Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif"

Transkripsi

1 Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Jawa Timur Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1) Provinsi Jawa Timur untuk pemerintah Provinsi Jawa Timur

2

3 Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 Disiapkan untuk Pemerintah Provinsi Jawa Timur Disiapkan oleh Decentralized Basic Education 1 Provinsi Jawa Timur Pendapat penulis di laporan ini tidak selalu mencerminkan pandangan United States Agency for International Development (USAID) atau Pemerintah Amerika Serikat.

4

5 Daftar Isi Halaman I. Pendahuluan Decentralized Basic Education 1: Manajemen dan Tatalayanan Tujuan Laporan... 3 II. Deskripsi Program & Capaian yang Dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur Penguatan Kapasitas di Tingkat Sekolah/Madrasah... 4 a. Penguatan Kapasitas Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah... 5 b. Penguatan Komite Sekolah/Madrasah... 6 c. Penyusunan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M)... 8 d. Aplikasi Sistem Database Sekolah (SDS) Penguatan Kapasitas di Tingkat Kabupaten/Kota a. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD Dinas Pendidikan b. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Rencana Kerja Tahunan (Renja) c. Analisis Keuangan Pendidikan Kabupaten/Kota (AKPK) d. Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) e. Penghitungan Biaya Pencapaian Standard an Akses Pendidikan (PBPSAP) f. Konsultasi DPRD Tentang Perencanaan dan Kebijakan Pendidikan g. Penguatan Kapasitas Dewan Pendidikan h. Kebijakan i. Teknologi, Informasi, dan Komunikasi atau Information, Communication, and Technology (ICT) j. Program Rintisan III. Upaya Keberlanjutan a. Diseminasi Program b. Sertifikasi Distrik Fasilitator c. Sertifikasi Service Provider d. Kabupaten/Kota Acuan IV. Tantangan dan Rekomendasi Foto Kegiatan DBE1 Di Tingkat Sekolah/madrasah Foto Kegiatan DBE1 Di Tingkat Kabupaten/Kota Daftar Istilah Daftar Tabel Halaman Tabel 1. Daftar DF Tersertifikasi di Setiap Kabupaten/Kota... 5 Tabel 2. Jumlah Kepala Sekolah/Madrasah yang Telah Dilatih Kepemimpinan... 6 Tabel 3. Jenis dan Jumlah Usulan Sekolah/Madrasah yang Menjadi Prioritas Pembangunan Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota... 7 Tabel 4. Rangkuman Peserta Pelatihan Penguatan Komite Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Timur. 7 Tabel 5. Daftar Jumlah Sekolah/Madrasah yang Telah Memiliki RKS/M... 9 Tabel 6. Jumlah Sekolah/Madrasah di Provinsi Jawa Timur yang Telah Menerapkan SDS Tabel 7. Rangkuman Kegiatan DBE1 Tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tabel 8. Daftar Jumlah Staf Dinas Pendidikan Kab/Kota yang Terlibat Dalam Penyusunan LAKIP dan Renja Tabel 9. Hasil Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan Tahun

6 Tabel 10. Hasil Update Penghitungan BOSP Jatim Tabel 11. Kontribusi DBE1 dalam Pengembangan Kebijakan Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi per September Tabel 12. Daftar Program Rintisan DI Jawa Timur Tabel 13 Komitmen untuk Diseminasi di Provinsi Jawa Timur Tabel 14 Jumlah Sekolah/Madrasah Diseminasi di Jawa Timur Tabel 15 Jumlah Sekolah dan SiswaPenerima Manfaat DBE Tabel 16 Daftar Program DBE1 yang Telah Didiseminasikan oleh Kabupaten/Kota Daftar Gambar Halaman Gambar 1. Provinsi Mitra DBE1 di Indonesia... 1 Gambar 2. DBE1 di Provinsi Jawa Timur... 2 Gambar 3. Angka Mengulang Kelas SD/MI Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Gambar 4. Tahapan Penyusunan Renstra Dinas Pendidikan Gambar 5. Hasil Analisis Alokasi Belanja Sektor Pendidikan Kabupaten Tuban Tahun Gambar 6. Hasil Analisis Sumber Pendanaan Gambar 7. Perbandingan Antara BOSP per Siswa vs Pendapatan SD/MI Gambar 8. Perbandingan antara BOSP per Siswa vs Pendapatan di SMP/MTs Kabupaten Tuban Tahun Gambar 9. Tahap Analisis PBPSAP Gambar 10. Alokasi Hibah ICT di Provinsi Mitra DBE1 di Indonesia... 25

7 Kata Pengantar USAID/DBE1 merupakan program kerja sama antara Pemerintah Amerika Serikat dengan Pemerintah Republik Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar melalui manajemen dan tatalayanan pendidikan yang lebih efektif. Sejak 2005, program ini telah dilaksanakan di 1,074 SD/MI dan 196 SMP/MTs di 50 kabupaten/kota yang tersebar di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Adapun kegiatan DBE1 di tingkat sekolah/madrasah maupun kabupaten/kota adalah untuk mendukung upaya perencanaan dan penganggaran pendidikan yang berbasis data yang valid dan terkini. Proses perencanaan dan penganggaran juga dilakukan dengan cara yang partisipatif, transparan, dan akuntabel. Saat ini DBE1 telah menyelesaikan semua kegiatannya dan pada Bulan Desember 2011 telah mengakhiri bantuan teknisnya di tingkat sekolah/madrasah maupun kabupaten/kota. Laporan Akhir yang disusun oleh tim DBE1 memberikan informasi mengenai programprogram yang telah dilaksanakan selama ini beserta pencapaiannya. Laporan Akhir ini juga mencoba merangkum keterbatasan yang terjadi selama DBE1 bekerja bersama dengan sekolah/madrasah dan pemerintah kabupaten/kota. Juga disertakan tantangan yang mungkin dihadapi di masa mendatang dalam rangka melanjutkan keberhasilan dan penyebarluasannya. Salah satu bentuk dukungan atas keberlanjutan implementasi program DBE1 di kabupaten/kota maupun di provinsi telah disiapkan 66 Distrik Fasilitator dan 5 Service Provider tersertifikasi. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi mantan Koordinator DBE1 Provinsi Jawa Timur, Supriono Subakir, , , ssubakir2002@yahoo.com Dalam kesempatan ini, izinkanlah kami untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih atas kerjasama dan dukungan semua pihak di Provinsi Jawa Timur atas keberlangsungan program DBE1 selama ini. Jakarta, Desember 2011 Chief of Party DBE1

8

9 Ringkasan Eksekutif Program Decentralized Basic Education (DBE) bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Program DBE dimulai sejak 2005 sebagai bentuk kerjasama Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia dengan dana 157 juta dolar AS. Di dalam implementasinya, kerjasama ini dilakukan antara USAID dan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat seperti yang tercantum dalam Strategic Objective Grant Agreement (SOAG) tertanggal 30 Agustus Secara teknis, program dilaksanakan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama. Program juga melakukan konsultasi mendalam dengan Kementerian Dalam Negeri. Di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan berdasarkan MOU antara DBE1 dan Kepala Daerah. Di Provinsi Jawa Timur, 179 SD/MI dan 40 SMP/MTs menerima bantuan teknis dari program DBE1 yang berlokasi di sembilan kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Sidoarjo, Tuban, Bangkalan, Kota Surabaya, kota Mojokerto, Kabupaten Sampang, Bojonegoro dan Kabupaten Nganjuk. DBE1 memberikan bantuan teknis yang diperlukan dalam usaha meningkatkan manajemen dan tatalayanan pendidikan di tingkat sekolah dan kabupaten/kota. Program-program DBE1 di tingkat sekolah mencakup pengembangan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M), pengembangan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M), pengembangan kapasitas kepala sekolah dan komite sekolah, serta pelatihan dan penggunaan Sistem Database Sekolah. Di tingkat kabupaten/kota DBE1 mendukung penggunaan data dan informasi yang terkini, valid, dan relevan sebagai basis dalam mengembangkan rencana strategis dinas pendidikan, menghitung dan menganalisis biaya operasional satuan pendidikan dan keuangan pendidikan kabupaten/kota, menghitung biaya pencapaian standar dan akses Pendidikan, menganalisis pendidik dan tenaga kependidikan, dan mengupayakan keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran pendidikan kabupaten/kota, dengan sekolah. DBE1 juga mendukung keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, misalnya Dewan Pendidikan, DPRD, dan LSM dalam proses perencanaan dan penganggaran pendidikan. Di Provinsi Jawa Timur DBE1 telah memfasilitasi pengembangan renstra, BOSP, AKPK, Lakip, Renja, PBPSAP, SIMA, SIMPTK, mendukung penggunaan teknologi informasi dan komunikasi melalui pemberian hibah TIK di 11 kabupaten/kota. Provinsi Jawa Timur menerima 2 hibah TIK di Kota Surabaya dan 1 hibah TIK di Kabupaten Tuban senilai Rp 495 juta. Selain kegiatan di tingkat sekolah dan kabupaten/kota DBE1 juga memberikan dukungan dan fasilitasi kegiatan di tingkat provinsi yang berupa kajian Kebijakan Inovatif Pendidikan, bermitra dengan Bappeda dan Dinas Pendidikan provinsi Jawa Timur. Upaya diseminasi telah berlangsung sejak berjalannya program dalam rangka menjaga kesinambungan. Diseminasi dilakukan dengan menggunakan dana dari berbagai sumber misalnya: APBD kabupaten/kota, DIPA Kementerian Agama, dana mandiri dari sekolah, atau lembaga lainnya. Diseminasi dilakukan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang telah dilaksanakan DBE1 selama ini.

10 Di Provinsi Jawa Timur, sebanyak sekolah/madrasah dan 24 kabupaten/kota telah mendiseminasi program DBE1 dengan total dana sebesar Rp. 6,3 M. Kabupaten/kota ini termasuk sembilan kabupaten/kota mitra DBE1 dan kabupaten/kota lain seperti Kabupaten Mojokerto dan Tulungagung. Di Provinsi Jawa Timur tidak banyak tantangan dihadapi dalam pelaksanaan program DBE1. Salah satu tantangan yang menonjol yaitu kebutuhan akan data yang lengkap dan valid serta pemanfaatannya untuk proses perencanaan, dan penganggaran. Selain itu, karena pelatihan dan pendampingan DBE1 terbatas kepada sejumlah sekolah dan kabupaten/kota, perbaikan dan peningkatan mutu cenderung terjadi di sekolah/madrasah/kabupaten/kota binaan atau diseminasi saja, belum menyeluruh di seluruh provinsi. Salah satu rekomendasi yang disampaikan dalam laporan adalah: penyebaran good practice dengan menggunakan panduan, modul, perangkat lunak DBE1 dan mendayagunakan sumberdaya manusia (khususnya pengawas/df, service provider, dan staf dinas) yang sudah dilatih oleh DBE1. Untuk itu, Dinas Pendidikan perlu menyediakan anggaran rutin operasional yang memadai. Sebagai alat untuk mendorong keberlanjutan tersebut, DBE1 sudah menyiapkan tim distrik fasilitator (pengawas), paket panduan (baik dalam hard copy maupun soft copy), dan beberapa lembaga perguruan tinggi sebagai Service Provider untuk program tingkat kabupaten/kota. Dengan alat-alat tersebut diharapkan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia bisa dicapai. Ringkasan pencapaian hasil kerja DBE1 di Provinsi Jawa Timur hingga November 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah. Ringkasan Pencapaian Hasil Kerja DBE1 di Provinsi Jawa Timur Hingga November 2011 Kegiatan Sekolah/madrasah yang didampingi dalam mengembangkan rencana tahunan dan anggaran Sertifikasi Fasilitator Distrik Target 179 SD/MI dan 40 SMP/MTs Pencapaian Kumulatif Hingga November SD/MI dan 40 SMP/MTs 66 orang Pelaksanaan AKPK 9 kab/kota 9 kab/kota Pelaksanaan BOSP 9 kab/kota 9 kab/kota Pemutakhiran BOSP 5 kab/kota 5 kab/kota Pelaksanaan PBPSAP 5 kab/kota 5 kab/kota Renstra 7 kab/kota 7 kab/kota Renja 7 kab/kota 7 kab/kota Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA) 1 kab/kota 1 kab/kota Jumlah sekolah yang ikut serta mendiseminasi program DBE1 Dana pemerintah kab/kota dan sumber lainnya untuk mendukung diseminasi program DBE1 tingkat sekolah N/A 5,145 sekolah N/A Rp. 6,336,287,600 Dana pemerintah kab/kota dan sumber lainnya untuk mendukung diseminasi program DBE1 tingkat kabupaten/kota N/A Rp. 204,750,000

11 Kegiatan Kabupaten/kota yang mendiseminasi program MBS DBE1 Kabupaten/kota yang mendiseminasi program DBE1 tingkat kabupaten N/A N/A Target Pencapaian Kumulatif Hingga November kab/kota 15 kab/kota

12

13 I. Pendahuluan Program Decentralized Basic Education (DBE) bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Bantuan teknis DBE dimulai sejak 2005 sebagai bentuk kerjasama Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia dengan dana 157 juta dolar AS. Di dalam implementasinya, kerjasama ini dilakukan antara USAID dan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat seperti yang tercantum dalam Strategic Objective Grant Agreement (SOAG) tertanggal 30 Agustus Secara teknis, pelaksanaan program dilaksanakan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama. Program juga melakukan konsultasi mendalam dengan Kementerian Dalam Negeri. Program DBE mempunyai 3 tujuan utama, yaitu, Meningkatkan mutu pendidikan melalui manajemen dan tatalayanan pendidikan yang lebih baik (DBE1) Meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran di tingkat SD/MI (DBE2) Meningkatkan keterkaitan pendidikan sekolah/madrasah menengah pertama untuk kelompok remaja (DBE3). Program ini memberikan dukungan teknis kepada kabupaten/kota dan sekolah/madrasah mitra, bukan dalam bentuk bantuan keuangan. Program ini telah dilaksanakan di tujuh provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan) dan di lebih dari 50 kabupaten/kota (Gambar 1). Di Provinsi Jawa Timur, 9 kabupaten/kota menerima bantuan teknis dari program DBE1 ini (Gambar 2). Selain di Kabupaten/kota, DBE1 Jawa Timur juga bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mendukung program kajian kebijakan inovatif di bidang Pendidikan. Insert map of country with provinces highlighted Gambar 1. Provinsi Mitra DBE1 di Indonesia More Effective Decentralized Education Management and Governance 1

14 Gambar 2. DBE1 di Provinsi Jawa Timur 1. Decentralized Basic Education 1: Manajemen dan Tatalayanan Materi program DBE1 dikembangkan berdasarkan lebih dari 25 peraturan perundangundangan yang terkait dengan pendidikan dan desentralisasi. Peraturan perundangundangan yang diacu bukan hanya yang berhubungan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama, tetapi juga yang berhubungan dengan Kementerian Dalam Negeri. Dengan demikian, DBE1 membantu pengembangan kapasitas individu dan institusi dalam menerapkan kebijakan pemerintah Republik Indonesia. DBE1 memberikan bantuan teknis yang diperlukan dalam usaha meningkatkan manajemen dan tatalayanan pendidikan di tingkat sekolah/madrasah dan kabupaten/kota. Hingga saat ini DBE1 telah melaksanakan program di SD/MI dan 196 SMP/MTs di tujuh provinsi. Program-program DBE1 di tingkat sekolah mencakup pengembangan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah, pengembangan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah, pengembangan kapasitas kepala sekolah/madrasah dan komite sekolah/madrasah, serta pelatihan dan penggunaan Sistem Database Sekolah. Di Provinsi Jawa Timur, DBE1 mendukung 179 SD/MI dan 40 SMP/MTs di 9 kabupaten/kota, dan fasilitasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk kajian kebijakan Inovatif Pendidikan, yang terdiri atas tiga kajian a) Layanan Pendidikan Menyeluruh, b) Keselarasan RPJM Nasional, Provinsi dan Kabupaten, dan c) Fasilitasi kajian metode percepatan penuntasan buta aksara. Untuk tingkat kabupaten/kota, DBE1 mendukung penggunaan data dan informasi yang terkini, valid, dan relevan sebagai basis dalam mengembangkan Rencana Strategis Dinas Pendidikan, menghitung kebutuhan biaya pencapaian standar dan akses Pendidikan, menghitung dan menganalisis biaya operasional satuan pendidikan dan keuangan pendidikan kabupaten/kota, dan mengupayakan keterkaitan antara 2 More Effective Decentralized Education Management and Governance

15 perencanaan dan penganggaran pendidikan kabupaten/kota dengan sekolah/madrasah. DBE1 juga mendukung keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, misalnya Dewan Pendidikan, DPRD, dan LSM dalam proses perencanaan dan penganggaran pendidikan. Upaya diseminasi telah berlangsung sejak berjalannya program dalam rangka menjaga kesinambungan. Diseminasi dilakukan dengan menggunakan dana dari berbagai sumber misalnya: APBD kabupaten/kota, DIPA Kementerian Agama, dana mandiri dari sekolah/madrasah, atau lembaga lainnya. Diseminasi dilakukan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang telah dikembangkan DBE1 selama ini. Hingga akhir November 2011, sebanyak sekolah/madrasah dan sekitar 118 kabupaten/kota (termasuk 72 kabupaten/kota non mitra DBE1) di 12 provinsi telah mendiseminasikan paling sedikit 1 program DBE1. Lebih dari Rp. 18,5 Milyar telah dialokasikan dari APBD Kabupaten/Kota maupun sumber lainnya untuk mendukung penyebaran dan kesinambungan program-program DBE1. Di Provinsi Jawa Timur, sebanyak sekolah/madrasah dan 24 kabupaten/kota telah mendiseminasi program DBE1, untuk BOSP dengan total dana mencapai lebih dari Rp.6,3 Milyar. Selain kegiatan di tingkat sekolah/madrasah dan kabupaten/kota, DBE1 juga mendukung penggunaan teknologi informasi komunikasi melalui pemberian hibah TIK di 11 kabupaten/kota. Di Provinsi Jawa Timur menerima 1 hibah teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk Kota Surabaya dan 2 hibah TIK untuk Kabupaten Tuban yang bernilai lebih dari Rp 495 Juta. DBE1 juga mendukung adanya program kemitraan dimana pihak swasta berkerjasama dengan sekolah/madrasah atau kabupaten/kota dalam memperbaiki bangunan sekolah/madrasah yang telah rusak akibat gempa di Jogjakarta dan Jawa Tengah pada tahun 2006 yang lalu. DBE1 juga telah memulai upaya diseminasi program manajemen dan tatalayanan di tiga kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat. 2. Tujuan Laporan Laporan ini disusun oleh tim DBE1 sebagai informasi kegiatan yang telah dilakukan baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota maupun sekolah/madrasah pada periode 2005 hingga Melalui laporan ini, DBE1 ingin berbagi informasi dengan pemangku kepentingan di Provinsi Jawa Timur mengenai metode dan pendekatan yang dilakukan DBE1, pencapaian-pencapaian hasil, penyebaran good practice kepada lebih banyak pemangku kepentingan lainnya, serta tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Laporan juga menyertakan Lampiran berisikan informasi berbagai pencapaian hasil DBE1 di Jawa Timur dengan rinci serta informasi terkait Distrik Fasilitator, Service Provider, dan mantan staf DBE1. Diharapkan dengan berbagai informasi ini pemangku kepentingan mendukung keberlanjutan program yang telah dikembangkan oleh DBE1, walaupun program telah berakhir pada tahun More Effective Decentralized Education Management and Governance 3

16 II. Deskripsi Program & Capaian yang Dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur 1. Penguatan Kapasitas di Tingkat Sekolah/Madrasah Penguatan kapasitas di tingkat sekolah/madrasah pada dasarnya adalah untuk membantu kabupaten/kota dalam mengimplementasikan MBS (Manajamen Berbasis Sekolah) 1 yang telah dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya pilar pertama (manajemen sekolah/madrasah) dan pilar ketiga (peranserta masyarakat). Penguatan kapasitas di tingkat sekolah/madrasah meliputi empat kegiatan, yakni: pelatihan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah; penguatan komite sekolah/madrasah; penyusunan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah, termasuk Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah; serta pelatihan aplikasi Sistem Database Sekolah (SDS) dan SDS plus plus. Dengan penguatan kapasitas tersebut manajemen dan tatalayanan sekolah/madrasah dapat diselenggarakan secara efektif, efisien, dan akuntabel serta melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Penguatan kapasitas sekolah/madrasah dilakukan dengan memadukan dua pendekatan yaitu pelatihan dan pendampingan langsung ke sekolah/madrasah mitra. Hal tersebut bukan hanya ditujukan supaya sekolah/madrasah memiliki produk dokumen, tapi lebih dari itu, termasuk pemangku kepentingan sekolah/madrasah diharapkan memiliki kesadaran pentingnya perencanaan, memiliki keahlian khusus menyusun perencanaan dan kepala sekolah/madrasah mampu mengembangkan kepemimpinan yang responsif, partisipatif, efektif/efisien dan akuntabel. Pada aspek penguatan komite sekolah/madrasah, pendekatan ini diharapkan mampu menjadikan lembaga itu sebagai mesin pendorong bagi peningkatan mutu pengelolaan satuan pendidikan. Dalam melaksanakan kegiatan tingkat sekolah/madrasah, DBE1 mempersiapkan Distrik Fasilitator (DF) di masing-masing kabupaten/kota. Pada umumnya, DF berasal dari pengawas sekolah, PPAI, Kepala Sekolah/Madrasah dan Guru. DF inilah yang melakukan pelatihan dan pendampingan dan bimbingan intensif di tingkat sekolah/ madrasah. DBE1 Provinsi Jawa Timur memiliki 66 orang DF yang telah tersertifikasi sebagai fasilitator kegiatan tingkat sekolah, dari jumlah tersebut DF telah melatih pada 179 SD/MI dan 40 SMP/MTs mitra. Berikut adalah jumlah DF di masingmasing kabupaten/kota di Jawa Timur: 1 Tiga pilar MBS menurut Kemedikbud adalah: (1) Manajemen Sekolah, (2) Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, dan (3) Peranserta Masyarakat. 4 More Effective Decentralized Education Management and Governance

17 Tabel 1. Daftar DF Tersertifikasi di Setiap Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Jumlah DF L P Total Kabupaten Bangkalan 8-8 Kabupaten Bojonegoro 7-7 Kota Mojokerto Kabupaten Nganjuk Kabupaten Pasuruan 6-6 Kabupaten Sampang 2-2 Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya Kabupaten Tuban Jumlah a. Penguatan Kapasitas Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah Kebijakan desentralisasi pendidikan yang menjadikan satuan pendidikan sebagai lembaga otonom menuntut kepala sekolah/madrasah untuk memiliki kompetensi kepemimpinan yang lebih tinggi. Hal ini terkait dengan kewenangan lebih luas yang dimiliki oleh sekolah/madrasah. Sekolah/madrasah memiliki kewenangan untuk mengatur urusan internalnya sendiri antara lain perencanaan dan evaluasi, pengembangan kurikulum, pembelajaran, keuangan, peserta didik, hubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekolah/madrasah. Pelatihan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah bertujuan untuk memberikan pemahaman dalam menerapkan kepemimpinan efektif dan partisipatif dalam rangka pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ( Permendiknas) Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Pelatihan ini, selain diikuti oleh Kepala Sekolah/Madrasah juga melibatkan pengawas sekolah/madrasah sehingga implementasi hasil pelatihan dapat dipantau oleh pengawas sekolah/madrasah. Keterlibatan pengawas dalam pelatihan kepemimpinan sekolah menjadi penting, mengingat pengawas sekolah atau PPAI adalah aparat pemerintah yang memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk mendampingi dan memberikan bantuan teknis terhadap kemajuan sekolah/madrasah. Sampai saat ini ada 179 Kepala SD/MI dan 40 Kepala SMP/MTs yang telah mengikuti pelatihan penguatan untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan mereka. Berdasarkan hasil Evaluasi Dampak, hampir semua Kepala Sekolah/Madrasah peserta pelatihan mengatakan bahwa Pelatihan Kepempinan sangat berguna bagi mereka. Berikut adalah jumlah kepala sekolah/madrasah di Provinsi Jawa Timur yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan: More Effective Decentralized Education Management and Governance 5

18 Tabel 2. Jumlah Kepala Sekolah/Madrasah yang Telah Dilatih Kepemimpinan Kabupaten/Kota Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya Kota Mojokerto Kabupaten Tuban Kabupaten Pasuruan Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Nganjuk Kabupaten Sampang Kepala SD/MI Kepala SMP/MTs Jumlah b. Penguatan Komite Sekolah/Madrasah Tujuan pelatihan ini adalah untuk menguatkan komite sekolah/madrasah melalui peningkatan pemahaman peran dan fungsinya, pemahaman kapasitas organisasi, peningkatan kapasitas hubungan dengan masyarakat, dan implementasi berbagai peran yaitu advisory (memberi pertimbangan), controlling (pengawasan), supporting (memberi dukungan), maupun mediating (melakukan mediasi). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, kemudian direvisi melalui PP Nomor 66 Tahun 2010, dan secara teknis diatur dalam Kepmendiknas Nomor 44/U/2002. Penguatan diberikan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan bukan hanya bagi anggota komite sekolah/madrasah namun juga melibatkan kepala sekolah/madrasah dan guru. Hal ini dimaksudkan agar pemangku kepentingan lain memahami peran dan fungsi komite sekolah/madrasah sehingga pelatihan dan pendampingan komite sekolah/madrasah juga memiliki fungsi rekonsiliatif. Untuk meningkatkan peran dan fungsi komite sekolah/madrasah, DBE1 melatih sebanyak empat kali bagi komite SD/MI dan satu kali komite SMP/MTs. Pelatihan komite sekolah/madrasah meliputi tiga hal. Pertama, pengenalan peran dan fungsi komite sekolah/madrasah. Kedua, penguatan kapasitas yang meliputi pembenahan aspek organisasi, peningkatan hubungan dengan masyarakat luas dan peningkatan peran dukungan kepada sekolah/madrasah. Ketiga, secara khusus DBE1 mengupayakan perbaikan hubungan sekolah/madrasah dengan pemerintahan desa/ kelurahan melalui keterlibatan komite sekolah/madrasah dalam forum Musrenbang Desa/Kelurahan. Penguatan organisasi dan peningkatan hubungan dengan masyarakat ditentukan berdasarkan mawas diri yang dilakukan oleh komite sekolah/madrasah. Mawas diri tersebut dilakukan untuk mengetahui persoalan organisasional dan hambatan relasional dalam menjalankan peran dan fungsi komite sekolah/madrasah. Melalui 6 More Effective Decentralized Education Management and Governance

19 mawas diri komite sekolah/madrasah dapat menentukan penguatan apa yang akan dilatihkan untuk mendukung penguatan mereka. Penguatan komite sekolah/madrasah terkait dengan upaya keterlibatan dalam forum Musrenbang Desa/Kelurahan dilakukan agar komite sekolah/madrasah mampu terlibat secara aktif dalam perencanaan pembangunan dengan membawa kebutuhan sekolah/madrasah yang terdapat dalam RKS. Hal lain yang menjadi tujuan keterlibatan tersebut agar kebutuhan sekolah/madrasah dalam RKS/M menjadi prioritas dalam anggaran APBdes dan APBD. Sebagai contoh, pada saat komite sekolah mengikuti musrenbang di desa, maka di Kecamatan Tanjung Anom, Nganjuk kepala desa langsung memberikan dukungan atas keluhan komite. Sebelumnya, sekolah berlokasi dekat dengan kandang ayam. Dengan keterlibatan perangkat desa, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama, kandang ayam tersebut dipindahkan/jauh dari sekolah. Berikut adalah jenis dan jumlah usulan komite sekolah/madrasah yang menjadi daftar prioritas Musrenbang Desa/Kelurahan tahun 2009 di Provinsi Jawa Timur: Tabel 3. Jenis dan Jumlah Usulan Sekolah/Madrasah yang Menjadi Prioritas Pembangunan Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Provinsi Jumlah usulan Jenis Usulan Dalam Musrenbangdes Sarana dan Prasarana PAUD Lain-lain Sekolah Mojokerto 3 2 1* Surabaya 5 5 Tuban 7 7 Pasuruan 1 1 Nganjuk 1 1 Sidoarjo 0 0 Bojonegoro Bangkalan 0 0 Sampang 0 0 Jatim * Penertiban lingkungan sekolah dari PKL Sampai saat ini DBE1 telah melatih anggota komite sekolah/madrasah, kepala sekolah/ madrasah dan guru. Berikut adalah adalah jumlah peserta pelatihan penguatan komite sekolah/madrasah: Tabel 4. Rangkuman Peserta Pelatihan Penguatan Komite Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Timur Kabupaten/Kota Komite Sekolah/Madrasah Kepala Sekolah/ Madrasah Guru Total Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya More Effective Decentralized Education Management and Governance 7

20 Kabupaten/Kota Komite Sekolah/Madrasah Kepala Sekolah/ Madrasah Guru Total Kota Mojokerto Kabupaten Tuban Kabupaten Pasuruan Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Nganjuk Kabupaten Sampang Total c. Penyusunan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M) Penyusunan RKS/M 2 oleh sekolah/madrasah didasarkan oleh Permendiknas 19 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan. RKS/M disusun secara partisipatif berdasarkan data terkini (profil sekolah/madrasah). Salah satu manfaat dari fasilitasi peranan masyarakat dalam penyusunan rencana sekolah/madrasah adalah partisipasi masyarakat kepada sekolah/madrasah binaan DBE1 di Provinsi Jawa Timur sejak Tahun 2005/2006 sampai dengan 2008/2009 sebesar Rp ,- Secara teknis, penyusunan RKS/M dilakukan oleh suatu Tim KKRKS/M dengan dibimbing oleh DF. KKRKS/M yang beranggotakan 4 5 orang per sekolah/madrasah yang terdiri dari Kepala Sekolah/Madrasah, Pendidik, Komite Sekolah/Madrasah atau Yayasan untuk sekolah/madrasah swasta (yang didirikan oleh masyarakat). Rancangan RKS/M yang disusun oleh tim juga dikonsultasikan kepada pemangku kepentingan sekolah/madrasah. Dengan demikian RKS/M yang disusun dapat mengakomodir kepentingan sekolah/madrasah (sebagai penyedia layanan) dan masyarakat (sebagai pengguna layanan). Karena keterlibatan tersebut, maka komite sekolah/madrasah maupun masyarakat/orangtua murid ikut mendukung dan mengawasi implementasi progam/kegiatan yang dituangkan dalam RKS/M. Sebanyak 179 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah dan 40 SMP/MTs mitra DBE1 yang tersebar di sembilan kabupaten/kota mitra DBE1 Jawa Timur. Sekolah-sekolah ini telah menyusun RKS/M, termasuk di dalamnya RKT dan RKAS//M. Berikut adalah data sekolah/madrasah per kabupaten/kota mitra di Jawa Timur yang telah memiliki perencanaan sekolah/madrasah: 2 RKS memiliki 3 dokumen yang terdiri dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan dokumen anggaran tahunan yang dikenal dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). RKJM disusun sekolah setiap empat tahun sekali, RKT dan RKAS disusun setiap tahun oleh sekolah. RKT adalah dokumen implementasi yang di monitoring setiap tiga bulan sekali dan dievaluasi 1 tahun pada akhir tahun ajaran oleh pemangku kepentingan sekolah. 8 More Effective Decentralized Education Management and Governance

21 Tabel 5. Daftar Jumlah Sekolah/Madrasah yang Telah Memiliki RKS/M Kabupaten/kota SD MI SMP MTs Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya Kota Mojokerto Kabupaten Tuban Kabupaten Pasuruan Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Nganjuk Kabupaten Sampang Jumlah RKS/M yang telah disusun di masing-masing sekolah/madrasah kemudian dibawa ke kabupaten/kota untuk dilakukan lokakarya kabupaten/kota. Melalui lokakarya ini diharapkan dinas pendidikan kabupatn/kota mendapatkan informasi tentang kebutuhan sekolah/marasah, sehingga perencanaan kabupaten/kota bisa mempertimbangkan kebutuhan sekolah tersebut. Harapan ke depan, ketika semua sekolah/madrasah di kabupaten/kota sudah memiliki RKS/M, terdapat sistem perencanaan yang mewadahi usulan-usulan sekolah melalui RKS/M ke dalam Renja Dinas Pendidikan kabupaten/kota. d. Aplikasi Sistem Database Sekolah (SDS) Pengembangan Sistem Database Sekolah bertujuan agar kegiatan sekolah/madrasah dalam mengelola data dan informasi menjadi lebih efektif, efisien, dan akuntabel. Data dan informasi yang dapat disediakan oleh SDS adalah data profil sekolah/madrasah, laporan kinerja sekolah (school report card), dan pengelolaan laporan BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Untuk meningkatkan kemampuan sekolah/madrasah mengaplikasikan SDS, DBE1 melakukan pelatihan dan pendampingan kepada kepala sekolah/madrasah, bendahara sekolah/madrasah dan operator penanggungjawab data sekolah/madrasah. Beberapa manfaat SDS bagi sekolah/madrasah antara lain: pertama, mempermudah sekolah/madrasah dalam mengelola data jika sewaktu-waktu dibutuhkan seperti saat akreditasi dan menyusun RKT; kedua, mempermudah sekolah/madrasah untuk mengadministrasikan dan menyusun laporan keuangan sekolah/madrasah termasuk BOS; ketiga, memudahkan kepala sekolah/madrasah menyusun Lembar Mutu Sekolah (LMS) setiap tahun sekali; dan keempat, mempermudah KKRKS/M dalam menyusun profil sekolah/madrasah pada saat akan membuat RKS setiap empat tahun sekali. Sampai dengan saat ini jumlah sekolah/madrasah mitra DBE1 yang telah menerapkan SDS sebanyak 179 Sekolah/madrasah. Berikut adalah jumlah More Effective Decentralized Education Management and Governance 9

22 sekolah/madrasah yang telah menerapkan SDS menurut kabupaten/kota di Jawa Timur: Tabel 6. Jumlah Sekolah/Madrasah di Provinsi Jawa Timur yang Telah Menerapkan SDS Kabupaten/kota SD MI Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya Kota Mojokerto Kabupaten Tuban Kabupaten Pasuruan Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Nganjuk Kabupaten Sampang Jumlah Penguatan Kapasitas di Tingkat Kabupaten/Kota Program DBE1 di tingkat kabupaten/kota bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal pengembangan kebijakan kependidikan termasuk perencanaan dan penganggaran pendidikan. Dalam proses perumusan kebijakan, azas partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dikedepankan sehingga memberi kesempatan bagi orang tua, anggota masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk menyuarakan aspirasi mereka untuk kualitas pendidikan yang lebih baik di kabupaten/kota. Program tingkat kabupaten/kota yang dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur adalah: penyusunan Renstra Dinas Pendidikan, memfasilitasi dinas pendidikan kabupaten/kota untuk menyusun dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Rencana Kerja (Renja), analisis keuangan pendidikan kabupaten/kota (AKPK), menghitung biaya operasional satuan pendidikan (BOSP) dan penghitungan biaya pencapaian standar dan akses pedidikan (PBPSAP). Disamping itu juga membantu kabupaten/kota dalam menyusun kebijakan pendidikan (Perda/Perbup/SK/dan peraturan lain), melaksanakan konsultasi dan lokakarya dengan DPRD dan penguatan Dewan Pendidikan, dan program rintisan, yaitu Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA) di Kabupaten Nganjuk, Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIM-PTK) di kabupaten Tuban, Rencana Pengembangan Kapasitas (RPK) Dinas Pendidikan Kabupaten di Mojokerto dan Tuban, selain itu juga memberikan hibah ICT di Kabupaten Tuban dan Kota Surabaya. Penguatan kapasitas kabupaten/kota dilakukan dengan memadukan dua pendekatan yaitu pelatihan dan pendampingan langsung. Hal tersebut bukan hanya ditujukan agar supaya kabupaten/kota memiliki produk dokumen, tapi lebih dari itu para pemangku 10 More Effective Decentralized Education Management and Governance

23 kepentingan di tingkat kabupaten/kota diharapkan memiliki kesadaran pentingnya perencanaan dan memiliki keahlian khusus dalam menyusun kebijakan pendidikan. Di beberapa kabupaten/kota telah menunjukkan bahwa unsur eksekutif mampu mengembangkan kepemimpinan yang responsif, partisipatif, efektif/efisien dan akuntabel. Demikan pula DPRD, Dewan Pendidikan dan masyarakat madani (pers dan LSM) mampu melaksanakan peran dan fungsi yang tepat dalam tatalayanan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Adapun kegiatan DBE1 di tingkat kabupaten/kota dapat dilihat di tabel dibawah ini. Tabel 7. Rangkuman Kegiatan DBE1 Tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Timur Kabupaten/Kota AKPK BOSP Renstra SIPPK Lakip Manajemen Aset SIMPTK PBPSAP Renja Kota Mojokerto Update BOSP Bangkalan Nganjuk Sampang Pasuruan Bojonegoro Kota Surabaya Sidoarjo Tuban a. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD Dinas Pendidikan DBE1 telah memfasilitasi kabupaten/kota dalam penyusunan Renstra SKPD Dinas Pendidikan. Selain itu, DBE1 juga mendorong pemanfaatan Renstra SKPD Dinas Pendidikan sebagai landasan dalam perumusan kebijakan pendidikan yang lebih operasional. Sebagai contoh, Renstra SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang dan Kabupaten Tuban telah digunakan oleh Dinas Pendidikan bersama dengan Bappeda dan DPRD dalam pembahasan dan penentuan alokasi anggaran pendidikan. Penyusunan Renstra SKPD Dinas Pendidikan didasarkan pada data pendidikan yang terkini, valid, dan relevan. Sistem Informasi Pendidikan Kabupaten/Kota (SIPPK) yang kemudian disempurnakan dengan menggunakan SIMP-K, merupakan perangkat lunak pendukung yang disediakan untuk membantu tim penyusun Renstra SKPD. SIPPK/SIMP-K menyajikan tabel-tabel profil pendidikan termasuk: angka partsipasi kasar (APK), angka partisipasi murni (APM), angka mengulang kelas (AMK), jumlah guru menurut kualifikasi pendidikan, kecukupan sarana dan prasarana dan data pokok pendidikan lainnya. Sistem informasi ini juga dapat membantu dinas pendidikan melihat secara cepat kinerja pendidikan kabupaten dalam bentuk distribusi sekolah/madrasah. Melalui tabel distribusi ini, tim dinas dapat melihat kesenjangan kinerja pendidikan antar More Effective Decentralized Education Management and Governance 11

24 sekolah/madrasah dalam satu kecamatan/kabupaten maupun antar kecamatan/desa dalam satu kabupaten. Analisis berbasis data tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan nyata sekolah/madrasah. Disamping itu, pemanfaatan SIPPK-SIMP-K telah mendorong dinas untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas data pendidikan. SIPPK/SIMP-K dibangun berdasarkan data individu sekolah/madrasah di satu kabupaten yang dikumpulkan setiap awal tahun pelajaran. Gambar 4 menunjukkan salah satu ouput SIPPK/SIMP-K tentang distribusi angka mengulang kelas SD/MI menurut kelas dan jenis kelamin. Angka mengulang kelas kelas awal (1-3) jauh lebih tinggi dari kelas akhir (4-6). AMK murid laki-laki juga lebih tinggi dari AMK murid perempuan. tahun data (All) 16% AMK 14% 12% 10% 8% jenis kelamin Laki-laki Perempuan 6% 4% 2% 0% Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Gambar 3. Angka Mengulang Kelas SD/MI Menurut Jenis Kelamin dan Kelas tingkat Pengembangan kapasitas tim dinas dalam mengolah data melalui SIPPK ini dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan tim data pendidikan dan subbagian perencanaan. Sampai dengan saat ini, 7 kabupaten/kota mitra DBE 1 Jawa Timur telah memiliki SIPPK. Peningkatan kapasitas staf dinas pendidikan dalam menyusun Rencana Strategis Dinas Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu tujuan program DBE 1. Renstra SKPD disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Kegiatan awal yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah membangun komitmen dengan Kepala Dinas Pendidikan dan pemangku kepentingan kabupaten/kota, yang dilanjutkan dengan tahapan sebagai berikut: 12 More Effective Decentralized Education Management and Governance

25 Pembentukan tim penyusun renstra yang kurang lebih terdiri dari 10 orang perwakilan Dinas Pendidikan dengan komposisi peserta bervariasi antar kabupaten/kota Pelatihan menggunakan perangkat SIPPK/SIMP-K untuk tim penyusun renstra Penyiapan data layanan pendidikan Pelatihan dan pendampingan penyusunan renstra Dinas Pendidikan bagi staf Dinas Pendidikan. Reviu draft renstra di lingkungan Dinas Pendidikan dalam lokakarya internal, dan Konsultasi publik draf renstra Dinas Pendidikan IDENTIFIKASI MASALAH FGD PERSEPSI PELAKU (KASEK, PENYELENGGARA, PENGAWAS, PESANTREN) FGD PERSEPSI NGO PEMERHATI PENDIDIKAN KEBUTUHAN SEKOLAH DALAM RKS SINKRONISASI DATA DENGAN DEPAG KAJIAN MINAT LANJUT SEKOLAH SISWA KELAS 3 SMP/MTs TAHAPAN PENYUSUNAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN ANALISA DATA SEKUNDER DALAM DPISS PROFIL LAYANAN PENDIDIKAN KONFIRMASI DAN UJI SILANG DATA PENETAPAN ISU STRATEGIS PENETAPAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, KEBIJAKAN, PROGRAM- KEGIATAN PEMBIAYAAN INDIKATIF PENYUSUNAN DRAFT AWAL REVISI DRAFT AWAL FINAL DOKUMEN KONSULTASI PD BUPATI KONSULTASI INTERNAL KONSULTASI EKSTERNAL Gambar 4. Tahapan Penyusunan Renstra Dinas Pendidikan Dalam proses penyusunan Renstra, pelibatan pemangku kepentingan dilakukan melalui serangkaian workshop, diskusi, dan konsultasi publik dengan Bappeda, Kantor Kementerian Agama, DPRD, Dewan Pendidikan, LSM, Media, perwakilan baik negeri maupun swasta. Secara umum, proses tersebut di atas memungkinkan pemangku kepentingan memahami lebih mendalam kondisi pendidikan kabupaten/kota masing-masing dan pada gilirannya mampu menyampaikan masukan dan mengkritisi dokumen Renstra dengan tepat, disamping memberikan dukungan dan pengawasan dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dirumuskan dalam Renstra Dinas Pendidikan. Program DBE1 Jawa Timur telah mendampingi tujuh kabupaten/kota mitra dalam menyusun SIPPK/SIMP-K dan Renstra SKPD Dinas Pendidikan, ketujuh Kabupaten/kota tersebut adalah: Kabupaten Tuban, Nganjuk, Bojonegoro, Pasuruan, Bangkalan, Sampang dan kota Mojokerto. More Effective Decentralized Education Management and Governance 13

26 b. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Rencana Kerja Tahunan (Renja) Dalam rangka memfasilitasi kabupaten/kota untuk penyusunan Rencana Kerja Tahunan (Renja), DBE1 juga memberikan asistensi penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). 3 Sebab, LAKIP merupakan salah satu dasar dari penyusunan Renja selain dari dokumen Renstra SKPD. Dalam prosesnya, asistensi penyusunan LAKIP telah meningkatkan kapasitas personil Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Program ini dilaksanakan dalam bentuk lokakarya dan pendampingan sampai dokumen LAKIP tersebut selesai. Dalam proses penyusunan tersebut, peserta dilatih menganalisis capaian kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, baik yang berhasil maupun yang kurang. Jika capaian kinerja rendah, analisis faktor penyebab dilakukan untuk perbaikan kinerja pada tahun mendatang dan sebaliknya, jika kinerja baik juga diungkapkan faktor-faktor pendukungnya agar bisa lebih ditingkatkan. Rencana Kerja Tahunan (Renja) merupakan salah satu dokumen perencanaan yang wajib dibuat oleh setiap SKPD. Renja berisi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan beserta target yang akan dicapai setahun ke depan. Rencana kerja ini juga menyajikan jumlah dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap program dan kegiatan tersebut. Sebagai dokumen perencanaan tahunan, Renja SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merupakan turunan dari rencana strategis (renstra). Penyusunan Renja Dinas Pendidikan yang difasilitasi oleh DBE1 juga mengacu kepada hasil kinerja tahun sebelumnya (LAKIP). Personil yang telah difasilitasi dalam penyusunan LAKIP sebanyak 21 orang yang terdiri atas unsur pimpinan dan staf Dinas Pendidikan dari 7 (tujuh) Kabupaten/Kota. Sedangkan yang terlibat dalam penyusunan Renja sebanyak 21 orang yang terdiri atas unsur pimpinan dan staf Dinas Pendidikan dari 7 (tujuh) Kabupaten/Kota. Tabel 8. Daftar Jumlah Staf Dinas Pendidikan Kab/Kota yang Terlibat Dalam Penyusunan LAKIP dan Renja Kabupaten/kota LAKIP RENJA Kabupaten Tuban 3 3 Kota Mojokerto 3 3 Kabupaten Nganjuk 3 3 Kabupaten Bangkalan 3 3 Kabupaten Pasuruan 3 3 Kabupaten Bojonegoro 3 3 Kabupaten Sampang 3 3 Jumlah LAKIP wajib disusun oleh setiap instansi pemerintah (entitas pelaporan) sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (PP No. 8 tahun 2006, pasal 2). Laporan ini juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas SKPD. 14 More Effective Decentralized Education Management and Governance

27 c. Analisis Keuangan Pendidikan Kabupaten/Kota (AKPK) Analisis Keuangan Pendidikan Kabupaten/Kota (AKPK) bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sumber pendanaan dan alokasi belanja sektor pendidikan kabupaten/kota. Analisis keuangan sektor pendidikan 4 di salah satu kabupaten/kota, sebagai contoh Kab. Tuban Tahun 2011 berikut ini menunjukkan bahwa penggunaan terbesar adalah untuk gaji pegawai (85,55%), sedangkan untuk dana PBM sangat kecil (5,35%). Pola semacam ini merata di semua kabupaten/kota. Hasil penghitungan AKPK digunakan untuk pembahasan anggaran pendidikan kabupaten/kota. Di Tuban misalnya, Dinas Pendidikan menggunakan hasil penghitungan AKPK untuk referensi dalam penyusunan APBD Selanjutnya, hasil AKPK digunakan juga untuk acuan dalam menyusun rencana pembiayaan dan estimasi ketersediaan dana dalam Renstra Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga tahun B-Gaji 85.6% B-OPNS B-OPS B-MNS B-PBM 1.6% 1.6% 0.5% 5.4% B-MSI 5.4% B-Gaji: Belanja Gaji B-OPNS: Belanja Operasional Non Sekolah B-OPS: Belanja Operasional Sekolah B-MNS: Belanja Modal Non Sekolah B-PBM: Belanja Modal PBM B-MSI: Belanja Modal Infrastruktur Gambar 5. Hasil Analisis Alokasi Belanja Sektor Pendidikan Kabupaten Tuban Tahun Keuangan sector pendidikan meliputi APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/kota, baik yang ada di Dinas Pendidikan maupun SKPD lain More Effective Decentralized Education Management and Governance 15

28 APBD P 0.4% APBN 12.8% APBD 86.9% Gambar 6. Hasil Analisis Sumber Pendanaan AKPK menyajikan informasi terkait dengan (i) Berapa total belanja sektor pendidikan dan porsinya dalam APBD Kabupaten/Kota? (ii) Darimana sumbersumber pendanaan pendidikan? (iii) Berapa besar masing-masing sumber dana tersebut (APBN, APBD Provinsi, APBD Kab/Kota, dan lainnya)? (iv) Apa saja jenis belanja sektor pendidikan? (v) Berapa yang dibelanjakan untuk setiap jenjang pendidikan secara keseluruhan atau per murid? Hasil AKPK diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam penyusunan kebijakan anggaran, khususnya dalam perumusan strategi pembiayaan sektor pendidikan agar lebih efektif, efisien dan produktif pada tahun anggaran berikutnya. Artinya alokasi anggaran sektor pendidikan agar lebih diprioritaskan pada pembiayaan program/kegiatan yang berhubungan langsung dengan peningkatan mutu proses dan output pembelajaran. AKPK juga dapat menjadi acuan dalam penetapan skala prioritas pembiayaan program/kegiatan pada Rencana Strategis (Renstra) SKPD Pendidikan. AKPK dilakukan oleh tim kerja kabupaten/kota yang terdiri dari unsur dinas pendidikan, DPKAD/BPKAD/Bagian Keuangan Setda, Bappeda, dan Dewan Pendidikan. Pendekatan yang digunakan dalam proses AKPK adalah: Pelatihan intensif tim kerja kabupaten/kota melalui lokakarya Penghitungan dan pemilahan belanja sektor pendidikan melalui serangkaian lokakarya Konsultasi internal Dinas Pendidikan terhadap hasil AKPK sebagai uji validitas sebelum ditetapkan sebagai hasil akhir Penyusunan dokumen analisis, simpulan dan rekomendasi kebijakan 16 More Effective Decentralized Education Management and Governance

29 Konsultasi publik sebagai bagian dari upaya membangun dukungan pemangku kepentingan pendidikan terhadap perubahan kebijakan anggaran dan strategi pembiayaan sektor pendidikan Selama masa program DBE1 semua kabupaten/kota mitra DBE1 Jawa Timur, yaitu Kabupaten Tuban, Sidoarjo, Bangkalan, Pasuruan, Nganjuk, Bojonegoro, Sampang, Kota Mojokerto dan Surabaya telah difasilitasi melakukan AKPK dan satu kota non mitra yaitu Kota Malang. Kesepuluh kabupaten/kota tersebut telah merampungkan dokumen AKPK, dengan jumlah personil yang telah dilatih AKPK sebanyak 21 orang d. Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) PP 19/2005 tentang Standar Pembiayaan mendefinisikan Biaya Operasional 5 Satuan Pendidikan (BOSP) sebagai bagian dari dana pendidikan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar kegiatan pendidikan sesuai SNP dapat berlangsung secara teratur dan berkelanjutan. Berdasarkan PP 19/2005 tersebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pada tahun 2008 mengembangkan metode penghitungan BOSP, hasil dari penghitungan yang dilakukan oleh BSNP ini kemudian dituangkan ke dalam Permendiknas 69/2009 tentang Standar Pembiayaan Pendidikan. Bekerja sama dengan BSNP, DBE1 melakukan pengembangan lebih lajut dari metode tersebut dengan melakukan tiga penyesuaian: 1. Penyesuaian harga satuan dengan menggunakan standar harga Kabupaten/Kota 2. Menyesuaikan volume bila kabupaten/kota memandang kebutuhan mereka berbeda dengan standar BSNP 3. Melakukan penambahan/pengurangan line item untuk merefleksikan kebutuhan yang berbeda di tiap Kabupaten/Kota Pengembangan metode ini dilakukan agar hasil penghitungan BOSP tersebut dapat lebih baik merefleksikan kebutuhan masing-masing Kabupaten/Kota yang sangat beragam. Hasil penghitungan BSNP dalam Permendiknas 69/2009 tetap selalu menjadi referensi tolok ukur dari hasil penghitungan BOSP yang difasilitasi DBE1. Manfaat utama dari hasil penghitungan BOSP ini adalah menjadi sumber informasi bagi pemangku kebijakan dalam melihat sejauh mana kebutuhan operasional sekolah telah terpenuhi. Hasil BOSP yang dihitung per siswa ini disandingkan dengan Bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah Pusat, ataupun dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melihat 5 Biaya operasional adalah biaya pegawai (gaji dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan serta honor guru sukarelawan/tidak tetap dan tenaga kependidikan sukarelawan) dan biaya bukan pegawai (ATS, bahan dan alat habis pakai, rapat-rapat, transport/perjalanan dinas, penilaian/evaluasi, langganan daya dan jasa, pemeliharaan sarana dan prasarana, pendukung pembinaan siswa ditambah dengan bantuan personal siswa kurang mampu, investasi ringan: buku teks, buku referensi, komputer, alat peraga/media) More Effective Decentralized Education Management and Governance 17

30 kesenjangan yang ada. Dari sini, pemangku kepentingan dapat memformulasikan kebijakan untuk memenuhi kebutuhan BOSP yang diperlukan. Di Kabupaten Tuban, berdasarkan hasil penghitungan BOSP tahun 2008, pemerintah Kabupaten Tuban memberikan anggaran BOSDA tahun 2009 untuk siswa SD/SMP yang memiliki status SSN sebanyak Rp 6 milyar dan memutuskan untuk menambahkan jumlah total BOSDA tahun 2010 dan 2011 sebesar Rp 6,25 milyar. Selain itu Kota Mojokerto membuat Perwali Nomor 9/2009 tentang Penetapan Besaran Alokasi Anggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kota Tahun Anggaran Di Sidoarjo, hasil BOSP ini digunakan untuk dasar penghitungan dalam memberikan tambahan dana BOSDA untuk SD dan SMP selama dua tahun terakhir, Tahun 2010 dan 2011 SDN sebesar Rp per bulan sedangkan SMPN sebesar Rp per siswa per bulan. Bagi sekolah/madrasah, hasil penghitungan BOSP digunakan sebagai dasar pengajuan kebutuhan dana operasional kepada pemerintah daerah maupun pihak lain. Hasil penghitungan BOSP juga memberikan gambaran kepada orang tua tentang kebutuhan dana operasional sekolah/madrasah sehingga dapat menumbuhkan partisipasi. Tabel 9. Hasil Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan Tahun 2009 Kab/Kota Biaya Operasional Satuan Pendidikan Per siswa pertahun (Rupiah) SD SMP SMA**) Kabupaten Pasuruan Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sampang Kabupaten Nganjuk Kabupaten Tuban Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Sidoarjo Kota Mojokerto Kota Surabaya BSNP *) BOS SD/MI (kabupaten) : Rp. Rp. 397,000 SD/MI (kota): Rp. 400,000 SMP/MTs (kabupaten): Rp. 570,000 SMP/MTs (kota): Rp. 575,000 *) BSNP: Badan Standar Nasional Pendidikan/Permendiknas 69/2009 **)BOSP SMA hasil penghitungan tahun 2008, kecuali Kabupaten Pasuruan, Sampang dan Nganjuk yang diup-date tahun Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) di salah satu kabupaten/kota berikut ini menunjukkan bahwa kebutuhan biaya operasional satuan pendidikan 18 More Effective Decentralized Education Management and Governance

31 Rp /th Rp rb/th untuk siswa di semua jenjang pendidikan masih kurang dibandingkan dengan pendapatan sekolah/madrasah. Siapa? BOSP SD/MI Rp /th Dana APBD Kab. Tuban Rp /th Dana BOS Rp /th Gambar 7. Perbandingan Antara BOSP per Siswa vs Pendapatan SD/MI Kab. Tuban Tahun 2011 Siapa? BOSP SMP/MTS Rp /th Dana APBD Kab. Tuban Rp /th Dana BOS Rp /th Gambar 8. Perbandingan antara BOSP per Siswa vs Pendapatan di SMP/MTs Kabupaten Tuban Tahun 2011 BOSP dihitung oleh tim kerja kabupaten/kota yang terdiri dari unsur dinas pendidikan, kepala sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA), UPTD/KCD,, DPRD Komisi Pendidikan, Bappeda, DPPKAD/Bag. Keuangan Setda, Kantor Kementerian Agama, dan dewan pendidikan. More Effective Decentralized Education Management and Governance 19

32 Penghitungan BOSP dilakukan melalui serangkaian lokakarya dan proses konsultasi internal di dinas pendidikan serta konsultasi publik. Konsultasi publik digunakan untuk membangun dukungan pemangku kepentingan pendidikan terhadap perubahan kebijakan anggaran dan strategi pembiayaan sektor pendidikan. Saat ini, semua kabupaten/kota mitra DBE 1 di Jawa Timur, telah difasilitasi oleh DBE1 untuk menghitung BOSP. Pada tahun 2011, DBE1 melakukan pemutakhiran BOSP atas dasar adanya perubahan harga barang di setiap kabupaten/kota dan terbitnya Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang SPM Pendidikan Dasar. Pemutakhiran BOSP dihitung dengan mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kompetensi kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan biaya operasional sekolah untuk mencapai delapan standar tersebut. Yang dihitung hanya biaya operasional satuan pendidikan non personalia. Pemutakhiran BOSP dilakukan di enam kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Sampang, Sidoajo, Kota Malang dan Kota Mojokerto. Dari enam kabupaten/kota yang dihitung BOSP-nya, semua mengalami kesenjangan antara nilai pendapatan yang diterima sekolah dengan hasil penghitungan BOSP. Dengan demikian, diperlukan upaya dari pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional sekolah mengingat sekolah tidak diperkenankan untuk memungut biaya kepada orang tua siswa. Berikut adalah hasil penghitungan BOSP di 6 kabupaten/kota: Tabel 10. Hasil Update Penghitungan BOSP Jatim 2011 Kab/Kota Biaya Operasional Satuan Pendidikan Per siswa/tahun (Rupiah) SD SMP SMA Kabupaten Sidoarjo 707, ,175 1,200,719 Kota Mojokerto 714, ,602 1,166,007 Kabupaten Tuban 602, ,174 1,264,421 Kabupaten Bojonegoro 600, ,950 1,187,057 Kabupaten Sampang 646, ,786 1,032,815 Kota Malang 705, ,309 1,388,758 BSNP *) 580, , (IPA) (IPS, BHS) e. Penghitungan Biaya Pencapaian Standard an Akses Pendidikan (PBPSAP) Dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berupaya mencapai dua sasaran kebijakan utama, yaitu (1) Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang dicapai dengan memperluas akses pendidikan di tingkat SD/MI dan SMP/MTs dalam bentuk 20 More Effective Decentralized Education Management and Governance

33 investasi pada infrastruktur sekolah; (2) pemerataan mutu pendidikan, sebuah kebijakan yang penting untuk menjawab keluhan banyak pihak mengenai ketidakadilan di dalam penyediaan layanan pendidikan. Salah satu instrumen kebijakan yang dianggap tepat dalam mendukung sasaran kedua ini adalah dengan memperkenalkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang pendidikan yang akan memberikan arahan penyediaan layanan pendidikan. Untuk dapat mencapai SPM tentunya diperlukan pendanaan yang cukup. Oleh karena itu, DBE1 mengembangkan suatu metoda yang dapat digunakan oleh daerah untuk mengetahui estimasi biaya yang diperlukan dalam mencapai SPM dan target akses, yaitu Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses Pendidikan (PBPSAP). Untuk bisa melakukan PBPSAP, DBE1 mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMP-K) yang merupakan pengembangan dari SIPPK guna menghasilkan profil pencapaian SPM kabupaten/kota. Input dari SIMP-K adalah data Padati Web dan SIM-NUPTK yang dimiliki oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Gambar 9. Tahap Analisis PBPSAP Di Provinsi Jawa Timur, terdapat enam kabupaten/kota yang mendapatkan program dan fasilitasi PBPSAP, Kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Sampang, Sidoarjo, Kota Mojokerto dan Malang. Keenam kabupaten/kota ini terpilih karena mempunyai data Padati Web dan SIM-NUPTK yang relatif valid. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam PBPSAP ini adalah: Pelatihan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMP-K) bagi operator data dinas pendidikan. Lokakarya PBPSAP bagi para pengambil keputusan di lingkungan dinas pendidikan kabupaten/kota. More Effective Decentralized Education Management and Governance 21

34 Konsultasi internal dinas pendidikan kabupaten/kota Lokakarya reviu hasil PBPSAP oleh Dinas Pendidikan dan Bappeda kabupaten/kota. Hasil yang dicapai dalam kegiatan PBPSAP adalah: Di enam kabupaten/kota tersebut masing-masing terdapat dua orang data operator yang mampu mengolah data Padati dan SIM-NUPTK dengan menggunakan SIMP-K, dibawah koordinasi kepala subbag Program. Para pengambil kebijakan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota tersebut mampu menganalisis data hasil olahan SIMP-K, merumuskan alternatif kebijakan dalam rangka mencapai SPM dan target akses, dan menghitung estimasi kebutuhan biaya untuk mencapai SPM dan target akses. Dinas Pendidikan dari enam Kabupaten/Kota tersebut sudah mengetahui gambaran kebutuhan biaya untuk mencapai SPM dan target akses. Hasil PBPSAP ini dapat menjadi input dalam penyusunan perencanaan pendidikan kabupaten/kota. f. Konsultasi DPRD Tentang Perencanaan dan Kebijakan Pendidikan Untuk mendukung peran DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan dalam mendorong lahirnya kebijakan pendidikan yang berkualitas, DBE1 menyelenggarakan konsultasi dengan komisi yang membidangi pendidikan. Beberapa kegiatan konsultasi diantaranya lokakarya multistakeholder, memberikan informasi tentang implementasi tatalayanan pendidikan di kabupaten/kota, dan memberi masukan untuk penyempurnaan dokumen perencanaan dan penganggaran. DBE1 juga melakukan konsultasi dengan anggota komisi pendidikan DPRD yang baru terpilih untuk periode Selama kurun waktu sebanyak 35 anggota DPRD dari unsur ketua, ketua/anggota komisi yang membidangi pendidikan dan badan anggaran di sembilan kabupaten/kota telah terlibat dalam proses konsultasi. Bahkan Kabupaten Pasuruan misalnya, mengundang khusus tim DBE1 untuk menerima informasi dan masukan serta diksuis tentang program yang dikembangkan DBE1 dan bagaimana memberikan dukungan. Sebagai contoh hasil dengan konsultasi dengan DPRD, Komisi C DPRD Mojokerto, Tuban, Sidoarjo, Sampang, Pasuruan, Bojonegoro, Nganjuk dan Surabaya mendukung adanya alokasi anggaran APBD untuk program-program diseminasi serta aktif melakukan pengawasan atas implementasi kebijakan pendidikan. g. Penguatan Kapasitas Dewan Pendidikan Dalam rangka mendukung keikutsertaan dewan pendidikan dalam perumusan kebijakan pendidikan kabupaten/kota, DBE1 melakukan lokakarya bersama 22 More Effective Decentralized Education Management and Governance

35 Dewan Pendidikan 6 dan melibatkan mereka secara intensif pada kegiatan-kegiatan DBE1 di tingkat kabupaten antara lain penyusunan rencana strategis dinas pendidikan, diskusi dan lokakarya penghitungan biaya operasional sekolah/madrasah, dan pembahasan analisis keuangan pendidikan kabupaten/kota. Selain itu Dewan Pendidikan juga diikutsertakan dalam penguatan kapasitas komite sekolah/madrasah maupun lokakarya penyusunan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah. Hingga saat ini, jumlah anggota Dewan Pendidikan yang telah terlibat aktif dalam program DBE1 di Provinsi Jawa Timur sebanyak lima belas orang. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh DBE1, beberapa Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota telah terlibat secara aktif dalam perumusan kebijakan pendidikan. Sebagai contoh, Dewan Pendidikan Kabupaten Sampang terlibat aktif untuk memberikan input dalam penyusunan Renstra SKPD. Dewan Pendidikan Kabupaten Nganjuk, Sidoarjo, Pasuruan secara aktif melakukan fasilitasi kepada komite sekolah untuk fungsi dan tugasnya sesuai peraturan berlaku, melalui lokakarya, bintek ataupun rapat koodinasi dan kunjungan serta kegiatan monitor di lapangan. h. Kebijakan DBE1 memfasilitasi pengembangan lima belas kebijakan pendidikan kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur. Bentuk kebijakan bervariasi dari Peraturan Daerah yang disetujui oleh DPRD hingga Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan. Setiap kebijakan yang dikembangkan melalui proses manajemen dan tatalayanan yang baik yaitu berdasarkan analisis data dan melalui proses partisipatif yang melibatkan legislatif, masyarakat, dan pelaku pendidikan (guru, kepala sekolah/madrasah, dan murid). Tabel dibawah ini merangkum bentuk kebijakan di masing-masing kabupaten/kota: Tabel 11. Kontribusi DBE1 dalam Pengembangan Kebijakan Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi per September 2010 No. Kabupaten/Kota Jenis Kebijakan Penjelasan 1 Tuban Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Tahun 2009 dalam Petunjuk Teknis melaksanakan BOSDA. 2 Tuban Rancangan Peraturan Daerah dalam Pendidikan Hasil penghitungan BOSP digunakan sebagai dasar dari keputusan. Dukungan Teknis Penuh. 3 Tuban Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan mewajibkan sekolah memiliki RKS Menugaskan pengawas mendampingi sekolah-sekolah 6 Kepmendiknas No. 044/U/2002 menyebutkan Dewan Pendidikan memiliki peran advisory (memberi pertimbangan), controlling (pengawasan), supporting (memberi dukungan), dan mediating (melakukan mediasi). More Effective Decentralized Education Management and Governance 23

36 No. Kabupaten/Kota Jenis Kebijakan Penjelasan dalam mengembangkan RKS masing-masing 4 Dinas Pendidikan dan Bappeda Provinsi Laporan Final untuk penghitungan BOSP 2009 untuk 24 kab/kota yang mengacu kepada BSNP. 5 Mojokerto Peraturan Daerah dalam Pendidikan 6 Mojokerto Keputusan Walikota dalam Pelaksanaan BOSDA SD/MI dan SMP/MTs untuk Mojokerto Keputusan Walikota dalam Pelaksanaan BOSDA D/MI untuk Mojokerto Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan 9 Mojokerto Keputusan Walikota Mojokerto dalam Manajemen BOS 10 Sampang Rancangan Peraturan Daerah dalam Pendidikan 11 Sampang Surat Keputusan Kepala Dinas mewajibkan sekolah memiliki RKTS/RKAS 12 Bangkalan Rancangan Peraturan Daerah dalam Pendidikan 13 Sidoarjo Peraturan Bupati tentang Biaya Pendidikan bagi Peserta Didik Kurang Mampu 14 Surabaya Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan 15 Nganjuk Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan mewajibkan sekolah memiliki RKS Memberikan fasilitasi dalam penghitungan BOSP untuk kabupaten/kota mitra dan non mitra DBE1 bekerja sama dengan LGSP dalam memfasilitasi pengembangan Ranperda Memberikan masukan pokok Memfasilitasi penghitungan BOSP Mewajibkan sekolah memiliki RKS berdasarkan Permendiknas 19/2007 Memberikan masukan penggunaan BOSDA Memberikan masukan pokok dalam Ranperda Memberikan masukan pokok Memberikan masukan pokok dalam Ranperda Memberikan masukan teknis Mengharuskan sekolah memiliki RKS dan RAPBS Mewajibkan sekolah memiliki RKS yang dikembangkan 24 More Effective Decentralized Education Management and Governance

37 No. Kabupaten/Kota Jenis Kebijakan Penjelasan sesuai dengan metodologi DBE1 16 Dinas Pendidikan dan Bappeda Provinsi Bappeda Pengembangan kebijakan inovatif dan strategis di bidang pendidikan Jawa Timur Memfasilitasi: Kajian Sistem Layanan Pendidikan Menyeluruh. Kajian strategi percepatan penuntasan buta aksara Kajian Keselarasan Sasaran Pembangunan Bidang Pendidikan Daerah i. Teknologi, Informasi, dan Komunikasi atau Information, Communication, and Technology (ICT) DBE1 memberikan hibah ICT kepada 14 penerima hibah di 11 kabupaten/kota di enam provinsi mitra. Program hibah ICT bertujuan untuk meningkatkan akses pemangku kepentingan kepada teknologi dan meningkatkan mutu pendidikan. Program ini dilaksanakan bersama-sama dengan berbagai konsorsium yang terdiri dari sektor swasta dan institusi pemerintahan misalnya Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan Perpustakaan Daerah. Sulawesi Selatan 4 29% Sumatera Utara 1 7% Banten 1 7% Jawa Barat 2 14% Jawa Timur 3 21% Jawa Tengah 3 22% Gambar 10. Alokasi Hibah ICT di Provinsi Mitra DBE1 di Indonesia Di Jawa Timur, hibah ICT diberikan kepada Kabupaten Tuban dan Kota Surabaya. Di Kabupaten Tuban, hibah ICT dilakukan dengan Kerjasama PT. Tridata Cakrawala dan UPTD Perpustakaan Umum Kabupaten Tuban. Hibah ini More Effective Decentralized Education Management and Governance 25

38 berupa kegiatan membangun Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS) yang memungkinkan pencatatan semua kegiatan di Perpustakaan Umum seperti katalog buku dan pencatatan peminjaman dan pengembalian buku dengan bantuan komputer. Perpustakaan Umum yang dilengkapi dengan fasilitas internet (Internet Café) sehingga dapat mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat apabila informasi yang tersedia di perpustakaan tersebut dirasa belum memadai. SIPUS dan Internet Café ini, diresmikan oleh Bupati Dra. Haeny Relawati Rini Widyastuti, MSi pada Tanggal 14 Nopember Peresmian tersebut juga dihadiri oleh Konsul Jenderal Amerika Serikat Mrs. Caryn McClelland. Jumlah pengunjung sampai dengan penutupan kegiatan tanggal 31 Juli 2010 mencapai orang yang terdiri dari pelajar, 913 mahasiswa dan pengunjung umum. Hibah ICT juga dilaksanakan di Kota Surabaya dengan melibatkan kerja sama antara pihak swasta dan institusi pemerintah daerah. Di Surabaya, hibah ICT dilaksanakan dalam dua kegiatan. Kegiatan pertama adalah pelatihan perangkat lunak perkantoran dan desain grafis yang dilakukan oleh PT. ITS Kemitraan dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Materi pelatihan mencakup pelatihan perangkat lunak seperti MS Word, MS Excell, MS Powerpoint, Internet Explorer, Dream Waver, dan Flash. Pelatihan dilakukan selama dua Bulan (Oktober sampai dengan Nopember 2008) dan telah melatih 40 orang yang terdiri dari beberapa unsur yaitu staf Dinas Pendidikan, Staf UPTD Dinas Pendidikan, dan Staf Sekolah (Guru/Staf TU). Selain itu, hibah ICT digunakan untuk mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kota Surabaya yang dilakukan oleh konsorsium antara ITS Kemitraan dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Kegiatan ini difasilitasi oleh DBE1, kegiatan mencakup pengembangan Digi School, Portal Dinas Pendidikan, dan Manajemen SMS untuk Dinas Pendidikan dan sekolah/madrasah di Kota Surabaya. Melalui DigiSchool misalnya, pemangku kepentingan dapat dengan mudah mengakses informasi setiap sekolah/madrasah seperti kegiatan belajar mengajar, data kehadiran siswa, kegiatan sekolah maupun jumlah siswa/siswi. Dengan Manajemen SMS, orang tua murid dapat berkomunikasi dengan sekolah/madrasah melalui sms mengenai keberadaan anaknya pada jam sekolah/madrasah dan Dinas Pendidikan dengan mudah dapat memeriksa jumlah guru yang hadir pada hari tertentu. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ini telah diluncurkan oleh Walikota Surabaya pada tanggal 2 Mei Untuk mendukung keberlanjutan program setelah DBE1 berakhir pada tahun 2011, seluruh bagian dari hibah ICT (perangkat lunak, perangkat keras, dan teknologi terkait) telah diserahkan kepada pihak pemerintah kota Surabaya yang telah mengikuti kegiatan hibah ICT sejak awal. Dengan berbagai kegiatan yang didanai hibah ICT diharapkan masyarakat, siswa, dan penerima manfaat lain memiliki kemudahan dalam mengakses Internet, menggunakan perangkat lunak (software) yang umum dipakai seperti Microsoft Office dan Excel, dan meningkatkan keahlian maupun pengetahuan terkait ICT lainnya. 26 More Effective Decentralized Education Management and Governance

39 j. Program Rintisan DBE1 melaksanakan beberapa program rintisan: Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIMPTK), Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA), dan Rencana Pengembangan Kapasitas (RPK). Program-program ini hanya dilaksanakan di satu atau dua kabupaten/kota mitra di Provinsi Jawa Timur (lihat daftar di bawah). Tabel 12. Daftar Program Rintisan DI Jawa Timur Program Kabupaten/Kota SIMPTK SIMP-K SIMA RPK Kab Tuban Kab Tuban Kabupaten Nganjuk Kabupaten Tuban Kota Mojokerto Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ( SIMPTK) telah dilaksanakan di Kabupaten Tuban. Program bertujuan untuk membantu kabupaten/kota dalam mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mengolah dan mengelola data SIM-NUPTK dan PadatiWeb. SIMPTK memiliki aplikasi perangkat lunak yang dapat menghasilkan informasi terkait dengan ketenagaan, antara lain informasi jumlah dan distribusi sumber daya manusia, kondisi kualifikasi akademik dan sertifikasi guru, ketidak sesuaian antara latar pendidikan guru dan mata pelajaran yang diajarkan di masing-masing tingkat pendidikan, dan kecukupan guru. Dengan semua data tersebut maka Bupati bersama dengan Kepala Dinas bisa mengambil keputusan berbasis data tentang manajemen SDM, seperti rencana persebaran/pemerataan guru, kebutuhan jumlah guru di masa yang akan datang berdasarkan trend data pensiun guru, mendukung pelatihan dan sertifikasi guru dan peningkatan sistem penggajian. Salah satu contoh penerapan SIMPTK di Tuban adalah, hasil analisis digunakan sebagai data dan bahan dalam menyusun Renstra Pendidikan kabupaten Tuban tahan Sistim Informasi Manajemen Aset (SIMA) 7 untuk tingkat sekolah/madrasah dan dinas pendidikan telah dikembangkan oleh DBE1 dan di Jawa Timur diterapkan di Kabupaten Nganjuk. Sistem yang dikembangkan oleh DBE1 didasarkan kepada Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. Tujuannya 7 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 32/2004 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan bawah lembaga pusat menyerahkan aset kepada kabupaten/kota. Aset pendidikan meliputi sarana dan prasarana tingkat sekolah, unit pelaksana teknis daerah (UPTD) dan SKPD. Di tingkat kabupaten/kota ada dua SKPD yang bertanggungjawab soal pengelolaan aset pendidikan yakni Dinas Pendidikan dan Dinas Pendapatan, Pencatatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). More Effective Decentralized Education Management and Governance 27

40 adalah untuk meningkatkan kapasitas sekolah/madrasah dan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam mendata, mengelola dan merawat sarana dan prasarana sekolah/madrasah. Sistem Manajemen Aset di tingkat sekolah/madrasah meliputi panduan perawatan ringan, pencegahan dan aplikasi sistem manajemen aset. Sedangkan di tingkat kecamatan dan kabupaten diterapkan aplikasi sistem manajemen aset yang mengagregasi data aset sekolah/madrasah. Perangkat lunak (e-form) untuk tingkat sekolah/madrasah dan SKPD yang telah diujicoba beserta panduan/bahan pelatihan kini mulai diterapkan agar sekolah/madrasah dan SKPD mempunyai profil aset yang bisa digunakan untuk perencanaan anggaran tahunan. Rencana Pengembangan Kapasitas (RPK) sangat berguna bagi Kabupaten Tuban dan Kota Mojokerto dalam mengidentifikasikan kebutuhan pengembangan kapasitas dinas pendidikan. Kebutuhan yang telah diidentifikasi tidak hanya pada kebutuhan pelatihan staf tetapi juga pada pengembangan atau peningkatan sistem manajemen seperti pembenahan sistem dan prosedur analisis keuangan pendidikan. Di Kabupaten Tuban program dan kegiatan yang dirumuskan dalam RPK menjadi acuan dalam pengembangan Renstra Dinas Pendidikan. Metode penyusunan RPK hampir sama dengan metode yang dikembangkan dalam program penyusunan Renstra. Saat ini metode tesebut menjadi bagian yang integral dalam metode penyusunan Renstra. Kebijakan innovative Pendidikan Jatim Berdasarkan Kerangka Acuan erjasama (KAK) Nomor 004/KAK/DBE1/VIII/2009, Tanggal 14 Agustus 2009, tentang Kerjasama antara DBE1 dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, DBE1 juga membantu Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian Kebijakan Inovatif Pendidikan, yang meliputi : (i) Kajian Layanan Pendidikan Menyeluruh/TEDS (Total Education Delivery System), kegiatan ini untuk mengkaji sistem layanan pendidikan, dengan fokus pada layanan pendidikan formal, Madrasah Diniyah dan Non Formal. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat layanan pendidikan dan tingkat keterpaduannya. Kegiatan dilakukan menggunakan berbagai contoh (sampling), yang berlokasi di Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Tuban dan Kota Malang. Kajian dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder serta Focus Group Discussion/FGD. (ii) Analisis Keselarasan RPJM Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam bidang Pendidikan; dan (iii) Kajian model percepatan penuntasan penyandang buta aksara melalui metode KF-ACM (Keaksaraan Fungsional-Aku Cepat Membaca). Secara ringkas hasil kajian dari ketiga bidang sebagai berikut : Kajian Sistem Layanan Pendidikan Menyeluruh/TEDS (Total Education Delivery System) dilakukan di Kabupaten Tuban, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Malang. TEDS di Jawa Timur mencakup: (i) TK/RA (sebagian besar swasta), (ii) pendidikan formal tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SKM, (iii) lembaga kursus (swasta), dan (iv) Pendidikan Diniyah. Di Kabupaten/Kota tersebut, Madrasah Ibtidaiyah (MI) melayani sekitar 17% dari jumlah siswa di jenjang SD/MI, dan Madrasah Tsanawiyah sekitar 29%. Pendanaan pemerintah untuk biaya operasional sekolah untuk sekolah negeri 28 More Effective Decentralized Education Management and Governance

41 maupun madrasah swasta bersumber dari dana BOS. Selain itu, juga terdapat tambahan kecil dana yang berasal dari APBD/Kabupaten (berkisar antara 0.4% dari total belanja pendidikan di Tuban hingga 7.7% di Malang) dan melalui Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Diniyah dan Guru Swasta (BPP MDGS) APBD/Provinsi. Pembiayaan untuk madrasah swasta sebagian besar ditanggung oleh orang tua siswa atau masyarakat. Biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua siswa MTs 33% lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan orang tua siswa SMPN. Walaupun akses dalam pendidikan dasar sudah cukup baik, untuk dapat mendukung perkembangan ekonomi yang pesat di Jawa Timur, maka mutu pendidikan harus tetap ditingkatkan baik di sekolah negeri maupun swasta. Walaupun siswa di Jawa Timur mencapai nilai yang baik dalam Ujian Nasional, hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian orang tua di Jawa Timur tetap tidak puas dengan mutu pendidikan yang diberikan di sekolah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengikuti program lembaga kursus sebagai tambahan pelajaran yang diterima di sekolah. Program-program kursus ini terdiri dari dua jenis: bimbingan belajar (bimbel) dan pengembangan keterampilan. Jumlah lembaga bimbel tumbuh sebesar 60% dalam lima tahun terakhir, dan 98% peserta bimbel adalah siswa pendidikan formal. Selain itu, 78% peserta kursus keterampilan juga berasal dari pendidikan formal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lembaga kursus turut mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Namun demikian, lembaga kursus ini tidak memperoleh dukungan pendanaan dari pemerintah. Hampir semua siswa Pendidikan Diniyah (98%) berasal dari sekolah formal jenjang SD/MI. Pelajaran agama di Pendidikan Diniyah yang seharusnya mencapai 18 jam/minggu berkurang menjadi 12 jam/minggu di banyak tempat. Siswa baru Pendidikan Diniyah berasal dari kelas awal di jenjang SD/MI. Di kelas yang lebih tinggi, terutama setelah kelas 5 SD/MI, banyak orang tua siswa ingin agar anak-anaknya lebih terfokus kepada pendidikan formal. Karena itu, sebagian besar siswa ini tidak lagi meneruskan Pendidikan Diniyah mereka. Karena sekolah formal hanya memberikan pendidikan agama sebanyak dua jam per minggu dan pendidikan agama merupakan pelajaran penting untuk siswa, maka Pendidikan Diniyah memiliki peranan penting dalam pelayanan pendidikan menyeluruh di Jawa Timur. Pada umumnya, orang tua murid cukup puas dengan Pendidikan Diniyah. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota mendukung Pendidikan Diniyah melalui program BPP MDGS. Tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) ternyata masih sangat rendah: hanya 38 dari SD/MI (2%) dan 39 dari 494 SMP/MTs (8%) memenuhi SPM. Untuk mencapai SPM di tiga kabupaten/kota ini diperlukan tambahan investasi sebesar Rp. 392 milyar. Dan untuk menjaga pencapaian SPM tersebut diperlukan juga dana tambahan sebesar Rp. 268 milyar per tahun. Biaya ini diluar belanja sektor pendidikan yang telah dialokasikan oleh ketiga kabupaten/kota tersebut. Misalnya, Kabupaten Tuban saat ini telah More Effective Decentralized Education Management and Governance 29

42 mengalokasikan Rp. 413 milyar per tahun untuk pendidikan dasar (45% dari APBD). Di luar itu, ternyata Tuban masih memerlukan alokasi tambahan investasi (satu kali) sebesar Rp milyar untuk mencapai SPM, ditambah dengan biaya sebesar Rp milyar/tahun untuk mempertahankan pelayanan pendidikan sesuai dengan SPM. Bila biaya ini dialokasikan dari APBD, maka belanja sektor pendidikan dasar akan menjadi 58% dari APBD (kenaikan sebesar 30%). Dengan demikian akan sangat sulit bagi sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Timur untuk membiayai pencapaian SPM. Keselarasan perencanaan RPJM Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota; Dengan mengacu pada ketentuan Peraturan Tiga Menteri tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan RPJMN sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, DBE1 bekerjasama dengan Bappeda dan menghasilkan suatu instrumen/metode untuk memetakan penyelarasan sasaran dan indikator. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa kesesuaian sasaran pembangunan pendidikan Provinsi Jawa Timur terhadap sasaran pembangunaan nasional RPJMN sebanyak 27 indikator dari 104 indikator pembangunan. Pada tingkat kabupaten/kota hasil pemetaan bervariasi dari 4 indikator yang sesuai (Kabupaten Blitar) dan 93 indikator (Kota Malang). Dampak adanya ketidak keselarasan sasaran dan kesesuaian indikator provinsi/kabupaten-kota dengan RPJMN secara optimal adalah provinsi tidak dapat menujukkan pencapaian target RPJMN secara akurat. Kajian Metode Percepatan Penuntasan Buta Aksara; Menurut BPS 2010, Jawa Timur adalah provinsi dengan tingkat buta aksara tertinggi di Indonesia. Dari hasil kajian ditemukan tiga masalah pokok dalam penuntasan buta aksara: (1) tidak tersedia data yang akurat tentang penyandang buta aksara; (2) model penuntasan buta aksara yang dilaksanakan selama ini tidak efektif; (3) upaya mendukung keberlanjutan program yang tidak berkesinambungan. Pada saat DBE1 memonitor program uji coba Aku Cepat Membaca (ACM), ditemukan bahwa banyak peserta yang dianggap buta aksara ternyata telah dapat membaca dan menulis. Hasil observasi pada kegiatan uji coba tersebut menyimpulkan bahwa ACM tidak sesuai untuk peserta dengan tingkat keaksaraan yang sangat rendah. Namun demikian, ACM cocok bagi mereka yang memiliki kemampuan yang mendekati standar keaksaraan. Jika program ACM untuk penuntasan buta aksara diterapkan sepenuhnya terhadap 3,4 juta jiwa penyandang buta aksara, diperlukan dana tambahan besar untuk biaya transportasi saja, karena warga belajar memperoleh insentif berupa uang transpor sebesar Rp setiap kali data pada kegiatan belajar Kajian Biaya personal Kajian biaya personal dilakukan di Kabupaten Pasuruan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melengkapi studi/kajian layanan Pendidikan menyeluruh yang salah satu contohnya adalah Pasuruan. 30 More Effective Decentralized Education Management and Governance

43 Kajian ini dilakukan dengan latar beakang bahwa pendanaan yang cukup besar diperlukan untuk (i) meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, baik negeri maupun swasta; (ii) pencapaian SPM dan upaya mempertahankan pencapaian standar tersebut; (iii) penuntasan buta aksara. Walaupun akan ada tambahan dana BOS 2012, tetap sulit untuk mencukupi berbagai kebutuhan yang disebutkan di atas. Pendanaan tambahan juga tidak dapat diperoleh dari orang tua siswa yang sudah mengeluarkan banyak biaya untuk menyekolahkan anaknya, apalagi bagi orang tua siswa yang berasal dari ekonomi kurang mampu. Di Pasuruan, untuk menyekolahkan satu anak, biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua yang berasal dari ekonomi kurang mampu sebesar Rp /tahun atau Rp /bulan (sekitar 20% dari gaji bulanan karyawan harian). Biaya-biaya tersebut termasuk uang jajan, biaya transportasi, pakaian sekolah, perlengkapan sekolah, dan biaya Pendidikan Diniyah. Mahkamah Konstitusi baru-baru ini memutuskan bahwa pemerintah juga harus memberi dukungan kepada sekolah swasta. Hal ini akan berakibat pada tambahan pendanaan yang dialokasikan pemerintah untuk sektor pendidikan. Tambahan dana tersebut harus diperoleh dari peningkatan efisiensi sistem pendidikan. Peningkatan efisiensi dapat dicapai dengan melakukan penentuan prioritas sasaran yang lebih baik yang diperoleh melalui analisis data yang bermutu. Kerjasama antara Bappeda dan DBE1 telah menghasilkan usul konkrit untuk meningkatkan mutu data dan analisis data dalam menghasilkan kebijakan terkait. Indikator utama untuk menilai efisiensi suatu sistem pendidikan adalah dengan menggunakan rasio Siswa per Guru (Student Teacher Ratio, STR). Ketika rasio STR rendah, hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya sekolah kecil atau adanya kelebihan guru. Patut disayangkan ditemukan sekolah kecil dengan kelebihan guru. Di tingkat SD, STR untuk Kab Tuban, Kab Pasuruan dan Kota Malang berada antara 13 hingga 17 siswa per guru (sangat rendah). Pertimbangan Kebijakan: Hasil kajian ketiga topik di atas, sudah disampaikan oleh DBE1 kepada Gubernur Jatim melalui surat nomor 085/JAK/ADM/X/2011 tanggal 26 Oktober 2011, dan sudah dipresentasikan di Bappeda dan Gubernur Jatim. Dari hasil kajian tersebut DBE1 menyampaikan beberapa pertimbangan kebijakan sebagai berikut : a) Hasil pemetaan keselarasan sasaran pembangunan pendidikan dapat dijadikan sebagai dasar untuk meningkatkan keselarasan antara kabupaten/kota, provinsi dan nasional. Dalam hal ini, provinsi berperan penting untuk membantu kabupaten/kota dalam merumuskan sasaran pembangunan agar relevan dengan daerahnya dan turut mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Keselasaran ini merupakan langkah penting dalam menentukan alokasi sumber-sumber dana untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pencapaian SPM. b) Belanja gaji guru adalah komponen terbesar belanja sektor pendidikan. Di ketiga kabupaten/kota tersebut, DBE1 menemukan kelebihan guru di sekolah negeri di semua jenjang. Di Pasuruan misalnya, adanya kelebihan guru SMPN More Effective Decentralized Education Management and Governance 31

44 sebesar 458 guru. Kelebihan ini dapat digunakan untuk memenuhi kekurangan guru di SMP dan MTs swasta. Sementara di Kabupaten Tuban, kelebihan guru di sekolah negeri dapat menutupi 75% kebutuhan guru di sekolah swasta. Jika upaya peningkatan efisiensi ini dilakukan, maka biaya yang diperlukan untuk mencapai SPM dapat ditekan. DBE1 telah mengembangkan metode Pengelolaan SDM yang bisa digunakan untuk pengembangan kebijakan terkait. Dengan kebijakan ini maka dana yang dihemat dapat digunakan untuk memperbaiki mutu dan mencapai SPM. c) Beberapa pilihan kebijakan untuk meningkatkan efisiensi sistem pendidikan di Jawa Timur adalah: (i) melakukan penggabungan sekolah kecil; (ii) melaksanakan pembelajaran kelas rangkap untuk sekolah di daerah terpencil; (iii) mengurangi surplus guru dengan tidak merekrut guru baru untuk mengganti guru yang pensiun (zero-recruitment policy) dan (iv) menugaskan guru dari sekolah negeri yang kelebihan guru untuk mengajar di sekolah swasta. d) Walaupun telah ada dana BOS, biaya pendidikan yang dibebankan pada orang tua murid masih tinggi. Provinsi Jawa Timur bisa membangun kerjasama dengan orang tua murid, sehingga secara transparan dapat ditentukan biaya apa yang akan dibayar oleh orang tua murid, dan biaya apa yang akan ditanggung oleh pemerintah. Sebagai contoh, sekarang Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memberikan bantuan dana pada Pendidikan Diniyah, sementara pada saat yang sama orang tua siswa juga mengeluarkan biaya untuk Pendidikan Diniyah disamping biaya-biaya lain seperti kursus, transportasi, makan siang, dll untuk sekolah formal. Jika dalam kerjasama tersebut diputuskan orang tua murid membayar biaya terkait Pendidikan Diniyah, maka pemerintah dapat mengalihkan pendanaan Pendidikan Diniyah untuk bidang lainnya, atau sebaliknya. Contoh yang lain adalah, bila pemerintah merasa sekolah tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk menyelenggarakan pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi(TIK), maka pemerintah dapat bekerjasama dengan lembaga kursus yang bonafid untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut dalam sebuah sistem kontrak kerja. e) Penuntasan buta aksara akan memakan banyak waktu dan biaya. Untuk itu, perlu dilakukan tes buta aksara dengan metode yang diakui oleh Kementerian Pendidikan Nasional, agar diperoleh pemetaan yang lebih baik. Dinas Pendidikan bersama BPS Jawa Timur perlu merumuskan metode pendataan penyandang buta aksara yang seragam. Untuk penerapan secara masal, metode ACM perlu direvisi. 32 More Effective Decentralized Education Management and Governance

45 III. Upaya Keberlanjutan a. Diseminasi Program Program DBE1 dalam kerjasamanya dengan sekolah/madrasah dan kabupaten/kota mitra telah menghasilkan banyak praktik baik di tingkat sekolah/madrasah, kabupaten/kota, maupun integrasi antara sekolah/madrasah dan kabupaten/kota. Untuk mendukung upaya keberlanjutan program, DBE mendorong pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan praktik baik tersebut baik di level sekolah/madrasah maupun level kabupaten/kota. Pengembangan praktik baik dengan melanjutkan praktik-praktik yang sudah ada dan mengembangkan ke sekolah/madrasah dan kabupaten/kota lain. Dalam rangka pengembangan digunakan berbagai sumber dana seperti APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, BOS, DAK, DIPA Kementerian Agama dan sumberdaya lainnya. Untuk tingkat sekolah misalnya, penyusunan RKS/M, RKT, dan RKAS yang partisipatif perlu terus dilanjutkan oleh sekolah yang telah menjadi mitra DBE1. Untuk tingkat kabupaten/kota, penyusunan Renstra, LAKIP, dan Renja yang berbasis data perlu diteruskan. Demikian pula kebijakan pendidikan yang telah disusun secara partisipatif perlu diterapkan dan dilakukan monitor dan evaluasi secara menerus dalam pelaksanaanya. Sampai dengan Tahun 2011, dana yang dialokasikan dari sekolah/madrasah dan sembilan (9) kabupaten/kota mitra DBE1 Jawa Timur terus meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 13 Komitmen untuk Diseminasi di Provinsi Jawa Timur No Tahun APBD Dana Diseminasi Non APBD ,000,000 31,000, ,000, ,000, ,170,689,700 1,496,850, ,651, ,946, ,150,000 3,663,341,600 2,672,946,000 Berikut adalah gambaran alokasi anggaran dan jumlah sekolah/madrasah diseminasi di masing-masing kabupaten/kota More Effective Decentralized Education Management and Governance 33

46 No Tabel 14 Jumlah Sekolah/Madrasah Diseminasi di Jawa Timur Kabupaten/ Kota Dana Diseminasi Jumlah Sekolah/Madrasah APBD NonAPBD SD MI SMP MTs SMA SMK MA 1 Bangkalan Bojonegoro Kota Mojokerto Kota Surabaya Mojokerto Nganjuk Pasuruan Sampang Sidoarjo Tuban Tulungagung Dengan berbagai kegiatan tingkat sekolah yang dilakukan DBE1 Jawa Timur, tabel dibawah ini menunjukkan sekolah mitra dan diseminasi serta jumlah siswa penerima manfaat dari kegiatan-kegiatan ini. Tabel 15 Jumlah Sekolah dan SiswaPenerima Manfaat DBE1 Provinsi Mitra Diseminasi # sekolah # siswa # sekolah # siswa 8 Jawa Timur Diseminasi juga dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, yakni dengan mendiseminasikan program BOSP pada 15 kabupaten/kota, (Kab. Probolinggo, Kab Situbondo, Kota Gresik, Kab. Madiun, Kab Tulungagung, Kota Malang, Kab. Banyuwangi, Kab. Pacitan, Kab. Trenggalek, Kota Kediri, Kab. Jombang, Kab, Pamekasan, Kab. Sumenep, Kab. Blitar, Kab. Lumajang). Dana penyelenggaraan kegiatan ini berasal dari APBD Pemerintah Provinsi Jatim Tahun Anggaran Berikut daftar program DBE1 yang telah didesiminasikan oleh kabupaten/kota di Jawa Timur. 8 Penghitungan jumlah siswa menggunakan asumsi rata-rata jumlah siswa per sekolah yaitu 218 siswa. Hal ini berdasarkan jumlah rata-rata siswa yang ada di sekolah dasar mitra DBE1. Karena sekolah yang mendiseminasi program DBE1 tidak hanya sekolah dasar saja, dalam kenyataannya jumlah siswa bisa lebih tinggi. 34 More Effective Decentralized Education Management and Governance

47 Tabel 16 Daftar Program DBE1 yang Telah Didiseminasikan oleh Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Bangkalan Program yang Didiseminasi Kabupaten/Kota RPS, RKS, Leadership, Komsek Kota Batu BOSP Program yang Didiseminasi Bojonegoro RKS, Leadership Kota Blitar BOSP RPS, Komsek, Kota Mojokerto Leadership Kota Madiun BOSP Kota Surabaya RPS, RKS, Komsek Kota Kediri BOSP Mojokerto RKS, BOSP Kota Probolinggo BOSP Nganjuk RPS, RKS, Leadership, Komsek, SDS Malang BOSP Pasuruan RKS, Leadership, Komsek, SDS, BOS Jombang BOSP Sampang RKS Lamongan BOSP Sidoarjo RKS Kediri BOSP RKS, Leadership, SDS, Tuban SDS++ Ponorogo BOSP Tulung Agung RKS, BOSP Magetan BOSP Jember Bondowoso BOSP BOSP Untuk menunjang pelaksanaan diseminasi ke depan, DBE1 telah menyiapkan panduan bagaimana merencanakan dan melaksanakan diseminasi, panduan-panduan baik tingkat sekolah/madrasah maupun kabupaten, perangkat lunak-perangkat lunak program, daftar nama dan kontak informasi 66 fasilitator yang sudah terlatih dan tersertifikasi, serta service provider yang bisa membantu pelaksanaan program. Semua materi dapat diakses melalui situs b. Sertifikasi Distrik Fasilitator Untuk menjaga keberlanjutan program di tingkat sekolah, DBE1 telah mempersiapkan Distrik Fasilitator (DF) yang telah tersertifikasi untuk memfasilitasi kegiatan dibidang Rencana Kerja Sekolah (RKS), Kepemimpinan bagi Kepala Sekolah, Peningkatan Komite Sekolah, Sistem Database Sekolah (SDS). Untuk tersertifikasi, DF harus memenuhi kriteria kuantitatif yang terdiri dari jumlah jam pelatihan, jumlah jam melatih, dan jumlah jam mendampingi. Jumlah jam adalah sebagai berikut: Topik Jumlah Jam Pelatihan oleh DBE1 Jumlah Jam Melatih Jumlah Jam Mendampingi Jumlah DF Tersertifikasi RKS Komite Sekolah Leadership SDS More Effective Decentralized Education Management and Governance 35

48 Disamping kriteria kuantitatif, DF juga harus memenuhi kriteria kualitatif sebagai berikut mampu memfasilitasi proses active learning, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, dihargai/diterima oleh pihak lain, mempunyai motivasi, bisa dipercaya dan tepat waktu, serta memahami program terkait MBS (RKS, Komite Sekolah, Leadership, dan SDS). Dibawah koordinasi tim Provinsi, Jatim sudah membentuk Fasilitator Provinsi (FP), FP merupakan gabungan dari DF kabupaten/kota mitra terbaik, memiliki waktu dan komitmen. Tugas FP antara lain untuk melayani permintaan kabupaten/kota di Jatim dan bahkan sampai luar provinsi Jatim. Selain DF, sebanyak 9 orang mantan staf DBE1 Jawa Timur telah disiapkan untuk membantu daerah dalam mengimplementasikan program MBS dan program level kabupaten/kota. Untuk mewadahi DF, FP dan mantan Staf DBE1, maka seorang staf DBE1 Jatim telah berinisiatif membentuk lembaga yang diberi nama Lembaga Pelatihan dan Konsultan Inovasi Pendidikan Indonesia (LPKIPI) yang berkedudukan di Sidoarjo. Lembaga ini dimaksudkan untuk wadah bagi DF, PF dan mantan staf memberikan layanan program-program DBE1 baik program kabupaten/kota ataupun tingkat sekolah. Informasi lebih lanjut terkait Distrik Fasilitator dan mantan staf DBE1 Jawa Timur dapat dilihat di Lampiran. c. Sertifikasi Service Provider Untuk menjaga dan menjamin keberlanjutan program DBE1 di tingkat kabupaten/kota, DBE1 bekerja sama dengan Universitas Negeri Malang (UM). Kerjasama ini dimaksudkan untuk membentuk Service Provider yang kelak akan dapat memberikan layanan dan fasilitasi terhadap institusi/lembaga yang memerlukan dalam kegiatan yang telah dikembangkan oleh DBE1. Proses penetapan Service Provider dilakukan dengan cara DBE1 dan UM memilih dan menentukan calon SP perorangan, melalui seleksi. Pada saat dibuka informasi ini, sebanyak 20 dosen mengajukan lamaran untuk menjadi calon, dan setelah diseleksi bersama, maka terpilihlah sebanyak enam orang dosen. Keenam dosen tersebut kemudian mengikuti lokakarya tentang metode atau program di tingkat Kabupaten yang sudah dikembangkan oleh DBE1 yang meliputi program, Renstra, Analisis Keuangan Pendidikan Kab/kota (AKPK), dan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Untuk memantabkan kapasitas calon SP, maka berikutnya diwajibkan magang. Jumlah waktu lokakarya dan magang/pendampingan sebagai berikut: Topik Jumlah Jam ToT Minimum Jumlah Jam Magang Minimum AKPK 4 7 BOSP 4 6 PBPSAP 6 7 SIPPK 3 4 SIMP-K SIMPTK & PBPSAP 7 Renstra More Effective Decentralized Education Management and Governance

49 Renja 2 4 Lakip 2 4 SIM-PTK 4 8 SIMA 3 7 Sebelum diputuskan apakah calon dapat disertifikasi atau tidak maka dilakukan penilaian oleh Panelis, yang terdiri dari unsur Universitas Negeri Malang, DBE dan fasilitator atau Tim Sertifikasi DBE Jakarta, dengan rentangan skor 1-5 (sangat kurang sangat bagus), yang meliputi a) kemampuan memfasilitasi pelatihan dengan menggunakan pendekatan active learning process, b) memiliki keterampilan komunikasi yang bagus, c) respek terhadap orang lain termasuk komunikasi dengan sesama dan d) memiliki motivasi, handal, memiliki waktu sebagai fasilitator serta menguasai terhadap materi/program yang diampu. Hasil dari serangkain proses tersebut, maka keenam orang SP UM semuanya tersertifikasi pada dua program yakni BOSP dan Renstra. Di Jawa Timur saat ini terdapat dua Service Provider, yakni Universitas Negeri Malang /UM dan LPKIPI yang sudah siap memberikan layanan fasilitasi keberlanjutan program DBE1. Informasi lebih lanjut terkait Service Provider dapat dilihat di Lampiran d. Kabupaten/Kota Acuan Kabupaten/kota acuan telah diidentifikasi oleh DBE1 sebagai salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh distrik atau pemangku kepentingan terkait guna mempelajari lebih jauh berbagai kegiatan, metodologi, dan berbagai perangkat lunak yang telah dikembangkan dan digunakan oleh DBE1 selama ini. Informasi rinci mengenai kabupaten/kota yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai program DBE1 dapat dilihat di Lampiran. More Effective Decentralized Education Management and Governance 37

50 IV. Tantangan dan Rekomendasi Proyek DBE1 didisain untuk meningkatkan manajemen dan tatalayanan di tingkat sekolah/madrasah dan kabupaten/kota. Maka sejak awal DBE1 kurang menyinggung topik manajemen dan layananan tingkat provinsi. Hal ini sesuai dengan adanya pembagian urusan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota, dimana urusan penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah berada di ranah kabupaten/kota sesuai dengan PP No 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Namun demikian, mengingat bahwa persoalan-persoalan manajemen dan tatalayanan tingkat sekolah/madrasah dan kabupaten/kota berhubungan erat dengan provinsi, maka dalam perjalanannya, DBE1 juga menyentuh manajemen dan tatalayanan tingkat provinsi. Misalnya dalam penyusunan Renstra yang sinkron antara provinsi dengan kabupaten/kota. Berikut adalah tantangan yang dihadapi oleh proyek DBE1 di tingkat provinsi dan rekomendasi yang diusulkan: Tantangan Kabupatem/kota mitra DBE1 sangat berkeinginan untuk mendiseminasi program DBE1 di tingkat sekolah/ madrasah dan kabupaten/kota, namun terbentur masalah pendanaan Terbatasnya jumlah staf DBE1 sehingga permintaan kabupaten/kota lain di provinsi Jawa Timur untuk mendapatkan pelayanan yang sama, baik untuk kegiatan di tingkat sekolah/madrasah maupun kegiatan di tingkat kabupaten/kota tidak dapat dilaksanakan Rekomendasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Kantor Wilayah Kemeterian Agama Provinsi Jawa Timur berkejasama dengan kabupaten/kota mendukung upaya diseminasi praktik baik yang dihasilkan oleh proyek DBE1 di kabupaten/kota mitra DBE1, khususnya dalam hal koordinasi dan pendanaan Dinas Pendidikan dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur mengkoordinir pelaksanaan penyebaran praktik baik program DBE1 ke kabupaten/kota non mitra. Dalam pelaksanaan penyebaran praktik baik, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur bisa menggunakan panduan dan perangkat lunak DBE1, dan memanfaatkan Distrik Fasilitator, Fasilitator Provinsi, dan Service Provider ( LPKIPI dan UM ) yang sudah dilatih, serta sejumlah sekolah/madrasah mitra DBE1. Belum adanya sinkronisasi perencanaan di tingkat provinsi dengan perencanaan kabupaten/kota dan perencanaan Dinas Pendidikan Provinsi membangun sistem koordinasi perencanaan pendidikan dengan kabupaten/kota. Dengan sistem ini diharapkan perencanaan tingkat provinsi menjadi lebih sinkron 38 More Effective Decentralized Education Management and Governance

51 Tantangan tingkat sekolah/madrasah Perlunya tindak lanjut hasil kerjasama DBE1 Jatim dengan Bappeda dan Dinas Pendidikan Jatim terhadap kajian Kebijakan Inovasi Pendidikan, yang meliputi Kajian Layanan Pendidikan Menyeluruh, keselarasan RPJM dan percepatan penuntasan buta aksara dengan metode ACM. Rekomendasi dengan perencanaan di tingkat kabupaten/kota dan perencanaan tingkat sekolah/madrasah Bappeda, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kanwil Kemenag, perlu melakukan koordinasi dan membahas serta meng alokasikan dana untuk mendukung tindak lanjut dan implementasi hasil kajian tersebut. More Effective Decentralized Education Management and Governance 39

52 Foto Kegiatan DBE1 Di Tingkat Sekolah/madrasah Lokakarya Penyusunan RKS tingkat Gugus di SD Hang Tuah Sedati Sidoarjo. Dari lokakarya ini mulai dilaksanakan keterbukaan manajemen yg disebut MBS Kepala Sekolah, komite sekolah, orang tua (Paguyuban Kelas) dan guru melanjutkan penyusunan RKS di sekolah Bupati Sidoarjo (Win Hendarso) mengunjungi SDN Sedati Gede2 dalam rangka memberikan dukungan implementasi program DBE Spesialis DBE1 Jatim menyiapkan Distrik Fasilitator yang handal dalam mengawal kegiatan di tingkat sekolah 40 More Effective Decentralized Education Management and Governance

53 Foto Kegiatan DBE1 Di Tingkat Kabupaten/Kota Tim DBE1 dan DBE3 bertemu dengan Wakil Wali Kota Surabaya untuk membangun komitmen awal agar mendapat dukungan implementasi program Penanda tanganan MOU Kohot 2 dilakukan di tingkat provinsi dan dihadiri oleh Sekda Prop, Konsul Jenderal AS, COP DBE1 dan DBE3 di Surabaya Walikota Surabaya saat peluncuran hibah ICT di Surabaya didampingi oleh perwakilan Konsul Jenderal AS di Surabaya. Tim penyusun Ranperda Pendidikan Kota Mojokerto sedang mengikuti fasilitasi Tim DBE1 More Effective Decentralized Education Management and Governance 41

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Banten 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1) Provinsi

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Jawa Barat 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1)

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Jawa Tengah 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1)

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Sulawesi Selatan 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Sumatera Utara 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1)

Lebih terperinci

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif

Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Desentralisasi Manajemen dan Tatalayanan Pendidikan Dasar yang Lebih Efektif Laporan Akhir DBE1 untuk Provinsi Aceh 30 Desember 2011 Laporan ini ditulis oleh Decentralized Basic Education 1 (DBE1) Provinsi

Lebih terperinci

Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M)

Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M) Pedoman Untuk Kepala Sekolah/Madrasah Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M) (Edisi September 2011) Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Pemutakhiran RKS/M/RKT/RKAS

Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Pemutakhiran RKS/M/RKT/RKAS Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pedoman Untuk Kepala Sekolah/Madrasah Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Pemutakhiran RKS/M/RKT/RKAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Fiel Trip Coaching PRAKTEK KERJA PENDAMPINGAN Service Standard Sektor Prioritas Pendidikan

Fiel Trip Coaching PRAKTEK KERJA PENDAMPINGAN Service Standard Sektor Prioritas Pendidikan LAPORAN Fiel Trip Coaching PRAKTEK KERJA PENDAMPINGAN Service Standard Sektor Prioritas Pendidikan Kabupaten Bulukukumba ke Kabupaten Sukabumi Jawa Barat Program KINERJA USAID Kerjasama Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat yang diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat yang diiringi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat yang diiringi dengan perkembangan sistem informasi yang berbasis teknologi. Hal ini telah menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA Kualitas SNP (Isi, Kompetensi Lulusan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Penilaian, Proses, Biaya) SPM

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Rencana Kerja Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pedoman Penyusunan Untuk Kepala Sekolah/Madrasah Rencana Kerja Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) (Edisi Juli 2009) Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) 1 RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) Renja Bagian Pertanahan Tahun 2015 (Review) Page 1 2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Rencana Kerja Bagian Pertanahan Sekretariat

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA B adan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Probolinggo menjalankan amanat Misi Kedua dari RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 2018 yaitu MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI ACEH SELATAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT KABUPATEN ACEH SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN AKHIR RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN AKHIR RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI KUDUS Tanggal : 4 Juni 2012 Nomor : 050.3/140/2015 RANCANGAN AKHIR RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ACEH TENTANG DUKUNGAN PROGRAM SEDIA UNTUK PENGUATAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Lebih terperinci

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012 NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi Penanggung

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN 2012-2013 PROVINSI DIY a. Pendahuluan Perencanaan merupakan fungsi manajemen

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR: 8 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

Rencana Kerja Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN Undang Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG H a l I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 30 Tahun 2005 tanggal 16 Nopember 2005, maka Nomenklatur Badan Pengawas Daerah Kabupaten Banyuasin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENJA DISPORA KAB. MURA

KATA PENGANTAR RENJA DISPORA KAB. MURA KATA PENGANTAR Pembangunan Kepemudaan dan Keolahragaan pada hakekatnya merupakan miniatur kehidupan, Hal ini dapat dikatakan demikian karena didalam aktifitas kepemudaan dan keolahragaan terdapat aspek-aspek

Lebih terperinci

Praktek yang Baik dalam Melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar Terdesentralisasi di Indonesia

Praktek yang Baik dalam Melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar Terdesentralisasi di Indonesia Decentralized Basic Education 1: Manajemen dan Tata Layanan Praktek yang Baik dalam Melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar Terdesentralisasi di Indonesia Januari 2010 Laporan ini adalah salah satu dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2015 telah ditetapkan melalui surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Nomor : 421/ 159/429.101/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG Relationship Between Participation of School Committee with Fulfillment

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RENCANA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2018 Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Kerja Inspektorat Kota Tangerang Tahun 2018 merupakan pelaksanaan kegiatan mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Kerja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN POSO TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

AKPK MUTU. Panduan Analisis Keuangan Pendidikan Kabupaten/Kota PENDIDIKAN. Versi Agustus APBN APBD Provinsi APBD Kab./Kota

AKPK MUTU. Panduan Analisis Keuangan Pendidikan Kabupaten/Kota PENDIDIKAN. Versi Agustus APBN APBD Provinsi APBD Kab./Kota Belanja Pegawai Belanja Modal AKPK PENDIDIKAN Belanja Operasional APBN APBD Provinsi APBD Kab./Kota MUTU Panduan Analisis Keuangan Pendidikan Kabupaten/Kota Versi Agustus 2010 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL RENCANA KERJA 2017 Rancangan Akhir Rencana Kerja KATA PENGANTAR Bidang kependudukan merupakan salah satu hal pokok dan penting

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR ASISTENSI RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS), RENCANA KERJA TAHUNAN SEKOLAH (RKTS) DAN RENCANA KERJA ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci