Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN"

Transkripsi

1 Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN PENGEMBANGAN PRODUK BARU BATIK KONTEMPORER STUDI KASUS BELAJAR DARI HASAN BATIK BANDUNG 1 Ratih Tresnati, 2 Yuhka Sundaya 1 Program Studi Manajemen Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung ratih_tresnati@yahoo.co.id, 2 yuhkas@yahoo.com Abstrak. Pengembangan produk baru dibutuhkan perusahaan untuk mengantisipasi persaingan disamping memenuhi kebutuhan konsumen yang dinamis. Pengembangan produk banyak dilakukan perusahaan, dan salah satunya di Kota Bandung adalah Hasan Batik yang merespons persaingan dalam industri batik domestik maupun impor. Hasan Batik megubah Batik Tradisional menuju Batik Kontemporer. Penelitian pengembangan produk baru di perusahaan tersebut dilakukan untuk (1) menggali pengetahuan tentang caranya, dan (2) mengetahui dampaknya terhadap volume penjualan. Penelitian ini menggunakan data primer dan skunder dari Hasan Batik. Data primer digali dengan cara focus group discussion dan brainstorming untuk mengklarifikasi pengetahuan dari data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Hasan Batik melakukan sembilan tahapan untuk melakukan pengembangan produk, dan (2) tahap awal pengembangan produk berimplikasi kenaikan biaya per unit, namun setelah itu menampilkan biaya produksi yang efisien. Pengembangan produk berdampak positif pada volume penjualan, yaitu meningkat dengan rata-rata sebesar 9 persen setelah dilakukan pengembangan produk. Kata kunci: Pengembangan Produk Baru, volume penjualan 1. Pendahuluan Persaingan dalam industri batik Indonesia semakin meningkat, tapi peluang pasarnya tampak besar. Indonesia telah memasuki pasar bebas tingkat Asia ( ASEAN Free Trade Area) sejak 2003, sehingga produk batik dari luar juga masuk ke dalam industri. Penggunaan pakaian batik oleh masyarakat menjadi tidak terbatas pada acaraacara kebudayaan, melainkan telah mentradisi ke dalam budaya kerja dan pergaulan, dan ini menjadi peluang yang terus dimanfaatkan oleh perusahaan batik, disamping mempertahankan budaya berpakaian. Penggunaan batik diperluas menjadi hiasan seperti kain dinding, sarung bantal, seprei, alas meja, tudung saji, bad cover, dan lain-lainnya (Chandra, 1984:19). Hasan Batik, salah satu usaha kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung, merespons persaiangan dalam industri batik dengan melaukan pengembangan produk. Ia mengembangkan batik klasik menjadi kontemporer. Eksistensinya adalam industri batik tidak hanya sebatas rent seeker, melainkan perlu diapresiasi sebagai eksistensi untuk mempertahankan budaya tekstil asli Indonesia. Oleh karena itu, upayanya dalam pengembangan produk batik menarik untuk diamati agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat. Beberapa pengetahuan yang bermanfaat untuk digali adalah mempelajari cara pengembangan produknya, gambaran pengembangannya, dan dampaknya terhadap volume penjualan. Makalah ini merupakan ekstrak dari penelitian pengembangan produk batik di Hasan Batik. Makalah ini disusun ke dalam empat bagian. Tiga bagian seterusnya 327

2 328 Ratih Tresnati, et al. menampilkan kajian pustaka terkait prosedur pengembangan produk, hasil penelitian, simpulan dan saran. 2. Kajian Pustaka Pengembangan produk baru (new product development) merupakan upaya produsen untuk membentuk masa depan perusahaan.peningkatan atau penggantian produk dan jasa dapat mempertahankan atau membangun penjualan (Kotler dan Keller, 2012). Dengan melakukan pengembangan produk atau jasa, perusahaan akan mampu menghantarkan produk atau jasa yang memiliki nilai pelanggan (customer value) tertinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya, sekaligus perusahaan akan mampu meningkatkan volume penjualan melalui kepuasan pelanggan. Pengembangan produk adalah proses penemuan ide barang atau jasa termasuk kegiatan teknik tentang penelitian, pembelian dan perancangan kemudian menambahkan pada product line yang ada untuk dijual (Swasta,1996:39). Kotler dan Keller (2012), Kotler dan Amstrong (2001), Lovelock dan Wringht (2002) menerangkan bahwa proses pengembangan produk terdiri dari 8 (delapan) langkah, yaitu (1) idea generation, (2) idea screening, (3) concept development and concept testing, (4) business analysis, (5) marketing strategy, (6) product development, (7) market testing, dan (8) commercialization. Idea generation atau pencarian gagasan adalah tahap dimana perusahaan mengumpulkan ide-ide produk baru, dimana sumber ide produk baru dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu dari: top management, karyawan, dari konsumen, distributor, internet dan sumber lainnya. Ide screening atau penyaringan ide adalah tahap dimana perusahaan menyaring ide-ide produk baru yang telah dikumpulkan. Guna melakukan hal tersebut, perusahaan membentuk panitia kecil untuk menyortir ide-ide produkbaru yang sudah terkumpul, dianalisis mana ide produk baru yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Concept development and concept testing adalah tahap dimana ide produk baru yang lolos penyaringan, diubah kedalam bentuk konsep produk baru yang dapat dibaca oleh pihak lain, dan kemudian diujikan ke kalangan terbatas guna mematangkan konsep produk baru tersebut. Business Analysis adalah tahap dimana perusahaan menganalisis untung rugi dari konsep produk baru tersebut. Marketing Strategy adalah tahap dimana perusahaan merancang strategi pemasaran bagi konsep produk barunya. Product Development adalah tahap dimana konsep produk baru diubah kedalam wujud produk (real product. Market Testing adalah tahap dimana perusahaan melakukan tes pasar guna mendapatkan feedback dari masyarakat tentang produk baru tersebut. Dan, commercialization adalah tahap dimana produk baru diproduksi dan dipromosikan secara besar-besaran. Guna melakukan tahap ini, produsen harus memperhatikan 4 W (when, where, what, why) dan 1 H (how). Langkah-langkah proses pengembangan produk baru tersebut, diperuntukkan untuk produk manufacturing maupun jasa, sedangkan untuk produk Batik kontemporer, menurut Widjiningsih (1982) yang dikutip oleh Sawitri (2008) dan Hasan Batik (2000) langkah pengembangan produk baru Batik kontemporer melibatkan empat tahapan pekerjaan. Informasi tahapan tersebut ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Tahapan Pengembangan Produk Batik No Tahapan Keterangan 1 Survei Pasar Perusahaan melakukan survei pasar guna mengetahui needs and wants pasar terhadap produk batik. Sumber ide dapat diperoleh dari para Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

3 Pengembangan Produk Baru Batik Kontemporer Studi Kasus Belajar dari Hasan Batik Bandung 329 No Tahapan Keterangan pelanggan ketika melakukan pameran, majalah, internet, diproduksi oleh perusahaan. 2 Persiapan Perancangan yang akan Kain katun atau mori yang akan di Batik terlebih dahulu dicuci agar terbebas dari bahan-bahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses penenunan atau proses pembuatan kain, hal ini dimaksudkan agar pada proses pewarnaan nantinya tidak akan terpengaruh oleh bahan bahan tersebut. Selanjutnya, kain yang telah dipersiapkan dikeringkan. 3 Pemalaman Proses penggambaran corak diatas permukaan kain dengan menggunakan malam cair sebagai bahannya. Tahap pemalaman ini bisa ber ulang-ulang berdasarkan rancangan ragam hiasnya. Pemalaman bolak-balik dapat dilakukan untuk memperoleh hasil pemalaman yang sama antara bagian muka dan belakang kainnya. 4 Proses ini dilakukan untuk memberi dan merubah warna,memperjelas bentuk, dan rincian. Zat pewarna yang bisa digunakan antara lain: Indigosol, Naftol, Basis, Procion, Indanthreen yang dapat dimanfaatkan untukmendapatkan warnawarna tiruan dari pewarna alam. 5 Tahap Fiksasi Masukkan cairan HCL kedalam ember,kemudian tambahkan 2 (dua) liter air dingin, masukkan kain yang telah diwarnai, dengan tujuan agar warna kain kuat melekat pada kain dan tidak cepat luntur. 6 Pengeringan Kain dicuci bersih dengan air dingin dan di keringkan di bawah sinar matahari guna memunculkan warna-warna yang lebih tajam. 7 Pelodoran Penghilangan malam (wax) dengan cara memasukkan ke dalam ember berisi ar panas, kain di kucek-kucek agar malam cepat lepas.untuk memudahkan malam (wax) larut dalam air,digunakan soda abu/soda ash 8 Penyelesaian Kain dibilas/dicuci dengan air dingin hingga bersih. 9 Komersialisasi Produsen mendisrtibusikan dan mengkomunikasikan poduk ke pasar Cara pengembangan produk batik juga dengan pengembangan disain tekstil dan kegunaannya menurut Yulistiana (1994:54). Cara tersebut dilakukan agar mereka mampu meningkatkan kualitas batik, meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan daya kreatifitasnya, sehingga mampu menciptakan dan menawarkan batik yang mempunyai nilai pelanggan (customer value) yang tinggi. Pengembangan produk baru batik kontemporer dapat dilakukan dengan (1) pengembangan teknik batik, (2) pengembangan teknik jumputan, (3) pengembangan motif batik, dan pengembangan teknik bordir untuk bahan sutra polos. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif, dimana dalam studi ini akan dicari suatu gambaran mengenai cara pengembangan produk batik di Batik Hassan, serta dampaknya terhadap jumlah volume penjualan. Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder, yaitu mengenai cara pengembangan produk serta volume penjualan paska pengembangan produk. Analisis dilakukan melalui teknik FGD (Focus Group Discussion) dan brainstorming kemudian dikonfrontir dengan data sekunder dan primer yang didapatkan sehingga dapat dianalisis mengenai dampak pengembangan produk di Batik Hassan terhadap jumlah volume penjualan. ISSN Vol 3, No.1, Th, 2012

4 330 Ratih Tresnati, et al. 4. Hasil Penelitian 4.1. Cara Pengembangan Produk Sebagai seorang produsen batik, Hasan Batik menyadari bahwa pasar Batik cukup luas dengan pembeli yang begitu banyak sehingga ia harus lebih kreatif dan inovatif bagi Batik yang akan dijual. Mengacu pada urutan sembilan tahapan pengembangan produk yang ditampilkan pada Tabel 1, cara pengembangan produk di Hasan Batik dimulai dengan melakukan survei pasar. Ide pengembangan produknya diperoleh dari pelanggan. Hasan Batik membuka pameran, dan ketika dikunjungi pelanggan mereka menggali informasi mengenai kebutuhan dan keinginannya. Selain itu, perkembangan kebutuhan pelanggan juga diperoleh melalui media majalah dan internet, sehingga pengetahuan tentang kebutuhan pelanggan tersebut menjadi inspirasi untuk melakukan pengembangan produk. Setelah memahami kebutuhan pelanggan, Hasan Batik kemudian melakukan persiapan perancangan. Persiapan tersebut mencakup beberapa pekerjaan, seperti mendisain motif yang dituangkan ke dalam sketsa-sketsa yang digemari pelanggan. Selanjutnya dilakukan pemilihan jenis kain yang akan dibatik. Ada beberapa jenis kain untuk di batik yang biasanya digemari oleh pelanggannya, antara lain: kain Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), kain denim, katun, serta sutra. Kain yang telah terpilih kemudian dicuci agar terbebas dari bahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses penenunan, hal ini dimaksudkan agar pada proses pewarnaan nantinya tidak akan terpengaruh oleh bahan-bahan tersebut. Selanjutnya, kain yang telah dipersiapkan dikeringkan. Tahap selanjutnya adalah dilakukan pemalaman. Pemalaman adalah proses penggambaran corak diatas permukaan kain dengan menggunakan malam cair sebagai bahannya. Tahap pemalana ini bisa ber ulang-ulang berdasarkan rancangan ragam hiasnya. Pemalaman bolak-balik dapat dilakukan untukmemperoleh hasil pemalaman yang sama antara bagian muka dan belakang kainnya. Dalam proses ini ada dua tahap, yaitu: (1) Pra-Pemalaman, dimana dilakukan: (1) mempersiapkan kain mori atau kain katun atau kain ATBM serta Denim sesuai dengan ukuran yang dikehendaki,(2) menyiapkan kompor untuk membatik, memanaskan malam batik pada wajan, (3) membuat pola pada kain mori atau katun dengan menggunakan pensil/kapur jahit atau alat apapun yang jika nantinya dicuci pada akhir pemrosesan batik,maka coretan tersebut bisa hilang,atau disain dapat pula menggunakan pola-pola yang sudah di-persiapkan terlebih dahulu, (4) menentukan motif yang diinginkan (bisa didapat dari motif yang telah ada), (5) jiplak motif kedalam kain dengan menggunakan karbon kain. (2) Pemalaman, dimana dilakuka: (1) kain dipegang dengan telapak tangan terbuka,posisi tangan miring, dapat juga menggunakan frame, (2) ambil malam cair dengan menggunakan canting, (3) torehkan ujung/cucuk canting pada kain mengikuti motif yang telah dibuat. Alat kuas, dapat pula digunakan untuk membuat motif atau untuk mem blok. Pemalaman ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan cap tembaga yang terlebih dahulu dipanaskan pada ender, (4) menghilangkan malam yang menetes di kain dapat dihilangkan dengan menggunakan air yang mendidih dicampur dengan sedikit soda ash. Caranya yaitu celupkan cotton bud pada air campuran soda ash kemudian Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

5 Pengembangan Produk Baru Batik Kontemporer Studi Kasus Belajar dari Hasan Batik Bandung 331 gosokkan perlahan pada tetesan malam, kemudian di angin-anginkan sampai kering, 5) kain siap di batik kembali, dan siap untuk di warna. (3) Pewarnaan. Tahap pewarnaan dilakukan setelah kain melalui proses pemalaman.proses ini dilakukan untuk memberi dan merubah warna,memperjelas bentuk, dan rincian. Zat pewarna yang bisa digunakan antara lain : Indigosol, Naftol, Basis, Procion, Indanthreen yang dapat dimanfaatkan untukmendapatkan warna-warna tiruan dari pewarna alam. Pewarnaan itu sendiri dilakukan dengan cara: Setelah pemalaman, selanjutnya dilakukan pencelupan, yaitu tahap mewarnai kain dengan memasukkannya ke dalam air yang mengandung zat warna dingin,proses ini dapat dilakukan berkali-kali guna menghasilkan warna yang semakin tua. Pada dasarnya pada pewarnaan tahap pertama warna yang digunakan adalah warna yang lebih muda dahulu, ini disebabkan pada proses Batik pewarnaan nantinya akan dilakukan secara berulang-ulang tergantung dari banyaknya warna yang diinginkan. Pencoletan dilakukan untuk mewarnai bagian-bagian tertentu dengan menggunakan kuas yang terbuat dari bambu yang diremukkan. Malam batik (wax) merupakan pembatas agar pewarna tidak menyebar ke area lain. Setelah semua kain terwarnai, diamkan hingga warna kering. Dan, setelah semua kain terwarnai, dan telah kering, kemudian mulailah tahap fiksasi, dimana mula-mula masukkan cairan HCL kedalam ember, kemudian tambahkan 2 (dua) liter air dingin, masukkan kain yang telah diwarnai, dengan tujuan agar warna kain kuat melekat pada kain dan tidak cepat luntur. Pada tahap fiksasi, kain kemudian dicuci bersih dengan air dingin dan di keringkan dengan bantuan matahari guna memunculkan warna-warna yang lebih tajam. Dua tahap yang dilakukan berikutnya adalah pelodoran dan finishing. Pelodoran adalah tahap dimana dilakukan penghilangan malam (wax) dengan cara me-masukkan kedalam ember berisi air panas, kain di kucek-kucek agar supaya malam cepat lepas. Untuk memudahkan malam (wax) larut dalam air, digunakan soda abu/soda ash. Dan, pada tahap finishing, setelah malam (wax) hilang, kain dibilas dengan air dingin hingga bersih. Ke delapan tahapan tersebut telah cukup untuk mengembangkan produk. Dan, untuk mempromosikannya kepada pelanggan, tahap komersialisasi, Hasan Batik mendistribusikan batik kontemporernya. Ada beberapa cara yang dilakukan Hasan Batik: Hasan Batik memiliki Studio Batik yang terletak di Jl.Cigadung Raya Timur No.136 Bandung; melakukan penjualan Online, mendatangi para Expatriat di Jakarta. Sedangkan promosi yang dilakukan, yaitu dengan membuat katalog, melalui Online marketing/interective marketing, mengikuti pameran (baik di dalam negri maupun di luar negri), mengadakan fashion show Batik Kontemporer di beberapa Mall di kota Bandung dan Jakarta, serta menerima company visit bagi masyarakat yang ingin belajar membatik Dampak terhadap Penjulan Pengembangan produk batik yang dilakukan oleh Hasan Batik berdampak positif terhadap penjualan. Pada Tabel 2 ditampilkan perkembangan biaya produksi seiring dengan perubahan volume penjualan. Pada tahun 2007 terjadi lonjakan biaya yang cukup besar, mencapai 12 persen, sementara volume penjualan naik 20 persen. Kenaikan biaya dan penjualan yang cukup besar terjadi juga pada tahun 2008, namun ISSN Vol 3, No.1, Th, 2012

6 332 Ratih Tresnati, et al. setelah itu, kenaikan biaya produksi menurun dan proposional dengan perubahan penjualan. Uniknya, kenaikan biaya produksi tersebut sebenarnya diikuti oleh penuruna biaya produksi per potong. Apabila mencermati marginal cost pada kolom terakhir, rasio perubahan biaya terhadap perubahan penjualan, tampak bahwa tambahan biaya per potong batik sebesar 15 ribu, lebih murah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pada saat kenaikan biaya sebesar 19 persen yang diikuti oleh kenaikan penjualan sebesar 11 persen, marginal costnya meningkat hapir 3 kali lipat, dan setelah itu menurun pada kisaran 250 ribu per potong. Tabel 2. Perbandingan Biaya Pengembangan Produk Batik Kontemporer dengan Volume Penjualan Batik Kontemporer di Hasan Batik Tahun Biaya Pengembangan Produk Volume Penjualan Marginal Cost Rupiah % Perubahan Potong % Rata-Rata 9 9 Sumber : Hasan Batik Studio (2012) 5. Simpulan Terdapat dua simpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini, yaitu: (1) Pengembangan produk batik yang dilakukan oleh Hasan Batik melibatkan sembilan tahapan pekerjaan yang dimulai dari analisis pasar hingga tahap komersialisasi. (2) Tahap awal pengembangan produk berimplikasi kenaikan biaya per unit, namun setelah itu menampilkan biaya produksi yang efisien. Pengembangan produk berdampak positif pada volume penjualan, yaitu meningkat dengan rata-rata sebesar 9 persen setelah dilakukan pengembangan produk. 6. Daftar Pustaka Hasan Batik Buku Panduan Workshop Batik. Bandung: Rosda Kotler, Philip & Kevin Lane Keller th edition Marketing Management.New Jersey: Prentice Hall International.,Inc. Kotler, Philip, Garry Amstrong, 2001, Principles of Marketing, New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Lovelock, Cristopher H., Lauren K.,Wright, 2002, Principles of Service Marketing And Management,Internasional Edition, New Jersey: Prentice Hall International Inc. Sawitri, Sicilia Pengembangan Produk Textil Pada Industri Kecil Me-nengah Batik Tradisional dan Sutra di Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN UD. Oca Batik Madura adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan batik tulis yang sedang berkembang dan professional. UD. Oca Batik Madura merupakan salah satu perusahaan yang ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20

BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20 yang berjudul Introducing New Market Offerings membahas mengenai beberapa pertanyaan yang

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Posisi Strategis Inovasi Produk Bluesville. 1. Penciptaan Gagasan (Idea Generation) manusia didalam perusahaan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Posisi Strategis Inovasi Produk Bluesville. 1. Penciptaan Gagasan (Idea Generation) manusia didalam perusahaan. 132 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama kurang lebih delapan bulan, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang sesuai dengan pembahasan dan analisis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Setiap perusahaan baik yang berskala kecil, menengah, maupun yang besar akan selalu menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan siklus pasar global. Strategi kunci untuk menjadi pemenang di dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan siklus pasar global. Strategi kunci untuk menjadi pemenang di dalam sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan Pengembangan produk baru di Indonesia yang dilihat dari pergerakan siklus pasar global. Strategi kunci untuk menjadi pemenang di dalam sistem pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

NASKAH APA KABAR JOGJA

NASKAH APA KABAR JOGJA Kerajinan Batik Kayu Kerajinan adalah salah satu keunggulan daya tarik wisata yang mampu mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata // berbagai sumber potensi mengangkat citra kota yogyakarta / salah

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di BAB II LANDASAN TEORI Perdagangan Internasional Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017 PEMBUATAN BATIK JUMPUT DI DESA GLURANPLOSO KECAMATAN BENJENG KOTA GRESIK Nur Indah Rosyidah 1, Nurdiana Fatmawati 2, Novi Eka Styorini 3, Retno Wulan N.S 4, Siti Aisyah 5 1,2,3 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam hias merupakan ciri khas dari setiap suku yang memilikinya. Indonesia yang merupakan negara dengan suku bangsa yang beraneka ragam tentulah juga menjadi negara

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA Oleh Nurida C.S., Harti, Inti Nahari, Saino, dan Yoyok Susatyo Abstrak Pelatihan proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai strategi mencapai keunggulan bersaing. Tipe aliansi pada APIP S Kerajinan Batik adalah Nonequity

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

NO HARI PERTEMUAN WAKTU PELAJARAN MATERI CATATAN

NO HARI PERTEMUAN WAKTU PELAJARAN MATERI CATATAN RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MASYARAKAT (PKM) TAHUN 2012, BIDANG PEMBUATAN DESAIN BATIK DENGAN BAHAN PEWARNA ALAM & KIMIA, LEMBAGA KURSUS BATIK SIGER YAYASAN SARI TELADAN NO HARI

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 atas prakarsa Siswaya. Pria kelahiran Sleman, Yogyakarta, ini telah berdomisili

Lebih terperinci

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis BISNIS USAHA BATIK Nama : Nurrochim Kelas : 10.12.4579 NIM : 10.12.4579 Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2 April 2011 Abtrak Indonesia memiliki berbagai variasi batik, salah satunya

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

Pendekatan Interpretif Pendekatan ini untuk menggali secara

Pendekatan Interpretif Pendekatan ini untuk menggali secara HAND OUT PERKULIAHAN Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek Pertemuan : IX (Sembilan) Topik/Pokok Bahasan : Pendekatan Perilaku Konsumen Pokok-Pokok Perkuliahan : Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pengembangan produk baru, yogurt, jenis produk, bentuk produk, strategi pemasaran, gagasan produk, harga produk.

ABSTRAK. Kata kunci: Pengembangan produk baru, yogurt, jenis produk, bentuk produk, strategi pemasaran, gagasan produk, harga produk. ABSTRAK Dalam dunia bisnis sering kali perusahaan mengalami persaingan, oleh kerena itu setiap perusahaan dapat melakukan pengembangan produk baru untuk mempertahankan pasar dan meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang terdapat pada bab satu, dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik kebutuhan dan keinginan pelanggan Restoran Ametori

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP ERGONOMI DALAM PENGEMBANGAN DESIGN PRODUK AKAN MEMBERIKAN NILAI JUAL PRODUK YANG TINGGI & KEUNGGULAN BERSAING

APLIKASI KONSEP ERGONOMI DALAM PENGEMBANGAN DESIGN PRODUK AKAN MEMBERIKAN NILAI JUAL PRODUK YANG TINGGI & KEUNGGULAN BERSAING APLIKASI KONSEP ERGONOMI DALAM PENGEMBANGAN DESIGN PRODUK AKAN MEMBERIKAN NILAI JUAL PRODUK YANG TINGGI & KEUNGGULAN BERSAING Oleh : Dr.H.M. Yani Syafei,Ir.,MT Dosen Teknik Industri FT Unpas, KBK Ergonomi

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahap pembelian, konsumen seringkali menggunakan persepsi, afektif (perasaan), serta preferensinya untuk memutuskan pembelian suatu produk. Besarnya pengaruh persepsi, afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Desain motif batik pada bed sheet memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada bed sheet yang

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas Peta Materi II KERAJINAN TEKSTIL Fungsi dan Prinsip Kerajinan Teksti Jenis dan Karakteristik Kerajinan Tekstil Proses Produksi Kerajinan Tekstil 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas Bahan Kerajinan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM : BISNIS BATIK ONLINE Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA KELAS : AKHMAD DAHLAN : 11-S1TI-01 NIM : 11.11.4658 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan batik yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

BATIK SEBAGAI PELUANG USAHA

BATIK SEBAGAI PELUANG USAHA KARYA ILMIAH BATIK SEBAGAI PELUANG USAHA MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Muhammad Handy Rustianto NIM : 10.11.3677 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

Pertemuan 6 PROGRAM PENGEMBANGAN PRODUK BARU

Pertemuan 6 PROGRAM PENGEMBANGAN PRODUK BARU Pertemuan 6 PROGRAM PENGEMBANGAN PRODUK BARU I. PENGERTIAN Produk baru adalah:(djaslim Saladin, 2007:76) 1. Produk yang benar-benar baru (bagi dunia) 2. Produk pengganti yang benar-benar berbeda dari produk

Lebih terperinci

TAHAPAN PENGEMBANGAN PRODUK KONVEKSI BERBAHAN DASAR BATIK PADA KLASTER BATIK PASIRSARI PEKALONGAN *

TAHAPAN PENGEMBANGAN PRODUK KONVEKSI BERBAHAN DASAR BATIK PADA KLASTER BATIK PASIRSARI PEKALONGAN * TAHAPAN PENGEMBANGAN PRODUK KONVEKSI BERBAHAN DASAR BATIK PADA KLASTER BATIK PASIRSARI PEKALONGAN * Agustine Eva Maria Soekesi, Rustina Untari, Anastasia Posmaria Setiasiwi Sitohang Fakultas Ekonomi Unika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

Analisis Potensi Pasar dan Perilaku Pelanggan Layanan Online Shop

Analisis Potensi Pasar dan Perilaku Pelanggan Layanan Online Shop Analisis Potensi Pasar dan Perilaku Pelanggan Layanan Online Shop Ismi Kaniawulan 1, Sri Suhartini 2, Irsan Jaelani 3 1, 3 Program Studi Teknik Informatik, 2 Program Studi Manajemen Industri Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Unit Rengel Tuban, semoga menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Unit Rengel Tuban, semoga menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dijelaskan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Selain itu dari hasil penelitian terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak zaman purba, manusia sudah mulai menghias benda-benda yang mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat suatu benda agar nampak

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN Oleh: Sri Wening, Enny Zuhni K, Sri Emy Yuli S A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KERAJINAN MENJAHIT DAN BORDIR DI KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN. Abstrak

PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KERAJINAN MENJAHIT DAN BORDIR DI KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN. Abstrak PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KERAJINAN MENJAHIT DAN BORDIR DI KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN Prihatin Lumbanraja 1*, Arlina Nurbaity Lubis 1, Sitti Raha Agoes Salim 1 1 Fakultas

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anda tau kain perca? Ya, kain sisa potongan yang sudah tidak terpakai itu, ternyata masih bisa dimanfaatkan loh. Bahkan ditangan si kreatif, kain perca dapat disulap

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-06)

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-06) MAKALAH PENDAMPING KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-06) ISBN : 978-979-1533-85-0 CHEMS BATIK USAHA KREATIF APLIKASI STRUKTUR KIMIA SENYAWA ORGANIK SEBAGAI MOTIF BATIK KONTEMPORER GUNA MENAMBAH KEANEKARAGAMAN MOTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan menjadi warisan budaya Indonesia. Batik di Indonesia merupakan produk kebanggaan dari sisi produk

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Berikut adalah hasil karya Tugas Akhir Jessy Jasmine Fitria Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB dengan judul EKSPLORASI TEKNIK

Lebih terperinci

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Product Knowledge and Price Concepts Minggu-4 Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 02270704014 ailili1955@gmail.com

Lebih terperinci

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, kondisi dunia usaha di Indonesia dihadapkan pada keadaan persaingan yang sangat ketat. Hal ini antara lain disebabkan oleh para pesaing dari luar

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Perancangan tas wanita batok kelapa yang dibuat ini orisinalitas sendiri berdasarkan penggunaan bahan yang berasal dari limbah dan sistem yang digunakan pada tas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan path analisis, antara brand positioning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dan terdiri dari empat kecamatan, yakni: Pekalongan Utara, Pekalongan

Lebih terperinci

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. ARTIKEL PELATIHAN PEMBUATAN BATIK COLET BAGI SISWA SMK DIPONEGORO DEPOK (PROGRAM LANJUTAN) Oleh: Sugiyem, Sri Widarwati, Emy Budiastuti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Abstract The purpose

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.

Lebih terperinci

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK ABSTRAK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam organisasi, lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat karena majunya teknologi dan globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang dinamis ditandai dengan semakin kompetetifnya

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang dinamis ditandai dengan semakin kompetetifnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis ditandai dengan semakin kompetetifnya persaingan dunia bisnis, kemampuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari teknologi semakin berkembang dengan sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari teknologi semakin berkembang dengan sangat pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin hari teknologi semakin berkembang dengan sangat pesat dan canggih, sejalan dengan itu kebutuhan manusia pun semakin hari semakin bertambah. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tren kehidupan masyarakat saat ini semakin mengarah pada Back To

BAB I PENDAHULUAN. Tren kehidupan masyarakat saat ini semakin mengarah pada Back To 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tren kehidupan masyarakat saat ini semakin mengarah pada Back To Nature atau kembali ke alam. Kondisi ini dikarenakan obat farmasi yang sangat mahal dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengembangan Produk Dalam persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus melakukan pengembangan produk, sesuai pula dengan perkembangan teknologi dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES INOVASI PRODUK PADA PT. INDOPLAST MAKMUR

ANALISIS PROSES INOVASI PRODUK PADA PT. INDOPLAST MAKMUR AGORA Vol. 4, No. 2, (2016) 280 ANALISIS PROSES INOVASI PRODUK PADA PT. INDOPLAST MAKMUR Ivan Steffanus Budimartono dan Dhyah Harjanti Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES

Lebih terperinci

HASIL OBSERVASI IDENTIFIKASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA DI SMK N 2 GODEAN

HASIL OBSERVASI IDENTIFIKASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA DI SMK N 2 GODEAN HASIL OBSERVASI IDENTIFIKASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA DI SMK N 2 GODEAN Mata Diklat : Membuat Hiasan Busana Hari/Tanggal : Selasa/ 5 Februari 2008 Tempat : Lab

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luar, misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luar, misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh luar, misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak, maka dapat ditarik

BAB 6 PENUTUP. untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak, maka dapat ditarik 103 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab 6 yang digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG DESAIN DAN PRODUKSI KRIYA TEKSTIL. Standar Kompetensi Guru (SKG)

KISI-KISI MATERI PLPG DESAIN DAN PRODUKSI KRIYA TEKSTIL. Standar Kompetensi Guru (SKG) KISI-KISI MATERI PLPG DESAIN DAN PRODUKSI KRIYA TEKSTIL No Standar Guru (SKG) Inti Guru (KI) Guru Mata 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu keberhasilan perusahaan sangat tergantung kepada kemampuan perusahaan untuk menyediakan produknya di pasar sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motif batik saat ini berkembang dengan pesat, hal ini ditandai dengan adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan nusantara, seperti batik

Lebih terperinci

Gambar I-1 Proses Pembuatan Batik

Gambar I-1 Proses Pembuatan Batik Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Batik Komar merupakan salah satu contoh perusahaan yang bergerak dalam bidang industri batik di Indonesia. Batik Komar didirikan pada tahun 1998 di Bandung. Batik Komar

Lebih terperinci

KRIYA TEKSTIL SMK. Budiyono dkk

KRIYA TEKSTIL SMK. Budiyono dkk Budiyono dkk KRIYA TEKSTIL SMK JILID 1 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci