JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
|
|
|
- Liana Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2010 TANGGAL : 25 Mei 2010 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN I. JASA PENDAFTARAN DAN EVALUASI 1. Obat dengan zat aktif baru, produk biologi, kombinasi baru. 2. Obat baru atau produk biologi yang sudah terdaftar dengan indikasi dan/atau posologi baru,bentuk sediaan baru, cara pemberian baru, dan kekuatan baru. 3. Obat baru atau produk biologi dengan kekuatan, bentuk sediaan, besar dan jenis kemasan lain yang didaftarkan bersamaan dengan nomor 1 atau 2. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 4. Obat copy dengan nama dagang. Per Item Rp ,00 5. Obat copy dengan nama dagang yang memerlukan uji klinik (termasuk uji bioekivalensi). Per Item Rp ,00 6. Obat copy dengan nama generik. Per Item Rp ,00 7. Obat copy dengan nama generik yang memerlukan uji klinik (termasuk uji bioekivalensi). 8. Obat dengan bentuk sediaan baru atau kekuatan baru yang tidak memerlukan evaluasi data uji klinik. 9. Perubahan mutu dan/atau penandaan yang mempengaruhi aspek khasiat-keamanan dan memerlukan data uji klinik. 10. Obat dengan perubahan pendaftar/ produsen dan perubahan komposisi. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp , Variasi...
2 Variasi yang memerlukan evaluasi aspek mutu dan/atau penandaan yang mempengaruhi aspek khasiat-keamanan yang tidak memerlukan evaluasi data uji klinik. 12. Variasi yang memerlukan evaluasi mutu dan/atau penandaan yang tidak mempengaruhi aspek keamanan; variasi ukuran kemasan; perubahan desain kemasan. 13. Evaluasi permohonan obat pengembangan baru. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp , Evaluasi permohonan uji klinik. Per Item Rp , Evaluasi permohonan uji bioekivalensi. Per Item Rp , Evaluasi Iklan Obat. Per Versi Per Iklan Rp , Pra registrasi. Per Item Rp , Registrasi ulang (setiap 5 tahun). Per Item Rp , Registrasi ulang obat generik (setiap 5 tahun). 20. Obat tradisional baru, Obat tradisional dengan bentuk sediaan baru, indikasi baru posologi dan dosis baru, yang mengandung simplisia bukan dari tanaman Indonesia. 21. Obat tradisional baru, obat tradisional dengan indikasi baru, bentuk sediaan baru, posologi dan dosis baru, yang mengandung simplisia dari tanaman Indonesia, dalam bentuk sediaan: a. pil, tablet, kapsul, cream, gel, salep, supossitoria, cairan obat dalam. b. rajangan, serbuk, parem, pilis, dodol, tapel, cairan obat luar. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp , Produk fitofarmaka. Per Item Rp , Obat herbal terstandar. Per Item Rp , Evaluasi dokumen uji pra klinik. Per Item Rp , Evaluasi dokumen uji klinik. Per Item Rp , Suplemen...
3 Suplemen Makanan baru, suplemen makanan dengan indikasi baru, bentuk sediaan baru, posologi dan dosis baru. 27. Obat Kuasi baru, obat kuasi dengan indikasi baru, bentuk sediaan baru, posologi dan dosis baru: a. dengan bahan aktif seperti menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. b. dengan bahan aktif selain menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. 28. Pra registrasi Obat tradisional, obat herbal terstandar, fitofarmaka, suplemen makanan, dan obat kuasi. 29. Pendaftaran ulang, pendaftaran khusus untuk ekspor: a. Obat Tradisional yang mengandung simplisia dari tanaman Indonesia dalam bentuk sediaan: 1) rajangan, serbuk, parem, pilis, dodol, tapel, cairan obat luar. 2) pil, tablet, kapsul, cream, gel, salep, suppositoria, cairan obat dalam. b. Obat tradisional yang mengandung simplisia yang bukan tanaman Indonesia. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 c. Suplemen Makanan. Per Item Rp ,00 d. Obat kuasi dengan bahan aktif seperti menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. e. Obat kuasi dengan bahan aktif selain menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 f. Obat herbal terstandar. Per Item Rp ,00 g. Fitofarmaka. Per Item Rp , Pendaftaran...
4 Pendaftaran variasi penambahan rasa, warna, jenis kemasan, perubahan komposisi/formula: a. Obat Tradisional yang mengandung simplisia dari tanaman Indonesia dalam bentuk sediaan: 1) rajangan, serbuk, parem, pilis, dodol, tapel, cairan obat luar. 2) pil, tablet, kapsul, cream, gel, salep, suppositoria, cairan obat dalam. b. Obat Tradisional yang mengandung simplisia bukan dari tanaman Indonesia. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 c. Suplemen Makanan. Per Item Rp ,00 d. Obat kuasi dengan bahan aktif seperti menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. e. Obat kuasi dengan bahan aktif selain menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 f. Obat herbal terstandar. Per Item Rp ,00 g. Fitofarmaka. Per Item Rp , Perubahan klaim pada penandaan yang tidak mempengaruhi aspek khasiat dan keamanan. 32. Perubahan klaim pada penandaan yang mempengaruhi aspek khasiat dan keamanan. 33. Perubahan nama pabrik atau nama pemberi lisensi dengan perubahan status kepemilikan: a. Obat tradisional yg mengandung simplisia dari tanaman Indonesia dalam bentuk sediaan: 1) rajangan, serbuk, parem, piles, dodol, tapel, cairan obat luar. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 2) pil...
5 - 5-2) pil, tablet, kapsul, cream, gel, salep, suppositoria, cairan obat dalam. b. Obat Tradisional yang mengandung simplisia bukan dari tanaman Indonesia. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 c. Suplemen Makanan. Per Item Rp ,00 d. Obat kuasi dengan bahan aktif seperti menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. e. Obat kuasi dengan bahan aktif selain menthol, camphor, methyl salisilat dan sejenisnya. 34. Perubahan nama importir, dengan perubahan status kepemilikan. 35. Evaluasi Iklan obat tradisional, obat herbal terstandar, fitofarmaka, suplemen makanan, dan obat kuasi. 36. Krim, emulsi, cair, cairan kental, gel, minyak untuk kulit (wajah, tangan, kaki dan lain-lain). (Creams, emulsion, lotions, gels and oils for the skin (hands, face, feet, etc)). 37. Masker wajah (kecuali produk peeling/ pengelupas kulit secara kimiawi). (Face mask with the exception of chemical peeling products). 38. Alas bedak (cairan kental, pasta, serbuk). (Tinted bases liquids, pastes, powders). 39. Bedak untuk rias wajah, bedak badan, bedak antiseptik dan lain-lain. (Make-up powders, after bath powders, hygenic powders, etc.). 40. Sabun mandi, sabun mandi antiseptik dan lain-lain. (Toilet soaps, deodorant soaps, etc.). Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Versi Per Media Rp , Parfum...
6 Parfum, toilet waters dan eau de Cologne. (Perfumes, toilet waters and eau de cologne). 42. mandi (garam mandi, busa mandi, minyak, gel dan lain-lain). (Bath and shower preparations (salts, foams, oils, gels, etc.)). 43. depilatori. (Depilatories). 44. Deodoran dan anti-perspirant. (Deodorants and anti-perspirants). 45. rambut. (Hair care product). 46. cukur (krim, busa, cair, cairan kental, dan lain-lain). (Shaving products (creams, foam, lotion, etc)). 47. rias mata dan sediaan rias wajah. (Make up product for eye and make product). 48. pembersih rias wajah dan mata. up (Product for removing from the face and the eyes). 49. perawatan dan rias bibir. (Products intended for application to the lips). 50. perawatan gigi dan mulut. (Products for care teeth and the mouth). 51. untuk perawatan dan rias kuku. (Products for nail care and make-up). 52. untuk organ kewanitaan bagian luar. (Products external intimate hygiene). 53. mandi surya dan tabir surya. (Sunbathing products)
7 untuk menggelapkan kulit tanpa berjemur. (Products for tanning without sun). 55. pencerah kulit. (Skin-whitening products). 56. anti-wrinkle. (Anti-wrinkle products). 57. Pendaftaran ulang kosmetik. 58. Kosmetik yang sudah terdaftar, dengan perubahan nama dan/atau alamat produsen dan pemberi lisensi, dengan perubahan status kepemilikan. 59. Kosmetik yang sudah terdaftar, dengan perubahan nama dan/atau alamat distributor dengan perubahan status kepemilikan. 60. Variasi yang memerlukan evaluasi penandaan yang mempengaruhi aspek manfaat keamanan. 61. Variasi yang memerlukan evaluasi penandaan yang tidak mempengaruhi aspek manfaat keamanan. 62. Perubahan formula atau komposisi termasuk persentase bahan bermanfaat sejenis dan bahan tambahan tanpa merubah spesifikasi produk. 63. Perubahan nama produsen tanpa perubahan status kepemilikan. 64. Perubahan nama dan/atau alamat distributor tanpa perubahan status kepemilikan. 65. Produk pangan khusus dan olahan tertentu termasuk pangan berklaim, pangan dengan target konsumen khusus bayi dan balita, penderita penyakit tertentu, ibu hamil dan menyusui serta pangan diet khusus. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Surat Rp ,00 Per Surat Rp ,00 Per Item Rp , Produk...
8 Produk susu dan hasil olahannya. Per Item Rp , Produk susu fermentasi, susu pasteurisasi, es krim. 68. Produk daging, unggas dan hasil olahannya. 69. Produk pangan berasam rendah dalam kaleng, buah/sayur dan hasil olahannya dalam kaleng. 70. Produk pangan hasil rekayasa genetik, iradiasi dan pangan organik. Per Item Rp ,00 Per Item Rp , Minuman beralkohol. Per Item Rp , Minuman ringan, minuman serbuk, sirup. Per Item Rp , Coklat bubuk, coklat instan, coklat padat, selai/jam dan sejenisnya. 74. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). 75. Tepung terigu. 76. Hasil olahan tepung terigu. Per Item Rp , Tepung beras, tepung ketan, tepung jagung dan tepung lainnya selain tepung terigu, kelapa, buah, sayur, gula, minyak, lemak, dan hasil olahannya. 78. Madu, kopi, teh, garam,rempah-rempah, bumbu, saos, kecap, kacang-kacangan, bijibijian, bahan tambahan pangan, agar-agar serbuk dan oat. 79. Evaluasi perubahan produk: a. Perubahan nama dan/atau alamat perusahaan/importir/distributor. b. Perubahan nama dagang, perubahan desain kemasan, perubahan dan/atau penambahan isi/berat bersih, perubahan untuk kepentingan promosi dalam waktu tertentu dan lain-lain perubahan sejenisnya. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Surat Rp ,00 Per Item Rp ,00 c. Perubahan...
9 - 9 - c. perubahan produk berupa perubahan komposisi, pencantuman dan/atau perubahan informasi nilai gizi, perubahan dan/atau penambahan klaim dan lain-lain perubahan sejenis untuk: 1) Produk pangan khusus dan olahan tertentu termasuk pangan berklaim, pangan dengan target konsumen khusus bayi dan balita, penderita penyakit tertentu, ibu hamil dan menyusui serta pangan diet khusus. Per Item Rp ,00 2) Produk susu dan hasil olahannya. 3) Produk susu fermentasi, susu pasteurisasi, es Krim. 4) Produk daging, unggas, dan hasil olahannya. 5) Produk pangan berasam rendah dalam kaleng, buah/sayur dan hasil olahannya dalam kaleng. 6) Produk pangan hasil rekayasa genetik, iradiasi dan pangan organik. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 7) Minuman beralkohol. Per Item Rp ,00 8) Minuman ringan, minuman serbuk, sirup. 9) Coklat bubuk, coklat instan, coklat padat, selai/jam dan sejenisnya. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 10) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Per Item Rp ,00 11) Tepung terigu. Per Item Rp ,00 12) Hasil olahan tepung terigu. Per Item Rp ,00 13) Tepung beras, tepung ketan, tepung jagung, dan tepung lainnya selain tepung terigu, kelapa, buah, sayur, gula, minyak, lemak, dan hasil olahannya. Per Item Rp ,00 14) Madu...
10 ) Madu, kopi, teh, garam, rempahrempah, bumbu, saos, kecap, kacang-kacangan, biji-bijian, bahan tambahan pangan, agar-agar serbuk dan oat. 80. Pendaftaran Ulang: a. Produk pangan khusus dan olahan tertentu termasuk pangan berklaim, pangan dengan target konsumen khusus bayi dan balita, penderita penyakit tertentu, ibu hamil dan menyusui serta pangan diet khusus. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 b. Produk susu dan hasil olahannya. Per Item Rp ,00 c. Produk susu fermentasi, susu pasteurisasi, es krim. d. Produk daging, unggas, dan hasil olahannya. e. Produk pangan berasam rendah dalam kaleng, buah/sayur dan hasil olahannya dalam kaleng. f. Produk pangan hasil rekayasa genetik, iradiasi dan pangan organik. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 g. Minuman beralkohol. Per Item Rp ,00 h. Minuman ringan, minuman serbuk, sirup. i. Coklat bubuk, coklat instan, coklat padat, selai/jam dan sejenisnya. Per Item Rp ,00 j. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). k. Tepung terigu. l. Hasil olahan tepung terigu. Per Item Rp ,00 m. Tepung beras, tepung ketan, tepung jagung, dan tepung lainnya selain tepung terigu, kelapa, buah, sayur, gula, minyak, lemak, dan hasil olahannya. n. Madu, kopi, teh, garam, rempahrempah, bumbu, saos, kecap, kacangkacangan, biji-bijian, bahan tambahan pangan, agar-agar serbuk dan oat. Per Item Rp ,00 Per Item Rp ,00 II. Jasa...
11 II. JASA INSPEKSI SARANA PRODUKSI PRODUK IMPOR 1. Evaluasi Dokumen Pra Inspeksi. Per Item Rp ,00 2. Audit Sarana. Per Orang Per Hari Rp ,00 3. Evaluasi Dokumen Hasil Inspeksi Luar Negeri Per Item Rp ,00 III. JASA SERTIFIKASI 1. Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB): a. Baru. Per Sertifikat b. Perubahan: 1) Nama perusahaan, nama alamat. Per Sertifikat 2) Fasilitas produksi non steril yang sudah ada. Per Sertifikat Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 3) Fasilitas produksi steril yang sudah ada. c. Persetujuan penggunaan fasilitas bersama (Obat Tradisional, Kosmetik, Makanan). Per Sertifikat Per Sertifikat Rp ,00 Rp ,00 d. Perpanjangan sertifikat CPOB (setiap 5 tahun). 2. Sertifikasi Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB): a. Pedagang Besar Farmasi (PBF): Per Sertifikat Rp ,00 1) Vaksin dan produk biologi lainnya. Per Sertifikat Rp ,00 2) Narkotika...
12 - 12-2) Narkotika. Per Sertifikat Rp ,00 3) Obat lainnya. Per Sertifikat Rp ,00 b. Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)/ Pedagang Besar Farmasi Penyalur Bahan Baku Obat (PBF PBBO). c. Perubahan (nama perusahaan, alamat, gudang, penambahan kantor). d. Perpanjangan sertifikat CDOB (setiap 5 tahun). 3. Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB): a. Industri Obat Tradisional: 1) Baru. Per Sertifikat 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Sertifikat Rp ,00 Per Sertifikat Rp ,00 Per Sertifikat Rp ,00 Per Sertifikat Rp ,00 Rp ,00 3) Perpanjangan sertifikasi per 5 tahun Per Sertifikat b. Industri Bahan Baku Obat Tradisional/ Ekstrak: 1) Baru. Per Sertifikat Rp ,00 Rp ,00 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Sertifikat Rp ,00 3) Perpanjangan sertifikasi per 5 tahun. Per Sertifikat Rp ,00 c. Industri Kecil Obat Tradisional: 1) Baru. Per Sertifikat Rp ,00 2) Perubahan...
13 - 13-2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Sertifikat 3) Perpanjangan sertifikasi per 5 tahun. Per Sertifikat 4. Sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik: a. Industri Kosmetik: 1) Baru. Per Sertifikat 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Sertifikat 3) Perpanjangan sertifikasi per 5 tahun. Per Sertifikat b. Industri Menengah Kosmetik: 1) Baru. Per Sertifikat 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Sertifikat 3) Perpanjangan sertifikasi per 5 tahun. Per Sertifikat c. Industri Kecil Kosmetik: 1) Baru. Per Sertifikat Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Sertifikat Rp ,00 3) Perpanjangan...
14 - 14-3) Perpanjangan sertifikasi per 5 tahun. Per Sertifikat Rp ,00 5. Sertifikat Cara Pembuatan Pangan yang Baik: a. Industri besar: 1) Baru. Per Jenis Pangan Rp ,00 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Jenis Pangan Rp ,00 3) Perpanjangan sertifikat per 5 tahun. Per Jenis Pangan b. Industri menengah: 1) Baru. Per Jenis Pangan Rp ,00 Rp ,00 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Jenis Pangan Rp ,00 3) Perpanjangan sertifikat per 5 tahun. Per Jenis Pangan Rp ,00 c. Industri kecil: 1) Baru. Per Jenis Pangan Rp ,00 2) Perubahan nama perusahaan tanpa perubahan kepemilikan. Per Jenis Pangan Rp ,00 3) Perpanjangan sertifikat per 5 tahun Per Jenis Pangan Rp ,00 6. Surat persetujuan pendaftaran produsen bahan tambahan pangan. Per Surat Rp ,00 7. Sertifikasi Ekspor dan Impor: a. Surat Keterangan Impor: 1) Bahan baku. Per Item Produk Rp ,00 2) Produk...
15 - 15-2) Produk Pangan. Per Item Produk 3) Bahan tambahan. Per Item Produk Rp ,00 Rp ,00 b. Surat Keterangan Ekspor. (Certificate of free Sale, Certificate of Pharmaceutical Product, health certificate). Per Item Produk Rp ,00 c. Surat keterangan penerapan CPOB. Per Surat Rp ,00 d. Surat keterangan HS (Hygiene Sanitasi). Per Sertifikat Per Jenis Pangan Rp ,00 IV. JASA PENGUJIAN 1. Uji Fisika: a. Tablet, Kapsul, Pil: 1) Uji organoleptik. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji kekerasan. Per Pengujian Rp ,00 3) Uji keregasan. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji waktu hancur tablet/kaplet/ kapsul/pil. 5) Uji waktu hancur tablet/kaplet/ kapsul/pil salut enteric. Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 6) Uji disolusi. Per Tahap Pengujian Rp ,00 7) Uji keseragaman bobot. Per Pengujian Rp ,00 b. Serbuk/Padat: 1) Uji organoleptik. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji makroskopik. Per Pengujian Rp ,00 3. Uji...
16 - 16-3) Uji mikroskopik. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji keseragaman bobot. Per Pengujian Rp ,00 5) Uji zat larut dalam air. Per Pengujian Rp ,00 6) Uji zat larut dalam pelarut organik (eter, kloroform, dan lain-lain). Per Pengujian Rp ,00 7) Uji daya serap. Per Pengujian Rp ,00 8) Uji kesempurnaan melarut. Per Pengujian Rp ,00 9) Uji kadar air secara destilasi. Per Pengujian Rp ,00 10) Uji kadar air secara titrasi. Per Pengujian Rp ,00 11) Gravimetri (termasuk penetapan susut pengeringan). 12) Destruksi kering (kadar abu/sisa pemijaran). 13) Destruksi basah (kadar abu/sisa pemijaran). 14) Destruksi kering dengan microwave (kadar abu/sisa pemijaran). 15) Destruksi basah dengan microwave (kadar abu/sisa pemijaran). 16) Uji suhu lebur/jarak lebur dengan pipa kapiler. 17) Uji suhu lebur/jarak lebur dengan termal analizer (DSC). Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 18) Uji rotasi optik. Per Pengujian Rp ,00 19) Uji fluoresensi. Per Pengujian Rp ,00 c. Semi...
17 c. Semi Solida: 1) Uji bobot jenis. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji kekentalan. Per Pengujian Rp ,00 3) Uji suhu beku. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji suhu lebur/jarak lebur dengan pipa kapiler. 5) Uji suhu lebur/jarak lebur dengan termal analizer (DSC). Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 6) Uji keseragaman bobot. Per Pengujian Rp ,00 7) Uji isi minimum. Per Pengujian Rp ,00 8) Uji partikel logam (dalam salep mata). Per Pengujian Rp ,00 9) Uji bobot tuntas. Per Pengujian Rp ,00 d. Cairan: 1) Uji bobot jenis. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji kejernihan larutan. Per Pengujian Rp ,00 3) Uji volume terpindahkan. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji penetapan volume injeksi dalam wadah. Per Pengujian Rp ,00 5) Uji kekentalan (viskositas). Per Pengujian Rp ,00 6) Uji osmosis cairan infus/injeksi. Per Pengujian Rp ,00 7) Uji rotasi optik. Per Pengujian Rp ,00 8) Uji indeks bias. Per Pengujian Rp ,00 9) Uji ph dengan kertas lakmus/ indikator universal. Per Pengujian Rp ,00 10) Uji...
18 ) Uji ph dengan ph meter. Per Pengujian Rp ,00 11) Uji jarak destilasi. Per Pengujian Rp ,00 12) Uji partikel asing dalam injeksi. Per Pengujian Rp ,00 13) Ekstraksi cair-cair, 2 komponen. Per Pengujian Rp ,00 14) Ekstraksi cair-cair, 2 komponen > 3 kali pengulangan. 15) Ekstraksi cair-cair, 3 komponen atau lebih. 16) Ekstraksi cair-cair, > 3 komponen, > 3 kali pengulangan. Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 17) Ekstraksi padat-cair (SPE). Per Pengujian Rp ,00 18) Ekstraksi padat-cair dengan immunoaffinity coulumn. Per Pengujian Rp ,00 19) Destilasi tunggal. Per Pengujian Rp ,00 20) Destilasi bertingkat. Per Pengujian Rp ,00 2. Uji Kimia: a. Uji reaksi warna. Per Senyawa Rp ,00 b. Reaksi hidrolisa dengan enzimatik. Per Senyawa Rp ,00 c. Reaksi hidrolisa dengan asam/basa. Per Senyawa Rp ,00 d. Uji batas logam berat. Per Pengujian Rp ,00 e. Uji volumetri, kecuali argentometri. Per Pengujian Rp ,00 f. Uji volumetri argentometri. Per Pengujian Rp ,00 g. Uji volumetri dengan potensiometer (kecuali argentometri). Per Pengujian Rp ,00 h. Uji...
19 h. Uji volumetri argentometri dengan potensiometer. Per Pengujian Rp ,00 i. Uji spektrofotometri UV. Per Pengujian Rp ,00 j. Uji spektrofotometri Vis. Per Pengujian Rp ,00 k. Uji spektrofotometri UV-Vis dengan derivatisasi. Per Pengujian Rp ,00 l. Uji spektrofotometri. Per Pengujian Rp ,00 m. Uji spektrofotometri dengan derivatisasi. Per Pengujian Rp ,00 n. Uji spektrofotometri infra merah. Per Pengujian Rp ,00 o. Uji spektrofotometri serapan atom. Per Senyawa Rp ,00 p. Uji ICPS. Per Senyawa Rp ,00 q. Uji ICPS-MS. Per Senyawa Rp ,00 3. Uji Kimia-Fisika: a. Uji kromatografi kertas 1 dimensi. Per Pengujian Rp ,00 b. Uji kromatografi kertas 2 dimensi. Per Pengujian Rp ,00 c. Uji kromatografi lapis tipis 1 dimensi. Per Pengujian Rp ,00 d. Uji kromatografi lapis tipis 2 dimensi. Per Pengujian Rp ,00 e. Uji kromatografi lapis tipis dengan densitometer. Per Pengujian Rp ,00 f. Uji kromatografi gas. Per Pengujian Rp ,00 g. Uji kromatografi gas dengan derivatisasi. Per Pengujian Rp ,00 h. Uji kromatografi gas dengan spektro massa. i. Uji kromatografi gas dengan spektro massa diderivatisasi. Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 j. Uji...
20 j. Uji kromatografi gas dengan spektro massa/spektro massa. k. Uji kromatografi gas dengan spektro massa/spektro massa diderivatisasi. Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 l. Uji kromatografi cair. Per Pengujian Rp ,00 m. Uji kromatografi cair dengan derivatisasi. Per Pengujian Rp ,00 n. Uji kromatografi cair dengan spektro massa. o. Uji kromatografi cair dengan spektro massa diderivatisasi. p. Uji kromatografi cair dengan spektro massa/spektro massa. q. Uji kromatografi cair dengan spektro massa/spektro massa diderivatisasi. Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 r. Uji kromatografi cair permeasi gel. Per Pengujian Rp ,00 s. Uji kromatografi cair dengan detektor ELSD. Per Pengujian Rp ,00 t. Uji elektroforesis. Per Pengujian Rp ,00 u. Uji elektroforesis kapiler. Per Pengujian Rp ,00 v. Uji ELISA. Per Pengujian Rp ,00 w. Uji dengan smoking machine. Per Pengujian Rp ,00 4. Uji Kondom: a. Uji daya letup. Per Pengujian Rp ,00 b. Uji kebocoran kondom. Per Pengujian Rp ,00 c. Uji dimensi kondom. Per Pengujian Rp ,00 d. Uji jumlah pelumas dalam kondom. Per Pengujian Rp ,00 e. Uji...
21 e. Uji kerapatan kemasan. Per Pengujian Rp ,00 f. Uji identifikasi spermatosid. Per Pengujian Rp ,00 g. Uji penetapan kadar spermatosid. Per Pengujian Rp ,00 5. Uji Mikrobiologi: a. Potensi dan Sterilitas: 1) Uji efektivitas pengawet. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji koefisien fenol. Per Pengujian Rp ,00 3) Uji potensi antibiotik. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji sterilitas cara penyaringan. Per Pengujian Rp ,00 5) Uji sterilitas langsung. Per Pengujian Rp ,00 b. Sampel Pangan: 1) Uji angka lempeng total pangan. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji angka kapang khamir pangan. Per Pengujian Rp ,00 3) Uji angka coliform pangan. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji angka enterobacteriaceae pangan. Per Pengujian Rp ,00 5) Uji angka enterococcus pangan. Per Pengujian Rp ,00 6) Uji staphylococcus aureus pangan. Per Pengujian Rp ,00 7) Uji angka bakteri aerob mesofil pembentuk spora dalam makanan dan minuman. Per Pengujian Rp ,00 8) Uji bacillus cereus pangan. Per Pengujian Rp ,00 9) Uji clostridium perfringens pangan. Per Pengujian Rp ,00 10) Uji E. Coli pangan. Per Pengujian Rp ,00 11) Uji...
22 ) Uji enterobacter sakazakii pangan. Per Pengujian Rp ,00 12) Uji listeria monocytogenes pangan. Per Pengujian Rp ,00 13) Uji MPN coliform pangan/fecal coliform pangan. Per Pengujian Rp ,00 14) Uji MPN E. Coli pangan. Per Pengujian Rp ,00 15) Uji salmonella pangan. Per Pengujian Rp ,00 16) Uji staphylococcus aureus pangan. Per Pengujian Rp ,00 17) Uji staphylococcus faecalis pangan. Per Pengujian Rp ,00 18) Uji vibrio cholerae pangan. Per Pengujian Rp ,00 19) Uji vibrio parahaemolyticus pangan. Per Pengujian Rp ,00 c. Sampel Kosmetik: 1) Uji angka lempeng total kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji angka kapang khamir kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 3) Uji bacillus anthracis kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji candida albicans kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 5) Uji clostridium perfringens kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 6) Uji clostridium tetani kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 7) Uji efektivitas pengawet kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 8) Uji pseudomonas aeruginosa kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 9) Uji staphylococcus aureus kosmetik. Per Pengujian Rp ,00 d. Sampel Obat Tradisional: 1) Uji angka lempeng total obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 2) Uji...
23 - 23-2) Uji angka kapang khamir obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 3) Uji bacillus anthracis obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 4) Uji clostridium perfringens obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 5) Uji clostridium tetani obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 6) Uji E. Coli obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 7) Uji pseudomonas aeruginosa obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 8) Uji salmonela obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 9) Uji staphylococcus aureus obat tradisional. Per Pengujian Rp ,00 6. Uji Biologi, Biokimia Klinik, Farmakologi: a. Uji potensi vaksin polio (1 bets). Per Pengujian Rp ,00 b. Uji potensi dan stabilitas vaksin polio (1 bets). Per Pengujian Rp ,00 c. Uji potensi vaksin campak (1 bets). Per Pengujian Rp ,00 d. Uji potensi dan stabilitas vaksin campak. Per Pengujian Rp ,00 e. Uji potensi vaksin BCG. Per Pengujian Rp ,00 f. Uji potensi dan stabilitas vaksin BCG. Per Pengujian Rp ,00 g. Uji opasitas vaksin BCG. Per Pengujian Rp ,00 h. Uji identifikasi vaksin BCG. Per Pengujian Rp ,00 i. Uji potensi vaksin pertusis. Per Pengujian Rp ,00 j. Uji potensi vaksin tetanus. Per Pengujian Rp ,00 k. Uji potensi vaksin difteri. Per Pengujian Rp ,00 l. Uji...
24 l. Uji potensi vaksin rabies. Per Pengujian Rp ,00 m. Uji potensi vaksin hepatitis B secara in vivo. n. Uji potensi vaksin hepatitis B secara in vitro. Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 o. Uji potensi anti serum tetanus. Per Pengujian Rp ,00 p. Uji potensi anti serum difteri. Per Pengujian Rp ,00 q. Uji potensi vaksin influenza. Per Pengujian Rp ,00 r. Uji pirogenitas. Per Pengujian Rp ,00 s. Uji iritasi kulit. Per Pengujian Rp ,00 t. Uji iritasi mata. Per Pengujian Rp ,00 u. Uji sensititasi. Per Pengujian Rp ,00 v. Uji toksisitas akut. Per Pengujian Rp ,00 w. Uji toksisitas abnormal vaksin. Per Pengujian Rp ,00 x. Uji toksisitas khas vaksin pertusis (MWGT). Per Pengujian Rp ,00 y. Uji toksisitas khas difteri tetanus. Per Pengujian Rp ,00 z. Uji toksisitas khas tetanus. Per Pengujian Rp ,00 aa. Uji injeksi sistematik. Per Pengujian Rp ,00 bb. Uji endetoksin bakteri. Per Pengujian Rp ,00 cc. Uji mikrobakterium vaksin BCG. Per Pengujian Rp ,00 dd. Uji iritasi mukosa vagina kelinci. Per Pengujian Rp ,00 ee. ff. Pembacaan ulang preparat NVT (second reading) tipe 3. Pembacaan ulang preparat NVT (second reading) tipe 1 atau 2. Per Pengujian Rp ,00 Per Pengujian Rp ,00 gg. Sertifikasi pelulusan produk vaksin (1 bets) Per Pengujian Rp ,00 7. Uji...
25 Uji Bioteknologi. a. Uji identifikasi gen sisipan pada GMO. Per Sampel Rp ,00 b. Uji identifikasi DNA spesifik spesies hewan. c. Uji identifikasi DNA spesifik spesies tanaman. d. Uji identifikasi DNA spesifik spesies bakteri. Per Sampel Rp ,00 Per Sampel Rp ,00 Per Sampel Rp ,00 V. JASA KALIBRASI 1. Kalibrasi In-Situ. a. Autoclave tekanan. Per Unit Rp ,00 b. Autoclave temperatur. Per Unit Rp ,00 c. Disintegration tester. Per Unit Rp ,00 d. Dissolution tester temperatur. Per Unit Rp ,00 e. Dissolution tester kecepatan putaran (rpm). Per Unit Rp ,00 f. Inkubator 0-700C. Per Titik Ukur Rp ,00 g. Laminar air flow cabinet hitung partikel. Per Unit Rp ,00 h. Laminar air flow cabinet kecepatan aliran udara. Per Unit Rp ,00 i. Waterbath. Per Titik Ukur Rp ,00 j. Lemari asam. Per Unit Rp ,00 k. Oven C. Per Titik Ukur Rp ,00 l. ph meter. Per Unit Rp ,00 m. Pressure gauge 0-20 Bar. Per Unit Rp ,00 n. Spektrofotometer ketepatan fotometrik. Per Unit Rp ,00 o. Spektrofotometer ketepatan panjang gelombang. Per Unit Rp ,00 p. Tanur (muffle furnance) C. Per Unit Rp ,00 q. Timbangan...
26 q. Timbangan analitik. Per Unit Rp ,00 r. Timbangan mikro. Per Unit Rp ,00 s. Timbangan semi-mikro. Per Unit Rp ,00 t. Timbangan presisi (top loading). Per Unit Rp ,00 2. Alat Dikalibrasi di PPOMN: a. Batu timbang E2. Per Unit Rp ,00 b. Batu timbang F1. Per Unit Rp ,00 c. Alat gelas. Per Titik Ukur Rp ,00 d. Pipet piston. Per Titik Ukur Rp ,00 e. Termohigrometer. Per Unit Rp ,00 f. Termokopel + rekorder. Per Chanel Rp ,00 g. Termometer cairan dalam gelas C. Per Unit Rp ,00 VI. JASA PELATIHAN LABORATORIUM 1. Pelatihan teknis analisis sediaan farmasi dan pangan secara mikrobiologi. 2. Pelatihan teknis analisis obat dan makanan dengan instrumen. Per Orang Rp ,00 Per Orang Rp ,00 3. Pelatihan Good Laboratory Practice. Per Orang Rp ,00 4. Pelatihan jaminan mutu hasil pengujian. Per Orang Rp ,00 5. Pelatihan pembuatan baku kerja laboratorium. Per Orang Rp ,00 VII. JASA UJI PROFISIENSI 1. Mikrobiologi. Per Parameter Rp ,00 2. Kimia pangan. Per Parameter Rp ,00 3. Obat. Per Parameter Rp ,00 4. Narkotika dan psikotropika. Per Parameter Rp ,00 5. Bahan...
27 Bahan Kimia Obat dalam obat tradisional. Per Parameter Rp ,00 6. Kosmetik. Per Parameter Rp ,00 VIII. PENJUALAN BAKU PEMBANDING DAN HEWAN UJI 1. Baku Pembanding Dalam Rangka Pengembangan: a. Baku pembanding farmakope Indonesia. Per Vial Rp ,00 b. ASEAN Reference Standard (ARS). Per Vial Rp ,00 2. Hewan Percobaan: a. Mencit. Per Ekor Rp ,00 b. Tikus. Per Ekor Rp ,00 c. Marmut. Per Ekor Rp ,00 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 20108888 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 20108888 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 20108888 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK NOMOR 48 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN ATAS YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.1.21.06.13.3062 TAHUN 2013 BADAN PENGAWAS
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17 TAHUN 2001 TANGGAL : 16 April 2001
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17 TAHUN 2001 TANGGAL : 16 April 2001 TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JENIS PENERIMAAN
Tipe Produk Kategori Sub Kategori
11 Lampiran 1 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika JENIS SEDIAAN KOSMETIKA
SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2O1O TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS YANG BERI,AKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 21 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG
pres-lambang0.gif (36 bytes) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 00 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK
Masa berlaku: Alamat : Jl. Dharmawangsa Dalam, Surabaya 15 Agustus 2006 Telp. (031) , pswt 150 Faks. (031) ,
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-325-IDN Nama Laboratorium : Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi - Universitas Airlangga Kimia Daging Protein total AOAC 2000, edisi 17, Vol. 1, chapter
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.10.11983 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.12.10.11983 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENGAJUAN NOTIFIKASI
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1384 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu
Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu Better Ridder, S.Si., Apt., M.Buss. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen AGENDA 1. Tujuan dan Indikator BPOM 2015-2019 2.
01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB Krim yang digumpalkan (plain) CPPB Krim analog CPPB
2013, 556 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GAS UNTUK KEMASAN 1. Karbon dioksida
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10689 TAHUN 2011 TENTANG BENTUK DAN JENIS SEDIAAN KOSMETIKA TERTENTU YANG DAPAT DIPRODUKSI OLEH INDUSTRI KOSMETIKA YANG MEMILIKI IZIN PRODUKSI GOLONGAN B DENGAN RAHMAT
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : Mengingat :
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL Menimbang : a. Bahwa untuk melindungi masyakarat terhadap hal-hal yang dapat mengganggu dan merugikan kesehatan
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.00.06.4.02894 TENTANG PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA PADA KOSMETIKA DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias
MATA KULIAH KOSMETOLOGI (PENANGGUNG JAWAB: DRA, JUANITA T, APT) KOSMETOLOGI KOSMETIKA LOGOS = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias = Ilmu Menurut PERMENKES N0.220 THN 1976 : KOSMETIKA adalah: Bahan/campuran
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 434/Men.Kes/SK/VI/1987 TENTANG PENETAPAN JENIS-JENIS INDUSTRI DALAM RANGKA PENYEDERHANAAN IZIN USAHA INDUSTRI
BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Kosmetik Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email subdit_standarkosmetik@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat 2 minggu sejak
SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS
Standar Nasional Indonesia Kecap kedelai ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Pendahuluan...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Klasifikasi... 1 5 Syarat
RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN
RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333
PERANCANGAN PENGAWASAN MUTU - BAHAN BAKU OBAT - SEDIAAN JADI
PERANCANGAN PENGAWASAN MUTU - BAHAN BAKU OBAT - SEDIAAN JADI STATUS FI IV 1. Buku kumpulan standar dalam bidang farmasi terutama untuk bahan baku obat serta sediaan jadinya, sediaan produk biologi, alat
LAMPIRAN. Jenis cemaran mikroba dan batas maksimum
216 LAMPIRAN Peraturan Kepala Badan Pengawas obat dan Makanan Nomor Hk.00.06.1.52.40.11 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INOONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 661/MENKES/SK/VII/ 1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL Menimbang : a. bahwa untuk melindungi masyakarat
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGERAS. Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, pengental, penstabil
2013, 548 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGERAS BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.3.1950 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
-1- PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
FITOFARMAKA Re R t e n t o n W a W hy h un u i n n i g n ru r m u
FITOFARMAKA Retno Wahyuningrum VII. STANDARDISASI EKSTRAK KETENTUAN UMUM KONSEP STANDARDISASI Difinisi Standardisasi (SSN 1998): Proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standard yang dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN. gula oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri nata dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco adalah senyawa selulosa yang merupakan hasil dari sintesa gula oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri nata dalam medium cair dapat
M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1297/MENKES/PER/XI/1998 TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR MENTERI KESEHATAN REBUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN
Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat tanggal 31 November 2016.
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a.
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.1.23.3516 TENTANG IZIN EDAR PRODUK OBAT, OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, SUPLEMEN MAKANAN DAN MAKANAN YANG BERSUMBER, MENGANDUNG, DARI BAHAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : KESEHATAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN : KESEHATAN KOMPETENSI KEAHLIAN : 1. FARMASI (079) 2. FARMASI INDUSTRI
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi hewan dan masyarakat yang mengkonsumsi
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP HUMEKTAN
2013, 544 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN HUMEKTAN BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN
1 Pendaftaran Akun Perusahaan. 2 Pendaftaran OT Low Risk. 3 Pendaftaran Ulang OT & SK 4 E-Trecking System Pendaftaran Baru dan Variasi OT & SK
1 2 Aplikasi sistem E-Registrasi yang telah berlaku di Subdit Penilaian Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan yaitu: 1 Pendaftaran Akun Perusahaan 2 Pendaftaran OT Low Risk 3 Pendaftaran Ulang OT & SK
Perizinan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
Perizinan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk dengan tujuan melindungi
PERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER ABSTRAK
PERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER Penelitian perancangan teknologi pengongsengan biji kopi sistim vakum telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh
MATERI KONSULTASI PUBLIK KETIGA 27 JULI 2017
MATERI KONSULTASI PUBLIK KETIGA 27 JULI 2017 RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI SUPLEMEN KESEHATAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1381 TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN
Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat tanggal 07 Oktober 2016.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)
Tabel : SP-1C (T). JUMLAH INDUSTRI/KEGIATAN USAHA KECIL Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2015 TERPASANG SENYATANYA 1 Industri Makanan Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging Unggas 100.00 55.71 Industri
PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan
PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan
Laboratorium Farmasetika
KOSMETIKA OSMETIKA: PENDAHULUAN ANATOMI K KULIT & RAMBUT 10/4 4/2012 1 Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed @Dhadhang_WK PENGERTIAN KOSMETIKA KOSMETIKA = Berasal dari bahasa yunani
MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI
MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENILAIAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN
Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN
FILE EDIT 16 November 2016 Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI
MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENILAIAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
BAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas industri makanan dan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.21.2216 TENTANG KEBIJAKAN PRIORITAS SAMPLING TAHUN ANGGARAN 2007 BADAN PENGAWAS OBAT
Penetapan Kadar Sari
I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GAS UNTUK KEMASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt
Bentuk-bentuk Sediaan Obat Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk sediaan obat 1. Sediaan Padat 2. Sediaan Setengah Padat 3. Sediaan Cair 4. Sediaan Gas Sediaan Padat Sediaan Padat 1. Pulvis/Pulveres/Serbuk
1 Pendaftaran Akun Perusahaan. 2 Pendaftaran OT Low Risk. 3 Pendaftaran Ulang OT & SK 4 E-Trecking System Pendaftaran Baru dan Variasi OT & SK
1 2 Aplikasi sistem E-Registrasi yang telah berlaku di Subdit Penilaian Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan yaitu: 1 Pendaftaran Akun Perusahaan 2 Pendaftaran OT Low Risk 3 Pendaftaran Ulang OT & SK
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan
Bab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
MATERIA MEDIKA HERBAL
MATERIA MEDIKA HERBAL MATERIA MEDIKA HERBAL Tujuan Mampu mengenali berbagai simplisia tanaman obat, yang banyak terdapat di Indonesia, penyebaran dan manfaat, serta persyaratan-persyaratan baku serta kualitas
PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor :HK.00.05.4.1380 PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat tradisional merupakan produk
CHECKLIST DOKUMEN REGISTRASI OBAT COPY
CHECKLIST DOKUMEN REGISTRASI OBAT COPY I. INFORMASI PRODUK Nama Obat : Bentuk sediaan & Kekuatan : Zat aktif : Kemasan : Pendaftar : Produsen : Kategori registrasi : II. DOKUMEN YANG DISERAHKAN No. Parameter
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Standar Mikrobiologi dan Uji Mikrobiologi untuk Bahan dan Produk Farmasi. Marlia Singgih Wibowo
Standar Mikrobiologi dan Uji Mikrobiologi untuk Bahan dan Produk Farmasi Marlia Singgih Wibowo Bahan Farmasi Bahan baku Air murni (Purified Water) Produk Farmasi Steril (Sterile Pharmaceuticals) Produk
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV Vis V-530 (Jasco, Jepang), fourrier transformation infra red 8400S (Shimadzu, Jepang), moisture analyzer
1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan
KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP BAHAN PENGKARBONASI Minuman berbasis susu yang berperisa dan atau difermentasi (contohnya susu coklat, eggnog,
2013, No.543 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BAHAN PENGKARBONASI BATAS MAKSIMUM
Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam
HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com
Lampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia
Lampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia Gambar 1. Tumbuhan dandang gendis Gambar 2. Simplisia daun dandang gendis Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan lampiran. Bagan Pembuatan Nata de coco
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad
PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP
PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK 090324 Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP. 19530226 198502 2 001 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan
Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36
DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA...... 5 1.1 Rambutan... 5 1.1.1 Klasifikasi
Analisis Makanan, Kosmetik Kosme & Perbekalan Farmasi S H A M P O O
Analisis Makanan, Kosmetik & Perbekalan Farmasi S H A M P O O S H A M P O O Suatu bentuk sediaan untuk digunakan pada rambut, yang mengandung detergen. Tujuan utama dari shampoo : Untuk mencuci, menghilangkan