PERKIRAAN KELAKUAN PRODUKSI GAS SUMUR CBM DI LAPANGAN "J" SUMATERA SELATAN. Edward ML Tobing
|
|
- Hartanti Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERKIRAAN KELAKUAN PRODUKSI GAS SUMUR CBM DI LAPANGAN "J" SUMATERA SELATAN Edward ML Tobing Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS S A R I Coalbed Methane (CBM) merupakan gas metana yang tersimpan karena proses adsorpsi dalam mikropori batubara. Sistem reservoir CBM adalah reservoir dual porosity yang terdiri dari matriks dan retakan (cleat). Gas metana menempel pada matriks atau mikropori dan pada retakan yang dapat berisi gas metana dan tersaturasi air. Oleh karena itu, untuk memproduksikan CBM harus dilakukan proses dewatering terlebih dahulu. Dewatering adalah proses mengeluarkan air yang terdapat dalam reservoir CBM. Pada awal proses dewatering, laju produksi air berada pada harga tertinggi dan laju alir gas metana sangat kecil. Kemudian laju produksi gas metana berangsur bertambah hingga mencapai harga maksimum. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperkirakan kelakuan produksi gas dan air serta kumulatif produksi gas dari sumur CBM lapangan 'J' yang terletak di Sumatera Selatan, dengan menggunakan kurva Langmuir Isotherm dan persamaan Material Balance. Lapangan 'J' terdiri dari 3 lapisan dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Saat ini, lapangan tersebut masih dalam tahap eksplorasi dan belum dilakukan pengeboran, sehingga data yang digunakan untuk memperkirakan kelakuan produksi gas dan air tersebut hanya berdasarkan hasil uji desorpsi dari percontoh batubara yang diambil dari permukaan. Karakteristik reservoir lainnya seperti porositas, permeabilitas dan lainnya untuk dapat memperkirakan kelakuan produksi gas dan air digunakan data hipotetik. Laju maksimum produksi gas dari sumur CBM dengan daerah pengurasan seluas 40 Are adalah sebesar 301,18 Mscf/hari. Setelah diproduksikan selama 20 tahun, maka perolehan gas sebesar 26,92 % dari Original Gas In Place atau sebanyak 483,01 MMScf. Kata kunci : peramalan kelakuan, produksi gas, reservoir CBM 1. PENDAHULUAN Pada saat ini, untuk dapat memproduksikan gas dari reservoir unconventional cenderung lebih sulit dikembangkan dibandingkan dengan memproduksikan gas dari reservoir conventional, karena terbatasnya teknologi, akses dan keekonomiannya. Akan tetapi, volume reservoir gas unconventional jauh lebih besar dibandingkan dengan reservoir gas conventional. Beberapa jenis reservoir unconventional yang sudah dalam tahap pengembangan di antaranya reservoir shale gas, reservoir tight sand dan CBM. CBM adalah gas hidrokarbon metana (CH 4 ) yang terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara melalui tahapan kompaksi dan perubahan kimiawi, peningkatan suhu dan tekanan dalam kurun waktu yang lama. Dari hasil proses ini menghasilkan hidrokarbon berupa gas metana yang terserap dan sebagian besar tersimpan dalam matriks batubara dan sebagian kecil berada dalam retakan-retakan batubara. Gas metana yang dihasilkan dari reservoir batubara tersebut sama dengan gas metana yang berasal dari produksi reservoir gas conventional. 46
2 CBM digolongkan dalam kategori gas unconventional, karena memiliki perbedaan dalam hal sistem reservoir dan metode produksi dibandingkan dengan reservoir gas conventional. Gas conventional terbentuk pada batuan induk, kemudian terjadi proses migrasi dan sampai akhirnya terperangkap pada batuan reservoir yang memiliki cap rock. Proses yang terjadi pada reservoir conventional tidak terjadi pada CBM. Batubara pada reservoir CBM memiliki peran ganda dalam proses pembentukan gas metana, yaitu sebagai batuan induk dan sebagai batuan reservoir, sehingga gas akan terakumulasi. Sementara itu, proses produksi pada reservoir CBM juga berbeda dengan proses produksi gas conventional, karena adanya proses dewatering. Dewatering adalah proses pengurasan air dari lapisan batubara dengan tujuan membantu lepasnya gas metana, sehingga dapat diproduksikan. Dalam proses dewatering, air tidak dapat mengalir secara alamiah, sehingga diperlukan metode pengangkatan buatan dengan menggunakan sucker rod pump atau progressive cavity pump. Gambar 1 (David, 2003) memperlihatkan rancangan sumur CBM. Pada awal proses dewatering, jumlah produksi air akan berada pada titik tertinggi dan jumlah gas metana yang diproduksi sangat sedikit. Jumlah produksi gas dan waktu yang diperlukan untuk proses dewatering bergantung pada 2 hal, yaitu permeabilitas batubara dan kandungan gas dalam batubara. Semakin besar permeabilitas batubara, semakin cepat pula proses dewatering berakhir (Rininda, 2013). Proses dewatering tersebut memengaruhi kelakuan sumur CBM, sehingga semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk menguras air, maka akan memengaruhi efektivitas kelakuan sumur CBM (Rosaimi, 2012). Jumlah dan kemampuan sumur CBM berproduksi akan memengaruhi keputusan layak atau tidaknya lapangan CBM tersebut untuk dikembangkan. Kelakuan produksi sumur CBM diperlihatkan dalam Gambar 2. Tujuan kajian ini dilakukan untuk dapat memperkirakan kelakuan produksi gas dan air serta kumulatif produksi gas selama 20 tahun dari reservoir CBM lapangan 'J' yang terletak di Sumatera Selatan. Lapangan 'J' saat ini masih dalam tahap eksplorasi dan belum dilakukan pengeboran, sehingga data yang digunakan untuk memperkirakan kelakuan produksi gas dan air tersebut hanya berdasarkan hasil uji desorpsi dari percontoh batubara yang diambil dari permukaan. Beberapa parameter batuan reservoir lainnya ditentukan berdasarkan data hipotetik, di antaranya parameter tekanan dan volume Langmuir, permeabilitas, kandungan gas dan luas area pengurasan. Metode yang digunakan untuk dapat memperkirakan kelakuan produksi gas dan air berdasarkan kurva Langmuir Isotherm dan persamaan Material Balance, dengan menggunakan perangkat lunak Fekete CBM version 4.7. Gambar 1. Rancangan sumur CBM (David, 2003) Perkiraan Kelakuan Produksi Gas Sumur CBM...; Edward ML Tobing 47
3 Gambar 2. Kelakuan produksi sumur CBM 2. LANDASAN TEORI a. Karakteristik Reservoir CBM Syarat minimal karakteristik reservoir CBM (Youngson, 2007) yang harus dipenuhi agar kemudian dapat dikembangkan diantaranya: 1) Memiliki kandungan gas lebih dari 100 SCF / ton 2) Permeabilitas batubara diatas 5 md 3) Rentang kedalaman 750 m m, karena pada kedalaman diatas m, proses kompaksi yang terjadi pada formasi batuan cukup tinggi sehingga permeabiltas kecil 4) Jenis batuan batubara yang umum dikembangkan adalah jenis bituminous. Karakteristik batubara (Holmes, 2001) yang perlu diketahui untuk menentukan tingkat kematangan atau peringkat batubara diantaranya : 1) Abu adalah zat oksida mineral yang tertinggal dalam batubara saat batubara dibakar atau senyawa residu non-combustible yang pada umumnya terdiri dari silika oksida (SiO 2 ), kalsium oksida (CaO), karbonat dan mineral lainnya. Kandungan abu ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: V ash = (64,94 x ρ B ) 66,27.(1) 2) Air lembab merupakan jumlah air yang terkandung dalam batubara, yang dinyatakan dalam persen massa. Semakin tinggi kandungan air maka peringkat batubara tersebut semakin rendah. Persamaan yang menyatakan Air lembab adalah berikut ini, V M = (-0.10 V Ash ) + 4,61.(2) 3) Karbon tertambat adalah kadar karbon yang terdapat dalam batubara setelah zat terbang dipisahkan dari batubara. Harga karbon tertambat dapat dihitung dengan persamaan berikut, V FC = (-0,517 V Ash ) + 51,2.(3) 4) Zat terbang adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada suhu tinggi tanpa adanya oksigen. Persamaan untuk menentukan zat terbang adalah, V VM = 100 V Ash V FC -V M.(4) Karakteristik dasar batubara sebagai reservoir CBM (Aminian, 2004) terdiri dari: 1) Insitu density adalah massa jenis batubara yang dapat diperoleh dari data open-hole density log. Apabila pemboran eksplorasi belum dilakukan, maka dapat digunakan ratarata massa jenis batubara sekitar 1,28-1,48 gr/cm 3. 2) Kandungan gas yaitu jumlah gas yang ada di dalam batubara per satuan berat ( Scf / ton ). Kandungan gas dapat ditentukan secara langsung dengan cara mengambil percontoh inti bor. Jika percontoh inti bor tidak diperoleh (Aminian, 2004), usulan persamaan untuk menentukan kandungan gas batubara, berikut ini: n 1,8 h o V = ( 1 VM VAsh ) x0,75xk o x0,96h 0, (5) 100 3) Langmuir Isotherm merupakan persamaan yang diusulkan oleh Langmuir dan dinyatakan hubungan antara kapasitas penyimpanan gas dan tekanan dalam persamaan berikut: V P Gs = ( 1 f L a f m ).(6) P P L P L dan V L diperoleh melalui percobaan adsorpsi isotherm. Percobaan ini mengukur kemampuan batubara menyerap metana pada tekanan tertentu dan dalam suhu tetap (suhu reservoir). 48
4 Secara umum, kurva Langmuir isotherm (Lea, 2005) ditunjukkan pada Gambar 3. Kurva Langmuir Isotherm adalah kapasitas maksimum penyimpanan gas sebagai fungsi dari tekanan. Kandungan gas dari percontoh batubara harus lebih rendah dari kurva isotermnya. Ketika kandungan gas pada kondisi awal berada di bawah kurva isoterm (titik A), tidak ada gas bebas dalam sistem retakan, karena telah diisi oleh air. Kondisi tekanan awal reservoir sebesar psia. Garis A-B pada gambar tersebut menunjukkan proses produksi reservoir batubara. Karena kandungan gas pada kondisi awal reservoir lebih rendah daripada kurva isotermnya, tidak ada gas yang terproduksi, karena struktur retakan batubara diisi oleh air. Oleh karena itu, dari titik A sampai titik B, hanya air yang terproduksikan. Proses produksi ini berlangsung dari tekanan psia dan berakhir pada tekanan 300 psia. Titik B adalah titik Critical Desorbed Pressure, dengan gas mulai terlepas dari matriks batubara. Pada titik B, reservoir ini mulai memproduksi gas (cenderung masih sedikit) dengan tekanan reservoir sebesar 300 psia. Mulai dari titik B, produksi gas akan terus meningkat dan produksi air semakin menurun hingga titik C, di mana produksi gas dan air sudah sangat kecil. Titik D adalah abandonment pressure, yaitu dengan tekanan reservoir sudah tidak dapat diproduksikan secara ekonomis. Apabila kandungan gas pada kondisi awal dan pada tekanan bebas (abandonment) telah diketahui harganya, maka recovery factor (Chen, 2011) dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut: R C C gi ga f =.(7) Cgi Persamaan volumetrik yang digunakan dalam menentukan besar cadangan gas yang teradsorpsi di dalam matriks dan rekahan batubara adalah: IGIP = Ahρ.(8) b G c D C B Gambar 3. Kurva Langmuir Isotherm b. Karakteristik Produksi CBM Proses produksi reservoir CBM mempunyai karteristik yang berbeda dibandingkan dengan reservoir conventional pada umumnya, karena pengaruh dari produksi air formasi (Gambar 2). Hal yang membedakan adalah adanya proses dewatering yang berbeda prinsipnya dengan teknik produksi pada reservoir conventional. Proses dewatering merupakan kegiatan memproduksi air yang dilakukan hanya pada produksi CBM. Proses ini adalah proses awal yang sangat penting untuk dilakukan karena proses dewatering tersebut mempunyai tujuan untuk menurunkan tekanan yang ada pada reservoir CBM sebagai akibat besarnya jumlah air dan tingginya mobilitas air dalam reservoir. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan gas yang teradsorpsi dalam matriks batuan batubara dapat keluar melalui permukaan matriks batubara. Hal ini menyebabkan produksi air pada awal proses produksi sangat tinggi dan produksi gas metana sangat rendah. Namun seiring berjalannya waktu, produksi air akan menurun dan jumlah gas yang terproduksi meningkat dan mencapai titik puncaknya dan kemudian kembali mulai menurun (Gambar 2). Laju alir produksi air atau dewatering (Arenas, 2004) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut ini. A Perkiraan Kelakuan Produksi Gas Sumur CBM...; Edward ML Tobing 49
5 q w kakrwh Pi Pwf r e 141,2 B S w w ln 0,75 rw 2 2.(9) Topik Utama 3,33 o C/100 meter. Harga gradien tekanan dan suhu tersebut termasuk gradien normal, dan hasil perhitungan harga tekanan dan suhu awal untuk ketiga lapisan tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Laju alir produksi gas dapat ditentukan dengan persamaan berikut: q g kakrgh Pi Pwf r e 1422,5T Z S g ln 0,75 rw 2 2.(10) 3. PERKIRAAN KELAKUAN PRODUKSI GAS SUMUR CBM Sampai saat ini, lapangan 'J' masih dalam tahap eksplorasi dan belum dilakukan pengeboran, sehingga untuk mendapatkan data kedalaman dan ketebalan serta luas lapisan reservoir CBM diperoleh berdasarkan interpretasi geologis. Dari hasil interpretasi geologis terhadap lapangan 'J', diperkirakan reservoir CBM terdiri dari 3 lapisan. Untuk lapisan pertama, terletak pada kedalaman feet dengan ketebalan 70 feet. Lapisan kedua berada pada kedalaman feet yang mempunyai ketebalan 64 feet. Sedangkan lapisan ketiga berada pada kedalaman feet dengan ketebalan 20 feet. Untuk dapat menentukan harga tekanan dan suhu awal pada reservoir tersebut, dihitung berdasarkan harga gradien tekanan sebesar 0,433 psi/kaki dan gradien suhu sebesar Berdasarkan pengambilan percontoh batubara yang diambil dari permukaan, maka densitas batubara untuk ketiga lapisan telah dianalisis di laboratorium. Densitas batubara ketiga lapisan tersebut masing-masing sebesar 1,32 gr/cm 3, 1,28 gr/cm 3 dan 1,48 gr/cm 3. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin dalam letak lapisan batubara, maka harga densitas akan semakin tinggi. Atau dengan kata lain, semakin dalam lapisan batubara maka akan semakin padat dan sejalan dengan tekanan overburden yang semakin besar dialami lapisan tersebut. Dari harga densitas ketiga lapisan tersebut, maka dapat ditentukan harga kandungan gas (V) dari setiap lapisan dengan terlebih dahulu menghitung harga kandungan abu (V ash ), air lembab (M), karbon tertambat (V FC ) dan zat terbang (V M ), dengan menggunakan persamaan (1) sampai dengan (4). Dari hasil perhitungan terhadap parameter karbon tertambat (V FC ) untuk ketiga lapisan diperoleh masing masing sebesar 41,1%, 42,5% dan 35,8%. Sedangkan untuk parameter zat terbang (V M ) masing masing sebesar 36,7%, 37,7% dan 32,8%. Hasil perhitungan kandungan gas dari setiap lapisan terdapat pada Tabel 2. Mengacu pada klasifikasi batubara Tabel 1. Hasil perhitungan tekanan dan suhu reservoir Lapisan Kedalaman Tekanan Reservoir Suhu Reservoir (feet) (psi) ( o F) Tabel 2. Hasil perhitungan gas content Lapisan Densitas Batuan V Ash M V FC V M Gas Content gr/cm 3 (%) (%) (%) (%) (Scf/ton)
6 berdasarkan kandungan mineral yang dipublikasikan oleh American Society for Testing Material (ASTM), 1981, Part 26, maka ketiga lapisan batubara tersebut termasuk kedalam klas Subbituminous, karena harga kandungan karbon tertambat lebih kecil dari 69% dan zat terbang lebih besar dari 31% untuk ketiga lapisan tersebut. Tabel 4. Anggapan harga V L dan P L Lapisan V L P L (Scf/ton) (psi) Penentuan kurva permeabilitas relatif terhadap air dan gas dikembangkan berdasarkan korelasi Correy. Namun demikian, dilakukan anggapan terhadap beberapa parameter, di antaranya parameter S wi, S gc dan lainnya yang tertera pada Tabel 3. Plot kurva permeabilitas relatif air dan gas terhadap saturasi air dapat dilihat pada Gambar 4. Dari kurva permeabilitas relatif tersebut terlihat bahwa gas akan mulai terproduksi pada saat S w sebesar 23,99 %. Selain itu dapat juga dijelaskan bahwa gas akan berhenti berproduksi pada saat S w sebesar 87,99 %, sehingga saturasi gas residual (S gr ) sebesar 12,01 %. Untuk dapat menghasilkan kurva Langmuir, maka terlebih dahulu menentukan anggapan untuk parameter Volume Langmuir dan Tekanan Langmuir untuk ketiga lapisan yang ditunjukkan pada Tabel 4. Untuk harga porositas( ), permeabilitas (k) dan luas daerah pengurasan (AD) dari 1 sumur untuk setiap lapisan, dianggap masing-masing parameter tersebut sebesar 10%, 20 md dan 40 Are. Perhitungan Original Gas In Place (OGIP) untuk daerah pengurasan seluas 40 Are untuk ketiga lapisan yaitu sebesar BScf, yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 3. Harga data initial permeabilitas relatif Parameter Harga Swi, % 25 Sgc, % 5 Faktor eksponen air 2 Faktor eksponen gas 3 Titik akhir Krw 1 Titik akhir Krg 1 Gambar 4. Plot K rw dan K rg terhadap Saturasi air Kurva Langmuir isoterm untuk lapisan-1 diperoleh dengan menjalankan perangkat lunak Fekete CBM version 4.7, dengan memasukkan data yang sebelumnya telah disiapkan, dan dapat dilihat pada Gambar 5. Pada gambar tersebut terlihat titik berwarna hijau yang menunjukkan kondisi awal desorpsi dari lapisan-1. Sepanjang garis putus-putus berwarna hijau menunjukkan terjadi kondisi dewatering. Sementara itu, garis putus-putus berwarna hitam menunjukkan keadaan dengan tekanan dan gas bebas, yang berarti gas sudah tidak dapat diproduksikan lagi pada tekanan 100 psia. Selain itu, ditunjukkan juga pada bagian legenda, yaitu tekanan desorbsi lapisan-1 sebesar 323,1 psia dengan kandungan gas yang dapat diproduksikan sebanyak 104 Scf / ton. Kemudian untuk dapat memperkirakan kelakuan produksi gas dan air (dewatering) dari 3 lapisan yang telah disiapkan data sebagai input pada perangkat lunak Fekete CBM version 4.7, maka terlebih dahulu melakukan pengga- Perkiraan Kelakuan Produksi Gas Sumur CBM...; Edward ML Tobing 51
7 Tabel 5. Hasil perhitungan Original Gas in Place (OGIP) (Daerah pengurasan = 40 Are) Lapisan Densitas Batuan Area Ketebalan Gas Content OGIP ton/scf (acre) (feet) (Scf/ton) (BSCF) Total Laju Alir Gas,Mscf/hari Laju Alir Air, Bbl/hari Laju Alir Gas Laju Alir Air Gambar 5. Kurva Langmuir Isotherm Lapisan /29/2013 1/2015 8/28/2018 1/2020 1/2015 1/2025 8/27/2023 8/25/2028 1/2025 8/24/2033 1/2035 Waktu, Tahun Gambar 6. Plot laju alir gas dan air terhadap waktu bungan dari ketiga lapisan tersebut dalam model lumping. Plot perkiraan kelakuan produksi gas (Mscf/hari) dan air (Bbl/hari) terhadap waktu dari penjumlahan 3 lapisan dapat dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa awal laju produksi air pada bulan pertama tahun 2015 dimulai sebesar 2327,01 Bbl/hari dan pada akhir produksi (bulan pertama tahun 2035) sebesar 26,66 Bbl/hari. Produksi gas dimulai pada bulan ke-4 pada tahun 2015 dengan laju alir 0,00478 Mscf/hari. Laju maksimum produksi gas dicapai sebesar 301,18 Mscf/hari pada bulan ketiga tahun 2018 (atau setelah 38 bulan berproduksi), dan pada saat yang sama laju produksi air sebanyak 556,63 Bbl/hari. Sedangkan pada bulan pertama tahun 2035 produksi gas terendah sebesar 31,536 Mscf/hari, dengan tekanan bebas sebesar 100 psia. Plot produksi kumulatif gas terhadap waktu dari penjumlahan 3 lapisan dapat dilihat pada Gambar 7, dengan kumulatif produksi selama Kumulatif Produksi Gas, MMscf /29/2013 1/2015 8/28/2018 1/2020 8/27/2023 1/2025 8/25/2028 1/2030 8/24/2033 1/2035 Waktu, Tahun Gambar 7. Plot kumulatif gas terhadap waktu 20 tahun sebanyak 483,01 MMScf, atau persentase perolehan gas sebesar 26,92 % dari Original Gas In Place (OGIP). 52
8 4. KESIMPULAN Dari kajian perkiraan kelakuan produksi sumur gas CBM yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan utama yaitu: a. Berdasarkan harga parameter karbon tertambat (V FC ) dan zat terbang (V M ) dari 3 lapisan batubara yang dikaji termasuk klas Subbituminous. b. Jika uji laboratorium special core analysis pada percontoh batubara belum dapat dilakukan untuk penentuan plot kurva permeabilitas relatif air dan gas terhadap saturasi air ((S w ), maka korelasi Correy cukup memadai dapat digunakan untuk menentukan pada harga saturasi air berapa gas metana akan mulai dan berhenti berproduksi serta mendapatkan harga saturasi gas residual (S gr ). c. Berdasarkan perhitungan terhadap 3 (tiga) lapisan batubara lapangan 'J' untuk drainge area seluas 40 Acre, maka Original Gas In Place (OGIP) diperoleh sebesar BScf. d. Perkiraaan laju produksi air (dewatering) maksimum pada saat awal produksi (bulan pertama tahun 2015) sebesar 2327,01 Bbl/ hari dan setelah berproduksi 20 tahun pada bulan pertama tahun 2035 menurun menjadi 26,66 Bbl/hari. e. Perkiraan laju produksi gas metana pada bulan ke empat pada tahun 2015 dengan laju alir 0,00478 Mscf/hari. Laju maksimum produksi gas dicapai sebesar 301,18 Mscf/ hari pada bulan ketiga tahun 2018, dan pada bulan pertama tahun 2035 produksi gas terendah dicapai sebesar Mscf/hari. f. Perkiraaan laju produksi air (dewatering) maksimum pada saat awal produksi sebesar 2327,01 Bbl/hari dan setelah berproduksi 20 tahun menjadi 26,66 Bbl/hari. g. Kumulatif produksi gas metana selama 20 tahun sebanyak 483,01 MMScf atau bila dinyatakan dengan faktor perolehan gas sebanyak 26,92 % dari Original Gas In Place (OGIP). DAFTAR PUSTAKA Aminian, K., 2004, Evaluation of Coalbed Methane Reservoirs, Petroleum & Natural Gas Engineering Department, West Virginia University. Arenas, A.G., 2004, Development of Gas Production Type Curves for Coalbed Methane Reservoirs, Thesis, Department of Petroleum and Natural Gas Engineering, West Virginia. Chen, K.C., 2011, Preliminary Study on Gas Storage Capacity and Gas-in-Place for CBM Potential in Balingian Coalfield, Serawak Malaysia, International Journal of Applied Science and Technology, Universiti Teknologi PETRONAS, Malaysia. David, A.S, James F. Lea, J.C. Cox, 2003, Coal Bed Methane Production, SPE Inc, Oklahoma. Holmes, M., 2001, LESA Coalbed Methane Log Analysis, Digital Formation, Colorado. Lea, J.F., 2005, Gas Well Deliquification, 2ndEdition : Coal Bed Methane, Gulf Publishing. Rininda, K. 2013, Pengaruh Permeabilitas, Kandungan Gas dan Luas Area Pengurasan Terhadap Prediksi Kinerja Sumur CBM-X di Lapangan "A", Tugas Akhir, Universitas Trisakti. Rosaimi, A.H., 2012, The Effect of Permeability Towards Coalbed Methane (CBM) Production, Tugas Akhir, Universiti Teknologi PETRONAS, Perak. Youngson, D., 2007, Coal Bed Methane : CBM Sector Overview, Fox-Davies CAPITAL Limited, London. Perkiraan Kelakuan Produksi Gas Sumur CBM...; Edward ML Tobing 53
9 DAFTAR SIMBOL A = luas area reservoir, ft 2 C ga = kandungan gas pada tekanan bebas, SCF / ton C gi = kandungan gas awal, SCF / ton IGIP = Initial Gas In Place, Scf G c = kandungan gas, ft 3 gas / ton G s = kapasitas gas tersimpan, SCF / ton K rg = permeabilitas relatif terhadap gas, fraksi K rgc = permeabilitas relatif terhadap gas connate, fraksi K rw = permeabilitas relatif terhadap air, fraksi K rwc = permeabilitas relatif terhadap air connate, fraksi P R = tekanan rata-rata reservoir (psia) P = tekanan, psi P i = tekanan awal reservoir, psia P L = Tekanan Langmuir (psia) P wf = tekanan alir dasar sumur, psia R F = gas recovery factor, fraksi S = faktor skin, dimensionless S w = saturasi air, fraksi Swc = saturasi air connate, fraksi Sw* = saturasi efektif terhadap air, fraksi T R = temperatur reservoir, o F V = kandungan gas, ft 3 gas / ton V Ash = volume abu, % V FC = volume karbon, % V L = parameter volume Langmuir ( SCF / ton ) V M = volume kelembaban, % V VM = volume kandungan volatile, % Z = faktor kompresibilitas gas, dimensionless f a = kandungan abu, fraksi f m = kandungan air lembab, fraksi g = volume gas teradsorbsi, cc/gr h = ketebalan reservoir, feet k a = permeabilitas absolut, md k rg = permeabilitas relative gas, md k 0 = ( 0,8 x V FC /V M ) + 5,6 k rw = permeabilitas relatif terhadap air, md n g = konstanta Correy untuk gas n 0 = 0,39 - ( 0,1 x V FC /V M ) n w = konstanta Correy untuk air q g = laju alir gas, MSCF / hari q w = laju alir air, bbl / hari r e = radius pengurasan, feet r w = jari - jari sumur, feet Ø = porositas, fraksi ñ B = densitas batubara, gr/cc = 0, Ton/Scf ì w = viskositas air, cp ì g = viskositas gas, cp 1 Are = ft 2 54
Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin
Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Yosua Sions Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti
Lebih terperinciANALISIS PERAMALAN PRODUKSI RESERVOIR GAS METANA BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE F.A.S.T. CBM PADA SUMUR RRP LAPANGAN LEVI
ANALISIS PERAMALAN PRODUKSI RESERVOIR GAS METANA BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE F.A.S.T. CBM PADA SUMUR RRP LAPANGAN LEVI Renaldy Reza Pahlevi, M. Taufik Fathaddin, Siti Nuraeni Abstrak Coal Bed Methane
Lebih terperinciPENGGUNAAN MATERIAL BALANCE KING, SEIDLE, DAN JENSEN-SMITH DALAM MENENTUKAN GAS IN PLACE DAN PREDIKSI LAJU ALIR RESERVOIR COALBED METHANE
PENGGUNAAN MATERIAL BALANCE KING, SEIDLE, DAN JENSEN-SMITH DALAM MENENTUKAN GAS IN PLACE DAN PREDIKSI LAJU ALIR RESERVOIR COALBED METHANE THE USAGE OF KING, SEIDLE, AND JENSEN-SMITH S MATERIAL BALANCE
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISA DATA LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF DAN MEMPERKIRAKAN CADANGAN AWAL PADA SUMUR R LAPANGAN Y Riza Antares, Asri Nugrahanti, Suryo Prakoso Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK
ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK Dhita Stella Aulia Nurdin Abstract Perhitungan Initial Gas In Place (IGIP) pada Lapangan KIM menjadi langkah awal
Lebih terperinciUPAYA PRODUKSI GAS PADA RESERVOIR COALBED METHANE (CBM) SUMUR P#X DI KALIMANTAN
UPAYA PRODUKSI GAS PADA RESERVOIR COALBED METHANE (CBM) SUMUR P#X DI KALIMANTAN Eko Budhi Santosa STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu E-mail: ekobudhis@yahoo.co.id ABSTRAK Coalbed Methane (CBM)
Lebih terperinciKarakteristik dari CBM :
Karakteristik dari CBM : 1. Mekanisme gas storagenya, pada CBM gas tersimpan di dalam micropore atau matrix, gas tersebut teradsorbsi pada permukaan batu bara. Sebagian gas kecil tersimpan pada fracture
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISIS GAS ASSOSIATED PADA LAPISAN LP DI LAPANGAN BUGEL DENGAN PEMILIHAN SKENARIO TERBAIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI Deny Handryansyah, Djoko Sulistiyanto, Hari K. Oestomo Jurusan Teknik Perminyakan,
Lebih terperinciPerbandingan Kinerja Reservoir Gas Konvensional dengan Coal Bed Methane (CBM) Suranto Dosen Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta
ISSN 2540-9352 JEEE Vol. 5 No. 1 Suranto Perbandingan Kinerja Reservoir Gas Konvensional dengan Coal Bed Methane (CBM) Suranto Dosen Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Reservoir gas konvensional
Lebih terperinciBAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI
BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI Simulasi menggunakan model sistem reservoir seperti yang dijelaskan dan divalidasi dengan data lapangan pada Bab IV terdahulu, selanjutnya akan dilakukan analisa
Lebih terperinciPREDIKSI LAJU ALIR GAS DAN AIR PADA RESERVOIR GAS METANA BATUBARA (CBM) MENGGUNAKAN METODE KING DAN SEIDLE
PREDIKSI LAJU ALIR GAS DAN AIR PADA RESERVOIR GAS METANA BATUBARA (CBM) MENGGUNAKAN METODE KING DAN SEIDLE Sari Oleh: Hidayatus Syufyan* Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Doddy Abdassah Gas metana batubara atau
Lebih terperinciMENENTUKAN CADANGAN CBM (COAL BED METHANE) MENGGUNAKAN METODE MATERIAL BALANCE
MENENTUKAN CADANGAN CBM (COAL BED METHANE) MENGGUNAKAN METODE MATERIAL BALANCE Abstrak Gas alam yang berasal dari batubara telah diketahui pada penambangan batubara dan merupakan ancaman keselamatan bagi
Lebih terperinciGAS METANA BATUBARA ENERGI BARU, PERANAN PUSDIKLAT MIGAS
GAS METANA BATUBARA ENERGI BARU, PERANAN PUSDIKLAT MIGAS Oleh : FX YUDI TRYONO *) Abstrak Pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia khususnya sumber energy harus dilakukan secara tepat dan efisien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah
BAB I PENDAHULUAN Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah kegiatan eksplorasi dilaksanakan dan ditemukan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR
PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR Edgar G Sebastian Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail: edgar_bastian23@yahoo.com
Lebih terperinciseekementerian PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK SOAL UJIAN PERIODE SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013
seekementerian PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK SOAL UJIAN PERIODE SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Mata Uji : Coal Bed Methane (CBM) Jurusan : Teknik Pertambangan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. memperbesar jari-jari pengurasan sumur sehingga seakan-akan lubang
BAB VI KESIMPULAN 1. Operasi Radial Jet Drilling merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan rate produksi suatu sumur yang mempunyai prinsip membuat lubang yang berfungsi untuk mengurangi
Lebih terperinciKELAKUAN RESERVOIR CBM SEBELUM MENCAPAI PUNCAK PRODUKSI GAS
JTM Vol. XVI No.4/2009 KELAKUAN RESERVOIR CBM SEBELUM MENCAPAI PUNCAK PRODUKSI GAS Neni Yuliana 1, Pudjo Sukarno 1, Amega Yasutra 1 Sari Dalam memproduksikan gas pada CBM, pertama kali gas harus didesorpsi
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL
BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL Simulasi reservoir pada reservoir rekah alam dilakukan pada studi ini untuk mengetahui performance dari reservoir dan memprediksi
Lebih terperinciStudi Kinerja Reservoir Gas Konvensional dan Reservoir Coal Bed Methane (CBM) Menggunakan Simulator Reservoir
58 ISSN 0854-2554 Studi Kinerja Reservoir Gas Konvensional dan Reservoir Coal Bed Methane (CBM) Menggunakan Simulator Reservoir Suranto Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
Lebih terperinciAnalisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing
Abstract JEEE Vol. 5 No. 1 Novrianti, Yogi Erianto Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Novrianti 1, Yogi Erianto 1, Program Studi Teknik Perminyakan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua
Lebih terperinciBAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN
BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enhanced Oil Recovery (EOR) Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERAMALAN PRODUKSI SUMUR X DILAPISAN RESERVOIR Y DENGAN SIMULASI RESERVOIR
PERAMALAN PRODUKSI SUMUR X DILAPISAN RESERVOIR Y DENGAN SIMULASI RESERVOIR Deddy Phitra Akbar, Mumin Priyono Tamsil, Sri Feni M Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Dalam industri
Lebih terperinciOleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**
IDENTIFIKASI PENGARUH KEDALAMAN PENGUKURAN TEKANAN, SIFAT MINYAK, DAN BATUAN RESERVOIR TERHADAP PENENTUAN JUMLAH MINYAK AWAL di RESERVOIR DENGAN METODE MATERIAL BALANCE Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir.
Lebih terperinciEVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X
EVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X Abstrak Muhammad Fahdie, Asri Nugrahanti, Samsol Fakultas teknologi kebumian dan energi universitas trisakti Evaluasi
Lebih terperinciKAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X
KAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X Abstrak Margaretha Marissa Thomas, Siti Nuraeni, Rini Setiati Jurusan Teknik Perminyakan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal 1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhtumbuhan (komposisi utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak
Lebih terperinciEVALUASI METODE PENGANGKATAN BUATAN PADA PROSES DEWATERING SUMUR-SUMUR CBM DI LAPANGAN-X
EVALUASI METODE PENGANGKATAN BUATAN PADA PROSES DEWATERING SUMUR-SUMUR CBM DI LAPANGAN-X Erizka Meirani Waluyo 1), Gathuk Widiyanto 2), Sri Wahyuni 1) 1) Universitas Trisakti erizka_meirani@yahoo.com 2)
Lebih terperinciANALISIS FALLOFF TEST INJECTION PADA SUMUR R LAPANGAN SP DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ECRIN
ANALISIS FALLOFF TEST INJECTION PADA SUMUR R LAPANGAN SP DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ECRIN Sugi Prasetyo Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail:
Lebih terperinciProses Pemboran Sumur CBM. Rd Mohammad Yogie W
Proses Pemboran Sumur CBM Rd Mohammad Yogie W 101101026 Mengenal CBM Gas Metana Batubara adalah gas bumi (hidrokarbon) dengan gas metana merupakan komposisi utama yang terjadi secara alamiah dalam proses
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR
ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR Anastasya P.R1) 1) Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email
Lebih terperinciBab III Gas Metana Batubara
BAB III GAS METANA BATUBARA 3.1. Gas Metana Batubara Gas metana batubara adalah gas metana (CH 4 ) yang terbentuk secara alami pada lapisan batubara sebagai hasil dari proses kimia dan fisika yang terjadi
Lebih terperinciRekonstruksi dan Validasi Data Permeabilitas Relatif Untuk Proses History Matching Dalam Simulasi Reservoir Pengembangan Lapangan X
JEEE Vol. 4 No. 2 Rita, Putra, Erfando Rekonstruksi dan Validasi Data Permeabilitas Relatif Untuk Proses History Matching Dalam Simulasi Reservoir Pengembangan Lapangan X Novia Rita 1, Andre Pratama Putra
Lebih terperinciGambar 11. Perbandingan hasil produksi antara data lapangan dengan metode modifikasi Boberg- Lantz pada sumur ADA#22
Sekali lagi dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa perbandigan kurva produksi metode modifikasi Boberg-Lantz dengan data lapangan berpola mendekati. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan kenaikan produksi
Lebih terperinciANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
Analisis Petrofisika dan... ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN M. Iqbal Maulana, Widya Utama, Anik Hilyah Jurusan Teknik
Lebih terperinciPenentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well
Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well NOVRIANTI Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3
ANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3 Profit Pradana, Sembodo, Suryo Prakoso Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suardy dan Taruno (1985), Indonesia memiliki kurang lebih 60 cekungan sedimen yang tersebar di seluruh wilayahnya. Dari seluruh cekungan sedimen tersebut, penelitian
Lebih terperinciPREDIKSI KUMULATIF PRODUKSI PADA RESERVOIR TIGHT GAS DENGAN METODE LAJU ALIR MAKSIMUM TUGAS AKHIR. Oleh: GUSRIYANSYAH NIM :
0 PREDIKSI KUMULATIF PRODUKSI PADA RESERVOIR TIGHT GAS DENGAN METODE LAJU ALIR MAKSIMUM TUGAS AKHIR Oleh: GUSRIYANSYAH NIM : 12206097 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA
Lebih terperinciKEASLIAN KARYA ILMIAH...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR
Lebih terperinciIkatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 29 Bandung, 2- Desember 29 Makalah Profesional IATMI 9-16 ANALISIS DATA WATER OIL RATIO UNTUK MEMPREDIKSI NILAI PERMEABILITAS VERTIKAL
Lebih terperinciPorositas Efektif
Gambar 4.2.3. Histogram frekuensi porositas total seluruh sumur. 4.2.3. Porositas Efektif Porositas efektif adalah porositas total yang tidak terisi oleh shale. Porositas efektif ditentukan berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Shale merupakan jenis batuan yang mendominasi batuan sedimen di dunia, yakni sekitar 50-70 %, sedangkan sisanya berupa sandstone dan sedikit limestone (Jonas and McBride,
Lebih terperinciMETODE PENENTUAN LOKASI SUMUR PENGEMBANGAN UNTUK OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PENENTUAN LOKASI SUMUR PENGEMBANGAN UNTUK OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER POROSITAS, PERMEABILITAS DAN SATURASI MINYAK SECARA SEMI-ANALITIK TUGAS AKHIR Oleh: YOGA PRATAMA
Lebih terperinciGambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara
1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati
Lebih terperinciSTUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS
STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS Ricky 1), Sugiatmo Kasmungin 2), M.Taufiq Fathaddin 3) 1) Mahasiswa Magister Perminyakan, Fakultas
Lebih terperinciPENGGUNAAN DYNAMIC NODAL SYSTEM ANALYSIS PADA SUMUR GAS X-3 Application of Dynamic Nodal System Analysis on Gas Well X-3
PENGGUNAAN DYNAMIC NODAL SYSTEM ANALYSIS PADA SUMUR GAS X-3 Application of Dynamic Nodal System Analysis on Gas Well X-3 Oleh : Indra Gunawan* Sari Optimasi produksi sumur gas pada suatu waktu produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (komposisi utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak
Lebih terperinciOleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA PADA LAPISAN BATUBARA B DAN C YANG DITEMBUS PEMBORAN DI LOKASI AD-01 DAERAH OMBILIN, KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Sigit Arso
Lebih terperinci), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian.
1. Apa yang dimaksud dengan gas metana batubara (Coal Bed Methane) Gas metana batubara (Coal Bed Methane) adalah suatu gas alam yang terperangkap di dalam lapisan batubara (coal seam). Gas metana ini bisa
Lebih terperinciBAMBANG AGUS W., DKK. VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010 :
Modifikasi Persamaan Proximate Log Standard sebagai Hasil Studi Lapangan CBM Rambutan - Sumatra Selatan Oleh: Bambang Agus W. 1), Kosasih 1), dan Ken Sawitri 2) Pengkaji Teknologi 1), Perekayasa Muda 2),
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam
BAB II TEORI DASAR Pada saat ini jenis reservoir rekah alam mulai sering ditemukan, hal ini dikarenakan semakin menipisnya reservoir batu klastik yang mengandung hidrokarbon. Fakta menunjukkan bahwa sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas
Lebih terperinciMODEL PERKIRAAN PERMEABILITAS RELAIF AIR-METANA DALAM BATUBARA
MODEL PERKIRAAN PERMEABILITAS RELAIF AIR-METANA DALAM BATUBARA Oleh: Ratnayu Sitaresmi, M.G. Sriwahyuni, Sisworini, Fathaddin, M.T. Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti e-mail: mtfathaddin@yahoo.com
Lebih terperinciPERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT
PERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT PADA RESERVOIR MULTI LAPISAN BERTENAGA DORONG AIR TUGAS AKHIR Oleh: SANDI RIZMAN H NIM
Lebih terperinciBAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI
BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI Pada bab ini dibahas tentang beberapa metode metode analisis uji sumur injeksi, diantaranya adalah Hazebroek-Rainbow-Matthews 2 yang menggunakan prosedur
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST PADA SUMUR X LAPANGAN Y DENGAN METODE HORNER MANUAL DAN ECRIN 4.
ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST PADA SUMUR X LAPANGAN Y DENGAN METODE HORNER MANUAL DAN ECRIN 4.10 Agus Andri Yulianto, Djoko Sulistyanto, Albert Larope Abstract The main purpose of a hydrocarbons well
Lebih terperinciIkatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 009 Bandung, -5 Desember 009 Makalah Profesional IATMI 09-003 Mencari Hubungan Storativity Ratio dan Interporosity Flow Coefficient dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009).
BAB III TEORI DASAR Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009). Istilah batubara banyak dijumpai dari berbagai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciSTUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR
STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : RADEN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR.
PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR Oleh: ESTRI ANDROMEDA NIM : 12206038 Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciOptimasi Produksi Lapangan X dengan Menggunakan Simulasi Reservoir
Optimasi Produksi Lapangan X dengan Menggunakan Simulasi Reservoir Muhammad Bima Furqan, Onnie Ridaliani, Bambang kustono Abstrak Penelitian ini meneliti tentang bagaimana cara mengoptimasikan produksi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciEvaluasi Gas Metana Batubara Pada Formasi Balikpapan Cekungan Kutai
Evaluasi Gas Metana Batubara Pada Formasi Balikpapan Cekungan Kutai Nurul amalia Pusat Studi Energi UNPAD Abstrak Coalbed Methane (CBM) adalah salah satu unconventional sources yang mulai dikembangkan
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN KARAKTERISTIK RESERVOIR, KERUSAKAN FORMASI, DAN DELIVERABILITAS GAS PADA SUMUR AST-1
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 ANALISA PENENTUAN KARAKTERISTIK RESERVOIR, KERUSAKAN FORMASI, DAN DELIVERABILITAS GAS PADA SUMUR AST-1 Muh.
Lebih terperinciCut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan
Cut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan Bambang Triwibowo Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta Abstract The values
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN IGIP/RESERVES GAS
BAB IV PERHITUNGAN IGIP/RESERVES GAS Setelah dilakukannya pemodelan perangkap hidrokarbon yang ada di Lapangan Tango, juga perhitungan properti reservoir dengan melakukan analisis kuantitatif untuk menghasilkan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
PENGARUH PENENTUAN PILOT DESIGN TERHADAP EFISIENSI PENYAPUAN PADA KEGIATAN WATERFLOODING DI LAPANGAN AA LAPISAN M-31 Annisa Arisyi M., Syamsul Irham, Suryo Prakoso Jurusan Teknik Perminyakan Universitas
Lebih terperinciKonsep Gas Deliverability
BAB 3 Konsep Gas Deliverability Terdapat tiga komponen penting dalam gas deliverability, yaitu aliran gas di reservoir, aliran gas sepanjang pipa vertikal, dan aliran gas sepanjang pipa horizontal. Ketiga
Lebih terperinciOptimasi Produksi Reservoir Gas Kering ADF dengan Mempertimbangkan Penentuan Waktu Buka Sumur Produksi TUGAS AKHIR. Oleh: Dimas Ariotomo
Optimasi Produksi Reservoir Gas Kering ADF dengan Mempertimbangkan Penentuan Waktu Buka Sumur Produksi TUGAS AKHIR Oleh: Dimas Ariotomo 12206007 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Lebih terperinciMETODE STRAIGHT-LINE MATERIAL BALANCE PADA RESERVOIR GAS REKAH ALAM
METODE STRAIGHT-LINE MATERIAL BALANCE PADA RESERVOIR GAS REKAH ALAM Andini W Mulyandari* Abstrak Reservoir rekah alam memiliki sistem yang kompleks karena adanya dua sistem porositas, yaitu porositas matriks
Lebih terperinciBerikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).
Gambar 3.17 Grafik silang antara porositas inti bor dan porositas log densitas. Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CBM (Coal Bed Methane) atau Gas Metan Batubara pada beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu kandidat alternatif pemenuhan kebutuhan energi fosil, dimana reservoir-reservoir
Lebih terperinciKEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA
KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA Diajukan untuk Memenuhi Syarat Permohonan Kuliah Kerja Lapangan O l e h Veto Octavianus ( 03111002051
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity.
BAB IV PEMBAHASAN Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity. Model porositas tunggal digunakan pada primary recovery yang hanya memerlukan nilai porositas dari pori-pori atau
Lebih terperinciANALISA KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN SHALE HIDROKARBON DI INDONESIA
ANALISA KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN SHALE HIDROKARBON DI INDONESIA Muhammad Aulia Rizki Agsa 1), Trijana Kartoatmodjo 2), Siti Nuraeni E. Sibuea 3) 1) Mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Trisakti 2)
Lebih terperinciIkatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X Jakarta, 12 14 November 28 Makalah Profesional IATMI 8 15 Metode Peramalan Kelakuan dan Produksi Gas Metana Batubara Menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia
Lebih terperinciEvaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur
Evaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur Oleh: Ari Teguh Sugiarto 1109100053 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.rer.nat
Lebih terperinciEoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said ABSTRAK
PENENTUAN ISI AWAL MINYAK DI TEMPAT DENGAN METODE VOLUMETRIK DAN MATERIAL BALANCE GARIS LURUS HAVLENA-ODEH DAN PERKIRAAN PRODUKSI ZONA ENH PADA LAPANGAN X Eoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said 1 Program
Lebih terperinciPerencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada
3.1.2. Perencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses waterflood itu sendiri. Perkiraan
Lebih terperinciANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT
ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT Oleh: *)Ganjar Hermadi ABSTRAK Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode yang paling sering
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan
Bab I Pendahuluan I.1 Maksud dan Tujuan Pemboran pertama kali di lapangan RantauBais di lakukan pada tahun 1940, akan tetapi tidak ditemukan potensi hidrokarbon pada sumur RantauBais#1 ini. Pada perkembangan
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI
KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI Siti Kartika, Sugiatmo Kasmungin Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti
Lebih terperinciRani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010
PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1105 100 034 Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISIS SIFAT PATAHAN (SEALING-LEAKING) BERDASARKAN DATA TEKANAN, DECLINE CURVE, DAN CONNECTIVITY INJECTION PADA LAPANGAN DIMA Alfredo, Djoko Sulistyanto Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti
Lebih terperinciPENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dede Ibnu S. *, Rahmat Hidayat *, Sigit Arso. W. *, Khoirun Nahar ** * KP Energi Fosil, ** Sub-Bidang Laboratorium
Lebih terperinciAcara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II
WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iv PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS DENGAN ANALISIS NODAL
OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS DENGAN ANALISIS NODAL Abstrak Deane Parahita Program Studi Teknik Perminyakan Trisakti Produktivitas sumur ditunjukkan dari kemampuan suatu formasi untuk memproduksi fluida
Lebih terperinciPENENTUAN CEMENTATION EXPONENT (m) TANPA ADANYA CLEAN ZONE DAN WATER BEARING PADA RESERVOAR KARBONAT
PEETUA CEMETATIO EXPOET (m) TAPA ADAYA CLEA ZOE DA WATER BEARIG PADA RESERVOAR KARBOAT Oleh : Widya Utama, Puguh Hiskia, Benny ugroho Ardhiansyah, Septa Erik Prabawa Program Studi Geofisika Jurusan Fisika,
Lebih terperinciKesalahan pembulatan Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pembulatan angka-angka di belakang koma. Adanya pembulatan ini menjadikan hasil
BAB V PEMBAHASAN Simulasi reservoar merupakan usaha untuk menirukan/memodelkan suatu reservoar yang sesungguhnya dengan model matematis sehingga perilaku reservoar di masa yang akan datang dapat diprediksi.
Lebih terperinciDAFTAR ISI (lanjutan)
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1
Lebih terperinciPENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI
PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh Robert L. Tobing, Priyono, Asep Suryana KP Energi Fosil SARI
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI
EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI Imam Kurniawan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Penelitian ini mengevaluasi perekahan
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinci