KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015"

Transkripsi

1 KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Oleh : Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.Sc. Sekretaris Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Disampaikan pada: Rapat Koordinasi Minapolitan Batam, 22 September 2014 Direktorat Jenderal P2HP

2 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

3 Negara GDP (PPP) (USD 000) GDP Real Growth (%) GDP per Capita (USD) Labor Force Gini Index Total Population Pop. Growth (%) Life Expect. Death Rate* (%) Brunei 21,110, , , , yr 3.35 Indonesia 1,121,000, , ,000, ,613, yr 6.26 Malaysia 447,000, ,600 11,900, ,728, yr 4.93 Filipina 393,400, ,100 39,810, ,833, yr 5.02 Singapura 314,500, ,900 3,212, ,740, yr 4.95 Thailand 609,800, ,700 39,280, ,720, yr 7.29 Deaths/1,000 All data as of 30 Jan 2013 Sumber : Ditjen KPI, Kementerian Perdagangan Pasar sebesar ± 600 juta dengan total GDP (PPP) lebih dari US$ 2,7 Triliun Perekonomian ASEAN tumbuh, kelas menengah makin berkembang Akan meningkatkan tuntutan standar hidup lebih baik dan khususnya demand terhadap berbagai jasa

4 PENGERTIAN DASAR MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 u AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah komitmen yang dibangun oleh 10 negara ASEAN untuk meningkatkan perekonomian kawasan, dengan cara meningkatkan daya saing perdagangan dan investasi kawasan ASEAN di pasar global agar tercipta pertumbuhan ekonomi yang merata, peningkatan taraf hidup masyarakat, dan penurunan angka kemiskinan. u Pada tahun 2015, Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN

5 PERJALANAN ASEAN E N L A R G E M E N T D E E P E N I N G 1967: INA, MAL PHI, SIN, THA 1977: PTA 1992: CEPT AFTA 1995: AFAS 1997: ASEAN Vision : AIA 2003: 3 Pillars of ASEAN Community 2020; 11 Priority Integration Sectors (PIS) 1984: BRU 1995: VN 1997: LAO, MYM 1999: CAM 2004: ASN-China 2006: ASN-KOR 2008: ASN-JAP 2009: ASN-ANZ; ASN-India; ASN-China Investment; ASN Korea Investment EAFTA Study CEPEA Study 2010: ASEAN Plus Working Groups on ROO, Tariff Nomenclature, Customs, Ec Cooperation 2005: Logistics as PIS 2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint 2008: first year of AEC Blueprint; ASEAN Charter entered into force ASEAN Economic Community : ATIGA, ACIA, AEC Scorecard 2010: Connectivity Master Plan 2011: ASEAN Economy in a Global Economy of Nations

6 HUBUNGAN EKSTERNAL EKONOMI ASEAN Global Engagement is Key ASEAN-Russia ASEAN-Canada TIFA (Being Developed) ASEAN-EU FTA (Individual/ Regional) ASEAN-Pakistan ASEAN-GCC ASEAN-India FTA ASEAN-China FTA ASEAN-Korea FTA ASEAN-Japan CEP ASEAN-US TIFA ASEAN-Australia- New Zealand FTA Trans Pacific ASEAN-MERCOSUR Partnership? East Asian community? Asia Pacific community?

7 Visi ASEAN 2020: ASEAN yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata, dan tingkat kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang menurun Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional Kawasan Berdayasaing Tinggi Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata Integrasi dengan Perekonomian Dunia

8 4 PILAR CETAK BIRU MEA ASEAN Economic Community Strategic Schedule of the AEC Blueprint ( ) Pillar 1 Single Market & Production Base Pillar 2 Competitive Economic Region Pillar 3 Equitable Economic Development Pillar 4 Integration into the Global Economy Free flow of goods Free flow of services Free flow of investment Freer flow of capital Free flow of skilled labor Priority Integration Sectors Food, agriculture and forestry Competition policy Consumer protection Intellectual property rights Infrastructure development Taxation E-Commerce SME development Initiative for ASEAN Integration Coherent approach towards external economic relations Enhanced participation in global supply networks HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT RESEARCH AND DEVELOPMENT

9 PILAR: SINGLE MARKET AND PRODUCTION BASE A. Comprise five core elements: 1. free flow of goods 2. free flow of services 3. free flow of investment 4. free flow of capita 5. free flow of skilled labour B. Include two important components namely, the priority integration sectors, and food, agriculture and forestry.

10 PRIORITY INTEGRATION SECTORS (PIS) Catatan: UMKM disepakati menjadi player dalam ke-12 PIS tersebut. Indonesia merupakan country coordinator untuk sektor automotive dan wood-based. 1. Agro-based 2. Automotive 3. Electronic 4. Fisheries 5. Healthcare 6. ICT 7. Rubber-based 8. Textile and apparel 9. Wood-based 10. Air travel 11. Tourism 12. Logistic services

11 SCORECARD KESIAPAN MEA 2015 (%) Sumber : ASEAN Secretariat (2012) dalam Sinar Harapan 15 Januari 2013

12 TREN GLOBAL

13 LAPORAN MCKINSEY GLOBAL INSTITUTE 2012: The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia s Potential Indonesia saat ini Indonesia 2030 Ekonomi terbesar ke-16 dunia Ekonomi terbesar ke-7 di dunia 45 juta orang konsumen berdaya beli 137 juta orang konsumen berdaya beli 53% populasi ada di perkotaan dan memperoduksi 74%GDP Memiliki 55 juta tenaga kerja terampil yang siap kerja Adalah peluang pasar senilai US$ 0.5 triliun (sekitar Rp triliun) bagi produk jasa, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan 71% populasi ada di perkotaan dan memproduksi 86% GDP Membutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil yang siap kerja Adalah peluang pasar senilai US$ 1.8 triliun (sekitar Rp triliun) bagi produk jasa, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan

14 PERMINTAAN TERHADAP IKAN TERUS MENINGKAT SEIRING DENGAN PERMINTAAN TERHADAP SUMBER PANGAN FAUNA LAINNYA 120 Production (million tonnes) Production forecast (this study) Production targets (national data) Pig Chicken Fish Fish to 2030" Global consumption rises to 22.5 kg/y Global consumption remains at 1996 levels (15.6 kg/y) Technological advances in aquaculture 20 Baseline scenario Ecological collapse of fisheries Year Ye (1999) IFPRI (2003) FAO (2004) Wijkstrom (2003) Sumber : Hall et al. (2011)

15 PERIKANAN BUDIDAYA TERUS TUMBUH UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN

16 PERTUMBUHAN KEBUTUHAN IKAN DUNIA Sumber : FAO - Cai (2011)

17

18 TANTANGAN DI REGIONAL DAN NASIONAL

19 Global CompeTTveness Index COUNTRY RANK/144 SCORE (1-7) Switzerland Singapore Finland Malaysia Brunei China Thailand Indonesia GCI RANK Brazil South Africa Philippines India Russia Federation Source: World Economic Forum, 2013 Vietnam Cambodia Burundi Guinea Chad

20 PERINGKAT DAYA SAING ASEAN 2013 NEGARA INDONESIA SINGAPURA MALAYSIA THAILAND BRUNEI FILIPINA VIETNAM KAMBOJA LAOS n/a n/a n/a 81 TIMOR- LESTE n/a n/a MYANMAR n/a n/a n/a 139 Naik Stabil Turun Sumber : The Global Competitiveness Index Report , diolah Faktor Penghambat Bisnis di Indonesia Korupsi 19.3 Birokrasi berbeli-belit 15.0 Insfrastruktur 9.1 Akses ke Lembaga keuangan 6.9 Regulasi buruh 6.3 Kebijakan selalu berubah 5.7 Etika kerja buruh rendah 5.7 Inflasi 5.8 Pajak 5.2 Instabilitas Pemerintah 4.9 Pekerja terdidik 4.2 Layanan kesehatan 3.5 Kriminal dan pencurian 2.8 Regulasi pajak 2.6 Kapasitas inovasi lemah 2.1 Regulasi mata uang 1.6

21 INDEKS KETAHANAN PANGAN, 2012* (ASIA TIMUR DAN PASIFIK) RANK COUNTRY SCORE/100 WORLD RANK 1 New Zealand 82, Japan 81, Australia 80, South Korea 76, Malaysia 63, China 61, Thailand 57, Vietnam 49, Philippines 46, Indonesia 45, Myanmar 36, Cambodia 30,1 87 * Based on 1) Affordability, 2) Availability dan 3) Quallity and Safety Sumber : Economic Intelligent Unit, The Economist. Date of release: October 17, 2012

22 PERBANDINGAN SUKU BUNGA PINJAMAN, 2012 NEGARA SUKU BUNGA (%) Malaysia 4,8 Singapura 5,4 Brunei Darussalam 5,5 Filipina 5,7 Thailand 7,1 Indonesia 11,8 Myanmar 13,0 Vietnam 13,5 Timor Leste 22,2 Sumber : The World Bank, 2012

23 RANKING KINERJA LOGISTIK INDONESIA World Bank LPI 2010 TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME World Bank LPI 2012 TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME World Bank LPI 2014 TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME Country LPI Rank Country LPI Rank Country LPI Rank China 27 Thailand 35 Philippines 44 India 47 Tunisia 61 Honduras 70 Ecuador 71 Indonesia 75 Paraguay 76 Syrian Arab Republic 80 Sumber: lpi.worldbank.org India 46 Morocco 50 Philippines 52 Vietnam 53 Egypt, Arab Rep. 57 Indonesia 59 Yemen, Rep. 63 Ukraine 66 Pakistan 71 Guatemala 74 Japan 10 Malaysia 25 Thailand 35 Indonesia 53 Philippines 57 Egypt, Arab Rep. 62 Brazil 65 Pakistan 72 Kenya 74 Paraguay 78

24 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK, 2012 (UNDP, 2013) (UNDP, 2013) IPM Indonesia masih kalah dengan negara- negara kecil: Palau, Tonga, Samoa, Micronesia, dan KiribaT

25 Sumber : FAO and Glitnir Bank, 2012 Perikanan Tangkap 70 Triliun Rupiah Nasional Perikanan Budidaya 75 triliun Rupiah Pengolahan Hasil, Pemasaran Distribusi 115 triliun Rupiah Sumber : BPS, 2013

26 CONSUMPTON GROWTH OF FISH AND SEAFOOD More than 50% increase 2006 to 2030 China India Other South Asia Cent./West Asia & N.Africa Less than 20% increase 2006 to 2030 Southeast Asia Sub- Sahara Africa North America LaYn America Regions with liale growth or decline Other Asia & Pacific Europe Japan

27 DATA DUNIA Underweight 18% Stunting 36% Wasting 13% (Unicef, 2013) DATA INDONESIA Underweight 17.9% Stunting 35.6% Wasting - (South East Asia Nutrition Survey/SEANUT, Kompas 27 (Riset Kesehatan Dasar ) 20 November 2012)

28 TINGKAT KONSUMSI IKAN Periode tingkat konsumsi ikan dalam negeri meningkat sebesar 5,20% per tahun. Tahun 2013, tingkat konsumsi ikan diperkirakan sebesar kg/kapita Target Konsumsi 2014: 38 kg/kapita * *) estimated

29 JUMLAH UNIT PENGOLAHAN INDUSTRI DI INDONESIA MENURUT WILAYAH Sumber: Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2010, KKP (2010) Jawa dan Sumatera merupakan wilayah sentra industri bagi pengolahan produk perikanan, sementara Maluku dan Papua sebagai sentra produksi ikan terbesar saat ini.

30 KOMODITAS Perikanan Tangkap PROYEKSI (Ton) KENAIKAN (%/TAHUN) Perikanan tangkap di laut ,83 Perikanan tangkap di perairan umum Budidaya ,27 Sub Total ,73 Ikan ,62 Rumput laut ,09 Sub Total ,82 TOTAL ,65 ITEM PERKIRAAN TARGET PROYEKSI Konsumsi (Kg/Kapita) 35,62 38,00 40,01 42,12 44,35 46,69 49,16 Populasi (Juta orang) 248,4 252,1 255,9 259,7 263,6 267,5 271,5 Kebutuhan Ikan (Juta ton) 8,9 9,6 10,2 10,9 11,7 12,5 13,3 Kebutuhan bahan baku untuk ekspor (Juta ton) 2,1 3,0 3,3 3,7 4,1 4,6 5,1

31 POSISI PERIKANAN INDONESIA

32 POSISI INDONESIA DALAM PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DUNIA, 2010 RANK NEGARA PRODUKSI (TON) 1 CHINA 15,418,967 2 INDONESIA 5,380,266 3 INDIA 4,694,968 4 USA 4,369,540 5 PERU 4,261,091 6 RUSIA 4,069,624 7 JEPANG 4,044,285 8 MYANMAR 3,063,210 9 CHILE 2,679, FILIPINA 2,675,292 Total Produksi Dunia : 88,603,826 Ton Cakupan komoditas : ikan, udang, kepiting, molluska dan lain-lain Sumber : FAO, 2010

33 POSISI INDONESIA DALAM PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA DUNIA, 2012 RANK NEGARA PRODUKSI (TON) 1 CHINA 36,734,215 2 INDIA 3,785,779 3 VIETNAM 2,671,800 4 INDONESIA 2,304,828 5 BANGLADESH 1,308,515 6 THAILAND 1,286,122 7 NORWEGIA 1,008,010 8 MESIR 919,585 9 MYANMAR 850, FILIPINA 744,695 Total Produksi Dunia : 59,002,185 Ton Cakupan komoditas : ikan, udang, kepiting molluska, hewan amfibi & biota air lainnya Sumber : FAO, 2013

34 PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN INDONESIA, (JUTA TON) Juta ton Juta ton Perikanan Budidaya (rumput laut) Perikanan Budidaya (Ikan/Udang) Perikanan Tangkap Total Produksi Produksi perikanan budidaya meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan produksi perikanan tangkap. Total produksi perikanan tahun 2013 sebesar 19,56 juta ton, terdiri dari perikanan tangkap 5,86 juta ton dan perikanan budidaya 13,70 juta ton. Produksi perikanan tahun 2013 naik sebesar 26,2 % dibanding tahun 2012.

35 POSISI INDONESIA DALAM PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN DUNIA, 2012 RANK NEGARA NILAI (Mil USD) 1 CHINA 18,12 (15.04) 2 NORWEGIA 8.51 (7.06) 3 THAILAND 7.34 (6.09) 4 VIETNAM 5.96 (4.95) 5 USA 5.44 (4.51) 6 CANADA 4.18 (3.47) 7 SPANYOL 3.67 (3.05) 8 INDONESIA 3.59 (2.98) 9 BELANDA 3.32 (2.76) 10 CHILE 3.23 (2.68) Nilai perdagangan dunia : Milyar USD Cakupan komoditas : - Fish, fresh (live or dead), chilled or fozen - Fish dried, salted or in brine, smoked fish, flours, meals etc - Crusaceans, molluscs, aquatic invertebrates, flours & pellets - Preserved fish, crustacean, molluscs, aquatic invertebrates Sumber : UN Comtrade, 2012, diolah

36 PERKEMBANGAN EKSPOR HASIL PERIKANAN NEGARA ASEAN, Millions US$ 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar Brunei Kamboja Laos Sumber : Comtrade, 2012 diolah

37 KONTRIBUSI EKSPOR ASEAN DI PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN DUNIA, NILAI EKSPOR DUNIA ( 000 USD) Indonesia Indonesia 0.01 Indonesia Singapura Singapura Singapura 0.35 Malaysia Malaysia Malaysia Thailand Thailand Thailand 0.70 Vietnam Vietnam Vietnam Filipina Filipina Filipina Myanmar Myanmar Myanmar Sumber : Comtrade, 2012 diolah

38 PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR HASIL PERIKANAN INDONESIA, (MILYAR USD) Ekspor Impor Neraca Perdagangan Surplus Ekspor hasil perikanan telah mengarah pada produk bernilai tambah, ditandai dengan meningkatnya harga rata-rata produk Nilai ekspor hasil perikanan tahun 2013 meningkat sebesar 8,9% dibanding dengan tahun 2012, dengan nilai ekspor tertinggi terjadi pada komoditas udang Terdapat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,69 miliar pada tahun 2013 Impor dikendalikan dengan baik, impor tahun 2013 sebesar 11,2% dari nilai ekspor (impor 2012 = 10,7% nilai ekspor; impor 2011 = 13,9% nilai ekspor)

39 NILAI EKSPOR PERIKANAN INDONESIA TAHUN 2012 MENURUT KAWASAN Nilai Ekspor 2012: USD 3,853,658 Eropa 11,53% Amerika 31,35% Asia 52,97 % Tujuan Ekspor Asia Afrika Australia Amerika Eropa Dari 53% ekspor ke Asia, 48% ke Jepang, 16% ke Cina & 26% ke ASEAN Australia 1,65% Afrika 2,49% Pasar Tujuan Ekspor Utama (based on single country): AS 31%, Jepang 25 %, China termasuk HK 10% Sumber : BPS, diolah 14% 4% 5% 5% 7% 10% 14% 41% Jepang Cina Thailand Vietnam Hongkong Malaysia Singapura Lainnya

40 MARKET SHARE PASAR HASIL PERIKANAN ASEAN, Nilai Ekspor (000 USD) ,437, ,210, ,652, Market Share Asean (%) Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar Brunei Darussalam Kamboja Laos Sumber : Comtrade, 2012 diolah

41 EKSPOR INDONESIA KE NEGARA ASEAN IMPOR INDONESIA DARI NEGARA ASEAN * NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) * NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) Thousands Laos Kamboja Vietnam Brunai Darussalam Myanmar Philipina Singapura Malaysia Thailand Thousands * angka sementara Sumber : BPS, diolah

42 KOMODITAS EKSPOR-IMPOR INDONESIA, 2012 Berdasarkan nilai ekspor/impor diatas 1 juta USD NO. KOMODITAS PASAR TUJUAN 1. Udang termasuk Lobster Vietnam, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina 2. Tuna Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia dan Filipina 3. Kepiting Singapura dan Malaysia 4. Rumput laut Filipina, Vietnam dan Malaysia 5. Cumi-cumi Vietnam, Thailand, Singapura dan Malaysia 6. Kekerangan Vietnam, Singapura, malaysia dan Thailand Komoditas Impor utama Indonesia yaitu : 1. Tuna dari Filipina dan Thailand 2. Kekerangan dari Vietnam

43 NERACA PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN 600,000, ,000,000 Pertumbuhan nilai ekspor : 13,71%/tahun Pertumbuhan nilai impor : 9,34%/tahun 400,000, ,000, ,000,000 Ekspor Impor Neraca 100,000,000 0 VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) * * angka sementara Sumber : BPS, diolah

44 KEBIJAKAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MEA 2015

45 PELUANG DI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Akses pasar yang lebih besar di negara-negara ASEAN Tenaga kerja terampil/profesional Indonesia dapat lebih mudah bekerja di negara-negara ASEAN Adanya transfer knowledge akibat dari bergabungnya (joint venture) perusahaan perusahaan yang sudah berpengalaman di bidangnya dengan perusahaan perusahaan lokal di Indonesia. Informasi yang lebih transparan mengenai peraturan ekspor, standar dan peluang pasar di negara ASEAN lainnya.

46 KEBIJAKAN STRATEGIS ü Industrialisasi Kelautan dan Perikanan sebagai grand policy dalam akselerasi pembangunan sektor kelautan dan perikanan ü Peningkatan supply chain and value chain management untuk mendukung industrialisasi perikanan, diantaranya melalui program: 1. Produksi perikanan tangkap yang terkendali: pengadaan kapal yang lebih besar ukurannya untuk mengganti kapal-kapal ukuran kecil yang sekarang dipakai nelayan; 2. Peningkatan produksi perikanan budidaya; 3. Peningkatan produksi produk olahan bernilai tambah tinggi melalui peningkatan kapasitas UKM dan industrialisasi pengolahan; 4. Pengembangan industri pendukung (supporting industries).

47 KEBIJAKAN PENINGKATAN DAYA SAING NASIONAL 1. Penguatan sistem produksi hulu : kualitas dan kuanytas bahan baku 2. Percepatan industrialisasi dengan menggenjot nilai tambah produk perikanan. 3. Penguatan pasar dalam negeri melalui : a) Pembangunan infrastruktur cold chain system; b) Early warning system gejolak harga, c) Pengembangan informasi pasar; d) Pelaksanaan SLIN, e) Penguatan regulasi dan enforcement; f). Penguatan SNI; f) Importasi untuk mendorong ekspor; dan g) Penguatan kemitraan asosiasi dengan anggotanya. 4. Penguatan pasar luar negeri melalui : a) Diversifikasi pasar; b) Penguatan branding; c) Penguatan market intelegence, d) Penguatan kemitraan asosiasi dengan anggotanya.

48 Lanjutan 5. Pengurangan biaya ekonomi Ynggi untuk logisyk dan transportasi perkapalan, penguatan kliring ekspor dan import, fasilitasi dan kemudahan seryfikiasi/perijinan 6. Peningkatan SDM, ketenagakerjaan, riset dan inovasi teknologi 7. Fasilitasi Yngkat suku bunga yang kompeyyf dibandingkan dengan negara- negara ASEAN lainnya. 8. Perluasan ASEAN melalui RCEP yang memasukkan Jepang, India, Korea, Australia dan New Zealand

49 PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING NASIONAL 1. Penguatan Kelembagaan dan Posisi Kelautan dan Perikanan, diantaranya: a. Menyusun Undang-undang Kelautan dalam rangka penguatan basis legal sektor kelautan Indonesia sebagai Negara Kepulauan b. Menyusun Rencana Aksi Nasional/RAN (National Plan of Action/ NPOA) dalam rangka penanggulangan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing dengan prioritas di 3 focal area, yaitu: Laut Natuna, Utara Laut Sulawesi, dan di Laut Arafura c. Meningkatkan peran asosiasi d. Mendorong kemitraan Pemerintah-Asosiasi-Stakeholder

50 2. Peningkatan Daya Saing Kelautan dan Perikanan, melalui: a. Pengembangan industri perikanan tangkap b. Mengembangkan Sistem Logistik Ikan Nasional e. Pengembangan perikanan budidaya f. Penguatan kapasitas pengolahan hasil perikanan c. Penguatan sistem Jaminan Mutu Hasil Perikanan g. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia d. Penguatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan dan Perikanan h. Penguatan standardisasi

51 3. Penguatan Pasar Dalam Negeri, melalui: a. Peningkatan konsumsi hasil perikanan terutama produksi dalam negeri b.peningkatan pasokan ikan/bahan baku produksi dalam negeri untuk pasar/industri c. Pengembangan sistem rantai dingin dan distribusi d. Peningkatan pengendalian mutu dan jaminan keamanan hasil perikanan e. Pengembangan sistem informasi pasar sebagai antisipasi lonjakan harga dan pengamanan ketersediaan produk perikanan dan sinergitas hulu-hilir f.peningkatan kapasitas dan skala usaha UKM f. Peningkatan fungsi perbankan agar dapat menjadi intermediasi sektor perikanan

52 4. Penguatan dan Peningkatan Pasar Ekspor, melalui: a. Promosi peningkatan ekspor produk perikanan di pasar Internasional b. Penguatan branding produk perikanan c. Penguatan market intelligence d. Diversifikasi pasar ekspor f. Pengendalian impor

53 KESIAPAN PELAKU USAHA Memperkuat komitmen dan kemitraan antar pelaku usaha/asosiasi Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi dalam proses produksi Meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha Mengantisipasi masuknya investor asing Mengantisipasi pergerakan tenaga kerja di sektor kelautan dan perikanan Peningkatan kemampuan bahasa dan pemahaman aturan/persyaratan ekspor/impor serta standar di negara ASEAN.

54 TERIMA KASIH

MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 Seminar Nasional, Malang 10 Juni 2014 1 (1) ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 (2) PELUANG & TANTANGAN (3) KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI AEC 2015 P E R L U A S A N

Lebih terperinci

BPR dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan dan Kemudahan Akses bagi UMKM untuk Menghadapi Persaingan Global

BPR dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan dan Kemudahan Akses bagi UMKM untuk Menghadapi Persaingan Global BPR dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan dan Kemudahan Akses bagi UMKM untuk Menghadapi Persaingan Global Prof. Dr. Sri Adiningsih Penelitian dan Pelatihan FEB Universitas Gadjah Mada - Yogyakarta Disampaikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

SEMINAR. Prof. Sri Adiningsih, Ph.D.

SEMINAR. Prof. Sri Adiningsih, Ph.D. SEMINAR Tema: Peluang, Tantangan, dan Risiko Bagi Indonesia Dengan Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Solo, 14 November 2014 Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof. Sri Adiningsih, Ph.D. Direktur Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Paparan Kuliah tamu Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 5 Desember

Lebih terperinci

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PASAR YANG SARAT TANTANGAN Hendri Saparini, Ph.D saparini@coreindonesia.org www.coreindonesia.org Seminar Nasional Standarisasi - BSN Jakarta, 12 November 2014 MEA 2015: Keterbukaan

Lebih terperinci

Peran Ekonomi Syariah Dalam Kebijakan Ekonomi Nasional Untuk Menghadapi AEC

Peran Ekonomi Syariah Dalam Kebijakan Ekonomi Nasional Untuk Menghadapi AEC Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Peran Ekonomi Syariah Dalam Kebijakan Ekonomi Nasional Untuk Menghadapi AEC 13 Agustus 2014 Uni Eropa adalah konsep integrasi kawasan yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI/CONTENTS DAFTAR GRAFIK/LIST OF FIGURE DAFTAR TABEL/LIST OF TABLE I. Tabel-1 Table-1 KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015

PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015 PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015 Hendri Saparini, Ph.D Ekonom - CORE Indonesia saparini@coreindonesia.org www.coreindonesia.org Seminar Nasional Bisnis dan Teknologi

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

Talking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah

Talking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah Talking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February 2014 Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah TRANS PASIFIC PARTENRSHIP INDONESIA ASEAN Prof. Firmanzah.,PhD Discussion-Habibie Center

Lebih terperinci

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Lebih terperinci

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al #16 2012 PDB Nasional (US$ tn) 16 12 8 4 0 #3 12.0 8.0 4.0 0.0 15.1 US Indonesia

Lebih terperinci

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT. SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 1 PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEKTOR TRANSPORTASI MELALUI

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMBANGUN TIM EFEKTIF MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN

Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015 1 Oleh : Dr. M. Nasich, Ak 2 Dasar Pembentukan Pasar Tunggal ASEAN Integrasi ekonomi merupakan langkah penting bagi pencapaian ASEAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

Kebijakan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Kemandirian Pangan Menyongsong Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Kebijakan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Kemandirian Pangan Menyongsong Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Kebijakan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Kemandirian Pangan Menyongsong Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Benyamin Lakitan Makalah Utama pada Seminar Hari Pangan Sedunia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

INDONESIA E-COMMERCE MENUJU ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Ali Akbar Hehaitu Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag. Jakarta, 4 Desember

INDONESIA E-COMMERCE MENUJU ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Ali Akbar Hehaitu Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag. Jakarta, 4 Desember INDONESIA E-COMMERCE MENUJU ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) 2015 Ali Akbar Hehaitu Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag. Jakarta, 4 Desember 2014 1 LATAR BELAKANG AFTA: ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara mengenai perdagangan maka tidak terlepas dari produksi barang dan jasa. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kelautan Indonesia yang cukup signifikan dan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas yang dikelilingi oleh perairan dan Indonesia

Lebih terperinci

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football Oleh Ketua Umum KADIN Indonesia Pada Rapat Kerja Kementerian Perdagangan RI Jakarta, 20 Februari 2016 Strategi Mendobrak Ekspor 1. Memanfaatkan

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN periode 1980-2009 cenderung fluktuatif (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan dominansi pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06)

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06) Masyarakat Ekonomi ASEAN Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06) Tingkat Daya Saing Global Negara-Negara Asean Negara Peringkat 2013 Peringkat 2014 Peringkat 2015 Singapura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

TRENDS of TOURISM SECTOR. Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy

TRENDS of TOURISM SECTOR. Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy TRENDS of TOURISM SECTOR Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy GLOBAL TREND OF TOURISM International Tourist Arrivals by Regions 2007 2008 2009 2010 2011* Indonesia (mill. Of people)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional As of 31 /01/2012 OUTLINE I. Outlook Dan Sasaran Strategis Rencana Aksi 2012 II. Fokus Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

Meningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional

Meningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Meningkatnya Impor Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan

Lebih terperinci

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

Kesiapan Sektor Pertanian Provinsi Jambi Menghadapi MEA 2015

Kesiapan Sektor Pertanian Provinsi Jambi Menghadapi MEA 2015 Kesiapan Sektor Pertanian Provinsi Jambi Menghadapi MEA 2015 Zulkifli Alamsyah Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Jambi Ketua Umum PERHEPI Komda Jambi Disampaikan pada Seminar Hasil Sensus Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari adanya dukungan kebijakan fiskal maupun non-fiskal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim Krisis finansial yang tengah melanda Amerika Serikat (AS) diperkirakan dapat membawa kepada resesi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini mendorong setiap penganut perekonomian terbuka didalamnya untuk merasakan dampak dari adanya dinamika ekonomi internasional yang dipandang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci