BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA"

Transkripsi

1 39 BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 3.1 Tinjauan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Tinjauan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Langkah-langkah kebijakan yang ditempuh untuk pengembangan Sub Sektor Pariwisata seperti yang tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut : a. Membangun dan menggali serta memanfaatkan potensi pariwisata, sehingga kegiatan pariwisata tersebut dapat digunakan sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang dapat memberikan perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan daerah/masyarakat. b. Melestarikan, menata dan memelihara obyek-obyek dan daya tarik wisata yang meliputi obyek wisata alam, obyek wisata budaya serta obyek wisata lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas pengalaman dan ilmu pengetahuan serta rekreasi. c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan melalui usaha penyuluhan dan pembinaan agar masyarakat sadar wisata dan sekaligus meningkatkan kualitas kegiatan pariwisata Jawa Barat. d. Kegiatan pariwisata diarahkan untuk mendorong pembangunan daerah, sehingga dengan kegiatan pariwisata ini dapat merangsang pembangunan sektor-sektor lainnya. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Majalengka termasuk kedalam Wilayah Pengembangan Wisata Cirebon bersama-sama dengan Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Indramayu. Kawasan wisata budaya pesisir di jalur utara ini mencakup Kabupaten dan Kota Cirebon, sebagian Kabupaten Indramayu, dan sebagian Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan bagian utara dengan karakteristik kawasan pesisir dan kegiatan perikanan-pertanian. Kawasan ini memiliki

2 40 lokasi yang strategis bagi pengembangan pariwisata. Selain merupakan salah satu pintu gerbang Jawa Barat dari arah timur Pulau Jawa, kawasan ini juga terletak di jalur pantai utara (pantura) yang sangat padat dilalui pelaku perjalanan pada saat-saat tertentu, terutama menjelang hari lebaran. Lokasi kawasan yang strategis ini sangat berpotensi dalam menarik wisatawan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, terlebih ditunjang dengan kemudahan aksesibilitas darat, yaitu pengembangan jalan tol di Cirebon dan peningkatan pelayanan kereta api dari Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Keberadaan jalan tol di Plumbon dan Palimanan juga semakin mempermudah aksesibilitas di antara kota/kabupaten, termasuk rencana pembangunan jalan tol yang akan menghubungkan Jakarta, Bandung, dengan Dawuan. Belum lagi rencana pembangunan bandar udara internasional di Kertajati, Majalengka yang tentunya akan menyediakan infrastruktur yang sesuai standar. Daya tarik wisata kawasan ini didominasi oleh daya tarik wisata budaya terutama yang terkait dengan budaya pesisir dan sejarah penyebaran agama Islam di Jawa Barat, serta daya tarik alam pertanian pegunungan di Majalengka dan Kuningan. Daya tarik wisata budaya sejarah Islam yang menjadi unggulan antara lain Makam Sunan Gunung Jati di Kabupaten Cirebon; Keraton Kasepuhan, Kacirebonan, dan Kanoman, serta Taman Air Gua Sunyaragi di Kota Cirebon. Selain sejarah penyebaran agama Islam, terdapat gedung bersejarah tempat berlangsungnya Perjanjian Linggajati antara Pemerintah Indonesia dengan Belanda. Daya tarik wisata alam serta budaya bercocok tanam masyarakatnya yang khas masyarakat pegunungan tradisional Priangan merupakan daya tarik kawasan di bagian tengah selatan, yaitu di Majalengka dan Kuningan. Sumber daya alam lain yang menjadi daya tarik wisata adalah pemandian air panas Sangkanurip Alami dan Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan, serta Air TerjunMuara Jaya dan wisata agro Lemah Sugih di Kabupaten Majalengka Keberadaan fasilitas penunjang wisata di kawasan ini memang masih terkonsentrasi di Kota Cirebon, meskipun saat ini fasilitas akomodasi sudah mulai banyak tersedia di Kabupaten Kuningan, terutama fasilitas akomodasi yang memanfaatkan air panas alami sebagai daya tariknya. Pasar

3 41 wisatawan di kawasan ini pada umumnya adalah wisatawan lokal dan regional Jabar timur. Kegiatan wisata di kawasan ini cenderung terjadi intra kawasan. Promosi dan pemasaran belum difokuskan pada pasar wisatawan internasional, namun sementara masih terbatas pada pasar wisnus lokal dan regional untuk kegiatan rekreasi dan ziarah. Dalam pengembangan pariwisata di kawasan ini, konsep pembangunan pariwisata yang berbudaya harus menjadi acuan. Dengan konsep ini, pariwisata diharapkan dapat menunjukkan jati diri masyarakat Jawa Barat yang berbudaya dan agamis Tinjauan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Majalengka A. Kebijakan RTRW kabupaten Majalengka Tahun Berdasarkan wilayah pengembangan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Majalengka, kegiatan pariwisata ini akan lebih menonjol di daerah selatan (wilayah pengembangan selatan) dengan fungsi utama kegiatan sosial ekonomi berbasis pertanian dan pengembangan kawasan pariwisata. WP Selatan meliputi Kecamatan Argapura, Banjaran, Maja, Talaga, Cikijing, Cingambul, Bantarujeg dan Lemahsugih, dengan pusatnya di Kecamatan Talaga. Pengembangan kegiatan pariwisata di daerah selatan ini akan mengembangkan kegiatan yang sudah ada juga mengembangkan objek-objek yang belum dimanfaatkan secara optimal dan membentuk kegiatan baru. Objek wisata yang potensial untuk dikembangkan di wialyah Kabupaten Majalengka didominasi oleh wisata alam tetapi dalam perkembanganannya dimungkinkan diadakannya pengembangan kegiatan wisata buatan. Adapun pengembangan objek wisata yang berada di dalam kawasan lindung, pengembangan objek wisata ini dapat dikembangkan tetapi pengembangannya pun sangat terbatas. Pengembangan pariwisata di kawasan lindung mengacu pada kaidah-kaidah pengembangan di kawasan lindung khususnya pada sektor pariwisata. Pengembangan objek wisata ini selain merupakan pemanfaatan aset daerah, juga sebagai sumber pemasukan pendapatan daerah. Implikasi kebijakan ini adalah perlunya pendekatan kelayakan ekonomi dari sisi pemerintah daerah dalam

4 42 pengembangan objek-obek tertentu sehingga meningkatkan pendapatan daerah. Pengembangan sektor pariwisata juga diarahkan untuk membangkitkan kegiatan ikutan (multiplier effect). Kegiatan bangkitan ini antara lain rumah makan, penginapan, kegiatan industri rumahan dalam bentuk kerajinan, trnsportasi dan komunikasi. Dalam RTRW Kabupaten Majalengka, kawasan wisata merupakan kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan tertentu potensial tumbuh. Pengembangan kawasan tertentu potensial tumbuh ini tidak terepas dari permasalahan dan potensi yang terdapat di wilayah yang bersangkutan. Kawasan tertentu potensial tumbuh, adalah kawasan di Bagian Selatan Kabupaten Majalengka sepanjang Lemahsugih- Bantarujeg-Talaga-Cikijing. Sesuai karakterstiknya program pengembangan terhadap pariwisata, yaitu : Penataan kawasan wisata potensial Promosi pariwisata dan pemasaran obyek-obyek wisata Pembangunan serta peningkatan infrastruktur pariwisata Pengembangan SDM pelaku bidang kepariwisataan Berdasarkan pertimbangan dalam penentuan indikasi program, maka perlu dibuat suatu prioritas, baik yang menyangkut lokasi maupun sektoral sesuai dengan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah. Prioritas pembangunan, selain pada peningkatan pertumbuhan di bidang ekonomi yang dititikberatkan pada pembangunan industri, perdagangan dan pariwisata secara luas, juga untuk menjaga agar tidak terjadi ketimpangan pertumbuhan antar wilayah yang ada di Kabupaten Majalengka. Pembangunan bidang lainnya dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu disesuaikan dengan potensi dan permasalahan spesifik wilayah-wilayah yang ada di Kabupaten Majalengka. Perwujudan pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah Proses pengaturan dan atau pengelolaan Kawasan Budidaya berdasarkan tujuan dan kriteria tertentu

5 43 untuk mencapai hasil yang diinginkan. Perwujudan pemanfaatan ruang kawasan budidaya, khususnya kawasan wisata di Kabupaten Majalengka, yaitu : a. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Majalengka dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata. b. Membangkitan usaha wisata, sebagai industri pariwisata (mempermudah upaya investor untuk investasi pada sektor pariwisata). c. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Majalengka dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatanpameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni, lombalomba wisata) untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten Majalengka. d. Pengembangan infrastuktur yang mendukung terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Majalengka. e. Menciptakan kemudahan jangkauan terhadap obyek wisata. f. Pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan obyek wisata di Kabupaten Majalengka. B. Kebijakan Masterplan Pariwisata kabupaten Majalengka Tahun Rencana Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Rencana pengembangan obyek dan daya tarik wisata ini dibagi 3 (Tiga) yaitu obyek dan daya tarik wisata alam, obyek dan daya tarik wisata budaya, dan objek dan daya tarik wisata minat khusus. Dalam pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam ada dua pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu : 1. Pada dasarnya pengembangan obyek dan daya tarik wisata bergantung pada Sumber Daya (potensi) yang dimiliki/keaslian lingkungan alam. 2. Pembangunan prasarana pariwisata akan membawa kerusakan, tetapi kerusakan ini akan menimbulkan akibat yang dapat mendukung kelangsungan hidup kepariwisataan di obyek dan daya tarik wisata yang dikembangkan. Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan obyek dan daya tarik wisata Kabupaten Majalengka disajikan pada Tabel 3.1 berikut.

6 44 Tabel 3.1 Rencana Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Di SKW Talaga Kabupaten Majalengka No Obyek Dan Daya Tarik Rencana Penanggung Wisata Pengembangan Jawab Keterangan 1 Air TerjunMuara Jaya Dikembangkan Pemerintah Air Terjun 2 Situ Sangiang Dikembangkan Pemerintah Hutan Lindung, situ, makam Sangiang 3 Museum Talaga Manggung Dikembangkan Pemerintah/ Peningglan Lembaga Sejarah 4 Agro wisata, Panorama Lemah Putih dan Dikembangkan Pemerintah Golf, Taman Dinosaurus peristirahatan. Sumber : RIPPDA Kabupaten Majalengka, Tahun Rencana Pembentukan Satuan Kawasan Wisata Dengan memperhatikan kondisi Kabupaten Majalengka secara geografis yang memanjang ke arah utara dan selatan, dan juga memperhatikan jarak tempuh antar obyek wisata yang ada, berdasarkan hasil survey maka Satuan Kawasan Wisata yang dapat dibentuk sebanyak 3 (tiga) Satuan Kawasan Wisata (SKW), seperti disajikan pada Tabel 3.2. SKW Talaga Tabel 3.2 Satuan Kawasan Wisata Kabupaten Majalengka Objek dan Daya Penyangga Tarik Wisata Wisata Wilayah Kecamatan Leumahsugih, Bantarujeg, Talaga, Cingambul, Cikijing, Malausma, Maja, Argapura, dan Banjaran. Air TerjunMuara Jaya Air TerjunSawer Air Terjun Cibali Air Terjun Cilutung Situ Sangiang Situ Resmi Situ Batu Inti Objek dan Daya Tarik Wisata Air TerjunMu ara Jaya Situ Sangiang Panorama Lemahput Air TerjunSawer Situ Resmi Pendakian Gunung Cermai Air TerjunCilutu ng Situ Batu Makam Buyut Israh Wisata Luar Air TerjunCilutu ng Kebun Teh Cipasung Air Terjun Cibali Panorama Cikebo

7 45 SKW Rajagaluh Kadipaten Wilayah Kecamatan Sumberjaya, Leuwimunding, Palasah, Sindangwangi, Rajagaluh, Sindang, Sukahaji Panyingkiran, Kasokandel, Cigasong, dan Majalengka Jatitujuh, Kertajati, Ligung, Dawuan, Jatiwangi, dan Kadipaten. Objek dan Daya Tarik Wisata Kebun Teh Cipasung Gunung Ciremai Panorama Cikebo Museum Talaga Manggung Makam Eyang Natakusuma Makam Buyut Israh Panorama Lemah Putih Air TerjunTonjong Situ Janawi Talaga Herang Situ Cipanten Situ Cikuda Gunung Tilu Rumah adat Penjalin Hutan Lindung Prabu Siliwangi Wisata Agro Batu Luhur Kolam Renang Tirta Indah Kolam Renang Sangraja Sumur Sindu Sumur Dalem Sirkuit Gagaraji Bendungan Rentang Makam Buyut Kyai Arsitem Situ Cijawura Situ Anggarahan Inti Objek dan Daya Tarik Wisata ih. Hutan Lindung Patilasan Prabu Siliwangi Kolam Renang Tirta Indah Sirkuit Gagaraji Situ Cijawura Sumber : RIPPDA Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 Penyangga Wisata Makam Eyang Natakusuma Museum Talaga Manggung Wisata Agro Batu Luhur Situ Cipanten Situ Cikuda Gunung Tilu Rumah adat Penjalin Sumur Sindu Sumur Dalem Situ Anggarahan Wisata Luar Kolam Renang Tirta Indah Kolam Renang Sangraja Air TerjunTonjo ng Situ Janawi Talaga Herang Bendungan Rentang Makam Buyut Kyai Arsitem

8 46 3. Rencana Pengembangan Pemasaran Dan Promosi Upaya yang dilakukan dalam usaha pemasaran terhadap wisatawan nusantara adalah melalui publikasi dan informasi mengenai objek dan daya tarik wisata di kabupaten Majalengka. Publikasi dan pelayanan informasi tersebut, harus mudah didapat oleh para wisatawan/pengunjung contohnya melalui pusat-pusat informasi maupun publikasi di tempat-tempat umum seperti terminal, shooping center, dan tempat lainnya yang dianggap strategis. Upaya pemasaran yang perlu dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pemasaran dan promosi terpadu dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat, dunia usaha maupun dengan kabupaten/kota Cirebon dan Bandung sebagai pintu gerbang wisatawan. Kegiatan-kegiatan promosi yang perlu diperhatikan : a. Optimalisasi usaha Advertensi yang menjangkau banyak orang melalui mass media, seperti surat kabar, majalah,tv, dan radio. b. Optimalisasi desain alat bantu (Sales Suport), peningkatan pemasaran berupa brosur, booklet, leaflet, folder, peta dan audio visual berupa film dan informasi lainnya. c. Optimalisasi informasi kepariwisataan melalui web site internet baik yang dimiliki Pemerintah Daerah maupun Bappeda Kabupaten Majalengka. d. Optimalisasi kegiatan Public Relation (Hubungan masyarakat ) melalui kegiatan pers, mengundang Travel Writer, Tour operator dan mengikuti event-event baik di dalam maupun di luar negeri. Kepariwisataan nasional memiliki potensi besar yang apabila pemanfaatannya dilakukan secara optimal dan dikelola dengan profesional akan mampu menopang keberhasilan pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan obyek dan daya tarik wisata tetap harus dilakukan dengan tetap memperhatikan: a. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya;

9 47 b. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; c. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; d. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pengembangan kepariwisataan memiliki makna: a. Makna politis, sebagai upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa guna menggalang persatuan dan kesatuan; b. Makna ekonomis, sebagai upaya untuk memperkuat perekonomian negara; c. Makna sosial budaya, sebagai upaya untuk mempertinggi kesadaran dan kesediaan untuk mempertahankan kebudayaan dan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, sifat pengembangan kepariwisataan nasional, adalah: a. Terbuka, dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan kemajuan zaman tetapi tetap berkepribadian Indonesia; b. Pragmatis, dikembangkan sesuai dengan kemampuan Negara dan bangsa Indonesia; c. Menganut prinsip Ambeg Paramarta, yaitu mendahulukan kepentingan nasional yang lebih tinggi; d. Multi disiplin, multi upaya dan multi dimensi; e. Selektif, hanya memilih yang tepat dan sesuai dengan kepentingan nasional; f. Berwawasan internasional, tetapi tetap berkebudayaan nasional. yaitu: Dalam pengembangan kepariwisataan, ada asas-asas yang harus diperhatikan,

10 48 a. Asas manfaat, bahwa pengembangan kepariwisataan harus dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya baik secara langsung maupun tidak langsung; b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan, artinya penyelenggaraan kepariwisataan harus diarahkan dalam rangka pencapaian cita-cita dan aspirasi bangsa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk kepentingan bersama dan dijiwai semangat kekeluargaan; c. Asas adil dan merata, pengembangan kepariwisataan nasional harus menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat di pelosok tanah air; d. Asas perikehidupan dan keseimbangan, kepariwisataan nasional harus dapat mewujudkan perikehidupan yang seimbang materiil dan spiritual baik dalam hubungan antara sesama manusia dengan lingkungan dan antara manusia dengan Tuhannya; e. Asas kepercayaan pada diri sendiri, kepariwisataan nasional harus mampu meningkatkan dan menumbuhkan kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan jati diri bangsa Indonesia. Dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pariwisata yang bersifat lintas sektoral dan menyangkut kepentingan masyarakat secara keseluruhan, penyelenggaraan kepariwisataan harus terpadu antara pemerintah, badan usaha, dan masyarakat. Peran masyarakat dalam arti seluas-luasnya di alam penyelenggaraan kepariwisataan ini memegang peranan penting demi terwujudnya pemerataan pendapatan dan kesempatan berusaha. Untuk mencapai maksud tersebut, pemerintah melakukan pembinaan terhadap kegiatan kepariwisataan, yaitu dalam bentuk pengaturan, pemberian bimbingan dan pengawasan. Seperti sebagian pendapat bahwa modal utama bidang kepariwisataan sesungguhnya ada dua macam yaitu : Alam dengan segala kekayaan dan keindahannya.

11 49 Budaya dengan nilai luhurnya. Untuk memaksimalkan manfaat ke dua modal utama tersebut dalam bidang kepariwisataan, telah banyak kegiatan yang bersifat kajian, terapan dan pengembangan, namun nampaknya masih perlu pendalaman dan sosialisasi yang lebih efektif. Berdasarkan wilayah pengembangan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Majalengka, kegiatan pariwisata ini akan lebih menonjol di daerah selatan (wilayah pengembangan selatan) dengan fungsi utama kegiatan sosial ekonomi berbasis pertanian dan pengembangan kawasan pariwisata. WP Selatan meliputi Kecamatan Argapura, Banjaran, Maja, Talaga, Cikijing, Cingambul, Bantarujeg dan Lemahsugih, dengan pusatnya di Kecamatan Talaga. Pengembangan kegiatan pariwisata di daerah selatan ini akan mengembangkan kegiatan yang sudah ada juga mengembangkan objek-objek yang belum dimanfaatkan secara optimal dan membentuk kegiatan baru. Objek wisata yang potensial untuk dikembangkan di wialyah Kabupaten Majalengka didominasi oleh wisata alam tetapi dalam perkembanganannya dimungkinkan diadakannya pengembangan kegiatan wisata buatan. Adapun pengembangan objek wisata yang berada di dalam kawasan lindung, pengembangan objek wisata ini dapat dikembangkan tetapi pengembangannya pun sangat terbatas. Pengembangan pariwisata di kawasan lindung mengacu pada kaidah-kaidah pengembangan di kawasan lindung khususnya pada sektor pariwisata. Pengembangan objek wisata ini selain merupakan pemanfaatan aset daerah, juga sebagai sumber pemasukan pendapatan daerah. Implikasi kebijakan ini adalah perlunya pendekatan kelayakan ekonomi dari sisi pemerintah daerah dalam pengembangan objek-obek tertentu sehingga meningkatkan pendapatan daerah. Pengembangan sektor pariwisata juga diarahkan untuk membangkitkan kegiatan lain. Kegiatan bangkitan ini antara lain rumah makan, penginapan, kegiatan industri rumahan dalam bentuk kerajinan, trnsportasi dan komunikasi.

12 50 Dalam RTRW Kabupaten Majalengka, kawasan wisata merupakan kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan tertentu potensial tumbuh. Pengembangan kawasan tertentu potensial tumbuh ini tidak terepas dari permasalahan dan potensi yang terdapat di wilayah yang bersangkutan. Kawasan tertentu potensial tumbuh, adalah kawasan di Bagian Selatan Kabupaten Majalengka sepanjang Lemahsugih- Bantarujeg-Talaga-Cikijing. Sesuai karakterstiknya program pengembangan terhadap pariwisata, yaitu : Penataan kawasan wisata potensial Promosi pariwisata dan pemasaran obyek-obyek wisata Pembangunan serta peningkatan infrastruktur pariwisata Pengembangan SDM pelaku bidang kepariwisataan Perwujudan pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah Proses pengaturan dan atau pengelolaan Kawasan Budidaya berdasarkan tujuan dan kriteria tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Perwujudan pemanfaatan ruang kawasan budidaya, khususnya kawasan wisata di Kabupaten Majalengka, yaitu : g. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata. h. Membangkitan usaha wisata, sebagai industri pariwisata (mempermudah upaya investor untuk investasi pada sektor pariwisata). i. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Majalengka dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatan- pameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni, lomba-lomba wisata) untuk menarik wisatawan berkunjung ke Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka. j. Pengembangan infrastuktur yang mendukung terhadap pengembangan pariwisata di Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka.

13 51 k. Menciptakan kemudahan jangkauan terhadap obyek wisata. l. Pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan obyek wisata di Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka

14 Gambaran Umum Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka Letak Geografis Kabupaten Majalengka berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa. Secara geografis terletak pada koordinat ,39 Lintang Selatan sampai dengan ,75 Lintang Selatan dan ,87 Bujur Timur sampai dengan ,84 Bujur Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0-37 Kilometer, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota Kabupaten. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer dan jarak ke Ibu Kota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah ± 200 Kilometer Sedangkan untuk Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka yang terdiri dari 9 Kecamatan yaitu Kecamatan Leumahsugih, Bantarujeg, Talaga, Cingambul, Cikijing, Malausma, Maja, Argapura, dan Banjaran. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Majalengka, Kecamatan Cigasong dan Kecamatan Sindang Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan Kondisi Fisik Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu landai / dataran rendah (0 15 persen), berbukit bergelombang (15 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Berdasarkan klasifikasi kelas kemiringan lahan, 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen, berada dalam kelas kemiringan lahan persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0-15 persen. Kondisi

15 53 bentang alamnya sebagian besar melandai ke daerah Utara, menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah utara sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di sekitar lereng Gunung Ciremai dan lereng Gunung Cakrabuana. Kondisi topografis ini selain sangat berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga mengakibatkan terdapatnya daerah rawan terhadap longsor dan gerakan tanah khususnya daerah yang mempunyai kelerengan curam. Berdasarkan ketinggian, secara umum wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0-100 mdpl), dataran sedang ( mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai. Tabel 3.3 Ketinggian Tanah Di SKW Talaga Kabupaten Majalengka No Nama Luas Ketinggian (Meter Dpl) Kecamatan (Ha) > Argapura Banjaran Bantarujeg Malausma*) 5. Cikijing Cingambul Lemahsugih Maja Talaga Jumlah Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka, Tahun Penggunaan Lahan Berdasarkan data sekunder, peta penggunaan lahan Kabupaten Majalengka sampai dengan Tahun 2004 dominasi penggunaan lahan terbesar adalah lahan

16 54 pertanian lahan basah, yaitu seluas Ha pada kawasan budidaya dan seluas ± Ha yang berada pada kawasan lindung, atau total luas ± Ha. Apabila dibagi kedalam 2 kelompok besar lahan, yaitu kawasan lindung dan budidaya, maka luas kawasan lindung di Kabupaten Majalengka seluas ± Ha 28,43 %) dan lahan budidaya seluas ± Ha (71,57 %). NO PENGGUNAAN TANAH Tabel : 3.4 PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004 KAWASAN LINDUNG (Ha) KAWASAN BUDIDAYA (Ha) WTU I WTU II 0-25% 25-40% 0-25% 25-40% JUMLAH KAWASAN BUDIDAYA JUMLAH 1 Permukiman a Kampung b Perumahan 2 Industri Perusahaan 4 Jasa Non Pertanian 5a Sawah b Tegalan Kebun/ Kebun 5c Campuarn d Perkebunan e Hutan f tambak 5g Kolam Perairan Danau/ Waduk/ 6a Situ b Rawa 7 Pengg. Tanah Lain a Lap. Olah Raga JUMLAH

17 55 NO PENGGUNAAN TANAH KAWASAN LINDUNG (Ha) KAWASAN BUDIDAYA (Ha) WTU I WTU II 0-25% 25-40% 0-25% 25-40% JUMLAH KAWASAN BUDIDAYA JUMLAH 1 Permukiman a Kampung b Perumahan 2 Industri Perusahaan 4 Jasa Non Pertanian 5a Sawah b Tegalan Kebun/ Kebun 5c Campuarn d Perkebunan e Hutan f tambak 5g Kolam Perairan Danau/ Waduk/ 6a Situ b Rawa 7 Pengg. Tanah Lain a Lap. Olah Raga % 28,43 51,32 7,50 3,61 9,14 71,57 Sumber : Buku Potensi Wilayah, BPN Kabupaten Majalengka 2004

18 Gambar

19 57 Gambar 3.2 Peta Administrasi SKW Talaga

20 58 Gambar 3.3 Peta Penggunaan Lahan

21 Kondisi Kependudukan Penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2007 berjumlah jiwa, dengan komposisi jiwa berkelamin laki laki dan jiwa berkelamin perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 987 jiwa/km 2. Sedangkan jumlah penduduk untuk SKW Talaga yaitu berjumlah jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.5 Jumlah Penduduk per Kecamatan Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Di SKW Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2007 Jenis Kelamin No Kecamatan Jumlah Laki-laki Perempuan 1 Lemahsugih Bantarujeg Malausma 4 Cikijing Cingambul Talaga Banjaran Argapura Maja Jumlah Sumber : Majalengka Dalam Angka, Tahun Kondisi Transportasi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai kondisi transportasi di Kabupaten Majalengka yang meliputi kondisi jaringan jalan, terminal, dan bandara. A. Jaringan Jalan Jaringan sistem transportasi regional pada Wilayah Kabupaten Majalengka hanya berupa jaringan transportasi jalan raya dengan jalan arteri primer pada zona Dawuan-Jatiwangi. Kabupaten Majalengka, tepatnya Kota Kadipaten, dilalui oleh Jalan Negara yang menghubungkan Ibukota Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah

22 60 melalui Kota Cirebon. Data nomor ruas jalan di Kabupaten Majalengka disajikan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Ruas Jalan Di SKW Talaga Kabupaten Majalengka No Pangkal Ruas Ujung Ruas No Pangkal Ruas Ujung Ruas 1 Maniis Campaga 31 Sukasari Palasari 2 Rawa Maniis 32 Cihaur Haurgeulis 3 Cingambul Cikondang 33 Cicalung Sindang 4 Cikondang Kondangmekar 34 Banjaran Anggrawati 5 Cingambul Nagarakembang 35 Paniis- Haurseah Sp. Paniis 6 Bantarujeg Malausma 36 Lebaklarang Anggrawati 7 Cimuncang Malausma 37 Anggrawati Kulur 8 Cigaleuh Werasari 38 Asromo Mekarwangi 9 Tembong Jaga 39 Maja Pasanggrahan 10 Padarek Kalapadua 40 Salagedang Nanggewer 11 Haurgeulis Cikidang 41 Salagedang Sindang 12 Salawangi Lampuyang 42 Cikeusik Sindang 13 Cikidang Gununglarang 43 Pajajar Payung 14 Malausma Babakan 44 Talaga Sukamantri 15 Malausma Walahir 45 Talaga Sangiang 16 Lemahsugih Cipasung 46 Talagakulon Sangiang 17 Cipasung Malausma 47 Cibodas Candana 18 Cipasung Haurendeng 48 Wates Sangiang 19 Margajaya Lemahsugih 49 Banjaran Sarangpeuteuy 20 Sadawangi Kepuh 50 Sindangpala Sangiang 21 Lemahsugih Cibulan 51 Cikijing Cikondang-Cisoka 22 Beusi Beber 52 Cidulang Citaman 23 Leuweunghapit Kodasari 53 Kasturi Kancana 24 Kertasari Karanganyar 54 Cipulus Gunungmanik 25 Leuweunghapit Kedungkencana 55 Banjarsari Argasari 26 Cipaku Pilangsari 56 Maja Garawastu 27 Mekarjaya Sanyere 57 Tegalsari Cibunut 28 Kertajati Kertasari 58 Argalingga Argamukti 29 Maodin Sukajaya 59 Sadasari Haurseah 30 Maja Sukahaji 60 Argamukti Sangiang Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka, Tahun

23 61 Melihat ruas-ruas jalan yang terdapat di Kabupaten Majalengka maka daerahdaerah di Kabupaten Majalengka hampir seluruhnya sudah dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor. Selain dari ruas jalan arteri yang menghubungkan Kota Kadipaten Kecamatan Dawuan Kecamatan Jatiwangi Kecamatan Palasah- Kecamatan Sumberjaya yang merupakan bagian dari ruas jalan Bandung-Cirebon, ruas jalan penting lainnya yang berperan dalam perhubungan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Majalengka adalah ruas jalan kolektor yaitu : 1. Ruas jalan Kota Majalengka Kota Kadipaten Kecamatan Kertajati Kecamatan Jatitujuh menuju Indramayu 2. Ruas jalan Kota Majalengka Kecamatan Cigasong Kecamatan Maja Kecamatan Talaga Kecamatan Cikijing menuju Kuningan 3. Ruas Cigasong Kecamatan Jatiwangi Untuk ruas-ruas jalan lainnya diluar jalan arteri dan jalan kolektor adalah ruas jalan lokal yang menyebar di seluruh bagian wilayah Kabupaten Majalengka. Ruasruas jalan lokal ini menghubungkan jalan arteri dan jalan kolektor dengan daerah sekitarnya. Secara hirarki jalan, fungsi jalan Kabupaten Majalengka dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Arteri Primer yang berfungsi menghubungkan kota-kota atau jalur regional. Termasuk kedalam kategori ini adalah jalan yang menghubungkan Kadipaten Sumberjaya dengan panjang jalan 25,9 Km dan termasuk jalan negara. 2. Kolektor Primer yang merupakan penghubung antara pusat antar kota/kabupaten. Termasuk kedalam kategori ini adalah jalan yang menghubungkan Kabupaten Majalengka dengan Kabupaten Kuningan (Majalengka Maja Talaga - Cikijing) dengan panjang jalan 55,33 Km berkondisi baik. 3. Kolektor Sekunder yang berfungsi sebagai penghubung antar bagian wilayah kota di Kabupaten Majalengka. Termasuk kedalam kategori ini adalah Talaga Bantarujeg Lemahsugih.

24 62 4. Lokal Primer, merupakan jalan penghubung antar Kecamatan dalam Kabupaten Majalengka, status jalan ini milik Kabupaten dan umumnya dalam kondisi sedang. 5. Lokal Sekunder, merupakan jalan penghubung dalam lingkungan permukiman/perdesaan dengan status milik Kabupaten dan umumnya dalam kondisi rusak. Jika dilihat dari jarak pusat Kecamatan ke pusat Kabupaten Majalengka dan kelas jalan, maka umumnya kondisi jalan dalam kondisi baik dengan jarak terjauh Kecamatan Lemahsugih (36 Km). Selain itu dengan adanya rencana pembangunan jalan tol Cisumdawu yang melewati Kabupaten Majalengka, maka hal ini akan memberikan kemudahan bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Majalengka. Tabel berikut menggambarkan aksesibilitas pusat Kecamatan ke pusat kabupaten di Kabupaten Majalengka. Tabel 3.7 Jarak Pusat Kecamatan Ke Pusat Kota Majalengka, Kelas dan Kondisi Jalan Kelas Dan Kondisi Jalan No Kecamatan Jarak Kelas I Kelas III Kelas IIIA Kelas IV Km Kondisi Km Kondisi Km Kondisi Km Kondisi 1 Argapura 13 1 Baik 12 Baik 2 Banjaran 7 7 Baik 3 Bantarujeg 15 3 Baik 12 Baik 4 Malausma 5 Cikijing Baik 6 Cingambul Baik 7 Lemahsugih Sedang 8 Maja 23 8 Baik 15 Baik 9 Talaga 20 5 Baik 15 Baik Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka,Tahun B. Terminal Terminal merupakan tempat peralihan/perpindahan penumpang orang dan barang dari sistem transportasi yang satu ke sistem transportasi yang lainnya sebagai tuntutan wajar untuk efisiensi dalam sistem transportasi. Terminal selain sebagai

25 63 bagian integral dari suatu sistem lalu lintas dan angkutan jalan raya juga berupa bagian dari tata ruang kota yang membantu efisiensi pemanfaatan jalan. Selain itu dengan adanya terminal, maka akan memudahkan penduduk untuk melakukan perjalanan baik ke dalam maupun keluar Kabupaten Majalengka. Pada saat ini Kabupaten Majalengka memiliki terminal antar wilayah yang terdapat di Kecamatan Kadipaten dengan klasifikasi terminal C. Tabel 3.8 Terminal Di Kabupaten Majalengka Terminal/ Jenis Terminal Luas No Sub Penumpang Barang (M 2 ) Terminal 1 Bantarujeg X Cikijing X Talaga X Maja X Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka Tahun Gambaran Umum Kepariwisataan Satuan Kawasan Talaga Kabupaten Majalengka Karakteristik Objek dan Daya Tarik Wisata SKW Talaga Berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 1990 objek daya tarik wisata dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu objek dan daya tarik wisata alam, objek dan daya tarik wisata budaya;dan objek dan daya tarik wisata minat khusus. Kabupaten Majalengka termasuk ke dalam kawasan wisata budaya pesisir Cirebon yang memiliki sejumlah obyek dan daya tarik wisata yang yang pada umumnya masih dalam tahap pengembangan dan masih memerlukan banyak pembenahan untuk menempatkan kabupaten ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Barat. Obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di SKW Talaga

26 64 Kabupaten Majalengka berupa objek daya tarik wisata alam, objek daya tarik wisata budaya, maupun objek daya tarik wisata minat khusus. SKW Talaga Tabel 3.9 Satuan Kawasan Wisata Kabupaten Majalengka Objek dan Inti Objek dan Penyangga Wilayah Daya Tarik Daya Tarik Wisata Kecamatan Wisata Wisata Leumahsugih, Bantarujeg, Talaga, Cingambul, Cikijing, Malausma, Maja, Argapura, dan Banjaran. Air TerjunMuara Jaya Air TerjunSawer Air Terjun Cibali Air Terjun Cilutung Situ Sangiang Situ Resmi Situ Batu Kebun Teh Cipasung Gunung Ciremai Panorama Cikebo Museum Talaga Manggung Makam Eyang Natakusuma Makam Buyut Israh Panorama Lemah Putih Air TerjunMuara Jaya Situ Sangiang Panorama Lemahputih. Sumber : RIPPDA Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 A. Objek Daya Tarik Wisata Alam SKW Talaga Air TerjunSawer Situ Resmi Pendakian Gunung Cermai Air TerjunCilutu ng Situ Batu Makam Buyut Israh Makam Eyang Natakusuma Museum Talaga Manggung Wisata Luar Air TerjunCilutu ng Kebun Teh Cipasung Air Terjun Cibali Panorama Cikebo Objek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya untuk dijadikan sasaran wisata. Adapun kriteria yang termasuk dalam objek daya tarik wisata alam antara lain : Pengelolaan dan pemanfaatan taman nasional Pembangunan dan pengelolaan taman wisata,

27 65 Pembangunan dan pengelolaan taman hutan raya Adapun Objek Daya Tarik Wisata yang termasuk dalam kriteria wisata alam di Satuan Kawasan Talaga Kabupaten Majalengka yang memiliki berbagai jenis obyek wisata alam, diantaranya yaitu situ dan talaga, curug, panorama alam, serta pendakian gunung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini. Tabel 3.10 Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Kabupaten Majalengka NO NAMA OBJEK WISATA ALAM LOKASI (Kecamatan) 1 Air TerjunMuara Jaya Argapura 2 Air TerjunSawer Argapura 3 Air Terjun Cibali Cingambul 4 Air Terjun Cilutung Talaga 5 Situ Sangiang (Makam Sunan Parung) Banjaran 6 Situ Resmi Argapura 7 Kebun Teh Cipasung Lemahsugih 8 Pendakian Gunung Ceremai Argapura Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 Kabupaten Majalengka memiliki berbagai air terjun/curug yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan segala potensi dan masalah yang dihadapinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian dibawah ini. Air TerjunMuara Jaya Seperti namanya, curug (air terjun, Bahasa Sunda), hanya sepasang air terjun yang tumpahan airnya mengalir deras membelah di puncak bukit. Tumpahan air itu menyajikan panorama indah pada birunya langit, sejuknya udara, dan hijaunya pepohonan yang menyelimuti suasana wisata yang berada di Kecamatan Argapura. Selain itu terdapat pula lapangan sebagai areal untuk camping bagi para pengunjung, tempat ini dapat dijadikan alternatif bagi pengunjung yang memiliki hobi berpetualang. Selain menjanjikan ketenangan dan ketenteraman, juga kedamaian menjadi perpaduan yang kompak untuk menunjang daya tarik tersendiri, tetapi pada saat ini area camping tersebut belum begitu berkembang.

28 66 Air TerjunMuara Jaya berada di Desa Argamukti, Kecamatan Argapura yang didirikan pada tahun Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju Air Terjunini yaitu +14 km dari pusat kota Majalengka. Luas Air TerjunMuara Jaya sebesar +2 Ha. Jarak dari tempat parkir menuju Air Terjuntersebut yaitu +300 m berupa jalan setapak yang telah menggunakan paping blok. Objek Wisata Air TerjunMuara Jaya menawarkan keindahan alam dengan panorama air terjun setinggi 73 m yang terdiri dari tiga umpak. Udara yang sejuk dengan hamparan sayur mayur dan pohon kesemek menjadi daya tarik bagi peminat wisata alam. Kawasan ini merupakan jalur alternatif pendakian ke puncak Gunung Ceremai, disamping itu dilokasi ini pada setiap tahunnya digelar upacara pareresan yang dilakukan setelah panen raya. Objek wisata ini banyak diminati oleh pengunjung, dengan rata-rata jumlah pengunjung pada hari libur sebanyak +200 pengunjung, dan pada hari biasa +20 pengunjung dengan harga tiket masuk sebesar Rp /orang. Sedangkan Jumlah pengunjung pada tahun 2007 berjumlah pengunjung dan pada tahun 2005 berjumlah pengunjung, dari tahun 2005 tahun 2007 mengalami penurunan tingkat kunjungan. Fasilitas yang terdapat di Air TerjunMuara Jaya yaitu tempat parkir, tempat bermain anak-anak, bale pertemuan, toilet, warung, shelter, mushola, camping ground, dan loket (karcis). Jalan menuju objek wisata, dari pasar Maja sudah cukup baik dengan konstruksi aspal, kondisinya sudah lebar sehingga dapat dilewati oleh kendaraan mobil dua arah dengan lancar tetapi disebagian wilayah terdapat jalan yang masih rusak tidak adanya sarana transportasi berupa angkutan umum yang menuju ke Air Terjuntersebut, melainkan hanya mobil bak terbuka dan ojek.

29 67 Air TerjunSawer Air TerjunSawer terletak di Desa Argalingga, Kecamatan Argapura. Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju Air Terjunini yaitu +12 km dari pusat kota Majalengka. Luas Air TerjunSawer sebesar m 2. Objek wisata ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek dan daya tarik wisata alam karena memiliki keindahan curug. Kendala dan permasalahan yang di hadapai objek wisata ini kurangnya akses menuju tempat wisata ini dan kondisi jalan yang sangat curam untuk menuju lokasi tersebut sehingga pengunjung mengalami kesulitan untuk mencapai wisata tersebut. Tidak hanya itu objek dan daya tarik wisata ini tidak ada restribusi dan tidak adanya pengelola dari pihak swasta maupun pemerintah setempat, sehingga kurang terawat dan kurangnya minat pengunjung bahkan tidak adanya pengunjung. Air Terjun Cibali Objek dan daya tarik wisata ini terletek di Desa Cikondang Kecamatan Cingambul yang memiliki jarak +24 km dari pusat kota Majalengka. Objek wisata ini pada umumnya sering di kunjungi oleh para pelajar yang datang pada waktu libur. Objek wisata Air Terjun Cibali ini belum dikelola, dan sangat baik apabila dikelola oleh pihak swasta atau pemerintah sehingga akan menambah penerimaa pendapatan daerah. Untuk akses menuju lokasi tersebut kurang baik dan angkutan umum yang menuju ke tempat wisata ini belum ada. Sedangkan fasilitas di objek wisata ini belum dibangun.

30 68 Air Terjun Cilutung Terletak di Desa Talaga Kulon Kecamatan Talaga dengan jarak tempuh +16 Km dari pusat Kota Majalengka. Objek Wisata ini memiliki potensi yang sangat baik untuk di kembangkan, namun lokasi ini belum tersentuh oleh pemerintah Kabupaten Majalengka. Akses menuju lokasi tersebut sudah cukup baik tetapi belum adanya angkutan umum untuk menuju lokasi tersebut. Objek wisata ini perlu adanya penanganan atau perhatian khusus untuk menangani potensi pariwisata yang ada di Desa Talaga Kulon, sehingga Air Terjun Cilutung dapat di kembangkan menjadi objek wisata yang dapat menarik minat pengunjung. Situ Sangiang (Makam Sunan Parung) Situ Sangiang terletak di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran yang didirikan pada tahun 1998, dimana jarak yang harus di tempuh untuk menuju obyek wisata ini yaitu +15 km dari pusat kota Majalengka. Luas keseluruhan objek wisata ini yaitu +107 Ha, sedangkan untuk luas Situ Sangiang yaitu +19,7 Ha. Objek wisata ini dikelola oleh TNGC (Taman Nasional Gunung Ceremai) dan KOMPEPAR (kelompok penggerak pariwisata). Objek wisata Situ Sangiang memiiki panorama yang indah dengan hamparan situ/danau, dalam Situ Sangiang hidup ikan mas dan ikan lele yang menurut masyarakat setempat dipercaya sebagai penjelmaan prajurit Talaga Manggung. Selain situ di tempat ini terdapat makam kramat Sunan Parung yang menjadi tujuan utama para pengunjung untuk berziarah. Sambil menikmati keindahan panorama Situ Sangiang, pengunjung dapat berkeliling menggunakan jalan setapak melihat pepohonan yang berumur ratusan tahun dan satwa liar seperti kera dan lutung. Akses menuju objek wisata ini cukup baik, jalan menuju objek wisata, dari arah wates sudah cukup baik dengan konstruksi aspal, kondisinya lebar cukup untuk mobil

31 69 dua arah tetapi seterusnya kondisi jalan yang rusak dan tidak adanya angkutan umum yang menuju kesana, melainkan hanya mobil bak terbuka atau ojek dan kurangnya pasokan air bersih. Rata-rata pengunjung ke objek ini yaitu pengunjung/bulan (80% wisata ziarah dan 20% wisata ke situ). Pada tahun 2007 jumlah pengunjung yaitu pengunjung sedangkan pada tahun 2005 jumlah kunjungan ke objek wisata ini yaitu pengunjung, dengan harga tiket masuk Rp.3000/orang. Sedangkan untuk fasilitas yang terdapat disana yaitu loket karcis, toilet, parkir, dan tempat istirahat. Situ Resmi Situ Resmi terletak di Desa Sukasari, kecamatan Argapura. dengan jarak tempuh +9 km dari pusat Kota Majalengka. Situ ini memiliki luas sebesar +1 Ha. Objek wisata ini tidak dikelola oleh pihak swasta ataupun pemerintah sehingga tidak terawat. Pengunjung Situ Resmi sudah kurang peminatnya meskipun ada hanya masyarakat setempat yang berkunjung ke objek wisata tersebut. Untuk akses menuju lokasi ini kurang baik dan angkutan umum menuju lokasi ini hanya menggunakan ojek sedangkan fasilitas di objek wisata ini belum ada. Kebun Teh Cipasung Terletak di Desa Cipasung Kecamatan Lemahsugih yang memiliki luas +58 Ha, dengan jarak +32 Km dari pusat Kota Majalengka. Kebun Teh KNPI memiliki

32 70 keindahan alam yang menarik di bandingkan objek wisata yang lainnya yang ada di Kabupaten Majalengka maupun di luar Kabupaten Majalengka. hal ini terlihat dari jumlah pengunjung pada tahun 2005 berjumlah orang. Akses menuju lokasi wisata tersebut kurang baik dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut. Fasilitas yang dimiliki objek wisata ini kurang seperti tidak adanya lahan parkir, kios pedagang, dan fasilitas lainnya. Pengunjung yang datang kelokasi objek wisata ini pada hari libur bisa di katakan cukup banyak yang mencapai orang per harinya. Sedangkan untuk tiket ke lokasi wisata ini yaitu Rp.3.500,-/orang. Kebun Teh Cipasung ini dikelola oleh Koperasi Buana Mukti. Pendakian Gunung Ceremai Pendakian Gunung Ceremai terletak di Desa Argamukti, Kecamatan Argapura. Yang menjadi daya tarik ini adalah puncak Gunung Ceremai, pendakian dan keindahan alamnya. Akses untuk mencapai lokasi ini kurang baik dan tidak dapat di tempuh oleh angkutan umum, dengan harga tiket untuk pendakian ini yaitu Rp ,-/orang. Peran pemerintah setempat untuk lokasi ini kurang dan hanya di kelola oleh TNGC (Taman Nasional Gunung Ceremai). Rata rata jumlah pendaki untuk tiap bulannya mencapai 100 orang sedangkan untuk hari besar seperti tahun baru dan 17 Agustus jumlah pengunjung atau pendaki Gunung Ceremai mencapai orang. Kendala atau permasalahan yang di hadapi oleh objek wisata ini kurangnya aksesibilitas untuk mencapai lokasi tersebut sehinnga pengunjung atau pendaki

33 71 Gunung Ceremai mengalami kesulitan, dan adanya pengunjung nakal yang dapat merusak lingkungan atau alam sekitar. B. Objek Daya Tarik Wisata Minat Khusus Objek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. Kriteria wisata budaya ini dapat dibedakan menjadi beberapa kriteria antara lain; Pengelolaan peninggalan sejarah, antara lain candi, keraton, dan prasasti; Pengelolaan dan/atau pembangunan museum Pembangunan dan atau pengelolaan pusat-pusat kesenian dan budaya, antara lain sanggar tari, sanggar seni pentas, dan sanggar seni lukis; Pembangunan dan pengelolaan taman rekreasi; Pembangunan dan pengelolaan tempat hiburan; Pembangunan dan pengelolaan taman satwa, antara lain Taman Buaya Blanakan; Pengelolaan monumen Secara terinci kita dapat mengelompokannya dalam beberapa bagian diantaranya objek wisata : Panorama Lemahputih Panorama Lemahputih terdiri dari dua objek wisata yang berdampingan yaitu Buana Marga (Taman Dinasaurus) dan Buana Puri (tempat hiburan, kolam renang, lapangan

34 72 golf, cafe) yang terletak di Desa Lemahputih, Kecamatan Lemahsugih, yang memiliki jarak +27 km dari pusat kota Majalengka dengan luas mencapai +20 Ha yang di kelola oleh perseorangan yaitu Bapak H. Girri. Objek wisata ini merupakan perpaduan antara jenis wisata alam dan buatan. Untuk mencapai lokasi wisata tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umun, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Setiap wisatawan yang bermaksud mengunjungi objek wisata ini dengan menggunakan kendaraan umum dapat menggunakan kendaraan jurusan Talaga Bantarujeg, Bantarujeg - Lemahsugih dengan kondisi jaringan jalan cukup baik. Ratarata pengunjung untuk setiap harinya bisa mencapai 50 orang, untuk hari libur mencapai lebih dari 100 orang, sedangkan untuk event-event tertentu bisa mencapai limaratus orang atau lebih. Untuk pendapatan dari objek dan daya tarik wisata ini pada tahun 2003 dapat menghasilkan sampai 4 6 juta/hari. Daya tarik obyek wisata ini adalah pemandangan alam yang indah menghijau dan luas serta yang menjadi ciri khas dari obyek ini adalah patung dinosaurus. Fasilitas yang terdapat di objek wisata ini yaitu kolam renang, maianan anak yang terhitung representatif, sirkuit motor cross, lapangan golf, cafetaria dan panggung hiburan. Pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menuju kebun teh Cipasung yang terhampar luas dengan fasilitas olahraga outbond yang dapat memberikan pengalaman yang berbeda dalam perjalanan wisata. Tetapi pada saat ini sudah tidak dikelola lagi oleh pemiliknya bahkan objek wisata ini akan dijual atau dilelang kepada pihak lain atau pemerintah. Sehingga objek dan daya tariik wisata ini sudah tidak terawat lagi.

35 73 C. Objek Daya Tarik Wisata Minat Khusus. Museum Talaga Manggung Museum Talaga Manggung berada di Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga. Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju ke museum ini yaitu +15 km dari pusat kota Majalengka. Akses menuju lokasi tersebut sudah baik, dimana tidak hanya bisa di tempuh oleh kendaraan pribadi melainkan dapat di tempuh oleh angkutan umum seperti Maja Cikijing, Cikijing Bandung dan sebagainya. Banyaknya peninggalan sejarah dari Kerajaan Talaga Manggung seperti kereta kencana, peralatan perang, dan alat kesenian, yang menjadi daya tarik tersendiri, dan adanya adat memandikan perkakas yang rutin dilaksananakan setahun sekali. Pengunjung yang datang kelokasi wisata budaya ini pada umumnya pelajar. Untuk tiket masuk pada lokasi wisata budaya ini tidak ada ketentuan biaya yang harus di keluarkan hanya sebatas sumbangan sukarela. Serta masih kurangnya fasilitas penunjang yang ada di Museum Talaga Manggung. Selain Museum Telaga Manggung, di Kabupaten Majalengka terdapat dua tempat bersejarah lainnya seperti Monumen Perjuangan Kawunghilir (Ceper, Baki tempat sirih, peti kayu besar, dan senjata) yang berada di Desa Cigasong dan Tugu Peringatan Riwayat Bangun Rangin yang berada di Kecamatan Jatitujuh.

36 74

37 PETA SEBARAN WISATA SKW TALAGA

38 Profil Wisatawan Profil wisatawan akan memaparkan kajian tentang asal wisatawan pengunjung objek wisata, objek/ daya tarik wisata yang diminati oleh para wisatawan, serta proyeksi mengenai karakteristik wisatawan di Kabupaten Majalengka. Data kunjungan wisatawan mencakup kelompok wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Majalengka dominan merupakan wisatawan nusantara yang berasal dari daerah Kabupaten Majalengka sendiri serta dari daerah lain seperti Indramayu, dan Cirebon. Umumnya para wisatawan yang pernah datang akan mempunyai keinginan untuk berkunjung lagi. Hal ini disebabkan selain karena keindahan alam juga keaneka ragaman dari objek wisata yang ada di Kabupaten Majalengka. Pada tahun perkembangan jumlah kunjungan Wisatawan mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Tabel 3.11 Perkembangan Jumlah Wisatawan di Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Tahun 2007 Jumlah Kunjungan Wisatawan (Orang) Uraian Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman 1 Curug Muara Jaya Curug Sawer * * * * * * 3 Air Terjun Cibali * * * * * * 4 Air Terjun Cilutung * * * * * * 5 Situ Sangiang Situ Resmi * * * * * * 7 Kebun Teh Cipasung Pendakian Gunung Ciremai Panorama Lemah Putih Taman Buana Puri Museum Talaga Manggung Sumber : - Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Kabupaten Majalengka, Tahun Observasi lapangan 2010

BAB I PENDAHULUAN. maupun perdagangan yang menyangkut aspek-aspek sosial-budaya, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun perdagangan yang menyangkut aspek-aspek sosial-budaya, lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi fenomena global baik dalam persaingan bisnis maupun perdagangan yang menyangkut aspek-aspek sosial-budaya, lingkungan hidup serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, pemerintah secara jelas menggariskan bahwa pengembangan industri pariwisata di Indonesia memiliki banyak sasaran, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Majalengka merupakan sebuah kabupaten disebelah timur Jawa Barat. Dengan memiliki luas 1204,24 Km 2, atau sekitar 2,71% dari luas Provinsi Jawa Barat, Kabupaten

Lebih terperinci

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pem-bangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 59 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris, Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Letak Kabupaten Majalengka secara geografis di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108 0 03-108 0 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 0 12-108 0 25 Bujur Timur, Sebelah Utara antara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : NOMOR : TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan sebagai sumberdaya alam fisik mempunyai peranan sangat penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010 Sektor industri memegang peranan sangat penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain cepat meningkatkan nilai tambah juga sangat besar perannya dalam penyerapan

Lebih terperinci

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 2.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN Keberadaan suatu wilayah tidak terlepas dari perkembangan wilayah lainnya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kebijakan nasional akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat yang cocok untuk semua tanaman hortikultura, hal ini merupakan salah satu keutungan komparatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan dan 334 Desa. Dari 334 desa tersebut meliputi 321 berstatus desa dan 13 berstatus kelurahan. Bila dilihat dari klasifikasi desanya terdapat 3 desa swadaya

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah kegiatan perjalanan dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan atau kenikmatan, mengetahui sesuatu, menunaikan tugas ataupun berziarah. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp. Realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten selama tahun anggaran 2009 tercatat mencapai Rp. 966.481.044.588,- Sedangkan realisasi pengeluaran mencapai Rp. 928.141.675.797,- Bila dilihat dari penerimaan

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka 4.1. Pendidikan Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh setiap manusia, karena semakin lama seseorang tersebut berkecimpung dalam kesibukannya, maka peluang untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak di bidang jasa yang sampai saat ini sudah menjadi industri terbesar di dunia, khususnya di Negara Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan gaya hidup dan tatanan dalam masyarakat saat kini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang memacu perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lahan 4.1.1 Kemiringan Pemetaan lahan potensial budidaya gurame pada parameter kemiringan lahan disusun berdasarkan peta kemiringan lereng yang diperoleh dari

Lebih terperinci

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA NO HARI, TANGGAL PUKUL NAMA OPD/UNIT KERJA 1 2 3 4 Selasa, 2 September 2014 Rabu, 3 September 2014 Kamis,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGKAN FASILITAS DIJATILUHUR WATER WORLD(JWW) KAB.PURWAKARTA

2015 STRATEGI PENGEMBANGKAN FASILITAS DIJATILUHUR WATER WORLD(JWW) KAB.PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki beragam daya tarik wisata baik wisata alam dan wisata budaya yang dapat menarik wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun membuka kesempatan kerja dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat dipengaruhi oleh; (1) daya tarik produk-produk wisata yang dimilik; (2) biaya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 hektar yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kabupaten Kudus memiliki potensi pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak dalam bidang jasa yang sampai saat ini sudah menjadi industri terbesar di dunia. Khususnya di negara Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskirpsi Lokasi Salah satu obyek wisata yang mulai banyak diminati masyarakat Gorontalo khususnya sekitar Bone Bolango adalah objek wisata Pemandian Air Terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kepulauan Nusantara dengan sebutan untaian zamrud di khatulistiwa, penuh dengan keindahan alam beserta flora dan faunanya, kaya dengan aneka ragam budaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat) BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persmasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat studi, ruang lingkup studi yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah,

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak 156.626 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak 9 Perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci