BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. PENGERTIAN ADMINISTRASI KEARSIPAN 1. Pengertian Administrasi Pengertian administrasi dapat dibagi menjadi dua yaitu administrasi dalam arti luas dan administrasi dalam arti sempit, berikut pengertian administrasi dalam arti luas menurut para ahli ; Menurut The Liang Gie (1991:13) dalam Administrasi Perkantoran Modern Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap perkerjaan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja samanya utuk mencapai tujuan tersebut Sedangkan pengertian administrasi dalam arti sempit menurut Soewarno Handayaningrat (1988 : 2), Administrasi dalam arti sempit berasal dari kata Administratie (bahasa belanda) yaitu meliputi kegiatan catat-mencatat, suratmenyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda dan sebagainya yeng bersifat teknis ketetausahaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatusahaan yang meliputi kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untu menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan. 2. Pengertian Arsip Berangkat dari pengertian administrasi dalam arti sempit yang meliputi kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan serta hal lain yang dimasudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan maka akan dibahas tentang pengertian arsip terlebih dahulu, berikut pengertian arsip menurut para ahli ; 6

2 7 Pengertian Arsip menurut Basir Barthos (1991:1) dalam bukunya Manajemen Kearsipan Arsip (Record) adalah setiap catatan tertulis baik dalam bentuk gambar ataupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai sesuatu subjek (pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat orang untuk membantu daya ingatan orang (itu) pula. Atas dasar pengertian di atas, maka yang termasuk dalam pengertian arsip itu misalnya : surat-surat, kwintasi, faktur, pembukuan, daftar gaji, daftar harga, kartu penduduk, bagan organisasi, foto-foto, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian Kearsipan menurut Ig. Wursanto (1995 : 19-20) adalah proses kegiatan pengurusan/pengaturan arsip dengan mempergunakan suatu sistem tertentu, sehingga arsip-arsip dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu diperlukan. Menurut MC Maryati (2008 : 114) Arsip adalah setiap catatan tertulis baik dalam bentuk gambar atau bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai suatu pokok persoalan atau peristiwa-peristiwa yang masih berguna dan diperlukan sewaktu-waktu dimasa mendatang. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan, pasal 1, Arsip diartikan sebagai berikut (Sutarto, 1992 : 168) : a. Naskah-Naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-Lembaga Negara dan Badan-Badan Pemerintah dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah. b. Naskah-Naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-Badan Swasta dan/atau perorangan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Kearsipan dalam pengamatan ini mengacu pada pengertian Kearsipan menurut Ig. Wursanto (1995 : 19-20) adalah proses kegiatan pengurusan atau pengaturan arsip dengan mempergunakan suatu sistem tertentu, sehingga arsip-arsip dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu diperlukan.

3 8 3. Pengertian Administrasi Kearsipan Menurut Ig. Wursanto (1995 : 16), dalam bukunya Kearsipan 2, Administrasi Kearsipan adalah suatu proses kegiatan pengaturan arsip dengan mempergunakan sistem tertentu, sehingga arsip-arsip dapat ditemukan kembali sewaktu diperlukan. Menurut The Liang Gie dalam A. W Widjaja (1986 : 92) Administrasi Kearsipan diartikan sebagai segenap rangkaian perrbuatan penyelenggaraan kearsipan sejak saat dimulainya pengumpulan warkat-warkat sampai pada penyingkirannya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Administrasi Kearsipan adalah suatu proses pengaturan arsip sejak dimulainya pengumpulan arsip, penyimpanan arsip, dan pemusnahan arsip. B. PROSES ADMINISTRASI KEARSIPAN Berangkat dari pengertian Administrasi Kearsipan yang telah disebutkan administrasi kearsipan adalah proses pengaturan arsip dari dimulainya pengumpulan sampai pemusnahan arsip. Proses pengaturan arsip yaitu berawal dari penerimaan dan pencatatan arsip, Penyimpanan arsip, dan pemusnahan arsip. 1. Penerimaan dan Pencatatan Arsip Kegiatan penerimaan dan pencatatan berada pada jajaran awal dalam pengelolaan arsip, khususnya untuk pengurusan arsip berbentuk surat. Dalam hal ini, penanganan surat terbagi menjadi dua macam, yakni surat masuk dan surat keluar. Untuk lebih jelasnya berikut tata aliran surat masuk (Sutarto, 1992: ) : a) Pengelolaan Surat Masuk 1) Penerimaan surat Surat-surat dinas datang/masuk diterima oleh petugas penerima surat (baik surat yang datang melalui pos maupun melalui kurir). Kemudian surat-surat tersebut disortir untuk dikelompokkan surat mana yang boleh dibuka dan mana yang tidak boleh dibuka (surat rahasia), dan surat-surat pribadi.

4 9 2) Membuka surat / menstempel Surat-surat rahasia diberi stempel jam dan tanggal terima surat pada amplop bagian belakang, sedangkan surat-surat yang dapat dibuka distempel pada bagian belakang surat. Selanjutnya petugas meneliti kesesuaian antara jumlah lampiran dengan apa yang tertulis pada surat, ada atau tidaknya tembusan dan lain-lain. Apabila surat tidak tercantum alamat pengirim, amplop diklip menjadi satu dengan surat tersebut. 3) Mengelompokkan surat Surat-surat masuk dikelompokkan menjadi satu berdasarkan susunan kronologis tanggal surat, kemudian diserahkan kepada petugas pencatat surat. 4) Menilai surat Petugas pencatat surat menilai dan menentukan penggolongan surat-surat penting dan surat rutin/biasa. Jika surat sudah ditentukan golongannya, masing-masing dikelompokan menurut asal surat dan disusun secara kronologis. 5) Mencatat surat penting Keterangan-keterangan yang perlu dicatat, antara lain : Tanggal surat masuk Nomor urut surat masuk penerimaan Mencoret huruf K (Keluar), karena yang sedang diproses surat masuk Isi ringkas, diambil dari isi yang terkandung dalam surat masuk Memberi kode klasifikasi Memberi indeks/pengenal Asal surat masuk Alamat yang dituju surat masuk Tanggal dan nomor surat masuk Pengolahan surat masuk

5 10 2) Pencatatan pada Kartu Kendali sebanyak tiga lembar, meliputi : - Tanggal dan nomor urut Mencatat tanggal datangnya surat, dan mencatat nomor urut dari surat masuk tersebut. Karena merupakan surat masuk, maka kode K (Keluar) yang dicoret. - Isi ringkas Menentukan isi surat secara ringkas, sedapat mungkin tidak lebih dari lima kata. - Kode Penentuan kode harus disesuaikan dengan isi ringkasan surat. Setiap instansi tentu memiliki daftar klasifikasi arsip yang berisi kode dan masalah. Setiap surat masuk diberi kode sesuai dengan daftar klasifikasi tersebut. - Indeks Penentuan indeks diambil dari keterangan dalam isi surat, yang dapat digunakan sebagai tanda pengenal surat. Antara indeks dan isi surat harus saling berkaitan. Indeks dapat berupa masalah,nama orang, nama organisasi, atau nama tempat. - Lampiran Diisi sesuai jumlah berkas yang dilampirkan. - Dari/Kepada Merupakan alamat surat dan alamat yang dituju dari surat yang bersangkutan. - Pengolah Pihak yang nantinya akan menangani surat yang bersangkutan - Tunjuk Silang Terkadang pada surat masuk terdapat obyek lebih dari satu masalah, lebih dari satu macam organisasi, lebih dari seorang nama, atau lebih dari satu tempat. Namun karena obyek yang satu telah dicatat pada indeks, maka obyek yang lain dicatat pada kolom Tunjuk Silang dan kemudian dibuatkan Lembar Tunjuk Silang. Berikut ini contoh format Kartu Kendali :

6 11 INDEKS: TGL: KODE: ISI RINGKAS: LAMPIRAN: DARI: TANGGAL: PENGOLAH: TUNJUK SILANG: KEPADA: NO. SURAT: PARAF: Gambar 2.1 Kartu Kendali (Sutarto, 1992 :234) 6) Mengarahkan surat Setelah surat masuk dicatat pada Kartu Kendali rangkap tiga, kemudian surat diserahkan kepada Unit Pengolah, bersama Kartu Kendali II berwarna hijau dan Kartu Kendali III berwarna merah. Kartu Kendali I berwarna putih ditinggal di petugas pengarah (pengendali). Apabila Kartu Kendali II dan III telah diparaf oleh Unit Pengolah, maka selanjutnya : - Kartu Kendali II disampaikan ke petugas pengarah untuk dicek, lalu disimpan oleh pinata arsip. Kartu Kendali II ini berfungsi sebagai arsip pengganti selama surat tersebut masih aktif digunakan oleh Unit Pengolah. - Kartu Kendali III diklip menjadi satu dengan suratnya. b) Pengelolaan surat keluar Berbeda dengan pengurusan surat masuk yang harus melalui beberapa prosedur yang cukup panjang, pada pengelolaan surat keluar prosedurnya lebih sederhana dan ringkas. Berikut ini tata aliran surat keluar menurut (sutarto, 1992 : ):

7 12 1) Pencatatan Surat Keluar Surat keluar yang akan dikirim dicatat terlebih dahulu oleh petugas pengolah pada Kartu Kendali rangkap tiga, setelah ditangdatangani oleh Pimpinan pengelola. Cara-cara pencatatan dalam Kartu Kendali surat keluar tidak berbeda dengan pencatatan pada Kartu Kendali surat masuk. 2) Penyampaian Setelah surat dicatat pada Kartu Kendali rangkap tiga, maka arsip surat keluar serta Kartu Kendali I dan II disampaikan kepada Unit Kearsipan untuk distempel, sedangkan surat aslinya untuk dikirim. Kartu Kendali I berwarna putih diserahkan kepada pengarah/pengendali. Arsip surat dicapjam dan tanggal pengirimannya, dibagian belakang arsip surat. Arsip surat dan Kartu Kendali II berwarna hijau kemudian disampaikan kepada Unit Pengolah. Oleh Unit Pengolah, Kartu Kendali II diparaf dan dikembalikan ke pengarah dan selanjutnya diserahkan kepada penata arsip untuk disimpan sebagai pengganti arsip, karena arsip surat disimpan oleh Unit Pengolah. Surat tersebut selanjutnya diklip menjadi satu dengan Kartu Kendali III berwarna merah oleh pengolah. 3) Penyimpanan arsip surat Arsip surat keluar disimpan bersama-sama dengan konsep surat dan Kartu Kendali III. Arsip surat jawaban disimpan menjadi satu map dengan surat masuk. 2. Penyimpanan Arsip Arsip-arsip yang diterima atau dihasilkan oleh suatu organisasi diselesaikan oleh pengelola arsip, maka kegiatan selanjutnya ialah melaksanakan penataan arsip yang menuju pada penyimpanan benda-benda arsip, karena arsip merupakan sumber informasi atau data yang membantu melancarkan tugas pekerjaan dan menjadi dasar pertimbangan bagi pimpinan dalam mengambil suatu keputusan secara tepat mengenai suatu permasalahan yang sedang dihadapi, maka arsip tersebut perlu

8 13 disimpan secara sistematis sehingga apabila diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat. Tujuan dari penataan arsip tersebut menurut A. W. Widjaja (1993 :104) adalah sebagai berikut : a) Menyimpan bahan arsip atau dokumen yang masih mempunyai nilai guna pakai yang sewaktu-waktu diperlukan bagi pemecahan suatu persoalan atau proses pekerjaan. b) Menyimpan bahan arsip atau dokumen dengan sistem tertentu sehingga apabila diperlukan dengan cepat dapat ditemukan kembali. c) Menjaga dan memelihara fisik arsip atau dokumen agar terhindar dari kemungkinan rusak, terbakar, atau hilang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan arsip adalah sebagai berikut : a. Asas Penyimpanan Arsip Kebutuhan akan arsip dan penyelenggaraan bagi setiap instansi atau lembaga tentu berbeda-beda. Ada tiga macam asas yang dapat dipergunakan oleh instansi atau lembaga yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing) yaitu : 1) Asas Sentralisasi Diberlakukan apabila jenis kantor mempunyai satu Unit kerja yang khusus menerima surat-surat masuk dan pengiriman surat-surat keluar. Unit ini biasanya disebut Tata Usaha. Sementara menurut Thomas Wiyasa (2003:45) tata kerja kearsipan secara Sentralisasi diartikan bahwa seluruh berkas atau record dari seluruh Unit kerja dalam suatu organisasi dipusatkan di Kantor Pusat. Semua berkas, dokumen, kertas kerja dan lain-lain, baik yang diterima dari luar maupun dalam Unit kerja, diatur, dipelihara, disimpan, dan dikelola di Bagian Arsip Pusat. Keuntungan : a. Ruang dan peralatan arsip dapat dihemat b. Petugas dapat mengkonsentrasikan diri khusus pada pekerjaan kearsipan

9 14 c. Kantor hanya menyimpan arsip, duplikatnya dapat dimusnahkan d. Sistem penyimpanan dari berbagai macam arsip dapat diseragamkan Kerugian : a. Sentralisasi hanya efisien dan efektif untuk kantor yang kecil (organisasi) b. Tidak semua jenis arsip dapat disimpan dengan satu sistem penyimpanan yang seragam c. Untuk kerja yang memerlukan arsip akan memakan waktu lebih lama untuk memperoleh arsip yang diperlukan. 2) Asas Desentralisasi Diberlakukan apabila semua Unit kerja mengelola arsipnya masingmasing mulai dari pencatatan, penyimpanan, peminjaman, pengawasan, pemindahan, dan pemusnahan. Menurut Thomas Wiyasa (2003:46) yang disebut tata kearsipan secara Desentralisasi ialah apabila tiap-tiap Unit kerja menyelenggarakan dan mengelola arsip secara sendiri-sendiri, sesuai dengan kepentingan Unit kerja yang bersangkutan. Keuntungan : a. Pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja masing-masing b. Keperluan akan arsip tentu akan mudah dicari c. Penanganan arsip lebih mudah dilakukan, karena arsipnya sudah dikenal baik. Kerugian : a. Penyimpanan arsip tersebar di berbagai lokasi b. Penyediaan peralatan dan perlengkapan arsip yang banyak pada setiap unit

10 15 c. Pegawai mempunyai dua tugas rangkap, mengelola surat dan melakukan arsip sehingga perlu pengetahuan tentang kearsipan yang memadai d. Kegiatan pemusnahan arsip harus dilakukan oleh setiap unit 3) Kombinasi Asas Sentralisasi dan Asas Desentralisasi Diberlakukan apabila dalam penanganan arsip yang masih sering digunakan (arsip aktif) dikelola di Unit kerja masing-masing, sedangkan untuk arsip yang sudah tidak sering dipergunakan (arsip inaktif) dikelola di Sentral arsip.dengan demikian, pemindahan arsip menurut jadwal pemindahan (jadwal retensi), dan sentral arsip perlu melakukan pemusnahan arsip-arsip yang sudah tidak perlu lagi setelah diseleksi dengan baik. b. Sistem Penyimpanan Arsip Surat, naskah, dokumen atau warkat lainnya yang diterima suatu organisasi setelah dilakukan pencatatan oleh suatu pengolah, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan penataan yang mengarah pada penyimpanan arsip-arsip yang bersangkutan.hal ini sesuai pengertian filing dalam ilmu kearsipan. Menurut Thomas Wiyasa (2003 : 48) filing adalah pengaturan dan penyimpanan berkas/warkat atau record atas dasar sistem serta prosedur tertentu secara sistematis dan konsisten. Berdasarkan beberapa definisi filing ini, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan arsip harus memperhatikan sistem atau prosedur penyimpanan arsip yang telah ditentukan suatu organisasi. Menurut Ig. Wursanto (1991:87-88) yaitu Penyimpanan arsip hendaknya dilakukan dengan mempergunakan suatu sistem tertentu yang memungkinkan : 1) Penemuan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu diperlukan 2) Pengambilan arsip dari tempat penyimpanan dapat dilakukan dengan mudah Oleh sebab itu sebelum suatu organisasi menetapkan sistem penyimpanan yang akan dipakai hendaknya direncanakan terlebih dahulu dengan matang.

11 16 Karena perencanaan merupakan suatu persiapan untuk tindakan tindakan selanjutnya. Penyimpanan arsip merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pelaksanaan administrasi kearsipan.aktivitas pokok dalam bidang kearsipan berupa penyimpanan warkat-warkat.warkat-warkat itu harus disimpan menurut suatu sistem yang memungkinkan penemuan kembali dengan cepat apabila diperlukan. Menurut Ig. Wursanto (1991:215) pada pokoknya sistem penyimpanan warkat atau arsip ada lima macam, yaitu: 1) Sistem Abjad (alphaberical filing) Penyimpanan arsip dengan menggunakan sistem abjad berarti arsip yang dihasilkan atau diterima oleh suatu instansi didalamnya termuat nama - nama orang, nama organisasi, nama tempat atau wilayah, nama pokok soal. Disimpan menurut tata abjad huruf pertama dari suatu nama setelah nama - nama itu diindeks menurut aturan atau ketentuan ketentuan yang berlaku untuk masing - masing nama. 2) Sistem pokok masalah (subject filing) Dalam sistem ini arsip - arsip disimpan menurut pokok soal yang terdapat dalam arsip. Oleh karena itu arsip - arsip dikelompokan menurut urut - urutan abjad. Pokok soal ini sekaligus dapat digunakan sebagai kode dari arsip tersebut. Surat - surat yang berisi atau berhubungan dengan kredit misalnya, diberi kode kredit. Jadi semua surat yang berhubungan dengan kredit dihimpun dalam suatu berkas yang diberi tanda berupa perkataan kredit. 3) Sistem Wilayah (geograpichal filing) Dalam sistem wilayah arsip-arsip disimpan menurut pembagian wilayah tertentu, misalnya: pulau, propinsi, kabupaten, kotamadya, kota, kecamatan, dan lain-lain. Setelah pembagian wilayah ditentukan, kemudian disusun menurut susunan abjad agar penemuan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

12 17 4) Sistem nomor (numerical filing) Penyimpanan arsip dengan sistem nomor, berarti arsip disimpan dengan mempergunakan kode nomor.arsip disimpan menurut urut - urutan angka dari 1, 2, 3, terus meningkat sampai bilangan yang lebih besar. 5) Sistem tanggal (chronological filing) Dalam sistem tanggal disimpan menurut tanggal yang tercantum dalam surat. Sistem ini sebenarnya lebih tepat digunakan untuk menyimpan arsip - arsip yang berhubungan dengan jangka waktu tertentu, misalnya, surat - surat perjanjian kontrak kerja, surat - surat tagihan, dan sebagainya. c. Proses Penyimpanan Arsip Setiap kegiatan tentunya mempunyai urutan - urutan langkah untuk menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan dari permulaan sampai selesai.hal ini digunakan agar pekerjaan lebih terarah dan mudah dilaksanakan. Tahapan - tahapan tersebut satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu rangkaian kegiatan. Prosedur mengarsip ini menurut Basir Barhos (1990:49) meliputi kegiatan-kegiatan : pembuatan tanda pelepas, pembinaan kode, pembuatan kartu tunjuk silang, menggolong-golongkan, penyimpanan. Pendapat ini dikemukakan oleh Ig. Wursanto (1995:16-18) yang menyebutkan bahwa proses penyimpanan arsip meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Memisah-misahkan (segregating) arsip Memisah-misahkan arsip berarti mengadakan pensortiran terhadap arsip - arsip yang akan disimpan, untuk dikelompokan menurut subjek- subjek seperti yang dicantumkan dalam kartu kendali atau menurut daftar indek yang telah ditentukan. 2) Meneliti (examining) arsip Meneliti arsip-arsip yang disimpan perlu untuk mengetahui apakah arsip yang disimpan (di file) itu sudah ada tanda-tanda persetujuan (disposisi) dari pejabat yang berwenang membenarkan bahwa arsip tersebut boleh disimpan.

13 18 3) Memadukan (assembling) arsip Arsip-arsip yang merupakan bagian-bagian langsung atas persoalan yang sama dijadikan satu dan disusun menurut susunan kronologis tanggal surat. 4) Mengklasifikasi (classification) arsip Mengklasifikasikan arsip berarti menggolongkan arsip atas dasar perbedaanperbedaan yang ada, serta pengelompokan arsip atas dasar persamaanpersamaan yang ada untuk menentukan kelasnya (sub-sub subjek) beserta kodenya secara cermat. Kode dicantumkan pada ujung kanan bawah surat. 5) Mengindeks (indexing) arsip Kegiatan mengindeks meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Membaca secara cermat untuk menentukan inti surat Menentukan judul atau caption arsip secara tepat Memberikan tanda - tanda (keterangan) lain yang dapat menjadi petunjuk (indeks) arsip yang bersangkutan 6) Mempersiapkan tunjuk silang (cross reference) Tunjuk silang digunakan apabila terdapat dua caption.caption pertama digunakan sebagai caption utama, sedangkan caption yang kedua dicantumkam pada arsip yang bersangkutan. 7) Menyusun Arsip Arsip yang sudah diberi judul atau caption disusun sesuai dengan system susunan yang digunakan dalam system penyimpanan. 8) Memfile arsip Memfile arsip berarti mengatur pembentukan arsip - arsip sesuai pola klasifikasi dan mengatur penyusunan arsip - arsip didalam file - file atau folder - folder pada tempatnya yang benar. Oleh karena itu perlengkapan yang digunakan dalam filing dan penenmpatannya dalam penyimpanan harus disiapkan lebih dahulu.

14 19 3. Penyusutan Arsip Penyusutan arsip termasuk pemusnahan arsip dalam praktek pelaksanaannya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip. Dalam UU tersebut yang dimaksud dengan penyusutan arsip adalah kegiatan pengamanan arsip dengan cara: Memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan dalam lingkungan Lembaga - lembaga Negara atau Badan - badan Pemerintahan masing - masing. Pemusnahan arsip sesuai dengan ketentuan - ketentuan yang berlaku. Menyerahkan arsip - arsip statis oleh unit kearsipan kepada arsip nasional. (Ig Wursanto, 1995:208). Dengan demikian dalam penyimpanan arsip terdapat dua kegiatan pokok yaitu pemindahan dan pemusnahan arsip.dalam kegiatan pemindahan arsip dilakukan dari tempat penyimpanannya untuk arsip aktif ke arsip inaktif. Meskipun disebut dengan arsip inaktif tetapi dalam jenis ini masih ada yang masih digunakan tetapi sebagian lagi sudah benar-benar tidak digunakan lagi bagi organisasi. Untuk arsip inaktif yang masih diperlukan, maka sebaiknya dilakukan penyingkiran untuk sementara atau dipisahkan dari arsip aktif, sedang arsip inaktif yang memang sudah tidak bermanfaat langsung dimusnahkan. Dalam rangka penyusutan arsip biasanya kantor membentuk tim khusus dan dibuatkan Jadwal Retensi Arsip. Tim ini mula - mula menentukan dan memilahmilah nilai guna arsip yang sudah layak untuk dimusnahkan.ketentuan dalam menentukan nilai suatu jenis arsip tergantung dari organisasi masing - masing yang disesuaikan dengan bidang kerja, kebutuhan, ciri khusus dari organisasi tersebut. Adapun yang dimaksud dengan Jadwal Retensi Arsip menurut Basir Barthos (1990:103) adalah daftar yang berisi tentang jangka waktu penyimpanan arsip yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan arsip.

15 20 Pemusnahan atau disposal arsip menurut (Ig Wursanto, 1995:207) adalah tindakan atau kegiatan menghancurkan secara fisik arsip yang sudah berakhir fungsinya serta yang tidak memiliki nilai guna. Penghancuran tersebut harus dilakukan secara total, yaitu dengan cara membakar habis, dicacah, dihancurkan dengan bahan kimia, pulping (dijadikan bubur) atau dengan cara lain sehingga tidak dapat lagi dikenal baik isi maupun bentuknya. Menurut Maryati (2008 : 129) metode pemusnahan arsip ada beberapa, antara lain : a. Perajangan Dokumen yang akan dimusnahkan dirajang atau dicacah dengan menggunakan mesin perajang kertas. b. Pembakaran Cara pembakaran memang paling mudah tanpa biaya, tetapi cara ini jarang dilakukan karena kurang bersahabat dengan lingkungan karena asapnya akan menjadi polusi udara. Selain itu jika ada kertas yang melesat dari api dan belum hangus maka dokumen rahasia masih bisa terbaca. c. Pemusnahan Kimiawi Menggunakan bahan kimiawi untuk melenyapkan tulisan dan melunakkan kertas. d. Pembuburan Dokumen yang akan dimasukkan suatu tempat dan diisi air lalu dihancurkan sampai seperti bubur. Keuntungan dengan dilakukan kebijakan penyusutan dan pemusnahan menurut Basir Barthos (1990 : 111)sebagai berikut : a. Arsip-arsip aktif yang secara langsung masih dipergunakan tidak akan tersimpan menjadi satu dengan arsip-arsip inaktif. b. Memudahkan pengelolaan dan pengawasan baik arsip aktif maupun inaktif. c. Memudahkan penemuan kembali arsip. d. Mudahnya penemuan kembali arsip akan meningkatkan efisiensi kerja.

16 21 e. Memudahkan pemindahan arsip-arsip yang bernilai permanen/abadi ke arsip Nasional RI. f. Menyelamatkan arsip-arsip yang bersifat permanen sebagai bahan bukti pertanggungjawaban di bidang pemerintahan. Pemusnahan arsip dilakukan melalui proses sebagai berikut: Pembentukan panitia Inventarisasi data arsip Penilaian kegunaan arsip Daftar usulan pemusnahan Dalam pelaksanannya pemusnahan arsip harus disertai Berita Acara Pemusnahan Arsip. Berita acara tersebut memuat deskripsi dokumen inaktif yang akan dimusnahkan, tempat dan tanggal pemusnahan, serat metode pemusnahan yang digunakan. Surat perintah pemusnahan biasanya disertakan dalam berita acara. Bahkan untuk beberapa instansi tertentu maupun perusahaan swasta akan membuat daftar dokumen inaktif yang telah dimusnahkan sebagai catatan permanen yang dapat digunakan apabila ada tuntutan hukum, sedangkan dokumen yang dimaksud telah dimusnahkan. C. METODE PENGAMATAN 1. Jenis Pengamatan Dalam pengamatan ini menggunakan jenis pengamatan diskriptif kualitatif yang diartikan Sutopo (2002 : ) yaitu jenis pengamatan yang berusaha menggambarkan keadaan atau fenomena sosial tertentu yang memaparkan, menafsirkan, dan menganalisa data yang ada. Jadi berusaha menggali, menyelam dan menemukan fakta-fakta atau permasalahan yang dihadapi di lapangan. Pengamatan diskriptif biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana peristiwa itu terjadi.

17 22 2. Lokasi Pengamatan Pengamatan dilakukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Lokasi pengamatan di Jalan Raya Sukowati No. 225 Sragen. Pemilihan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen ini sebagai objek pengamatan dengan beberapa pertimbangan ; mengadakan pengamatan Administrasi Kearsipan lebih nyata dan untuk mengetahui kegiatan administrasi kearsipan yang diterapkan di BAPPEDA Sragen sehingga adanya suatu permasalahan yang dapat dibahas, selain itu lokasi pengamatan yang mudah dijangkau dan strategis. 3. Sumber Data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diamati, sumber data dalam pengamatan ini berdasarkan jenis sumber data menurut Sutopo (2002 : 50-54) adalah sebagai berikut : a.narasumber (Informan ) Data diperoleh dengan cara mewawancarai orang-orang yang terlibat yang dapat memberikan informasi yang menunjang. Yang dapat dijadikan nara sumber / informan dalam pengamatan ini adalah : Kepala Subag Umum dan Kepegawaian BAPPEDA Sragen dan bercakapcakap dengan beberapa rekan kerja lainnya sebagai informan yang dapat memberikan informasi yang menunjang. Para staff di bagian Umum dan Kepegawaian. b. Tempat atau Lokasi Lokasi dari pengamatan ini berada di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jalan Raya Sukowati No. 225 Sragen. c. Data dan Dokumen Data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, arsip-arsip, serta dokumen-dokumen yang ada di Badan

18 23 Perencanaan Pembangunan Daerah yang berhubungan dengan masalah yang diamati. Yang dapat dijadikan sumber data adalah : Dokumen yang terdapat di Subag Umum dan Kepegawaian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengamatan ini berdasarkan pada teknik pengumpulan data menurut Sutopo (2002 : 58-72) adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan pengamat untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui responden langsung dengan responden sebagai sumber data, sebagai suasana informal dan dalam waktu yang tepat guna mendapatkan data yang mendalam, dilakukan berulang kali sesuai dengan keperluan untuk mencari data yang diperlukan. 2. Observasi Observasi dalam pengamatan ini merupakan observasi langsung yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung tentang obyek dan keadaan yang diselidiki, dengan cara formal dan informal memperoleh gambaran yang jelas dan dilakukan berulang kali. Menurut Sutopo (2002 : 64) disebutkan bahwa teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar Dijelaskan pula bahwa pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi 1) observasi tak berperan sama sekali, 2) observasi berperan, yang terdiri dari a) berperan aktif, b) berperan pasif, dan c) berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga (bagian) atau anggota kelompok yang diamati. (Sutopo, 2002 : 65)

19 24 Dalam pengamatan ini menggunakan teknik observasi berperan pasif.teknik ini bisa dilakukan peneliti untuk menggali informasi mengenai perilaku dan kondisi yang sebenarnya.teknik ini bisa dilakukan secara formal maupun informal. (Sutopo, 2002 : 66) 3. Perekaman atau Mencatat Dokumen Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah abupaten Sragen. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah analisis model interaktif. Menurut Sutopo (2002 : 91-93) dalam model ini ada 3 komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Reduksi Data ( data reduction ) Diartikan sebagai proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan pengamatan. Prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya sudah berlangsung sejak pengamatan pengambilan keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan pengamatan, dan waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Memperhatikan penjelasan singkat diatas, maka bisa dinyatakan bahwa reduksi data adalah proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan pengamatan dapat dilakukan.

20 25 b. Penyajian Data Diartikan sebagai rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga apabila dibaca akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan pengamat untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut. Penyajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan pengamatan, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskriptif mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. c. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan yang diambil perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benarbenar dipertanggungjawabkan.perlu dilakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pemantapan penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran yang timbul melintas pada pengamat pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali catatan lapangan. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data terakhir. Ketiga komponen utama tersebut saling mendukung dan berhubungan membentuk suatu interaksi dalam proses pengumpulan data sehingga menjadi satu siklus penting dalam penyusunan laporan ini. Keseluruhan proses tersebut dilakukan sepanjang proses pengamatan dan dilakukan berulang kali sehingga analisa yang didapat cukup mantap dan memuaskan.

Arsip Dinamis Arsip Statis

Arsip Dinamis Arsip Statis Naskah - naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga - lembaga dan badan - badan Pemerintah dalam bentuk apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan;

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF

BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF 2.1. Pengertian Sebelum penulis melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai penggolongan arsip, maka terlebih dahulu membahas tentang sistem. Menurut (Nurlela,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan administrasi Kearsipan di Sekretariat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen Dalam bagian ini penulis akan membahas secara lebih mendalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kearsipan Menurut Barthos (2000: 2), kearsipan mempunyai peranan sebagai pusat ingatan, sebagai sumber informasi dan sebagai alat pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. arsip agar dapat dengan cepat bila arsip bilamana arsip sewaktu-waktu

BAB II LANDASAN TEORI. arsip agar dapat dengan cepat bila arsip bilamana arsip sewaktu-waktu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Penyimpanan Arsip Menurut Donni dan Agus (2013:164-167) Sistem penyimpanan arsip (filling system) adalah sistem yang digunakan untuk menyimpan arsip agar dapat dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN. Pengurusan dan pengendalian surat adalah kegiatan-kegiatan mencatat

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN. Pengurusan dan pengendalian surat adalah kegiatan-kegiatan mencatat 1 BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan 4.1.1. Tahap-Tahap Kearsipan Dalam melaksanakan tugas pekerjaan suatu instansi khususnya bagian yang menangani kearsipan harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Definisi aplikasi adalah penggunaan dan penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan (Eka Noviansyah, 2008 : 4). Aplikasi dapat diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 106 TAHUN 1980 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 106 TAHUN 1980 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 106 TAHUN 1980 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR GUBERNUR KEPALA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bahasan mengenai kearsipan memiliki banyak macam definisi dari berbagai sumber. Namun penulis hanya membahas tentang penataan kearsipan. Untuk itu penulis akan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN KEARSIPAN. Dari pengertian di atas dapat diambil ciri-ciri arsip yaitu:

BAB II MANAJEMEN KEARSIPAN. Dari pengertian di atas dapat diambil ciri-ciri arsip yaitu: BAB II MANAJEMEN KEARSIPAN 2.1. Pengertian Arsip Pengertian arsip adalah sekumpulan warkat yang memiliki kegunaan tertentu yang disimpan secara sistematis dan setiap saat diperlukan dan dapat ditemukan

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. Pengertian Administrasi, Kearsipan, dan Administrasi Kearsipan Administrasi Kearsipan mengandung tiga unsur pengertian dasar di dalamnya, yakni: Administrasi,

Lebih terperinci

Manajemen Kearsipan untuk Mewujudkan Tata Kelola Administrasi Perkantoran yang Efektif dan Efisien

Manajemen Kearsipan untuk Mewujudkan Tata Kelola Administrasi Perkantoran yang Efektif dan Efisien 177 Manajemen Kearsipan untuk Mewujudkan Tata Kelola Administrasi Perkantoran yang Efektif dan Efisien Meirinawati 1, Indah Prabawati 2 1,2 Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FIS, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsip berasal dari bahasa Yunani Archivum yang artinya tempat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsip berasal dari bahasa Yunani Archivum yang artinya tempat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Arsip Dan Kearsipan 1.1.1 Pengertian Arsip Arsip berasal dari bahasa Yunani Archivum yang artinya tempat untuk menyimpan, sering juga kata tersebut di tulis Archeon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Administrasi Sejak dulu sampai sekarang setiap orang mempunyai kebutuhankebutuhan yang sudah menjadi kodratnya. Ini dapat berupa kebutuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Arsip Dinamis Arsip dinamis adalah suatu kumpulan warkat yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Landasan Teori Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian

BAB III PEMBAHASAN Landasan Teori Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian BAB III PEMBAHASAN 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian Menurut Barthos (2005: 36) Surat adalah alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN 1. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Pengelolaan Surat 1) Prosedur Prosedur merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan

Lebih terperinci

PEDOMAN KEARSIPAN Suatu naskah tertulis yang berisi segala karangan yang diperlukan mengenai pekerjaan arsip / dokumen dalam suatu organisasi

PEDOMAN KEARSIPAN Suatu naskah tertulis yang berisi segala karangan yang diperlukan mengenai pekerjaan arsip / dokumen dalam suatu organisasi ISTILAH ARSIP P PEDOMAN KEARSIPAN Suatu naskah tertulis yang berisi segala karangan yang diperlukan mengenai pekerjaan arsip / dokumen dalam suatu organisasi PELAKSANAAN PENATAAN 1. Penataan arsip tulis

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TANGGAL : 30 Juni 2011

LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TANGGAL : 30 Juni 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TANGGAL : 30 Juni 2011 PENYELENGGARAAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BAB I PENGURUSAN DAN PENGENDALIAN NASKAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Arsip 1. Pengertian Arsip Arsip sebagai naskah dinas yang dibuat dan diterima oleh pimpinan unit kerja dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUSNAHAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUSNAHAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP

Lebih terperinci

BUPATI TERNGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI TERNGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK BUPATI TERNGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Dari segi administrasi, tujuan penyusutan arsip ialah:

Dari segi administrasi, tujuan penyusutan arsip ialah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penyusutan Arsip Menurut Arsip Nasional RI penyusutan dan penghapusan arsip berarti pemindahan arsip-arsip dari file aktif ke file inaktif atau pemindahan arsip-arsip

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Saiman (2000:16) pengelolaan adalah bermacam-macam kegiatan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Saiman (2000:16) pengelolaan adalah bermacam-macam kegiatan BAB II KAJIAN TEORETIS 1.1 Konsep Pengelolaan Pengelolaan adalah suatu proses kegiatan yang merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengawasi terhadap suatu kegiatan usaha untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2014 BNN. Kearsipan. Dinamis. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta No.1401, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Tata Kearsipan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Arsip BAB II TINJAUAN TEORITIS Kearsipan merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau tata usaha yang banyak dilakukan oleh setiap badan usaha pemerintah maupun swasta. Kearsipan menyangkut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyimpanan Data Secara Umum Pengolahan Data adalah manipulasi data agar menjadi bentuk yang lebih berguna. Pengolahan data ini tidak hanya berupa perhitungan numeris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tak lepas dengan kegiatan surat-menyurat atau biasa disebut dengan korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. tak lepas dengan kegiatan surat-menyurat atau biasa disebut dengan korespondensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Surat adalah alat penyampaian informasi atau keterangan (keputusan, pernyataan, pemberitahuan, permintaan, dan sebagainya) secara tertulis dari satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Arsip Istilah arsip yang sering didengar, ditulis, dan diucapkan adalah istilah yang mempunyai arti. Disatu segi arsip berarti warkat yang disimpan yang ujudnya dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 MARET 2014 BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 MARET 2014 BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 MARET 2014 I. PENGURUSAN DAN PENGENDALIAN NASKAH DINAS BNN A. Naskah Dinas Masuk 1. Pada Unit Pengolah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.894, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Arsip. Dokumentasi. Informasi Publik. Pengelola. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III PENGURUSAN ARSIP

BAB III PENGURUSAN ARSIP BAB III PENGURUSAN ARSIP A. Pengertian Pengurusan Arsip adalah rangkaian kegiatan teknis kearsipan yang sistematis meliputi: penelitian, pengolahan, penyimpanan, pelayanan, pemeliharaan, dan penyusutan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.244, 2013 ARSIP NASIONAL. Pemusnahan Asip. Pedoman. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUSNAHAN ARSIP DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP AKTIF DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko

KATA PENGANTAR. Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden, disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tugas pemberian

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan pasti akan memiliki suatu unit khusus yang bertugas dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan pasti akan memiliki suatu unit khusus yang bertugas dalam bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Setiap organisasi, baik itu organisasi besar atau kecil serta organisasi yang berorientasi pada keuntungan maupun organisasi yang tidak berorientasi

Lebih terperinci

BAB II PERANGKAT KEARSIPAN

BAB II PERANGKAT KEARSIPAN BAB II PERANGKAT KEARSIPAN A. Pengertian Perangkat kearsipan adalah semua alat perlengkapan yang digunakan dalam pengelolaan arsip di lingkungan Sekretariat Negara, yang meliputi organisasi kearsipan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEARSIPAN PADA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA

PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEARSIPAN PADA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA digilib.uns.ac.id PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEARSIPAN PADA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEJABAT NEGARA PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PENYUSUTAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

PENYUSUTAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR PENYUSUTAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR Emi Jumiyati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENYUSUTAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR. Penyusutan Arsip Di Pusat

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 46 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 46 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor 46 Tahun 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP FOTO DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN 2012 GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI SERTA INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan serta membantu mekanisme kerja dari seluruh karyawan instansi yang

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan serta membantu mekanisme kerja dari seluruh karyawan instansi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pekerjaan dan kegiatan kantor, baik pemerintah maupun swasta memerlukan penyimpanan, pencatatan serta pengolahan surat, baik kedalam maupun keluar dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1083, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Arsip. Penyusutan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Arsip Menurut The Liang Gie dalam Sugiarto dan wahyono (2005: 04), arsip adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENATAAN KEARSIPAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PEGAWAI PADA KANTOR KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI UTARA TUGAS AKHIR

PENTINGNYA PENATAAN KEARSIPAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PEGAWAI PADA KANTOR KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI UTARA TUGAS AKHIR PENTINGNYA PENATAAN KEARSIPAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PEGAWAI PADA KANTOR KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI UTARA TUGAS AKHIR Tugas Akhir ini diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh Ijazah Diploma III

Lebih terperinci

KEARSIPAN. 16 JP (720 menit) Modul 01 PENGANTAR KOMPETENSI DASAR

KEARSIPAN. 16 JP (720 menit) Modul 01 PENGANTAR KOMPETENSI DASAR Modul 01 KEARSIPAN 16 JP (720 menit) PENGANTAR Arsip sebagai hasil kegiatan organisasi mengandung data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai pengetahuan atau pengalaman tentang apa yang pernah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 21 Tahun 2005 TENTANG :

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 21 Tahun 2005 TENTANG : BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 21 Tahun 2005 TENTANG : TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEARSIPAN. Anna Riasmiati, S.E. : Manajemen Kearsipan : Drs. Sularso Mulyono, dkk. Cetakan : I, 2011

MANAJEMEN KEARSIPAN. Anna Riasmiati, S.E. : Manajemen Kearsipan : Drs. Sularso Mulyono, dkk. Cetakan : I, 2011 RESENSI MANAJEMEN KEARSIPAN 1 Anna Riasmiati, S.E. Judul Penulis Cetakan : I, 2011 Penerbit : Manajemen Kearsipan : Drs. Sularso Mulyono, dkk. : UNNES Press Semarang ISBN : 978-602-8467-57-5 Halaman :

Lebih terperinci

BAB I. Pengertian. A. Pengertian Arsip

BAB I. Pengertian. A. Pengertian Arsip BAB I Pengertian A. Pengertian Arsip Arsip adalah naskah naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara dan Badan badan Pemerintahan, maupun naskah naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan badan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Arsip Kearsipan merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau pekerjaan tata usaha, yang banyak dilakukan setiap badan usaha, baik badan usaha pemerintah maupun

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Arsip Menurut Sugiarto (2013:23), dalam Undang-undang nomor 43 tahun 2009, tentan gkearsipan, arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam bebagai bentuk dan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP FOTO

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP FOTO GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP FOTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENYIMPANAN ARSIP OLEH PEGAWAI SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN PERDAGANGAN KABUPATEN CIAMIS

PELAKSANAAN PENYIMPANAN ARSIP OLEH PEGAWAI SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN PERDAGANGAN KABUPATEN CIAMIS PELAKSANAAN PENYIMPANAN ARSIP OLEH PEGAWAI SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN PERDAGANGAN KABUPATEN CIAMIS Oleh : Kristi Winasari Kristiwinasari@gmail.com Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG TATA KEARSIPAN DAN KODE SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMUSNAHAN ARSIP DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERAN MANAJEMEN KEARSIPAN DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI

PERAN MANAJEMEN KEARSIPAN DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI PERAN MANAJEMEN KEARSIPAN DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI Anung Pramudyo (Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta) ABSTRAK Arsip merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

2016, No tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3

2016, No tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3 No. 170, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pemusnahan Arsip. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMUSNAHAN ARSIP DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 250 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 250 TAHUN 2004 TENTANG GUBERNUR PERATURAN GUBERNUR NOMOR 250 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH GUBERNUR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban mengatur, menyimpan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1499, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Arsip. Penyusutan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.94 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Prosedur Pengertian prosedur menurut Ig. Wursanto (1991:20) prosedur (procedure) adalah suatu rangkaian metode yang telah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERKANTORAN

MANAJEMEN PERKANTORAN MANAJEMEN PERKANTORAN Istilah istilah administrasi dan manajemen makin lama makin banyak dipakai secara searti. Walaupun istilah administrasi telah diterapkan lebih banyak bagi tindakan dalam urusan urusan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA JADWAL RETENSI ARSIP DI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

SISTEMATIKA JADWAL RETENSI ARSIP DI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM LAMPIRAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM SISTEMATIKA JADWAL RETENSI ARSIP DI BADAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif kualitatif yang bertujuan memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci, dan mendalam mengenai implementasi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam Laporan Tugas Akhir yang berjdul Pengelolaan Arsip Dinamis

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam Laporan Tugas Akhir yang berjdul Pengelolaan Arsip Dinamis 51 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam Laporan Tugas Akhir yang berjdul Pengelolaan Arsip Dinamis Aktif di Sekretariat Desa Pemerintah Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu untuk mengingat, baik untuk keperluan administrasi, hukum, dan keperluankeperluan

BAB I PENDAHULUAN. bantu untuk mengingat, baik untuk keperluan administrasi, hukum, dan keperluankeperluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arsip sebagai rekaman kegiatan organisasi merupakan alat bukti atau alat bantu untuk mengingat, baik untuk keperluan administrasi, hukum, dan keperluankeperluan pembuktian

Lebih terperinci

2016, No Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran

2016, No Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran No. 44, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. Jadwal Retensi Arsip. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG JADWAL RETENSI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ARSIP SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGELOLAAN ARSIP SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI PENGELOLAAN ARSIP SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENTINGNYA MANAJEMEN SISTEM PENYIMPANAN ARSIP. Oleh; Melizubaidah Mahmud Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

PENTINGNYA MANAJEMEN SISTEM PENYIMPANAN ARSIP. Oleh; Melizubaidah Mahmud Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo PENTINGNYA MANAJEMEN SISTEM PENYIMPANAN ARSIP Oleh; Melizubaidah Mahmud Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Arsip merupakan salah satu hal yang sangat penting dank fundamental

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PENAJAM PASER UTARA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS KOMISI PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS KOMISI PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM -2- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS KOMISI PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Surat Menyurat Surat merupakan bagian yang sangat penting bagi organisasi atau instansi, karena surat dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tertulis dan juga

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM BPJS KETENAGAKERJAAN DIKLAT OPK 2016 PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM BPJS KETENAGAKERJAAN Landasan Hukum PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN NOMOR PERDIR/09/072015 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM Pedoman Tata Naskah Pedoman

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ' KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ' KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI, BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 09y TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA KEARSIPAN BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. atau rakitan komponen atau bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan yang utuh

BAB II KAJIAN TEORI. atau rakitan komponen atau bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan yang utuh BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Pengertian sistem menurut (Moenir, 2008) bahwa sistem adalah suatu susunan atau rakitan komponen atau bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan yang utuh dengan

Lebih terperinci

BAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Pengertian Surat Masuk dan Surat Keluar Surat masuk adalah surat yang diterima oleh suatu

Lebih terperinci

Diklat Penyusutan Arsip

Diklat Penyusutan Arsip Diklat Penyusutan Arsip DIKLAT PENYUSUTAN DAN PEMUSNAHAN ARSIP Berikut adalah catatan saya ketika mengikuti Diklat Penyusutan dan Pemusnahan Arsip yang diadakan oleh Unit Arsip IPB pada hari selasa 4 November

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Arsip berasal dari bahasa Yunani, yaitu arche yang kemudian berubah menjadi archea,

BAB II KAJIAN TEORITIS. Arsip berasal dari bahasa Yunani, yaitu arche yang kemudian berubah menjadi archea, BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Arsip Arsip berasal dari bahasa Yunani, yaitu arche yang kemudian berubah menjadi archea, lalu berubah lagi menjadi archeon. Arche berarti permulaan, jabatan, atau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.426, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Arsip. Dinamis. Pengelolaan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017 NOMOR 23 UN2014 NOMOR 26

BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017 NOMOR 23 UN2014 NOMOR 26 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNURNUSA TENGGARA BARAT

GUBERNURNUSA TENGGARA BARAT GUBERNURNUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP ASET PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI

Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI Diterima Tgl : Agenda No : Dari : Pengirim No Surat : Catatan : 1. Mohon tidak memisahkan lembar disposisi ini dari suratnya 2. Pengisian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI UNIT KEARSIPAN PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh pada saat melakukan penelitian di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga, selanjutnya dilakukan analisis untuk menjawab

Lebih terperinci