Praktek yang Baik dalam Melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar Terdesentralisasi di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Praktek yang Baik dalam Melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar Terdesentralisasi di Indonesia"

Transkripsi

1 Decentralized Basic Education 1: Manajemen dan Tata Layanan Praktek yang Baik dalam Melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar Terdesentralisasi di Indonesia Januari 2010 Laporan ini adalah salah satu dari sejumlah laporan khusus yang disusun oleh Research Triangle Institute (RTI), Mitra Pelaksana untuk program Improved Quality of Decentralized Basic Education (IQDBE) yang didanai oleh USAID di Indonesia

2

3 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan (DBE1) Terdesentralisasi yang Lebih Efektif Praktek yang Baik dalam Melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar Terdesentralisasi di Indonesia Kontrak 497-M Disusun untuk USAID/Indonesia Disusun oleh RTI International 3040 Cornwallis Road Post Office Box Research Triangle Park, NC Pandangan penulis yang dinyatakan dalam publikasi ini tidak harus mencerminkan pandangan United States Agency for International Development (USAID) atau Pemerintah Amerika Serikat.

4

5 Daftar Isi Hal. Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar... vi Ringkasan Eksekutif Pendahuluan Pengembangan dan Hasil-Hasil Praktek yang Baik di DBE1...9 Mendefinisikan praktek yang baik... 9 Praktek yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RPS/M atau RKS/M) Penguatan Komite Sekolah Pelatihan Kepemimpinan Sekolah School Database System Praktek yang Baik dalam Pengembangan Kapasitas Pemangku Kepentingan Kabupaten/Kota di bidang Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Analisa Keuangan Perencanaan Berbasis Data Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (EMIS) Tata Layanan yang Baik di Sektor Pendidikan Diseminasi dan Keberlanjutan Praktek yang Baik Definisi Keberlanjutan dan Diseminasi Strategi DBE1 untuk Diseminasi dan Keberlanjutan Hasil Diseminasi Komponen-Komponen Utama Strategi Diseminasi Partisipasi Pemangku kepentingan dalam Pengembangan Program dan Menyelaraskan Intervensi Proyek dengan Kebijakan Pemerintah Pengelolaan Diseminasi Menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Kapasitas yang Mendalam bagi Pemangku Kepentingan Lokal untuk Melatih dan Menyediakan Bantuan Teknis bagi Sekolah dan Kabupaten/Kota Mengembangkan Model Praktek yang Baik Pelembagaan dan Penyerahan Produk DBE Bagaimana Kebijakan Nasional Dilaksanakan di Tingkat Kabupaten dan Sekolah Ringkasan Praktek yang Baik yang Mendukung Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah secara Terdesentralisasi Ringkasan Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah di Tingkat Lokal Kesimpulan Lampiran 1: Produk-produk DBE Lampiran 2: Status dokumen proyek yang diunggah di Development Experience Clearinghouse (DEC) USAID Good Practice, Dissemination and Sustainability: Implications for Policy iii

6 Lampiran 3: Kontribusi DBE1 dalam Pengembangan Kebijakan Kab/Kota Lampiran 4: Singkatan, Akronim dan Glosari iv Good Practice, Dissemination and Sustainability: Implications for Policy

7 Daftar Tabel Hal. Tabel 1 Uraian program dan kegiatan SDN Kutorejo III, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, seperti tertera dalam Rencana Pengembangan Sekolah periode Tabel 2 Bagian dari analisis BOSP Kabupaten Palopo, Sulawesi Selatan, yang menghitung biaya terkait pegawai Tabel 3 Jumlah TK/RA dan Angka Partisipasi di Tapanuli Utara yang digunakan sebagai basis pengembangan rencana strategis Dinas Pendidikan Tabel 4 Jumlah sekolah pelaksana program DBE1 di bawah diseminasi Good Practice, Dissemination and Sustainability: Implications for Policy v

8 Daftar Gambar Hal. Gambar 1 Lokasi Sasaran DBE Gambar 2 Pedoman Penguatan Komite Sekolah/Madrasah DBE Gambar 3 Kepala madrasah sedang membicarakan alokasi dana dengan guru-guru Gambar 4 Lembar Mutu Sekolah Gambar 5 Arsitektur SDS Gambar 6 Analisa Belanja Sektor Pendidikan Gambar 7 Segitiga EMIS Penawaran, Permintaan & Penggunaan Gambar 8 Strategi Peralihan vi Good Practice, Dissemination and Sustainability: Implications for Policy

9 Ringkasan Eksekutif Pendidikan Dasar Terdesentralisasi (Decentralized Basic Education/DBE) adalah sebuah program bilateral antara Pemerintah Amerika Serikat yang diwakili oleh United States Agency for International Development (USAID), dan Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra). DBE terdiri dari tiga proyek yang terpisah namun terkoordinasi: DBE1, yang berfokus pada manajemen dan tata layanan pendidikan dasar; DBE2, yang berfokus pada kualitas kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (MI); dan DBE3, yang berfokus pada relevansi dan kualitas sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah (MTs). Setelah jangka waktunya diperpanjang baru-baru ini, proyek berlangsung dari bulan April 2005 sampai September Program yang lengkap sedang dilaksanakan di seluruh 50 kabupaten/kota sasaran di delapan provinsi. Selain itu, proyek belum lama ini telah diperluas ke 18 kabupaten/kota lain di Aceh dalam rangka menyelenggarakan program di tingkat kabupaten/kota di seluruh provinsi tersebut. Tujuan dari DBE1 adalah membantu pemerintah Indonesia meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia melalui manajemen dan tata layanan pendidikan terdesentralisasi yang lebih efektif. Laporan ini mendokumentasikan hasil-hasil proyek terpilih, menyoroti praktek-praktek yang baik dari DBE1, bagaimana praktekpraktek tersebut dikembangkan dan diuji serta didiseminasi, dan bagaimana praktekpraktek tersebut telah mendorong pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia (Kemendiknas, Kemenag, Kemendagri dan Kemenkeu) di tingkat sekolah/komunitas, kabupaten/kota dan provinsi. Laporan ini juga menguraikan pelembagaan dan penyerahan hasil-hasil kegiatan DBE1 kepada Kemendiknas dan Kemenag. Kemendiknas menguraikan praktek yang baik sebagai praktek yang... meningkatkan segala hal berikut ini: Akses, Kualitas, Relevansi dan Efisiensi pendidikan dasar. Melalui kerja sama dengan Kemendiknas dan Kemenag serta lembaga-lembaga pemerintah lain seperti Kemendagri serta dengan pemangku kepentingan internasional lain, DBE1 telah menghasilkan sejumlah praktek yang baik di bidang manajemen dan tata layanan pendidikan terdesentralisasi di tingkat sekolah dan pemerintah daerah. Di tingkat sekolah, aspek terpenting dari praktek yang baik DBE1 adalah secara konsisten menyelaraskan model dan manual perencanaan pembangunan sekolah, pelatihan kepemimpinan, penguatan komite sekolah dan sistem database sekolah dengan peraturan dan kebijakan pemerintah yang terbaru. Melalui pendekatan ini, proyek telah berhasil menerjemahkan praktek baik internasional yang mapan ke dalam konteks Indonesia. Penyelarasan strategis input proyek dengan peraturanperaturan yang berlaku saat ini sangat meningkatkan potensi pelaksanaan, diseminasi dan keberlanjutan proyek. Pengembangan materi DBE1 untuk perencanaan pembangunan sekolah dan aspekaspek lain dari manajemen berbasis sekolah telah dilakukan melalui konsultasi dengan Kemendiknas dan Kemenag. Sekretariat Manajemen Berbasis Sekolah (Sekretariat Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 1

10 MBS) dari Direktorat Pembinaan TK dan Sekolah Dasar, Kemendiknas, memainkan peranan penting dalam proses ini, yang menghasilkan kesepakatan untuk menerbitkan semua materi dengan logo Kemendiknas dan Kemenag dan dengan persetujuan resmi dari Direktur-Direktur Kementerian yang bersangkutan. Metodologi pelatihan dan bantuan teknis DBE1 menekankan keterlibatan pemangku kepentingan di luar manajemen sekolah dalam perencanaan pembangunan dan tata layanan sekolah. Sebagian karena melibatkan komite sekolah dan anggota masyarakat dalam perencanaan sekolah dan pelatihan komite sekolah dan kepala sekolah, masyarakat sekolah DBE telah menyumbangkan lebih dari Rp 25 milyar ($2,7 juta) sampai bulan Desember 2009 untuk membantu sekolah melaksanakan rencanarencana mereka. Salah satu aspek dari pelatihan komite sekolah, selain membantu mereka meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan peran dan fungsi komite sekolah sebagaimana didefinisikan dalam Kepmendiknas 044/2002 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah mempersiapkan komite sekolah untuk mengadvokasi dukungan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa/kelurahan (musrenbangdes/kel), yang diadakan setiap tahun pada bulan Januari-Februari. Berkat pelatihan tersebut, komite sekolah yang berpartisipasi dalam sekolah-sekolah binaan DBE1, dalam waktu setahun telah menyediakan dana sekitar Rp (US$ ) untuk program-program pembangunan sekolah. DBE1 telah bekerja sama dengan mitra Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kapasitas pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lain dalam merencanakan dan membiayai pembangunan pendidikan serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dengan memfasilitasi kesempatan bagi anggota masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk menyuarakan keprihatinan dan aspirasi mereka terhadap pendidikan yang lebih berkualitas di kabupaten/kota. Seperti halnya dengan program di tingkat sekolah dan masyarakat yang disebutkan di atas, semua pendekatan dan metodologi DBE1 dengan kuat didasarkan pada kebijakan dan peraturan pemerintah yang berlaku saat ini. Penyelarasan strategis metode DBE1 dengan kebijakan pemerintah Indonesia sangat memperkuat pelaksanaan dan keberlanjutan program. DBE1 telah membantu lebih dari 30 kabupaten/kota menyusun rencana pembangunan strategis sesuai dengan pedoman Kemendagri sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 8/2008. sebuah perangkat lunak berbasis Excel untuk menganalisa data sebagai dasar untuk perencanaan telah diterapkan secara luas oleh kabupaten-kabupaten binaan DBE. DBE1 melalui konsultasi dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendiknas telah mengembangkan dua metodologi analisa keuangan pendidikan. Kedua metodologi tersebut membantu kabupaten untuk lebih memahami dari mana pendanaan pendidikan itu berasal dan bagaimana menggunakannya. Melalui kerja sama yang erat dengan BSNP, DBE1 telah mengembangkan metodologi untuk menghitung biaya operasional sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan. Lebih dari 60 kabupaten telah menerapkan metodologi ini; dan hasil analisa telah digunakan di beberapa kabupaten dan dua provinsi untuk merumuskan kebijakan-kebijakan baru tentang pendanaan sekolah 2 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

11 yang melaluinya APBD digunakan untuk membantu mengatasi kesenjangan antara biaya operasional nyata dengan hibah operasional sekolah yang disediakan melalui BOS. Sejak tahun 2009 kami menghitung bahwa pendanaan sekolah dari dua provinsi (Jawa Barat dan Jawa Tengah) dan beberapa pemerintah kabupaten/kota mencapai total lebih dari Rp 1 trilyun ($105 juta). Kebijakan tersebut diharapkan akan mengurangi beban orang tua atas biaya sekolah sehingga akhirnya akan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dasar. Praktek yang baik dari DBE1 dalam mengembangkan kapasitas pemangku kepentingan kabupaten di bidang manajemen dan tata layanan pendidikan telah menghasilkan perencanaan, penganggaran dan pengembangan kebijakan yang berbasis pada data dan informasi yang lebih efektif yang didukung dengan transparansi, hubungan yang terbuka dan dialog di dalam dan antara pemangku kepentingan ekesekutif, legislatif dan non pemerintah. Praktek yang baik dari DBE1 di bidang tata layanan pendidikan adalah proses dua langkah. Pertama, untuk mengembangkan kapasitas lembaga yang terkait dengan tata layanan (DPRD, Dewan Pendidikan Kabupaten, pers dan LSM) maka konsultasi publik dicantumkan dalam metodologi perencanaan dan rencana keuangan DBE1 sehingga para fasilitator dapat mendukung pemangku kepentingan untuk menyuarakan aspirasi masyarakat dan menjadi sarana untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen pendidikan oleh pemerintah daerah. Kedua, produk perencanaan dan analisa keuangan biasanya berkembang menjadi permintaan eksekutif atau legislatif untuk bantuan teknis dalam rangka mengembangkan kebijakan-kebijakan baru yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, memperluas akses ke pendidikan dasar dan memperkuat manajeman pendidikan. DBE1 telah membantu merumuskan lebih dari 30 peraturan daerah tentang pendidikan. Kunci keberhasilan bantuan teknis dalam pengembangan kebijakan adalah menyatukan keahlian di bidang instrumen hukum, teori pendidikan dan analisa data yang andal. Strategi inti dari proyek DBE adalah mengembangkan sekolah dan kabupaten/kota sasaran dalam jumlah yang terbatas sebagai contoh praktek yang baik dengan harapan agar hal ini akan dicontoh dan dilaksanakan (atau didiseminasi ) oleh kabupaten/kota dan lembaga-lembaga lain, dan agar proses ini mempengaruhi kebijakan pemerintah yang akan menciptakan dampak yang jauh lebih luas. Unsur-unsur utama dari suatu strategi diseminasi telah diidentifikasi oleh proyek-proyek sebelumnya yang meliputi: proyek CLCC UNICEF/UNESCO, proyek Mengelola Pendidikan Dasar USAID (MBE), proyek Pengarusutamaan Praktek Terbaik UNICEF maupun beberapa proyek lain yang dilaksanakan oleh Kemendiknas dan Kemenag dengan bantuan donor seperti Bank Dunia, ADB, JICA, Ausaid, GTZ, serta Pemerintah Belanda. Strategi-strategi utama yang digunakan oleh DBE1 untuk mendukung diseminasi dan keberlanjutan adalah memastikan partisipasi calon pelaku diseminasi dalam pengembangan program, pemantauan dan pelaksanaan, dan materi diseminasi secara jelas diselaraskan dengan atau mendukung kebijakan pemerintah dan pemerintah menyetujui materi-materi tersebut; memastikan calon pelaku diseminasi memahami cara mengelola diseminasi (rencana dan anggaran belanja) dengan menyediakan bantuan teknis dan perangkat pengelolaan diseminasi; secara saksama melatih dan Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 3

12 memberikan sertifikat kepada para pelatih/fasilitator lokal yang dapat melaksanakan diseminasi intervensi proyek secara mandiri; dan mengembangkan model-model praktek yang baik di mana calon pelaku diseminasi dapat mengamati intervensi dalam praktek dan membahasnya dengan para praktisi. Sampai akhir bulan Desember 2009, lebih dari 8000 sekolah telah melaksanakan program DBE1, dan hampir Rp13 milyar, atau $1,365 juta, telah dialokasikan untuk disemnasi program-program DBE1 di 68 kabupaten/kota. Dari total jumlah kumulatif ini, sekitar Rp10 milyar berasal dari APBD kabupaten/kota sedangkan sisanya, hampr Rp milyar, berasal dari sumber-sumber non APBD, termasuk Kemenag, dana sekolah (terutama BOS) dan dana sektor non-pemerintah (misalnya Muhammadiyah). Seluruh kabupaten/kota yang telah melaksanakan sedikitnya satu program DBE1 sekarang berjumlah 68. Empat puluh di antaranya merupakan kabupaten/kota sasaran DBE1 yang semula sedangkan 28 kabupaten non-dbe yang baru belum lama ini memulai diseminasi. Analisa lebih lanjut memperlihatkan bahwa 50 kabupaten/kota telah mendiseminasi program manajemen berbasis sekolah dan 19 kabupaten/kota telah mendiseminasi program-program tingkat kabupaten/kota. Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) sejauh ini merupakan program yang paling luas didiseminasi. Agar praktek-praktek yang baik yang dikembangkan oleh proyek ini dapat dilembagakan sepenuhnya maka, idealnya, produk-produk DBE1 akan diserahkan kepada Kemendiknas dan Kemenag. Hal ini berarti bahwa kepemilikan materi beralih dari USAID/DBE1 kepada Pemerintah Indonesia. Produk-produk DBE1 mencakup materi pelatihan, manual, perangkat lunak dan laporan tentang praktek yang baik dalam perencanaan, manajemen serta tata layanan pendidikan di tingkat pemerintah daerah dan sekolah, serta partisipasi masyarakat dalam praktek-praktek manajemen. Sebagaimana diuraikan di atas, proses ini sangat bergantung pada partisipasi mitra Kemendiknas dan Kemenag dalam pengembangan, ujicoba dan finalisasi materi. Sejauh ini, DBE1 telah menyusun sekitar 25 manual dan materi pelatihan dari berbagai jenis dan newsletters dari semua provinsi. Seluruh paket materi manajemen berbasis sekolah DBE1 sekarang sampai pada tahap akhir dipublikasikan dengan logo Kemendiknas dan Kemenag dan kata pengantar dari Direktur-Direktur kedua Kementerian maupun pesan dari Wakil Direktur Kemenko Kesra. Strategi keberlanjutan dan diseminasi praktek-praktek yang baik di DBE1 tertanam pada keyakinan yang telah mendukung pendekatan DBE1 sejak hari pertamanya: bahwa tugas DBE1 adalah membantu pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan non pemerintah untuk meningkatkan pelaksanaan kebijakan resmi pemerintah Indonesia dengan bersama-sama mengembangkan dan mencoba metodologi untuk meningkatkan kapasitas dan mendukung praktek yang baik di kabupaten sasaran. Kebijakan-kebijakan pemerintah diresmikan dalam bentuk hirarki peraturan perundang-undangan yang disahkan oleh DPR, dan peraturan-peraturan pelaksanaan undang-undangan. Peraturan tingkat tertinggi adalah peraturan pemerintah (PP) yang dikeluarkan oleh Presiden, yang diikuti dengan berbagai peraturan yang dikeluarkan 4 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

13 oleh kementerian teknis bersangkutan, yang paling umum disebut peraturan menteri (Permen) (sehingga Permendiknas memaksudkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional). Semua intervensi DBE1 telah disesuaikan dengan atau mendukung pelaksanaan peraturan perundang-undangan terkait dengan pendidikan dasar terdesentralisasi. Peraturan perundang-undangan tersebut berhubungan dengan Undang-Undang Pendidikan tahun 2003, paket Undang-Undang Desentralisasi (sehubungan dengan pemerintahan daerah dan keuangan negara) dan Undang-Undang Perencanaan Pembangunan Nasional. Pelaksanaan peraturan-peraturan teknis di tingkat lokal yang didukung oleh program-program DBE1 terutama adalah peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh Kemendiknas, Kemenag, Kemendagri dan Kemenkeu. DBE1 telah turut mendukung pelaksanaan sedikitnya 25 kebijakan berupa berbagai peraturan perundang-undangan di lebih dari 40 kabupaten/kota dan lebih dari sekolah. Peraturan perundang-undangan tersebut mencakup aspek-aspek: Undang- Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 5/2006, Permendiknas No. 35/2006 dan Peraturan Pemerintah No. 47/2008 tetang wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun serta ketentuan agar pemerintah daerah mengalokasikan 20% dari anggaran belanjanya untuk pendidikan; Undang-Undang No. 25/2004 ( Undang-Undang Perencanaan Pembangunan ), PP 8/2008, dan Permendiknas 32/2005 yang mengharuskan kementerian nasional dan pemerintah daerah mengembangkan rencana strategis jangka panjang dan menengah dan yang berisi renana jangka panjang Kemendiknas (20 tahun) serta rencana strategisnyauntuk jangka waktu ; Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dan Permendiknas No. 19/2007 yang menetapkan Standar Nasional Pendidikan serta pedoman Manajemen Berbasis Sekolah; Kepmendiknas No. 044/U/2002 yang menetapkan peraturanperaturan tentang Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan; Surat Edaran Bersama Bappenas dan Kemendagri No.0008/M.PPN/01/2007/050/264/SJ dan No. 140/640/SJ yang memungkinkan sekolah mengakses dana Pembangunan Desa dan menyediakan pedoman bagi pemerintah kabupaten/kota dalam perencanaan pembangunan tahunan, yang berfokus untuk menghubungkan rencana tahunan dengan rencana strategis; PP 38/2008 and Permendiknas 12, 13, 19, 24 dan 50 tahun 2007 yang terkait dengan peranan pengawas dan kepala sekolah, manajemen dan infrastruktur sekolah, serta manajemen oleh provinsi dan kabupaten/kota yang juga berhubungan dengan pengelolaan aset nasional dan daerah; Undang-Undang No. 17/2003, Undang-Undang No. 1/2004, Undang-Undang No. 15/2004 dan PP 48/2008 yang mengatur pembiayaan desentralisasi dengan menentukan bagaimana kabupaten/kota dan provinsi menerima sebagian besar pendanaan dari pemerintah pusat; PP 48/2008 yang menguraikan berbagai biaya pendidikan yang perlu didanai; PP 7/1999 yang menjadi dasar evaluasi dan pelaporan tahunan tentang pelaksanaan rencana strategis kabupaten/kota; Pelaksanaan kebijakan EMIS Kemendiknas dan Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kemendiknas/Kemenag. Sebagai kesimpulan, sekarang kita mengetahui bahwa manajemen dan tata layanan pendidikan terdesentralisasi dapat berhasil di Indonesia. Yang jelas, pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang manajemen dan tata layanan pendidikan dasar terdesentralisasi, termasuk Manajemen Berbasis Sekolah, memerlukan dukungan di Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 5

14 tingkat sekolah dan kabupaten/kota. DBE1 telah mengembangkan pendekatanpendekatan yang dapat berhasil untuk memberikan dukungan ini. Pendekatan dan metodologi tersebut saat ini sedang difinalisasi dalam format yang dapat diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dan kepada lembaga-lembaga lain termasuk donor internasional untuk digunakan dan dikembangkan lebih lanjut. 6 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

15 1. Pendahuluan Laporan ini disusun untuk program Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar Terdesentralisasi USAID (Quality Improvement for Decentralized Basic Education), Komponen: Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif (DBE1) yang dilaksanakan oleh Research Triangle Institute. Pendidikan Dasar Terdesentralisasi (Decentralized Basic Education/DBE) adalah sebuah program bilateral antara Pemerintah Amerika Serikat yang diwakili oleh United States Agency for International Development (USAID), dan Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra). DBE terdiri dari tiga proyek yang terpisah namun terkoordinasi: DBE1, yang berfokus pada manajemen dan tata layanan pendidikan dasar; DBE2, yang berfokus pada kualitas kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (MI); dan DBE3, yang berfokus pada relevansi dan kualitas sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah (MTs). Tujuan dari DBE1 adalah membantu pemerintah Indonesia meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia melalui manajemen dan tata layanan pendidikan terdesentralisasi yang lebih efektif. Setelah jangka waktunya diperpanjang baru-baru ini, proyek berlangsung dari bulan April 2005 sampai September Program yang lengkap sedang dilaksanakan di seluruh 50 kabupaten/kota sasaran di delapan provinsi. Tiga kabupaten/kota lain telah ditambahkan baru-baru ini sehingga proyek dapat melatih penyedia pelayanan baru di bidang metodologi di tingkat kabupaten/kota. 6 kabupaten/kota lain telah mengambil bagian dalam program Kemitraan Pemerintah Swasta (Public-Private Alliance) di Yogyakarta dan Papua Barat. Selain itu, baru-baru ini proyek telah diperluas ke 18 kabupaten/kota lain di Aceh dalam rangka menyelenggarakan program-program di tingkat kabupaten/kota di seluruh provinsi tersebut. Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 7

16 Gambar 1 Lokasi Sasaran DBE1 1. Aceh 6. Yogyakarta (PPA) 2. Sumatra Utara 7. Jawa Tengah 3. Banten 8. Jawa Timur 4. Jawa Barat 9. Sulawesi Selatan 5. Jakarta 10. Papua Barat (PPA) Laporan ini mendokumentasikan hasil-hasil proyek terpilih, menyoroti praktekpraktek yang baik dari DBE1, bagaimana praktek-praktek tersebut dikembangkan dan diuji serta didiseminasi, dan bagaimana praktek-praktek tersebut telah mendorong pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia (Kemendiknas, Kemenag, Kemendagri dan Kemenkeu) di tingkat sekolah/komunitas, kabupaten/kota dan provinsi. Laporan ini juga menguraikan pelembagaan dan penyerahan hasil-hasil kegiatan DBE1 kepada Kemendiknas dan Kemenag Laporan ini berisi hasil kegiatan dari Urutan Tugas DBE1 sebagai berikut: Hasil Kegiatan 13: Mendokumentasikan hasil-hasil yang menonjolkan praktek-praktek terbaik DBE1, bagaimana praktekpraktek tersebut dikembangkan, diuji dan tingkat keberhasilan replikasi. Laporan ini juga memberikan informasi kepada Kemendiknas dan Kemenag tentang pelaksanaan kebijakan nasional di tingkat yang lebih rendah (kabupaten/kota dan sekolah) serta rekomendasi untuk dialog kebijakan nasional. Hasil Kegiatan 23: Menyusun laporan berkala yang menguraikan pelembagaan dan penyerahan produk-produk DBE1 (materi pelatihan, manual, laporan tentang perencanaan pendidikan, manajemen dan tata layanan di tingkat pemerintah daerah dan sekolah, serta partisipasi masyarakat dalam praktek-praktek manajemen) kepada Kemendiknas dan Kemenag. 8 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

17 2. Pengembangan dan Hasil-Hasil Praktek yang Baik di DBE1 Mendefinisikan praktek yang baik DBE1 bermaksud mengembangkan manajeman dan tata layanan pendidikan dasar terdesentralisasi yang lebih efektif. Strategi intinya adalah mengembangkan contohcontoh praktek yang baik di bidang manajemen dan tata layanan di tingkat sekolah maupun kabupaten/kota, dan mendukung diseminasi contoh-contoh tersebut ke sekolah dan kabupaten/kota yang lain. Untuk memilih contoh praktek yang baik maka dibutuhkan kesepakatan mengenai apa yang dimaksud dengan istilah praktek yang baik dan bagaimana kita dapat mengidentifikasinya. Sebagaimana dalam laporan DBE1 sebelumnya, laporan ini menggunakan istilah praktek yang baik, bukan praktek terbaik. Meskipun istilah praktek terbaik menyiratkan suatu tujuan, ukuran mengenai apa yang terbaik memperlihatkan bahwa hanya ada sedikit yang perlu diperbaiki lebih lanjut dan bahwa hanya ada satu jawaban, satu pendekatan terbaik, sedangkan istilah praktek yang baik lebih bersahaja dan bersifat terbuka. Untuk memilih contoh praktek yang baik maka dibutuhkan kesepakatan mengenai apa yang dimaksud dengan istilah praktek yang baik dan bagaimana kita dapat mengidentifikasinya. Praktek yang baik dalam DBE1 didefinisikan melalui hasil penelitian internasional, laporan tentang proyek-proyek yang telah dilaksanakan dan yang terjadi secara bersamaan di Indonesia dan pelajaran yang diperoleh dari pengalaman proyek kami sendiri serta sistem pemantauan dan evaluasi. Karena konsep praktek yang baik atau praktek terbaik mulai terbiasa digunakan di lingkungan Pemerintah Indonesia, maka kami mempunyai beberapa referensi dari pihak pemerintah. Kriteria praktek yang baik disebutkan dalam Perjanjian Pembiayaan yang ditandatangani antara Masyarakat Eropa dan Pemerintah Indonesia. 2 Perjanjian tersebut menyatakan bahwa Kemendiknas telah mendefinisikan praktek yang baik sebagai suatu praktek yang... meningkatkan segala hal berikut ini: Akses, Kualitas, Relevansi dan Efisiensi pendidikan dasar. 3 Menurut laporan baru-baru ini yang disusun untuk Bank Dunia, Pemerintah Indonesia bahkan telah mendefinisikan praktek yang baik, bersama dengan Masyarakat Eropa, sebagai suatu praktek yang: (1) meningkatkan akses, kualitas, relevansi dan/atau efisiensi, (2) mempertimbangkan keragaman Indonesia dan kapasitas yang berbeda dari kabupaten/kota, dan (3) terjangkau sehingga dapat berkelanjutan.' 4 2 Program Dukungan Kapasitas Sektor Pendidikan Dasar di Indonesia (2005). Perjanjian Pembiayaan, Lampiran 2. hal Dikutip dalam laporan UNICEF tanggal 27 Juni 2007, Program Dukungan Kapasitas Sektor Pendidikan Dasar di Indonesia; Pemetaan Praktek yang Baik untuk Pengarusutamaan dalam Pendidikan Dasar, Jakarta 4 Bank Dunia (2009), Promosi Praktek yang Baik di Bidang Pendidikan, TF Basic Education Capacity TRUST Fund, BEC-TF Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 9

18 Kemendagri baru-baru ini mengeluarkan sebuah rancangan Peraturan Menteri tentang Praktek Terbaik di bidang tata layanan pemerintahan: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2008 tentang Pedoman Best Practice Tata Layanan Pemerintahan Yang Baik. Rancangan peraturan menteri ini mendefinisikan Praktek Terbaik di bidang tata layanan pemerintahan sebagai berikut: "Praktek Terbaik (Best Practice)" dalam Tata Layanan Pemerintahan yang Baik atau "BP" adalah suatu praktek yang motivasional, inovatif dan berkelanjutan serta dapat dialihkan (sustainable-transferable), dikembangkan oleh Pemerintah Daerah (atau pemangku kepentingan lain) yang melibatkan pemangku kepentingan, dalam memecahkan satu persoalan atau lebih sebagai pendekatan baru yang sebelumnya tidak dilaksanakan dengan prioritas mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial. Dengan mengingat berbagai definisi baru tersebut, DBE1 mendefinisikan praktek yang baik sebagai praktek yang memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan dan membantu melaksanakan kebijakan saat ini yang meningkatkan pendidikan dasar secara efisien dan efektif. Praktek yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah Selama empat setengah tahun pelaksanaan, DBE1 telah membantu kementeriankementerian penanggung-jawab pendidikan dalam mengembangkan dan menguji pendekatan-pendekatan untuk melaksanakan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Di Indonesia ada dua kementerian pusat yang berurusan dengan pengelolaan sistem pendidikan: Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Agama (Kemenag) 5. Hal ini karena sekitar 20% anak di Indonesia mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah Islam yang dikenal sebagai madrasah. Kepmendiknas No 044/U/ tentang Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan menguraikan peranan, hak dan tanggung jawab badan-badan yang berwenang tersebut di tingkat sekolah dan kabupaten/kota. Dengan disahkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (20/2003), 7 Indonesia secara formal mengadopsi kebijakan manajemen berbasis sekolah untuk semua sekolah dan madrasah negeri maupun swasta. Pada bulan Juli 2005, Pemerintah Indonesia (GOI) memperkenalkan Bantuan Operasional Sekolah, (BOS) 8 suatu skema pendanaan hibah per siswa langsung dari pemerintah pusat, yang memberi sekolah dan madrasah untuk pertama kalinya independensi keuangan 9. Kriteria rencana pengembangan sekolah/madrasah (RPS/M) pertama kalinya dituangkan dalam peraturan yang dikeluarkan pada tahun 2005 (PP 5 MONE (bahasa Inggris) dikenal sebagai Kementerian Pendidikan Nasional atau Kemendiknas (bahasa Indonesia). MORA (bahasa Inggris) dikenal sebagai Kementerian Agama atau Kemenag. 6 Kepmendiknas adalah singkatan dari Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. 7 Undang Undang Sisdiknas 20/2003 Undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan dapat dilihat dalam website DBE, di bawah seksi Resource Materials 8 Lihat laporan DBE1, Studi Kerangka Hukum Sektor Pendidikan Dasar di Indonesia (November 2007) untuk penjelasan secara lengkap tentang skema BOS beserta Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (20/2003) serta undang-undang, peraturan dan kebijakan pemerintah yang penting lainnya. 9 Sekolah dasar di pedesaan sebelum diperkenalkannya BOS mendapatkan anggaran tahunan sekitar Rp 2 juta ($200), cukup untuk membeli sejumlah alat tulis. Buku pelajaran dan kebutuhan lainnya dipasok dari pusat atau dengan pungutan biaya. Sejak tahun 2005 sekolah dasar mendapatkan anggaran lebih dari Rp25 juta ($2.500) dan sejak tahun 2009, anggarannya menjadi Rp 40 juta ($4.000). Sumbangan dari orang tua dan masyarakat serta pendanaan dari sumber lain seperti pemerintah kabupaten dapat semakin meningkatkan jumlah tersebut. 10 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

19 No. 19/2005) 10. Pada bulan Juli 2007, peraturan tahun 2005 tersebut direvisi dan diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang baru Permendiknas 19, yang mengharuskan semua sekolah dan madrasah di Indonesia untuk menyusun rencana pembangunan sekolah yang dikenal dengan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M). Sejak diadopsinya kebijakan manajemen dan tata layanan sekolah yang baru, Pemerintah Indonesia telah berupaya melaksanakannya di seluruh sekolah dan madrasah. Dalam konteks inilah DBE1 memberikan bantuan dengan mengembangkan dan melaksanakan model perencanaan pembangunan sekolah yang didukung oleh pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah, pelatihan untuk memperkuat komite sekolah dan sistem database sekolah (SDS) yang baru. Salah satu aspek terpenting dari pendekatan DBE1 adalah secara konsisten menyelaraskan model dan manual perencanaan pembangunan sekolah, pelatihan kepemimpinan, penguatan komite sekolah dan sistem database sekolah dengan peraturan dan kebijakan pemerintah yang terbaru. Melalui pendekatan ini, proyek telah berhasil menerjemahkan praktek baik internasional yang mapan ke dalam konteks Indonesia. Penyelarasan strategis input proyek dengan peraturan-peraturan saat ini sangat meningkatkan potensi pelaksanaan, diseminasi dan keberlanjutan proyek. Pengembangan materi DBE1 untuk perencanaan pembangunan sekolah dan aspekaspek lain dari manajemen berbasis sekolah telah dilakukan melalui konsultasi dengan Kemendiknas dan Kemenag. Sekretariat Manajemen Berbasis Sekolah (Sekretariat MBS) dari Direktorat Pembinaan TK dan Sekolah Dasar, Kemendiknas, memainkan peranan penting dalam proses ini, yang menghasilkan kesepakatan untuk menerbitkan semua materi dengan logo Kemendiknas dan Kemenag dan dengan persetujuan resmi dari Direktur-Direktur Kementerian yang bersangkutan. Dalam bagian-bagian berikut, proses pengembangan praktek yang baik serta hasilhasil dari praktek yang baik dijabarkan untuk setiap program Manajemen Berbasis Sekolah yang utama: Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Penguatan Komite Sekolah, Pelatihan Kepemimpinan dan Sistem Database Sekolah. Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RPS/M atau RKS/M) 12 Inti dari keberhasilan manajemen berbasis sekolah adalah komitmen kepada anakanak, kepada kegiatan belajar mengajar, kepada perbaikan yang terus menerus, kepada perencanaan yang baik dan kepada partisipasi semua pemangku kepentingan. 10 PP singkatan dari Peraturan Pemerintah, dan biasanya berfungsi untuk menafsirkan suatu undang-undang sebagai kebijakan yang lebih tinggi tingkatannya ke dalam ketentuan-ketentuan operasional. 11 Permendiknas adalah singkatan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 12 Secara formal dalam bahasa Indonesia disebut Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Setelah terjadi perubahan kebijakan pemerintah, rencana tersebut sekarang disebut Rencana Kerja Sekolah (RKS). Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 11

20 Kemendiknas mengakui hal ini dalam definisinya tentang manajemen berbasis sekolah, yang menggunakan hasil dari proyek-proyek sebelumnya termasuk CLCC UNICEF, untuk mendefinisikan manajemen berbasis sekolah yang terdiri dari tiga pilar: Manajemen, Partisipasi Masyarakat dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) 13. Dalam konteks ini, perencanaan pengembangan sekolah memainkan peranan yang penting. Dengan mengikuti model-model praktek yang baik yang telah mapan dan dengan menggunakan hasil dari proyek-proyek sebelumnya, DBE1 telah membantu sekitar sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (MI) serta 202 sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah (MTs) untuk menyusun dan melaksanakan rencana pengembangan sekolah secara komprehensif yang: Memusatkan perhatian pada perbaikan kualitas dan didasarkan pada kebutuhan yang diidentifikasi melalui data yang dikumpulkan dan dianalisa dalam profil sekolah, Mencerminkan aspirasi dan prioritas pemangku kepentingan, Terintegrasi dan mencakup semua aspek utama dari program sekolah, Bersifat tahunn umumnya selama empat tahun, Memiliki multi sumber daya semua sumber pendanaan dan sumber daya dicakup, termasuk hibah blok dari pemerintah pusat (Bantuan Operasional Sekolah/BOS), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sumbangan orang tua murid, dan sumber-sumber lain, Berkaitan langsung dengan rencana kerja tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M), dan Secara efektif dilaksanakan dan dipantau oleh komite sekolah dan pemangku kepentingan. Melalui konsultasi dengan pemangku kepentingan nasional dari Kemendiknas dan Kemenag, DBE1 mengembangkan sebuah manual (buku pedoman) awal untuk penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah (RPS/M) tahun Manual ini didasarkan pada peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan (PP No. 19/2005). RPS/program yang pertama dilaksanakan di sekitar 500 sekolah dan rancangan pertama dari manual RPS/M dievaluasi dan direvisi menjelang akhir tahun Manual yang telah direvisi tersebut digunakan untuk melatih lebih dari 50 sekolah lagi pada Tahun ke-2 proyek. Dengan menggunakan manual-manual tersebut, DBE1 menyediakan bantuan yang intensif kepada sekolah dasar untuk menyusun rencana pengembangan sekolah berbasis kebutuhan yang komprehensif melalui kerja sama dengan masyarakat. 13 PAKEM adalah akronim di Indonesia untuk Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. 12 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

21 Tabel 1 Uraian program dan kegiatan SDN Kutorejo III, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, seperti tertera dalam Rencana Pengembangan Sekolah periode Uraian Program & Kegiatan Satuan Total 4 tahun 2007/ /2009 Jenis Harga Jml. Satuan Jml. Biaya Jml. Satuan Jml. Biaya Jml. Satuan Jml. Biaya = = =6x3 8 9=8x3 A. Peningkatan kualitas sekolah ramah anak Pemberian Tambahan Pelajaran Orang/thn 7,000 1,165 8,155, ,883, ,072,000 - Peningkatan kinerja guru melalui KKG dan pelatihan DBE II Pemberian beasiswa kepada peserta didik sec. ekonomi kurang Orang/thn 120, ,480, ,440, ,560,000 mampu - Pemberian seragam sekolah kepada Orang/thn 30, ,620, , ,000 pst didik sec. ekon. Kurang mampu Pengadaan ekstrakurikuler: - Seni Orang/thn 22, ,138, ,320, ,452,000 - Olahraga Orang/thn 14, ,906, , ,000 - Pengadaan guru/pelatih ekstrakurikuler B. Peningkatan Kualitas P. Pembelajaran 2.1 Penyusunan silabus dan RPP 5 mapel Orang/thn 13,000 1,165 15,145, ,497, ,848,000 dan penilaian semua sistem 2.2 Pengadaan alat peraga Orang/thn 5,000 1,165 5,825, ,345, ,480,000 C. Peningkatan Manajemen Sekolah Pelatihan advokasi kuirkulum thn 06 - Pelatihan DBE1 dan DBE2 3.6 Pengadaan brosur, pengumuman Orang/thn 1,000 1,165 1,165, , ,000 pada masyarakat terbuka, internet untuk penyampaian informasi D. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Pemilihan pengurus komite sekolah Orang/thn 5, ,500, ,500,000 sec. demokratis Penyusunan pengurus komite sek. dari berbagai unsur E. Prestasi peserta didik Tambahan pelajaran untuk Orang/thn 30, ,470, , ,050,000 Peningkatan Nilai UAS Tambahan pelajaran utk pembinaan Orang/thn 45, ,070, , ,000 siswa berprestasi F. Sumber daya pendidikan Pengadaan buku 4 mapel rasio 1:1 dalam kurun wkt 4thn mulai 07/ Pembuatan gapura Orang/thn 101, ,340, ,136, ,068,000 TOTAL BIAYA 393,360 6,071 81,814,000 1,362 22,500,000 1,738 20,135,000 Segi-segi utama dari metodologi perencanaan pengembangan sekolah yang dianggap sebagai praktek yang baik adalah sebagai berikut: Menyusun rencana sekolah melalui pembentukan kelompok-kelompok kerja yang beranggotakan para pemangku kepentingan dari masyarakat, komite sekolah, guru dan kepala sekolah. Prosesnya difasilitasi oleh pengawas sekolah setempat, awalnya dengan dukungan dari personil proyek. Kelompok kerja ikut dalam serangkaian lokakarya pelatihan yang didukung dengan sejumlah kunjungan lapangan oleh fasilitator (pengawas sekolah). Rencana didasarkan pada pengumpulan dan analisa data yang saksama. Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 13

22 Pada tahun 2008, setelah pertemuan multi-donor di Bank Dunia, tim nasional DBE1 mengadakan pertemuan dengan donor lain, Kemendiknas dan Kemenag untuk berbagi pengalaman, memetakan program manajemen berbasis sekolah dan membentuk forum multi pemangku kepentingan. Dalam konteks ini, informasi disampaikan kepada para donor dan Kemendiknas mengenai pendekatan perencanaan pengembangan sekolah. Juga turut hadir dalam pertemuan ini para wakil dari Bank Dunia, AusAID, (IAPBE, NTT PEP, LAPIS), Yayasan Kartika Sukarno, Plan International, Save the Children, UNESCO, UNICEF, World Vision dan JICA. Secara menonjol ditegaskan bahwa pendekatan penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah (RKS/M) oleh DBE1 adalah satu-satunya pendekatan yang saat ini selaras sepenuhnya dengan peraturan pemerintah yang berlaku (terutama Permendiknas 19/2007). Fakta ini sangat dihargai oleh Kemendiknas (terutama Direktorat Pembinaan TK/SD dan Direktorat Pembinaan SMP) dan sebagian besar merupakan keberhasilan program di lapangan serta minat yang kuat untuk melakukan diseminasi. Penguatan Komite Sekolah Praktek yang baik dalam manajemen berbasis sekolah mencakup bukan hanya perencanaan yang baik melainkan juga partisipasi aktif semua pemangku kepentingan. Ketika orang tua murid, warga masyarakat, guru dan, bila perlu, peserta didik berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan, mereka kemungkinan besar lebih berkomitmen untuk mendukung pelaksanaan keputusan dan rencana tersebut. Idealnya, pendidikan sekolah adalah kemitraan antara rumah tangga/masyarakat dan sekolah dengan setiap orang yang mempunyai visi yang sama untuk perbaikan kualitas; setiap orang yang mempunyai rasa memiliki, tanggung jawab dan komitmen untuk bekerja bersama dalam rangka mewujudkan visi tersebut. Kepmendiknas No 044/U/ tentang Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan menguraikan peranan, hak dan tanggung jawab badan-badan yang berwenang tersebut di tingkat sekolah dan kabupaten/kota. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan ini dan perubahan menjadi kemitraan yang lebih besar antara sekolah dan masyarakat, dan untuk menciptakan model-model praktek yang baik dalam tata layanan sekolah maka DBE1 telah mengembangkan dan menguji materi-materi pelatihan untuk memperkuat peranan komite sekolah. Pelatihan dirancang untuk meningkatkan pemahaman komite sekolah tentang peranan mereka berdasarkan Kepmendiknas dan memperkuat kapasitas mereka untuk memenuhi peranan tersebut. Pelatihan komite sekolah oleh DBE1 terdiri dari empat belas modul yang dirancang untuk dilaksanakan dalam enam tahap. Pendekatan ini memberi sekolah kesempatan untuk memilih modul-modul yang paling cocok dari menu, setelah menyelesaikan pelatihan pengenalan standar. Pelatihan untuk memperkuat peranan komite sekolah telah diselenggarakan di semua sekolah dasar dan madrasah yang didukung oleh DBE1. Keempat belas modul 14 Kepmendiknas adalah singkatan dari Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. 14 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

23 pelatihan tersebut disusun berdasarkan tema sehingga sekolah-sekolah dapat memilih topik-topik yang paling cocok untuk pengembangan kapasitas. Bagian 1: Pengenalan peran dan fungsi komite sekolah/madrasah Bagian 2: Penilaian Sendiri dan Penguatan Organisasi, meliputi pembentukan dan perwakilan komite, sensitivitas terhadap gender, sensitivitas terhadap diversitas dan kelompok-kelompok marginal, serta organisasi komite sekolah. Bagian 3: Administrasi dan Manajemen: meliputi organisasi komite sekolah/madrasah, penyusunan anggaran dan rencana kerja dasar Bagian 4: (pilih dari menu) Memperkuat peranan komite: meliputi partisipasi, transparansi dan akuntabilitas, menilai aspirasi masyarakat, mengembangkan kemitraan, sumber pendanaan alternatif dan partisipasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa/kelurahan (musrenbangdes/kel). Bagian 5 (pilih dari menu): Memperkuat peranan komite: meliputi pelaporan keuangan yang sederhana, dan mengidentifikasi sumber daya pembelajaran. Sebagian karena adanya keterlibatan komite sekolah dan anggota masyarakat dalam perencanaan sekolah dan pelatihan untuk komite sekolah dan kepala sekolah, komunitas sekolah DBE telah menyumbangkan lebih dari Rp. 25 milyar ($2.7 juta) sampai bulan Desember 2009 untuk membantu sekolah melaksanakan rencana mereka. Selain itu, pada tahun 2008, DBE1 telah mengembangkan materi pelatihan untuk mendukung pelaksanaan undang-undang beserta peraturan-peraturan terkait tentang perencanaan pemerintahan dan pembangunan tingkat desa terutama untuk mendukung pelaksanaan rencana pengembangan sekolah. Modul pelatihan yang baru telah dikembangkan dan kemudian dilaksanakan di semua sekolah dukungan DBE1 untuk mempersiapkan komite sekolah dalam rangka mendukung proses konsultasi masyarakat yang diadakan setiap tahun pada bulan Januari-Februari. Proses konsultasi ini, yang disebut musrenbangdes/kel 15 adalah bagian dari proses konsultasi perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up) secara luas yang diadakan setiap tahun di semua kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Proses perencanaan pembangunan ini dilayanan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) 16 berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 17. Dana pembangunan dialokasikan kepada desa dan kabupaten/kota sebagai bagian dari program perencanaan pembangunan. Program ini memberikan kesempatan yang sangat baik kepada sekolah-sekolah untuk mendapatkan Anggaran Alokasi Desa/Kelurahan (ADD) dalam rangka membiayai rencana pengembangan sekolah. Hasil evaluasi awal terhadap program ini yang dilaporkan dalam studi dampak yang akan diterbitkan pada bulan Maret 2010, Musrenbangdes/kel adalah singkatan dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa Kelurahan 16 Kementerian Dalam Negeri atau Kemendagri 17 Undang Undang No 25/2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional 18 DBE1, 2009, (draft), Melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia, Pengalaman DBE1; Studi Dampak Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 15

24 menyingkapkan bahwa melalui proses musrenbang, komite sekolah dari sekolahsekolah peserta program DBE1 telah menyediakan dana sekitar Rp (US$ ) untuk program pengembangan sekolah. Dari 368 program yang diusulkan oleh anggota komite sekolah dalam musrenbang, 65% di antaranya berasal dari rencana pengembangan sekolah (RPS/RKS). Gambar 2 Pedoman Penguatan Komite Sekolah/Madrasah DBE1 Pelatihan komite sekolah yang diselenggarakan melalui DBE1 tidak hanya memperkuat tata layanan sekolah melainkan juga memberikan kesempatan yang penting bagi masyarakat dan warga setempat untuk menikmati demokrasi secara terbuka dan partisipatif di tingkat bawah (grass roots level). Sistem pendidikan serta sekolah dan madrasah di bawahnya merangkul masyarakat lokal dan kehidupan rakyat Indonesia lebih jauh daripada instansi pemerintah lain manapun. Potensi dampak dari meningkatnya tata layanan sekolah melalui komite sekolah adalah penyelenggaraan pelatihan yang sangat luas di bidang demokrasi bagi masyarakat di tingkat bawah. Pelatihan Kepemimpinan Sekolah Pelatihan kepemimpinan (leadership training) bagi kepala sekolah (dan pengawas) merupakan salah satu komponen dalam program DBE1 untuk melaksanakan manajemen berbasis sekolah. Tujuan dari pelatihan ini adalah memperkuat kapasitas kepala sekolah dalam melaksanakan tugas hariannya dengan perhatian khusus untuk mengembangkan pendekatan kepemimpinan yang terbuka, inklusif dan partisipatif. Strateginya adalah membantu kepala sekolah untuk memahami apa artinya kepemimpinan yang efektif dalam praktek, dan mendukung kepala sekolah menilai gaya kepemimpinannya serta mengembangkan rencana singkat untuk perbaikan diri. Tujuan yang lebih luas adalah, dengan meningkatkan kualitas kepemimpinan sekolah, memfasilitasi partisipasi masyarakat dan pelaksanaan rencana pengembangan sekolah. 16 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

25 Pelatihan kepemimpinan sekolah terdiri dari dua acara yang masing-masing berlangsung selama sehari. Pelatihan hari pertama diadakan sebelum proses perencanaan RKS/M guna mempersiapkan kepala sekolah untuk memikul peranannya sebagai pemimpin dan memperlengkapi kepala sekolah untuk mengelola partisipasi komite sekolah dan pemangku kepentingan yang lain. Pelatihan hari kedua diselenggarakan setelah tahun pertama pelaksanaan rencana pengembangan sekolah (RKS/M). Meskipun tidak mungkin untuk mengikuti urutan ini secara saksama, pelatihan selama dua hari ini sejauh ini telah diselenggarakan bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah di semua sekolah dasar dan menengah pertama dan madrasah sasaran. Gambar 3 Kepala madrasah sedang membicarakan alokasi dana dengan guruguru Pada tahun 2009, sebuah studi kecil diadakan di Karanganyar untuk menilai dampak dari program ini. 19 Hasil studi menunjukkan bahwa pelatihan tersebut telah memberi kepala sekolah pemahaman baru mengenai cara menjadi seorang pemimpin. Dampak yang dirasakan meliputi peningkatan pengetahuan kepala sekolah, perubahan manajemen kepala sekolah, gaya kepemimpinan serta hal-hal lain. Namun, dampak yang paling sering disebutkan dari pelatihan ini adalah meningkatnya pengetahuan tentang kepemimpinan. Meskipun sulit untuk memilah-milah dampak langsung dari dua hari pelatihan tentang kepemimpinan yang diselenggarakan bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah ini, berdasarkan studi kasus tersebut, kita dapat mengatakan dengan yakin bahwa secara umum program DBE1 mempunyai dampak penting yang dapat diidentifikasi terhadap pendekatan kepemimpinan dan manajemen yang dilakukan oleh para kepala sekolah. 19 Lihat: DBE1, 2009, (draft), Melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia, Pengalaman DBE1; Studi Dampak Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif 17

26 Tampaknya pelatihan kepemimpinan yang ditargetkan secara spesifik ini telah menyumbang kepada Manajemen Berbasis Sekolah dan Tata Layanan Sekolah secara keseluruhan. Pada umumnya, kepala sekolah telah mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih terbuka, transparan dan partisipatif di sekolah dan masyarakat sebagai hasil dari program DBE1. School Database System DBE1 melakukan kegiatan sepanjang tahun 2006 dan 2007 melalui kerja sama dengan DBE2 untuk mengembangkan aplikasi perangkat lunak yang disebut Kartu Laporan Sekolah (School Report Card/SRC) untuk menyampaikan laporan kinerja sekolah kepada orang tua murid dan warga masyarakat. Gambar 4 Lembar Mutu Sekolah Dengan adanya landasan ini, di akhir tahun 2007 dan 2008, DBE1 memperluas program SRC dengan mengembangkan Sistem Database Sekolah terpadu (SDS) yang mencakup semua data yang diperlukan sebagai kelengkapan pelaporan selain SRC; data tersebut mencakup: data untuk mengikuti proses akreditasi sekolah yang disampaikan kepada Badan Akreditasi Sekolah (BAS), laporan penggunaan dana bantuan BOS dan rencana jangka menengah dan tahunan serta anggaran belanja (Error! Reference source not found.). SDS mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan inisiatif dari dalam proyek menjadi suatu inisiatif yang unik untuk mendukung pelaksanaan Sistem Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh 18 Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Terdesentralisasi yang Lebih Efektif

Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M)

Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M) Pedoman Untuk Kepala Sekolah/Madrasah Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M) (Edisi September 2011) Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Pemutakhiran RKS/M/RKT/RKAS

Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Pemutakhiran RKS/M/RKT/RKAS Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pedoman Untuk Kepala Sekolah/Madrasah Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Pemutakhiran RKS/M/RKT/RKAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Strategi UNICEF dalam Mendukung Pemerintah untuk Memperluas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Strategi UNICEF dalam Mendukung Pemerintah untuk Memperluas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Strategi UNICEF dalam Mendukung Pemerintah untuk Memperluas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Seminar Nasional MBS Hotel Ollino, Malang, 29 Nov 2 Des 2013 Struktur Presentasi Latar Belakang

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Jawa Tengah 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1)

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Banten 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1) Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Jawa Barat 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, 20 Oktober Michael Calvano, Ph.D. Chief of Party, DBE 2

PENGANTAR. Jakarta, 20 Oktober Michael Calvano, Ph.D. Chief of Party, DBE 2 PENGANTAR Program Pendidikan Dasar yang Terdesentralisasi (Decentralized Basic Education), Komponen Belajar Mengajar atau DBE 2 adalah salah satu komponen dari kerja sama antara pemerintah Indonesia dan

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Sulawesi Selatan 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Jawa Timur Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1) Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Sumatera Utara 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1)

Lebih terperinci

PROGRAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH:KONSEP PELAKSANAAN, PERENCANAAN, MONITORING, EVALUASI, DAN SUPERVISI

PROGRAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH:KONSEP PELAKSANAAN, PERENCANAAN, MONITORING, EVALUASI, DAN SUPERVISI PROGRAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH:KONSEP PELAKSANAAN, PERENCANAAN, MONITORING, EVALUASI, DAN SUPERVISI B2 FA Book 2.indd 1 10/26/10 1:54:40 PM FA Book 2.indd 2 10/26/10 1:54:40 PM B2 Penulis Drs. Trias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN Menimbang

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Aceh 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1) Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat yang diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat yang diiringi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat yang diiringi dengan perkembangan sistem informasi yang berbasis teknologi. Hal ini telah menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 10 April 2014. Lembar Data Proyek Lembar Data Proyek (Project Data Sheets/PDS) berisi informasi ringkas mengenai proyek atau program:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

Hasil Perhitungan SPM

Hasil Perhitungan SPM THE WORLD BANK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Utara Juli 2012 Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Menggunakan Aplikasi TRIMS (Tool for Reporting and Information Management by Schools)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN BAGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA), MADRASAH ALIYAH (MA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI/SWASTA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ACEH TENTANG DUKUNGAN PROGRAM SEDIA UNTUK PENGUATAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Govinda (2000) dalam laporan penelitiannya School Autonomy and Efficiency Some Critical

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999.

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KAB. TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RPJMD KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang ditandai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH FA Book 2 2.indd 1 10/26/10 1:59:35 PM FA Book 2 2.indd 2 10/26/10 1:59:35 PM DAFTAR ISI A. Alasan Perlunya Manajemen 03 Berbasis Sekolah B. Pilar MBS 04 C. Landasan Hukum 06

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen Nasution (2004:28) pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.37, 2018 KEMENPAN-RB. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH,

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. KETENTUAN

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA Kualitas SNP (Isi, Kompetensi Lulusan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Penilaian, Proses, Biaya) SPM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 Mengapa Kebudayaan? Tujuan, Komponen Utama Bagaimana cara kerjanya?, Tentang PNPM Mandiri Perdesaan, Kegiatan Kegiatan Mendatang Kegiatan Budaya Meramaikan Pertemuan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 41 LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai PROPOSAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Wednesday, 01 February 2017 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung kepada masyarakat

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM, KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 481 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU RAUDHATUL ATHFAL, MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, MADRASAH ALIYAH, DAN

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

Rencana Kerja Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Rencana Kerja Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pedoman Penyusunan Untuk Kepala Sekolah/Madrasah Rencana Kerja Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) (Edisi Juli 2009) Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Version Panduan Teknis EDS/M

Version Panduan Teknis EDS/M Version 01.01.2011 1 Panduan Teknis EDS/M DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 Daftar Singkatan... 3 Daftar Istilah... 4 BAB I Pendahuluan... 6 A. Latar Belakang... 6 B. Dasar Hukum... 6 C. Tujuan...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

Partnership Governance Index

Partnership Governance Index Partnership Governance Index Mengukur Tata Pemerintahan yang Demokratis Merupakan suatu kesepakatan di kalangan dan di antara akademisi dan praktisi internasional bahwa kualitas tata pemerintahan sangat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SD/SDLB)

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SD/SDLB) SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu masa bakti Kepala Daerah terpilih yang disusun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci