BAB II. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini, akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini, akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang"

Transkripsi

1 BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini, akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang mendasari penjelasan tentang kreativitas, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas pada siswa, kegiatan ekstrakulikuler, batik, serta proses pembuatan batik dan kerangka berfikir. 2.1 Kreativitas Dibawah ini akan dijelaskan definisi kreativitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas pada siswa sekolah Definisi Kreativitas Dari segi penekanannya Rhode (dalam Hawadi, 2001) kreativitas dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai Four P s of creativity, yaitu Person, Process, Press dan Product. Definisi kreativitas dari dimensi person seperti dikemukakan oleh Guilford (dalam Hawadi, 2001) :Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people. Definisi kreativitas yang menekankan dimensi Process seperti diajukan Munandar (dalam Hawadi, 2001) : Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originalityof thinking. Dari dimensi Press, Amabile (dalam Hawadi, 2001) : mengemukakan bahwa: Creativity can be regarded as the quality of product or respons judged to be creatives by appropriate observes.

2 Definisi kreativitas dari dimensi Product sebagaimana dikemukakan oleh Baron (dalam Hawadi, 2001) bahwa: Creativity is the ability to bring something new into existence. Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah: the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way the kinds of things that people do that change the world. Menurut Munandar (dalam Hawadi, 2001) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru. Jadi kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang belum pernah ada mnjadi ada, selain itu seseorang yang kreativ mampu membuat kombinasi baru dari informasi atau unsur yang sudah ada sebelumnya Aspek-aspek yang Mendasari Tes Kreativitas Figural Menurut Munandar (1992) aspek-aspek kreativitas yang juga mendasari Tes Kreativitas Figural adalah sebagai berikut :

3 Kelancaran (Fluency) : kemampuan untuk dapat memberikan gagasangagasan dengan cepat (penekanan pada kuantitas) Kelenturan (Flexibility) : kemampuan untuk memberikan gagasangagasan yang beragam, bebas dari perservasi. Orisinalitas : kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan yang secara statisik unik dan langka untuk populasi tertentu serta kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru, atau membuat kombinasikombinasi baru antara macam-macam unsur/ bagian. Elaborasi : kemampuan untuk mengembangkan, merinci dan memperkaya suatu gagasan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Ciri-ciri Afektif dari Kreativitas Kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi merupakan ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang, semakin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki. (Munandar, 1992). Ciri-ciri lain yang berkaitan dengan perkembangan afektif seseorang sama pentingnya agar bakat kreatif seseorang dapat terwujud. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang disebut ciri-ciri afektif dari kreativitas. Motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, pengabdian, atau pengikatan diri terhadap suatu tugas termasuk ciri-ciri afektif kreativitas. (Munandar, 1992) Munandar (1992) juga menyebutkan ciri-ciri afektif lainnya yang sangat esnesial dalam menentuan kreatif seseorang ialah : rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil risiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain,

4 tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain dan sebagainya Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas pada Siswa Para peneliti seperti Craft (2005) menjelaskan bahwa untuk mempertahankan siswa yang kreatif guru perlu menciptakan sistem yang memelihara proses kreatif kepada semua siswa bukan fokus pada individuindividu kreatif tertentu dalam kelas mereka. Craft (2005) Juga menunjukan bahwa cara paling baik untuk memahami kekreativitasan para siswa adalah dengan memahami sistem pembelajaran sosial (sekolah) mereka. Barry dan Kanematsu (2008) menyarankan cara-cara dimana guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung ide-ide orisinil para siswa melalui pendekatan multisensori dan interdisipliner. Burke & Adams (2007) menuliskan bahwa kreativitas bukanlah suatu komponen yang tidak berwujud didalam kelas, tetapi proses yang membutuhkan para guru untuk menggunakan peralatan seperti kamera digital, webpages, dan peralatan multimedia lainnya untuk mendukungnya. Dalam kaitan ini, Conny R. Semiawan (dalam Hawadi, 2001) mengemukakan saran untuk menciptakan iklim dan susasana yang mendorong dan menunjang pemikiran kreatif sebagai berikut : 1. Bersikaplah terbuka terhadap minat dan gagasan anak atau siswa.

5 2. Berilah waktu kepada siswa untuk memikirkan dan mengembangkan ide atau gagasan kreatif. Kreativitas tidak timbul secara langsung dan spontan. 3. Ciptakanlah suasana saling menghargai dan saling menerima antar anak atau siswa, antara anak dan orang tua, dan antara siswa dan guru atau pengasuh, sehingga antara mereka dapat belajar, bekerja secara bersama maupun mandiri dengan baik. 4. Kreativitas dapat diterapkan disemua bidang kurikulum dan bukan monopoli seni. 5. Doronglah kegiatan berpikir divergen dan jadilah nara sumber dan pengarah 6. Suasana yang hangat dan mendukung memberi keamanan dan kebebasan untuk berpikir menyelidiki (eksploratif). 7. Berilah kesempatan kepada anak untuk berperan serta dan mengambil keputusan. 8. Usahakanlah agar semua anak terlibat dan dukunglah gagasan atau cara pemecahan masalah dari anak maupun rencana anak. Mendukung bukan dalam arti menyetujui, melainkan menerima, menghargai, dan jika belum tepat mengusahakan mencari ketepatan secara bersama. 9. Bersikaplah positif terhadap kegagalan, dan bantulah anak / siswa untuk menyadari kesalahan atau kelemahan sera usahakan peningkatan gagasan dan usahakan memenuhi syarat, dalam suasana yang menunjang atau mendukung. 2.2 Ketahanan Emosional

6 Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan tentang definisi ketahanan emosional dan karakteristik ketahanan emosional Definisi Ketahanan Emosional Ketahanan emosional mengacu pada kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan situasi stres atau krisis. (Scott. 2007) Ketahanan emosi adalah ketika seseorang mampu menahan dirinya untuk tidak marah, merasa sedih dan cemas ketika menghadapi situasi yang dianggap buruk baginya. Ini juga berarti bahwa orang tersebut mampu bangkit kembali dan menghindar dari kesulitan yang dialaminya (Bernard, 2006). Seseorang yang memiliki ketahanan emosional yang rendah memiliki waktu yang sulit ketika menghadapi stres dan perubahan dalam hidupnya. Selain itu menurut Eric (2006) ketahanan emosional mengacu pada kemampuan anak untuk menghadapi dan mengatasi situasi yang menantang secara emosional dengan cara yang adaptif dan positif, sehingga mereka tidak hanya menyelesaikan situasi tersebut tetapi juga meningkatkan kapasitas mereka untuk menghadapi situasi serupa di masa mendatang. Secara emosional anak-anak tangguh atau anak-anak yang memiliki ketahanan emosional yang tinggi adalah mampu mengatasi situasi emosional yang sulit dan bangkit kembali sedemikian rupa sehingga mereka siap untuk tantangan berikutnya dalam menjalani kehidupan. The Merriam-Webster Dictionary (2002) (dalam Ramirez, 2007) mendefinisikan ketahanan sebagai "kemampuan untuk pulih atau menyesuaikan dengan mudahdari suatu perubahan atau kemalangan ".

7 Ketahanan emosi juga dapat mengontrol perilaku seseorang bahkan disaat dia menghadapi situasi yang sulit dan membuat marah sekalipun. Contoh Ketahanan Emosional menurut Bernard (2006): Tidak menjadi terlalu marah ketika anda melakukan kesalahan dan mengahadapi situasi yang tidak diinginkan. Tidak menjadi terlalu frustrasi dan marah dengan diri sendiri ketika anda tidak mengerti sesuatu. Tidak merasa sedih ketika teman-teman mendapatkan hasil ujian sekolah yang lebih baik dibanding hasil ujian sekolah anda Tidak merasa sangat khawatir dan menghindar ketika anda menjalani tes penting atau menghadiri sesuatu yang mengharuskan anda tampil didepan umum. Tetap tenang dan terkendali ketika seseorang memperlakukan anda secara tidak adil atau tidak hormat Bersikap tenang dan tidak gugup ketika bertemu dengan orang baru Tetap bersikap tenang dan menjalaskan tugas-tugas yang banyak dengan baik. Tetap berpegang pada aturan-aturan yang baik walaupun banyak terdapat godaan untuk melanggar aturan-aturan tersebut. Selain itu menurut Bernard (2006) terdapat beberapa cara menghilangkan berbagai jenis pikiran negatif yang menyebabkan ketahanan emosional rendah yaitu :

8 Menghilangkan Self-Downing : Jelaskan kepada anak-anak bahwa mereka terdiri dari beberapa karakteristik, sebagian baik, dan sebagian lagi kurang baik. Orang tua harus membantu anak menemukan lima hal baik tentang ketrampilan, bakat dan kepribadian dan lima hal yang bisa ditingkatkan. Kemudian, harus dijelaskan bahwa karena anak memiliki kualitas yang baik, kemudian harus dijelaskan bahwa anak memiliki kualitas yang baik, tidak masuk akal bagi anak untuk berpikir "Saya putus asa " atau "Saya seorang pecundang". ketika sesuatu yang buruk terjadi. Anak harus didorong untuk berpikir: "Ketika hal yang buruk terjadi, saya tidak kehilangan poin baik saya. saya masih menjadi diri saya yang mampu dan menyenangkan ". Menghilangkan Needing To Be Perfect : Jelaskan kepada anak bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia wajar membuat kesalahan, kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran untuk mencapai segala sesuatu yang lebih baik. Rasa perfeksionis dapat berpengaruh negatif dan dan memberikan efek cemas. Dorong anak untuk berhenti merenungkan tentang nilai dan sebaliknya, dorong dia untuk terlibat dalam kegiatan yang tidak terkait dengan sekolah. Beri pengakuan dan pujian ketika anak melakukan sesuatu walaupun ia melakukannya tidak dengan sempurna. Menghilangkan Needing Approval : Informasikan kepada anak bahwa penting untuk mencoba hal baru bahkan jika orang lain berpikir hal tersebut konyol atau bodoh. Jadilah seseorang yang mandiri, melakukan hal yang menurut kita patut untuk dilakukan, tidak perlu membutuhkan persetujuan orang lain, dan tunjukan keberhasilannya. Menghilangkan I Can t Do It : Untuk menanggulangi pikiran negatif dan pesimis guru dan orang tua harus menjelaskan kepada anak bahwa setiap

9 orang memiliki pilihan dalam cara untuk berpikir tentang hal-hal yang telah terjadi dan tentang hal-hal di masa depan. Jelaskan pada mereka bahwa ketika sesuatu yang buruk terjadi pada anak seperti mendapatkan nilai buruk atau ditolak atau diejek oleh teman sekelas, anak dapat memikirkan hal-hal positif dari kejadian tersebut. Tanamkan rasa tidak mudah menyerah dan optimis. Menghilangkan I Can t Be Bothered : Jelaskan pada anak bahwa setiap orang yang hidup pasti mengalami hal yang menyenangkan dan hal yang tidak menyenangkan. Jangan hanya ingin melakukan kesenangan tetapi mengesampingkan masalah dan hal-hal yang tidak menarik, ajarkan pada anak-anak untuk menghadapi segala sesuatu yang ada, karena hal yang tidak menyenangkan tersebut dapat menjadikan kita sosok yang lebih kuat dan mencapai sukses yang lebih besar serta kita dapat menemukan dan mengembangkan potensi diri. Menghilangkan Being Intolerant of Others : Jangan melihat orang yang melakukan kesalahan dan berbeda sebagai seseorang yang benar-benar buruk. Ajarkan sikap toleransi, karena di dunia terdapat berbagai macam perbedaan seperti perbedaan budaya, bahasa nilai, keyakinan dan lain-lain Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Emosional Werner (dalam Conway, 2012 ) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi ketahanan emosional yaitu karakteristik personal, hubungan interpersonal dan lingkungan. Selain itu menurut Giligan & Dearden (dalam Conway, 2012) ketahanan emosional dipengaruhi dari interaksi bersyarat antara karakteristik intrinsik dan

10 situasi individu (internal / personal), hubungan interpersonal dan pertukaran (external / social) serta hal yang lebih luas seperti kerangka sosial, ekonomi dan politik (structural). Internal / Personal : faktor ini berkaitan dengan individu termasuk aspek kepribadian, persepsi diri dan dunia. Faktor ini dibagi dalam empat kategori besar, yaitu citra diri, kontrol, kebermaknaan dan harapan. External / social : faktor ini menjelaskan bagaimana individu berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Literatur menunjukkan bahwa hubungan dengan orang lain memberikan rasa keterkaitan: pribadi kita hubungan dengan orang-orang dalam keluarga dan masyarakat yang lebih luas membantu mengokohkan diri kita di dunia, menciptakan landasan yang baik dalam situasi lingkungan sosial dan dalam masyarakat yang lebih luas (Hauser, 1999 dalam Conway, 2012). Structure : ketahanan dipengaruhi oleh sosial ekonomi individu seperti kelas, jenis kelamin dan ras, nilai-nilai dan sikap. (Guerra dalam Conway, 2012). Selain faktor diatas, Daniel (2005) menyebutkan terdapat enam faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan emosional, yaitu rasa aman, pendidikan, pertemanan, nilai-nilai positif, minat dan bakat serta kompetensi sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Janssen (2011) memperlihatkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan emosional seperti keluarga, kesadaran akan tantangan, komunikasi, masa peralihan, optimisme, ritual dan sesuatu yang lebih besar dari diri kita.

11 2.2.3 Hal Lain yang Dapat Diajarkan untuk Meningkatkan Ketahanan Emosional Menurut Bernard (2006) terdapat beberapa cara yang dapat diajarkan untuk meningkatkan ketahanan emosional, cara-cara tersebut adalah : Menerima bahwa mengalami emosi-emosi yang negatif adalah sesuatu yang wajar dan menyehatkan. Sebaiknya perasaan-perasaaan negatif tersebut diungkapkan dan bicarakan selama tidak menggunakan cara yang terlalu ekstrim. Memiliki perasaan negatif adalah sesuatu yang wajar dan tidak ada yang salah ketika bereaksi terhadap suatu kejadian yang membuat kita marah sedih bahkan merasa tertekan. Menggambarkan apa yang kita rasakan melalui kata-kata Membangun kesadaran bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi, terdapat beberapa pilihan untuk bereaksi (contoh : sangat sedih, agak sedih, sedikit sedih, tidak sedih) Saling bertukar akan pikiran-pikiran negatif dengan orang lain seperti keluarga atau teman. Saling mendiskusikan bagaimana mereka merasakan perasaan sangat kesal seperti marah dan panik dan mencoba untuk lebih baik bereaksi dengan kekesalan tingkat sedang jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Membedakan antara hal yang mengerikan atau menakutkan, yang buruk, dan hal-hal yang "sedikit" buruk. Jangan terlalu membesar-besarkan sesuatu dan terlalu larut dalam perasaan negatif tersebut.

12 Jangan terlalu berpikir negatif akan diri sendiri ketika melakukan sesuatu dengan tidak sempurna. Identifikasi semua kualitas positif diri yang dimiliki serta melihat bahwa ketika melakukan kesalahan dan melakukan kegagal atau mengalami penolakan hal tersebut tidak mengambil sifat baik yang kita miliki dan jangan mudah putus asa. Memahami bahwa kita tidak akan diperlakukan dengan baik dan adil terus menerus oleh orang lain, dan ketika itu terjadi yakinkan diri bahwa kita dapat mengatasinya. Merelaksasikan diri salah satunya dengan tekhnik pernafasan yang dapat membantu dalam merelaksasikan diri. Selalu berpikiran positif Pentingnya menemukan seseorang untuk diajak bicara ketika mereka memiliki perasaan yang sangat kuat seperti orang tua, keluarga, anggota dari gereja, konselor sekolah, guru atau teman yang dipercaya. Menurut Journal of Consulting and Clinical Psychology (dalam Deby, 2012) terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat kita lakukan secara terus menerus guna mengembangkan ketahanan emosional. Langkah-langkah tersebut yaitu : Mengembangkan Sikap yang Benar : Orang yang tahan banting cenderung memandang segala persoalan dalam hidupnya sebagai sebuah tantangan hidup dan menghadapinya dengan tindakan nyata demi menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Mereka malah tidak ketakutan, mengasihani diri sendiri, menyalahkan atau menjadi korban secara mental dari lingkungan yang menekan. Cara terbaik

13 adalah dengan rutin mengembangkan kebiasaan berbicara pada diri sendiri dan mengingatkan diri kita sendiri dengan afirmasi-afirmasi positif, misalnya: saya adalah wanita yang kuat dan bijaksana dalam menghadapi tantangan hidup. Sadar diri : Bagian dari ketahanan ini adalah kesadaran emosional diri kita sendiri. Penting untuk memahami apa yang kita rasakan dan mengapa kita memiliki perasaan itu. Jangan sampai perasaan berlebihan itu menguasai emosi kita. Memahami mengapa kita merasa marah mampu memberikan informasi berharga tentang perubahan apa yang perlu dilakukan dalam hidup kita. Rutinlah menulis buku harian atau jurnal agar semakin memahami batin kita dan mampu mencetuskan tindakan yang tepat. Mengembangkan Lokus Pengendalian Internal : Orang-orang yang tangguh percaya bahwa mereka lah yang memegang kendali atas hidup mereka. Ketika kita tak dapat mengendalikan keadaan di luar diri kita, kita tetap dapat mengendalikan bagaimana kita merespon keadaan tersebut. Hal ini dapat menciptakan perbedaan besar dalam sikap-sikap kita dalam menghadapi segala tantangan. Memupuk Sikap yang Optimis : Bersikap optimis adalah mampu memandang setiap permasalahan dari sisi yang positif. Sikap ini merupakan suatu cara dalam memandang dunia di mana kita memaksimalkan kekuatan dan pencapaian kita, serta mengurangi kelemahan dan keluhan-keluhan kita. Teruslah menjaga sikap optimis dalam memandang dunia agar kita semakin tangguh.

14 Memupuk terus Selera Humor kita : Penelitian membuktikan bahwa jika kita mampu tertawa terhadap segala bentuk frustasi dalam hidup, imunitas atau daya tahan tubuh kita akan meningkat terhadap tekanan (stress) dan segala bentuk kemalangan hidup. Mereka yang memiliki selera humor dalam memandang hidup cenderung menjalani hidup dengan ringan dan tanpa tekanan, sekaligus mampu bekerja sama dengan lainnya selama masa-masa sulit. Berolahraga : Olah raga mampu menciptakan ketahanan yang lebih kuat. Selama kita berolah raga, otak mengeluarkan hormon endorphin yang mempengaruhi mood kita, sekaligus meningkatkan kesehatan jantung. Apa pun efeknya, berolah raga teratur tentu memberi dampak besar bagi kita secara fisik dan mental. Mendekatkan diri pada Tuhan : Penelitian membuktikan bahwa mereka yang bersikap lebih spiritual cenderung memiliki sikap yang lebih tahan banting. Semakin dekatkan diri pada Tuhan agar kita semakin kuat menghadapi hidup dengan segala perubahannya. Tidak Mudah Menyerah : Mereka yang berhasil memiliki ketahanan emosional yang bagus tidak begitu saja mendapatkannya. Semua itu memerlukan usaha yang terus-menerus. Jangan mudah menyerah terhadap situasi sulit yang kita hadapi. Percayalah kesabaran akan menghasilkan buah yang baik Karakteristik Ketahanan Emosional Menurut Elizabeth Scott (2007), seseorang yang memiliki ketahanan emosional yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut :

15 a. Kesadaran Emosional : Mereka mengerti apa yang mereka rasakan dan mengapa. Penting untuk mengerti apa yang Anda rasakan dan mengapa. Kadang-kadang orang merasa kewalahan dengan emosi mereka, dan ini merugikan. Mengetahui mengapa Anda merasa marah dapat memberikan informasi berharga tentang apa yang perlu berubah dalam hidup Anda. Ini juga penting untuk mencari tahu tentang cara untuk memenuhi tantangan yang Anda hadapi. Membuat jurnal dapat membantu Anda menjelajahi dunia batin Anda dan membuat rencana tindakan. b. Ketekunan : Selalu berorientsi pada tindakan, percaya pada proses dan tidak mudah menyerah. c. Lokus Kontrol Internal : Percaya bahwa segala sesuatu berada pada kendali diri sendiri. Seseorang tidak dapat mengendalikan keadaan, tetapi kita dapat mengendalikan bagaimana kita menanggapi keadaan tersebut. Hal itu yang menjadikan bagaimana kita bertingkah laku. d. Optimisme : Selalu melihat sesuatu dengan positif, dan percaya pada kekuatan diri. Melihat kejadian negatif sebagai kemunduran kecil yang mudah diatasi. Orang yang optimis juga berani mengambil resiko. e. Dukungan : Selalu mengetahui nilai dukungan sosial dan mampu mengelilingi diri dengan dukungan keluarga dan teman. Mengenal banyak orang, mampu mengatur waktu untuk bermain dan bertemu dengan orang-orang yang dekat dengan diri anda, mendukung satu sama lain, saling mendengarkan keluh kesah, mendengarkan intuisi dan ikhlas memaafkan jika ada seseorang yang berbuat buruk pada anda. f. Rasa humor : Mampu tersenyum dan tertawa dalam kesulitan hidup. Selalu berusaha untuk tersenyum, Memiliki teman-teman yang lucu. Buat segala

16 sesuatu seakan-akan adalah sebuah permainan. Menonton film dan pertunjukan yang lucu. Membaca buku yang dapat membuat anda tertawa. g. Perspektif : Dapat belajar dari kesalahan, melihat hambatan sebagai tantangan, dan menjadikan kesulitan untuk membuat lebih kuat. Menjadikan kejadian buruk bukanlah suatu ancaman. h. Spiritualitas : Terhubung dengan sisi rohani dan spiritual. Rajin berdoa, sering menekspresikan rasa syukur, ketika mengalami suatu kejadian buruk, percaya bahwa hal tersebut adalah ujian dari Tuhan dan sebagai penguji kekuatan diri. Percaya apa yang saya fokuskan, maka hal tersebut yang akan terus saya alami. 2.3 Ekstrakulikuler Membatik Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan definisi ekstrakulikuler, definisi batik serta alat dan cara membatik Definisi Ekstrakulikuler Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswasiswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga,

17 pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri Definisi Batik Secara Etimologi kata batik berasal dari bahasa jawa yaitu kata 'ambatik' yang dapat diartikan amba atau lebar dan titik yang berarti menghubungkan titiktitik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar (Wulandari, 2011). Batik pada dasarnya adalah suatu cara dimana seseorang membuat pola atau gambar pada sebuah kain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2007), batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu; atau biasa dikenal dengan kain batik. Batik secara umum dianggap sebagai tekstil Indonesia yang paling dasar. Motif bunga-bunga, tanaman kembar, kuncup daun, bunga, burung, kupu-kupu, ikan, serangga dan bentuk-bentuk geometris yang kaya dalam asosiasi simbolik dan variasi; tercatat ada sekitar tiga ribu pola batik Alat untuk membuat batik a. Gawangan : Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan kain mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah. b. Bandul : Bandul dibuat dari timah, kayu atau batu yang dimasukkan kedalam kantong. Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar kain mori yang

18 tengah dibatik tidak mudah berubah posisinya atau tereser jika tertiup angin atau secara tidak sengaja tertarik oleh si pembatik. c. Wajan : Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. d. Kompor : Kompor digunakan untuk membuat api yang dipasangkan dengan wajan sebagai tempat malam agar malam tidak mengeras ketika digunakan dalam kegiatan membatik. Kompor juga dapat diganti dengan menggunakan anglo dengan bahan bakar arang e. Taplak : Taplak digunakan oleh para pembatik untuk menutup paha mereka dan memberi keamanan ketika membatik agar terhindar dari tetesan malam yang panas. f. Saringan Malam : Saringan digunakan untuk menyaring kotoran pada cairan malam agar kotoran terebut tidak menyumbat canting yang dapat mengganggu proses pembatikan. g. Canting : Canting adalah alat yang dipakain untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan batik dengan cairan malam. h. Mori : Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. i. Malam (lilin) : Malam (Lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak akan habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang digunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan. j. Dhingklik (Tempat Duduk) : Dhingklik (Tempat Duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. k. Pewarna Alami : Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik, pada beberapa tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari warna-warna buatan.

19 2.3.4 Proses membatik Berikut ini adalah proses membatik dari awal hingga akhir. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. a. Ngemplong : Ngemplong adalah tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak, hal ini bertujuan untuk membuat kain mori menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat pewarna lebih tinggi. b. Nyorek atau memola : Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola diatas kain mori dengan cara menitu pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya dibuat diatas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola diatas kain mori. c. Mbhatik : Mbhatik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari Nglowong (menggambar garis-garis diluar pola) dan isen isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Didalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). d. Nembok : Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutupi menggunakan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan. e. Medel : Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diingingkan. f. Ngerok dan Mbirah : Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hatihati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu kain diangin-anginkan.

20 g. Mbironi : Mbironi adalah menutupi warna biru dengan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngringing dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan. h. Menyoga : Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain kedalam campuran warna cokelat tersebut. i. Nglorod : Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik. Dalam tahap ini, pembuat melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukan kain yang sudah cukup tua warnanya kedalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-anginkan hingga kering. 2.4 Coping Pada bagian ini penulis akan menjelaskan tentang definisi coping, faktorfaktor yang mempengaruhi Coping dan jenis strategi coping Definisi Coping Folkman dan Lazarus (dalam Sumbayak, 2008) mendefinisikan coping sebagai segala upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan bersikap sabar dalam menghadapi tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan tersebut dapat berupa eksternal dan internal. Menurut Taylor (dalam Sumbayak, 2008) mengemukakan bahwa coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola perbedaan yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang dimiliki individu tersebut dalam menghadapi situasi stressfull.

21 Menurut Harowitz (dalam Sumbayak, 2008), coping merupakan tindakan yang mencakup tindakan mental dan fisik yang digunakan untuk mengendalikan, mengatur, mengurangi, atau mentolerir efek tekanan yang ada, baik eksternal maupun internal Faktor- Faktor yang mempengaruhi Coping Terdapat enam faktor yang mempengaruhi coping (Mutadin, 2002). Faktor-faktor tersebut yaitu : Kesehatan Fisik : Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar Keyakinan atau pandangan positif : Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused coping Keterampilan Memecahkan masalah : Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat

22 Keterampilan sosial : Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. Dukungan sosial : Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarny Materi : Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli Jenis Srategi coping Menurut Folkman dan Lazarus (1980) (dalam Arlotas, 2010) terdapat dua jenis strategi coping, yaitu : Problem Focused Solving Strategi ini menuntut seseorang untuk menyelesaikan permasalahannya secara aktif dan positif. Serta mengambil tindakan dan mempertimbangkan efek-efek yang akan muncul. Strategi ini digunakan untuk mengurangi tuntutan dari situasi atau menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk menghadapinya. Contoh : Apabila mengalami stres karena tugas, maka penyelesaiannya adalah dengan menyelesaikan tugas tersebut. Emotion Focused Coping Emotion Focused Coping adalah cara penyelesaian masalah stres dengan mengontrol situasi yang dinilai sebagai stres. Individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif. Individu menghadapi stress dengan fokus

23 kepada bagaimana menata dirinya secara emosional sehingga siap menghadapi stress itu sendiri. Contoh : Menerima simpati dan pengertian dari teman, keluarga atau saudara serta mencoba melihat sesuatu dari sisi lain yang lebih positif. 2.5 Teori Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah siswa dan siswi kelas 4 sampai dengan kelas 6 MI Giriloyo Yogyakarta. Jika dilihat dari teori perkembangan sosial Erik Erikson (dalam Lahey, 2007) anak-anak pada kelas 4 sampai dengan kelas 6 Sekolah Dasar sedang berada dalam tahapan childhood atau school age dengan komponen dasar industry vs inferiority dimana anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri Tugas Perkembangan Subjek Penelitian Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini menurut Erik Erikson (dalam Lahey, 2007) adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada pada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima

24 kehadirannya, dan lain sebagainya. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun perasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas). Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif. Dengan menjalani kegiatan membatik diharapkan anak-anak tersebut dapat menjadikan kegiatan tersebut untuk mengembangkan dirinya, terutama dalam mengembangkan kreativitas dan ketahanan emosional, karena dalam membatik didalamnya diajarkan bagaimana bekerja keras, dan menerapkan keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana anak-anak diajarkan untuk menyelesaikan suatu tugas yang akan membuahkan rasa keberhasilan dan rasa produktif.

25 2.6 Kerangka Berpikir Hubungan Antara Kreatifitas Membatik Dengan Ketahanan Emosi pada Siswa MI Giriloyo Yogyakarta Stress, Konflik, Permasalahan COPING Kegiatan yang Bermanfaat Kegiatan Membatik Kreativitas Ciri Afektif dari Kreativitas dan Ketahanan Emosional Ketahanan Emosional Ketekunan, rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil risiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalamanpengalaman baru, dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir

26

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57 Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI & SARAN. Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat

BAB V SIMPULAN, DISKUSI & SARAN. Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat BAB V SIMPULAN, DISKUSI & SARAN 5.1 Simpulan Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kreativitas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketahanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Konstruk Alat Tes Kuesioner Ketahanan Emosional

LAMPIRAN. Konstruk Alat Tes Kuesioner Ketahanan Emosional LAMPIRAN Konstruk Alat Tes Kuesioner Ketahanan Emosional Landasan Teori : Ketahanan Emosi adalah ketika seseorang mampu menahan dirinya untuk tidak marah, merasa sedih dan cemas ketika menghadapi situasi

Lebih terperinci

Pertemuan 1. PENGERTIAN KREATIF dan KREATIFITAS

Pertemuan 1. PENGERTIAN KREATIF dan KREATIFITAS Pertemuan 1 PENGERTIAN KREATIF dan KREATIFITAS Pengertian Kreatif dan Kreativitas Kata Kreatif merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris To Create, yang merupakan singkatan dari : Combine (menggabungkan)

Lebih terperinci

THE RELATIONSHIP BETWEEN CREATIVITY AND EMOTIONAL RESILIENCE IN STUDENTS OF BATIK MI GIRILOYO 2 YOGYAKARTA

THE RELATIONSHIP BETWEEN CREATIVITY AND EMOTIONAL RESILIENCE IN STUDENTS OF BATIK MI GIRILOYO 2 YOGYAKARTA THE RELATIONSHIP BETWEEN CREATIVITY AND EMOTIONAL RESILIENCE IN STUDENTS OF BATIK MI GIRILOYO 2 YOGYAKARTA Ratri D. Mawarni Binus University, Jakarta, Indonesia Abstract Batik activity is an activity which

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel

BAB III. Metode Penelitian. Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel BAB III Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi operasional dan hipotesis. 3.1.1 Variabel penelitian

Lebih terperinci

KREATIVITAS DAN KETAHANAN EMOSIONAL PADA SISWA DENGAN EKSKUL MEMBATIK

KREATIVITAS DAN KETAHANAN EMOSIONAL PADA SISWA DENGAN EKSKUL MEMBATIK KREATIVITAS DAN KETAHANAN EMOSIONAL PADA SISWA DENGAN EKSKUL MEMBATIK Evi Afifah Hurriyati 1 ; Ratri Dyah Mawarni 2 Psychology Department, Faculty of Humanities, Universitas Bina Nusantara Jln. Kemanggisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur budaya universal yang menjadi cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi perjalanan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I. Pendahuluan. Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan seseorang selanjutnya. Pada usia anak-anak pula seseorang dituntut untuk dapat merasakan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

Pertemuan 1 24 September Dosen : Ratih Pertiwi, S. Ikom, M. Ds

Pertemuan 1 24 September Dosen : Ratih Pertiwi, S. Ikom, M. Ds Pertemuan 1 24 September 2014 Dosen : Ratih Pertiwi, S. Ikom, M. Ds Ruang Lingkup Matakuliah Metodologi Penelitian Desain, antara lain : Kode Matakuliah : 623 Bobot SKS : 2 SKS Dosen : 6977 Ratih Pertiwi

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan

Lebih terperinci

Kewirausahaan I Menyadari dan mampu untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam berwirausaha

Kewirausahaan I Menyadari dan mampu untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam berwirausaha Modul ke: 06 Eko Fakultas EKONOMI & BISNIS Kewirausahaan I Menyadari dan mampu untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam berwirausaha Putra Boediman Program Studi MANAJEMEN Tuntutan Kreatifitas Dalam Bisnis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Wacana Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-issn : 2337-9820 PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Diana Vidya Fakhriyani Universitas Islam Madura dianafakhriyani@gmail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Focused Coping Pada umumnya setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan fisik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011). 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna. Mereka diberi kelebihan dalam fungsi kognitifnya berupa akal agar mampu berpikir. Proses kognitif atau proses intelek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah Ujian Nasional, stres, stressor, coping stres dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya,

BAB II LANDASAN TEORI. paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi Oleh: ASEP SUPENA Program Pasca Sarjana UNJ 2005-2006 KREATIVITAS Kreativitas berkaitan dengan kemauan dan kemampuan. Kreativitas berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan teknologi pada saat ini yang begitu pesat membuat banyak masalah kompleks yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ada kalanya masalah tersebut

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi orang yang terdidik. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Di negara kita ini pendidikan menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi orang yang terdidik. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Di negara kita ini pendidikan menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan yang matang suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Mahasiswa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Melly, FPSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Melly, FPSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa merupakan proses yang berkesinambungan dan melibatkan keseluruhan lapisan masyarakat. Generasi muda sebagai salah satu unsur lapisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu BAB II LANDASAN TEORI A. STRATEGI COPING 1. Pengertian Coping Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui kreativitas yang dimilikinya, manusia memberikan bobot dan makna

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental Mengatasi Stress/Coping Stress Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK61112 Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Anak adalah sumber daya bagi bangsa juga sebagai penentu masa depan dan penerus bangsa, sehingga dianggap penting bagi suatu negara untuk mengatur hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya oleh masyarakat maupun pemerintahan Indonesia. Indonesia mewajibkan anak-anak bangsanya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari kajian teoretis dan temuan penelitian sebagaimana telah disajikan pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu

Lebih terperinci

Pengembangan Produk Kreatif sebagai Wadah Pengembangan Kreativitas Desain di PPPPTK Seni dan Budaya. Abstrak

Pengembangan Produk Kreatif sebagai Wadah Pengembangan Kreativitas Desain di PPPPTK Seni dan Budaya. Abstrak Pengembangan Produk Kreatif sebagai Wadah Pengembangan Kreativitas Desain di PPPPTK Seni dan Budaya Abstrak PPPPTK Seni dan Budaya merupakan salah satu tempat pelatihan guru seni budaya, tentu saja mereka

Lebih terperinci

Ciri dan Watak Wirausaha

Ciri dan Watak Wirausaha Ciri dan Watak Wirausaha SALAH Dilazimkan Menyalahkan: -Orang lain -Lingkungan akibatnya -Tidak percaya diri -Tidak bisa menerima kritik -Pasif Kondisi SEHARUSNYA Dilatih Intropeksi -Responsibility -Konsekuen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia seperti sekarang ini, tatkala persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang wanita dalam kehidupan berkeluarga memiliki peran sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan intelektual yang sangat penting karena dengan kreativitas manusia mampu memecahkan berbagai masalah dan menciptakan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda baik

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd A. PEMBELAJARAN BAGI ABK B. PERTIMBANGAN PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS A. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif dengan menerapkan psikologi positif dalam pendidikan. Psikologi positif yang dikontribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia, BAB. II LANDASAN TEORITIS A. Mahasiswi Yang Menggunakan Jilbab Syar i 1.Pengertian Mahasiswa Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. OPTIMISME 1. Defenisi Optimis, Optimistis dan Optimisme Optimis dalam KBBI diartikan sebagai orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal sedangkan

Lebih terperinci