BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flu Burung atau Avian influenza disebabkan oleh subtype tertentu dari virus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flu Burung atau Avian influenza disebabkan oleh subtype tertentu dari virus"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flu Burung Definisi Flu Burung atau Avian influenza disebabkan oleh subtype tertentu dari virus influenza A pada populasi binatang, terutama ayam. Infeksi virus avian influenza A (H5N1) pada manusia pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1997 dan menyebabkan outbreak di Hongkong. Sesudah itu, strain H9 dan H7 juga dilaporkan menyebabkan infeksi pada manusia (WHO, 2005). Dikenal beberapa tipe virus influenza yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N). Influenza pada manusia disebabkan virus jenis H1N1, H2N2 dan H3N2. Sedangkan avian influenza disebabkan virus jenis H5N1, H9N1, dan H7N2. Strain yang sangat virulen penyebab flu burung adalah subtipe A H5N1 (Depkes, 2005). Virus influenza A (H5N1) termasuk orthomixovirus. Tipe virion berselubung, sferis (100 nm), dengan sebuah nukleokapsid heliks simetris yang dikelilingi 8 segmennegative-stranded RNA. Bagian dalam selubung dibatasi matriks protein (M) dan bagian luar oleh peplomer glikoprotein hemaglutinin (HA) berbentuk batang yang merupakan homotrimer dari membran glikoprotein kelas I dan molekul neuraminidase (NA) berbentuk cendawan yang merupakan tetramer dari membran protein kelas II (Kristina, 2005).

2 Strain H5N1 yang virulen berbeda dari strain avian yang lain, ini terletak pada hubungan antara pemecahan HA dan derajat virulensi. Pada strain yang virulen, HA terdiri dari banyak asam amino dasar pada lokasi pemecahan, yang dipecah secara intraseluler oleh protease endogen. Sedangkan pada kasus strain avian yang avirulen seperti virus influenza A non-avian, HA kehilangan residu asam amino dasar, karenanya tidak menjadi sasaran pemecahan protease. Selain itu, semua tipe virus influenza A secara antigenik labil, beradaptasi dengan baik untuk menghindari pertahanan tubuh dan kekurangan mekanisme untuk proof reading; karenanya konstan. Perubahan kecil dan permanen pada komposisi antigen sangat sering terjadi yang dikenal dengan antigenic drift. Karakteristik penting lain adalah antigenic shift akibat reassortment materi genetik dari spesies yang berbeda sehingga menghasilkan variabilitas pada HA spikes, menjaga struktur dasar virus tetap konstan (Kristina, 2005). Pada proses antigenic drift terjadi perubahan susunan asam amino pada waktu gen melakukan enconding antigen permukaan setiap kali virus bereplikasi sehingga menghasilkan galur baru. Sedangkan pada proses antigenic shift terjadi bila 2 virus yang berbeda dari 2 penjamu berbeda menginfeksi penjamu lain yang akan menghasilkan virus baru yang kemungkinan mampu untuk menginfeksi penjamu lain termasuk manusia (Syahdrajat, 2007). Virus H5N1 dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 C dan lebih dari 30 hari pada 0 C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama. Virus akan mati pada pemanasan 60 C selama 30 menit

3 atau 56 C selama 3 jam dan dengan deterjen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin. 2,6 Hasil studi menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Penyebaran penyakit ini terjadi di antara populasi unggas satu peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Secara umum virus flu burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas yang terserang flu burung. Belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia (Depkes, 2005) Patogenesis Penyakit influenza dimulai dengan infeksi virus pada sel epitel saluran nafas. Virus ini kemudian memperbanyak diri (replikasi) dengan sangat cepat hingga mengakibatkan lisis sel epitel dan terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran nafas. Pada tahap awal, respons imun innate akan menghambat replikasi virus, apabila kemudian terjadi reexposure, respons imun adaptif yang bersifat antigen spesifik mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang pembentukan sitokin proinflamasi termasuk IL-1, IL-6, dan TNF-a yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dan menyebabkan gejala sistemik influenza seperti demam, malaise, dan mialgia. Umumnya influenza bersifat self limiting dan virus terbatas pada saluran nafas (Redaksi infeksi.com, 2007).

4 Infeksi strain H5N1 yang sangat patogen memicu respons imun yang tidak cukup sehingga menyebabkan respons inflamasi sistemik. Kemampuan strain H5N1 untuk menghindari mekanisme pertahanan tubuh (sitokin) berperan pada patogenitas dari strain ini. Pada infeksi H5N1, sitokin yang diperlukan untuk menekan replikasi virus, terbentuk secara berlebihan (cytokine storm) yang justru menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas dan berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis interstisial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar, mobilisasi sel radang dan eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan juga fibroblas. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain (anoxic multiorgan dysfunction) (Redaksi infeksi.com, 2007) Diagnosis WHO pada bulan Agustus 2006 membuat definisi baru tentang kasus infeksi virus influenza H5N1 (Redaksi infeksi.com, 2007). 1. Orang yang dalam investigasi yakni seseorang yang telah diputuskan oleh pejabat kesehatan yang berwenang dalam kesehatan masyarakat untuk diinvestigasi mengenai kemungkinan infeksi H5N1. 2. Kasus suspek yakni seseorang dengan penyakit saluran nafas bawah yang tidak bisa dijelaskan disertai demam >38oC, batuk dan sesak atau kesulitan bernafas dan satu atau lebih keadaan di bawah ini (dalam 7 hari sebelum terjadi gejala):

5 a. Kontak dekat (jarak 1 meter) dengan orang (merawat, berbicara, bersentuhan) yang dicurigai, probabel atau yang sudah dipastikan menderita avian influenza. b. Terpapar ayam, unggas atau bangkai unggas, lingkungan tercemar kotoran unggas di daerah yang dicurigai atau dipastikan terjadi infeksi H5N1 pada unggas atau manusia dalam satu bulan terakhir. c. Mengkonsumsi bahan baku atau produk ternak ayam yang tidak dimasak sempurna di daerah yang dicurigai atau telah dikonfirmasi ada kasus H5N1 pada unggas atau manusia dalam 1 bulan terakhir. d. Kontak dengan binatang (bukan unggas) yang sudah dipastikan tertular H5N1. e. Kontak dengan bahan pemeriksaan (hewan maupun manusia) yang dicurigai mengandung H5N1. 3. Kasus probabel Definisi 1: kriteria kasus infiltrat atau bukti suatu pneumonia akut pada gambaran foto toraks ditambah bukti gagal nafas (hipoksemia, takipnoe berat) atau konfirmasi laboratorium positif untuk influenza A tetapi untuk infeksi H5N1 belum terbukti positif suspek dan satu atau lebih keadaan di bawah ini: Definisi 2: seseorang yang meninggal karena penyakit saluran nafas akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, secara epidemiologi dengan kasus probabel atau konfirm avian influenza.

6 4. Kasus pasti (confirm) yakni kasus suspek atau probabel dan satu dari hasil laboratorium ini: a. Kultur virus menunjukkan positif influenza A/H5N1. b. PCR positif H5N1. c. Peningkatan titer antibodi netralisasi untuk H5N1 empat kali lipat atau lebih antara fase akut dan fase konvalesen. Titer antibodi netralisasi harus 1:80 atau lebih tinggi. d. Titer antibodi mikronetralisasi untuk H5N1 1:80 atau lebih dari serum hari 14 atau sesudahnya setelah gejala timbul dan suatu hasil positif menggunakan assay yang berbeda (misalnya HI 1:60 atau lebih, atau Western Blot) Flu Burung pada Unggas Hal-hal yang menyebabkan infeksi virus flu burung pada unggas 1. Kontak langsung dengan (CBAIC, 2007): a. Unggas yang terinfeksi, sebagai contoh: unggas sehat bercampur dengan unggas yang terinfeksi saat berkeliaran di halaman atau berada dalam satu kandang. b. Burung-burung liar yang terinfeksi, contoh: saat mereka berada di sawah. 2. Kontak tidak langsung melalui (CBAIC, 2007): a. Kotoran dari unggas yang terkena virus atau burung-burung liar. b. Sumber air (danau, kolam) yang tercemar kotoran dan atau bulu dari unggas yang terinfeksi atau burung-burung liar.

7 c. Jerami tempat sarang unggas yang terinfeksi. d. Virus yang terbawa oleh orang-orang yang datang dari daerah yang terjangkit melalui sepatu, baju, perkakas (cangkul, sekop, sangkar, bak atau peti telur) dan alat transportasi (sepeda dan ban sepeda motor). e. Pakan unggas yang terinfeksi Gejala flu burung yang umum pada unggas Kita harus mencurigai unggas kita telah terjangkit virus Flu Burung jika mengalami gejala sebagai berikut (CBAIC, 2007): 1. Unggas mati mendadak dalam jumlah yang besar dengan atau tanpa gejala klinis. 2. Unggas mungkin memiliki gejala yang berikut: a. Lemas (tidak berenergi) dan kehilangan selera. b. Jengger bengkak, berwarna biru atau berdarah, bulu-bulu berguguran. c. Kepala tertunduk menyatu dengan badan. d. Kesulitan bernafas. e. Bengkak pada kepala dan kelopak mata. f. Pendarahan di kulit pada area yang tidak ditumbuhi bulu, terutama pada kaki. g. Penurunan jumlah telur yang dihasilkan. h. Diare, menggigil dan mengeluarkan air mata. i. Gelisah Cara mencegah perpindahan virus flu burung antar unggas Flu Burung dapat dicegah! Untuk melindungi unggas, Anda harus mengikuti instruksi-instruksi sebagai berikut (Depkes, 2004):

8 a. Masukkan unggas ke dalam kandang, jangan biarkan berkeliaran. b. Kandangkan masing-masing unggas dalam kandang yang berbeda. c. Pilih atau beli ayam atau bebek atau unggas muda yang sehat. Pisahkan unggas yang baru dibeli setidaknya selama dua minggu. d. Jika unggas terlihat sakit, segera pisahkan dari yang lainnya. e. Cuci tangan dengan sabun sesudah kontak dengan unggas. f. Transportasikan hanya unggas yang sehat. g. Bersihkan halaman di sekitar kandang setiap hari (buanglah kotoran unggas maupun bulunya. Bakar atau kuburkan kotorannya). h. Cuci dan bersihkan peralatan yang dipakai di peternakan dengan disinfektan seminggu sekali. i. Bersihkan, cuci, kemudian suci hamakan kandangnya dengan disinfektan atau bahan kimia lainnya. Seperti cairan pemutih pakaian. j. Siapapun (termasuk Anda dan keluarga Anda) yang masuk ke halaman peternakan, cuci sol sepatu dengan air bersabun atau berikan sepatu yang bersih saat mereka memasuki gerbang. k. Beri pakan yang menyehatkan dan air bersih pada unggas. l. Beri vaksin unggas yang sehat jika memungkinkan untuk mencegah berjangkitnya infeksi virus Flu Burung. Langkah-langkah yang harus kita perbuat jika unggas mati mendadak dan dalam jumlah yang banyak (Depkes, 2004):

9 a. Laporkan kepada aparat berwenang terutama ke Dinas Pertanian/Peternakan atau Dinas Kesehatan. b. Jangan buang unggas yang mati. c. Musnahkan unggas dengan cara dibakar atau kuburkan bangkai dengan kedalaman galian setinggi lutut orang dewasa. d. Gunakan alat pelindung (masker, sarung tangan, sepatu bot, baju lengan panjang, celana panjang dan topi). e. Bersihkan badan sesudahnya dan cuci semua pakaian dengan sabun. f. Bersihkan, cuci, kemudian suci hamakan dengan disinfektan seperti pemutih dan Chlor, tepung kapur atau karbol untuk membersihkan sarang, kandang dan alat transportasi. g. Bersihkan sepatu atau sandal, peralatan, roda atau ban mobil transportasi sebelum memasuki dan setelah meninggalkan kandang unggas. Bagi pedagang, jangan parkir kendaraan dekat kandang. h. Cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan unggas. i. Salinlah baju dan cuci pakaian dengan sabun setelah kontak dengan unggas. j. Kandang harus dikosongkan selama 2 minggu sehingga bebas virus Flu Burung. k. Hanya menjual atau membeli dan mengangkut unggas sehat.

10 Cara Penularan Flu Burung pada Manusia 2005): Manusia bisa terinfeksi atau terjangkit oleh virus H5N1 melalui (Depkes. a. Kontak dengan unggas yang terinfeksi saat membawa, mengangkut, menyembelih dan memproses unggas atau terinfeksi kotoran unggas. b. Makan darah unggas mentah, marus dan makan telur atau daging unggas setengah matang Gejala-gejala Umum Gejala Flu Burung pada manusia mirip dengan gejala flu pada umumnya seperti (Depkes. 2005): a. Mendadak mengalami demam tinggi dan berkelanjutan hingga di atas 38 0 C. b. Mengalami sesak nafas. c. Batuk. d. Sakit kepala, terasa ngilu di persendian lengan, kaki dan punggung (sakit akan meningkat saat batuk). Mungkin juga terasa sakit di sekitar mata. Penyakit dapat berkembang dengan cepat dan menimbulkan permasalahan pada pernafasan hingga akhirnya menurunkan kondisi tubuh. Perawatan yang terlambat akan mengakibatkan pasien meninggal Cara Mencegah Penularan Virus Flu Burung (H5N1) dari Hewan ke Manusia Pada saat ini, tidak ada vaksin yang mampu mencegah penyakit ini jika sudah berjangkit pada manusia dan penanganannya pun sukar dilakukan. Maka dari itu

11 pencegahan Flu Burung sangatlah penting. Bisa saja unggas tetap tampak sehat meskipun ia membawa virus H5N1. Untuk mencegah berjangkitnya virus Flu Burung secara aktif, ikuti petunjuk berikut (CBAIC, 2007): a. Melatih diri sendiri dan menjaga kesehatan makanan. b. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah kontak dengan unggas dan produk unggas lainnya, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan. c. Beli unggas yang sehat. d. Jangan makan darah mentah, marus dan daging unggas atau telur setengah matang. e. Jangan menyembelih unggas sakit. f. Jangan makan unggas mati atau sakit. g. Hindari kontak dengan sumber yang terinfeksi. h. Jangan biarkan anak-anak melakukan kontak dengan unggas atau bermain di dekat kandang. i. Jangan biarkan unggas berkeliaran di dalam rumah. j. Hindari kontak yang tak perlu dengan unggas, bahkan unggas yang sehat sekali pun. k. Gunakan masker dan sarung tangan saat kontak atau menyembelih unggas. l. Kuburkan limbah unggas (bulu, jeroan dan darah) sedalam lutut orang dewasa setelah disembelih. m. Mandi, ganti dan cuci pakaian, juga sepatu atau sandal dengan sabun setelah kontak dengan unggas. n. Cari perawatan dengan segera.

12 o. Jika Anda menderita demam tinggi, sakit pada dada, susah bernafas, sakit kepala dan otot terasa ngilu, sesudah kontak dengan unggas yang sakit atau mati segera pergi ke klinik atau rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Jangan mengobati sendiri, minumlah obat yang diresepkan oleh dokter. Yang harus dilakukan saat ada orang terinfeksi virus Flu Burung (Depkes, 2004) a. Bawalah segera orang yang menderita demam tinggi tersebut ke rumah sakit terdekat. b. Jangan mengobati sendiri, minumlah obat yang diresepkan oleh dokter. c. Hindari kontak yang tak perlu dengan orang yang terinfeksi Flu Burung (H5N1). Jika harus terjadi kontak, gunakan pakaian pelindung Partisipasi Masyarakat untuk Mencegah Flu Burung Jika tidak terjangkit flu burung a. Komunikasikan kepada para keluarga, tetangga dan warga sekitar mengenai dampak Flu Burung serta cara pencegahannya jika sampai menyerang unggas dan manusia. Sebarkan selebaran "Pencegahan Flu Burung pada unggas dan manusia" melalui pertemuan-pertemuan dengan para ibu, arisan dan pertemuanpertemuan kelompok kecil di masyarakat lainnya. b. Beri semangat dan pengertian pada para warga untuk mempraktekkan kebersihan diri dan lingkungan di rumah, di dapur, di halaman, kandang dan tempat umum.

13 c. Jadilah contoh yang terbaik dalam pengelolaan kebersihan halaman dan kandang. d. Beri pengertian kepada para ibu agar selalu melakukan vaksinasi unggas jika memungkinkan. e. Selalu waspada, mengamati dan lapor pada Dinas Peternakan/Pertanian atau Dinas Kesehatan setempat jika ada kematian unggas yang mendadak dan dalam jumlah yang besar di lingkungan Anda (CBAIC, 2007) Jika terjangkit flu burung a. Ajari dan sediakan petunjuk pada orang-orang di lingkungan kita bagaimana cara mencegah Flu Burung dari mulai penyebaran hingga penularannya pada manusia. Selalu ingatkan warga untuk menjaga kebersihan masing-masing, batasi kontak dengan unggas sakit. b. Doronglah masyarakat agar selalu mengikuti petunjuk petugas Dinas Peternakan/Pertanian atau Dinas Kesehatan, untuk menangani unggas yang sakit atau mati. c. Bantu untuk mendeteksi dan melaporkan wilayah yang baru terjangkit Flu Burung pada pihak berwenang, Dinas Peternakan/Pertanian atau Dinas Kesehatan setempat (CBAIC, 2007) Masa Inkubasi a. Pada Unggas : 1 minggu. b. Pada Manusia : 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari (Dinkes, 2004).

14 2.2. Faktor Internal dan Eksternal Perilaku Masyarakat Perilaku pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada manusia, baik yang dapat diamati secara langsung atau pun dapat ditaati secara tidak langsung. (Notoatmodjo, 1993). Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek tersebut. Bentuk dari respon tersebut adalah: 1) bentuk pasif atau respon internal, yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, berupa pikiran, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan, dan 2) bentuk aktif, yakni apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara langsung dalam bentuk tindakan nyata atau overt behavior (Notoatmodjo, 1993). Pendapat lain tentang perilaku dikemukakan oleh Budioro (1998) yang mendefinisikan sebagai segala bentuk tangapan dari individu terhadap lingkungannya. Proses dan mekanisme perilaku sebenarnya sangat rumit dan kompleks, tetapi bentuk operasionalnya disederhanakan dalam 3 komponen utamanya, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Lebih lanjut Notoatmodjo (1993) mengatakan bahwa pembentukan perilaku dipengaruhi oleh: 1) faktor intern/dalam diri individu yang mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, dan 2) faktor ekstern/luar individu meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Berikut diuraikan bentuk operasional dari perilaku, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan.

15 Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2002), faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (faktor internal) seperti umur, pendidikan, status pernikahan, suku keyakinan, dan nilai, berkenaan dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atu faktor pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir adalah faktor penguat (faktor eksternal) seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain. Teori dan model perilaku dan kesehatan yang lain adalah Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model/HBM). Di dalam teori HBM menganggap perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus model ini menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemanjuran pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku-perilaku kesehatan. Strecher and Rosenstock (1997) mengatakan ada 7 komponen dan HBM, yaitu: 1) Pengertian tentang kerentanan penyakit (perceived susceptibility). Misalnya pengertian tentang seberapa besar kemungkinan seseorang dapat dihinggapi penyakit atau terlibat dalam masalah kesehatan yang bersangkutan. 2) Pengertian tentang keparahan penyakit (perceived severity). Misalnya pengertian tentang seberapa parahnya bila ia sampai terjangkit penyakit atau terlibat masalah kesehatan yang bersangkutan.

16 3) Pengertian tentang kegunaan/manfaat untuk melakukan tindakan yang bersangkutan (perceived benefits). Misalnya bila ia bersedia melakukan tindakan apakah ancaman kerentanan dan keparahan penyakit akan berkurang atau teratasi. 4) Pengertian tentang hambatan untuk melakukan tindakan yang bersangkutan (perceived barriers). Misalnya yang menyangkut biaya, bahaya efek samping atau komplikasi, khawatir menhadapi rasa sakit atau ketidaknyamanan lainnya. 5) Dorongan untuk bertindak (cues of action). Adanya sumber informasi tambahan yang akan mempengaruhi pengertian-pengertian tersebut di atas, seperti pendidikan, gejala-gejala penyakit, media informasi. 6) Kemampuan diri untuk berperilaku melaksanakan tindakan yang bersangkutan (self-efficacy). Misalnya dengan kondisi yang ada pada dirinya apakah ia merasa mampu berperilaku sebagaimana yang seharusnya. 7) Variabel lain, seperti demografi, sosiopsikologi dan variabel struktur yang mempengaruhi persepsi individu dan tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatan. Bagan 2.1 berikut menyajikan komponen HBM dan keterkaitannya. Persepsi individu Pengertian kerentanan dan keparahan penyakit Faktor-faktor yang mempengaruhi Umur, jenis kelamin, ras, Kepribadian Sosioekonomi Pengetahuan Pengertian ancaman penyakit Dorongan untuk bertindak : Pendidikan Gejala penyakit, sakit Media informasi Kemungkinan tindakan Manfaat dari tindakan dikurangi hambatan untuk perubahan perilaku Kemungkinan untuk perubahan perilaku Bagan 2.1. Komponen Health Belief Model dan Keterkaitannya (Strecher and Rosenstock, 1997)

17 Di samping teori perilaku di atas, yakni teori precede and proceed dan HBM, teori lain tentang perubahan perilaku dikemukakan oleh Fishbein yakni teori tindakan beralasan (theory of reasoned action). Di dalam teori tindakan beralasan dikemukakan faktor paling penting dalam mempengaruhi perilaku adalah keinginan berperilaku (behavioral intention) seseorang. Keinginan berperilaku adalah suatu proposisi yang menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang. Faktor yang langsung mempengaruhi keinginan berperilaku adalah sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) dan norma subyektif atau sosial yang berhubungan dengan perilaku (subjective norm). Kepercayaan utama untuk berperilaku (behavioral beliefs) dan evaluasi dalam melakukan perilaku (evaluation of behavioral outcomes) secara bersama akan membentuk sikap terhadap perilaku. Norma subjektif adalah persepsi seseorang tentang apa yang mereka anggap bahwa orang lain ingin agar mereka lakukan. Norma subyektif dipengaruhi oleh kepercayaan normatif (normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan (motivation to comply). Menurut teori tindakan beralasan seseorang cenderung melaksanakan perilaku yang dievaluasi dan diterima secara baik oleh orang lain dan cenderung menahan diri dari perilaku yang dianggap tidak baik dan tidak menyenangkan orang lain (Montano, Kasprzyk and Taplin, 1997 dan Peter dan Olson, 2000). Bagan di bawah ini mencantumkan teori tindakan beralasan.

18 Pengaruh lingkungan : 1. Lingkungan Fisik 2. Lingkungan Sosial 3. Lingkungan Pemasaran Variabel Personal: 1. Nilai, tujuan akhir 2. Pengetahuan lainnya, kepercayaan dan sikap 3. Sifat pribadi 4. Pola gaya hidup 5. Karakteristik demografi 6. Karakteristik psikologis Kepercayaan utama berperilaku Evaluasi dalam melakukan perilaku Kepercayaan normatif Motivasi untuk memenuhi harapan Sikap terhadap perilaku Keinginan berperilaku Norma subjektif Perilaku Bagan 2.2. Teori Tindakan Beralasan (Montano, Kasprzyk and Taplin, 1997 dan Peter dan Olson, 2000) Umur Umur merupakan variabel yang sangat penting dalam mempelajari masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2002) Pendidikan Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang bertujuan kepada kedewasaan, tujuannya adalah pendewasaan anak. Menurut Notoatmodjo (2002), pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidik guna mencapai perubahan perilaku (tujuan) Status Perkawinan Menurut Becker yang dikutip oleh Smet (1984), seseorang dalam melakukan tindakan atau melakukan suatu perilaku tidak lepas dari peran pertimbangan keluarga seperti anak dan suami.

19 Status Sosial Ekonomi Menurut teori Green status sosial ekonomi seseorang juga menentukan seseorang melakukan suatu tindakan. Berdasarkan status sosial ekonomi orang akan memilih apa yang akan dilakukan. Menurut Sarwono (1997), seorang memilih dan menentukan suatu keputusan untuk melakukan tindakan akan dipengaruhi oleh ketersediaan biaya yang dimiliki Perilaku dan Bentuk-bentuk Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat (overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, seperti misalnya pengetahuan, persepsi atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku kedalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 1997).

20 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, rasio, televisi, foster majalah dan surat kabar (Sarwono, 1997). Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2002). Menurut Notoatmodjo (2002), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: 1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, mendefinisikan,

21 memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari. 2. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain. 3. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen terapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 4. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada. 5. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebut juga bahwa sikap itu merupakan kesiapan

22 atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2002). Menurut Gerungan (1991), sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Peranan sikap di dalam kehidupan manusia sangat besar, sebab apabila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan cara-cara tingkah lakunya terhadap objekobjek sikapnya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat dibedakan menjadi (Notoatmodjo, 2002): 1. Sikap Sosial Suatu sikap sosial yang dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat. 2. Sikap Individu Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, di mana sikap-sikap individual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat-sifat pribadi diri sendiri.

23 Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan. Sikap mempunyai karaktarisik: 1. Selalu ada objeknya. 2. Biasanya bersifat evaluatif. 3. Relatif mantap. 4. Dapat dirubah. Sikap adalah kecenderungan untuk berespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadangkadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang. Menurut Ahmadi sikap dibedakan menjadi (Notoatmodjo, 2002): 1. Sikap negatif, yaitu: sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada. 2. Sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukkan menerima atau menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada. Menurut Notoatmodjo (2002), sikap mempunyai beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

24 2. Merespon (responding), memberi jawaban apabila diotaknya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Bertanggung jawab (responsibel), bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi. 4. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden Tindakan Suatu rangsang akan direspon oleh sesorang sesuai dengan arti rangsangan tersebut bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi inilah yang disebut perilaku, bentuk-bentuk perilaku itu sendiri dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dibedakan atas sikap, di mana sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan atau suatu fasilitas.

25 Tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara logis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis (Notoatmodjo, 2002). Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2002): 1. Persepsi, mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respons terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. 4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

26 a. Kerangka Konsep Faktor Internal Umur Status Pernikahan Pendidikan Pengetahuan Sikap Variabel independen/bebas Tindakan Penangulangan Flu Burung Faktor Eksternal Intervensi Petugas Kelurahan Intervensi Petugas Kesehatan Media Cetak Media Elektronik Variabel dependen/terikat Gambar 2.1. Kerangka Konsep

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi

Lebih terperinci

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi

Lebih terperinci

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUEIONER PENELIIAN A. Identitas Responden Nama : Alamat : Jenis Kelamin : laki-laki perempuan Umur : Pendidikan : D Diploma/arjana LP tidak tamat D LA tatus pernikahan: elum menikah Menikah Duda/Janda.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Lebih terperinci

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekilas Tentang Flu Burung 2.1.1 Pengertian Flu Burung Penyakit influenza pada unggas ( Avian Influenza / AI ) yang pada saat ini kita kenal dengan sebutan Flu Burung adalah

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena

Lebih terperinci

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 1 P a g e Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Lengkap : Kelas:

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran : !!"!!#$ Dewasa ini virus H5N1 atau yang lazim dikenal sebagai virus flu burung (Avian Influenza) telah mewabah dimana mana. Virus ini pada awalnya hanya menginfeksi unggas. Namun akhir akhir ini diberitakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan itik (Soejoedono

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Arie W, FKM Undip FLU BABI PIG FLU SWINE FLU Terbaru : Influensa A H1N1 Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Bersifat wabah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Flu Burung 1. Pengertian Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di waspadai adalah yang

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flu burung 2.1.1 Pengertian Penyakit Flu burung Influenza (flu) merupakan penyakit yang menyerang saluran nafas dan datang mendadak. Penyakit ini sering terjadi saat perubahan

Lebih terperinci

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 6 Bab II Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 2.1 Sejarah virus Avian Flu Avian Flu merupakan infeksi virus influenza A subtipe H5N1 yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan babi, tetapi setelah menyerang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kolostrum 2.1.1 Pengertian Kolostrum merupakan air susu yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, berwarna agak kekuningan lebih kuning dari ASI biasa,

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

Surveillance. FLU BURUNG Buku Pegangan untuk. arakat

Surveillance. FLU BURUNG Buku Pegangan untuk. arakat Surveillance FLU BURUNG Buku Pegangan untuk Relawan an Surveillance di Masyarakat arakat Proyek Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Flu Burung ( Avian Influenza Capacity Building and Training / ACT Project)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Virus influenza diklasifikasi menjadi tipe A, B dan C karena nukleoprotein dan matriks proteinnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AVIAN INFLUENZA (AI)/ FLU BURUNG DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

Pertanyaan Seputar Flu Burung (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in

Lebih terperinci

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS VIRUS FIRMAN JAYA OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS PENDAHULUAN Metaorganisme (antara benda hidup atau benda mati) Ukuran kecil :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi 1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY : Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected

BAB 1 PENDAHULUAN. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected Infectious Diseases (NIDs) yaitu penyakit infeksi yang endemis pada masyarakat miskin atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Adalah teori-teori terbentuknya atau terjadinya perilaku. Dengan adanya bermacam-macam teori ini akan mengarahkan intervensi kita

Lebih terperinci

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( ) Pendahuluan : NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin (078114032) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Newcastle Disease (ND) juga di kenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.

Lebih terperinci

Tinjauan Mengenai Flu Burung

Tinjauan Mengenai Flu Burung Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Apa itu MERS CoV? Mers CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Sindrom pernapasan Timur Tengah karena Virus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV). HBV ditemukan pada tahun 1966 oleh Dr. Baruch Blumberg berdasarkan identifikasi Australia antigen yang sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007, UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007, Indonesia dikejutkan lagi dengan wabah flu burung yang sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Novel Corona Virus yang berjangkit di Saudi Arabia sejak bulan maret 2012, sebelumnya tidak pernah ditemukan di dunia. Oleh karena itu berbeda karekteristik dengan

Lebih terperinci

1. ASPEK BIOLOGI MORFOLOGI VIRUS EBOLA:

1. ASPEK BIOLOGI MORFOLOGI VIRUS EBOLA: Virus Ebola menyebabkan demam hemorrhagic. Semenjak dikenal tahun 1976, Virus Ebola menyebabkan penyakit yang fatal pada manusia maupun binatang primata (monyet, gorila dan simpanse). Dinamakan Virus Ebola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) INFLUENZA (FLU BURUNG, H1N1,SARS) Merupakan New Emerging Disease Penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci