KAJIAN KINERJA MIKRO PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG SKAL A KECIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KINERJA MIKRO PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG SKAL A KECIL"

Transkripsi

1 1257 Kajian kinerja mikro pembangunan perikanan... (Sonny Koeshendrajana) ABSTRAK KAJIAN KINERJA MIKRO PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG SKAL A KECIL Sonny Koeshendrajana, Hikmah, Hakim Miftakhul Huda, dan Asep Jajang Setiadi Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. K.S. Tubun, Petamburan VI, Slipi, Jakarta sonny_koes@yahoo.com Pengukuran kinerja secara mikro dampak pembangunan perikanan budidaya, khususnya tambak udang, masih sangat terbatas dan bersifat sporadis; lebih lanjut, belum dijumpai data dasar di tingkat mikro pada pelaku usaha di pedesaan perikanan budidaya tambak yang dapat dijadikan basis bagi perumusan kebijakan yang bersifat responsif maupun antisipatif. Makalah ini merupakan bagian dari hasil penelitian PANELKANAS yang dilakukan tahun 2010 bertujuan untuk mengkaji kinerja mikro pembangunan perikanan budidaya tambak skala kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Pangkep. Metode survai monitoring digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner terstruktur melalui wawancara terhadap responden pembudidaya udang terpilih. Analisis statistik deskriptif dan penyajian tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan kinerja budidaya tambak udang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja usaha pembudidayaan udang di Kabupaten Gresik relatif lebih baik dibandingkan di Kabupaten Pangkep. Ketergantungan rumah tangga pembudidaya udang di Kabupaten Pangkep terhadap sektor perikanan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga pembudidaya udang di Kabupaten Gresik. Meskipun secara absolut pembudidaya udang di Kabupaten Pangkep lebih konsumtif dibandingkan di Kabupaten Gresik, tingkat kesejahteraan pembudidaya udang di Kabupaten Gresik relatif lebih sejahtera. Upaya peningkatan kinerja usaha dapat dilakukan melalui kebijakan penentuan harga jual produk, jaminan kualitas benih, dan pakan, serta bantuan permodalan. KATA KUNCI: indikator kinerja mikro, perikanan budidaya tambak udang, skala kecil, kesejahteraan PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk dunia ditenggarai membutuhkan penyediaan produk perikanan yang lebih besar dikarenakan saat ini telah bergesernya pola konsumsi masyarakat ke produk perikanan. Jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat yaitu sekitar 119,6 Juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40% dan selebihnya sekitar 299 juta ton/tahun (60%) dibutuhkan untuk bahan baku industri farmasi, pakan, dan sebagainya (Hikmah et al., 2011). Sebagai salah satu produsen perikanan dunia, peluang dan tantangan tersebut diharapkan dapat menjadi pemacu terhadap peningkatan pendapatan hasil perikanan. Sulitnya meningkatkan produksi dari perikanan tangkap membuat perikanan budidaya (laut, tambak, dan tawar) menjadi alternatif utama pengembangan perikanan. Sehingga pembangunan perikanan di sentra-sentra produksi budidaya pada beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan eksistensinya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin menurunnya sumbangan produksi perikanan tangkap yang tergeser oleh hasil perikanan budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah menetapkan udang sebagai komoditas unggulan. Komoditas udang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan konsumsi domestik. Indonesia saat ini merupakan negara produsen udang keempat terbesar dunia. Volume produksi udang masih bisa ditingkatkan mengingat pengelolaan potensi sumberdaya belum maksimal. Data perkiraan volume ekspor udang Indonesia pada tahun 2010 sebesar ton dengan nilai ekspor sebesar USD atau 45% total nilai ekspor hasil perikanan (Anonimous, 2010). Pengukuran kinerja secara mikro dampak pembangunan perikanan budidaya, khususnya tambak udang, masih sangat terbatas dan bersifat sporadis; lebih lanjut, belum dijumpai data dasar di tingkat mikro pada pelaku usaha di pedesaan perikanan budidaya tambak yang dapat dijadikan basis bagi

2 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur perumusan kebijakan yang bersifat responsif maupun antisipatif. Pelaku usaha tambak udang di pedesaan ini merupakan penyokong dalam peningkatan produksi udang nasional. Secara umum, istilah indikator mengandung pengertian sebuah refleksi (tolak ukur) suatu keadaan dari sistem sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh masyarakat pengelola sistem tersebut. Urgensi suatu indikator adalah untuk memberikan suatu ukuran sederhana yang dapat disepakati secara umum dalam menggambarkan status pencapaian pembangunan atau pengelolaan sumberdaya alam yang sangat kompleks (Nasution et al., 2003). Makalah ini merupakan bagian dari hasil penelitian PANELKANAS yang dilakukan tahun 2010 bertujuan untuk mengkaji kinerja mikro pembangunan perikanan budidaya tambak skala kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Pangkep. METODOLOGI Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Penelitian Secara umum kerangka konseptual pelaksanaan riset PANELKANAS adalah seperti pada Gambar 1. Metodologi survai digunakan dalam penelitian PANELKANAS. Keterkaitan kerangka konseptual dengan tahapan input, proses, dan output kegiatan riset dapat direfleksikan seperti Gambar 2. Riset PANELKANAS merupakan sebuah riset yang dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada pada Desa Pangkah Wetan Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur dan Kelurahan Talaka Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan yang dilaksanakan pada bulan Mei- November Tahun Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan responden terpilih menggunakan kuesioner terstruktur dan pengamatan Gambar 1. Kerangka konseptual pelaksanaan kegiatan

3 1259 Kajian kinerja mikro pembangunan perikanan... (Sonny Koeshendrajana) Gambar 2. Keterkaitan tahapan pelaksanaan kegiatan riset dengan input yang diperlukan dan output yang dihasilkan langsung (observasi). Data primer ini meliputi kondisi usaha perikanan tambak, pola pendapatan, dan konsumsi rumah tangga. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan meliputi data sekunder dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik dan Pangkep serta Kelautan dan Perikanan Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kelautan dan Perikanan (PUSDATIN). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan melalui survai monitoring, selanjutnya data primer ini disebut data panel mikro. Panel data mikro merupakan data berkala yang dikumpulkan dari responden (baik individu maupun keluarga) yang sama. Panel data mikro dikumpulkan melalui survai penampang lintang terhadap sejumlah responden yang dilakukan secara berkala. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan kondisi usaha tambak responden skala mikro (< 5 ha) dan skala kecil (5-15 ha). Jumlah responden yang diwawancarai adalah sebanyak orang. Metode Analisis Data Data dianalisis secara statistik deskriptif dan penyajian tabulasi silang. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mencari jumlah sampel, nilai maksimum dan minimum, rata-rata dan standar deviasinya. Hasil dari analisis kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian. Analisis dilakukan pada modul usaha, pendapatan, dan konsumsi. Penyajian tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan kinerja budidaya tambak udang. HASIL DAN BAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pemanfaatan lahan tambak payau di Indonesia pada saat ini hanya berkisar 21% ( ha) dari total potensi ( ha) yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan data-data tersebut, maka peluang pengembangan lahan usaha perikanan tambak masih terbuka lebar yaitu sebesar ha. Di antara wilayah yang telah dikenal sebagai lokasi sentra produksi perikanan tambak payau di Indonesa adalah Provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa Timur memiliki luas lahan potensial sebesar ha dengan realisasi pemanfaatan adalah sebesar ha atau 8% terhadap luas total pemanfaatan aktual. Sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas lahan potensial sebesar

4 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur ha dengan realisasi pemanfaatan sebesar ha atau 16% terhadap luas total pemanfaatan aktual (Anonimous, 2010). Kelurahan Talaka terletak di Kecamatan Ma rang, Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah ha, dengan proporsi penggunaan lahan digunakan untuk tambak (936 ha), tegalan (11,25 ha), dan pekarangan (15,85 ha). Iklim di desa ini termasuk iklim kering basah dengan banyak bulan hujan adalah 8 (delapan) bulan. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Talaka sebagian besar sebagai petani tambak, baik itu pemilik tambak maupun petani penggarap tambak. Hampir setiap keluarga di Kelurahan Talaka mempunyai lahan tambak meskipun hanya berupa lahan sempit. Selain mempunyai mata pencaharian sebagai petani tambak, sebagian penduduk ada juga yang bermata pencaharian lain baik dalam bidang perikanan maupun non perikanan. Mata pencaharian penduduk dalam bidang perikanan yaitu dalam bidang perikanan tangkap skala kecil sebagai nelayan kecil dan membudidayakan rumput laut. Mata pencaharian penduduk dalam bidang non perikanan antara lain menjadi pegawai negeri sipil, pedagang warung kecil, dan tukang ojeg. Desa Pangkah Wetan merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Desa Pangkah Wetan dijadikan sebagai desa contoh untuk budidaya air payau karena sebagian besar wilayahnya merupakan lahan tambak. Luas Desa Pangkah Wetan adalah 31,86 km 2 dengan dibatasi oleh Desa Pangkah Kulon di sebelah Barat, Laut di sebelah Utara dan Timur, serta Desa Karang Rejo di sebelah Selatan. Di Desa Pangkah Wetan banyak ditemui usaha budidaya bandeng, udang windu, dan kerapu. Tabel 1. Karakteristik responden pembudidaya tambak di Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujung Pangkah Gresik, dan Kel. Talaka, Kec. Ma rang Kabupaten Pangkep tahun 2010 Karakteristik responden Kabupaten Gresik Jumlah responden Kabupaten Pangkep Jumlah responden Umur responden (tahun) < > Jumlah Tingkat pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD - Tidak tamat SLTP Tamat SLTP - Tidak tamat SLTA Tamat SLTA S Jumlah Jumlah anggota keluarga (orang) < > Jumlah Sumber: Data Primer Diolah (2010)

5 1261 Kajian kinerja mikro pembangunan perikanan... (Sonny Koeshendrajana) Kecamatan Ujung Pangkah merupakan kecamatan di Kabupaten Gresik yang memiliki potensi besar bidang perikanan baik penangkapan maupun budidaya tambak. Luas lahan tambak di Kecamatan Ujung Pangkah sebesar ha, tegalan sebesar 3.275,12 ha, pemukiman sebesar 1.156,00 ha, dan sawah 874,78 ha. Berdasarkan data tersebut, penggunaan lahan tambak merupakan penggunaan lahan terbesar (BPS, 2002). Usaha pertambakan di Desa Ujung Pangkah telah lama dikembangan oleh masyarakat setempat. Pada awalnya kegiatan pertambakan hanya untuk budidaya ikan bandeng, namun dengan adanya pasar domestik dan internasional, terjadi peningkatan jenis komoditas ikan bandeng ke komoditas udang windu. Pada tahun 1990-an terjadi pergeseran pola usaha dari usaha tradisional ke usaha semi intensif dan intensif. Pergeseran pola usaha ini tidak dikuti dengan pengelolaan pertambakan yang baik dengan membuang air limbah ke perairan dan digunakan kembali untuk tambak lainnya. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan produksi tambak menurun sehingga petani banyak yang kembali ke pola usaha tradisional atau tradisional plus (Prasita, 2007). Tabel 1 menunjukkan bahwa kisaran umur responden pembudidaya lebih didominasi usia produktif yakni berkisar antara tahun (61% dan 50%). Menurut Decco (1989), umur berpengaruh pada kematangan fisik dan emosi. Umur adalah salah satu karakteristik individu yang ikut mempengaruhi fungsional biologis dan psikologis individu tersebut. Selanjutnya Kamaluddin (1994), menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang membatasi produktivitas dan karir tiap individu. Pada usia kurang dari 25 tahun adalah masa eksploitasi, periode tahun adalah masa matang di mana produktivitas seseorang berada pada titik puncak dan setelah itu usia lebih dari 45 tahun produktivitas dan karir seseorang pada umumnya menurun. Jika dilihat dari tingkat pendidikan pembudidaya di Gresik tergolong kategori tinggi, yakni tamat SLTA (55%) sedangkan pembudidaya di Pangkep tingkat pendidikannya relatif rendah yaitu tamat SD (41%). Tingkat pendidikan berpengaruh pada kemampuan manajerial dalam pengambilan keputusan dan penguasaan aset produktif. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Kasryno & Suryana (1992), sumberdaya manusia berpengaruh pada penguasaan aset produktif, seperti sarana dan modal. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden pembudidaya di Gresik yang kurang dari 4 orang sebesar 48% menunjukan bahwa rata-rata pembudidaya memiliki tanggungan keluarga sedikit, namun sebaliknya di Pangkep jumlah anggota keluarga yang lebih dari 5 orang mencapai 63%. Tabel 2. Luas kepemilikan lahan tambak dan status kepemilikannya responden pembudidaya udang di Kabupaten Gresik dan Pangkep tahun 2010 Uraian Kabupaten Gresik Jumlah responden Kabupaten Pangkep Jumlah responden Kepemilikan lahan (ha) < < < ? Jumlah Status kepemilikan lahan Milik Sendiri Sewa Sakap Jumlah Sumber: Data Primer Diolah (2010)

6 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Luas dan Status Kepemilikan Lahan Pada umumnya luas lahan yang dimiliki responden pembudidaya udang dan bandeng di Kecamatan Ujung Pangkah lebih dari 2 ha dan status kepemilikan lahan tambak sebagian besar milik sendiri (87,10%). Luas lahan tambak yang dimiliki pembudidaya di Ujung Pangkah didominasi 2-<5 ha (41,94%). Tidak ada responden yang memiliki luas lahan tambak kurang dari 2 ha. Kondisi sebaliknya terjadi pada responden pembudidaya di Pangkep di mana 69% responden hanya mempunyai lahan kurang dari 2 ha. Status kepemilikan lahan tambak responden pembudidaya di Kabupaten Pangkep sebagian besar merupakan milik sendiri yaitu mencapai 97%. Investasi Usaha Komponen investasi usaha tambak udang tradisional pada skala kecil dan menengah di Kabupaten Gresik dan Pangkep secara umum adalah sama, perbedaan yang relatif menyolok adalah nilai harga satuan komponen investasi. Komponen investasi usaha meliputi lahan tambak, rumah jaga, serokan, pintu air, pompa air, pipa/selang air, lampu/neon/petromak dan lain-lain, serta biaya operasional satu siklus produksi. Usaha tambak udang di Kabupaten Gresik dan Pangkep termasuk dalam kategori skala mikro dan skala kecil berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun 2009 tentang pengelompokkan skala usaha tambak menurut luas lahan. Pada Tabel 3 bisa dilihat bahwa investasi yang diperlukan untuk usaha pertambakan tradisional dengan skala mikro (luas lahan kurang dari 5 ha) adalah sebesar Rp ,- di Gresik dan Rp ,- di Pangkep, sedangkan investasi usaha tambak skala kecil (luas lahan tambak antara 5-15 ha) sebesar Rp ,- di Gresik dan Rp ,- di Pangkep. Dalam investasi termasuk pula biaya operasional satu siklus produksi. Biaya investasi tersebut merupakan estimasi yang diberikan pembudidaya terhadap nilai aset usaha saat ini. Tingginya nilai investasi khususnya harga tanah di Gresik dipengaruhi oleh isu tentang adanya perluasan salah satu perusahaan pengeboran minyak yang akan memperluas wilayah operasional kerjanya. Investasi usaha utama pada usaha tambak udang tradisional selain lahan adalah rumah jaga yang digunakan untuk tempat beristirahat penjaga tambak. Selanjutnya adalah pintu air yang biasanya terbuat dari kayu yang tahan air sehingga nilai perolehannya juga mahal. Proporsi investasi usaha pada budidaya udang tradisional skala mikro dan kecil dapat dilihat pada Gambar 3. Komponen investasi usaha budidaya pada tambak udang tradisional skala mikro dan kecil didominasi oleh biaya pengadaan lahan. Proporsi biaya investasi lahan mencapai 80% sampai dengan 90% dari total biaya investasi awal. Biaya investasi awal tertinggi selanjutnya adalah modal kerja Tabel 3. Investasi usaha tambak udang di Gresik dan Pangkep, tahun 2010 Kabupaten G resik Kabupaten Pang kep Uraian Mikro (< 5 ha) Kecil (5-1 5 ha) Mikro (< 5 ha) Kecil (5-1 5 ha) Sumber: Data Primer Diolah (2010) Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Lahan tambak (m2) 30, ,250,000 73, ,000,000 14,534 26,535,714 58, ,666,667 Rumah jaga (buah) 1 3,666, ,615, ,136, ,666,667 Pintu air (unit) 2 3,505, ,742, ,520, ,000,000 Tempat ikan (buah) 3 164, , , ,000 Lain-lain 1,580,415 3,430,000 Biaya operasional satu siklus produksi 5,128,056 6,411,607 1,691,954 6,201,158 Total investasi 1 13,7 1 3, ,96 9, ,4 7 6, ,9 7 4,4 92

7 1263 Kajian kinerja mikro pembangunan perikanan... (Sonny Koeshendrajana) Gambar 3. struktur biaya investasi awal usaha tambak udang tradisional skala mikro dan menengah di Gresik dan Pangkep tahun 2010 untuk operasional selama satu siklus usaha. Bagi pembudidaya udang yang telah mempunyai aset produktif sendiri (khususnya lahan) mempunyai keuntungan untuk memperoleh bantuan pinjaman modal kerja dengan jaminan aset produktif yang dimiliki sehingga usaha budidaya udang dapat lebih optimal. Kinerja Usaha Pertambakan tradisional di Kelurahan Talaka, Kab. Pangkep dan Desa Pangkah Wetan Kab. Gresik merupakan jenis tambak polikultur yaitu pada satu lahan tambak dibudidayakan bandeng dan udang (udang vaname atau udang windu). Benih bandeng dan benih udang berasal dari pasar di Kelurahan Bonto-bonto dan didapatkan dari pedagang benih pada masing-masing lingkungan yang ada di Kelurahan Talaka. Adapun benih bandeng dan udang di Desa Pangkah Wetan, Gresik sebagian besar diperoleh dari Situbondo, Lamongan, dan Bali yang telah didederkan sebelumnya di wilayah Gresik yang lain seperti Kecamatan Sidayu. Musim tanam tambak di Kelurahan Talaka terdiri atas 2 (dua) musim tanam, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim tanam bandeng pada musim hujan adalah bulan Oktober-Maret dengan lama pemeliharaan antara 4-6 bulan. Musim tanam udang pada musim hujan juga sekitar bulan Oktober-Maret dengan lama pemeliharaan 3-4 bulan. Pada musim tanam kemarau untuk bandeng adalah pada bulan April-September dengan lama pemeliharaan sekitar 4-6 bulan sedangkan lama pemeliharaan udang pada musim tanam kemarau adalah sekitar 3-4 bulan. Adapun usaha budidaya udang di Gresik dapat berlangsung selama 3 kali dalam setahun dengan lama pemeliharaan berkisar 3-4 bulan per musim panen. Kegiatan pertambakan polikultur baik di Gresik maupun Pangkep diawali dengan pengolahan lahan/tanah tambak. Lahan tambak terlebih dahulu disurutkan sebelum ditebari dengan benih udang sampai kurang lebih 50 cm. Kemudian, lahan tambak tersebut diberikan zat pembunuh seperti obatobatan dan pestisida untuk membunuh ikan pemangsa. Keesokan harinya air tambak yang telah diberi pestisida tersebut selanjutnya dikeluarkan dan tambak tersebut dialiri dengan air baru hingga ketinggian 1-1,5 m. Air tambak selanjutnya ditaburi pupuk urea dan TSP yang jumlahnya disesuaikan dengan luas lahan tambak. Tujuan penebaran pupuk tersebut adalah untuk merangsang pertumbuhan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton. Setelah satu minggu penebaran pupuk selanjutnya ditebarkan benih udang (benur). Setelah satu atau dua minggu penebaran benih udang (benur) tersebut

8 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Tabel 4. Perhitungan keuntungan usaha budidaya tambak ikan bandeng dan udang di Desa Pangkah Wetan, Gresik, dan Kelurahan Talaka, Pangkep Selama Setahun, tahun 2010 Kabupaten G resik Kabupaten Pang kep Uraian Mikro (< 5 ha) Kecil (5-15 ha) Mikro (< 5 ha) Kecil (5-1 5 ha) Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Total biaya (TC) 17,6 60, ,148,3 54 4,709, ,89 4,551 Biaya tetap (FC) 2,6 85,911 4,353,5 32 1,265,3 77 3,21 4,735 Pajak 1 tahun 136,667 1 tahun 480, , ,000 Bunga investasi 1 tahun 775, ,517,196 Penyusutan sarana produksi *) - Rumah jaga 1 tahun 845,833 1 tahun 905,628 1 tahun 222,803 1 tahun 577,778 - Pintu air 1 tahun 827,778 1 tahun 1,235,952 1 tahun 202,482 1 tahun 353,409 - Tempat ikan 1 tahun 42,222 1 tahun 94,048 1 tahun 8,226 1 tahun 10,000 - Timbangan 1 tahun 30,000 1 tahun 46,333 - Serokan 1 tahun 27,496 1 tahun 74,375 1 tahun 121,708 1 tahun 60,000 - Lain-lain 608, Biaya variabel Benih bandeng (ekor) Benih udang windu (ekor) Pupuk (kg) Persiapan lahan Obat-obatan Upah panen (OH) 14,9 74, ,794,8 21 3,443, ,67 9,816 26,400 2,516,667 44,571 4,507,500 7, ,000 19, , ,286 6,780, ,000 8,153,571 38,371 1,446, ,000 8,316, , , ,003,611 1,200 2,605, , ,350,000 60, , , , , , ,350, ,512, , ,000 Penerimaan (TR) 1, ,4 81,250 1, ,383, ,202, ,93 7,083 Bandeng (kg) 758 7,578,750 2,610 8,168,667 6,458,071 21,498,750 Udang (kg) ,902,500 1,281 19,215,000 5,744,655 20,438,333 7,493,441 26,042,533 Keuntungan (TR-TC) R/ C ratio Profitabilitas (TT/ TC) 2,8 21,173 5,235, Catatan: Gresik : 3 siklus produksi per tahun; Pangkep : 2 siklus produksi per tahun Sumber: Data Primer Diolah (2010) kemudian dilakukan penebaran benih bandeng (nener). Perawatan tambak selanjutnya relatif mudah karena tidak ada pemberian pakan dan pemupukan susulan. Pergantian air harian umumnya berdasarkan pasang surut saja untuk tambak yang bersumber dari air laut dan pengaliran air dengan irigasi untuk tambak yang bersumber dari air tanah/air sungai. Usaha budidaya pada tambak di Gresik dan Pangkep selain memperoleh penerimaan dari hasil budidaya yaitu bandeng dan udang, para pembudidaya juga mendapatkan hasil sampingan dari tangkapan berupa ikan nila, mujair, dan kepiting, khusus di Gresik juga memperoleh udang putih yang berasal dari alam. Ikan-ikan hasil sampingan tersebut selalu dipanen setiap hari dengan jumlah panen rata-rata sebanyak 2-10 kg ikan/hari tergantung luas lahan tambak dan musim. Selain sebagai hasil sampingan, jenis-jenis ikan tersebut merupakan hama bagi jenis ikan bandeng dan udang yang dibudidayakan. Ikan nila dan mujair menghabiskan pakan sehingga menghambat pertumbuhan bandeng dan udang. Kepiting memakan benih udang dan bandeng yang masih kecil sehingga mengurangi pertumbuhan ikan bandeng dan udang. Biaya tetap yang dikeluarkan pembudidaya untuk pengelolaan tambak udang dan bandeng adalah pajak, bunga investasi, dan penyusutan sarana produksi (rumah jaga, pintu air, tempat ikan, timbangan, dan serokan). Biaya tetap yang paling besar dikeluarkan adalah bunga investasi, kemudian perbaikan

9 1265 Kajian kinerja mikro pembangunan perikanan... (Sonny Koeshendrajana) Gambar 4. Struktur biaya usaha budidaya udang tradisional di Gresik dan Pangkep tahun 2010 pintu air dan perbaikan rumah jaga. Biaya variabel yang dikeluarkan pembudidaya adalah pembelian benih, pupuk, persiapan lahan, obat-obatan, dan upah panen. Struktur biaya terbesar dalam usaha budidaya udang tradisional di Gresik dan Pangkep adalah komponen biaya benih. Biaya benih berada pada kisaran 32%-57% dari total biaya usaha budidaya. Fluktuasi tingkat sintasan (survival rate) benih yang tinggi berpengaruh signifikan terhadap keuntungan pembudidaya udang karena besarnya kontribusi biaya benih terhadap total biaya. Sifat udang yang rentan terhadap penyakit dan serangan hama menuntut pembudidaya untuk lebih selektif dalam memilih benih yang berkualitas sehingga tahan terhadap penyakit dan tumbuh dengan baik. komposisi biaya dalam usaha budidaya udang tradisional di Gresik dan Pangkep dapat dilihat pada Gambar 4. Pada kasus di Pangkep, standar deviasi untuk biaya operasional benih udang memiliki nilai lebih besar daripada nilai rata-ratanya, hal ini dikarenakan terdapat responden yang menebar benih udang sangat sedikit dan terdapat responden yang menebar benih udang dalam jumlah yang besar. Usaha tambak udang tradisonal di Pangkep skala mikro memerlukan biaya operasional sebesar Rp ,- sedangkan biaya operasional satu siklus produksi usaha pertambakan skala kecil sebesar Rp ,-. Penerimaan usaha didapatkan dari panen bandeng dan panen udang. penjualan hasil panen dalam satu tahun untuk usaha skala mikro di Pangkep adalah sebesar Rp ,- dan untuk skala kecil sebesar Rp ,-. Khusus untuk proses penjualan di Gresik sebagian besar pembudidaya menjual dengan sistem tebas dengan penentuan harga jual disepakati sebelum diketahui kuantitas hasil tambak sebenarnya sehingga terkadang nilai per satuan hasil tambak lebih rendah dari harga pasar. Keuntungan usaha tambak skala mikro dan kecil dalam kurun waktu satu tahun relatif kecil, hal ini dikarenakan besarnya biaya total yang diperlukan dalam periode satu tahun sedangkan penerimaan panen dalam kurun waktu satu tahun terbilang kecil karena banyak sekali hambatan teknis dalam pemeliharaan bandeng maupun udang. Jumlah tebar benih yang banyak belum tentu menghasilkan panen yang berlimpah. Hal ini dikarenakan teknologi yang dipergunakan oleh masyarakat baik di Pangkah Wetan, Gresik maupun Talaka, Pangkep masih tradisional. Selain teknologi yang masih tradisional juga dikarenakan kurangnya penyuluhan dan bantuan informasi yang diberikan oleh pemerintah.

10 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Tabel 5. Struktur pendapatan per tahun RTP pembudidaya udang di Kab. Gresik dan Pangkep, tahun 2010 Kabupaten Gresik Kabupaten Pangkep Kategori Skala mikro Skala kecil Skala mikro Skala kecil Kepala keluarga 23,082, ,325, ,978, ,813, Utama 16,894, ,711, ,266, ,933, Sampingan (perikanan) 6,188, ,614, ,711, ,880, Sampingan (non perikanan) 4,000, Anggota keluarg11,280, ,428, ,716, Utama 10,221, ,428, ,316, Sampingan (perikanan) 1,058, ,400,000 8 Pendapatan rumah tangga 34,363, ,754, ,694, ,813, Sumber: Data Primer Diolah (2010) R/C ratio usaha budidaya tambak udang dan bandeng baik skala mikro maupun kecil di Pangkep lebih tinggi dari yang di Gresik sehingga dapat dikatakan kinerja usaha budidaya udang tradisional di Pangkep lebih baik daripada Gresik. R/C ratio pada dua lokasi (Gresik dan Pangkep) yang lebih dari satu menunjukkan bahwa usaha budidaya tambak udang dan bandeng layak secara ekonomi untuk diusahakan. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Pembudidaya Udang Pendapatan rumah tangga perikanan terdiri atas dua kategori yaitu pendapatan yang berasal dari kepala keluarga dan pendapatan yang berasal dari anggota keluarga. Pendapatan kepala keluarga (KK) meliputi pendapatan utama dan pendapatan sampingan. Struktur pendapatan kepala keluarga dan pendapatan anggota keluarga yang terdiri atas kategori pendapatan utama, pendapatan sampingan (perikanan) dan pendapatan sampingan non perikanan dapat dilihat pada Tabel 5. Rumah tangga pembudidaya udang skala mikro di Gresik mempunyai pendapatan keluarga yang lebih besar dari pembudidaya skala mikro di Pangkep. Kontributor utama dalam pendapatan rumah tangga pembudidaya udang skala mikro baik di Gresik maupun Pangkep adalah kepala keluarga yaitu sebesar 67% untuk yang di Gresik dan 82% untuk yang di Pangkep. Pada usaha tambak udang Tabel 6. Konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga perikanan pembudidaya udang di Kelurahan Talaka, Kabupaten Pangkep dan Desa Pangkah Wetan, Kabupaten Gresik, tahun 2010 Kabupaten G resik Kabupaten Pang kep Jenis konsumsi Skala mikro Skala kecil Skala mikro Skala kecil (% ) (% ) (% ) Pangan 9,954, ,569, ,243, ,936, Non pangan 8,339, ,700, ,983, ,919, Total konsumsi 18,293, ,269, ,226, ,855, Sumber: Data Primer Diolah (2010)

11 1267 Kajian kinerja mikro pembangunan perikanan... (Sonny Koeshendrajana) skala kecil baik di Gresik maupun Pangkep, kepala keluarga juga memegang peranan dominan sebagai penyumbang pendapatan keluarga yaitu mencapai 89% di Gresik dan 100% di Pangkep. Konsumsi rumah tangga perikanan terdiri atas konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Konsumsi pangan meliputi konsumsi bahan pokok, konsumsi protein hewani, konsumsi protein nabati, dan bahan lainnya. Konsumsi non pangan meliputi rekening, elpiji, bensin/solar, pendidikan, kesehatan, perlengkapan rumah tangga, pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, dan sandang/ pakaian. Proporsi konsumsi pangan terhadap total pengeluaran berkisar antara 38% pada pembudidaya udang skala kecil di Pangkep sampai dengan 58% pada rumah tangga pembudidaya udang skala mikro di Pangkep. Masih tingginya alokasi konsumsi untuk keperluan pangan pada pembudidaya udang skala mikro baik di Gresik maupun Pangkep menunjukkan kurang tingginya pendapatan pembudidaya udang skala mikro yang menyebabkan rendahnya daya beli untuk kebutuhan lain selain pangan. total konsumsi dan pengeluaran rumah tangga pembudidaya udang tradisional skala mikro dan kecil per tahun berada pada interval Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Besarnya nilai total konsumsi dan pengeluaran juga menunjukkan kualitas barang dan jasa yang dikonsumsi. total konsumsi pembudidaya udang skala mikro baik di Gresik maupun Pangkep lebih rendah dari pembudidaya udang skala kecil baik di Gresik maupun Pangkep. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan pembudidaya udang pada skala kecil lebih baik daripada pembudidaya udang skala mikro. Secara keseluruhan, baik pada pembudidaya skala mikro maupun kecil mempunyai nilai konsumsi dan pengeluaran rumah tangga lebih kecil dari pendapatan rumah tangga. Rasio antara pendapatan dan konsumsi yang lebih besar dari satu memungkinkan pembudidaya untuk meningkatkan tabungan maupun mengembangkan investasi usahanya. Kondisi tersebut juga dapat dijadikan pertimbangan lembaga keuangan baik formal atau non formal untuk melakukan kerja sama usaha dalam bentuk pinjaman modal usaha. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja usaha pembudidayaan udang di Gresik relatif lebih baik dibandingkan di Pangkep. Kualitas sumberdaya perairan yang semakin berkurang, terbatasnya benih berkualitas dan minimnya informasi teknis menjadi beberapa penyebab rendahnya hasil produksi tambak pembudidaya di samping teknologi usaha yang masih tradisional. Ketergantungan rumah tangga pembudidaya udang di Pangkep terhadap sektor perikanan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga pembudidaya udang di Gresik. Meskipun secara absolut pembudidaya udang di Pangkep lebih konsumtif dibandingkan di Gresik, tingkat kesejahteraan pembudidaya udang di Gresik relatif lebih sejahtera. Upaya peningkatan kinerja usaha dapat dilakukan melalui kebijakan pengkajian dan pengawasan kualitas sumberdaya perairan, penentuan harga jual produk, jaminan kualitas benih dan pakan, bantuan permodalan dalam rangka intensifikasi usaha dan pendampingan usaha terkait cara budidaya ikan yang baik. DAFTAR ACUAN Anonimous Kelautan dan Perikanan Dalam Angka Pusat Data dan Informasi Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Decco Educational physcology. Di edit oleh Joh P. De Cecco Prantice Hall. Inc. Englewood Clipffs New Jersey. Hikmah, Huda, H.M., & Setiadi, A.J Perkembangan Usaha Pertambakan Tradisional Di Desa Pangkah Wetan, Gresik, Jawa Timur. PANELKANAS: Upaya Pemantauan Indikator Kinerja Mikro Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta, hlm

12 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Kamaluddin, L.M Strategi Penyiapan dan Pengembangan Kualitas SDM Pada Pembangunan Agribisnis Perikanan Indonesia. Makalah pada Seminar Sehari Sosial Ekonomi Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Prasita, V.D.J Analisis Daya Dukung Lingkungan dan Optimalisasi Pemanfaatan Wilayah Pesisir untuk Pertambakan di Kabupaten Gresik. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nasution, Z., Koeshendrajana, S., & Purnomo, A.H Prosiding Seminar Indikator Kinerja dan Hasil Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 14 Mei Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh : Hamdani

Lebih terperinci

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita Intisari Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo Zulfanita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 2 (3) : 337-342, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Feasibility Analysis Of Milkfish Farms

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN 0 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09 KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM :11.12.5999 KELAS : S1-SI-09 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Karya ilmiah ini berjudul BISNIS DAN BUDIDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MH. Togatorop dan Wayan Sudana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor ABSTRAK Suatu pengkajian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH Oleh: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TUJUAN KEBIJAKAN DAN KETENTUAN HPP Harga jual gabah kering panen (GKP) petani pada saat panen raya sekitar bulan Maret-April

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas seperti sekarang ini membuat masyarakat harus membuat terobosan baru dalam suatu pekerjaan dan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X PENINGKATAN PRODUKSI IKAN NILA MELALUI TEKNIK BUDIDAYA MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI 1 Hasrun 2, Muhammad Jamal 2, Rustam 2 1 Program Ipteks Bagi Masyarakat 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

Pe n g e m b a n g a n

Pe n g e m b a n g a n Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani Lya Aklimawati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 9 Jember 68118 Petani kakao akan tersenyum ketika harga biji kakao

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasokan ikan nasional saat ini sebagian besar berasal dari hasil penangkapan ikan di laut, namun pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap disejumlah negara dan perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai mencapai 104.000 km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2 (Pusat Data, Statistik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN 2004 Dwi Haryono Makalah Falsafah Sains (PPs-702) Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Nopember 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil beras di luar Pulau Jawa, yang berperan penting dalam upayah pelestarian swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Teluk Bone yang terajut oleh 15 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan membentang sepanjang kurang lebih 1.128 km garis pantai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau   Abstrak. Profil Pengembangan Tanaman Palawija dan Kelembagaan Penunjang di Lokasi Eks Primatani Agroekosistem Lahan Pasang Surut Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci