I. PENDAHULUAN. Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan angka nominal
|
|
- Yanti Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan angka nominal indeks pembangunan manusia, dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 telah menjadi komitmen Indonesia dalam pembangunan di segala bidang. Indeks pembangunan manusia merupakan proksi kinerja pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development), sedangkan MDGs merupakan sasaran pembangunan manusia hingga tahun Tujuan MDGs terdiri dari, yaitu: (1) mengurangi kemiskinan dan kelaparan (reducing poverty and hunger), (2) mencapai pendidikan dasar untuk semua (achieving universal primary education), (3) mempromosikan kesetaraan dan keadilan gender, khususnya di pendidikan (promoting gender equality, especially in education) serta pemberdayaan perempuan (empowering women), (4) menurunkan angka kematian balita (reducing child mortality), (5) meningkatkan kesehatan ibu (improving maternal health), (6) mencegah HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya (combating HIV/AIDS, malaria, and other diseases), (7) menjamin lingkungan berkelanjutan (ensuring environmental sustainability), dan (8) memperkuat kemitraan global antara negara kaya dan negara miskin (strengthening partnership between rich and poor countries) (United Nations Development Programme, 2003). UNDP menguraikan MDGs ke dalam target spesifik tahun 2015, yaitu: (1) menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 (Purchacing Power Pariety atau PPP) per hari menjadi setengahnya dalam kurun
2 2 waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 2015, (2) menjamin seluruh anak laki-laki dan perempuan untuk menyelesaikan pendidikan dasar, (3) mengeleminasi perbedaan gender di semua jenjang pendidikan, (4) mengurangi kematian anak balita sebesar dua per tiganya dalam kurun waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 2015, (5) mengurangi rasio kematian ibu melahirkan sebesar tiga per empatnya dalam kurun waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 2015, (6) menghentikan dan mulai membalikkan penyebaran HIV/AIDS dan kejadian malaria dan penyakit utama lainnya, (7) mengurangi setengah proporsi dari penduduk tanpa akses air minum yang baik, dan (8) menaruh perhatian lebih besar kepada kebutuhan khusus negara negara sedang berkembang yang terisolir dan pulau-pulau kecil (Todaro and Smith, 2006). Berdasarkan cara pengukuran indeks pembangunan manusia yang dilakukan di seluruh dunia, maka indeks pembangunan manusia Indonesia diukur dengan rumus tertentu yang terdiri atas tiga dimensi pokok pembangunan manusia di Indonesia, yaitu: (1) hidup layak yang diukur dari Indeks Hidup Layak (IHL), (2) hidup panjang yang diukur dari Indeks Hidup Panjang (IHP), dan (3) hidup mudah yang diukur dari Indeks Pendidikan (IP). Masing masing komponen diberi bobot satu per tiga. Meskipun pembobotan indeks hidup panjang, indeks pendidikan, indeks hidup layak dihitung berdasarkan persamaan identitas, tetapi memberikan hasil yang hampir sama dengan analisis multivarians, dimana masing masing bernilai 0.34, 0.34, dan 0.32 (Biswas and Caliendo, 2001). Berdasarkan laporan United Nations Development Programme (UNDP) tanggal 5 Oktober 2009 bahwa indeks pembangunan manusia untuk Indonesia berada pada peringkat ke 111 dari 182 negara. Jika dibandingkan dengan negara-
3 3 negara tetangga sesama anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), maka peringkat indeks pembangunan manusia Indonesia masih jauh, khususnya dari Singapura yang berada pada peringkat 23 dan Malaysia berada pada peringkat 66. Pemerintah Indonesia sepertinya masih belum menemukan formula yang tepat untuk mencapainya. Oleh sebab itu nilai nominal indeks pembangunan manusia Indonesia masih tertinggal di belakang dari sasaran MDGs. Misalnya Pemerintah Jawa Barat masih belum menemukan bagaimana cara mencapai indeks pembangunan manusia menjadi sebesar 80, yang notabene menjadi nilai paling rendah dari kelompok negara maju dengan nilai indeks pembangunan manusia antara 80 dan Secara logika angka nominal indeks pembangunan manusia Indonesia akan meningkat apabila indeks pembangunan manusia seluruh provinsi di Indonesia meningkat, padahal angka nominal indeks pembangunan manusia akan meningkat apabila meningkatnya indeks-indeks komponen pembentuknya, yaitu: indeks hidup layak yang unsur utamanya adalah pendapatan per kapita berdasarkan kemampuan daya beli, indeks hidup panjang yang unsurnya adalah Angka Harapan Hidup (AHH), dan Indeks Pendidikan yang unsurnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Sementara itu, upaya meningkatkan ketiga indeks tersebut secara ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan investasi di provinsi yang bersangkutan, baik investasi dalam bentuk sumber daya modal maupun investasi dalam bentuk sumber daya manusia. Melalui investasi sumber daya modal dan sumber daya manusia akan terjadi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia secara timbal balik Harian Kompas, 16 Desember 2010: Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia Diundur Jadi 2022
4 4 Pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pembangunan manusia dan sebaliknya pembangunan manusia pada gilirannya juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Ranis and Steward,2002; Ranis, 2004). Kebijakan fiskal menjadi salah satu instrumen investasi dari Pemerintah yang disalurkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kebijakan ini di bawah pengelolaan dan kendali aparatur Pemerintah dengan harapan akan lebih mudah dan cepat dilaksanakan, serta dengan sasaran yang dapat diarahkan langsung menyentuh komponen pembentuk indeks pembangunan manusia tersebut. Bersamaan dengan itu, melalui pertumbuhan ekonomi akan menyediakan fiskal bagi belanja Pemerintah yang bersumber dari pajak yang dibayarkan oleh dunia usaha dan masyarakat. Kontribusi masyarakat dan dunia usaha tidak hanya sebagai pembayar pajak dan retribusi yang pada akhirnya menjadi pendapatan negara dan daerah, namun mereka juga berkonstribusi langsung dalam peningkatan indeks pembangunan manusia melalui pengeluaran konsumsi dan investasi, terutama melalui konsumsi rumah tangga untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan Perumusan Masalah Indeks pembangunan manusia memberikan makna yang penting dalam pembangunan suatu negara. Makna dari angka nominal indeks pembangunan manusia adalah untuk menggambarkan pencapaian pembangunan manusia, yang biasanya dibagi menjadi tiga kelompok pencapaian, yaitu: (1) kelompok indeks pembangunan manusia bernilai nominal lebih kecil dari 50 dengan predikat tingkat pembangunan manusia rendah, (2) kelompok indeks pembangunan
5 5 manusia yang memiliki nilai indeks pembangunan manusia di antara 50 dan 80 dengan predikat tingkat pembangunan manusia sedang, dan (3) indeks pembangunan manusia bernilai 80 dan 100 dengan predikat tingkat pembangunan manusia tinggi (Badan Pusat Statistik, 2008). Peringkat indeks pembangunan manusia menggambarkan tentang perbandingan pencapaian indeks pembangunan manusia antar negara, antar daerah antar wilayah yang diukur. Peringkat satu merupakan peringkat yang tertinggi dalam pencapaian pembangunan manusia. Setiap negara atau daerah tentunya ingin mencapai peringkat yang lebih baik dari waktu ke waktu, sehingga kenaikan nilai nominal indeks pembangunan manusia saja menjadi kurang berarti jika tidak diikuti dengan kenaikan peringkat indeks pembangunan manusia. Kondisi ini menstimulasi pihak-pihak yang berkepentingan untuk menaikkan nilai nominal indeks pembangunan manusia masing-masing, sehingga pada saatnya nanti disparitas nilai nominal satu sama lainnya akan semakin menyempit dan kesejahteraan rakyat semakin merata. Mengikuti laporan UNDP dari tahun 1995 hingga tahun 2009, maka setiap negara yang diukur indeks pembangunan manusianya secara berkelanjutan memiliki angka nominal indeks pembangunan manusia dengan kecendrungan meningkat. Sebagai contoh Norwegia sebagai pemegang peringkat tertinggi dalam laporan UNDP tahun 2009 selama tahun 1980 hingga 2007, sedangkan Nigeria berada pada peringkat terendah, yaitu diurutan 182 dalam laporan UNDP tahun Di sisi lain Indonesia berada pada peringkat 111 dalam laporan UNDP tahun 2009 memiliki kecendrungan yang meningkat pula dari tahun ke tahun. Selama ini indeks pembangunan manusia yang terus meningkat tidak disertai
6 6 dengan konvergensi pencapaian indeks pembangunan manusia antar negara, sehingga disparitas indeks pembangunan manusia antar negara belum teratasi. Untuk melihat disparitas indeks pembangunan manusia ketiga negara tersebut disajikan pada Gambar 1. Sumber: United Nations Development Programme, Gambar 1. Disparitas Indeks Pembangunan Manusia di Norwegia, Indonesia, dan Nigeria Tahun Grafik di atas menunjukkan bahwa ketiga negara memiliki indeks pembangunan manusia yang cendrung meningkat, namun disparitas antar negara masih relatif dalam. Hal ini juga menunjukan bagaimana perbedaan kedalaman disparitas pembangunan manusia di ketiga negara tersebut. Bagi Indonesia, perlu diakui jika relatif sangat jauh untuk mengejar ketertinggalan indeks pembangunan manusia Norwegia. Pada Gambar 2 menampilkan kecendrungan indeks pembangunan manusia Norwegia, Indonesia, dan Nigeria dengan menggunakan persamaan linier sederhana. Tahun 1980 sebagai tahun dasar bagi jangka waktu (angka nol).
7 7 Berdasarkan regresi sederhana dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel, maka persamaan linier indeks pembangunan manusia masing-masing negara adalah sebagai berikut: Norwegia : Y = X sehingga X = Y Indonesia : Y = X sehingga X = Y Nigeria : Y = 2,51X sehingga X = Y Sumber: United Nations Development Programme, 2009 (diolah). Gambar 2. Grafik Linier Indeks Pembangunan Manusia di Norwegia, Indonesia, dan Nigeria Y adalah besaran nilai indeks pembangunan manusia dan X adalah jangka waktu (tahun), maka secara sederhana dapat dihitung waktu yang harus ditunggu Indonesia untuk mencapai nilai nominal indeks pembangunan manusia Indonesia sama dengan nilai nominal indeks pembangunan manusia Norwegia adalah sekitar 19 tahun. Sedangkan nilai nominal indeks pembangunan manusia Nigeria berada di bawah indeks pembangunan manusia Indonesia, yaitu sekitar 58 tahun. Namun,
8 8 pada kenyataannya, pencapaian angka nominal indeks pembangunan manusia suatu negara tidak sesederhana persamaan linier tersebut, karena berkaitan dengan banyak faktor yang menjadi variabel peubahnya, yang terdiri atas variabel di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan. Indeks pembangunan manusia Indonesia merupakan rata-rata dari akumulasi indeks pembangunan manusia yang terjadi di 33 provinsi. Pada tahun 2008, indeks pembangunan manusia di 33 provinsi menunjukan selang antara indeks pembangunan manusia tertinggi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebesar dan indeks pembangunan manusia terendah di Papua sebesar 64, sedangkan yang berada di peringkat moderat, yaitu peringkat 17, adalah Daerah Istimewa Aceh sebesar Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009c (diolah). Gambar 3. Indeks Pembangunan Manusia Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Daerah Istimewa Aceh, dan Papua Tahun
9 9 Indeks pembangunan manusia provinsi Daerah Khusus Ibukota, Daerah Istimewa Aceh, dan Papua dapat dijadikan sebagai contoh disparitas capaian indeks pembangunan manusia antar daerah di Indonesia. Indeks pembangunan manusia tertinggi pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 berada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Indeks pembangunan manusia moderat diwakili Daerah Istimewa Aceh, sedangkan indeks pembangunan manusia terendah dimiliki oleh Provinsi Papua. Kecendrungan indeks pembangunan manusia dan disparitas tiga provinsi tersebut dijelaskan secara grafis dalam Gambar 3. Lebih jauh bahwa disparitas indeks pembangunan manusia tersebut mengandung arti pula disparitas sebagian hingga keseluruhan dari variabel pembentuk indeks pembangunan manusia, seperti angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan pendapatan per kapita yang didekati dengan daya beli. Disparitas pembangunan sosial ekonomi antara provinsi/kabupaten/kota maju dan provinsi/kabupaten/kota tertinggal di Indonesia, menunjukan jurang kemiskinan yang dalam di provinsi/kabupaten/kota yang tertinggal tersebut. Membiarkan hal ini terus berlangsung telah melanggar amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial antar penduduk dan antar daerah di Indonesia, yang pada akhirnya dapat menimbulkan disintegritas bangsa. Oleh sebab itu disparitas indeks pembangunan manusia dapat menjadi disintegritas bangsa apabila tidak diantisipasi dengan baik. Laporan pencapaian pembangunan manusia Indonesia tahun 2007 menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan Pemerintah terhadap pencapaian MDGs sudah dalam jalur yang benar. Namun menurut Alisyahbana, Menteri Harian Kompas, 4 Agustus (1-3): Wajah Muram MDGs di Indonesia
10 10 Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada tanggal 20 April tahun 2010, capaian MDGs berpotensi gagal dicapai pada tahun Begitu juga dengan Susilo pada Harian Kompas tanggal 4 Agustus tahun 2010 yang mengutip progress report MDGs di kawasan Asia dan Pasifik, dimana Indonesia masih masuk kategori negara yang lamban langkahnya dalam mencapai MDGs pada tahun Agar hal ini tidak terjadi maka diperlukan penguatan komitmen Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (political will), dan peran pemuka masyarakat dalam mempercepat pencapaian MDGs tersebut. 3 Sumber potensi kegagalan yang disebutkan oleh Alisyahbana sama dengan sumber kelambanan yang disebutkan oleh Susilo, yaitu merujuk kepada masih tingginya angka kematian ibu (AKI) melahirkan, belum teratasinya laju penularan HIV/AIDS, makin meluasnya laju deforestrasi, rendahnya tingkat pemenuhan air minum dan sanitasi yang buruk, serta beban utang luar negeri yang terus menggunung (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific, 2010). Ditambahkan oleh Wakil Presiden, Budiono, bahwa penyebab lambannya kemajuan pencapaian MDGs adalah dukungan fiskal dari negara maju dan alokasi dana dalam negeri yang kurang memadai untuk melanjutkan MDGs tahun Komitmen negara maju seperti yang dicetuskan pada pertemuan di Montereym, Meksiko pada tahun 2002 dan di Gleneagles, Skotlandia pada tahun 2005 telah memudar akibat krisis global tahun Komitmen semula dari negara maju menyisihkan 0.7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun pada kenyataannya mereka hanya merealisasikan 0.31 persen PDB-nya guna membantu negara miskin dalam mencapai MDGs Harian Kompas, 21 April (3-4): Tujuan Milenium Berpotensi Gagal 4 Harian Bisnis Indonesia, 4 Agustus (3-6) : Wapres Tagih Komitmen Negara Maju Soal MDGs.
11 11 Susilo juga menyebut penyebab utama potensi kegagalan atau kelambanan pelaksanaan anggaran Pemerintah adalah karena pencapaian MDGs dan penanggulangan kemiskinan tidak dijadikan indikator keberhasilannya. Selama ini indikator-indikator yang dipakai untuk penyusunan APBN dan APBD hanya indikator-indikator makroekonomi tanpa menyertakan indikator target MDGs dan indeks pembangunan manusia. Semestinya harus ada perubahan mendasar dalam menilai keberhasilan pembiayaan negara bukan hanya pada tingkat penyerapan anggaran tetapi juga pada dampak penggunaan anggaran terhadap pencapaian target MDGs dan indikator indeks pembangunan manusia yang terukur. Sama dengan fenomena pencapaian agregat MDGs tingkat nasional, pencapaian MDGs provinsi-provinsi di Indonesia dikhawatirkan tidak tercapai. Untuk sebagai contoh, berikut adalah data pencapaian tiga provinsi di Indonesia menyangkut indeks pembangunan manusia dan variabel-variabel turunannya pada tahun 2008 dan tahun Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia dan Variabel Turunannya Tahun No. Provinsi (ranking) Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf (Persen) Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Pengeluaran per Kapita (Rp *) Indeks Pembangunan Manusia Daerah Khusus Ibukota (1) 2. Daerah Istimewa Aceh (17) 3. Papua (33) Sumber: Badan Pusat Statistik, Keterangan: *) Pengeluaran riil per kapita disesuaikan (Purchacing Power Pariety atau PPP). Betapapun Indonesia dinyatakan sudah berada pada jalur pencapaian MDGs, menurut Palupi (2010), walaupun telah terjadi peningkatkan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan sebesar 300 persen lebih, yaitu dari Rp. 23
12 12 `triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 70 triliun pada tahun 2008, namun angka kemiskinan hanya berkurang 1 persen. Hal ini karena program penanggulangan kemiskinan sama sekali tidak efektif, dan karena itu data capaian target MDGs terkait pengurangan kemiskinan diragukan. 5 Landasan hukum, konsensus dan komitmen Indonesia sesungguhnya sudah sangat kuat dalam pembangunan yang berpusat pada manusia yang didekati dengan peningkatan indeks pembangunan manusia. Salah satunya adalah digunakannya indikator indeks pembangunan manusia untuk dasar mengukur besaran anggaran transfer pusat ke daerah melalui dana alokasi umum (DAU). Kebijakan yang sudah baik ini, dari sisi anggaran pendapatan daerah, seharusnya diikuti dengan memberikan landasan yang kuat dari sisi belanja daerah, yaitu dengan menunjukkan sektor apa yang paling tepat sebagai dasar kebijakan fiskal untuk percepatan pembangunan daerah. Dengan kata lain, setidaknya ada landasan ilmiah mengapa sektor pendidikan dan atau sektor kesehatan yang dijadikan prioritas pembangunan manusia di Indonesia selama ini. Fakta di lapangan menunjukan bahwa kebijakan fiskal yang menjadi kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, yang dikaitkan dengan upaya peningkatan angka nominal indeks pembangunan manusia, dilakukan lebih bersifat coba-coba karena tidak adaa model ekonominya, sehingga tidak mampu meramalkan kombinasi besaran dan jangka waktu dalam mencapai sasaran pembangunan manusia yang ditetapkan dalam MDGs. Sejauh ini, kebijakan fiskal oleh Pemerintah atau Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota kebanyakan adalah dengan memperbesar anggaran sektor pendidikan dan atau sektor kesehatan. Pilihan memperbesar anggaran sektor pendidikan berdasarkan Harian Kompas, 5 Agustus (3-6): MDGs, Proyek Menjinakkan Nurani?.
13 13 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang mengamanatkan pengalokasiannya minimal 20 persen dari total anggaran. Sedangkan pilihan memperbesar sektor kesehatan tentunya didasarkan asumsi bahwa sektor kesehatan mengandung komponen angka harapan hidup yang menjadi pembentuk persamaan identitas indeks pembangunan manusia. Pilihan-pilihan tersebut masih menyimpan pertanyaan mengenai ketepatan jumlah alokasi fiskal, ketepatan pemilihan sektor, dan jawaban tentang pertanyaan kapan target MDGs dapat tercapai, karena selama ini belum ada model yang menempatkan komponen-komponen indeks pembangunan manusia sebagai variabel endogen dan menjadi bagian dari model ekonometrika. Jika model ekonometrika indeks pembangunan manusia sudah terbangun secara terintegrasi, maka berbagai permasalahan di atas dapat dengan lebih mudah diselesaikan. Berdasarkan uraian di atas dan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana model ekonometrika mampu menjelaskan kaitan komponenkomponen perekonomian makro (APBD, pasar barang dan pasar tenaga kerja) dengan komponen-komponen indeks pembangunan manusia (angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan pendapatan per kapita), serta bagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia? 2. Bagaimana stategi kebijakan fiskal yang efektif dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan, serta mendukung pemerataan pembangunan antar provinsi di Indonesia?
14 Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan akan mampu mengurai permasalahan tersebut di atas dan menemukan solusi terbaik sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu: 1. Membangun model makro ekonometrika yang diperluas dengan mengintegrasikan komponen perekonomian makro dan indeks pembangunan manusia. 2. Mempelajari dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan, serta sektor lainnya terhadap perekonomian makro dan indeks pembangunan manusia. 3. Meramalkan indeks pembangunan manusia dalam kerangka pencapaian MDGs di Indonesia tahun Kegunaan Penelitian Hasil identifikasi hubungan kausalitas perekonomian makro dengan indeks pembangunan manusia serta dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia dapat digunakan untuk: 1. Bahan masukan dalam rangka pembangunan yang berpusat pada manusia (people centred development) di Indonesia. 2. Salah satu sumber informasi untuk perumusan alternatif kebijakan dalam rangka mencapai sasaran MDGs di Indonesia. 3. Sebagai referensi penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan dampak kebijakan fiskal, khususnya sektor pendidikan dan sektor kesehatan, terhadap indeks pembangunan
15 15 manusia di Indonesia pada tahun Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan: 1. Alokasi belanja sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan sektor lainnya tidak semata-mata tergantung pada pertimbangan ekonomi (pertumbuhan dan pemerataan), tetapi juga tergantung pada politik anggaran Pemerintah setempat. Namun dalam penelitian ini diasumsikan bahwa politik anggaran Pemerintah setempat sudah mempertimbangkan aspek ekonomi tersebut. 2. Belanja sektor, termasuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan, meliputi belanja sektor yang tertampung dalam anggaran pendapatan dan belanja provinsi maupun kabupaten/kota di provinsi masing-masing, tidak termasuk belanja sektor yang berasal dari dana dekonsentrasi maupun dana pembantuan, serta tidak diurai lebih lanjut berdasarkan jenis pengeluaran maupun jenis kegiatan. 3. Disesuaikan dengan ketersediaan data dan waktu penelitian, maka hanya sasaran kunci dari MDGs yang dijadikan variabel endogen dalam model yang dibangun (angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan daya beli sebagai proksi pendapatan riil per kapita), serta hanya meliputi 21 provinsi dengan jenis data cross section dan time series selama tahun 2004 sampai dengan hingga tahun 2008.
V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam
V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN FISKAL SEKTOR PENDIDIKAN DAN SEKTOR KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA DISERTASI SUGIARTO SUMAS
DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL SEKTOR PENDIDIKAN DAN SEKTOR KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA DISERTASI SUGIARTO SUMAS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 DAMPAK KEBIJAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan tahunan yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,
Lebih terperinci(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah objek utama dalam perabadan dunia. Dalam skala internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam pembangunan dan peradaban,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Manusia Menurut United Nations Development Programme (UNDP, 1990) pembangunan manusia adalah proses memperluas pilihan orang, dimana yang paling utama adalah mengarah
Lebih terperinciBRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA
BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang
BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan
Lebih terperinciSecara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)
Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan semua proses yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Pada intinya pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciBAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah
Lebih terperinciPEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN
PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN soloraya.net Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat 15 Agustus 2014, menyatakan bahwa selain dialokasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memasuki babak baru dalam pengelolaan pemerintah, hal ini ditandai dengan diberlakukannya otonomi daerah yang sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Wirawan 2014 menjelaskan bahwa teori keagenan melukiskan hubungan antara kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian
32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas, 2007). Untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (a process of enlarging the choice of people). Indeks Pembangunan Manusia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UNDP (United Nations Development Programme) mendefinisikan Indeks Pembangunan manusia sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging the choice
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui kombinasi tertentu dari proses sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human Development Report tahun 1996 tentang Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perjalanan sistem kepemerintahannya, Indonesia sempat mengalami masa-masa dimana sistem pemerintahan yang sentralistik pernah diterapkan. Di bawah rezim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang penuh untuk mengatur dan mengelola daerahnya masing-masing. Hal ini merupakan berkat di satu sisi, namun disisi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki kedudukan dan peranan yang sangat krusial. Berbagai macam teori maupun kebijakan ekonomi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan daerah yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen anggaran daerah disebut
Lebih terperinciBAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan
BAB IV PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA 4.1. Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan Kelaparan Sejak pengambilan komitmen terkandung dalam Deklarasi Milenium tahun 2000 terkait dengan
Lebih terperinciSebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan
Lebih terperinciIkhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator
Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dengan berbagai daerah dan kepulauan yang tersebar dalam 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing. Sehingga dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian
Lebih terperinciARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL
ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Pentingnya Analisa Kebijakan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek yang sangat krusial dalam desentralisasi (otonomi daerah) adalah permasalahan desentralisasi fiskal. Secara konseptual, desentralisasi fiskal mensyaratkan
Lebih terperinciLatar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah
STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Otonomi Daerah Dalam menyelenggarakan otonomi, pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban yang diwujudkan dalam bentuk
Lebih terperinciMILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003
MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugasnya ini, negara haruslah mampu menjamin pemerataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelayanan publik, tugas dan fungsi negara adalah untuk menyediakan barang publik, mengalokasikan, dan mendistribusikannya secara adil dan merata demi kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pembangunan Secara normatif pembangunan diartikan sebagai proses yang memungkinkan masyarakat meningkatkan kapasitas personal dan institusionalnya dalam mengelola
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh
Lebih terperinci