POLIMERISASI EMULSI ETIL AKRILAT: PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN, INISIATOR DAN TEKNIK POLIMERISASI TERHADAP DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLIMERISASI EMULSI ETIL AKRILAT: PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN, INISIATOR DAN TEKNIK POLIMERISASI TERHADAP DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL"

Transkripsi

1 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: POLIMERISASI EMULSI ETIL AKRILAT: PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN, INISIATOR DAN TEKNIK POLIMERISASI TERHADAP DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL Helmiyati *), Emil Budianto, dan Nitri Arinda Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *) Abstrak Polimerisasi emulsi telah dilakukan terhadap monomer etil akrilat. Diamati pengaruh konsentrasi sodium lauril sulfat (SLS), konsentrasi amonium persulfat (APS), variasi teknik polimerisasi terhadap kandungan padatan, ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel. Penelitian ini bertujuan untuk optimasi homopolimer etil akrilat dengan ukuran diameter partikel sekitar 100 nm, distribusi ukuran partikel yang monodisperse dan nilai kandungan padatan percobaan mendekati nilai kandungan padatan teoritis. Kondisi optimum tersebut nantinya dapat digunakan dalam pembuatan shell pada polimer emulsi core-shell. Hasil penelitian menunjukkan pada teknik semikontinu diperoleh konsentrasi sodium lauril sulfat optimum pada 20 CMC (critical micelle concentration) dan konsentrasi amonium persulfat 3%. Teknik batch menghasilkan ukuran diameter partikel yang paling besar 123 nm dengan persen konversi yang tinggi 95,8% dan monodisperse. Waktu feeding semakin pendek semakin banyak monomer etil akrilat yang terpolimerisasi ditunjukkan dengan persen konversi yang tinggi yaitu 94,4% dan didapatkan ukuran diameter partikel 107,9 nm. Abstract Emulsion Polymerization of Etyl Acrylate: The Effect of Surfactant, Initiator Concentration and Polymerization Technique on Particle Size Distribution. Emulsion polymerization was conducted using ethyl acrylate monomer. The effect of sodium lauryl sulfate concentration, ammonium persulfate concentration, the various of polymerization techniques and feeding time to the conversion, particle size and its distribution were observed. The purpose of this research is to obtain the optimum condition of ethyl acrylate homopolymer with particle size around 100 nm, to get the particle size distribution monodisperse and to get solid content value of the experiment closed to its theoretical value. The optimum condition then could be applied in shell polymerization of core-shell polymers. The results of the research showed that semicontinuous technique obtained optimum sodium lauryl sulfate concentration at 20 CMC (critical micelle concentration) and ammonium persulfate concentration is 3%. By using batch technique that the biggest particle size is 123 nm with conversion 95.8% and monodisperse. The shorter of feeding time the more monomer of ethyl acrylate being polymerized, it is showed by the higher conversion up to 94.4% and the bigger particle size is nm. Keywords: emulsion polymerization, feeding time, ethyl acrylate, sodium lauryl sulfate, ammonium persulfate, particle size and core-shell 1. Pendahuluan Salah satu jenis polimer sintetik yang banyak dikembangkan saat ini adalah polimer emulsi. Proses polimerisasi ini memerlukan air sebagai media serta surfaktan yang berfungsi sebagai penghasil misel untuk tempat nukleasi dan penstabil partikel polimer [1, 2]. Ada tiga bentuk struktur polimer emulsi yaitu raspberry, core-shell dan struktur acorn. Polimer coreshell banyak dikembangkan untuk aplikasi coating karena mempunyai sifat proteksi yang lebih stabil. Jenis polimer yang biasanya digunakan adalah polimer akrilik karena punya daya tahan, toughness, dan kestabilan UV yang kuat. Hal ini terbukti dari penelitian yang telah dilakukan oleh Baumstark et al. [3], menyatakan bahwa sifat polimer akrilat berupa core-shell dapat 59

2 60 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: memberikan daya tahan, kestabilan, kekuatan adhesi, ketahanan terhadap air, dan elastisitas yang baik untuk coating kayu eksterior. Polimer emulsi core-shell dapat menghasilkan efek warna seperti yang dapat diamati pada warna sayap kupu-kupu, dan batuan opal alami. Untuk menghasilkan suatu material berwarna maka struktur polimer coreshell harus berada pada ukuran diameter partikel nm, karena sesuai dengan panjang gelombang refleksi sinar tampak. Ruhl et al. [4], telah melakukan polimerisasi core-shell stirena dengan etil akrilat dan menghasilkan efek warna pada injeksi molding. Sherman et al. [5], melakukan polimerisasi core-shell stirena dan metil metakrilat menghasilkan ukuran diameter partikel yang monodisperse dengan menggunakan teknik seeding semikontinu. Snuparek et al. [6], menjelaskan bahwa kepolaran monomer, jenis dan konsentrasi surfaktan, inisiator dan waktu polimerisasi sangat mempengaruhi ukuran diameter partikel yang terbentuk. Bhawal et al. [7], melakukan polimerisasi etil akrilat dengan metil metakrilat yang menghasilkan laju polimerisasi semakin cepat pada konsentrasi inisiator yang semakin besar. Jia et al. [8], menyatakan bahwa laju polimerisasi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi surfaktan dan inisiator. Ayu, M. [9] di Departemen Kimia UI melakukan polimerisasi dengan melihat pengaruh panjang rantai surfaktan terhadap ukuran diameter partikel polimer yang terbentuk. Semakin panjang rantai surfaktan maka ukuran diameter partikel polimer emulsi semakin besar. Salah satu syarat monomer untuk dapat dijadikan polimer core-shell adalah mempunyai perbedaan nilai Tg (Temperatur glass) dan indeks refraksi yang besar. Untuk aplikasi coating, core yang digunakan mempunyai Tg yang besar dan untuk shell digunakan polimer dengan Tg rendah. Salah satu polimer dengan Tg rendah adalah poli etil akrilat dengan nilai Tg = - 22 o C yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang telah dilakukan oleh Oktavia, E. [10] dimana polimer core-shell yang terbentuk menghasilkan efek warna tapi kandungan padatan rendah. Penelitian ini dibatasi untuk mencari optimasi homopolimer etil akrilat yang mana homopolimer tersebut nantinya dapat digunakan sebagai shell. 2. Metode Penelitian Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan adalah etil akrilat (PT. Indochemical), sodium lauryl sulfate (PT Sentra Kimia), ammnium persulfate (PT. Clariant), natrium hidroksida (PT. Clariant), dan air demineral. Alat yang digunakan adalah seperangkat reaktor mini beserta asesorisnya (IKA stirring dan stainless steel anchor), glass vessel berkapasitas 2 kg, stopwatch, Tabel 1. Contoh Formula (dalam gram) Teknik Polimerisasi Semikontinu Seeding Initial charge - Air Butil akrilat 0 13,72 - SLS 26,4 26,4 - APS 0 0,137 Stream 1 - Air - APS Stream 2 - Air - Butil akrilat - SLS - NaOH 12 4, ,2 17,6 0,2 12 1, ,2 17,6 0,2 Batch , , ,2 17,6 0,2 termometer, dan magnetik stirrer untuk menjaga preemulsi tidak terpisah sebelum dilakukan feeding. Pengujian dan karakterisasi menggunakan oven, Malvern Zeta Nano Particle Analyzer Nano Series (Nano S), DSC Mettler Toledo Star, FTIR Shimadzu IR PRESTIGE 21 ATR, dan viskometer Brookfield RVT. Eksperimen. Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah melihat pengaruh konsentrasi surfaktan, dengan membuat variasi konsentrasi surfaktan SLS (0.5 CMC, 2 CMC, 5 CMC, 10 CMC dan 20 CMC), pada tahap pertama ini proses polimerisasi menggunakan teknik semikontinu dengan waktu feeding 5 jam. Kemudian melihat pengaruh konsentrasi inisiator, dengan membuat variasi inisiator APS (1%, 2% dan 3% dari berat monomer). Selanjutnya dilakukan variasi waktu feeding 3 jam, dan waktu feeding 5 jam. Tahap terakhir adalah dengan menggunakan formula optimum yang diperoleh dari optimasi konsentrasi surfaktan dan inisiator, dilakukan variasi teknik polimerisasi yaitu, semikontinu, seeding dan batch. Contoh Formula polimerisasi untuk ketiga teknik polimerisasi dapat dilihat pada Tabel 1. Kandungan padatan teoritis yang digunakan pada penelitian ini berada pada range 19,92% sampai dengan 25,95%. 3. Hasil dan Pembahasan Pengaruh Konsentrasi Surfaktan dan Inisiator Terhadap Persen Konversi. Pada Gambar 1, terlihat bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan maka persen konversi semakin besar, hal ini disebabkan karena konsentrasi surfaktan berpengaruh terhadap

3 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: pembentukan misel. Konsentrasi surfaktan semakin besar, misel yang terbentuk semakin banyak, sehingga polimerisasi bisa berlangsung di dalam misel, sehingga polimer emulsi yang dihasilkan akan stabil. Pada konsentrasi SLS 0,5 CMC dengan konsentrasi inisiator APS 1% diperoleh persen konversi yang paling rendah, hal ini disebabkan pada konsentrasi SLS 0,5 CMC, misel belum terbentuk, SLS hanya mengelilingi partikel polimer, sehingga polimer menjadi tidak stabil, akibatnya banyak endapan atau grit yang terbentuk, sehingga menyebabkan persen konversi menjadi lebih kecil. Pada Gambar 1, juga terlihat bahwa persen konversi akan naik dengan naiknya konsentrasi inisiator dan memperlihatkan tren yang sama, baik pada konsentrasi APS 1% maupun 3%. Hal ini disebabkan, apabila konsentrasi APS basar, radikal bebas yang dihasilkan akan banyak, sehingga laju polimerisasi akan cepat. Dari berbagai variasi konsentrasi surfaktan dan inisiator yang dilakukan, maka diperoleh kondisi optimum polimer emulsi poli-etil akrilat yang dihasilkan pada konsentrasi surfaktan SLS 20 CMC dan konsentrasi inisiator APS 3%. Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi SLS terhadap Ukuran Partikel Pengaruh Konsentrasi Surfaktan terhadap Ukuran Diameter Partikel. Pada Gambar 2, dapat dilihat pengaruh konsentrasi surfaktan terhadap ukuran diameter partikel, konsentrasi surfaktan semakin besar ukuran diameter partikel yang didapatkan semakin kecil, hal ini disebabkan diameter partikel sangat dipengaruhi oleh konsentrasi surfaktan yang digunakan. Semakin besar konsentrasi surfaktan maka semakin banyak misel yang terbentuk, sehingga ukuran diameter partikel polimer yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Distribusi ukuran partikel suatu polimer dapat dilihat dari nilai PDI (Polydispersity Index), apabila polimer emulsi yang dihasilkan mempunyai nilai PDI yang rendah maka bersifat monomodal (monodisperse), sedangkan jika nilai PDI tinggi maka bersifat polimodal (polidisperse) [11]. Nilai PDI dari polimer emulsi berbagai konsentrasi surfaktan SLS, diperoleh menggunakan alat particle size analyzer (PSA), dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 1. Pengaruh Konsentrasi Surfaktan dan Inisiator terhadap Persen Konversi Pengaruh Konsentrasi Inisiator terhadap Persen Konversi dan Ukuran Partikel. Inisiator berpengaruh terhadap radikal yang terbentuk, semakin besar konsentrasi inisiator maka radikal yang terbentuk semakin banyak. Pengaruh konsentrasi inisiator terhadap persen konversi dan ukuran diameter partikel dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 2. Nilai PDI pada Berbagai Konsentrasi SLS Konsentrasi SLS (CMC) PDI APS 1% APS 3% 0,5 0,134-2,0 0,216-5,0 0,130 0,156 10,0 0,090 0,142 20,0 0,155 0,105

4 62 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: yang besar dan distribusi ukuran partikel yang monomodal. Akan tetapi berdasarkan hasil pada Gambar 4, didapatkan pada teknik semikontinu dengan feeding 3 jam diperoleh distribusi ukuran partikel yang bimodal, terlihat ada dua ukuran diameter partikel yaitu 107,5 nm dan 280,6 nm. Hal ini mungkin disebabkan, dengan feeding 3 jam waktu feeding untuk inisiator dan monomer lebih cepat, dibanding feeding 5 jam, sehingga proses polimerisasi untuk feeding 3 jam berlangsung cepat, dimana akan memicu nukleasi homogen, sehingga terjadi pembentukan inti sekunder dari butil akrilat. Akibatnya distribusi ukuran partikel menjadi tidak merata dan didapatkan nilai PDI dari polimer besar, yaitu 0,259 (Tabel 3). Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Inisiator terhadap Persen Konversi dan Ukuran Partikel Konsentrasi inisiator meningkat, radikal yang terbentuk semakin banyak, maka tumbukan radikal inisiator dengan monomer semakin cepat, sehingga oligomeroligomer yang terjadi akan lebih cepat masuk ke dalam misel, dan terjadi polimerisasi dengan sempurna yang menyebabkan persen konversi meningkat. Terlihat pada konsentrasi inisiator APS 3%, didapatkan persen konversi paling tinggi. Kalau dilihat pengaruh konsentrasi inisiator terhadap ukuran diameter partikel, konsentrasi inisiator meningkat ukuran partikel juga naik. Hal ini disebabkan, teknik yang digunakan pada pembuatan polimer emulsi etil akrilat pada penelitian ini adalah semikontinu dengan feeding 5 jam, inisiator dan monomer selalu tersedia, maka radikal akan selalu bertumbukan dengan monomer dan akan memperpanjang tahap propagasi, sehingga ukuran diameter partikel yang diperoleh semakin besar. Dilihat dari hasil persen konversi polimerisasi emulsi etil akrilat yang didapatkan sudah mendekati 100%, yang berarti reaksi polimerisasi sudah mendekati sempurna. Akan tetapi ukuran diameter partikel yang dihasilkan masih kecil, tahap selanjutnya dicoba melakukan variasi teknik polimerisasi. Pada teknik batch menghasilkan persen konversi yang tinggi yaitu 95,8% dan ukuran diameter partikel yang besar yaitu 123 nm, akan tetapi nilai PDI juga cukup besar 0,232 (Tabel 3), tapi masih monomodal. Hal ini disebabkan pada teknik batch, semua monomer, surfaktan dan inisiator dicampur pada awal reaksi, sehingga monomer langsung dengan mudah bertumbukan dengan radikal inisiator, sehingga proses polimerisasi berlangsung cepat. Akan tetapi kekurangan pada teknik batch adalah reaksi bersifat eksoterm. Pada teknik seeding, sebagian monomer dan inisiator dicampurkan pada awal reaksi untuk membentuk seed polimer. Sisa inisiator dan monomer ditambahkan secara konstan selama 1 jam. Pada teknik ini diperoleh persen konversi tidak terlalu besar dan juga ukuran diameter partikel yang kecil. Hal ini mungkin disebabkan waktu feeding yang terlalu pendek, sehingga tahap propagasi tidak berlangsung lama, dan memicu untuk terjadi tahap terminasi. Hasil nilai PDI untuk variasi teknik polimerisasi, dapat dilihat pada Tabel 3. Karakterisasi menggunakan IR dan DSC. Salah satu bukti terjadinya polimerisasi dari monomer etil akrilat menjadi poli-etil akrilat dapat dilihat dari spektrum IR (Gambar 6). Pengaruh Teknik Polimerisasi. Variasi teknik polimerisasi yang dilakukan adalah teknik batch, seeding, semikontinu dengan feeding 5 jam dan semikontinu dengan feeding 3 jam. Pada Gambar 4, dapat dilihat, bahwa pada teknik Semikontinu dengan waktu feeding 3 jam mempunyai persen konversi (94,4%), yang mana lebih besar dibandingkan dengan waktu feeding 5 jam. (90%). Hal itu disebabkan karena waktu feeding yang cepat membuat laju polimerisasi semakin cepat sehingga jumlah monomer yang terpolimerisasi juga semakin banyak. Kalau dilihat dari ukuran diameter partikel, secara teoritis pada teknik semikontinu akan dihasilkan ukuran diameter partikel

5 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: Tabel 3. Nilai PDI pada Berbagai Teknik Polimerisasi Variasi teknik PDI Semikontinu feeding 5 jam 0,105 Semikontinu feeding 3 jam 0,259 Batch 0,232 Seeding 0,121 Gambar 4. Hubungan Persen Konversi dan Ukuran Partikel terhadap Teknik Polimerisasi Gambar 6. Spektrum IR Poli-etil Akrilat

6 64 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: Pada Gambar 6, dapat diamati spektrum IR dari polimer poli-etil akrilat terjadi perubahan bilangan gelombang C=C menjadi ikatan tunggal C-C yang menyebabkan terjadinya pergeseran bilangan gelombang dari gugus karbonil ke arah bilangan gelombang yang lebih besar, karena terbentuk poli-etil akrilat, yang menyebabkan terjadinya kenaikan energi untuk melakukan stretching ikatan C=O. Bilangan gelombang C=O dari monomer etil akrilat adalah 1730 cm -1, pada data poli-etil akrilat pada Gambar 6 terlihat menjadi 1735,62 cm -1, yang berarti terjadi pergeseran panjang gelombang menjadi lebih besar [12]. Pada Gambar 7, dapat dilihat nilai suhu transisi gelas (Tg) dari polimer yang terbentuk, terlihat bahwa nilai Tg yang diperoleh sebesar -10,56 o C atau 262,44 K, dari data teoritis diketahui nilai Tg homopolimer etil akrilat adalah 251 K sampai dengan 248 K [13]. Nilai Tg yang didapatkan dari eksperimen ini, telah mendekati nilai teoritis. Data Tg dari DSC ini mendukung, bahwa telah terjadi polimerisasi poli-etil akrilat. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh pada sintesis homopolimer etil akrilat, didapati bahwa konsentrasi surfaktan SLS naik, persen konversi yang didapatkan semakin naik, sedangkan ukuran diameter partikel yang dihasilkan semakin kecil. Konsentrasi optimum polimer Gambar 7. Hasil DSC Poli-etil Akrilat emulsi yang didapatkan pada konsentrasi SLS 20 CMC dan APS 3%. Pada variasi teknik polimerisasi, didapatkan pada teknik semikontinu, semakin pendek waktu feeding maka semakin banyak monomer yang terpolimerisasi dengan persen konversi 94,4% dan didapatkan ukuran diameter partikel yang besar yaitu 107,9 nm, tetapi distribusi ukuran partikel bimodal. Teknik batch menghasilkan ukuran diameter partikel yang paling besar yaitu 123 nm dengan persen konversi 95,8%, dan monodisperse. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Departemen Kimia FMIPA UI, P.T Clariant Indonesia, dan Sentra Teknologi Polimer BATAN. Daftar Acuan [1] M. Kotelyanskii, D. Theodorou, Simulation Methods for Polymer, Marcel Decker, New York, 2004, p [2] M. Steven, Kimia Polimer, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2001, p [3] R. Baumstark, F. Tiarks, Studies For a New Generation of Acrylic Binders for Exterior Wood Coatings. Macromolecul. Symp., p [4] T. Ruhl, P. G. P. Spahn, Macromol. Chem. Phys. 205 (2004)

7 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: [5] Sherman Jr., W. Ford, Ind. Eng. Chem. Res., 44 (23), [6] J. Snuparek, Z. Kleckova, J. Appl. Polym. Sci. 29 (1984) [7] S. Bhawal, D. Dhoble, S. Devi. J.Appl.Polym. Sci. 90 (2003) [8] G. Jia, Y. Xu, N. Tan. Iranian Polym. J., 15/12 (2006) [9] E. M. Ayu, Tesis Magister, Ilmu Kimia FMIPA, Universitas Indonesia, Indonesia, [10] E. Oktavia, Tesis Magister, Departemen Kimia FMIPA, Universitas Indonesia, Indonesia, [11] Anon., Instruction Manual Malvern Zeta Sizer, Biotech, Germany, 2005, p [12] M. Schneider, C. Graillat, A. Guyol, T.F. Mckenna. J. Appl. Polym. Sci. 84 (2002) [13] J. Brandrup, E. H. Immergut (eds). Polymer Handbook, 3rd ed., John Willey & Sons, New York, 1989, p. 369.

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit molekul sederhana yang tersusun secara berulang. Polimer ditemukan pada sekitar tahun 1920-an.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI INISIATOR DAN TEKNIK POLIMERISASI TERHADAP UKURAN PARTIKEL PADA KOPOLIMERISASI EMULSI STIRENA-BUTIL AKRILAT-METIL METAKRILAT

PENGARUH VARIASI INISIATOR DAN TEKNIK POLIMERISASI TERHADAP UKURAN PARTIKEL PADA KOPOLIMERISASI EMULSI STIRENA-BUTIL AKRILAT-METIL METAKRILAT MAKARA, SAINS, VOLUME 12, NO. 2, NOVEMBER 28: 61-68 61 PENGARUH VARIASI INISIATOR DAN TEKNIK POLIMERISASI TERHADAP UKURAN PARTIKEL PADA KOPOLIMERISASI EMULSI STIRENA-BUTIL AKRILAT-METIL METAKRILAT Emil

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK POLIMERISASI EMULSI TERHADAP UKURAN PARTIKEL KOPOLI(STIRENA/BUTIL AKRILAT/METIL METAKRILAT)

PENGARUH TEKNIK POLIMERISASI EMULSI TERHADAP UKURAN PARTIKEL KOPOLI(STIRENA/BUTIL AKRILAT/METIL METAKRILAT) MAKARA, SAINS, VOLUME 12, NO. 1, APRIL 2008: 15-22 15 PENGARUH TEKNIK POLIMERISASI EMULSI TERHADAP UKURAN PARTIKEL KOPOLI(STIRENA/BUTIL AKRILAT/METIL METAKRILAT) Emil Budianto, Noverra Mardhatillah Nizardo,

Lebih terperinci

KURNIA SYAH PUTRI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA DEPOK

KURNIA SYAH PUTRI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA DEPOK STUDI PTIMASI PLIMERISASI METIL METAKRILAT: PENGARUH VARIASI KNSENTRASI INISIATR AMNIUM PERSULFAT, MNMER METIL METAKRILAT DAN SURFAKTAN NATRIUM LAURIL SULFAT TERHADAP UKURAN DAN DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN, INISIATOR DAN MONOMER TERHADAP UKURAN PARTIKEL PADA POLIMERISASI STIRENA JANTI OCTAVIA

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN, INISIATOR DAN MONOMER TERHADAP UKURAN PARTIKEL PADA POLIMERISASI STIRENA JANTI OCTAVIA PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN, INISIATOR DAN MONOMER TERHADAP UKURAN PARTIKEL PADA POLIMERISASI STIRENA JANTI OCTAVIA 0304030251 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN Sodium Lauryl Sulfate (SLS), INISIATOR Ammonium Peroxodisulfate (APS) DAN TEKNIK POLIMERISASI

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN Sodium Lauryl Sulfate (SLS), INISIATOR Ammonium Peroxodisulfate (APS) DAN TEKNIK POLIMERISASI PENGARUH KNSENTRASI SURFAKTAN Sodium Lauryl Sulfate (SLS), INISIATR Ammonium Peroxodisulfate (APS) DAN TEKNIK PLIMERISASI TERHADAP UKURAN DAN DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL PADA HMPLIMERISASI BUTIL AKRILAT

Lebih terperinci

STUDI AWAL POLIMERISASI OPAL STIRENA-BUTILAKRILAT BERUKURAN SERAGAM SECARA NANOTEKNOLOGI

STUDI AWAL POLIMERISASI OPAL STIRENA-BUTILAKRILAT BERUKURAN SERAGAM SECARA NANOTEKNOLOGI STUDI AWAL POLIMERISASI OPAL STIRENA-BUTILAKRILAT BERUKURAN SERAGAM SECARA NANOTEKNOLOGI Evi Oktavia 1, Nurudin Budiman 2, Emil Budianto 3 1 Balai Besar Pulp dan Kertas, Bandung 2 PT Clariant, Tangerang

Lebih terperinci

CITRA ANDIKA PUTRI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA DEPOK 2008

CITRA ANDIKA PUTRI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA DEPOK 2008 STUDI POLIMERISASI CORE Stirena DENGAN TEKNIK SEEDING : PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN SLS DAN KONSENTRASI MONOMER Stirena PADA SEEDING TERHADAP DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL CITRA ANDIKA PUTRI 0304030138

Lebih terperinci

DESTYA ENGGRIT KUSUMO Y DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

DESTYA ENGGRIT KUSUMO Y DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK PLIMERISASI CRE-SHELL METIL METAKRILAT-BUTIL AKRILAT: PENGARUH PENGIKAT SILANG, SUHU PLIMERISASI DAN KNSENTRASI MNMER TERHADAP DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL DESTYA ENGGRIT KUSUM 030503702Y DEPARTEMEN KIMIA

Lebih terperinci

POLIMERISASI CORE-SHELL METIL METAKRILAT-BUTIL AKRILAT: PENGARUH VARIASI PENGIKAT SILANG GLISIDIL METAKRILAT

POLIMERISASI CORE-SHELL METIL METAKRILAT-BUTIL AKRILAT: PENGARUH VARIASI PENGIKAT SILANG GLISIDIL METAKRILAT PLIMERISASI CRE-SHELL METIL METAKRILAT-BUTIL AKRILAT: PENGARUH VARIASI PENGIKAT SILANG GLISIDIL METAKRILAT DAN TEKNIK PLIMERISASI TERHADAP UKURAN PARTIKEL DAN INDEKS PLIDISPERSITAS INDAH SUSWANTI 0304030243

Lebih terperinci

STunI AWAL POLIMERISASI OPAL STIRENA-BUTILAKRILAT BERUKURAN SERAGAM SECARA NANOTEKNOLOGI

STunI AWAL POLIMERISASI OPAL STIRENA-BUTILAKRILAT BERUKURAN SERAGAM SECARA NANOTEKNOLOGI STunI AWAL POLIMERISASI OPAL STIRENA-BUTILAKRILAT BERUKURAN SERAGAM SECARA NANOTEKNOLOGI Evi Oktavla', Nurudin Budtman', Emil Budianto'' I Balai Besar Pulp dan Kertas, Bandung 2 PT Clariant, Tangerang

Lebih terperinci

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA MEMPELAJARI PENGARUH JENIS INISIATOR, JENIS SURFAKTAN DAN WAKTU FEEDING MONOMER TERHADAP KINERJA PRESSURE SENSITIVE ADHESIVE BERBASIS AIR TESIS SUDARMAJI 1006733266 FAKULTAS METEMATIKA

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN

PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN Oleh Netty Kamal Interpenetrating Polymer Network (IPN) adalah polimer campuran yang unik, dimana jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

POLIMERISASI o-toluidin DALAM FASA AQUEOUS DAN PENGEMBANGANNYA UNTUK MEMBUAT FILM POLI-o-TOLUIDIN SECARA in situ

POLIMERISASI o-toluidin DALAM FASA AQUEOUS DAN PENGEMBANGANNYA UNTUK MEMBUAT FILM POLI-o-TOLUIDIN SECARA in situ MAKARA, SAINS, VOL. 9, NO. 1, APRIL 2006: 47-52 POLIMERISASI o-toluidin DALAM FASA AQUEOUS DAN PENGEMBANGANNYA UNTUK MEMBUAT FILM POLI-o-TOLUIDIN SECARA in situ Endang Asijati W. 1, Dieky Susanto, Theofilus

Lebih terperinci

SINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL

SINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 SINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL Sari Meiwika Sulistyoningsih dan Lukman Atmaja Kimia,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pembangunan sektor industri di Indonesia sedang mengalami peningkatan, salah satunya pada sub sektor industri kimia. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat bahwa ketergantungan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMBUATAN POLIMETIL METAKRILAT (PMMA)

PENELITIAN PEMBUATAN POLIMETIL METAKRILAT (PMMA) PENELITIAN PEMBUATAN POLIMETIL METAKRILAT (PMMA) Dwi Wahyuni, Sri Rukmini Dew: Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan ABSTRACT The poly methyl methacrylate (PMMA) research has been excecuted.. Methyl

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Polistirena bekas merupakan bahan polimer sintetis yang banyak digunakan terutama yang dalam bentuk stereoform, polistirena sendiri tidak dapat dengan mudah direcycle

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA POLIMERISASI BULK STIRENA: PENGARUH VARIASI DAN KOMPOSISI INISIATOR REDOKS SERTA TEMPERATUR TERHADAP PERSEN KONVERSI DAN BERAT MOLEKUL RATA-RATA SKRIPSI STEFFANY 0606069344 FAKULTAS

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat. Pengaruh Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Logam Besi (), Tembaga (), Dan kel () Dengan Flotasi Ozon Eva Fathul Karamah, Setijo Bismo Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat

Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-31 Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat Muchammad Izzuddin Jundullah Hanafi dan

Lebih terperinci

Universitas Jember Oktober 2013

Universitas Jember Oktober 2013 ABSTRACT and EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI OPTIMALISASI PREPARASI SUPERABSORBENT DARI UMBI ILES-ILES UNTUK PEMBENAH TANAH DAN PEMBAWA PUPUK LEPAS KENDALI Tahun ke 1 dari rencana

Lebih terperinci

JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan

JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan Vol. 01, No. 02, Nov 2017 e-issn: 2579-7603 JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan Situs Jurnal: www. jurnal.stikna.ac.id PEMBUATAN LATEKS POLISTIRENA MENGGUNAKAN PENGEMULSI AMONIUM

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan pada pembuatan skin lotion meliputi polietilen glikol monooleat (HLB12,2), polietilen glikol dioleat (HLB 8,9), sorbitan monooleat

Lebih terperinci

PEMBUATAN POLIMER LATEKS EMULSI UNTUK PENINGKATAN CBR TANAH SUB-GRADE PADA KONSTRUKSI JALAN

PEMBUATAN POLIMER LATEKS EMULSI UNTUK PENINGKATAN CBR TANAH SUB-GRADE PADA KONSTRUKSI JALAN MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 8, NO. 2, AGUSTUS 2004: 55-60 55 PEMBUATAN POLIMER LATEKS EMULSI UNTUK PENINGKATAN CBR TANAH SUB-GRADE PADA KONSTRUKSI JALAN K. Moto 1,2, V. Julian 1,2, Syamsudin 1, T. A. Wiradi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Surfaktan methyl ester sulfonat (MES) dibuat melalui beberapa tahap. Tahapan pembuatan surfaktan MES adalah 1) Sulfonasi ester metil untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, sistem perhubungan merupakan salah satu nadi penggerak dalam menjalani satu kehidupan yang sistematik. Salah satu sistem perhubungan

Lebih terperinci

SINTESIS STYRENE MENJADI POLYSTYRENE DENGAN METODE POLIMERISASI SUSPENSI

SINTESIS STYRENE MENJADI POLYSTYRENE DENGAN METODE POLIMERISASI SUSPENSI SINTESIS STYRENE MENJADI POLYSTYRENE DENGAN METODE POLIMERISASI SUSPENSI Natalia Suseno, Niken Ariestanti, Widya Devi P., Imelda Santoso Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya Abstract

Lebih terperinci

Pengaruh Agen Pengikat Silang Terhadap Kekuatan Tarik Perekat Akrilat Termoset Serta Degradasi Termalnya

Pengaruh Agen Pengikat Silang Terhadap Kekuatan Tarik Perekat Akrilat Termoset Serta Degradasi Termalnya Akta Kimindo Vol. 3 No. 1 Oktober 2007: 37-42 Akta Kimindo Vol. 3 No. 1 Oktober 2007 : 37-42 AKTA KIMIA INDONESIA Pengaruh Agen Pengikat Silang Terhadap Kekuatan Tarik Perekat Akrilat Termoset Serta Degradasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015, 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015, dengan tahapan kegiatan, yaitu: proses deasetilasi bertingkat, penentuan derajat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Ilmiah Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian karakteristik

Lebih terperinci

Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap Sifat Mekaniknya

Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap Sifat Mekaniknya 178 NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013 Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap S. J Iswarin1)*, L. Nuriyah1), A. I. Sriwilujeng1) 1) Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat ABSTRAK Kulit kacang tanah digunakan sebagai adsorben untuk menyerap ion fosfat dalam larutan. Sebelum digunakan sebagai adsorben, kulit kacang tanah dicuci, dikeringkan, dihaluskan menggunakan blender

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April

Lebih terperinci

BAB 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari

BAB 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari A 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Istilah polymer menggambarkan satu molekul yang terdiri dari banyak (poli) bagian (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Peningkatan nilai tambah produk turunan minyak jarak pagar mutlak diperlukan agar industri biodiesel jarak pagar dapat berkembang dengan baik. Saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

Pencangkokan GMA pada Serat Rayon Terikat Silang NBA dengan Teknik Ozonisasi dan Modifikasinya dengan Ligan Etilendiamin

Pencangkokan GMA pada Serat Rayon Terikat Silang NBA dengan Teknik Ozonisasi dan Modifikasinya dengan Ligan Etilendiamin Pencangkokan GMA pada Serat Rayon Terikat Silang NBA dengan Teknik zonisasi dan Modifikasinya dengan Ligan Etilendiamin Dwi Endah Rachmawati, Prof. Endang Asijati, W., M.Sc dan Dr. Helmiyati, M.Si Departemen

Lebih terperinci

APLIKASI MIP ( MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER ) DENGAN METANOL SEBAGAI EKSTRAKTAN TEMPLATE DALAM SINTESISNYA UNTUK PENENTUAN KADAR KAFEIN

APLIKASI MIP ( MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER ) DENGAN METANOL SEBAGAI EKSTRAKTAN TEMPLATE DALAM SINTESISNYA UNTUK PENENTUAN KADAR KAFEIN APLIKASI MIP ( MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER (Agus Rahmad H) 45 APLIKASI MIP ( MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER ) DENGAN METANOL SEBAGAI EKSTRAKTAN TEMPLATE DALAM SINTESISNYA UNTUK PENENTUAN KADAR KAFEIN

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai Agustus 2013,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai Agustus 2013, III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai Agustus 2013, dengan tahapan kegiatan yaitu : pengambilan sampel onggok singkong,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFATE (SLS) TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFATE (SLS) TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE Pengaruh Penambahan Konsentrasi...(Awim Dewangga A.) 319 PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFATE (SLS) TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE THE

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGASOLINE DARI PALM OIL METIL ESTER MELALUI REAKSI PERENGKAHAN DENGAN INISIATOR METIL ETIL KETON PEROKSIDA DAN KATALIS ASAM SULFAT

PEMBUATAN BIOGASOLINE DARI PALM OIL METIL ESTER MELALUI REAKSI PERENGKAHAN DENGAN INISIATOR METIL ETIL KETON PEROKSIDA DAN KATALIS ASAM SULFAT PEMBUATAN BIOGASOLINE DARI PALM OIL METIL ESTER MELALUI REAKSI PERENGKAHAN DENGAN INISIATOR METIL ETIL KETON PEROKSIDA DAN KATALIS ASAM SULFAT M. Nasikin dan M.M. Dewayani Program Studi Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

Sistensis Dan Karakterisasi Homopolimer Emulsi Poli (Metilmetakrilat) Dengan Variasi Konsentrasi Surfaktan Dan Zat Pengalih Rantai

Sistensis Dan Karakterisasi Homopolimer Emulsi Poli (Metilmetakrilat) Dengan Variasi Konsentrasi Surfaktan Dan Zat Pengalih Rantai Sistensis Dan Karakterisasi Homopolimer Emulsi Poli (Metilmetakrilat) Dengan Variasi Konsentrasi Surfaktan Dan Zat Pengalih Rantai Supri Amir Hamzah Siregar Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 OPTIMALISASI PROSES PEMBUATAN POLIMER CMC-G-PAM DENGAN INISIATOR AMONIUM PERSULFAT DAN CERIUM SULFAT YANG TAHAN SUHU DAN KADAR GARAM TINGGI UNTUK PROSES ENHANCED OIL RECOVERY (EOR) Yandriani 1), Suryo

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... i ii iii iv v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... x xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SELF NANO-EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) TETRAHIDROKURKUMIN MENGGUNAKAN D-OPTIMAL DESIGNS

OPTIMASI FORMULA SELF NANO-EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) TETRAHIDROKURKUMIN MENGGUNAKAN D-OPTIMAL DESIGNS OPTIMASI FORMULA SELF NANO-EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) TETRAHIDROKURKUMIN MENGGUNAKAN D-OPTIMAL DESIGNS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi TRI

Lebih terperinci

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Tania S. Utami *), Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Wiwik H., dan Desti A. Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jack) termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menanam modalnya untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN ELASTOMER TERMOPLASTIK MENGGUNAKAN INISIATOR POTASSIUM PERSULFATE DAN AMMONIUM PEROXYDISULFATE

PEMBUATAN ELASTOMER TERMOPLASTIK MENGGUNAKAN INISIATOR POTASSIUM PERSULFATE DAN AMMONIUM PEROXYDISULFATE Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator Potassium Persulfate dan Ammonium Peroxysodisulfate Akreditasi LIPI Nomor : 452/D/2010 Tanggal 6 Mei 2010 PEMBUATAN ELASTOMER TERMOPLASTIK MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan I Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Riau selama 2 bulan (April s/d Juni 2009) 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

POLIMERISASI EMULSI POLIVINIL ALKOHOL DAN MONOMER VINIL ASETAT DALAM CAMPURAN PELARUT ETIL ASETAT- AIR PADA SINTESIS POLIVINIL ASETAT

POLIMERISASI EMULSI POLIVINIL ALKOHOL DAN MONOMER VINIL ASETAT DALAM CAMPURAN PELARUT ETIL ASETAT- AIR PADA SINTESIS POLIVINIL ASETAT JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-5 1 POLIMERISASI EMULSI POLIVINIL ALKOHOL DAN MONOMER VINIL ASETAT DALAM CAMPURAN PELARUT ETIL ASETAT- AIR PADA SINTESIS POLIVINIL ASETAT Malinda Fitri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan adalah hotplate stirrer, reaktor labu leher tiga dan alat sentrifuse. Alat yang digunakan dalam analisis deterjen cair adalah viscosimeter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Pada penelitian ini digunakan bahan diantaranya deksametason natrium fosfat farmasetis (diperoleh dari Brataco), PLGA p.a (Poly Lactic-co-Glycolic

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID

PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID I. PENDAHULUAN Resin urea-formaldehid merupakan produk yang sangat penting saat ini di bidang plastik, pelapisan dan perekat. Hasil reaksi antara urea dan formaldehida

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI Oleh M. HILMY ALFARUQI 04 04 04 04 7X DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

Kata kunci: Starch, Polycrylamide, Polyaluminium Chloride, dye removal, dyes

Kata kunci: Starch, Polycrylamide, Polyaluminium Chloride, dye removal, dyes PADUAN FLOKULAN HASIL SINTESA STARCH-GRAFT-POLYACRYLAMIDE DENGAN POLYALUMINIUM CHLORIDE UNTUK MENGHILANGKAN WARNA PADA LIMBAH CAIR Nama Mahasiswa/NRP : 1. Nadia Permata/ 2305.100.005 2. Putri Purnamasari/

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah seperti tumpahan minyak merupakan salah satu bentuk polusi yang dapat merusak lingkungan. Dampak dari tumpahan minyak ini dapat merusak ekosistem lingkungan

Lebih terperinci

Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Posiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013 PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH INISIATOR AMONIUM PERSULFAT (APS) TERHADAP KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci