EKSISI KARSINOMA SEL BASAL DENGAN TEKNIK MODIFIKASI MOHS DAN PENUTUPAN DEFEK DENGAN RHOMBOID FLAP
|
|
- Fanny Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Kasus EKSISI KARSINOMA SEL BASAL DENGAN TEKNIK MODIFIKASI MOHS DAN PENUTUPAN DEFEK DENGAN RHOMBOID FLAP Dewi Lastya Sari, Fenni Rinanda, Indah Atmasari, Airin Riskianty Nurdin, Danang Tri Wahyudi, Marwali Harahap Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan ABSTRAK Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit terbanyak di bagian Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan. Bedah mikrografik Mohs menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi dalam penanganan kanker kulit, namun memerlukan fasilitas laboratorium khusus. Masalah ini dapat teratasi dengan melakukan modifikasi bedah Mohs mikrografik. Seorang perempuan, 53 tahun, ibu rumah tangga, mengeluh borok di pelipis kanan. Awalnya terdapat tahi lalat kecil sejak berusia 28 tahun. Dalam 5 tahun terakhir tahi lalat tersebut semakin membesar dan menonjol, dan sejak 3 tahun terakhir terasa gatal dan mudah berdarah. Diagnosis karsinoma sel basal ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan histopatologik. Dilakukan modifikasi bedah mikrografik Mohs serta penutupan defek dengan rhomboid flap. Bedah mikrografik Mohs modifikasi merupakan pilihan penanganan karsinoma sel basal pada sarana yang terbatas, karena pemotongan horizontal memungkinkan analisis histologis lebih teliti daripada eksisi biasa, sehingga kemungkinan rekurensi dapat diminimalkan. Pada tulisan ini dipaparkan kelebihan dan kekurangan teknik dari rhomboid flap. (MDVI 2012; 39/s: 46s -51s) Kata kunci : karsinoma sel basal, bedah Mohs modifikasi, rhomboid flap ABSTRACT Basal cell carcinoma is the most frequent skin cancer in Department of Dermato-venereology H. Adam Malik General Hospital Medan. Mohs micrographic surgery gives a high cure rate for skin cancer, but it requires special laboratory facilities. This problem can be overcome with modified Mohs Micrographic surgery. A 53 years -old woman, housewife, complained of an ulcer on right temple. There s a small nevus on the right temple initially since she was 28. The nevus is getting bigger and bulging in the last 5 years, and since 3 years letter it itches and bleeds easily. Diagnosis of basal cell carcinoma was based on history, clinical findings and histopathologic features. Modified Mohs micrographic surgery was performed continued with rhombicflap for defect closure. Modified Mohs micrographic surgery is the treatment of choice for basal cell carcinoma in limited facilities because horizontal cuts allows more accurate histologic analysis compared to standard excisional surgery, so reccurence possibility can be minimized. Presented here are the the advantages and disadvantages of the rhombic flap technique. (MDVI 2012; 39/s: 46s - 51s) Korespondensi : Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Telp & fax : dewilsari@yahoo.com Key words: basal cell carcinoma, modified Mohs micrographic surgery, rhombic flap 46 S
2 DL Sari dkk. Eksisi karsinoma sel basal dengan teknik modifikasi Mohs PENDAHULUAN Karsinoma sel basal (KSB) berasal dari sel-sel tanpa keratin di lapisan basal epidermis dan struktur adneksa (folikel rambut, saluran kelenjar keringat ekrin). 1,2 Di Indonesia, kanker kulit menempati urutan ketiga setelah kanker leher rahim dan payudara. KSB merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. 3 Hasil penelitian lain menunjukkan KSB merupakan tumor kulit kedua terbanyak setelah karsinoma sel skuamosa. 4 Frekuensi kejadian KSB terbanyak pada usia tahun. 3 Dengan lokasi terbanyak di daerah kepala dan leher, diikuti daerah ekstremitas atas dan batang tubuh. 3-9 Faktor risiko utama terjadinya KSB adalah pajanan sinar matahari. 1-9 KSB jarang bermetastasis dan jarang menyebabkan kematian. 1-3,5-9 KSB berkembang secara langsung ke jaringan sekitarnya, tidak melalui pembuluh darah maupun pembuluh limfe. 2,3 Gambaran klinis KSB bervariasi, bentuk yang paling sering berupa KSB tipe nodular, bentuk yang lain dapat berupa KSB tipe pigmentasi, tipe kistik, tipe morfea dan tipe superfisial. 1,2,6,7 Penanganan KSB tergantung pada lokasi anatomis dan gambaran histologis, mencakup bedah Mohs mikrografik, eksisi bedah standar, destruksi dengan berbagai modalitas dan kemoterapi topikal. 1 Bedah mikrografik Mohs merupakan kemajuan penting yang terpilih dalam penanganan KSB. Pada tahun 1941 Frederick Mohs menemukan teknik bedah yang dikembangkan untuk membuang kanker kulit. 5 Bedah mikrografik Mohs terutama diindikasikan untuk KSB yang berulang, lokasi tumor di area anatomi dengan rekurensi tinggi misalnya lipatan nasolabial, sulkus post aurikular, kantus medial, dahi atau ala nasi, serta tumor dengan batas tidak jelas. 6 Berdasarkan telaah penelitian selama empat dekade menunjukkan bahwa bedah mikrografik Mohs dapat menurunkan angka rekurensi KSB (tabel 1). Tabel 1. Angka rekurensi primer dan rekurensi pada KSB yang kambuh selama lima tahun. 7 KSB Modalitas terapi Primer Rekuren Bedah eksisi 10 % 17 % Kuretase-elektrodesikasi 8 % 40 % Radioterapi 9 % 10 % Krioterapi 8 % > 13 % Bedah Mohs mikrografik 1 % 6 % Pada bedah mikrografik Mohs, tumor terlebih dahulu diidentifikasi dan diberi tanda. Kemudian dilakukan anastesi lokal, dilanjutkan dengan kuretase. Gagang skalpel dipegang dengan sudut 45 0 terhadap permukaan kulit dan tumor dieksisi sejauh 2-3 mm melebihi batas kuretase, sehingga terbentuk potongan jaringan berbentuk mangkuk. Pada jaringan yang telah diangkat diberi tanda. Jaringan tersebut kemudian dipotong menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Dibuat peta anatomis yang digambar dengan penanda sesuai batas yang diberi warna. Jaringan tersebut kemudian ditempatkan pada kriostat, dibekukan, dipotong secara horizontal, ditempatkan di atas gelas obyek, kemudian diwarnai, dan diperiksa dengan mikroskop. Jika masih terdapat tumor pada batasnya, peta ditandai dan dilakukan operasi tahap dua. Proses ini berulang hingga batas-batas bebas tumor. 5,8,9 Pada bedah mikrografik Mohs ini dilakukan potong beku pada jaringan yang segar, sehingga dibutuhkan fasilitas laboratorium yang khusus serta petugas yang terampil. Prosedur bertahap yang dilakukan dalam satu hari ini memerlukan kesepakatan tim dalam hal menentukan waktu operasi. Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan cara bedah Mohs mikrografik yang modifikasi. 10 Setelah bedah mikrografik Mohs, penutupan defek dapat dilakukan secara langsung, flap, atau graft. 9 Berdasarkan asupan jaringan vaskular, flap dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu pola acak (random pattern) dan pola sumbu (axial pattern). Berdasarkan pergerakan flap, terdapat tiga kategori flap, yaitu advancement flap (perpindahan flap secara linear), rotation flap (flap diputar pada satu titik sumbu) dan transpotition flap (flap diputar pada satu titik sumbu dan dipindahkan melewati kulit yang utuh untuk menutupi defek). 10 Rhomboid flap adalah bentuk klasik flap transposisi. Rhomboid flap digunakan untuk menutup defek yang berbentuk belah ketupat dengan sudut yang berhadapan 60 dan 120, sehingga dapat digunakan untuk rekonstruksi lesi di pipi, pelipis, bibir, telinga, hidung, dagu, kelopak mata, dan leher. Komplikasi flap ini hampir sama dengan semua flap yang lain yaitu infeksi, hematoma, nekrosis, dan skar. 11 LAPORAN KASUS Seorang perempuan berusia 53 tahun, ibu rumah tangga, suku Melayu, bangsa Indonesia datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 27 Oktober 2011, dengan keluhan borok di pelipis kanan. Pada awalnya terdapat tahi lalat kecil sejak pasien berusia 28 tahun. Dalam 5 tahun terakhir tahi lalat tersebut semakin membesar dan menonjol, dan sejak 3 tahun terakhir terasa gatal dan mudah berdarah (Gambar 2). Pemeriksaan fisis menunjukkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis. Tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernafasan, suhu) dalam batas normal. Kedua konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pada jantung, paru-paru dan hati tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai nodus ulseratif dengan diameter 2x3x0,8 cm pada regio temporalis dekstra, tepi tidak teratur, batas tegas, bagian tengah cekung, dengan tepi meninggi, dan keras pada palpasi. Keadaan tersebut didiagnosis banding sebagai KSB tipe nodulo-ulseratif, karsinoma sel 47 S
3 MDVI Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 46 s -51 s Gambar 1. Rhomboid flap. 12 skuamosa (KSS), melanoma maligna. Diagnosis sementara adalah bksb tipe nodulo-ulseratif di regio temporalis dekstra. Pada pemeriksaan laboratorium darah didapati : hemoglobin 14 g/dl, hematokrit 45,10 %, laju endap darah (LED) 10 mm/jam, leukosit 6.860/mm3, trombosit / mm3, jumlah cukup dan bentuk normal. Gula darah sewaktu 97,80 mg/dl. Hasil pemeriksaan skrining perdarahan dalam batas normal. Hasil pemeriksaan urin dalam batas normal. Hasil pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) normal, hasil foto toraks normal. Hasil pemeriksaan histopatologik (31 Oktober 2011) tampak epidermis yang mengalami hiperkeratosis dan akantosis, pada sub-epitel tampak massa tumor berupa pulau-pulau di antara jaringan stroma normal, tersusun padat, sel-sel inti bulat dan oval, hiperkromatik dengan kromatin kasar, dan sedikit sitoplasma. Pada pinggir tumor, sel-sel tersusun seperti palisade. Juga tampak deposit pigmen kecoklatan. Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan suatu karsinoma sel basal (tipe solid). Diagnosis kerja ditegakkan sebagai KSB tipe solid pada regio temporalis dekstra. Cara penanganan yang dipilih untuk pasien adalah eksisi dengan teknik modifikasi Mohs, dan penutupan defek dengan rhomboid flap. Pasien dipersiapkan untuk operasi pada tanggal 16 November Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi supinasi, lalu dilakukan anastesi umum. Daerah operasi didesinfeksi dengan povidon iodine 10% dan alkohol 70%. Dibuat garis bantu menggunakan gentian violet di sekeliling tumor sebagai penuntun batas kulit yang akan dieksisi (5 mm dari tepi lesi). Untuk mengurangi perdarahan digunakan injeksi NaCl 0,9% 500 cc + epinefrin 0,5cc secara infiltrasi subkutan dan ditunggu selama ± 20 menit. Dengan menggunakan skalpel No. 15 dilakukan eksisi sesuai garis bantu dengan sudut 45 o terhadap permukaan kulit, sehingga massa tumor yang di eksisi berbentuk seperti mangkuk. Perdarahan dikontrol dan digambarkan peta sebagai penuntun pemeriksaan jaringan. Spesimen diberi tanda menggunakan benang untuk orientasi topografi arah superior, inferior, lateral, dan medial. Spesimen dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk diperiksa secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan histopatologis pada batas sayatan inferior, medial, dan lateral sudah bebas dari massa tumor, sedangkan pada batas sayatan superior dan dasar masih tampak pulau-pulau sel basal serupa dengan gambaran pada massa jaringan kulit. Dilakukan eksisi secara luas pada dasar dan superior lesi. Dibuat garis bantu sebagai penuntun tarikan skalpel berbentuk paralelogram pada lesi. Dari ujung diagonal pendek, ditarik garis dengan panjang yang sama dengan diagonal ke arah dahi. Pada ujung garis, dibuat garis yang sejajar sisi paralelogram dan sama panjang (Gambar 3). Dilakukan eksisi dengan skalpel no. 15 pada garis bantu paralelogram sampai subkutis (Gambar 4). Undermining dengan klem pada subkutis sampai daerah ujung flap dapat disatukan dengan dasar paralelogram dan dilakukan sebuah penjahitan pada ujung flap untuk fiksasi (Gambar 5 dan Gambar 6). Tepi-tepi luka dirapatkan dengan melakukan penjahitan dermis terlebih dahulu menggunakan benang nylon 4-0, kemudian dilanjutkan dengan penjahitan epidermis secara simple interrupted memakai benang nylon 5-0. Dipasang drain di daerah pre-aurikular dan difiksasi (Gambar 7). Flap diberi salep antibiotik dan ditutup dengan kasa steril berlapis. Pasca operasi pasien dirawat di ruangan, dengan pemberian infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, injeksi seftriakson 1 gram setiap 12 jam dan injeksi ketorolac 1 ampul setiap 8 jam. Hari ke-3 pasca operasi (Gambar 8), tampak luka bekas operasi kering, tidak dijumpai perdarahan, nekrosis, maupun edema, nyeri sudah berkurang. Luka bekas operasi diberi salep antibiotik dan ditutup kasa steril. Kemudian obat injeksi diganti dengan obat oral yaitu tablet siprofloksasin 500 mg 2 kali sehari, dan tablet asam mefenamat 500 mg 3 kali sehari. Hari ke-8 pasca operasi (Gambar 9), luka bekas operasi kering, tidak ada perdarahan dan pus, benang dibuka secara selang seling. Luka bekas operasi diberi salep antibiotik 48S
4 DL Sari dkk. Eksisi karsinoma sel basal dengan teknik modifikasi Mohs dan ditutup kasa steril. Siprofloksasin diteruskan, asam mefenamat tablet 500 mg hanya diberikan jika pasien merasa nyeri. Hari ke-10 pasca operasi (Gambar 10), luka bekas operasi kering, tidak ada perdarahan dan pus, benang dibuka seluruhnya (Gambar 4). Luka bekas operasi diberi salep antibiotik, kemudian ditutup plester micropore yang disusun menyerupai genteng, kemudian ditutup kasa steril. Siprofloksasin diteruskan, asam mefenamat tablet 500 mg hanya diberikan jika pasien merasa nyeri. Hari ke-15 pasca operasi (Gambar 11), terlihat jaringan parut minimal, terdapat sedikit pus di daerah bekas drain. Perawatan luka dan siprofloksasin dilanjutkan sampai 1 bulan pasca operasi. Terlihat jaringan parut minimal di daerah penyembuhan luka. Prognosis pasien ini quo ad vitam; ad functionam dan ad sanationam: bonam. DISKUSI Diagnosis kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan didukung oleh pemeriksaan histopatologik. Dari anamnesis diketahui pekerjaan pasien adalah ibu rumah tangga, namun pasien sering memanipulasi tahi lalat, yang merupakan salah satu faktor risiko terjadi karsinoma sel basal. 1-4 Pasien didiagnosis banding dengan KSB tipe noduloulseratif, karsinoma sel skuamosa (KSS), dan melanoma (Gambar 3. Garis bantu) Gambar 4. Eksisi pada garis bantu paralelogram (Gambar 2.Sebelum Operasi) (Gambar 5, 6. Undermining dan jahitan fiksasi) (Gambar 7. Pemasangan drain) (Gbr 8. Hari ke-3 pasca operasi) (Gbr 9. Hari ke-8 pasca operasi) (Gbr 10. Hari ke-10 pasca operasi) (Gbr 11. Hari ke-15 pasca operasi) 49 S
5 MDVI Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 46 s - 51 s maligna. Pada karsinoma sel skuamosa, dapat dijumpai luka yang meluas dengan tepi yang keras, dasar lesi berupa jaringan granulasi yang mudah berdarah. Melanoma maligna tipe nodular dapat memberikan gambaran klinis berupa nodus yang sedikit menonjol di atas permukaan kulit, warna hitam pekat, yang makin lama makin besar dan kadang-kadang mengalami ulserasi. 3 Untuk menegakkan diagnosis secara pasti, dibutuhkan pemeriksaan histopatologis. Hasil pemeriksaan histopatologis pasien ini tampak epidermis yang mengalami hiperkeratosis dan akantosis. Pada sub-epitel tampak massa tumor berupa pulau-pulau di antara jaringan stroma normal, tersusun padat, sel-sel berinti bulat dan oval, hiperkromatik, dengan kromatin kasar, dan sitoplasma sedikit. Pada tepi tumor, selsel tersusun seperti palisade. Juga tampak deposit pigmen kecoklatan. Hal ini sesuai dengan gambaran histopatologik KSB yaitu terdapat sel basalioma, dengan inti sel basal membesar dan memanjang, sitoplasma relatif sedikit, terdapat peningkatan rasio inti sitoplasma, dan jembatan interselular hilang, serta gambaran palisade. 13 Pada pasien ini, lokasi lesi di daerah pelipis, termasuk karsinoma sel basal dengan risiko tinggi terjadi rekurensi, sehingga pilihan penatalaksanaan berupa bedah mikrografik Mohs. 8 Prosedur bertahap pada bedah mikrografik Mohs yang dilakukan dalam satu hari ini memerlukan kesepakatan tim dalam hal waktu operasi. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan bedah mikrografik Mohs modifikasi. 6 Perbedaan antara bedah mikrografik Mohs dengan modifikasi bedah mikrografik Mohs adalah: a) pada bedah mikrografik Mohs, ahli bedah kulit juga berperan sebagai ahli patologi, sedangkan pada modifikasi bedah mikrografik Mohs, pemeriksaan histologi dilakukan oleh seorang ahli patologi. b). pada bedah mikrografik Mohs, pemeriksaan histopatologi spesimen dilakukan dengan potong beku, sedangkan pada modifikasi bedah mikrografik Mohs, dilakukan pada potongan parafin. c). pada bedah mikrografik Mohs, pelaksanaan prosedur bertahap dilakukan dalam satu hari sedangkan pada modifikasi bedah mikrografik Mohs, operasi dilakukan dengan interval waktu 2 hari atau 24 jam. 6 Keuntungan pelaksanaan bedah mikrografik Mohs modifikasi antara lain adalah dapat dilakukan dengan fasilitas yang terbatas, pemeriksaan potongan parafin biasanya kurang memerlukan keahlian teknis dibandingkan dengan bedah beku dan karena dilakukan dengan interval waktu 2 hari atau 24 jam, maka modifikasi bedah mikrografik Mohs dapat lebih mudah direncanakan sesuai dengan jadwal pasien, ahli bedah, dan ahli patologi. Sedangkan kerugiannya adalah pemeriksaan tidak dapat dilakukan dalam waktu sesingkat bila menggunakan bedah beku, karena potongan parafin memerlukan waktu yang lebih lama. 6-8 Pada kasus ini hasil pemeriksaan histopatologi spesimen dari modifikasi operasi mikrografik Mohs menunjukkan bahwa batas-batas lesi telah bebas tumor. Pada defek dilakukan penutupan dengan rhomboid flap. Tahapan untuk melakukan rhomboid flap yaitu: 1). Gambar paralelogram dengan sudut 60 dan 120 pada lesi yang akan dieksisi. 2). Sebuah garis dengan panjang yang sama dengan diagonal yang pendek ditarik dari diagonal yang pendek paralelogram. 3). Garis kedua ditarik dari ujung distal garis sebelumnya. Garis kedua ini harus sama panjang dan paralel dengan salah satu sisi defek yang berdekatan. 11 Komplikasi yang dapat terjadi pada proses operasi ini adalah perdarahan, karena daerah ini banyak sekali pembuluh darah. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan bebat pada tempat operasi dan menganjurkan pasien untuk membatasi percakapan selama dalam perawatan. 10,12,14 KESIMPULAN Modifikasi bedah mikrografik Mohs merupakan pilihan penanganan KSB untuk mendapatkan daerah bebas tumor. Eksisi KSB disertai penutupan defek dengan rhomboid flap merupakan pilihan tkhnik penutupan defek berdasarkan flap lokal. Dengan teknik ini parut yang terbentuk minimal dan dapat diterima secara kosmetik. DAFTAR PUSTAKA 1. Carucci JA, Leffel DJ. Basal cell carcinoma. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, dkk, penyunting. Fitzpatrick s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw Hill; 2008.h Habif TP. Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and therapy. Edisi ke-3. Philadelpia: Mosby; h Rata IGAK. Tumor kulit. Dalam: Cipto H, Pratomo US, Handayani I, Sukarata K, penyunting. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2007.h Nahabedian MY. Skin malignancies. Basal cell carcinoma. Tersedia di: diunduh tanggal 3 Desember Bowen GM, White GL, Gerwels JW. Mohs micrographic surgery. Am Fam Physician. 2005; 72: Harahap M, Lubis ND. The modified micrographic surgery. Ann Acad Med. 1998; 17: Vuyk H.D, Lohuis PJFM. Mohs micrographic surgery for facial skin cancer. Clinical Otolaryngology. 2001; 26: Steinman HK, Gross KG. Basic Mohs technique. Dalam: Gross KG, Steinman HK, Rapini RP, penyunting. Mohs surgery fundamental and technique. St.Louis: Mosby; h Lee KK, Thomas VD, Swanson NA. Mohs micrographic surgery. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, dkk, peyunting. Fitzpatrick s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw Hill; 2008.h Khouri R. Skin flaps. Dalam: Nouri K, Khouri SL, penyunting. Techniques in dermatologic surgery. Edinburgh: Mosby; h S
6 DL Sari dkk. Eksisi karsinoma sel basal dengan teknik modifikasi Mohs 11. Sclafani AP, Fozo M. Rhombic flaps. Tersedia di: diunduh tanggal 9 Desember Robinson JK. Excisional surgery and repair, including flaps and grafts. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw Hill; 2008.h Kirkham N. Tumors and cysts of the epidermis. Dalam: Elder DE, Elenitas R, Johnson BL, Murphy, GF, penyunting. Lever s histopathology of the skin. Edisi ke-9. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; h Jackson IT. Problem and solutions. Chapter 10. Local flaps in head and neck. Edisi ke-2. Misoli: Quality medical publishing; 2007.h S
BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati), dapat menyusup ke jaringan sekitar, dan dapat
Lebih terperinciKanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Kulit Kanker kulit merupakan kanker yang umum terjadi. Tingkat insidensi kanker kulit di seluruh dunia telah meningkat pesat. Meskipun tingkat insidensi di Hong Kong jauh lebih rendah daripada negara-negara
Lebih terperinciMODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS
MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,
Lebih terperinciKARSINOMA SEL BASAL. Dr. Donna Partogi, SpKK NIP
KARSINOMA SEL BASAL Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 KARSINOMA SEL BASAL Pendahuluan Karsinoma sel
Lebih terperinciSATU KASUS BASOSQUAMOUS (METATYPICAL) CARCINOMA YANG JARANG
Laporan Kasus SATU KASUS BASOSQUAMOUS (METATYPICAL) CARCINOMA YANG JARANG Ennesta Asri, Sri Lestari Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Andalas Padang / RS dr. M. Djamil, Padang
Lebih terperinciTUMOR KULIT GANAS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF.DR. R.D. KANDOU MANADO
Artikel asli TUMOR KULIT GANAS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF.DR. R.D. KANDOU MANADO Danny Gunawan, Linda V Wijaya, Elly E. Ch. Oroh Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas
Lebih terperinciPENYAKIT DARIER PADA ANAK
PENYAKIT DARIER PADA ANAK dr. Imam Budi Putra, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK M E D A N PENYAKIT DARIER PADA ANAK Pendahuluan
Lebih terperinciFORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum
: : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan Giant Condyloma Acuminatum Tanggal kegiatan : 23 Maret 2010 : GCA merupakan proliferasi jinak berukuran besar pada kulit dan mukosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fibrosarkoma atau fibroblastic sarcoma 1,2,3 atau malignant mesenchymal tumor 1,4 adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel mesenkim, yang terdiri dari sel-sel
Lebih terperinciLAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,
Lebih terperinciPTIRIASIS VERSIKOLOR
Case Report Session PTIRIASIS VERSIKOLOR Oleh: Fitria Ramanda 0910312137 Miftahul Jannah Afdhal 1010312064 Preseptor: dr. Sri Lestari, Sp. KK (K), FAADV, FINSDV BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat
Lebih terperinciKARSINOMA SEL SKUAMOSA
KARSINOMA SEL SKUAMOSA Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 KARSINOMA SEL SKUAMOSA PENDAHULUAN Karsinoma
Lebih terperinciBAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal
BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,
Lebih terperinciTEHNIK EKSISI. Dr. Donna Partogi, SpKK NIP
TEHNIK EKSISI Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 TEHNIK EKSISI PENDAHULUAN Bedah eksisi adalah salah
Lebih terperinciBiopsi payudara (breast biopsy)
Biopsi payudara (breast biopsy) Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel kanker atau bukan kanker.
Lebih terperinciModul 1 BIOPSI INSISIONAL DAN EKSISIONAL ( NO.ICOPIM : 1-501,502,599 )
Modul 1 Bedah Onkologi BIOPSI INSISIONAL DAN EKSISIONAL ( NO.ICOPIM : 1-501,502,599 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang tujuan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60 % tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring,
Lebih terperinciBiopsi dalam Bidang Dermatologi
TINJAUAN PUSTAKA Biopsi dalam Bidang Dermatologi Bagian Kulit Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Abstrak Biopsi adalah mengambil sepotong jaringan hidup dan memeriksa secara mikroskopis.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit. tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan kulit (Weedon et. al., 2010). Karsinoma sel basal terutama terdapat
Lebih terperinciModul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)
Modul 34 Bedah Digestif EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik
Lebih terperinciSusunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Susunan Peneliti Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring b. Pangkat/Gol/NIP : --------------- c. Jabatan Fungsional : ----- d. Fakultas : Kedokteran e. Perguruan Tinggi : Pembimbing
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.
ABSTRAK Karsinoma sel skuamosa rongga mulut merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng dan menunjukkan gambaran morfologi yang sama dengan karsinoma sel skuamosa di bagian tubuh lain.
Lebih terperinciSIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan
Lebih terperinciLaporan Operasi Tonsilektomi
Laporan Operasi Tonsilektomi Oleh: Ahmad Riza Faisal Herze 1110103000034 Pembimbing: dr. Heditya Damayanti, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK THT RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012 Fajri Lirauka, 2015. Pembimbing : dr. Laella Kinghua Liana, Sp.PA, M.Kes.
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor
LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kelompok tumor ganas kulit yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kelompok tumor ganas kulit yang ditandai dengan adanya sel-sel basaloid (sel germinatif) yang tersusun dalam bentuk lobulus,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,
Lebih terperinciFORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test
: : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A Preliminary Study of Histamine Skin Test : anti histamine oral akan menekan respon kulit pada uji tusuk kulit (UTK). Dimenhidrinat, yang
Lebih terperinciKULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK
Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinciLaporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB. dr. Cut Putri Hazlianda
Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB dr. Cut Putri Hazlianda DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN USU
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN KANKER KULIT
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KULIT A. PENGERTIAN Kanker kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT 1. Anatomi dan Fisiologi kulit Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010
Lebih terperinciLaporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder
Laporan Kasus Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder Martin Leman, Zubaedah Thabrany, Yulino Amrie RS Paru Dr. M. Goenawan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan
Lebih terperinciTEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT
TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun Oleh: dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K), FINSDV SISTEM
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Akurasi Transbronchial Needle Aspiration dalam tindakan Bronkoskopi dengan dalam membantu menegakkan stadium kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciTujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.
A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat
Lebih terperinciSKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP
SKIN GRAFT Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP.132 308 599 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 1 PENDAHULUAN Kulit menutupi seluruh permukaan
Lebih terperinciMODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT
TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak dari yang seharusnya dan seringkali akan membuat tonjolan massa.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien
BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal
Lebih terperinciABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009
ABSTRAK Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 Fifi, 2010. Pembimbing I: Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes Pembimbing II: Evi Yuniawati,
Lebih terperinciTEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :
TEAM BASED LEARNING MODUL Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. DR. Dr. Anis Irawan, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV DR. dr. Farida Tabri, Sp.KK (K). FINSDV SISTEM
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 Oleh: WULAN MELANI 090100114 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 HALAMAN PERSETUJUAN Proposal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum merupakan penyakit yang mengerikan. Banyak orang yang merasa putus harapan dengan kehidupannya setelah terdiagnosis
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciLAPORAN JAGA 24 Maret 2013
LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013
Lebih terperinciSUBTERRANEAN DISSECTION PADA NEUROFIBROMA YANG TERDAPAT DI BIBIR BAWAH SISI KANAN PADA SEORANG PASIEN NEUROFIBROMATOSIS TIPE 1
Laporan Kasus SUBTERRANEAN DISSECTION PADA NEUROFIBROMA YANG TERDAPAT DI BIBIR BAWAH SISI KANAN PADA SEORANG PASIEN NEUROFIBROMATOSIS TIPE 1 Sri Lestari, Taufik Hidayat, Henry Tanojo, Lawrence Field *
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kulit merupakan organ tubuh tunggal yang terbesar, yaitu persen dari total
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dari tubuh manusia. Kulit merupakan organ tubuh tunggal yang terbesar, yaitu 15-20 persen dari total berat badan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Christone Yehezkiel P, 2013 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II :
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK (INFORMATION FOR CONSENT) Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Nama saya dr. Dian Prastuty. PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting
Lebih terperinciPENGKAJIAN PNC. kelami
PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher
Lebih terperinciCARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).
Lebih terperinciMAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009
ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 Ervina, 2011 Pembimbing I : dr. July Ivone, MKK, Mpd Ked Pembimbing II : dr. Sri Nadya Saanin M.Kes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering kedelapan di seluruh dunia. Insiden penyakit ini memiliki variasi pada wilayah dan ras yang
Lebih terperinciModul 25 EKSISI LUAS KANKER KULIT (KEPALA LEHER) (ICOPIM 5-899)
Modul 25 Bedah KL EKSISI LUAS KANKER KULIT (KEPALA LEHER) (ICOPIM 5-899) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, histologi,
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Urologi VASEKTOMI (No. ICOPIM: 5-636) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT 1. Anatomi dan Fisiologi kulit Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat menyerang siapa saja. Kanker muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari selsel jaringan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik
Lebih terperinciPenyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15
Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.
Lebih terperinciLAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR
LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciNaskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian
53 LAMPIRAN 1 Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/ i. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, saya dr. Wan Tisya Muhaira yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter
Lebih terperinciModul 16 EKSISI TELEANGIEKTASIS (ICOPIM 5-387)
Modul 16 Bedah TKV EKSISI TELEANGIEKTASIS (ICOPIM 5-387) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari pembuluh darah, menegakkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014
ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciM/ WITA/ P4A0
RESUME 1.Ny. E/35 tahun/mrs 7 Juni 2015 jam 05.15 WITA/ G 3 P 2 A 0 Aterm Inpartu Kala I Fase Aktif, PER 2.Ny. M/17 tahun/mrs 6 Juni 2015 jam 15.30 WITA/ G 1 P 0 A 0 gravid 40 minggu, janin tunggal hidup,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE
KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE 2010-2012 Oleh : NATHANIA VICKI RIANA 100100066 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini jumlah penderita kanker di seluruh dunia semakin meningkat. Dari kasus kanker baru yang jumlahnya diperkirakan sembilan juta setiap tahun lebih dari setengahnya
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,
Lebih terperinci