karbonat dan bikarbonat dalam larutan secara asidimetri dengan menggunakan

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL REAKSI-REAKSI ALKHL DAN FENL TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan alkohol dengan fenol berdasarkan reaksinya dengan asam karboksilat 2. Membedakan alkohol dan fenol berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jati yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis L.f. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jati yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis L.f. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Jati Tanaman jati yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis L.f. Secara historis, tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Nama tectona berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN BAB V PEMBAHASAN Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan: KIMIA KELAS XII IPA KURIKULUM GABUNGAN 06 Sesi NGAN Review I Kita telah mempelajari sifat koligatif, reaksi redoks, dan sel volta pada sesi 5. Pada sesi keenam ini, kita akan mereview kelima sesi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INFUS KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

PEMANFAATAN INFUS KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT PEMANFAATAN INFUS KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT Supomo 1), Dedi Setiawan 2), Sarifah Ayusia 1) Bidang Farmakognosi dan Fitokimia, Akademi Farmasi Samarinda e-mail:

Lebih terperinci

Sophie Damayanti / SF ITB

Sophie Damayanti / SF ITB 1 METODE ANALISIS REAKSI OKSIDASI REDUKSI (REDOKS) 2 REAKSI OKSIDASI REDUKSI (REDOKS) PROSEDUR ANALITIK VOLUMETRI diterapkan untuk SENYAWA ANORGANIK 3 SENYAWA ORGANIK REAKSI DALAM SISTEM IONIK BERLANGSUNG

Lebih terperinci

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI Definisi Reduksi Oksidasi menerima elektron melepas elektron Contoh : Mg Mg 2+ + 2e - (Oksidasi ) O 2 + 4e - 2O 2- (Reduksi) Senyawa pengoksidasi adalah zat yang mengambil elektron

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat terbuka dan dapat ditemukan sampai ketinggian m di atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat terbuka dan dapat ditemukan sampai ketinggian m di atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Secang (Caesalpinia sappan L.) Secang tumbuh liar di daerah pegunungan yang berbatu, tetapi tidak terlalu dingin dan kadang ditanam sebagai pembatas kebun. Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 I. Pendahuluan Pemutihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi Na 2 S 2 O 3 terhadap K 2 Cr 2 O 7 0.1 N Kelompok Vol. K 2 Cr 2 O 7 Vol. Na 2 S 2 O 3 7 10 ml 11 ml 8 10 ml 12.7 ml 9 10 ml 11.6

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

LOGO TEORI ASAM BASA

LOGO TEORI ASAM BASA LOGO TEORI ASAM BASA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP 2012 Beberapa ilmuan telah memberikan definisi tentang konsep asam basa Meskipun beberapa definisi terlihat kurang jelas dan berbeda satu sama lain, tetapi

Lebih terperinci

REAKSI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS)

REAKSI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS) REAKSI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS) I. Judul eksperimen : Reaksi reduksi oksidasi. II. Tujuan : Mengamati terjadinya reaksi reduksi oksidasi dalam berbagai situasi lingkungan serta penyetaraan persamaan koefisien

Lebih terperinci

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech. TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech. 1 Pendahuluan Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan kompleks atau ion kompleks

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam Analisis Vitamin C Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen intraselular. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

Laporan Analisis Anion. Disusun Oleh : CHO MEITA BAB I PENDAHULUAN

Laporan Analisis Anion. Disusun Oleh : CHO MEITA BAB I PENDAHULUAN Laporan Analisis Anion Disusun Oleh : CHO MEITA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Menentukan jenis Anion yang terdapat pada sampel dengan Analisis Kimia Kualitatif Anorganik. 1.2 Prinsip Percobaan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 22 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV. 1 Hasil Penelitian IV.1. 1 Hasil Pengukuran Potensial Sel Larutan Pengukuran potensial sel larutan selama proses titrimetri redoks berlangsung dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permanganometri Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi

Lebih terperinci

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

1. Bilangan Oksidasi (b.o) Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah

Lebih terperinci

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi Larutan Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 02-05-2009 Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK 02 REGULER KELOMPOK 6 Disusun oleh: 1. Jang Jin Joo 1306399071 (11) 2. Robby Samuel 1306402204 (12) TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL 2014 Pengertian Titrasi

Lebih terperinci

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Nitrogen: Dijumpai pada semua jenis tanah, terutama bertekstur kasar dan berkadar

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan. Laporan Praktikum Kimia Dasar II Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KI-1111) PERCOBAAN II REAKSI-REAKSI KIMIA DAN STOIKIOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KI-1111) PERCOBAAN II REAKSI-REAKSI KIMIA DAN STOIKIOMETRI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KI-1111) PERCOBAAN II REAKSI-REAKSI KIMIA DAN STOIKIOMETRI Tanggal Percobaan : 5 Oktober 2006 Shift : Kamis Pagi Kelompok : 4.3. A Disusun Oleh : Aulia Qiranawangsih (16606227)

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta regina_tutikp@uny.ac.id Pendahuluan Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu

Lebih terperinci

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias MATA KULIAH KOSMETOLOGI (PENANGGUNG JAWAB: DRA, JUANITA T, APT) KOSMETOLOGI KOSMETIKA LOGOS = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias = Ilmu Menurut PERMENKES N0.220 THN 1976 : KOSMETIKA adalah: Bahan/campuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi AgNO 3 terhadap NaCl 0.1 N (Cara Mohr) Kelompok Vol. NaCl Vol. AgNO 3 7 10 ml 4 ml 8 10 ml 4.2 ml 9 10 ml 4.2 ml 10 10 ml 4.3

Lebih terperinci

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web : 1. PENGERTIAN RAMBUT Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat

Lebih terperinci