BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh"

Transkripsi

1 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan pendalaman dan pemahaman yang berkaitan dengan teknik ekstraksi pada daun mangga untuk zat warna alam. Memilih daun mangga yang dapat menghasilkan warna baik dan pekat. Warna yang dihasilkan akan beraneka macam tergantung dengan daun mangga yang digunakan dan penggunaan fiksator yang beragam seperti: tawas, tunjung, kapur dan zat asam (jeruk nipis, cuka, dan blimbing wuluh). Semua zat fiksator akan memunculkan warna yang berbedabeda tergantung takaran yang digunakan. Analisa kedua, pemahaman serat tekstil. Kain yang dapat menyerap zat pewarna alam dengan baik. Ketiga, pendalaman dan pemahaman yang berkaitan dengan perancangan batik tulis. Selain memahami proses pembuatannya, harus dipahami juga penerapan dan pengkomposisian warna yang telah dibuat pada motif batik yang telah dirancang sebelumnya. Dalam perancangan tekstil pakaian penerapan warna, motif dan teknik merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam perancangan ini. B. Strategi (Langkah dan Pemecahan) Berkaitan dengan analisa permasalahan yang ada, dibutuhkan strategi yang meliputi langkah dan pemecahan masalah berupa pencarian data. Pencarian data melalui studi pasar, studi literatur commit (pustaka, to user majalah, penelitian terdahulu dan

2 sebagainya), studi visual, studi proses produksi dan observasi yang berkaitan tentang pengetahuan bahan pewarna alam dan proses pewarnannya serta jenis bahan sutera dan katun primisima yang akan digunakan. Uji coba perlu dilaksanakan untuk melengkapi pemahaman batik tulis, zat pewarna alam. Hal tersebut dilakukan agar visualisasi karya berjalan dengan lancar. Selain itu diperlukan studi proses produksi untuk memahami tentang teknik proses batik tulis dan proses zat pewarna alam. Studi pasar juga diperlukan untuk mendapatkan data tentang corak atau motif yang sedang trend saat ini.pelaksanaan wawancara dengan beberapa ahli dibidang batik tulis dan zat pewarna alam serta bahan sutera dan katun primisima, dilakukan untuk melengkapi pemecahan masalah dalam perancangan. C. Pengumpulan Data Dalam proses perancangan dibutuhkan data-data dan sumber-sumber informasi seperti wawancara dengan pihak yang terkait. Data dan sumber informasi tersebut bertujuan untuk memperlancar hasil proses perancangan dengan baik. Berikut ini adalah hasil pengumpulan data diantaranya: 1. Studi Literatur Studi literatur berguna untuk memperkuat data yang berkaitan dengan perancangan, diantaranya adalah : a. Sewan Susanto, 1980, BBKB, Seni Kerajinan Batik Indonesia Berisi Tentang: Penjelasan Bahan-Bahan Batik Serta Zat Warna Batik.

3 Penpenjelasan mengenai pembagian zat warna berdasarkan coloring metter. Perkembangan Batik Sutera. Jenis-Jenis Mordanting Dan Fiksator. b. Kanisius Yogyakarta, 1997, Budidaya Tanaman Mangga Berisi Tentang: Manfaat Tanaman Mangga. Macam-Macam Jenis Mangga. c. Hendri Suprapto, 2000, Yogyakarta, Pengetahuan Mordanting Berisi tentang: Pembahasan mengenai coloring metter. Prosedur dan tahapan-tahapan dalam proses mordant. d. Hendri Suprapto, 2005, Yogyakarta, Pengetahuan Fiksasi Zat Warna Alam Berisi tentang: Pembahasan jenis-jenis fiksator yang sering digunakan. Cara membuat larutan fiksasi Proses fiksasi e. Hendri Suprapto, 2005, Yogyakarta, Pengetahuan Pembuatan Zat Warna Alam Berisi tentang : Proses Ekstraksi Warna Alami Ekstraksi Warna Dari Daun.

4 f. Ita Dwi Ardhiyanti, 2011, Yogyakarta, Pengaruh Penggunaan Fiksator Kapur, Tawas, dan Tunjung Pada Proses Pewarnaan Kain Batik Dengan Zat Warna Alam Larutan Soga Berisi tentang : Penelitian Terdahulu Mengenai Penggunaan Fiksator. Macam-Macam Jenis Fiksator Yang Sering Digunakan Dalam Pewarnaan Alami. g. Dewi Kusuma Wardani, 2012, Surakarta, Produksi Bersih Dan Prospek Pengembangan Batik Warna Alam Berisi Tentang: Workshop Industri Batik Menuju Produk GREEN INDUSTRY. Pentingnya Produk Ramah Lingkungan. h. Kun Lestari, dkk, Yogyakarta, Teknologi Pencelupan Zat Pewarna Alam Tumbuh-Tumbuhan Berisi tentang : Beberapa jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan zat warna alam. i. Barnard Malcom, Bandung, Fashion Sebagai Komunikasi Dan Cara Mengkomunikasikan Identitas, Kelas Dan Gender Berisi tentang : Pengertian dari fashion. Fungsi fashion dll.

5 2. Studi Proses Produksi Studi proses produksi ini dilakukan di Balai Baesar Kerajinan dan Batik (BBKB) yang beralamatkan di Jl. Kusumanegara no. 7 Yogyakarta, untuk mengamati dan memahami proses pembuatan ekstraksi, proses pembatikan dan pencelupan untuk menghasilkan tekstil yang sesuai dengan perancangan. Dalam studi proses produksi disana dapat mengetahui secara detail alat yang digunakan, bahan dan proses pewarnaan alam. Proses batik pewarna alam meliputi membuat pola batik diatas kain (nyorek), pencantingan atau pencapan malam sesuai pola batik, pencelupan warna alam, pelorodan malam. Pencelupan warna alam terdiri dari tiga tahap; mordanting, pencelupan ekstrak, dan fiksasi. Studi pustaka proses pewarnaan alam diperoleh dari perpustakaan yang ada di BBKB, berupa buku Seni Kerajinan Batik Indonesia oleh Sewan Susanto (1980) terlampir dan modul pelatihan pewarnaan alam oleh Hendri Suprapto (2005). 3. Studi Pasar Disamping data-data yang diperoleh melalui buku-buku dan modul yang berkaitan dalam proses pembuatan produk, data juga diperoleh dari studi lapangan / observasi. Observasi dan Studi lapangan segmen pasar dilakukan di beberapa tempat, yaitu di Beteng Trade Center (BTC), Pusat Grosir Solo (PGS), Solo Grand Mall, Night Market (Ngarsopuro), Showroom Batik Danar Hadi,di pengrajin, dan specialis batik pewarna alam seperti Batik Akasia yang ad di Bantul, Yogyakarta dan Yo s Collection yang ada di Jaten, Karanganyar. Hasil observasi dapat

6 disimpulkan bahwa tekstil pakaian yang sedang tren di kalangan masyarakat adalah jenis batik tulis/cap walaupun prosesnya yang rumit sehingga harga untuk sebuah tekstil batik tulis maupun cap relatif lebih mahal dari printing motif batik namun banyak konsumen menengah ke atas dan konsumen yang memiliki selera seni dan lebih menghargai batik memilih tekstil batik asli (bukan tekstil motif batik), seperti batik tulis dan batik cap. Jenis motif yang digemari juga beragam, mulai dari motif batik semi klasik, sampai batik kreasi baru. Masyarakat kebanyakan sudah menyadari tentang isu pemanasan global yang belakangan ini sering diperbincangkan. Kepedulian tentang lingkungan memicu para masyarakat dan konsumen untuk beralih pada produk Eco Fashion, produk batik dengan menggunakan warna-warna yang ramah lingkungan seperti zat pewarna alam sangat tren pada saat ini. Konsumen menengah ke atas lebih dapat menghargai produk-produk tersebut. Zat warna alam juga memiliki tren tersendri di kalangan konsumen yang peduli dengan kelestrian lingkungan, disamping itu warna-warna yang dihasilkan terkesan tidak terlalu mencolok saat digunakan namun tetap terkesan elegan. Bahan bahan yang sering digunakan di Batik Danar Hadi dan Batik Akasia adalah bahan dari serat alam, seperti katun dan sutera. Sedangkan di Yo s Collection ada pula batik pewarna alam dengan kain tenun yang dipintal dengan serat katun. 4. Wawancara Dalam pengumpulan informasi dari nara sumber diperlukan adanya wawancara, guna menanyakan pendapat responden tentang suatu kejadian

7 dan peristiwa. Metode ini dilakukan guna mendapatkan data-data yang mendukung pengolahan zat warna alam. Berikut ini adalah hasil wawancara terhadap beberapa sumber informan yang terkait dalam perancangan: a. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 September 2012 di kantor Pokja Batik BBKB Yogyakarta kepada: Bp. Agus Haerudin ST instruktur di BBKB, beliau juga mendalami tentang pewarnaan alam. Menurut beliau bahan baku daun mangga yang banyak mengendung zat warna terdapat pada daun mangga madu, namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan daun mangga yang lainnya, karena mudah diperoleh. Daun mangga yang banyak mengandung zat warna adalah daun yang tidak terlalu muda, tetapi juga tidak tertalau tua. Pilih daun mangga yang hijau dan tidak terlalu kering. b. Wawancara dilakukan pada tanggal 8 Januari 2013 kepada Ibu. Ii Hurairoh pemilik dari toko spesialis batik pewarna alam Batik Akasia yang ada di Jogja, menurut beliau bahan-bahan untuk mordant dan fiksasi sangat beragam, semisal, jeruk nipis dapat digunakan sebagai penguat pada warna, bahan baku zat warna alam yang akan di gunakan dapat di rendam sebentar dengan larutan air dan perasan jeruk nipis, sebelum nantinya akan di ekstrak, agar zat warna yang muncul lebih pekat dan bagus. c. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Mei 2013 kepada Bp. Yohanes Sudiyanto pemilik hom industry Yo s Collection yang berada di Karanganyar, menurut beliau motif yang sering dipesan dan diminati para konsumen adalah motif batik semi klasik, sedangkan untuk warna

8 alam yang sedang tren saat ini kearah warna coklat tua, coklat muda, hijau, dan biru indigo. D. Eksperimen / Uji Coba Eksperimen atau uji coba dilakukan untuk mendapatkan hasil warna yang maksimal, alternatif warna serta meningkatkan kualitas warna agar dapat menjadi lebih baik. Oleh karena itu harus dilakukan percobaan-percobaan pada pengolahan warna dan jenis fiksator yang digunakan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan permasalahan dalam perancangan. Proses penggarapan karya tekstil membutuhkan percobaan berupa bahan, pewarnaan dan jenis fiksator yang digunakan. Percobaan dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembuatan produk akhir. Pengolahan mengacu pada jenis bahan baku pewarna alami yang digunakan, pada uji coba kali ini bahan baku untuk zat pewarna alam menggunakan daun mangga yang kualitasnya sedang (tidak terlalu tua/muda), dan jenis fiksator yang digunakan, seperti tawas, tunjung, kapur dan zat asam seperti: jeruk nipis, cuka, dan belimbing wuluh. Percobaan pada bahan tekstil akan mengarah pada bahan sutera 656 dan katun, menggunakan bahan tersebut karena bahan sutera dan katun adalah bahan tekstil yang terbuat dari serat alam, tanpa adanya unsur sintetis yang terkandung didalamnya. Penggunaan fiksator yang beragam dilakukan dalam uji coba guna menemukan warna yang paling sesuai dan paling baik untuk dapat diterapkan dalam produk akhir yang berkualitas. Jenis fiksatornya, seperti tawas, tunjung, kapur dan zat asam seperti: jeruk nipis, cuka dan belimbing wuluh.

9 1. Proses Pewarnaan Alam a. Proses Mordant Komposisi yang diperlukan : - Takaran perbandingannya yaitu 6 gr Tawas : 2 gr Soda Abu : 1 l Air. - Untuk ukuran 1 potong kain ukuran 2,5 m dengan berat ±500 gr memerlukan 6 l air. Resep mordan 1) Pada media katun o 2 gram soda abu o 6 gram Tawas o 1 l air Langkah-langkah a) Tawas dilarutkan pada air panas b) Tambahkan soda abu c) Kain yang sudah dibasahi dengan TRO (kira-kira 1 gram/l) d) Kemudian kain dimasukan dalam larutan mordant selama ± 1 jam. e) Dipanaskan ± 80 f) Lalu direndam selama satu hari dengan suhu kamar (dingin) g) Setelah direndan selama satuhari kemudian kain dicuci bersih.

10 2) Pada bahan sutera dengan menggunakan Tawas tidak menggunakan soda abu o 6 gram Tawas o 1 l air Langkah-langkah a) Tawas dilarutkan pada air panas b) Kain yang sudah dibasahi dengan TRO (kira-kira 1 gram/l) c) Kemudian kain dimasukan dalam larutan mordant selama 1 jam. d) Dipanaskan ± 70 e) Lalu direndam selama satu hari dengan suhu kamar (dingin) f) Setelah direndan selama satuhari kemudian kain dicuci bersih. b. Proses Membatik Memberi motif pada kain dengan menggunakan lilin atau malam sebagai perintang atau pelindung agar motif yang sudah di beri malam tidak terkena warna dan mendapatkan ragam hias diatas kain. c. Proses Ekstraksi Proses ekstraksi atau pengambilan collouring matter, maksudnya adalah pengambilan warna dengan cara perebusan bahan baku. Dalam perancangan ini bahan baku commit yang to digunakan user adalah daun mangga madu.

11 Komposisi yang diperlukan : 1 kg bahan pewarna untuk 10 l air Untuk 1 poto ng kain ukuran 2,5 m dengan berat ±500 gr memerlukan ± 1 kg bahan pewarna alam. Proses ekstrak dilakukan sebanyak 2 kali dengan takaran air yang berbeda. 1) Pada proses ekstrak yang pertama a) Bahan baku dicampur dengan air dalam sebuah panci, (sesuai dengan komposisi) b) Panaskan diatas api 90ºC sampai mendidih, c) Setelah mendidih, rebus (dengan suhu 50ºC ) sampai 1 jam dihitung dari mulai mendidih. d) Setelah 1 jam, matikan api dan saring. 2) Pada proses ekstrak yang ke-2 a) Ekstrak pertama yang sudah disaring kemudian di campur dengan 1 l air, b) Panaskan dengan api 70-80ºC hingga mendidih c) Setelah mendidih kecilkan api sampai 50ºC dan rebus selama 1 jam (dihitung dari mulai mendidh) d) Setelah 1 jam mendidih matikan api dan dinginkan. e) Larutan siap digunakan. d. Proses Pencelupan

12 Proses pencelupan dilakukan sebanyak ± 3-5 kali (sesuai yang dikehendaki). Dengan cara celup, rendam sesaat, tiriskan, kemudian diangin - anginkan, begitu seterusnya. e. Proses Fiksasi Jenis fiksator yang digunakan untuk mengunci warna adalah tawas, tunjung, kapur dan zat asam seperti: jeruk nipis, cuka dan belimbing wuluh. Fiksasi Kapur : - Kapur = 50 gr/ l air - Temperatur = kamar / dingin Proses pembuatan Fiksator Kapur - Larutkan bahan baku kapur dengan air - Diamkan selama 1-2 hari - Ambil larutan beningnya saja. Proses fiksasi dengan Kapur 1) Kain yang sudah dicelup pewarna alam dan sudah dikeringkan, dimasukkan dalam larutan bening fiksator 2) Diamkan selama 5-7 menit 3) Lalu tiriskan dan cuci dengan air bersih 4) Kemudian dikeringkan ditempat yang teduh. Fiksasi Tawas : - Tawas = 50 gr/ l air - Temperatur = kamar / dingin

13 Proses pembuatan Fiksator Tawas - Rebus bahan baku tawas dengan air sampai larut - Setelah dingin, larutan dapat dipakai Proses fiksasi dengan Tawas 1) Kain yang sudah dicelup pewarna alam dan sudah dikeringkan, dimasukkan dalam larutan bening fiksator 2) Diamkan selama 5-7 menit 3) Lalu tiriskan dan cuci dengan air bersih 4) Kemudian dikeringkan ditempat yang teduh. Fiksasi Tunjung : - Tunjung = 20 gr/ l air - Temperatur = kamar / dingin Proses pembuatan Fiksator Tunjung - Larutkan bahan baku tunjung dengan air - Diamkan selama 1-2 hari - Ambil larutan beningnya saja. Proses fiksasi dengan Tunjung 1) Kain yang sudah dicelup pewarna alam dan sudah dikeringkan, dimasukkan dalam larutan bening fiksator 2) Diamkan selama 3 menit Lalu tiriskan dan cuci dengan air bersih 3) Kemudian dikeringkan commit to ditempat user yang teduh.

14 Fiksasi Jeruk Nipis: - Jeruk Nipis = 3 kg/ 2 l air - Temperatur = kamar / dingin Proses pembuatan Fiksator Jeruk nipis - Belah jeruk nipis menjadi dua bagian - Kemudian peras dan abil cairannya dan dapat digunakan - Air perasan jeruk nipis dicampur dengan 2l air biasa. Proses fiksasi dengan jeruk nipis: 1) Kain yang sudah dicelup pewarna alam dan sudah dikeringkan, dimasukkan dalam larutan fiksator 2) Diamkan selama 5-7 menit 3) Lalu tiriskan dan cuci dengan air bersih 4) Kemudian dikeringkan ditempat yang teduh. Fiksasi belimbing wuluh : - Belimbing wuluh = 3 kg/ 2l air - Temperatur = kamar / dingin Proses pembuatan Fiksator Belimbingh wuluh - Belah belimbing wuluh menjadi dua bagian - Kemudian peras dan ambil cairannya - Setelah itu cairan belimbing wuluh dapat digunakan Proses fiksasi dengan Belimbing wuluh:

15 1) Kain yang sudah dicelup pewarna alam dan sudah dikeringkan, dimasukkan dalam larutan fiksator 2) Diamkan selama 5-7 menit 3) Lalu tiriskan dan cuci dengan air bersih 4) Kemudian dikeringkan ditempat yang teduh. Fiksasi Cuka : - Cuka = 200 ml / 2l air - Temperatur = kamar / dingin Proses fiksasi dengan Cuka: 1) Kain yang sudah dicelup pewarna alam dan sudah dikeringkan, dimasukkan dalam larutan fiksator 2) Diamkan selama 5-7 menit 3) Lalu tiriskan dan cuci dengan air bersih 4) Kemudian dikeringkan ditempat yang teduh. Perlakuan fiksasi tersebut berlaku juga untuk semua warna alam. Untuk fiksasi campuran digunakan takaran yang berbeda, misal untuk fiksasi ganda dari fiksator tawas dengsan zat asam, digunakan perbandingan larutan tawas 200 ml : 3 sendok makan jeruk nipis. Takaran berlaku untuk semua fiksator.

16

17

18

19

20

21 E. Gagasan Awal Perancangan / Alternatif Berdasarkan dari hasil uji coba yang telah dilakukan di atas pertimbangan penggunaan atau pemilihan bahan disesuaikan dengan kriteria karya, fungsi serta pemakaiannya. Maka dipilihlah bahan dari sutera 654, dan katun primisima sebagai bahan dalam penciptaan karya ini. Sutera 654 adalah kain sutera yang baik menyerap zat warna alam, memiliki tekstur kain yang sedang jadi sangat anggun dan cocok untuk perancangan karya ini. Katun primisima memiliki tenunan yang rapat sehingga dapat menyerap warna dengan baik. Gagasan awal ini mempertimbangkan peluang produk baru yang dihasilkan lebih fokus dalam pengolahan motif (visual). Sumber ide ini terinspirasi dari suasana alam pedesaan Jawa yang memiliki visual (flora & fauna) yang indah dan dengan melihatnya membuat kita rindu dengan kampung halaman. Keindahan visual dari unsur-unsur yang ada pada suasana alam pedesaan Jawa tersebut akan dikembangkan dengan cara stilasi dekoratif sesuai batik kreasi baru dengan teknik batik tulis yang dipadukan dengan pewarnaan alam sehingga perpaduan ini bisa menjadi kekuatan desain yang mempunyai nilai pembeda yang tinggi. Teknik batik tulis dipilih untuk memunculkan keindahan dari bagianbagian yang ada pada suasana alam pedesaan. Goresan yang dihasilkan dari teknik batik tulis lebih khas dan lebih ekspresif (luwes) dan tidak akan ada goresan yang sama persis pada setiap perulangannya. Zat warna yang digunakan adalah zat warna alam dari daun mangga madu dengan beberapa jenis fiksator untuk mendapatkan beberapa macam warna.

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco 21 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan, terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA Oleh: Widihastuti Staf Pengajar Prodi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id Pendahuluan Tanaman alpukat

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY Pendahuluan Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman

Lebih terperinci

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR PKMP-3-10-1 PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR Kharomi Trismawati, Very Setyabakti, Cahyaning Wuri Rosetyo Program

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSES PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGOLAH KAIN (PERSIAPAN ALAT DAN

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil, maka semakin

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peluang ekspor batik Indonesia cukup besar, apalagi setelah batik Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa Disusun Oleh : 1. Asrina Nurul Aini (I8311005) 2. Vaykotul Chusnayni (I8311062) PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY) KUALITAS ACASIA NILOTICA L (DAUN ONCIT) SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY) ABSTRAK Tujuan penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik Beauty Suestining Diyah D. *), Susinggih Wijana,Danang Priambodho Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta 93 PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN PADA PEWARNAAN ALAM BATIK KAIN CAMPURAN CHIEF VALUE OF COTTON (CVC) Carrier Concentration Effect on Natural Color Batik Mixed Fabric Chief Value of Cotton (CVC) Agus

Lebih terperinci

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta. PENGARUH PERBEDAAN CARA EKSTRAKSI dan BAHAN FIKSASI BAHAN PEWARNA LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BATIK Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S Bagian

Lebih terperinci

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN RIZKI AMALIA PUTRI Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya amalovelyc3@gmail.com

Lebih terperinci

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia 23 PENGARUH KOMPOSISI RESIN ALAMI TERHADAP SUHU PELORODAN LILIN UNTUK BATIK WARNA ALAM Effect of Natural Resin Composition on Temperature of Wax Removing for Batik Natural Dye Vivin Atika *, Agus Haerudin

Lebih terperinci

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN Enggar Kartikasari enggar.kartikasari@yahoo.com Dosen Prodi PKK JPTK UST Abstrak Penelitian ini secara umum untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta 53 OPTIMASI PENCELUPAN KAIN BATIK KATUN DENGAN PEWARNA ALAM TINGI (Ceriops tagal) DAN INDIGOFERA Sp. Batik Fabric Dyeing Process Optimization Using Natural Dyes Tingi (Ceriops tagal) and Indigofera Sp.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu dianalisa, yaitu : Dalam merancang batik, perlu pemahaman tentang metode perancangan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN Budi Defri Kurniawati Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya bdefri@gmail.com

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02) MAKALAH PENDAMPING KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02) ISBN : 978-979-1533-85-0 LIMBAH GERGAJI KAYU SUREN (Toona sureni Merr.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK TULIS (PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN

Lebih terperinci

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK ABSTRAK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor

Lebih terperinci

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK Oleh: Bandi Sobandi 1. Fungsi Warna dalam Seni Kriya Warna alam berasal dari tumbuhan, binatang, tanah, dan batu-batuan yang diolah sedemikian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS)

PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS) PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS) DENGAN AKASIA GUNUNG MERBABU (ACACIA MANGIUM WILLD)PADA KAIN BATIK PRIMISIMA ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang 15 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang motif dengan sumber ide Dewi Sinta dalam cerita pewayangan Ramayana melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta 25 PENGARUH SUHU EKSTRAKSI WARNA ALAM KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn) DAN GAMBIR (Uncaria gambir) TERHADAP KUALITAS WARNA BATIK Extraction Temperature Effect of Secang (Caesalpinia sappan Linn) and

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN Judul Penelitian PENGARUH METODE PENCELUPAN DAN JENIS ZAT FIKSASI PADA PROSES PENCELUPAN KAIN SUTERA MENGGUNAKAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT (Persea Americana Miller) TERHADAP

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK Kasmudjo dan Panji Probo Saktianggi Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN RISET UNGGULAN KEMITRAAN (RUK) TAHUN ANGGARAN 2005 PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA 1

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN 31 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction Method and Fixation of Natural Dyes to Color Fastness on Cotton Fabric Titiek

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG

PENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG e-proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 1029 PENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG Wildah Nur Halizah Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN P u j i l e s t a r i, P e n g a r u h E k s t r a k s i Z a t W a r n a A l a m... 1 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatiahn Soal 9.2

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatiahn Soal 9.2 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatiahn Soal 9.2 1. Kalor jenis zat A sama dengan ¾ kalor jenis zat Apabila kalor diberikan kepada zat A dan B yang massanya sama besar dalam jumlah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya. 2 PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya. Semula batik hanya dikenal di lingkungan keraton di Jawa

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN)

KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN) KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN) Oleh: Rini Pujiarti, Dessy Puspita Sari, Kasmudjo, dan Titis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik pada dasarnya adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik pada dasarnya adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik pada dasarnya adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara menahan pewarna (malam/lilin). Teknik ini merupakan salah satu tahapan pencapaian dalam

Lebih terperinci

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Proses perancangan Bahan dasar Serat katun Tali katun Pewarnaan Simpul Eksplorasi Hasil eksplorasi terpilih Perancangan produk Proses produksi KARYA Proses perancangan 42

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57 Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 2 (1): 62-70, 2016 POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN Vita Kumalasari Stikes Surya Global

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI CELUPAN TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN BATIK DENGAN DAUN LAMTORO PADA KAIN KATUN

PENGARUH FREKUENSI CELUPAN TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN BATIK DENGAN DAUN LAMTORO PADA KAIN KATUN PENGARUH FREKUENSI CELUPAN TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN BATIK DENGAN DAUN LAMTORO PADA KAIN KATUN Nur Tri Anggraini Mahasiswa S-1 Pendidikan Tata Busana, PKK, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis 29 BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis yang eksklusif, dengan merancangmotif dari sumber ide cerita pewayangan Dewi Sinta melalui teknik batik

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT 372 PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT Zahra Fona 1, Syafruddin 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe,

Lebih terperinci

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis BISNIS USAHA BATIK Nama : Nurrochim Kelas : 10.12.4579 NIM : 10.12.4579 Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2 April 2011 Abtrak Indonesia memiliki berbagai variasi batik, salah satunya

Lebih terperinci

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT Permen jelly termasuk sugar confectionery dari kelompok produk gel. Permen jelly adalah permen yang dibuat dari sari buah atau sari tumbuhan dan bahan pembentuk gel, yang berpenampakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Diantara berbagai jenis kain tradisional Indonesia lainnya yang dibuat dengan proses celup rintang

Lebih terperinci

Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan

Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan Tuesday, 22 September 2009 21:29 Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan Ingin nafsu makan Anda bertambah? Coba menjajal menu masakan dengan rasa yang pedas, karena rasa pedas dipercayai bisa menambah nafsu

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU A.Ign. Kristijanto 1 dan Hartati Soetjipto 1 Prodi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul, pertama mencari data tentang motif Parijoto yang terkait dengan hasil alam kota

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES

Lebih terperinci

SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010 ISSN :

SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010 ISSN : TEKNOLOGI PEMBUATAN BATIK KULIT KAYU JOMOK ( MORACEAE ) UNTUK PRODUK KERAJINAN Oleh : Eustasia Sri Murwati ABSTRAK Kulit kayu jomok dapat diproses menjadi lembaran kulit kayu yang tipis sampai ketebalan

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang

Lebih terperinci

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat A. Penggunaan Siapa yang tidak kenal dengan selai? Bahan pelengkap dalam menyantap roti atau singkong rebus ini memiliki rasa yang manis dan terbuat dari buah segar. Tak hanya itu, variasi rasa dari selai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BAHAN BAKU Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan pada penelitian utama. Parameter yang digunakan untuk analisis mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah. Tanaman jagung dapat tumbuh hampir diseluruh daratan

Lebih terperinci