BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di
|
|
- Yulia Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Flu Burung 1. Pengertian Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di waspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H= Haemagglutinin, N= Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia (Iwandarmansjah, 2007) 2. Penyebab Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubahubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemic dan pandemic. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidse (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtype flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtype A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 o C dan lebih dari 30 hari pada 0 o C. Virus akan mati 8
2 9 pada pemanasan 60 o C selama 30 menit atau 56 o C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine (Iwandarmansjah, 2007) 3. Gejala Menurut Atmawinata (2006), gejala penyakit flu burung dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala pada unggas dan gejala pada manusia. a. Gejala pada unggas. 1) Pembengkakan pada kepala 2) Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata 3) Diare 4) Batuk, bersin, dan ngorok 5) Pendarahan dibawah kulit (sub kutan) 6) Pendarahan titik (ptechie) pada ayam 7) Jengger, dan kulit yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan 8) Borok di kaki 9) Kematian mendadak b. Gejala pada manusia. 1) Demam (suhu badan diatas 38 o C) 2) Batuk, sesak napas, dan mengeluarkan lendir bening dari hidung 3) Sakit tenggorokan 4) Hilang nafsu makan 5) Diare dan muntah-muntah
3 10 6) Peradangan di paru-paru (pneumonia) 7) Kematian dengan cepat jika tidak segera diatasi. 4. Masa Inkubasi. Menurut Iwandarmansjah (2007), masa inkubasi pada flu burung ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Masa inkubasi pada unggas : 1 minggu b. Masa inkubasi pada manusia : 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari. 5. Penularan Menurut Atmawinata (2006), cara penularan virus flu burung ini dengan cara : a. Cara penularan dari unggas ke unggas. 1) Kontak langsung unggas yang terinfeksi flu burung dengan unggas yang peka. 2) Melalui feses (kotoran) unggas yang terserang flu burung. 3) Melalui lendir yang keluar dari hidung dan mata. 4) Melalui udara. 5) Melalui perdagangan unggas. 6) Melalui makanan dan minum yang terkontaminasi. b. Cara penularan flu burung dari hewan ke manusia. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak
4 11 langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. 6. Diagnosis flu burung Menurut Yuliarti (2006), diagnosis flu burung meliputi : a. Rapid Test Alat ini berbentuk kotak plastik kecil yang didalamnya terdapat kertas putih dengan kode C (control) dan T (Test) yang sudah ditetesi antibodi virus flu burung yang berperanan mendeteksi antigen virus. Jika unggas terkena flu burung, antigen virus pada unggas terikat dengan antibodi yang ada dalam kertas, sehingga akan memunculkan dua garis vertikal pada area C dan T. Keuntungan metode ini adalah kecepatannya karena kita langsung dapat mengetahui hasilnya. b. HI (Hemaglutinasi Inhibisi) Alat ini untuk melihat antibodi terhadap Hemaglutinin (H). Uji ini lebih sensitif dari pada rapid test dan cukup murah, meskipun membutuhkan waktu lebih lama (sekitar 3 hari). c. AGP (Agar Gel Presipitation) Alat ini untuk melihat antibodi terhadap Neuraminidase (N). d. VN (Virus Netralisasi) Alat ini untuk mengetahui pembentukan antibodi. e. Isolasi Virus f. PCR (Polimerase Chain Reaction) Alat ini untuk memastikan adanya virus Influenza A subtipe H5N1. Metode ini masih jarang digunakan pada hewan. Uji ini sebenarnya
5 12 sensitif dan akurasinya tinggi, tetapi mungkin karena membutuhkan biaya mahal, sehingga masih jarang dipergunakan. Pada manusia, selain pemeriksaan laboratorium diatas, ada pula pemeriksaan laboratorium yang meliputi : 1) Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan Hb, hitung jenis leukosit, hitung total leukosit, trombosit, laju endap darah, albumin, globulin, SGPT, SGOT, ureum, kreatinin, serta analisa gas darah. 2) Pasien pemeriksaan mikrobiologi meliputi Rapid test, ELISA, dan pemeriksaan antigen (HI, IF/FA). 3) Foto Toraks. 7. Pencegahan Menurut Iwandarmansjah (2007), pencegahan flu burung dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Pada Unggas: 1) Pemusnahan unggas / burung yang terinfeksi flu burung 2) Vaksinasi pada unggas yang sehat b. Pada Manusia : 1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) a) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. b) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. c) Menggunakan alat pelindung diri, misalnya dengan : masker dan pakaian kerja.
6 13 d) Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja. e) Membersihkan kotoran unggas setiap hari. 2. Masyarakat umum 2) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup. 3) Mengolah unggas dengan cara yang benar, Yaitu : 1) Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya). 2) Memasak daging ayam sampai dengan suhu kurang lebih 80 o C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu kurang lebih 64 o C selama 4,5 menit. 8. Pengobatan Menurut Yuliarti (2006), pengobatan bagi penderita flu burung meliputi : a. Pasien dirawat dalam ruang isolasi selama kurang lebih 7 hari untuk menghindari penularan lewat udara. Meskipun sampai saat ini belum ada bukti kuat bahwa flu burung dapat menular dari manusia ke manusia, tetapi kita tetap harus mewaspadai penyebaran virus flu burung dan kemungkinan virus melakukan mutasi maupun perkawinan dengan virus flu burung subtipe lain dan dapat menular antar manusia. b. Pemberian oksigen bila terdapat sesak nafas yang mengarah kepada gagal nafas. c. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus). d. Pengobatan terhadap gejala flu seperti pemberian penurun panas dan
7 14 penghilang pusing, dekongestan, dan antitusif. e. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari. f. Pemberian obat Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari. B. Perilaku 1. Pengertian Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis, dan membaca dan sebagainya. Menurut Sarwono (1993), perilaku adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh makhluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung. Perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Green (1991) dikutip oleh Notoatmodjo (2003) kesehatan
8 15 seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes), dan faktor non perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : a) Faktor predisposisi (Predisposing factor) Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. Misalnya perilaku warga untuk mencegah penularan flu burung akan lebih mudah apabila warga tersebut tahu apa manfaat dari pencegahan tersebut. Disamping itu, kepercayaan, tradisi, sistem nilai di masyarakat setempat juga sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku. b) Faktor pemungkin ( Enabling factor) Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. c) Faktor penguat (Reinforcing factor)
9 16 Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Tetapi dukungan, sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan juga sangat mempengaruhi terjadinya perilaku, terutama perilaku kesehatan. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang dalam upaya kesehatan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit. 3. Perilaku Kesehatan Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) Perilaku
10 17 kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan, dan minum, serta lingkungan. Perilaku bisa dilakukan dengan upaya-upaya kesehatan. Menurut Depkes RI (1992), upaya kesehatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesehatan seseorang diselenggarakan dengan empat macam pendekatan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Dengan sendirinya perilaku dalam upaya kesehatan meliputi empat hal tersebut diatas yaitu : a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) b. Perilaku pencegahan penyakit (prevention behavior) merupakan respon untuk pencegahan penyakit, misalnya imunisasi, termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit pada orang lain. c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior) dan penyembuhan penyakit (curative behavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan misalnya dengan mengobati sendiri penyakitnya, pengobatan ke fasilitas kesehatan. d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan.
11 18 4. Perilaku pencegahan flu burung Perilaku pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruslah didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologis. Sedangkan yang dimaksud pencegahan terhadap penyakit menular adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan dari masyarakat tersebut (Noor, 2006). Sedangkan untuk menekan merebaknya penyakit flu burung, maka perlu dilakukan upaya pencegahan. Menurut Yuliarti (2006), perilaku kesehatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit flu burung adalah : a. Biasakan membasuh tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik serta melakukan desinfeksi ketika selesai kontak dengan unggas, akan lebih baik bila mandi. b. Gunakan pakaian pelindung lengkap dengan masker, sarung tangan, dan kaca mata pelindung jika melakukan kontak dengan unggas, pakaian hendaknya disimpan di tempat yang terpisah dari rumah dan tidak digunakan untuk aktivitas lain. c. Memasak daging dan telur unggas sampai benar-benar matang. d. Menjaga daya tahan tubuh dengan makanan seimbang dan bergizi, istirahat dan olah raga teratur. e. Hindari perjalanan menuju tempat-tempat yang terjangkit wabah flu
12 19 burung jika memang tidak diperlukan. f. Memelihara ventilasi ruangan, kebersihan kamar, dan kesehatan pribadi. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.50/Permentan/OT.140/ 10/2006 dalam Roni dan Iswandari (2007), untuk mengendalikan penyebaran penyakit flu burung, maka masyarakat hendaknya ikut berperan aktif dalam pencegahan flu burung dengan upaya pencegahan sebagai berikut : 1. Menggunakan lahan yang letaknya terpisah dari pemukiman sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. 2. Tidak membiarkan unggas berkeliaran bebas (sebaiknya di kandang) 3. Menempatkan kandang atau sangkar secara terpisah dari rumah (tempat tinggal). Sirkulasi udara (ventilasi) harus baik. 4. Memisahkan unggas yang berlainan jenis seperti ayam, burung, itik, angsa, atau jenis unggas lainnya. 5. Segera membersihkan sisa makanan dan air minum agar tidak mengundang burung-burung liar. 6. Membersihkan kandang dan peralatan kandang setiap hari serta menyemprot menggunakan disinfektan secara berkala. 7. Menjaga kandang dan alas kandang agar tetap kering. 8. Menggunakan penutup mulut dan hidung (masker) serta sarung tangan pada saat merawat unggas peliharaan. 9. Segera mencuci tangan dan kaki (alas kaki) menggunakan sabun atau
13 20 anti septic setelah menangani unggas peliharaan. 10. Memisahkan unggas yang baru datang selama tujuh hari. 11. Menghindari kontak dengan unggas. C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2. Tingkatan pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya. Contohnya
14 21 yaitu masyarakat dapat menguraikan pengertian tentang penyakit flu burung, menjelaskan penyebab flu burung, dan menyebutkan tanda dan gejala flu burung, serta menjelaskan cara penularan dan pencegahan flu burung. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan serta, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya. Contohnya yaitu masyarakat dapat menyebutkan tanda dan gejala penyakit flu burung dan dapat menjelaskan secara lengkap mengenai cara penularan dan pencegahan flu burung. c. Aplikasi (Application) Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain. Contohnya masyarakat dapat melaksanakan atau melakukan upaya pencegahan agar tidak timbul penyakit flu burung, diantaranya yaitu dengan membersihkan lingkungan rumah serta kandang setiap hari. d. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
15 22 ke dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan menganalisa penyakit flu burung dapat dilihat dari penggunaan kata-kata: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan berbagai masalah mengenai penyakit flu burung yang meliputi cara pencegahan, penularan, penyebabnya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya masyarakat dapat merencanakan tindakan pencegahan agar tidak timbul penyakit flu burung yang sesuai dengan teori yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap tindakan yang dilakukannya tentang cara pencegahan, penularan, dan penyebab penyakit flu burung, kemudian di evaluasi sudah sesuai belum dengan teori, selanjutnya sesuaikan dengan materi dan aturan yang benar. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Nasution (1999), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
16 23 yaitu : a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan (pengetahuan) seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut. b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas, sedang umur semakin banyak (bertambah tua). e. Sosial Ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.
17 24 D. Sikap 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003). 2. Komponen-komponen sikap Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
18 25 3. Ciri-ciri sikap Ciri-ciri sikap menurut Purwanto (1999) : a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap obyek. d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Dalam kehidupan masyarakat, sikap ini penting sekali. 4. Tingkatan sikap Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2003) yaitu :
19 26 a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap oleh Azwar (2004) adalah sebagai berikut : a. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap
20 27 penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pengetahuan kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. d. Media massa Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam pengalaman frustasi atau Pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
21 28 g. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Flu Burung Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo 2003). Terbentuknya perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya (Notoatmodjo, 2003). h. Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Flu Burung Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan
22 29 Predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap seseorang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Jadi dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan, keadaan ini menggambarkan hubungan sikap dengan perilaku (Walgito, 2003). Menurut Myers (1983) dalam Walgito (2003) berpendapat bahwa perilaku merupakan sesuatu yang dipengaruhi lingkungan. Demikian pula sikap yang diekspresikan (expressed attitudes) juga merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Sedangkan expressed attitudes adalah merupakan perilaku. Orang tidak dapat mengukur sikap secara langsung, maka yang diukur adalah sikap yang menampak, dan sikap yang menampak adalah perilaku. Oleh karena itu bila orang menetralisir pengaruh terhadap perilaku maka dengan jelas bahwa sikap mempunyai kaitan dengan perilaku. Perilaku dengan sikap saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
23 30 C. Kerangka Teori Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai-nilai Positif Faktor Pendukung : Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana kesehatan Perilaku Faktor Penguat 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Dukungan orang lain atau tokoh masyarakat Negatif Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku (Green, 1991 : Notoadmodjo, 2003)
24 31 D. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan masyarakat tentang pencegahan flu burung Perilaku pencegahan terjadinya flu burung Sikap masyarakat tentang pencegahan flu burung Gambar 2. Kerangka konsep E. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen (bebas) Variabel independen dari penelitian ini adalah pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap pencegahan terjadinya penyakit flu burung. 2. Variabel Dependen (terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan masyarakat terjadinya penyakit flu burung.
25 32 F. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang flu burung dengan perilaku pencegahan terjadinya flu burung di Desa Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. 2. Ada hubungan antara sikap masyarakat tentang flu burung dengan perilaku pencegahan terjadinya flu burung di Desa Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA
LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN
69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan
Lebih terperinciBerbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi
Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007
2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data & Literatur Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari : o Buku o Surat kabar o Majalah o Website 2.2 Hasil Survey Bila dilihat sejarahnya, flu burung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flu burung 2.1.1 Pengertian Penyakit Flu burung Influenza (flu) merupakan penyakit yang menyerang saluran nafas dan datang mendadak. Penyakit ini sering terjadi saat perubahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi
Lebih terperinciFLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI
FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C
Lebih terperincimemang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari
TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana
Lebih terperinciDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.
Lebih terperinciDemam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi
Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,
Lebih terperinciINFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?
INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinciSwine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.
Arie W, FKM Undip FLU BABI PIG FLU SWINE FLU Terbaru : Influensa A H1N1 Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Bersifat wabah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde
Lebih terperinciMODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO
MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perawatan Pada Penderita Hipertensi 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis (TB) 2.1.1. Pengertian TB TB adalah penyakit infeksi yang menular, di mana sebagian besar infeksi terjadi pada paru (Koplewich, 2005). 2.1.2. Penyebab TB Penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Tanpa Rokok 2.1.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok merupakan ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan merokok atau kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih
Lebih terperinciAVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso
AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner
Lebih terperinciJika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.
Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciUPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,
UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007, Indonesia dikejutkan lagi dengan wabah flu burung yang sempat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BERMAIN 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 1. Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi
Lebih terperinciTujuan pendidikan kesehatan
Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit
Lebih terperinciPerilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):
2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekilas Tentang Flu Burung 2.1.1 Pengertian Flu Burung Penyakit influenza pada unggas ( Avian Influenza / AI ) yang pada saat ini kita kenal dengan sebutan Flu Burung adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan (ansietas) adalah keadaan dimana seseorang mengalami
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan (ansietas) adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap
Lebih terperinciMengapa disebut sebagai flu babi?
Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinciFlu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :
!!"!!#$ Dewasa ini virus H5N1 atau yang lazim dikenal sebagai virus flu burung (Avian Influenza) telah mewabah dimana mana. Virus ini pada awalnya hanya menginfeksi unggas. Namun akhir akhir ini diberitakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higiene dan Sanitasi Makanan 1. Pengertian Higiene dan Sanitasi Pengertian sanitasi makanan menurut Departemen Kesehatan adalah suatu pencegahan yang menitikberatkan kegiatan
Lebih terperinciStudi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009
1 P a g e Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Lengkap : Kelas:
Lebih terperinciFamili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B
RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa penyakit flu burung merupakan salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBagian XIII Infeksi Nosokomial
Bagian XIII Infeksi Nosokomial A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan Batasan infeksi nosocomial 3. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi nosocomial
Lebih terperinciPertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)
Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan
Lebih terperinciSurveillance. FLU BURUNG Buku Pegangan untuk. arakat
Surveillance FLU BURUNG Buku Pegangan untuk Relawan an Surveillance di Masyarakat arakat Proyek Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Flu Burung ( Avian Influenza Capacity Building and Training / ACT Project)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Mencuci Tangan Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya ( Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUEIONER PENELIIAN A. Identitas Responden Nama : Alamat : Jenis Kelamin : laki-laki perempuan Umur : Pendidikan : D Diploma/arjana LP tidak tamat D LA tatus pernikahan: elum menikah Menikah Duda/Janda.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tempat Sasaran Waktu : Imunisasi Campak : Pentingnya Imunisasi Campak bagi bayi : Puskesmas : Masyarakat : 09.00-09.35 WIB Hari dan Tanggal
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa penyakit
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
Lebih terperinciPEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN
PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN...
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan 1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperinciSelama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus
AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AVIAN INFLUENZA (AI)/ FLU BURUNG DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori TB Paru Pengetahuan Sikap Tindakan 3.2 Kerangka Konsep 3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru BAB
Lebih terperinciProses Penyakit Menular
Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Agnesyanti Dwi Pujiawardani (2013) yang berjudul Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Apoteker dalam Pelaporan Efek
Lebih terperinciKesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah
Lebih terperinciTinjauan Mengenai Flu Burung
Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh: M A R Y A T I J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT HEPATITIS TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN SIKAP KELUARGA PENDERITA HEPATITIS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciPenyebaran Avian Flu Di Cikelet
6 Bab II Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 2.1 Sejarah virus Avian Flu Avian Flu merupakan infeksi virus influenza A subtipe H5N1 yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan babi, tetapi setelah menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga
Lebih terperinciBudaya Hidup Sehat. Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal
Budaya Hidup Sehat Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal Kesehatan. Apakah artinya peribahasa itu? Peribahasa itu mengandung arti dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
Lebih terperinciberhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan
Lebih terperinci1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.
Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.
25 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SADARI 2.1.1. Defenisi SADARI Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciINFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus
Lebih terperinci