BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (komposisi utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak pengendapannya terkena proses kimia dan fisika yang mengakibatkan terjadinya pengkayaan kandungan karbonnya (Stach et al.,1982). Pembatubaraaan merupakan proses perubahan vegetasi dari gambut, lignit, sub-bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit dan batubara meta-antrasit. Tingkat transformasi atau pembatubaraan disebut peringkat batubara (Thomas, 2013). Kebanyakan sumberdaya batubara di Indonesia merupakan peringkat rendah (lignit sampai sub-bituminous). Diperkirakan sumberdaya batubara tersebut mencapai 58 milyar ton yang terbentang di beberapa wilayah Indonesia. Sumberdaya batubara paling banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan (Sosrowidjodjo dan Saghafi, 2009). Sumatera memiliki sekitar 45% dari total cadangan batubara Indonesia yang terhitung. Cadangan batubara di Sumatera Selatan 18,13 milyar ton. Lokasi batubara terdapat di kabupaten Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin dan Musi Rawas. Mutu cadangan batubara pada umumnya berjenis lignit dengan kandungan kalori antara Kcal/kg (Anonim, 2016). Cekungan Sumatera Selatan merupakan satu dari cekungan penting yang menghasilkan minyak dan batubara di Indonesia. Kualitas batubara ditentukan oleh lingkungan pengendapan, aspek fisika, kimia, dan biologi. Faktor yang mempengaruhi kualitas batubara antara lain ash, fixed carbon, moisture, volatile matter, dan vitrinite reflectance, dimana kandungan dari komponen komponen tersebut sangat penting dalam mengetahui kualitas batubara yang sering disebut sebagai analisis proksimat batubara. 1

2 2 Pada semua lapisan batubara yang ditembus oleh lubang bor eksplorasi hanya diambil beberapa sampel batubara untuk dilakukan analisis proksimat, hal ini disebabkan karena mahalnya biaya uji laboratorium, terlebih lagi apabila dalam satu lapangan terdapat banyak lubang sumur eksplorasi. Dalam dunia pertambangan dan eksplorasi batubara, aktivitas pemboran sangat diperlukan untuk memperhitungkan dan mengetahui satu atau lebih properti fisik dari sekuen lapisan pembawa batubara. Informasi tersebut sangat membantu bagi para ahli geologi diantaranya untuk mengetahui kedalaman, ketebalan, arah lapisan batubara serta untuk mengetahui gejala-gejala geologi lainnya seperti ada tidaknya pengaruh patahan, lipatan, join dan intrusi batuan beku (Thomas, 2013). Penelitian ini mencoba menghubungkan nilai proksimat dengan data log geofisik serta dibantu dengan uji statistik, sehingga melalui pendekatan tersebut diketahui nilai-nilai proksimat di sumur-sumur lain yang tidak memiliki sampel proksimat melalui interpretasi sensitivitas log geofisika terhadap parameter nilai proksimat hasil uji laboratorium. Hal ini dapat menjadi alternatif dalam menghemat biaya, sehingga nilai-nilai proksimat batubara dapat diprediksi tanpa melakukan uji laboratorium. Analisis petrofisik untuk mengetahui sensitifitas log mula-mula dilakukan dalam dunia perminyakan, seperti untuk mengetahui nilai porositas (%), resistivitas (R), volume shale (Vs), kejenuhan air (Vsw), dan permeabilitas (k). Sejak krisis minyak pada tahun 1973, metode geofisika salah satunya logging geofisika mulai ditingkatkan penggunaannya diantaranya untuk mengidentifikasi keterdapatan batubara yang bernilai ekonomis (Thomas, 2013). Mullen (1989) telah melakukan sebuah riset mengenai hubungan sensitivitas log untuk mengetahui sensitivitas log standard berupa log densitas (RHOB) terhadap nilai proksimat batubara pada Formasi Fruitland, Cekungan San Juan di Amerika Serikat. Formasi Fruitland memiliki karakteristik batubara berperingkat tinggi (high rank menengah/bituminous). Hasil dari riset Mullen (1989) berupa sebuah formula sensitivitas antara parameter log terhadap proksimat batubara. Riset yang telah dilakukan Mullen (1989) tersebut akan diaplikasikan pada daerah kajian dengan karakteristik batubara yang berbeda yaitu berperingkat rendah serta dengan memperhatikan faktor-faktor geologi yang

3 3 mempengaruhinya. Untuk mendeliniasi lapisan batubara digunakan parameter pengukuran log caliper density gamma ray, namun ada pula yang menggunakan log neutron dan resistivitas (Sutton, 2014). Dalam dunia pertambangan batubara ada dua jenis log yang biasa dipakai yaitu log compensated dan log uncompensated. Log modern atau yang lebih dikenal dengan compensated log (log standard) mengaplikasikan log densitas dengan pembacaan bulk density dalam (g/cm³), sehingga bisa menerjemahkan informasi lithologi. Hal ini tidak berlaku bagi log densitas tipe uncompensated (FSU) atau yang lebih dikenal dengan Log FDGDC yang memiliki interpretasi spasi panjang (long density) dan spasi pendek (short density) dalam satuan Count Per Second (CPS). Log uncompensated dilakukan terkait strategi eksplorasi untuk menekan biaya eksplorasi dan sebagai kontrol stratigrafi terhadap log-log compensated yang memiliki parameter log lengkap meliputi log gamma ray, sonic log, neutron log, resistivity log, density log, dan caliper log, dimana log uncompensated hanya memiliki dua parameter log yaitu gamma ray log serta density log. Dalam hal ini yang membedakan penelitian ini terhadap penelitian yang dilakukan oleh Mullen (1989) adalah Mullen hanya melakukan hubungan antara pendekatan log yang dipakai terbatas pada log densitas (RHOB) saja untuk mengetahui harga nilai proksimat ash content. Setelah diketahui harga ash content, maka peneliti dapat mencari harga-harga nilai proksimat yang lain seperti fixed carbon, volatile matter dan moisture content. Sedangkan penelitian ini mencoba melakukan pendekatan log-log yang lain selain log densitas seperti log sonic, gamma ray, neuton dan resistivitas baik uncompensated log maupun compensated log untuk mengetahui nilai-nilai proksimat batubara seperti fixed carbon (fc), moisture content, kandungan abu (ash), volatile matter dan relative density (RD) dengan dibantu dengan pendekatan statistik berupa analisis regresi. Penelitian ini dilakukan di lapangan batubara Tanjung Enim, Cekungan Sumatra Selatan. Lapangan ini merupakan bagian dari Formasi Muara Enim. Menurut Suwarna (2003) Formasi Muara Enim terbagi menjadi empat unit, dari yang tua ke muda yaitu M1, M2, M3, dan M4. Target utama eksplorasi batubara berdasarkan ketebalan lapisan dan peringkat batubara adalah pada lapisan M2 dengan ketebalan sebesar m (Suwarna, 2003). Lapisan batubara M2

4 4 sangat potensial serta lapisan batubaranya berkelanjutan antara batas dan ketebalannya dibanding subdivisi yang lain. Lapisan batubara M2 ditinjau dari stratigrafinya sangat dipengaruhi oleh mineral-mineral non batubara yang berasosiasi dengan lapisan batubara seperti sandstone dan siltstone. Kandungan mineral-mineral tersebut dalam analisis proksimat disebut mineral matter atau mineral anorganik yang tidak habis serta terus resistan dan menjadi residu selama proses pembakaran atau sering disebut kandungan abu (ash content) (Speight, 2005). Hal ini menjadi langkah awal serta memberikan informasi untuk mengetahui karakteristik dari lapisan batubara kajian, dimana kandungan abu yang mempengaruhi lapisan batubara di daerah kajian akan sangat besar pengaruhnya terhadap langkah-langkah pendekatan melalui analisis sensitifitas dari log geofisika terhadap nilai proksimat yang akan dianalisis lebih lanjut serta dengan parameter ash content tersebut juga dapat diketahui lingkungan pengendapan batubara di daerah yang dikaji yaitu subdivisi M2. Setelah diketahui tingkat sensitifitas masing-masing log terhadap proksimat batubara, pada akhirnya akan didapatkan nilai-nilai yang akan diaplikasikan untuk membantu eksplorasi lanjut terutama di lokasi penelitian. Penelitian ini dianggap perlu untuk diaplikasikan serta sangat relevan untuk dilakukan. I.2 Perumusan Masalah Adapun Perumusan Masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan antara nilai petrofisika log terhadap nilai proksimat batubara pada peringkat rendah. 2. Bagaimana formula untuk menghitung nilai proksimat dari data petrofisik pada batubara peringkat rendah. 3. I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan Tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan mengenai hubungan nilai petrofisik suatu lapisan batubara. Tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah:

5 5 1. Mendapatkan hubungan antara nilai petrofisik log terhadap nilai proksimat batubara peringkat rendah 2. Mendapatkan formula empiris dari korelasi petrofisik terhadap nilai proksimat batubara peringkat rendah I.4. Lokasi Penelitian Lokasi daerah penelitian dengan skala 1: (Gambar 1.1) berada di lapangan batubara Tanjung Enim dengan koordinat 3 45'37"S '57"E yang terletak pada dua Kecamatan yaitu Gunung Megang dan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatra Selatan. Lokasi penelitian berjarak kira-kira +/- 8 km dari pusat kota kabupaten Muara Enim serta dapat dijangkau melalui jalur darat dengan kendaraan dari instansi perusahaan. Daerah yang dikaji merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan. Gambar 1.1 Lokasi Penelitian ditunjukkan pada bagian kotak berwarna biru

6 6 I.5. Batasan Masalah Dalam penelitian ada beberapa batasan masalah yang dilakukan, antara lain: Peringkat batubara ditentukan berdasarkan data dari dua jenis sumur masing-masing 3 sumur compensated (log standard/log lengkap) dan 3 sumur uncompensated (gamma ray & density log dalam satuan Counts per second/cps). Log Compensated merupakan log yang memiliki kedalaman sekitar 486 m sedangkan log-log uncompensated merupakan log dangkal yang digunakan sebagai kontrol stratigrafi. Keenam log ini terdapat pada daerah yang dikaji dalam penelitian, serta 26 sampel batubara dalam uji proksimat pada lapisan A1, B1 dan C. Dari data tersebut, akan dilakukan analisis hubungan antara parameter petrofisika untuk mengetahui kualitas batubara, serta lingkungan pengendapan batubara di daerah penelitian. Dari analisis tersebut dapat diketahui bagaimana kualitas serta lapisan batubara prospek yang menjadi target penelitian. I.6. Peneliti Terdahulu Daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan, dimana telah banyak dilakukan berbagai penelitian geologi maupun geofisika (Tabel 1.1). Berikut beberapa peneliti yang menjadi acuan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Mullen (1989) Dalam penelitian yang berjudul Coalbed Methane Resource Evaluation From Wireline Logs in the Northeastern San Juan Basin. Telah dilakukan penelitian mengenai produksi gas metan dari lapisan batubara sebagai evaluasi dan pengembangan pada reservoar di Cekungan San Juan, Colorado dan New Mexico. Kebanyakan pada penelitian sebelumnya di daerah ini telah dilakukan evaluasi untuk mengetahui sumberdaya gas metan dan kualitas batubara dengan data pemboran dan testing. Sehingga pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui kualitas batubara melalui pendekatan statistik dengan menghubungkan data log petrofisika dengan data geokimia yaitu data proksimat. Pada penelitian ini pendekatan log yang dipakai hanya terbatas pada log densitas (RHOB) saja untuk mengetahui harga nilai proksimat ash content. Setelah

7 7 diketahui harga ash content, maka peneliti dapat mencari harga-harga nilai proksimat yang lain seperti fixed carbon, volatile matter dan moisture content. 2. Suwarna, et al (2003) Penelitian dengan judul Kajian Eksplorasi CBM Sumatera Selatan. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui keberadaan gas metan serta untuk meningkatkan pemahaman akan besarnya potensi gas metan di daerah Sumatera Selatan sebagai energi alternatif. Data-data yang digunakan meliputi pengukuran batubara (pengukuran terukur/ms, pengukuran rekahan batubara atau cleat) dan pengukuran laboratorium (analisis proksimat). Secara spesifik penelitian ini adalah dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas CBM dari batubara Muara Enim dan implikasi eksplorasi CBM sebagai sumber daya nenergi terbarukan, mengukur dan menganalisa deposit batubara dan proses pembatubaraan, mengetahui perkembangan lingkungan sedimentasi dan model struktur dari Cekungan. Secara petrografi kelompok maseral batubara didominasi oleh vitrinit sebesar 69,4 97,4%. Inertinit 0,4 22,0%. Eksinit 0,4 18,2%. Bahan mineral didominasi oleh mineral lempung dengan sedikit pirit dan karbonat termasuk tingkat rendah (0,4 5,4%). Kajian fasies bahan organik menunjukkan bahwa batubara terendapkan di zona rawa berhutan basah sampai limnik, dalam lingkungan pengendapan lower delta plain transgresi. 3. Sosrowidjojo & Saghafi, 2009 Dalam penelitian yang berjudul Development of the first coal seam gas exploration program in Indonesia: Reservoar properties of the Muaraenim Formation, South Sumatera. Tahap pertama proyek yang dilakukan pada penelitian ini dirancang untuk menguji sifat reservoar gas dengan fokus pada kapasitas penyimpanan gas batubara dan properti komposisi. digunakan adalah data petrologi organik batubara, data proksimat, dan 5 (lima) sumur pemboran. Analisis proksimat menunjukkan hasil bervariasi yaitu kandungan abu berkisar dari 2,6 32,0%, kandungan moisture dari 10 24%, densitas densitas batubar dari 1,32 g/cm 3 1,57 g/cm 3, serta fixed carbon dari 23,8 43,5%. Analisis petrografi batubara menunjukkan nila vitrinite yang tinggi yaitu 76% - 87%. Pengukiran kandungan gas menunjukkan komposisi gas CH 4 dari 79,73 93,36%, CO 2 5,82 19,41%, N 2 +C 2 0,43 0,86%. Porositas 8,33 15,84%.

8 8 Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan lokasi penelitian kajian merupakan reservoar gas yang paling tinggi cadangannya di Indonesia. 4. Bambang et al (2010) Penelitian dengan judul Modifikasi Persamaan Proximate Log Standard sebagai Hasil Studi Lapangan CBM Rambutan Sumatra Selatan. Penelitian ini menjelaskan hubungan antara data log petrofisika dengan data proksimat batubara hasil uji laboratorium yang banyak. Pada studi ini, sebanyak 134 perconto batubara baik berupa core ataupun cutting yang diambil sebagai representasi dari lima lapisan batubara (seam) pada kelima sumur CBM lapangan Rambutan Sumatera-Selatan (RSS) akan digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki persamaan log conventional agar dapat dipakai pada evaluasi CBM untuk semua lapisan batubara di lapangan RSS. Penelitian ini mencoba memodifikasi persamaan log dari Mullen, Kim dan Mavor. Khusus persamaan Mullen, peneliti disini tidak mencoba merubah apa yang dilakukan Mullen (1989) yaitu tetap hanya menggunakan log densitas RHOB yang dihubungkan dengan data ash content untuk mencari nilai proksimat lainnya meskipun persamaan berbeda dari hasil yang diperoleh Mullen (1989). 5. Akbari & Sutrisno (2014) Dalam penelitian yang berjudul Interpretasi Data Geofisika Well Logging dan Analisis Hubungan Density Log dengan Kualitas Batubara. Penelitian ini menggunakan data well logging dari 9 sumur, data proksimat batubara, interpretasi data log gamma ray dan log density. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tiga hasil analisis hubungan density log dengan kualitas batubara, yang terbaik adalah analisis density log terhadap nilai kalori batubara dengan koefisen korelasi (R 2 ) sebesar 0,6396 atau 63,96% yang menunjukkan korelasi yang kuat.

9 9 Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terdahulu No. Penulis Judul Data dan Metode Kesimpulan 1. Mullen, 1989 Coalbed Methane Resource Evaluation From Wireline Logs in the Northeastern San Juan Basin digunakan Wireline Log dan data Proksimat Batubara Berdasarkan persamaan yang dihasilkan dimana parameter ash content sangat signifikan berpengaruh terhadap parameter densitas batubara namun nilai fixed carbon dan volatile matter sangat bervariasi. Sehingga parameter ash content menjadi parameter utama yang dijadikan acuan dalam penelitian. 2. Suwarna et al., 2003 Kajian Eksplorasi CBM Sumatera Selatan digunakan petrologi organik, geologi lapangan Secara petrografi kelompok maseral batubara didominasi oleh vitrinit sebesar 69,4 97,4%. Inertinit 0,4 22,0%. Eksinit 0,4 18,2%. Bahan mineral didominasi No. Penulis Judul Data dan Metode Kesimpulan

10 10 Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) 2. Suwarna et al., Kajian oleh mineral 2003 Eksplorasi digunakan lempung dengan CBM petrologi organik, sedikit pirit dan Sumatera geologi lapangan karbonat termasuk Selatan tingkat rendah (0,4 5,4%). Kajian fasies bahan organik menunjukkan bahwa batubara terendapkan di zona rawa berhutan basah sampai limnik, dalam lingkungan pengendapan lower delta plain transgresi. 3. Sosrowidjojo & Development Analisis proksimat Saghafi, 2009 of the first digunakan adalah menunjukkan hasil coal seam gas data petrologi bervariasi yaitu exploration organik batubara, kandungan abu program in data proksimat, berkisar dari 2,6 Indonesia: dan 32,0%, kandungan Reservoar moisture dari 10 properties of 24%, densitas the densitas batubara Muaraenim dari 1,32 g/cm 3 Formation, South Sumatra

11 11 Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Data dan Metode Kesimpulan 3. Sosrowidjojo & Saghafi, 2009 Development of the first coal seam gas exploration program in Indonesia: Reservoar propertie s of the Muaraenim Formation, South Sumatera digunakan adalah data petrologi organik batubara, data proksimat, dan 5 (lima) sumur pemboran 1,57 g/cm 3, serta fixed carbon dari 23,8 43,5%. Analisis petrografi batubara menunjukkan nila vitrinite yang tinggi yaitu 76% -87%. Pengukiran kandungan gas menunjukkan komposisi gas CH 4 dari 79,73 93,36%, CO 2 5,82 19,41%, N 2 +C 2 0,43 0,86%. Porositas 8,33 15,84%. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan lokasi penelitian kajian merupakan reservoir gas yang paling tinggi cadangannya di Indonesia.

12 Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) 12 No. Penulis Judul Data dan Metode Kesimpulan 4. Bambang et al., 2010 Modifikasi Persamaan Proximate Log Standard sebagai Hasil Studi Lapangan CBM Rambutan Sumatra Selatan digunakan adalah data proksimat, log standard. Pengujian hasil uji laboratorium dengan metode perhitungan dari Formula Mullen, Mavor, dan Kim menunjukkan bahwa persamaanpersamaan log tersebut tidak cocok diaplikasikan untuk evaluasi batubara di lapangan Rambutan Sumatra Selatan. 5. Akbari & Sutrisno, 2014 Interpretasi Data Geofisika Well Logging dan Analisis Hubungan Density Log dengan Kualitas Batubara digunakan adalah data well logging 9 sumur, data proksimat batubara, interpretasi data log gamma ray dan log density Tiga hasil analisis hubungan density log dengan kualitas batubara, yang terbaik adalah analisis density log terhadap nilai kalori batubara dengan koefisen korelasi (R 2 ) sebesar 0,6396 atau 63,96% yang menunjukkan korelasi yang kuat.

13 13 I.7. Keaslian dan Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan perkembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Ada dua eksperimen sebagai acuan utama dalam penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mullen (1989) yang mengintegrasikan data proksimat dengan data log pada cekungan San Juan di Amerika Serikat yang memiliki karakteristik batubara berperingkat sedang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, penelitian ini dapat dikatakan belum pernah dilakukan pada lapangan Tanjung Enim karena menggunakan dua log berbeda yaitu log compensated dan log uncompensated untuk diintegrasikan dengan hasil analisis proksimat, serta dalam melakukan korelasi persamaan-persamaan yang dihasilkan menggunakan korelasi statistik (uji statistik) pada batubara berperingkat rendah - sedang di Indonesia. Manfaat penelitian ini adalah memberikan sebuah solusi dengan menyajikan formula empiris yang dapat digunakan untuk menentukan lapisan batubara berdasarkan analisis petrofisik tentang sensitifitas log untuk menentukan nilai proksimat batubara khususnya daerah kajian serta untuk batubara yang memiliki karakteristik yang sama di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhtumbuhan (komposisi utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CBM (Coal Bed Methane) atau Gas Metan Batubara pada beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu kandidat alternatif pemenuhan kebutuhan energi fosil, dimana reservoir-reservoir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen, yang merupakan bahan bakar hidrokarbon, yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN.... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... iii KATA PENGANTAR.... iv ABSTRAK.... vi ABSTRACT.... vii DAFTAR ISI.... viii DAFTAR GAMBAR.... xi DAFTAR TABEL....

Lebih terperinci

seekementerian PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK SOAL UJIAN PERIODE SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013

seekementerian PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK SOAL UJIAN PERIODE SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013 seekementerian PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK SOAL UJIAN PERIODE SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Mata Uji : Coal Bed Methane (CBM) Jurusan : Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh Robert L. Tobing, Priyono, Asep Suryana KP Energi Fosil SARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy Indonesia yang secara umum terletak di wilayah South Mahakam, sebelah tenggara dan selatan dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah kegiatan eksplorasi dilaksanakan dan ditemukan

Lebih terperinci

ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING

ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING DENGAN METODE CROSS SECTION DI PT. TELEN ORBIT PRIMA DESA BUHUT KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Erihartanti 1, Simon Sadok Siregar 1, Ibrahim Sota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam wilayah Cekungan Sumatra Selatan, lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra Selatan termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1 I.1. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lapangan Reira telah diproduksi sejak 30 tahun yang lalu. Hingga saat ini telah lebih dari 90 sumur diproduksi di Reira. Pada awal masa eksploitasi, sumursumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar kesarjanaan di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Mineral, Universitas Trisakti,

Lebih terperinci

BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Proses Pembentukan Batubara Penggambutan ( Peatification

BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Proses Pembentukan Batubara Penggambutan ( Peatification BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat-hitam, yang sejak pengendapannya mengalami proses kimia dan fisika,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA

BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA 4.1. Stratigrafi Batubara Lapisan batubara yang tersebar wilayah Banko Tengah Blok Niru memiliki 3 group lapisan batubara utama yaitu : lapisan batubara A, lapisan batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Endapan batubara adalah salah satu sumber daya alam yang digunakan sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak, sebagai sumber energi manusia. Penggunaan batubara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Dalam menentukan lingkungan pengendapan batubara di Pit J daerah Pinang dilakukan dengan menganalisis komposisi maseral batubara. Sampel batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endapan batubara di Indonesia umumnya berkaitan erat dengan pembentukan cekungan sedimentasi Tersier (Paleogen-Neogen), yang diakibatkan proses tumbukan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berjalannya waktu jumlah cadangan migas yang ada tentu akan semakin berkurang, oleh sebab itu metoda eksplorasi yang efisien dan efektif perlu dilakukan guna

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA I. DATA UMUM Record Jenis Laporan* DIP DIKS Judul Laporan KERJA SAMA TRIWULAN TAHUNAN BIMTEK Lainlain Instansi Pelapor Penyelidik Penulis Laporan Tahun Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cekungan Tarakan terbagi menjadi empat Sub-Cekungan berdasarkan Pertamina BPPKA (1996), yaitu Sub-Cekungan Muara, Sub-Cekungan Berau, Sub-Cekungan Tarakan, dan Sub-Cekungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara mempunyai karakteristik dan kualitas yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Faktor tumbuhan pembentuk dan lingkungan pengendapan akan menyebabkan

Lebih terperinci

Oleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung

Oleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA PADA LAPISAN BATUBARA B DAN C YANG DITEMBUS PEMBORAN DI LOKASI AD-01 DAERAH OMBILIN, KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Sigit Arso

Lebih terperinci

BAMBANG AGUS W., DKK. VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010 :

BAMBANG AGUS W., DKK. VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010 : Modifikasi Persamaan Proximate Log Standard sebagai Hasil Studi Lapangan CBM Rambutan - Sumatra Selatan Oleh: Bambang Agus W. 1), Kosasih 1), dan Ken Sawitri 2) Pengkaji Teknologi 1), Perekayasa Muda 2),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal

Lebih terperinci

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia semakin banyak ditemukan minyak dan gas yang terdapat pada reservoir karbonat, mulai dari ukuran kecil hingga besar. Penemuan hidrokarbon dalam

Lebih terperinci

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dede Ibnu S. *, Rahmat Hidayat *, Sigit Arso. W. *, Khoirun Nahar ** * KP Energi Fosil, ** Sub-Bidang Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Pertamina BPPKA (1996), Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah Cekungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perminyakan adalah salah satu industri strategis yang memegang peranan sangat penting saat ini, karena merupakan penyuplai terbesar bagi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrokarbon merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Kegiatan ekplorasi

Lebih terperinci

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Wawang Sri Purnomo dan Fatimah Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Lokasi Penyelidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Pengaruh Hubungan antara Kandungan Gas Metana dengan Karakteristik Batubara dan Kedalaman pada Lapisan Batubara di Cekungan Barito dan Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan penghasil minyak bumi yang pontensial di Indonesia. Cekungan ini telah dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Data seismik dan log sumur merupakan bagian dari data yang diambil di bawah permukaan dan tentunya membawa informasi cukup banyak mengenai kondisi geologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi sifat-sifat litologi dan fisika dari batuan reservoar, sehingga dapat dikarakterisasi dan kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA 4.1 KOMPOSISI MASERAL BATUBARA Komposisi maseral batubara ditentukan dengan melakukan analisis petrografi sayatan sampel batubara di laboratorium (dilakukan oleh PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil dewasa ini masih menjadi primadona sebagai energi terbesar di dunia, namun minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi incaran utama bagi para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki bermacam-macam sumber energi dimana salah satunya berupa batubara. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Endapan Batubara Penyebaran endapan batubara ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur Tersier yang terdapat secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumber

Lebih terperinci

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

BAB IV ENDAPAN BATUBARA BAB IV ENDAPAN BATUBARA 4.1 Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya mengalami

Lebih terperinci

GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK )

GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK ) GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK ) Kuncoro bbkuncoro_sda@yahoo.com 08122953788 Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Apa itu geophysical well

Lebih terperinci

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Lembar Peta No. 1916-11 dan 1916-12) O l e h : Syufra Ilyas Subdit Batubara, DIM S A

Lebih terperinci

KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: Sigit Arso W.

KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: Sigit Arso W. KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh: Sigit Arso W. Pusat Sumber Daya Geologi Jln. Soekarno - Hatta No. Bandung SARI Gas metana(ch) merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

BAB IV ENDAPAN BATUBARA 36 BAB IV ENDAPAN BATUBARA IV.1 Pembahasan Umum Batubara Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya

Lebih terperinci

Robert L. Tobing, David P. Simatupang, M. A. Ibrahim, Dede I. Suhada Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi

Robert L. Tobing, David P. Simatupang, M. A. Ibrahim, Dede I. Suhada Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi PENGEBORAN DALAM UNTUK EVALUASI POTENSI CBM DAN BATUBARA BAWAH PERMUKAAN DI DAERAH UPAU, KABUPATEN TABALONG DAN KABUPATEN BALANGAN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Robert L. Tobing, David P. Simatupang, M.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Shale merupakan jenis batuan yang mendominasi batuan sedimen di dunia, yakni sekitar 50-70 %, sedangkan sisanya berupa sandstone dan sedikit limestone (Jonas and McBride,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan ekonomis di Indonesia dan telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract...... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i iii iv v viii xi xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

Evaluasi Gas Metana Batubara Pada Formasi Balikpapan Cekungan Kutai

Evaluasi Gas Metana Batubara Pada Formasi Balikpapan Cekungan Kutai Evaluasi Gas Metana Batubara Pada Formasi Balikpapan Cekungan Kutai Nurul amalia Pusat Studi Energi UNPAD Abstrak Coalbed Methane (CBM) adalah salah satu unconventional sources yang mulai dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Kutai merupakan cekungan Tersier terbesar dan terdalam di Indonesia bagian barat, dengan luas area 60.000 km 2 dan ketebalan penampang mencapai 14 km. Cekungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Perusahaan Untuk merealisasikan perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani oleh direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dengan

Lebih terperinci

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud 1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas. 1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter

Lebih terperinci

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH Didi Kusnadi dan Eska P Dwitama Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah penyelidikan terletak

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara 1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatra atau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di bagian barat

BAB I PENDAHULUAN. Sumatra atau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di bagian barat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Sumatra atau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di bagian barat wilayah Indonesia. Kata Sumatra digunakan dalam rujukan literatur geologi internasional

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana SARI Daerah Tanjung Lanjut dan sekitarnya termasuk daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Barito merupakan salah satu cekungan tersier yang memiliki potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara dan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang berada di belakang busur dan terbukti menghasilkan minyak dan gas bumi. Cekungan Sumatera

Lebih terperinci

PERINGKAT BATUBARA. (Coal rank)

PERINGKAT BATUBARA. (Coal rank) PERINGKAT BATUBARA (Coal rank) Peringkat batubara (coal rank) Coalification; Rank (Peringkat) berarti posisi batubara tertentu dalam garis peningkatan trasformasi dari gambut melalui batubrara muda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam melakukan eksplorasi hingga pengembangan lanjut di daerah suatu lapangan, diperlukan pemahaman akan sistem petroleum yang ada. Sistem petroleum mencakup batuan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI Dede I. Suhada, Untung Triono, Priyono, M. Rizki R. Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tugas Akhir adalah mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian geologi dilakukan untuk mengenal dan memahami kondisi geologi suatu daerah. Penelitian tersebut dapat meliputi penelitian pada permukaan dan bawah permukaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iv PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lapangan Ibrahim merupakan salah satu lapangan minyak dari PT. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut mulai diproduksi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi menjadi hal yang sangat penting tidak terkecuali PT. EMP Malacca Strait

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi menjadi hal yang sangat penting tidak terkecuali PT. EMP Malacca Strait 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sekarang ini tingkat permintaan akan bahan bakar fosil semakin meningkat. Kondisi pasar berada pada kondisi dimana permintaan yang sangat tinggi sedangkan ketersediaan

Lebih terperinci

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI. Eddy R. Sumaatmadja

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI. Eddy R. Sumaatmadja KAJJIIAN PPOTENSSII GASS METHAN DALAM BATUBARA DII CEKUNGAN BARIITO PPROVIINSSII KALIIMANTAN SSELATAN Eddy R. Sumaatmadja Kelompok Program Penelitian Energi Fosil S A R I Indonesia memiliki potensi kandungan

Lebih terperinci

Bab IV Inventarisasi dan Potensi Gas Metana Lapisan Batubara Z5, Z5-4, dan Z5-8

Bab IV Inventarisasi dan Potensi Gas Metana Lapisan Batubara Z5, Z5-4, dan Z5-8 BAB IV INVENTARISASI DAN POTENSI GAS METANA LAPISAN BATUBARA Z5, Z5-4, DAN Z5-8 4.1. Deskripsi Umum Lapisan Batubara Z5, Z5-4, dan Z5-8 Lapisan batubara di daerah penelitian dicirikan oleh nilai densitas

Lebih terperinci

Potensi Gas Metana Batubara Formasi Muara Enim di Lapangan YF, Cekungan Sumatera Selatan

Potensi Gas Metana Batubara Formasi Muara Enim di Lapangan YF, Cekungan Sumatera Selatan Potensi Gas Metana Batubara Formasi Muara Enim di Lapangan YF, Cekungan Sumatera Selatan Yusi Firmansyah, Reza Mohammad Ganjar Gani, Ardy Insan Hakim, Edy Sunardi Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Sribudiyani (2003), menyatakan Cekungan Jawa Timur Utara sudah sejak lama diketahui sebagai salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Kawasan Barat Indonesia.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi alternative disamping minyak dan gas bumi. Dipilihnya batubara sebagai sumber energi karena batubara relatif lebih murah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi yang cukup besar, baik dari jumlah minyak dan gas yang telah diproduksi maupun dari perkiraan perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari lebih jauh akan manfaat terhadap satu bahan galian yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari lebih jauh akan manfaat terhadap satu bahan galian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterbatasan akan bahan galian tambang, membuat pola pikir baru untuk mencari lebih jauh akan manfaat terhadap satu bahan galian yang sama. Batubara, dahulu pemanfaatannya

Lebih terperinci

PEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Soleh Basuki Rahmat Kelompok program penelitian energi fosil S A R I

PEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Soleh Basuki Rahmat Kelompok program penelitian energi fosil S A R I PEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Soleh Basuki Rahmat Kelompok program penelitian energi fosil S A R I Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sumberdaya

Lebih terperinci

), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian.

), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian. 1. Apa yang dimaksud dengan gas metana batubara (Coal Bed Methane) Gas metana batubara (Coal Bed Methane) adalah suatu gas alam yang terperangkap di dalam lapisan batubara (coal seam). Gas metana ini bisa

Lebih terperinci

Gambar I.1. : Lokasi penelitian terletak di Propinsi Sumatra Selatan atau sekitar 70 km dari Kota Palembang

Gambar I.1. : Lokasi penelitian terletak di Propinsi Sumatra Selatan atau sekitar 70 km dari Kota Palembang BAB I PENDAHULUAN I.1. Subjek dan Lokasi Penelitian Subjek penelitian ini adalah analisis variogram horizontal pada pemodelan distribusi karakterisasi reservoir. Sedangkan objek penelitian meliputi lapisan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xvii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk di permukaan bumi dari akumulasi sisa-sisa material organik dan anorganik. Material organik tumbuhan merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam industri minyak dan gas bumi saat ini banyak penelitian dilakukan pada bagian reservoir sebagai penyimpan cadangan hidrokarbon, keterdapatan reservoir dalam

Lebih terperinci

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

BAB IV ENDAPAN BATUBARA BAB IV ENDAPAN BATUBARA 4.1 Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN

POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN Sumber batubara di Sumsel cukup besar sekitar 22,24 miliar ton (48% dari total sumber daya batubara di Indonesia) tersebar di 8 kabupaten yaitu Kab. Musi Banyuasin,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK Dhita Stella Aulia Nurdin Abstract Perhitungan Initial Gas In Place (IGIP) pada Lapangan KIM menjadi langkah awal

Lebih terperinci

Oleh : Ahmad Helman Hamdani NIP

Oleh : Ahmad Helman Hamdani NIP STUDI POTENSI BATUBARA PADA FORMASI SAJAU SEBAGAI BATUAN INDUK MINYAK DAN GASBUMI DI CEKUNGAN BERAU, KALIMANTAN TIMUR, DENGAN MENGGUNAKAN METODA PIROLISA BATUAN Oleh : Ahmad Helman Hamdani NIP. 195508281982031

Lebih terperinci

WELL LOG INTRODUCTION

WELL LOG INTRODUCTION WELL LOG INTRODUCTION WELL LOGGING? Logging Rekaman suatu parameter versus jarak ataupun waktu Mud logging Log berdasarkan data pemboran, antara lain : cutting, gas reading, hc show, parameter lumpur,

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta

BAB I PENDAHULUAN. Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta geologi tiga dimensi yang ditampilkan secara numerik, yang dilengkapi dengan deskripsi kuantitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak pada bagian utara-tengah dari Sulawesi Selatan merupakan salah satu subcekungan yang memiliki

Lebih terperinci

Proses Pemboran Sumur CBM. Rd Mohammad Yogie W

Proses Pemboran Sumur CBM. Rd Mohammad Yogie W Proses Pemboran Sumur CBM Rd Mohammad Yogie W 101101026 Mengenal CBM Gas Metana Batubara adalah gas bumi (hidrokarbon) dengan gas metana merupakan komposisi utama yang terjadi secara alamiah dalam proses

Lebih terperinci

By : Kohyar de Sonearth 2009

By : Kohyar de Sonearth 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi fosil merupakan energi yang tidak terbarukan atau energi habis pakai seperti yang kita gunakan pada saat ini yakni minyak dan gas bumi. Karenanya dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009).

BAB III TEORI DASAR. secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009). BAB III TEORI DASAR Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009). Istilah batubara banyak dijumpai dari berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : RAAFIUD DENNY PUTRA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : RAAFIUD DENNY PUTRA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh : RAAFIUD DENNY PUTRA PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2012 i LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci