II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Manusia Menurut United Nations Development Programme (UNDP, 1990) pembangunan manusia adalah proses memperluas pilihan orang, dimana yang paling utama adalah mengarah pada tingginya harapan hidup dan kesehatan, dapat menikmati pendidikan, dan dapat memenuhi standar kehidupan yang layak. Pembangunan manusia mempunyai makna lebih dari pada sekedar peningkatan pendapatan nasional semata. Pembangunan manusia harus dimaknai sebagai upaya multi dimensi, dalam rangka menciptakan kemampuan insaninya, merangsang tumbuhnya kreativitas kehidupan yang sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, serta akhirnya dalam rangka meningkatkan produktivitasnya. Keadaan ini dapat menjadi dasar anggapan bahwa sumber daya manusia adalah sumber kekayaan negara sesungguhnya. Termasuk orang miskin, meskipun hampir tidak memiliki apa-apa, tetapi setidaknya memilki aset berupa tenaga fisiknya, yang juga merupakan bagian kekayaan negara sesungguhnya. Potensi dari sumber daya manusia tersebut, dengan tenaga fisik sebagai aset awalnya, akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan, kesehatan, dan pendapatan yang dimilikinya. Keadaan ini menempatkan sektor pendidikan dan sektor kesehatan menjadi kunci pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia secara timbal balik dalam jangka panjang. Sejumlah tujuan pembangunan milenium (MDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga berkaitan langsung dengan sektor

2 18 pendidikan dan kesehatan, yaitu: mencapai pendidikan dasar untuk semua, mengurangi angka kematian bayi, meningkatkan kesehatan ibu, dan menanggulangi penyakit HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Tujuan MDGs lainnya juga mempunyai keterkaitan dengan bidang pendidikan dan kesehatan seperti mengurangi kemiskinan, dimana sektor pendidikan dan kesehatan juga berperan dalam hal ini. Dengan demikian setiap negara akan menyadari betapa pentingnya sektor pendidikan dan kesehatan sebagai upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan mendapatkan prioritas dalam perencanaan pembangunan. Laporan UNDP tahun 1990 secara tegas telah menjelaskan pentingnya pembangunan manusia (human development) bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. Selain itu laporan tersebut juga mendifinisikan pembangunan manusia sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people). Perluasan pilihan yang terpenting adalah hal-hal yang menjadikan penduduk paling tidak memiliki, yaitu: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan menikmati standar hidup layak. Pilihan-pilihan lainnya meliputi kebebasan politik, jaminan hak azasi manusia, dan menghormati diri sendiri.

3 19 Sedangkan dalam Human Development Report tahun 1996 dari UNDP, bahwa pembangunan berpusat pada manusia dipromosikan melalui penegasan bahwa pembangunan manusia adalah tujuan akhir pembangunan (the ultimate end), sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah sarana (the principal means) untuk mencapai tujuan akhir pembangunan tersebut. Semakin jelas bahwa perluasan pilihan dimaksud berada pada tataran proses dan tataran hasil akhir pembangunan. Perluasan pilihan dalam tataran proses disediakan untuk manusia dalam perannya sebagai pelaku pembangunan. Sedangkan perluasan pilihan dalam tataran hasil akhir disediakan untuk manusia dalam perannya sebagai penikmat pembangunan. Sehingga, pembangunan manusia pada dasarnya adalah suatu upaya dalam rangka membangun kemampuan manusia, tidak perduli apakah mereka miskin atau kaya, melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan keterampilan, sekaligus sebagai pemanfaatan (utilizing) kemampuan atau keterampilan mereka tersebut. Konsep pembangunan manusia demikian ini jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan dengan konsep pembangunan ekonomi yang menekankan kepada pertumbuhan (economic growth), kebutuhan dasar (basic needs), kesejahteraan masyarakat (social welfare), atau pengembangan sumberdaya manusia (human resource development) (Qureshi, 2010). Uraian-uraian di atas semakin memperkokoh paradigma pembangunan berpusat pada manusia (people centered development) yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan dan bukan hanya sebagai alat pembangunan. Untuk mewujudkan tujuan akhir pembangunan dimaksud, terdapat

4 20 4 hal pokok yang harus diperhatikan sebagai komponen kunci pembangunan manusia, yaitu: 1. Produktivitas (productivity), mengandung makna bahwa manusia yang produktif akan mampu menghasilkan pendapatan bagi dirinya dan bagi keluarganya serta bagi bangsanya. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia, dan merupakan variabel endogen yang akan berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia. 2. Keadilan (equality), mengandung makna bahwa manusia sebagai mahluk sosial harus memiliki kesempatan yang sama untuk hidup lebih baik. Praktik monopoli, seperti monopoli ekonomi dan monopoli politik, harus dihapuskan melalui pengaturan-pengaturan yang dilakukan secara demokratis. Semua orang boleh memilih apa yang terbaik bagi kehidupannya sepanjang tidak melanggar aturan main yang telah disepakati bersama secara konstitusional dan demokratis. 3. Keberlanjutan (sustainability), mengandung makna bahwa sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara bijaksana untuk kepentingan manusia, baik generasi masa kini maupun generasi masa yang akan datang. Generasi masa kini harus sadar dan menjamin ketersediaan sumberdaya yang sama-sama diperlukan oleh generasi masa yang akan datang. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui hanya digunakan secara hemat sambil menanamkan kewajiban bagi generasi sekarang untuk mencari alternatif sumberdaya substitusi dari sumberdaya yang dapat diperbaharui.

5 21 4. Pemberdayaan (empowerment), mengandung arti bahwa adalah fitrah manusia yang tidak selalu memiliki kemampuan untuk mengakses peluang dan kesempatan yang sama untuk mensejahterakan diri dan keluarganya. Karena itu perlu adanya pemberdayaan agar pembangunan manusia dapat dilakukan oleh semua orang, bukan semata-mata dilakukan untuk semua orang. Dengan pemberdayaan, maka semua orang dapat berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses mempengaruhi kesejahteraan mereka (United Nations Development Programme, 1995) Indeks Pembangunan Manusia Indeks pembangunan manusia dicetuskan untuk menjawab ketidakpuasan para ahli dalam mengukur kinerja pembangunan yang hanya bertumpu pada indikator makroekonomi saja. Pencetus awalnya adalah Mahbub Ul Haq seorang ekonom Pakistan yang pada tahun 1970-an menyatakan ketidakpuasannya terhadap ukuran kinerja sosial ekonomi yang hanya didasarkan pada indikator rata rata pendapatan nasional per kapita (Gross National Product/Capita) beserta turunannya, seperti tingkat inflasi, pengangguran, tingkat investasi, tingkat belanja pemerintah, tingkat konsumsi, dan posisi neraca pembayaran (Anand et al., 2000). Gagasan Mahbub Ul Haq tersebut inti dari paradigma pembangunan berpusat pada manusia (people centred development), yang menempatkan manusia sebagai pelaku sekaligus penikmat pembangunan. Oleh karenanya, indikator indikator makroekonomi sebagai ukuran kinerja pertumbuhan ekonomi bukan akhir pencapaian pembangunan manusia, tetapi ia hanya sebagai sasaran antara yang harus dilalui dalam rangka mencapai sasaran akhir pembangunan manusia, yaitu kesejahteraan manusia.

6 22 Pembangunan berpusat pada manusia ini telah dipromosikan secara konsisten pada Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNDP sejak tahun Sejak itu UNDP mengeluarkan laporan tahunan perkembangan pembangunan manusia untuk negara-negara di dunia berdasarkan tema yang berbeda, namun masih seputar kepentingan manusia (UNDP 1990 sd. 2009). Bersamaan dengan itu UNDP terus mempromosikan Human Development Index (HDI) atau indeks pembangunan manusia sebagai alat utama untuk mengukur pembangunan manusia, disamping indikator-indikator turunannya seperti Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM), dan lainnya yang diterapkan kemudian, serta indikator indikator makroekonomi yang sudah ada sebagai indikator komplementernya. Masih digunakannya indikator makroekonomi sebagai indikator komplementer pembangunan manusia dapat dimengerti karena indikator makroekonomi menggambarkan pencapaian kinerja pertumbuhan ekonomi sebagai proses antara menuju pembangunan manusia. Alasan lain penggunaan indikator makroekonomi untuk mengukur kinerja pembangunan manusia adalah (1) aspek ekonomi lebih cepat tampak di permukaan diantara berbagai aspek dalam kehidupan manusia, (2) dampak ekonomis lebih mudah dikuantitatifkan daripada dampak sosial yang pada dasarnya bersifat kualitatif, (3) pengkajian kinerja pembangunan dari aspek ekonomi sudah lebih banyak dibandingkan dari aspek-aspek lainnya dalam ilmu-ilmu sosial, dan (4) indikator makroekonomi, seperti pendapatan, sudah dikaji sebagai variabel endogen dari suatu model ekonomi, sehingga dapat diramalkan magnitute dan jangka waktu pencapaiannya.

7 23 Indeks pembangunan manusia sebagai pengukur kinerja pembangunan manusia memang belum terlampau sempurna, karena tidak mengukur semua indikator pembangunan manusia disebabkan tidak seluruhnya dapat dikuantitatifkan. Kelemahan lainnya dari indeks pembangunan manusia beserta komponen pembentuknya (Angka Harapan Hidup/AHH, Angka Melek Huruf /AMH, Rata-rata Lama Sekolah/RLS, dan pendapatan per kapita) adalah belum dijadikan sebagai variabel endogen dari suatu persamaan simultan, sehingga tidak diketahui hubungan ekonomi antar variabel dan tidak dapat disimulasikan bagaimana cara pencapaiannya. Namun secara faktual indeks pembangunan manusia setidaknya diakui dan diadopsi secara luas oleh negara-negara anggota PBB, termasuk Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2008), indeks pembangunan manusia adalah nilai tunggal yang terangkum untuk mempresentasikan 3 dimensi pembangunan manusia, yaitu: (1) dimensi umur panjang dan sehat dipresentasikan oleh indikator angka harapan hidup, dan (2) dimensi pengetahuan dipresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta (3) dimensi kehidupan layak dipesentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Berdasarkan katalog BPS nomor mengenai indeks pembangunan manusia tahun menjelaskan tentang angka harapan hidup, tingkat pendidikan, dan standar hidup layak sebagai komponen untuk menghitung indeks pembangunan manusia di Indonesia. Terdapat perbedaan cara perhitungan IPM oleh BPS dibandingkan cara perhitungan UNDP, yaitu terletak pada perhitungan indeks standar hidup layak. BPS menggunakan daya beli sementara UNDP menggunakan pendapatan per kapita (purchasing power pariety) sebagai basis

8 24 perhitungan indeks hidup layak. Adapun basis menghitung indeks pendidikan dan indeks kesehatan tidak ada perbedaan antara BPS dengan UNDP (BPS, 2008, Anand et al, 2000 dan Nayak, 2005). Menurut UNDP (2009) bahwa capaian indeks pembangunan manusia Indonesia dan 181 negara lainnya memiliki kecendrungan yang meningkat dari tahun 1980 sampai tahun Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kinerja pembangunan manusia secara simultan di seluruh dunia. Peradaban manusia semakin tinggi yang ditandai dengan semakin tingginya teknologi di segala bidang. Manusia semakin kreatif, inovatif, dan produktif. Berikut adalah kecendrungan indeks pembangunan manusia Indonesia tahun yang diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1 sebagaimana Gambar 4. Sumber: United Nations Development Programme, Gambar 4. Kecendrungan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun

9 25 Indeks pembangunan manusia meningkat sebagai hasil dari peningkatan nilai dari kombinasi indikator pembentuknya, yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan daya beli. Sementara kinerja angka harapan hidup meningkat karena semakin baiknya indikator kesehatan, seperti menurunnya kekurangan gizi, menurunnya kematian bayi, dan menurunnya kematian ibu melahirkan. Dengan kata lain dapat dipastikan bahwa indikatorindikator di atas mempunyai keterkaitan satu sama lain dan menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan indeks pembangunan manusia. Untuk keperluan penelitian ini, perhatian utama ditujukan pada indikator-indikator pembentuk indeks pembangunan manusia yang menjadi tujuan MDGs, kemudian dianalisis keterkaitannya dengan indikator ekonomi makro Indonesia Tujuan Pembangunan Milenium Pada bulan September tahun 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB berkumpul dan kemudian bersepakat mengadopsi 8 tujuan MDGs, serta berkomitmen untuk mencapai kemajuan yang berarti dalam pengurangan kemiskinan dan tujuan pembangunan manusia lainnya pada tahun Tujuan MDGs tersebut, menurut Todaro (2006), yaitu: (1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, (2) menjamin laki laki dan perempuan menyelesaikan pendidikan dasar, (3) kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (4) mengurangi kematian anak, (5) meningkatkan kesehatan ibu, (6) memberantas HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, (7) menjamin keberlanjutan lingkungan, dan (8) membina kemitraan global untuk pembangunan. Tujuan tersebut diurai menjadi 12 target spesifik yang akan dicapai tahun 2015 dengan berdasarkan capaian kinerja pembangunan internasional yang lalu. Tujuan 1 dan 6 masing-

10 26 masing terdiri atas 2 target, tujuan 2, 3, 4, 5, dan 8 masing masing terdiri atas 1 target, dan tujuan 7 terdiri atas 3 target. Uraian selengkapnya dari tujuan dan target MDGs tersebut, yang diadopsi sesuai pengalaman empiris Indonesia adalah ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Tujuan dan Target Pembangunan Milenium bagi Indonesia Tujuan dan Target Tujuan 1: Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan Target 1 Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$ 1 per hari menjadi setengahnya antara tahun Target 2 Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun Tujuan 2: Mencapai pendidikan dasar untuk semua Target 3 Menjamin sampai tahun 2015, semua anak, dimanapun, lakilaki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar Tujuan 3: Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan Target 4 Menghilangkan ketimpangan gender di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 Tujuan 4: Menurunkan angka kematian anak Target 5 Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015 Tujuan 5 : Meningkatkan kesehatan ibu Target 6 Menurunkan angka kematian ibu antara tahun sebesar tiga perempatnya Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya Target 7 Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunkan jumlah kasus baru pada tahun 2015 Target 8 Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015 Tujuan 7: Memastikan kelestarian lingkungan Target 9 Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan-kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang Target 10 Penurunan sebesar setengah, proposisi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015 Target 11 Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 Tujuan 8: Membangun kemitraan global untuk pembangunan Target 12 Kemitraan dan kerja sama regional untuk pencapaian MDGs antara lain di bidang perdagangan, investasi, pengembangan kapasitas, dukungan teknologi, pembangunan infrastruktur, seperti transportasi, ICT, dan environmental sustainabality. Sumber: Badan Pusat Statistik, Target Tahun juta persen 100 persen 33 per mil 105 per seratus ribu lahir hidup

11 27 Idealnya semua variabel yang menjadi sasaran MDGs merupakan variabel endogen dalam model persamaan yang akan dibangun. Namun karena kesulitan dalam menemukan rekaman data dalam kurun watu yang memadai, maka peneliti menggunakan variabel yang langsung berkaitan dengan persamaan identitas indeks pembangunan manusia sesuai dengan Tabel 3. Tabel 3. Indiaktor Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 1990 dan 2015 Dimensi Indikator Tahun 1990 Tahun 2015 Satuan Umur Panjang dan Sehat Pengetahuan Kehidupan yang layak 1. Angka Kematian Balita (AKB) Permil kelahiran 2. Angka Kematian Ibu (AKI) Per 100 ribu 1. Angka Melek Huruf (AMH) Persen 2. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS ) Tahun Pengeluaran (Rupiah) < US $ 1 PPP Juta orang Sumber: Badan Pusat Statistik, Kebijakan Fiskal di Beberapa Negara Menurut Mankiw (2003) meskipun Pemerintah telah lama menjalankan kebijakan moneter dan fiskal, namun pandangan bahwa seharusnya Pemerintah menggunakan instrumen kebijakan ini untuk mencoba menstabilkan perekonomian adalah masih baru. Pada tahun 1946 melalui Undang-Undang Ketenagakerjaan Amerika Serikat yang mewajibkan Pemerintahnya untuk mempromosikan kesempatan kerja penuh (full employment) dan produksi. Pembuat Undang-Undang tersebut percaya bahwa tanpa adanya campur tangan Pemerintah akan dapat menimbulkan terulangnya depresi besar. Ekonom pendukung kebijakan aktif oleh Pemerintah berlandaskan pada model permintaan agregat dan penawaran agregat yang menunjukkan bagaimana kebijakan fiskal

12 28 dan kebijakan moneter bisa mencegah resesi. Ada pula yang berpendapat sebaliknya, yaitu Pemerintah lepas tangan saja karena tidak ada kepastian mampu mengatasi krisis disebabkan kelambanan dari dalam berupa keterlambatan mengambil kebijakan, dan kelambanan dari luar berupa adanya selang waktu antara pengambilan kebijakan dengan reaksi perekonomian (Mankiw, 2003). Hasil penelitian Andersen (2005) menyimpulkan efektivitas kebijakan fiskal dalam rangka menstabilkan perekonomian tergantung pada dua hal yaitu: bentuk stimulus fiskal dan struktur perekonomian. Pemerintah Indonesia penganut kebijakan aktif. Pada tahun 2009 Pemerintah Indonesia melakukan kebijakan stimulus fiskal untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomian, menciptakan lapangan kerja yang otomatis berarti mengurangi pengangguran, serta mencegah terjadinya inflasi yang tinggi. Kebijakan stimulus fiskal dimaksud melalui insentif perpajakan dan belanja Pemerintah. Bentuk-bentuk insentif perpajakan yang diberlakukan di Indonesia adalah (1) penurunan tarif PPh badan, (2) penurunan PPh orang pribadi, dan (3) penghapusan pajak ekspor. Sedangkan bentuk belanja Pemerintah dimaksud antara lain: (1) belanja infrastruktur, (2) subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan energi, (3) tunjangan rumah tangga, (4) tunjangan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan Balai Latihan Kerja (BLK), serta (5) subsidi pendidikan dan kesehatan. Negara-negara lain yang tergolong penganut kebijakan aktif antara lain Amerika Serikat, Argentina, Autralia, Belanda, Brazil, China, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Perancis, dan Rusia. 6 Kebijakan fiskal untuk pembangunan manusia di Indonesia merupakan langkah yang diambil oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Bahan Paparan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2009.

13 29 Kabupaten/Kota dalam memperoleh sumber dana dan mengalokasikannya pada sektor-sektor yang dapat mendorong peningkatan pembangunan manusia, seperti sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan sektor perekonomian lainnya. Sebelum tahun 2003, pengeluaran Pemerintah terbagi menjadi dua belanja, yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan. Disebut dengan belanja pembangunan karena dari belanja ini diharapkan mampu menunjang pertumbuhan perekonomian yang pada gilirannya sekaligus mampu meningkatkan pembangunan manusia. Belanja pembangunan digunakan untuk sektor pelayanan publik. Pengalokasiannya pada sektor-sektor terkait di pusat dan daerah. Setelah dikeluarkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kemendagri) Nomor 29 Tahun 2002, maka sejak tahun anggaran tahun 2003 pengeluaran (belanja) Pemerintah daerah terdiri atas bagian belanja aparatur daerah dan bagian belanja pelayanan publik. Masing masing bagian belanja tersebut dirinci ke dalam belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. Walaupun sistem desentralisasi sudah dijalankan namun pengeluaran Pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik tersebut belum dapat sepenuhnya didukung oleh kemampuan fiskal daerah. Ketergantungan fiskal Pemerintah daerah kepada Pemerintah pusat terjadi karena masih rendahnya pendapatan asli daerah. Hal inilah yang menyebabkan masih dibutuhkannya transfer dari Pemerintah pusat kepada Pemerintah daerah Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan analisis data dari laporan UNDP tahun 2009, nampak bahwa kinerja GDP per kapita dan kinerja indeks pembangunan manusia cendrung

14 30 mempunyai keterkaitan. Hal ini ditemukan di 10 negara yang mempunyai GDP per kapita tertinggi, ternyata juga merupakan 10 negara dengan indeks pembangunan manusia tertinggi, jika GDP per kapita dan indeks pembangunan manusia 10 negara tersebut mempunyai keterkaitan, maka dapat dikonstatntir adanya keterkaitan antara GDP per kapita beserta indikator turunannya dalam ekonomi makro dan indeks pembangunan manusia beserta indikator pembentuknya dalam pembangunan manusia. Indikator turunan dari GDP per kapita antara lain tingkat inflasi, tingkat investasi, belanja Pemerintah, tingkat konsumsi, dan posisi neraca pembayaran, tenaga kerja dan kemiskinan. Adapun indikator pembentuk indeks pembangunan manusia adalah angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan daya beli. Becker dalam penelitiannya bertema peran pendidikan terhadap industri Prusia dari tahap pra industri tahun 1816 hingga tahap industri pada tahun 1849 dan tahun 1882 menemukan bahwa pendidikan dasar mengakselerasi secara signifikan industri non tekstil pada kedua tahap revolusi industri. Dengan kata lain, rata-rata lama sekolah meningkat akan berdampak pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia/tenaga kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitasnya dalam mendukung proses produksi untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi (Becker et al., 2010). Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia mempunyai keterkaitan yang kuat telah dibuktikan pula oleh Ramirez yang melakukan penelitian hubungan pertumbuhan ekonomi dengan komponen-komponen pembangunan manusia di 70 negara maju dan berkembang, dengan menggunakan data tahun

15 sampai dengan tahun Hasilnya terdapat hubungan kausalitas dua arah antara keduanya, yang disebutnya sebagai hubungan rantai A dan B (Ramirez et al., 1997). Rantai A, pembangunan ekonomi untuk pembangunan manusia. Sumber daya ekonomi yang terakumulasi menjadi GDP dialokasikan untuk aktivitasaktivitas yang berdampak positif terhadap pembangunan manusia, terutama yang berasal dari belanja rumah tangga dan belanja Pemerintah. Rantai B, pembangunan manusia untuk pembangunan ekonomi. Keberhasilan dalam menyediakan sumberdaya manusia yang berkualitas akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama melalui keberhasilan dalam menyediakan preskripsi teknologi dari hasil Research and Development (R and D) sektor swasta dan sektor publik yang hasilnya dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas produksi sehingga nilai tambahnya lebih besar. Sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai hasil pembangunan manusia yang tinggi, akan memberikan kontribusi yang tinggi kepada negaranya, melalui peningkatan kapasitas, produktivitas, dan kreativitas penduduknya sebagai pelaku utama dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product/GDP) Tinjauan Studi Terdahulu Di Indonesia belum banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisis secara langsung keterkaitan variabel makroekonomi dengan indeks pembangunan manusia. Sekalipun telah disusun Laporan Pembangunan Manusia tahun 1990 sampai tahun 2010 oleh UNDP, dan Laporan Pembangunan Manusia Indonesia tahun 2007 oleh BPS dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),

16 32 serta Laporan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2009 oleh BPS, hasilnya masih lebih banyak mengupas tentang pencapaian realisasi indeks pembangunan manusia setiap tahun, dan hanya sedikit mengupas faktor faktor yang mempengaruhinya. Meskipun tidak semua melacak secara langsung hubungan kausalitas variabel makroekonomi dengan indeks pembangunan manusia, penelitianpenelitian berikut berhasil melacak hubungan parsial antara indikator makroekonomi dengan komponen-komponen pembangunan manusia, antara lain: 1. Indeks pembangunan manusia di Provinsi Bali dipengaruhi oleh pembangunan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali, sebaliknya tingkat kemiskinan mempengaruhi indeks pembangunan manusia secara negatif dan bersifat elastis, sementara alokasi anggaran sosial berpengaruh secara positif tetapi non elastis, selanjutnya rasio sarana pendidikan, rasio sarana kesehatan, dan rata-rata pengeluaran rumah tangga masing masing mempengaruhi indeks pembangunan manusia secara positif dan bersifat elastis (Cahyadhi, 2005). Pencapaian indeks pembangunan manusia juga dipengaruhi secara positif oleh PDRB, rasio guru terhadap murid, kepadatan penduduk, dan persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air bersih (Alam, 2006). Pengeluaran Pemerintah daerah di bidang pendidikan dan kesehatan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan indeks pembangunan manusia (Utami, 2007). Indeks pembangunan manusia juga dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah bangunan tingkat sekolah lanjutan pertama, variabel rasio guru terhadap murid sekolah lanjutan pertama, variabel jumlah puskesmas, variabel PDRB per kapita, dan

17 33 variabel kepadatan penduduk (Evianto, 2009). Indeks pembangunan manusia ternyata dipengaruhi secara signifikan oleh korupsi, peningkatan indeks korupsi satu satuan akan mengakibatkan indeks pembangunan manusia naik sebanyak 0.05 satuan (Sukadana, 2007). Kontradiktif dengan teori, Waluyo (2010) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif pengeluaran Pemerintah sektor kesehatan (tahun t-1) terhadap peningkatan indeks pembangunan manusia (tahun t), tetapi di pihak lain pengeluaran Pemerintah di sektor pendidikan (tahun t-1) berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia. Namun dipersyaratkan pemerintahannya harus bersih, karena pemerintahan yang bersih merupakan variabel yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia di India (Rudra, 2011). 2. Upah pekerja dipengaruhi secara nyata oleh desentralisasi fiskal. Sebagian penghasilan yang didapat dari upah akan dibelanjakan untuk keperluan sandang pangan, pendidikan, dan kesehatan, Besaran dan alokasi belanja untuk 3 keperluan tersebut, pada gilirannya akan mempengaruhi indeks pembangunan manusia, (Pakasi, 2005 dan Nanga, 2006). 3. Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat dipengaruhi secara tidak signifikan oleh disentralisasi fiskal, bahkan dipengaruhi secara negatif oleh pengeluaran sektor pertanian dan sektor irigasi dari APBD kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Utara. Namun pertumbuhan ekonomi dipengaruhi secara positif oleh alokasi fiskal sektor kesejahteraan rakyat dan sektor pendidikan dari APBD kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara (Pakasi, 2005). Secara nasional,

18 34 ada kesamaan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan keadaan di Provinsi Sulawesi Utara adalah alokasi fiskal sektor pendidikan dan kesehatan, ditambah sektor infrastruktur. Namun bertolak belakang untuk sektor pertanian, karena secara nasional justru sektor ini masih mempengaruhi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Yudhoyono, 2004). Hasil studi terhadap 83 negara-negara sedang berkembang pada periode tahun menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu tingkat investasi fisik, tingkat pertumbuhan impor, dan tingkat perkembangan sumber daya manusia pada awal priode. Dengan demikian, investasi sumber daya manusia merupakan salah satu cara yang tepat dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa (Hicks and Sreeten, 1979). 4. Pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan timbal balik dengan pembangunan manusia, yang mana pertumbuhan ekonomi dapat mendorong pembangunan manusia, dan pembangunan manusia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Wheeler, 1980; Ramirez et al., 1997; dan Ranis et al., 2002). Terdapat hubungan dua arah (two-way relationship) dan saling berpengaruh secara positip antara kinerja perekonomian wilayah dengan pembangunan manusia melalui sektor pendidikan (Ali, 2006). Meskipun hanya salah satu sisi dari hubungan timbal balik tersebut, bahwa investasi sumber daya manusia dan transfer pendapatan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, diikuti pegurangan pengangguran dan kemiskinan (Sitepu, 2007 dan Asteriou et al., 2001). Sebaiknya visi pendidikan sudah saatnya diarahkan untuk pencapaian kemajuan ekonomi (Roza, 2007)

19 35 5. Penanggulangan kemiskinan dipengaruhi secara positif oleh kualitas sumber daya manusia (Nanga, 2006), alokasi fiskal sektor infrastruktur, sektor pertanian, serta sektor pendidikan, dan sektor kesehatan, meskipun dua sektor terakhir ini agak lemah pengaruhnya (Yudoyono, 2004). Namun penanggulangan kemiskinan dipengaruhi secara negatif oleh transfer fiskal ke daerah (Nanga, 2006), serta keterbatasan sumber daya ekonomi rumah tangga (Sutomo, 1995). 6. Indeks pembangunan manusia adalah ukuran relatif pada tahun yang berbeda atau pada tempat yang berbeda untuk dibandingkan capaiannya, sehingga indeks pembangunan manusia kurang bermakna jika hanya berdiri sendiri. Keadaan ini mendorong masyarakat antar negara, antar provinsi, antar kabupaten berlomba-lomba untuk meningkatkan peringkat indeks pembangunan manusia. Alam (2006) menyebut indeks pembangunan manusia sebagai alat konvergensi pembangunan. Sementara itu, transfer fiskal antar provinsi di Cina, dari provinsi pantai ke provinsi pedalaman, membuat pembangunan Cina semakin konvergen (Raiser, 2007). Dengan kata lain, kebijakan fiskal yang diarahkan untuk peningkatan indeks pembangunan manusia mampu untuk memeratakan pembangunan. Berbagai kutipan penelitian yang ditampilkan pada sub bab ini tidak secara konprehensif mengkaji dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Sebagian penelitian tersebut juga mengungkap data series indeks pembangunan manusia masih terbatas sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan cross section antar kabupaten/provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah objek utama dalam perabadan dunia. Dalam skala internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam pembangunan dan peradaban,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan angka nominal

I. PENDAHULUAN. Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan angka nominal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan angka nominal indeks pembangunan manusia, dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur pembangunan yang mendukung kemajuan dari sebuah negara diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali diperkenalkan oleh Schultz (1961). Di

Lebih terperinci

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan I..PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan tahunan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di

Lebih terperinci

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi bupati dan wakil bupati pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pembangunan Secara normatif pembangunan diartikan sebagai proses yang memungkinkan masyarakat meningkatkan kapasitas personal dan institusionalnya dalam mengelola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu wilayah akan berkembang sesuai dengan cara alokasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut adalah sumber daya manusi (SDM) dan sumber daya modal,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human Development Report tahun 1996 tentang Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Wirawan 2014 menjelaskan bahwa teori keagenan melukiskan hubungan antara kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan dalam teori keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam pengelompokkan negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakat, dimana salah satu permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang penuh untuk mengatur dan mengelola daerahnya masing-masing. Hal ini merupakan berkat di satu sisi, namun disisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk miskinnya. Semakin banyak jumlah penduduk miskin, maka negara itu disebut negara miskin. Sebaliknya semakin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci