SEMINAR. Prof. Sri Adiningsih, Ph.D.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEMINAR. Prof. Sri Adiningsih, Ph.D."

Transkripsi

1 SEMINAR Tema: Peluang, Tantangan, dan Risiko Bagi Indonesia Dengan Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Solo, 14 November 2014 Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof. Sri Adiningsih, Ph.D. Direktur Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

2 NAFTA Population: million GDP: US$20,345.4 billion FTA Canada Chile 1997 FTA : Chile Mexico 1999 FTA : USA i Chile 2004 FTA : USA Singapore 2004 FTA : USA Australia 2005 FTA : Mexico Japan 2005 FTA : Chile Brunei NZ Singapore 2006 Japan- Mexico EPA (signed agreement) NAFTA U.S.A., Canada, Mexico FTAA (by 2005) EKONOMI DUNIA TERINTEGRASI EU Population: 505,7 million GDP PPP: US$ 17,578.4 billion EU-MEXICO FTA expanding to Latin America under negotiation MERCOSUR Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay CHINA Population: 1,360.8 million GDP PPP : US$ 16,149.1 billion EU 25 countries ACP-EU Countries in Africa and the Caribbean (approx. 70 countries) India - ASEAN FTA expanding to Eastern Europe SAPTA Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan, Sri Lanka AFTA Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia China - ASEAN FTA JAPAN Population: million GDP PPP : US$ 4,667.6 billion Japan-Korea-China FTA (under negotiation) Japan-Korea FTA (under negotiation) Japan-Mexico EPA (signed agreement) ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) Japan s Bilaterals: Japan-Singapore EPA Japan-Philippines EPA Japan-Thailand EPA Japan-Malaysia EPA Japan-Indonesia EPA RTAs 379 in force Australia-New Zealand-ASEAN FTA Korea - ASEAN FTA ASEAN Population: 625 million GDP PPP: US$ 3,852.3 billion

3 PROFIL ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

4 TEORI INTEGRASI EKONOMI Balassa (1961) membagi tahapan integrasi ekonomi menjadi 6 tahap: 1. Preferential Trading Areas (PTA) Blok perdagangan yang memberikan keistimewaan untuk produk produk tertentu dari negara tertentu dengan melakukan pengurangan tarif namun tidak menghilangkannya sama sekali. 2. Free Trade Areas (FTA) Suatu kawasan dimana tarif dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun masing-masing negara tetap menerapkan tarif mereka masing masing terhadap negara bukan anggota. 3. Customs Union (CU) Merupakan FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antar negara anggota dan menerapkan tarif yang sama terhadap negara bukan anggota. 4. Common Markets (CM) Merupakan CU yang juga meniadakan hambatan hambatan pada pergerakan faktor faktor produksi (barang, jasa, aliran modal). Kesamaan harga dari faktor faktor produksi diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien. 5. Economic Union (EU) Merupakan suatu CM dengan tingkat harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang signifikan (termasuk kebijakan struktural). 6. Total Economic Integration Penyatuan moneter, fiskal, dan kebijakan sosial yang diikuti dengan pembentukan lembaga supranasional dengan keputusan keputusan yang mengikat bagi seluruh negara anggota.

5 D E E P E N I N G E N L A R G E M E N T 1967: INA, MAL PHI, SIN, THA 1977: PTA 1984: BRU 1995: VN 1997: LAO, MYM 1999: CAM 2004: ASN-China 2006: ASN-KOR 2008: ASN-JAP EAFTA Study CEPEA Study 1992: CEPT AFTA 1995: AFAS 1997: ASEAN Vision : AIA 2003: 3 Pillars of ASEAN Community 2020; 11 Priority Integration Sectors (PIS) 2005: Logistics as PIS 2009: ASN-ANZ; ASN-India; ASN-China Investment; ASN Korea Investment 2010: ASEAN Plus Working Groups on ROO, Tariff Nomenclature, Customs, Ec Cooperation 2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint 2008: first year of AEC Blueprint; ASEAN Charter entered into force ASEAN Economic Community : ATIGA, ACIA, AEC Scorecard 2010: Connectivity Master Plan Sumber: ASEAN Secretariat (2012)

6 VISI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY GOODS SKILLED LABOR SERVICE AEC CAPITAL INVESTMENT SINGLE MARKET AND PRODUCTION BASE Sumber: ASEAN Secretariat (2012)

7 ASEAN ECONOMIC COMMUNITY: 4 Pillar Sumber: ASEAN Secretariat (2012)

8 Jadwal Penghapusan Tarif Inclusion List (IL) ASEAN Sumber: Kementerian Perdagangan (2013)

9 (7 SECTORS OF GOODS, 5 SECTORS OF SERVICES) Agro-based products Air travel Automotive E-ASEAN Electronics Fisheries Healthcare Rubber-based products Textiles & apparels Tourism Wood-based products Logistics Services

10 Progress ASEAN Menuju AEC 2015 Sumber: ASEAN Economic Community Scorecard (2014)

11 INDIKATOR MAKROEONOMI NEGARA-NEGARA ASEAN

12 ASEAN POPULATION COUNTRY Total population Population density Total population Population density thousand persons per km 2 thousand persons per km Brunei Darussalam ,3 406,2 70 Cambodia , ,6 83 Indonesia , ,1 134 Lao PDR , ,0 28 Malaysia , ,0 91 Myanmar , ,8 91 The Philippines , ,5 331 Singapore , , Thailand , ,0 133 Viet Nam , ,9 271 ASEAN , ,3 139 Sumber: ASEAN Secretariat (2014)

13 GROSS DOMESTIC PRODUCT IN ASEAN; at current prices (nominal), in million US$ Country Brunei Darussalam 9, , , , , , , , ,177.5 Cambodia 6, , , , , , , , ,659.0 Indonesia 284, , , , , , , , ,567.9 Lao PDR 2, , , , , , , ,083,0 10,002.0 Malaysia 137, , , , , , , ,154, ,6 Myanmar 10, , , , , , , ,525,0 56,408.0 Philippines 98, , , , , , , , ,024.6 Singapore 125, , , , , , , , ,945.8 Thailand 176, , , , , , , , ,534.1 Viet Nam 52, , , , , , , ,669,0 171,219.3 ASEAN 905, ,087, ,303, ,522, ,511, ,882, ,178, ,311, ,398, Sumber: ASEAN Secretariat (2014)

14 ASEAN MACROECONOMICS INDICATORS Country Gross domestic International merchandise trade product Foreign direct investments net inflow per capita Exports Imports Total trade at current prices (US$) US$ million US$ million US$ million US$ million US$ million US$ million Brunei Darussalam , , , , ,3 864,8 908,4 Cambodia 1.046, , , ,2 891, , ,9 Indonesia 3.466, , , , , , ,8 Lao PDR 1.505, , , ,9 466,8 294,4 426,7 Malaysia , , , , , , ,4 Myanmar 916, , , , , , ,9 The Philippines 2.706, , , , , , ,8 Singapore , , , , , , ,9 Thailand 5.678, , , ,3 3,861, , ,8 Viet Nam 1.908, , , , , , ,0 ASEAN 3.837, , , , , , ,5 Sumber: ASEAN Secretariat (2014)

15 Laju Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan di Negara-Negara ASEAN, 1998 Q (y-o-y, %) Kontribusi pelaku ekonomi swasta menjadi kunci dalam menjaga momentum perekonomian kawasan NEGARA Era Krisis Asia Era Tumbuh Stabil Era Krisis Global * Brunei Darussalam 1,25 2,24-1,85 2,60 2,20 1,60-1,80 2,00 Kamboja 8,50 9,93 3,40 6,10 7,10 7,20 7,30 7,30 Indonesia -6,15 5,04 5,30 6,20 6,50 6,20 5,78 5,01** Laos 4,25 6,75 7,65 8,10 8,00 8,10 7,90 7,93 Malaysia -0,65 5,50 1,65 7,10 5,10 5,60 6,80 6,40 Myanmar 8,35 12,88 4,35 5,30 5,40 6,30 6,70 6,70 Filipina 1,25 4,89 2,65 7,60 3,90 6,50 7,20 6,40 Singapura 2,05 6,36 0,50 14,80 5,10 1,20 3,70 2,10 Thailand -3,05 5,05 0,10 7,80-0,10 6,40 2,90 0,40 Vietnam 5,30 7,64 5,80 6,80 5,9 5,00 5,42 5,25 ASEAN -1,90 5,56 3,85 8,30 4,90 5,20 5,10 n.a. Catatan: rata-rata pertumbuhan untuk periode , , dan *= Data hingga Q2/2014 **= Data hingga Q3/2014. Sumber: IMF, CEIC (2014)

16 Tingkat Inflasi Negara-Negara ASEAN, * (y-o-y, %) Kenaikan harga barang diakibatkan masih banyaknya produk impor pada berbagai komoditi konsumsi utama NEGARA * Brunei Darussalam 2,00 0,50 0,40-0,40 Kamboja 5,50 2,90 2,90 4,85 Indonesia 3,79 4,30 8,38 4,83 Laos 7,60 4,30 6,40 3,05 Malaysia 3,20 1,70 2,10 2,60 Myanmar 5,00 1,50 5,50 5,21 Filipina 4,60 3,20 3,00 4,40 Singapura 5,30 4,50 2,40 0,60 Thailand 3,80 3,00 2,20 1,75 Vietnam 18,70 9,10 6,60 3,62 Catatan: Data untuk Kamboja adalah posisi per-juni 2014, Myanmar per-juli 2014, dan Laos per-agustus 2014 (y-o-y). Data untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Vietnam adalah posisi per-oktober 2014 (y-o-y) Sumber: World Bank, Bloomberg dan CEIC (2014)

17 Laju Pertumbuhan Indeks Pasar Saham Negara ASEAN, (y-o-y, %) Aliran arus modal dibayangi dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed NEGARA Jan Okt-14 Brunei Darussalam Tidak Memiliki Pasar Saham Kamboja Tidak Memiliki Pasar Saham -17,74 0-8,32 Indonesia 87,9 46,9 3,0 13,3 0,25 1,24 15,18 Laos Tidak Memiliki Pasar Saham 35,1 3,86-0,22 12,49 Malaysia 45,0 19,5 0,8 10,3 10,54-0,75 2,83 Myanmar Tidak Memiliki Pasar Saham Filipina 60,3 55,7 1,9 21,1 62,30 1,6 19,44 Singapura 64,5 10,1-17,1 19,7 0,24 0,23 8,16 Thailand 66,1 39,2-0,9 35,9-11,58-5,23 24,31 Vietnam 56,6-2,8-20,9 7,7 23,06-0,02 7,96 Catatan: Data posisi 2 Januari dan 31 Oktober 2014 adalah pertumbuhan berbasis year-to-date Sumber: Bloomberg (2014)

18 Laju Pertumbuhan Nilai Tukar Mata Uang Negara-Negara di ASEAN Terhadap USD, (y-o-y, %) Penguatan nilai tukar terutama ditopang oleh sentimen positif pasar NEGARA Okt-14 Brunei Darussalam 4,17 7,97 0,00 4,72-2,48-1,61 Kamboja -2,21 0,81 0,30 1,76-0,33-0,78 Indonesia 14,00 5,79 0,36-8,72-26,92 0,55 Laos -0,05 3,53 0,56 1,77-2,07 1,87 Malaysia 0,59 9,17-3,26 4,42-8,58 0,05 Myanmar 0,32 0,16 0, * -14,93-2,09 Filipina 1,44 5,73 0,09 7,05-9,03-1,03 Singapura 3,45 8,57-0,78 5,43-3,28-0,79 Thailand 4,52 9,32-6,26 4,25-7,96 0,94 Vietnam 6,70-5,71-7,97 2,05-2,36 0,47 *= Pada tahun 2012 Myanmar mengalami penyesuaian nilai mata uang Catatan: Data tersaji pada posisi 31 Oktober 2014 adalah pertumbuhan berbasis year-to-date Catatan: Angka (+) menunjukkan apresiasi mata uang dan angka (-) menunjukkan depresiasi mata uang. Sumber: Bloomberg (2014)

19 Country SELECTED ASEAN MACROECONOMIC RATIOS Unemployment rate Ratio of exports to GDP Ratio of imports to GDP International merchandise trade Ratio of total trade to GDP Growth of nominal value of exports Growth of nominal value of imports Growth of nominal value of total trade Year-on-year change in foreign direct investments net inflow percent percent percent percent percent percent percent US$ million percent Brunei Darussalam 1,7 71,0 22,4 93,4 (13,2) (1,7) (10,7) 43,6 5,0 Cambodia 0,6 58,4 58,6 117,0 23,0 (18,3) (1,8) (282,2) (18,1) Indonesia 6,1 21,2 21,6 42,8 (3,9) (2,6) (3,3) (694,0) (3,6) Lao PDR 1,9 25,9 32,9 58,8 (2,4) (6,0) (4,4) 132,3 44,9 Malaysia 3,0 73,1 66,0 139,2 0,3 4,9 2, ,4 30,8 Myanmar 4,0 20,3 21,3 41,6 22,8 30,7 26, ,7 93,5 Philippines 6,8 20,1 24,2 44,3 3,8 (0,4) 1, ,8 38,0 Singapore 2,8 137,7 125,2 262,9 0,5 (1,8) (0,6) 833,4 1,4 Thailand 0,5 59,0 64,4 123,4 (0,3) 0,7 0, ,6 21,5 Viet Nam 3,2 77,5 77,2 154,6 15,9 16,6 16,2 532,0 6,4 ASEAN n.a. 53,0 51,7 104,7 1,3 1,5 1, ,5 7,1 Sumber: ASEAN Secretariat (2014)

20 PROFIL PERDAGANGAN INTERNASIONAL NEGARA-NEGARA ASEAN

21 Perdagangan Internasional di ASEAN Pangsa ekspor intra-asean terhadap total ekspor ASEAN terus mengalami kenaikan sejak tahun Namun sebaliknya pangsa impor intra-asean justru memperlihatkan tren menurun. Baik dari sisi impor maupun ekspor, pangsa perdagangan ekstra ASEAN masih lebih besar daripada intra ASEAN. Singapura mendominasi aktivitas perdagangan internasional di kawasan ASEAN baik perdagangan dengan sesama anggota maupun non-anggota. Posisi tersebut kemudian diikuti oleh Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

22 Total Ekspor Anggota ASEAN, (Miliar USD) ,68 925,50 933,62 (%) 26, ,74 25,93 26,05 26, ,25 25,07 25,07 25, , ,52 262,16 309,00 324,02 328,81 24, ,86 24, Intra-ASEAN Ekstra-ASEAN % Ekspor Intra-ASEAN terhadap Total Ekspor ASEAN 23,50 Sumber: CEIC dan IMF (2014)

23 Total Impor Anggota ASEAN, (Miliar USD) ,13 24,19 892,78 954,85 974,07 (%) 24, ,91 24, , ,58 23, ,75 23, , ,59 269,03 281,27 283,84 22, ,00 22, Intra-ASEAN Ekstra-ASEAN % Impor Intra-ASEAN terhadap Total Impor ASEAN 21,50 Sumber: CEIC dan IMF (2014)

24 Aktivitas Perdagangan Intra-ASEAN; Negara Brunei Darussalam Ekspor ASEAN (Miliar USD) % Ekspor Impor ASEAN (Miliar USD) % Impor ,85 0,87 1,45 1,56 1,98 0,60 1,66 1,77 2,61 2,79 3,68 1,30 Kamboja 0,64 0,70 0,84 1,01 1,29 0,39 1,45 1,68 2,24 2,51 2,83 1,00 Indonesia 24,62 33,35 42,10 41,83 40,63 12,36 27,72 38,91 51,11 53,66 53,85 18,97 Laos 0,65 0,96 1,45 1,55 1,86 0,56 2,04 2,62 3,38 4,46 4,63 1,63 Malaysia 40,48 50,43 56,15 61,01 64,07 19,49 31,54 44,64 52,19 54,87 54,92 19,35 Myanmar 2,88 3,01 3,62 3,79 4,20 1,28 3,14 4,33 5,55 6,26 8,25 2,91 Filipina 6,01 11,56 8,64 9,80 8,61 2,62 11,67 16,88 15,66 15,52 14,80 5,21 Singapura 81,75 106,61 127,70 130,01 129,33 39,33 59,07 74,63 78,16 79,84 77,90 27,44 Thailand 32,39 44,33 53,47 56,16 58,36 17,75 24,89 30,73 37,23 40,60 41,64 14,67 Vietnam 8,58 10,35 13,58 17,31 18,47 5,62 13,81 16,41 20,91 20,76 21,35 7,52 Total Intra-ASEAN 198,86 262,16 309,00 324,02 328,81 100,00 177,00 232,59 269,03 281,27 283,84 100,00 Sumber: CEIC dan IMF (2014)

25 Aktivitas Perdagangan Ekstra-ASEAN; Negara % Ekspor (Miliar USD) Impor (Miliar USD) Ekspor % Impor 2013 Brunei Darussalam 5,61 7,39 10,03 10,35 8,29 0,89 0,90 1,37 3,79 3,67 4,80 0,49 Kamboja 4,34 4,88 5,87 6,83 7,95 0,85 2,45 3,21 3,91 4,56 6,39 0,66 Indonesia 91,88 124,43 161,40 148,20 141,92 15,20 69,11 96,75 126,33 138,03 132,78 13,63 Laos 0,87 1,23 1,67 1,78 2,03 0,22 0,85 0,96 1,26 1,88 2,65 0,27 Malaysia 116,85 148,32 172,14 166,76 164,32 17,60 92,28 120,09 135,45 141,73 151,20 15,52 Myanmar 3,03 3,45 4,69 4,48 6,23 0,67 3,94 5,61 8,15 10,77 12,19 1,25 Filipina 33,22 39,87 39,41 42,19 45,36 4,86 34,21 43,31 50,50 52,36 53,22 5,46 Singapura 188,31 245,67 282,43 279,70 282,83 30,29 186,86 236,25 287,90 300,12 295,18 30,30 Thailand 119,52 149,04 166,76 171,73 166,51 17,83 109,84 154,40 191,91 210,86 208,01 21,35 Vietnam 48,61 59,47 79,30 93,48 108,18 11,59 56,14 66,96 83,60 90,88 107,66 11,05 Total Ekstra-ASEAN 612,25 783,74 923,68 925,50 933,62 100,00 556,58 728,91 892,78 954,85 974,07 100,00 Sumber: CEIC dan IMF (2014)

26 Neraca Perdagangan Negara-Negara ASEAN, (Miliar USD) Negara Ekspor Neto Intra-ASEAN Ekspor Neto Ekstra-ASEAN Brunei Darussalam -0,81-0,9-1,16-1,23-1,7 4,71 6,02 6,24 6,68 3,49 Kamboja -0,81-0,98-1,4-1,5-1,54 1,89 1,67 1,96 2,27 1,56 Indonesia -3,1-5,56-9,01-11,83-13,22 22,77 27,68 35,07 10,17 9,14 Laos -1,39-1,66-1,93-2,91-2,77 0,02 0,27 0,41-0,1-0,62 Malaysia 8,94 5,79 3,96 6,14 9,15 24,57 28,23 36,69 25,03 13,12 Myanmar -0,26-1,32-1,93-2,47-4,05-0,91-2,16-3,46-6,29-5,96 Filipina -5,66-5,32-7,02-5,72-6,19-0,99-3,44-11,09-10,17-7,86 Singapura 22,68 31,98 49,54 50,17 51,43 1,45 9,42-5,47-20,42-12,35 Thailand 7,5 13,6 16,24 15,56 16,72 9,68-5,36-25,15-39,13-41,5 Vietnam -5,23-6,06-7,33-3,45-2,88-7,53-7,49-4,3 2,6 0,52 Total ASEAN 21,86 29,57 39,97 42,75 44,97 55,67 54,83 30,9-29,35-40,45 Sumber: IMF dan CEIC, 2014

27 Neraca Perdagangan Negara-Negara ASEAN, (Miliar USD) Negara Ekspor Neto Dunia Brunei Darussalam 3,9 5,12 5,08 5,45 1,79 Kamboja 1,08 0,69 0,56 0,77 0,02 Indonesia 19,67 22,12 26,06-1,66-4,08 Laos -1,37-1,39-1,52-3,01-3,39 Malaysia 33,51 34,02 40,65 31,17 22,27 Myanmar -1,17-3,48-5,39-8,76-10,01 Filipina -6,65-8,76-18,11-15,89-14,05 Singapura 24,13 41,4 44,07 29,75 39,08 Thailand 17,18 8,24-8,91-23,57-24,78 Vietnam -12,76-13,55-11,63-0,85-2,36 Total ASEAN 77,53 84,4 70,87 13,4 4,52 Sumber: IMF dan CEIC, 2014

28 Neraca Perdagangan Indonesia terhadap ASEAN, * (Miliar USD) 4,00 2, ,00-4,00-6,00-8,00-10, * -3,10-5,56-7,31-9,01-12,00-14,00-16,00-11,83-13,22 Migas Non Migas Neraca Perdagangan Sumber: Kementerian Perdagangan, 2014 * data Tahun 2014 hanya sampai dengan Bulan Agustus

29 Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN * (juta USD) Negara Uraian *2014 Neraca Perdagangan 1.123,39 713,61 590,98-965, ,92-446,68 Malaysia Migas , , , , ,98-877,06 Non Migas 2.452, , , , ,06 430,38 Neraca Perdagangan , , , , , ,39 Singapura Migas , , , , , ,04 Non Migas ,03-499,70 565,07-86,88 226,93-89,35 Neraca Perdagangan , , , , , ,65 Thailand Migas 593,34 462,12 497, ,25 758,42 491,64 Non Migas , , , , , ,29 Neraca Perdagangan -564,73-605,22-936,70-338,04-522,70-522,06 Brunei Migas - 636,68-659, ,93-405,08-638,95-568,13 Darussalam Non Migas 71,95 53,90 68,23 67,04 116,26 46,06 Neraca Perdagangan 800,49 803,95-28,76-321,31-321,76-770,16 Vietnam Migas -175,25-33,56 10,21-7,57-3,57-117,91 Non Migas 975,74 837,52-38,97-313,75-318,19-652,25 Neraca Perdagangan 1.861, , , , , ,09 The Philippines Migas 45,87 60,85 13,23 13,38 13,73-0,54 Non Migas 1.815, , , , , ,63 Neraca Perdagangan 197,81 213,01 251,54 280,62 294,62 266,89 Cambodia Migas 0,00 0,53 1,07 0,55 0,34 0,12 Non Migas 197,81 212,48 250,48 280,07 294,27 266,77 Neraca Perdagangan 4,22 4,89 7,32 20,48-1,70-47,73 Lao PDR Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Non Migas 4,22 4,89 7,32 20,48-1,70-42,73 Neraca Perdagangan 145,71 252,33 288,19 338,06 483,22 240,94 Myanmar Migas 0,17 0,52 0,69 0,75 0,70 0,35 Non Migas 145,54 251,80 287,50 337,30 482,53 240,59 Sumber: Kementerian Perdagangan (2014) * data tahun 2014 hingga Agustus 2014

30 PROFIL FOREIGN DIRECT INVESTMENT NEGARA-NEGARA ASEAN

31 Foreign Direct Investment di ASEAN Foreign Direct Investment di ASEAN didominasi oleh luar ASEAN. Indonesia menjadi negara dengan pangsa FDI antar negara ASEAN terbesar selama 2011 hingga Singapura penerima FDI terbesar di ASEAN ASEAN 6 penerima FDI terbesar, sementara itu CLMV tidak menerima FDI yang besar.

32 Foreign Direct Investment, Total Net Inflow, Intra dan Extra ASEAN; (USD Million) NEGARA Brunei Darussalam Intra-ASEAN Ekstra-ASEAN Total Total Intra-ASEAN Ekstra-ASEAN net Inflow net inflow Intra- ASEAN Ekstra-ASEAN Total net inflow 67, , ,3 31,5 833,3 864,8-72,6 981,0 908,4 Kamboja 223,8 667,9 891,7 523, , ,1 298,8 976, ,9 Indonesia 8.334, , , , , , , , ,8 Lao PDR 75,0 391,8 466,8 73,6 220,7 294,4 n.a n.a 426,7 Malaysia 2.664, , , , , , , , ,4 Myanmar 84, , ,2 151, , , , , ,9 Filipina -74, , ,9 145, , ,0-41, , ,8 Singapura 2.386, , , , , , , , ,9 Thailand -50, , ,1-342, , , , , ,8 Vietnam 1.517, , , , , , , , ,0 Total , , , , , , , , ,5 ASEAN(6) , , , , , , , , ,1 CLMV 1.900, , , , , , , , ,5 Keterangan: ASEAN-6 (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina); CLMV (Kamboja, Lao PDR, Myanmar, Vietnam) Sumber: ASEAN Secretariat (2014)

33 Pangsa FDI Intra dan Ekstra ASEAN Terhadap Total FDI; (%) NEGARA Intra-ASEAN Ekstra-ASEAN Intra- ASEAN Ekstra-ASEAN Intra-ASEAN Ekstra-ASEAN Brunei Darussalam 0,44 1,39 0,15 0,89-0,34 0,97 Kamboja 1,47 0,81 2,53 1,10 1,40 0,97 Indonesia 54,73 13,25 36,73 12,34 40,90 9,66 Lao PDR 0,49 0,48 0,36 0,24 n.a n.a Malaysia 17,50 11,34 13,62 7,03 10,26 10,05 Myanmar 0,56 2,40 0,73 1,28 5,57 1,43 Filipina -0,49 2,30 0,70 2,83-0,20 3,88 Singapura 15,67 55,99 40,72 54,90 26,76 54,60 Thailand -0,33 4,75-1,66 11,79 5,89 11,67 Vietnam 9,96 7,29 6,11 7,59 9,75 6,78 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: ASEAN Secretariat (2014)

34 PROFIL DAYA SAING NEGARA-NEGARA ASEAN

35 ASEAN Ease of Doing Business Rank 2015 & Global Competitiveness Index No Economy Ease of Doing Business Rank* Global Competitiveness Index Rank** 1 Singapore Malaysia Thailand Brunei Darussalam 101 N/A 5 Vietnam The Philippines Indonesia Cambodia Lao PDR Myanmar Catatan: * dari 189 negara ** dari 144 negara Sumber: Doing Business Report 2015 (2014); World Competitiveness Index, (2014)

36 Progress ASEAN Logistic Performance Index; COUNTRIES SCORE RANK (out of 150) SCORE RANK (out of 155) SCORE RANK (out of 155) SCORE RANK (out of 160) Singapore 4,19 1 4,09 2 4,13 1 4,00 5 Malaysia 3, , , ,59 25 Thailand 3, , , ,43 35 Indonesia 3, , , ,08 53 Vietnam 2, , , ,15 48 The Philippines 2, , , ,00 57 Cambodia 2, , , ,74 83 Myanmar 1, , , , Sumber: World Bank (2014)

37 KUALITAS MANUSIA INDONESIA YANG RENDAH, TERTINGGAL DAN BELUM SEJAHTERA Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih rendah (2013) Indonesia: 0,629, Ranking: 121; Malaysia: 0,769, Ranking: 64; Thailand: 0,69, Ranking: 103; Phillipina 0,65, Rangking: 114, Singapore: 0,895, Ranking: 18 Pengangguran/pekerja sektor informal masih tinggi Pengangguran: 7.39 juta; Pekerja informal 59,58% dari total pekerja Tenaga Informal Buruh tidak dibayar: ; Minimnya pendidikan dan ketrampilan tenaga kerja,. Pekerja lulus SD 55,3 juta (46,80%). Tenaga kerja tidak pernah ikut training 94,33%

38 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ASEAN Country HDI Rank Human Development Index (HDI) Life expectancy at birth Gross national income (GNI) per capita Adult literacy rate, both sexes Average annual HDI Growth (Value) (Value) (Years) (2011 PPP $) (% ages 15 and older) Persen (%) Brunei Darussalam 30 0,852 78,5 70,883 h 2,5 0,27 Cambodia 136 0,584 71,9 2,805 5,7 1,75 Indonesia 108 0,684 70,8 8,97 2,7 0,90 Lao PDR 139 0,569 68,3 4,351 72,7 1,44 Malaysia 62 0,773 75,0 21,824 93,1 0,58 Myanmar 150 0,524 65,2 3,998 h 92,7 1,69 The Phillippines 117 0,660 68,7 6,381 95,4 0,49 Singapore 9 0,901 82,3 72,371 95,9 0,92 Thailand 89 0,722 74,4 13,364 93,5 0,83 Vietnam 121 0,638 75,1 6,365 93,4 0,96 Catatan : h = Berdasarkan tingkat konversi PPP untuk GDP dari Bank Dunia (2014) dan pada PDB deflator, PNB per kapita mata uang nasional dari United Nations Statistics Division (2014). Sumber: UNDP Human Development Report,

39 TENAGA KERJA BERDASARKAN PENDIDIKAN TERTINGGI (Tahun ) HIGHEST EDUCATION Million People * (%) Million People (%) Million People (%) Million People (%) Million People (%) Million People (%) Million People Elementary School & Below 55,33 53,96 55,21 52,65 54,51 50,37 54,18 49,40 53,88 48,62 53,81 47,72 53,96 47,07 (%) Junior High School 19,04 18,16 19,39 17,92 20,63 18,81 20,7 18,68 20,22 17,93 20,56 17,40 20,35 17,75 Senior High School 14,39 13,30 14,58 13,29 15,92 14,37 17,11 15,17 17,25 14,60 17,88 15,86 18,58 16,20 Vocational School 6,76 6,16 8,24 7,44 8,88 7,88 8,86 7,50 9,5 8,57 9,97 8,44 10,52 9,17 Diploma 2,87 2,59 2,79 2,47 3,02 2,56 3,17 2,89 2,98 2,64 2,93 2,60 2,96 2,58 University 4,15 3,68 4,66 3,94 5,25 4,79 5,65 5,10 6,98 5,91 7,61 6,44 8,26 7,20 *Tahun 2014: Posisi per-agustus 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

40 Rata-rata Lama Sekolah/Mean Years Of Schooling: Negara- Negara ASEAN ( ,Tahun/Years) COUNTRIES HDI Rank (2013) Brunei Darussalam 30 6,1 7,5 8,2 8,4 8,6 8,6 8,7 8,7 Cambodia 136 5,0 5,3 5,7 5,7 5,8 5,8 5,8 5,8 Indonesia 108 3,1 3,3 4,8 5,3 5,8 5,8 7,5 7,5 Lao PDR 139 2,1 3,1 3,9 4,2 4,6 4,6 4,6 4,6 Malaysia 62 4,4 6,5 8,2 8,9 9,5 9,5 9,5 9,5 Myanmar 150 1,7 2,4 3,0 3,4 3,9 3,9 4,0 4,0 The Phillipines 117 6,1 7,1 8,0 8,6 8,9 8,9 8,9 8,9 Singapore 9 3,7 5,8 7,6 8,4 10,1 10,1 10,2 10,2 Thailand 89 3,7 4,6 5,4 4,9 6,6 6,6 7,3 7,3 Viet Nam 121 4,3 4,0 4,5 4,9 5,5 5,5 5,5 5,5 Sumber: United Nations Development Programme (UNDP), 2014

41 JUMLAH PATEN INTERNASIONAL COUNTRIES TOTAL TOTAL PERCENTAGE ( ) (% of WORLD) Sumber: US Patent and Trademark Office, 2014 ASEAN Brunei Darussalam ,00005 Cambodia no info no info no info no info no info 0,00000 Indonesia ,00393 Lao PDR no info no info no info no info no info 0,00000 Malaysia ,03426 Myanmar ,00007 The Phillipines ,00922 Singapore ,13380 Thailand ,00974 Viet Nam ,00045 DEVELOPED COUNTRIES United States ,97614 South Korea ,14447 Japan ,28925 WORLD ,00000

42 Komparasi Human Development Index, Easy of Doing Business, and Global Competitiveness Index: APEC Economies ECONOMIES (Alphabetical Order) Human Development Index, 2014 Ease of Doing Business, 2015 Global Competitiveness Index, from 187 countries from 189 countries from 144 countries GDP (PPP) Value Categorize Rank Categorize Rank Value share as (%) Rank world total Australia Very High HDI 2 High Income 10 5,084 1,15 22 Brunei Darussalam* Very High HDI 30 High Income 101 4,948 0,03 26 Canada Very High HDI 8 High Income 16 5,242 1,75 15 Chile Very High HDI 41 High Income 41 4,598 0,39 33 China** High HDI 91 Upper Middle Income 90 4,890 15,40 28 Hong Kong, China (SAR) Very High HDI 15 High Income 3 5,456 0,44 7 Indonesia Medium HDI 108 Lower Middle Income 114 4,571 1,49 34 Japan Very High HDI 17 High Income 29 5,472 5,40 6 Korea (Republic of) Very High HDI 16 High Income 5 4,958 1,92 26 Malaysia High HDI 62 Upper Middle Income 18 5,158 0,60 20 Mexico High HDI 71 Upper Middle Income 39 4,274 2,12 61 New Zealand Very High HDI 7 High Income 2 5,204 0,16 17 Papua New Guinea Low HDI 157 Lower Middle Income 133 N/A 0,02 N/A Peru High HDI 82 Upper Middle Income 35 4,237 0,40 65 The Philippines Medium HDI 117 Lower Middle Income 95 4,398 0,53 52 Russian Federation High HDI 57 High Income 62 4,369 2,94 53 Singapore Very High HDI 9 High Income 1 5,645 0,40 2 Thailand High HDI 89 Upper Middle Income 26 4,656 0,77 31 United States Very High HDI 5 High Income 7 5,543 19,31 3 Viet Nam Medium HDI 121 Lower Middle Income 78 4,228 0,41 68 Catatan: * Brunei Darussalam Global Competitiveness Index: nilai tahun , ** China termasuk Taiwan, Sumber: United Nations Development Program; World Bank; World Economic Forum (2014)

43 Jumlah Kedatangan Wisatawan ASEAN; Tahun 2012 (Juta Orang) Sumber: ASEANstats (2014)

44 The Travel & Tourism Competitiveness Index Rank* No Economy Singapore Malaysia Thailand Brunei Darussalam Vietnam The Philippines Indonesia Cambodia Lao PDR N/A N/A 10 Myanmar N/A N/A Catatan: * 1.dari 140 negara 2. Penghitungan dilakukan dengan menghitung perbandingan dari Travel&Tourism Regulatory Framework, Business Environment and Infrastructure dan Travel&Tourism Human, Cultural and Natural Resource Sumber: World Economic Forum (2014)

45 Kesimpulan 1. AEC sudah didepan mata namun Indonesia belum siap menghadapinya, bahkan pasar barang defisit di ASEAN. 2. Keberhasilan dalam pembukaan pasar jasa, Investasi, modal dan skill labor banyak tergantung kepada kualitas SDM padahal kualitas SDM Indonesia rendah. 3. Indonesia perlu menyiapkan kualitas SDM dan daya saing internasionalnya. 4. Pemerintah dan semua stakeholder perlu berpartisipasi aktif dalam upaya tsbt

46 TERIMA KASIH Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Pertamina Tower Building Lt. 4, Ruang 4.1 Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur Yogyakarta Telp ext iero@ .macroeconomicdashboard.com Website:

BPR dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan dan Kemudahan Akses bagi UMKM untuk Menghadapi Persaingan Global

BPR dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan dan Kemudahan Akses bagi UMKM untuk Menghadapi Persaingan Global BPR dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan dan Kemudahan Akses bagi UMKM untuk Menghadapi Persaingan Global Prof. Dr. Sri Adiningsih Penelitian dan Pelatihan FEB Universitas Gadjah Mada - Yogyakarta Disampaikan

Lebih terperinci

MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 Seminar Nasional, Malang 10 Juni 2014 1 (1) ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 (2) PELUANG & TANTANGAN (3) KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI AEC 2015 P E R L U A S A N

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

Talking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah

Talking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah Talking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February 2014 Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah TRANS PASIFIC PARTENRSHIP INDONESIA ASEAN Prof. Firmanzah.,PhD Discussion-Habibie Center

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan

Lebih terperinci

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Paparan Kuliah tamu Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 5 Desember

Lebih terperinci

Penerapan Keamanan Pangan Bagi Industri Makanan dan Minuman dalam

Penerapan Keamanan Pangan Bagi Industri Makanan dan Minuman dalam Penerapan Keamanan Pangan Bagi Industri Makanan dan Minuman dalam rangka Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 Disampaikan oleh : Roy Sparringa Badan Pengawas Obat dan Makanan Dalam rangka Rapat Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

TRENDS of TOURISM SECTOR. Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy

TRENDS of TOURISM SECTOR. Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy TRENDS of TOURISM SECTOR Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy GLOBAL TREND OF TOURISM International Tourist Arrivals by Regions 2007 2008 2009 2010 2011* Indonesia (mill. Of people)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football Oleh Ketua Umum KADIN Indonesia Pada Rapat Kerja Kementerian Perdagangan RI Jakarta, 20 Februari 2016 Strategi Mendobrak Ekspor 1. Memanfaatkan

Lebih terperinci

Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan

Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan Muliaman D. Hadad, PhD. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Surabaya, 8 Oktober 2015 Indonesia: bergerak ke sektor tersier? 2 Pangsa sektor industri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN periode 1980-2009 cenderung fluktuatif (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan dominansi pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN PELAKU USAHA MENGHADAPI AEC 2015

PELUANG DAN TANTANGAN PELAKU USAHA MENGHADAPI AEC 2015 PELUANG DAN TANTANGAN PELAKU USAHA MENGHADAPI AEC 2015 Oleh: P. Agung Pambudhi Direktur Eksekutif DPN APINDO Seminar Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia Jakarta, 22 Maret 2014 ASEAN ECONOMIC

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1

Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1 Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1 Akhmad Farhan Mahasiswa Program Doctor of Business Administration Graduate School of Business, Universiti Kebangsaan Malaysia Abstrak Artikel

Lebih terperinci

Peran Ekonomi Syariah Dalam Kebijakan Ekonomi Nasional Untuk Menghadapi AEC

Peran Ekonomi Syariah Dalam Kebijakan Ekonomi Nasional Untuk Menghadapi AEC Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Peran Ekonomi Syariah Dalam Kebijakan Ekonomi Nasional Untuk Menghadapi AEC 13 Agustus 2014 Uni Eropa adalah konsep integrasi kawasan yang

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( )

Bab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( ) Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu potensi yang dimiliki oleh ASEAN adalah dalam bidang pariwisata. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor pendukung utama pertumbuhan ekonomi di ASEAN

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN

Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015 1 Oleh : Dr. M. Nasich, Ak 2 Dasar Pembentukan Pasar Tunggal ASEAN Integrasi ekonomi merupakan langkah penting bagi pencapaian ASEAN

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT. SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 1 PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEKTOR TRANSPORTASI MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al #16 2012 PDB Nasional (US$ tn) 16 12 8 4 0 #3 12.0 8.0 4.0 0.0 15.1 US Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

PENERAPAN SNI WAJIB BAGI INDUSTRI PETROKIMIA

PENERAPAN SNI WAJIB BAGI INDUSTRI PETROKIMIA PENERAPAN SNI WAJIB BAGI INDUSTRI PETROKIMIA Oleh: Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) Jakarta, 20 Maret 2012 Gd. Petrokimia lt.-3, Jalan Tanah Abang III/16, Jakarta 10160 - Indonesia Phone: +62-21-3446459

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KINERJA EKSPOR IMPOR INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KINERJA EKSPOR IMPOR INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KINERJA EKSPOR IMPOR INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN Jakarta, Maret 2017 1. PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN GLOBAL 2. PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN NASIONAL Trade Policy Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang : BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain

Lebih terperinci

REFLEKSI & PROSPEK PEMBANGUNAN NASIONAL

REFLEKSI & PROSPEK PEMBANGUNAN NASIONAL REFLEKSI & PROSPEK PEMBANGUNAN NASIONAL Outline. 1.GROUP BOSOWA 1. REFLEKSI PEMBANGUNAN NASIONAL 2015 2. PROSPEK PEMBANGUNAN NASIONAL 2016 3. REKOMENDASI KONDISI 2015 2015 merupakan tahun konsolidasi pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore.

DAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore. 5. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian pada analisis Bab IV tentang analisis faktor penentu Foreign Direct Investment otomotif di 5 negara ASEAN, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa research and development,

Lebih terperinci

Penguatan Sinergi Pemerintah, Masyarakat, dan Dunia Usaha Dalam Rangka Akselerasi Pencapaian Pembangunan Berkeadilan.

Penguatan Sinergi Pemerintah, Masyarakat, dan Dunia Usaha Dalam Rangka Akselerasi Pencapaian Pembangunan Berkeadilan. Penguatan Sinergi Pemerintah, Masyarakat, dan Dunia Usaha Dalam Rangka Akselerasi Pencapaian Pembangunan Berkeadilan. Pande Radja SILALAHI PERTUMBUHAN GDP PER CAPITA RATA-RATA HARGA KONSTAN 2005 DAN RANKING

Lebih terperinci

Ekonomi Internasional. Materi 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia

Ekonomi Internasional. Materi 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia Ekonomi Internasional Materi 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia Garis Besar Kuliah 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia Globalisasi Elemen dari Ekonomi Dunia Berbagai cara negara berinteraksi Dagang (Trade) Aliran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Februari 2014 Tema Undang-undang Perindustrian Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) NYOTO WIDODO Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Jakarta, 15 September 2015 2 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development Report (HDR) 2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional As of 31 /01/2012 OUTLINE I. Outlook Dan Sasaran Strategis Rencana Aksi 2012 II. Fokus Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri

I. PENDAHULUAN. lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara seperti halnya individu sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tabel 1.1 menunjukkan data statistik mengenai total pendapatan (PDB), jumlah populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia memiliki

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Indonesia Tahun 2011 Melampaui Target USD 200 Miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan manusia merupakan paradigma baru yang menempatkan manusia sebagai kunci pembangunan. Pergeseran paradigma tersebut terjadi pada tahun 1960-an,

Lebih terperinci

Beberapa permasalahan menghambat pertumbuhan produk[vitas Indonesia

Beberapa permasalahan menghambat pertumbuhan produk[vitas Indonesia Beberapa permasalahan menghambat pertumbuhan produk[vitas Indonesia Rigiditas Pasar Tenaga Kerja Employment Protection Legislation Stringency Index Protection of permanent workers against (individual)

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015

PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015 PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015 Hendri Saparini, Ph.D Ekonom - CORE Indonesia saparini@coreindonesia.org www.coreindonesia.org Seminar Nasional Bisnis dan Teknologi

Lebih terperinci

Meningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional

Meningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Meningkatnya Impor Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan

Lebih terperinci

Strategi PERSAGI menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (PERSAGI)

Strategi PERSAGI menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (PERSAGI) Strategi PERSAGI menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (PERSAGI) Makasar, 30 April 2016 1. MEA ASEAN Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas (One Vision,

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pembangunan ekonomi internasional yang semakin terkait dan adanya interdependensi antar negara, arus perdagangan barang juga mengalami perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

Source: WEF, The Global Competitiveness Index,

Source: WEF, The Global Competitiveness Index, Ease of Doing Business in Indonesia 2014 And Selected Countries Source: World Bank, Doing Business 2014 The Most Problematic Factors For Doing Business in Indonesia Source: WEF, The Global Competitiveness

Lebih terperinci

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PASAR YANG SARAT TANTANGAN Hendri Saparini, Ph.D saparini@coreindonesia.org www.coreindonesia.org Seminar Nasional Standarisasi - BSN Jakarta, 12 November 2014 MEA 2015: Keterbukaan

Lebih terperinci

Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011

Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011 Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011 Multipolaritas: Ekonomi Global Baru Orde ekonomi global baru mulai terbentuk dengan bergesernya pertumbuhan global dari negara-negara

Lebih terperinci

Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS

Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KINERJA INDUSTRI NASIONAL 2 EKONOMI

Lebih terperinci

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim Krisis finansial yang tengah melanda Amerika Serikat (AS) diperkirakan dapat membawa kepada resesi

Lebih terperinci

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA? JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; 81-90 SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA? Christianus Yudi Prasetyo Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta ABSTRAK Negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

ORIENTASI KEGIATAN MAHASISWA BARU STMB

ORIENTASI KEGIATAN MAHASISWA BARU STMB ORIENTASI KEGIATAN MAHASISWA BARU STMB Integrity, Entreprenership, Best for Exellence BERSAMA : Danny Meirawan Guru di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil UPI Disajikan pada Orientasi Mahasiswa Baru STMB Bandung

Lebih terperinci

Macroeconomics Landscape and Trends

Macroeconomics Landscape and Trends PermataBank s Proyeksi Ekonomi Banking Bank Journalist Dunia dan Academy IMF WEO-IMF 2012 2013 2014 Jan'13 July'13 Jan'13 July'13 World 3,2 3,5 3,1 4,1 3,8 US 2,2 2,0 1,7 3,0 2,7 Europe -0,6-0,2-0,6 1,0

Lebih terperinci

DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA)

DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) Hery Winoto Tj. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Abstract: In the Year of 2010 faced tough challenges

Lebih terperinci

PEMETAAN KEMBALI MODEL PENDIDIKAN DI INDONESIA RZ ABD AZIZ Bandar Lampung, 21 Februari 2011

PEMETAAN KEMBALI MODEL PENDIDIKAN DI INDONESIA RZ ABD AZIZ Bandar Lampung, 21 Februari 2011 PEMETAAN KEMBALI MODEL PENDIDIKAN DI INDONESIA RZ ABD AZIZ Bandar Lampung, 21 Februari 2011 P E N D A H U L U A N DALAM PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UNDANG- UNDANG DASAR (UUD) 1945 UU N0. 20 /2003 SISTEM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada tanggal 8

PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada tanggal 8 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. ASEAN di prakarsai oleh lima negara pendiri yaitu Filipina,

Lebih terperinci

Global Trade. EU 25 countries. ACP-EU Countries in Africa and the Caribbean (approx. 70 countries)

Global Trade. EU 25 countries. ACP-EU Countries in Africa and the Caribbean (approx. 70 countries) NAFTA Population: 445 million GDP: US$15.857 trillion FTA Canada Chile 1997 FTA : Chile Mexico 1999 FTA : USA Chile 2004 FTA : USA Singapore 2004 FTA : USA Australia 2005 FTA : Mexico Japan 2005 FTA :

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat

Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat PERMASALAHAN DAN TANTANGAN DUNIA USAHA DALAM MEMBANGUN INDUSTRI DI DAERAH Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat Permasalahan Industri saat ini i Daya Saing Produk Lemah Produktivitas Rendah Biaya Tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 & PENGUATAN REGULASI PROFESI AKUNTANSI

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 & PENGUATAN REGULASI PROFESI AKUNTANSI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 & PENGUATAN REGULASI PROFESI AKUNTANSI oleh: PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI JAKARTA, 29 JANUARI 2014 AGENDA ASEAN Economic Community 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

Didorong oleh ekspor non-migas yang kuat, ekspor Indonesia bulan Oktober 2010 mencetak rekor tertinggi sebesar US$14,2 miliar

Didorong oleh ekspor non-migas yang kuat, ekspor Indonesia bulan Oktober 2010 mencetak rekor tertinggi sebesar US$14,2 miliar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Didorong oleh ekspor non-migas yang kuat, ekspor Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat Total inflow (Miliar Dolar AS) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat sejak memasuki era 1990-an. Pertumbuhan remitansi

Lebih terperinci

KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Oleh : Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.Sc. Sekretaris Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci