Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali...Thaufan Maulana Thamsil
|
|
- Yandi Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KORELASI LINGKAR DADA DENGAN STATUS FAALI PADA KUDA KAVALERI (Kasus Di Detasemen Kavaleri Berkuda Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat) Thaufan Maulana Thamsil*, Sri Bandiati Komar Prajoga, dan An-An Yulianti Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun ABSTRAK Kuda kavaleri merupakan kuda tunggang yang memiliki daya kerja yang baik. Daya kerja dipengaruhi oleh fungsi kerja otot dan latihan yang teratur. Proses latihan pada kuda kavaleri memerlukan energi untuk melakukan aktivitas, yang dihasilkan oleh pergerakan otot dan akan menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi keadaan faali. Upaya untuk mengeluarkan panas yang terbentuk akan direspon oleh kuda dengan meningkatkan frekuensi respirasi dilanjutkan dengan peningkatan frekuensi denyut jantung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2015 di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat dan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara lingkar dada dengan status faali sebelum dan setelah latihan pada kuda kavaleri. Penelitian dilakukan dengan metode survei pada 30 ekor kuda kavaleri, yang dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara lingkar dada dengan status faali pada kuda jantan baik sebelum maupun setelah latihan. Korelasi antara lingkar dada dengan status faali pada kuda betina menunjukkan hasil yang berbeda pada korelasi dengan frekuensi denyut jantung yaitu korelasi positif baik sebelum maupun setelah latihan, sedangkan untuk korelasi antara lingkar dada dengan status faali yang lainnya menunjukkan hubungan negatif. Kata kunci: lingkar dada, status faali CORRELATION BETWEEN CHEST CIRCUMFERENCE WITH PHYSIOLOGICAL STATUS ON CAVALRY HORSES (Cases On Detasemen Kavaleri Berkuda Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD Parongpong Lembang Bandung Barat District) ABSTRACT Cavalry horse was riding horses, that has good working power. Working power influenced by work function of muscles and exercises regularly. Process practice on cavalry horse requires energy to do activities, generated by muscles movement and will produce heat that can affect physiological status. Attempts to remove heat that formed will responded by horse in a way increased respiration frequency continued with increased in heart rate frequency. The research was held at May to June 2015 in Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav)
2 Parongpong Lembang Bandung Barat district and aims to find out whether there is a correlation between chest circumference with physiological status before and after exercise on the cavalry horse. The research conducted by the survey method in 30 cavalry horse. The sample was selected by purposive sampling. Data analyzed using correlation analysis. The result showed there is a negative correlation between chest circumference with physiological status in castrated stallion both before and after exercise. Correlation between chest circumference with physiological status in mares showed different results on correlation with heart rate frequency, which has positive correlation both before and after exercise, while for correlation between chest circumference with other physiological status showed negative correlation. Keywords : chest circumference, physiological status 1. PENDAHULUAN Kuda kavaleri merupakan salah satu kuda tunggang yang memiliki daya kerja yang baik. Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu kesatuan militer di Indonesia yang memanfaatkan kuda setelah lulus latihan atau remonte sebagai kuda kavaleri. Remonte adalah pelatihan dan pendidikan kuda yang merupakan salah satu program Denkavkud Pussenkav TNI-AD yang menitik beratkan kepada pendayagunaan kuda agar kuda peternakan di Denkavkud Pussenkav TNI-AD dapat di tunggangi dan memiliki kemampuan militer dengan baik. Proses latihan pada kuda kavaleri memerlukan tenaga atau energi dalam melakukan aktivitas. Energi pada saat latihan dihasilkan dari pergerakan otot yang akan menghasilkan panas dalam bentuk peningkatan suhu tubuh yang akan di respon oleh kuda dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi yang dilanjutkan dengan adanya peningkatan frekuensi denyut jantung sebagai upaya pengeluaran panas dari dalam tubuh agar suhu tubuh relatif normal. Ukuran tubuh ternak memiliki korelasi dengan organ tubuh ternak, terutama lingkar dada karena di dalamnya terdapat organ yang dapat mempengaruhi perubahan frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh setelah aktivitas. 2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 17 ekor jantan kebiri dan 13 ekor betina. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei, dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh populasi dari mana sampel tersebut diambil (Paturochman, 2012) Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah lingkar dada dan status faali yang meliputi frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh.
3 Analisis Statistik Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengukur hubungan antar variabel dengan menggunakan analisis korelasi dengan rumus : n X r = i Y i ( X i )( Y i ) (Sudjana, 2005) {(n X 2 i ( X i ) 2 } {(n Y 2 i ( Y i ) 2 } 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkar Dada Tabel 1. Lingkar Dada Kuda Kavaleri Nilai Betina Jantan Kebiri Minimal (cm) Maksimal (cm) Rata-rata (cm) 170, Standar Error (cm) 2,83 1,71 Koefisien Variasi 5,95 4,08 Keterangan: Betina = 13 ekor Jantan Kebiri = 17 ekor Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa lingkar dada pada 30 ekor kuda kavaleri di Detasemen Kavaleri Berkuda Pusat Kesenjataan TNI-AD Parongpong, Lembang berkisar antara 150 hingga 185 cm dengan rataan sebesar 170,85 ± 2,83 cm pada kuda betina sedangkan pada kuda jantan berkisar antara 158 hingga 182 cm dengan rataan sebesar 173 ± 1,71 cm. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian Yilmaz dan Ertugrul (2012) menyatakan bahwa lingkar dada pada kuda Thoroughbred jantan sebesar 194,1 cm dan pada kuda betina sebesar 192,9 cm. Ukuran-ukuran tersebut berbeda pada kuda kavaleri, karena kuda kavaleri merupakan hasil persilangan kuda Thoroughbred dengan kuda lokal. Selain itu turunan Thoroughbred di Indonesia telah mengalami penurunan komposisi tubuhnya karena proses adaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan proporsi tubuh yang lebih kecil dan status faali yang lebih tinggi dibandingkan dengan thoroughbred murni. Hal tersebut sesuai dengan pendapat McDowell (1972) yang menyatakan bahwa dalam lingkungan panas hewan akan memperlihatkan reaksi yang ditandai dengan peningkatan kegiatan proses-proses fisiologis tertentu, guna meningkatkan pembuangan panas sehingga energi yang terbentuk akan digunakan untuk proses homeostasis. Besar kecilnya lingkar dada dapat menggambarkan besar kecilnya berat badan seekor kuda. Menurut Ensminger (1977), lingkar dada kuda yang besar menunjukkan tempat yang luas untuk organ-organ vital, seperti: jantung dan paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sasimowski (1987) yang menyatakan bahwa ukuran dada yang besar menunjukkan peranan organ respirasi dan sirkulasi yang lebih besar untuk proses metabolisme energi, sehingga diharapkan bahwa kuda yang mempunyai lingkar dada besar dapat menggunakan energi dengan baik pada saat aktivitas dan dapat menekan kenaikan status faali dengan baik.
4 Status Faali a. Frekuensi Respirasi Tabel 2. Frekuensi Respirasi Kuda Kavaleri Sebelum dan Setelah Latihan Jenis Sesudah Latihan kelamin FR SE KV FR SE KV (cm/menit) (cm/menit) Betina 23,44 0,86 13,26 53,10 0,94 6,37 Jantan 21,80 0,74 13,97 50,80 1,05 8,56 Keterangan: n = 30 ekor FR = Frekuensi Respirasi SE = Standar Error KV = Koefisien Variasi Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan frekuensi respirasi pada kuda kavaleri betina sebelum latihan adalah 23,44 ± 0,86 kali/menit, lebih tinggi dibandingkan dengan jantan yaitu 21,80 ± 0,74 kali/menit. Data hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penyataan Hawcroft (1990) yang menyatakan respirasi normal pada kuda dewasa saat diam yaitu antara hembusan permenit. Kondisi tersebut dapat terjadi karena pengaruh lingkungan bahwa kondisi temperatur harian pada saat penelitian berkisar antara antara O C dengan kelembaban udara mencapai 70%. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto dkk (1995) yang menyatakan bahwa temperatur dan kelembaban udara akan meningkatkan penambahan panas dalam tubuh dan menyebabkan peningkatan pengeluaran udara melalui saluran respirasi. Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa rataan frekuensi respirasi pada kuda kavaleri betina setelah latihan terjadi peningkatan dari 23,44 ± 0,86 kali/menit menjadi 53,10 ± 0,94 kali/menit. Sedangkan untuk frekuensi respirasi kuda kavaleri jantan meningkat pula dari 21,80 ± 0,74 kali/menit menjadi 50,80 ± 1,05 kali/menit. Perbedaan frekuensi respirasi sebelum dan setelah latihan ini disebabkan pada saat latihan kuda melakukan banyak aktivitas fisik seperti berjalan, lari derap lambat, lari derap panjang, berlari, berlari cepat, dan melompati rintangan. Aktivitas tersebut menyebabkan laju respirasi lebih tinggi dari sebelumnya dalam upaya mempertahankan panas yang relatif tetap di dalam tubuh dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi (Johnson, 1895). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wilson (2009) yang menyatakan bahwa seekor kuda yang sedang melakukan aktivitas latihan akan meningkat frekuensi respirasinya menjadi 30 hembusan permenit atau lebih tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Dari Tabel 2 tersebut didapatkan hasil frekuensi respirasi kuda betina dan jantan relatif berbeda, frekuensi respirasi betina yang lebih tinggi baik sebelum maupun setelah aktivitas latihan dibandingkan jantan. Hal tersebut dapat terjadi karena jantan lebih dapat mengendalikan frekuensi respirasi dalam peningkatan aktivitas dibandingkan dengan betina sehingga jumlah frekuensi respirasi yang dihasilkan oleh jantan lebih rendah dibandingkan dengan betina.
5 b. Frekuensi Denyut Jantung Tabel 3. Frekuensi Denyut Jantung Kuda Kavaleri Sebelum dan Setelah Latihan Jenis Sesudah Latihan kelamin FDJ (denyut/menit) SE KV FDJ (denyut/menit) SE KV Betina 35,21 0,53 5,42 56,95 1,43 9,04 Jantan 34,96 0,42 4,95 55,25 1,14 8,48 Keterangan: n = 30 ekor FDJ = Frekuensi Denyut Jantung SE = Standar Error KV = Koefisien Variasi Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan frekuensi denyut jantung pada kuda kavaleri betina sebelum latihan sebesar 35,21 ± 0,53 denyut/menit sedangkan pada kuda jantan sebesar 34,96 ± 0,42 denyut/menit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hawcroft (1990) yang menyatakan bahwa kuda dalam keadaan tenang denyut jantungnya adalah denyut permenit, karena kuda tersebut dalam keadaan normal atau dengan kata lain kuda tersebut tidak melakukan aktivitas apapun. Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan frekuensi denyut jantung pada kuda kavaleri betina setelah latihan sebesar 56,95 ± 1,43 denyut/menit dan untuk kuda kavaleri jantan sebesar 55,25 ± 1,14 denyut/menit. Peningkatan tersebut masih dibawah angka rata-rata menurut pendapat Wilson (2009) yang menyatakan bahwa seekor kuda yang melakukan aktivitas latihan akan meningkat denyut jantungnya menjadi 60 denyut permenit atau lebih tergantung dari aktivitas yang dilakukan, hal tersebut dapat terjadi karena kuda kavaleri telah mampu beradaptasi dengan baik pada aktivitas yang dilakukan sehingga tidak terjadi peningkatan yang tinggi. c. Suhu Tubuh Tabel 4. Suhu Tubuh Kuda Kavaleri Sebelum dan Setelah Latihan Jenis Sesudah Latihan kelamin ST ( ) SE KV ST ( ) SE KV Betina 37,06 0,15 1,50 38,61 0,18 1,71 Jantan 37,02 0,11 1,25 38,31 0,12 1,35 Keterangan: n = 30 ekor ST = Suhu Tubuh SE = Standar Error KV = Koefisien Variasi Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan suhu tubuh pada kuda kavaleri betina sebelum latihan sebesar 37,06 ± 0,15 dan suhu tubuh kuda kavaleri jantan sebesar 37,02 ± 0,11. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frape (1986) yang menyatakan bahwa kuda yang sehat memiliki suhu tubuh diantaranya 37 37,5, karena kuda yang diteliti dalam keadaan normal dan memiliki kondisi kesehatan yang baik. Sedangkan untuk rataan suhu tubuh pada kuda kavaleri betina setelah latihan sebesar 38,61 ± 0,18 dan suhu tubuh kuda kavaleri jantan sebesar 38,31 ± 0,12. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Loving (2006) yang
6 menyatakan bahwa, kuda yang sedang latihan akan mengalami peningkatan temperatur menjadi O F atau 38,3-39,4 O C. Peningkatan suhu tubuh ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh kuda maka akan meningkatkan aktivitas otot dalam tubuh seperti yang dikatakan oleh Brown dan Smith (1984) bahwa aktivitas otot dalam tubuh kuda akan meningkatkan suhu tubuh. Temperatur tubuh sebelum latihan dan setelah latihan mempunyai kisaran yang relatif sama, hal ini disebabkan karena kuda termasuk ternak homeoterm maka dengan dilakukannya aktivitas, ternak tersebut akan tetap mempertahankan kisaran suhu tubuhnya dalam keadaan normal sebagai upaya dalam mempertahankan suhu tubuh tersebut yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi dan frekuensi denyut jantung. Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali a. Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali pada Kuda Betina Dfs Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali (Respirasi, Denyut Jantung, dan Suhu Tubuh) Kuda Kavaleri Betina Setelah Latihan LD FR FDJ ST LD FR FDJ ST LD 1 1 FR -0,48 1-0,28 1 FDJ 0,07 1 0,14 1 ST -0,16 1-0,37 1 Keterangan: n = 13 ekor LD = Lingkar Dada FR = Frekuensi Respirasi FDJ = Frekuensi Denyut Jantung ST = Suhu Tubuh Tabel 5 menunjukkan korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi pada kuda betina sebelum latihan sebesar -0,48, sedangkan untuk korelasi lingkar dada dengan frekuensi denyut jantung sebelum latihan sebesar 0,07 dan untuk korelasi lingkar dada dengan suhu tubuh sebelum latihan sebesar -0,16. Kondisi tersebut menunjukkan hubungan lingkar dada dengan status faali dalam keadaan normal sebelum melakukan aktivitas. Korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi dan suhu tubuh setelah latihan sebesar -0,28 dan -0,37 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear negatif yang sedang, yaitu besarnya lingkar dada berbanding terbalik dengan frekuensi respirasi dan suhu tubuh artinya semakin besar lingkar dada, maka frekuensi respirasi dan suhu tubuh akan menurun, artinya suhu tubuh dan respirasi ini akan meningkat setelah melakukan aktivitas latihan akan tetapi tetap berada pada kisaran normal (sesuai dengan pendapat hawcroft) sehingga besarnya lingkar dada dapat menekan peningkatan respirasi dan suhu tubuh setelah melakukan aktivitas. Hal ini diduga bahwa dengan semakin besarnya lingkar dada dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk melakukan respirasi (dalam kategori sedang) dengan kata lain bahwa semakin besar lingkar dada
7 maka peningkatan respirasi maupun temperatur tubuh berada pada korelasi sedang. Berdasarkan Tabel 5. juga dapat dilihat bahwa korelasi lingkar dada dengan denyut jantung kuda betina setelah latihan sebesar 0,14 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear positif yang lemah, artinya besarnya lingkar dada berbanding lurus dengan frekuensi denyut jantung. Semakin besar lingkar dada, maka frekuensi denyut jantung akan semakin meningkat pula, namun peningkatan tersebut rendah dan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap peningkatan denyut jantung. Hubungan positif yg lemah ini dapat diartikan bahwa peningkatan frekuensi denyut jantung ini dapat dikendalikan dalam keadaan normal karena terjadi proses vasodilatasi pada pembuluh darah yang dapat menyalurkan panas dari dalam tubuh melalui frekuensi denyut jantung yang cepat. b. Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali pada Kuda Jantan Kebiri Asd Tabel 6. Hasil Analisis Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali (Respirasi, Denyut Jantung, dan Suhu Tubuh) Kuda Kavaleri Jantan Kebiri Setelah Latihan LD FR FDJ ST LD FR FDJ ST LD 1 1 FR -0,57 1-0,16 1 FDJ -0,42 1-0,22 1 ST -0,38 1-0,23 1 Keterangan: n = 17 ekor LD = Lingkar Dada FR = Frekuensi Respirasi FDJ = Frekuensi Denyut Jantung ST = Suhu Tubuh Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi pada kuda jantan sebelum latihan sebesar -0,57, sedangkan untuk korelasi dengan frekuensi denyut jantung sebesar -0,42 dan untuk korelasi dengan suhu tubuh sebesar -0,38. Kondisi tersebut menunjukkan acuan hubungan lingkar dada dengan status faali dalam keadaan normal yang belum melakukan aktivitas. Tabel tersebut juga menunjukan bahwa korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi pada kuda jantan setelah latihan sebesar -0,16. Besarnya korelasi tersebut juga tidak jauh berbeda dengan frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh setelah latihan, yaitu sebesar -0,22 untuk korelasi dengan frekuensi denyut jantung dan korelasi dengan suhu tubuh sebesar -0,23. Angka korelasi tersebut menunjukan bahwa antara lingkar dada dengan status faali (frekuensi respirasi, denyut jantung, dan suhu tubuh) setelah latihan memiliki hubungan linear negatif yang lemah. Semakin besar lingkar dada, maka status faali (frekuensi respirasi, denyut jantung, dan suhu tubuh) akan semakin kecil, namun terkadang dapat dikatakan tidak berkorelasi. Kenaikan ketiga status faali itu
8 cukup tinggi artinya bahwa setelah melakukan aktivitas pada jantan status faali ini ditekan Hal tersebut dapat terjadi karena setelah aktivitas latihan status faali kuda akan meningkat dan kuda akan melakukan proses homeostasis untuk menjaga status faali agar tidak meningkat terlalu tinggi dari kondisi normalnya. Kuda jantan melakukan proses homeostasis tersebut melalui peningkatan frekuensi respirasi dan denyut jantung dengan seimbang, mengingat rataan lingkar dada kuda jantan lebih besar dibandingkan kuda betina yang akan memberikan kesempatan kepada paru-paru untuk mengembang dan mengempis secara maksimal sehingga dalam proses inspirasi dan ekspirasi paru-paru dapat memperoleh oksigen serta mengeluarkan karbondioksida sebanyak-banyaknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Padang (2005) yang menyatakan bahwa jenis kelamin jantan memiliki performa status faali yang lebih baik dibandingkan dengan ternak betina. Berdasarkan hasil analisis tersebut, terdapat perbedaan yang menarik antara hubungan linear sebelum latihan dengan setelah latihan. Korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi sebelum latihan memiliki hubungan linear negatif yang kuat, dan korelasi lingkar dada dengan frekuensi denyut jantung serta suhu tubuh sebelum latihan memiliki hubungan linear negatif yang sedang, sedangkan setelah latihan hubungan tersebut menjadi lemah. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena pada saat sebelum latihan, ternak dalam keadaan normal namun setelah melakukan aktivitas latihan status faali kuda menjadi meningkat dan kuda belum sempat melakukan proses homeostasis sehingga hubungan tersebut menjadi melemah. Korelasi negatif antara lingkar dada dengan status faali pada kuda jantan menandakan bahwa seleksi lingkar dada menjadi petunjuk kondisi status faali yang berakibat pula pada performa kuda tersebut. Kuda dengan lingkar dada besar, memiliki status faali yang lebih baik dibandingkan dengan kuda yang lingkar dadanya kecil (untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 2, 4 dan 6) sehingga, lingkar dada berpengaruh terhadap status faali. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bandiati (1990) yang menyatakan bahwa kuda yang memiliki lingkar dada yang besar cenderung memiliki organ respirasi yang sempurna. Dari hasil pembahasan korelasi jantan dengan betina Perbedaan korelasi lingkar dada dengan status faali pada kuda betina dan kuda jantan kebiri dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis masing-masing ternak itu sendiri dan adaptasi yang berbeda terhadap lingkungan sekitar, sehingga respon yang dihasilkan juga berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa resistensi kuda betina terhadap stres dan cekaman panas lebih rendah dibandingkan kuda jantan. 4. KESIMPULAN Terdapat korelasi negatif antara lingkar dada dengan frekuensi respirasi dan suhu tubuh pada kuda betina, namun menghasilkan korelasi positif terhadap frekuensi denyut jantung yang memiliki arti bahwa semakin besar lingkar dada maka frekuensi respirasi dengan suhu tubuh akan semakin rendah akan tetapi frekuensi denyut jantung akan semakin tinggi. Sedangkan pada kuda jantan kebiri terdapat korelasi negatif antara lingkar dada dengan status faali baik sebelum maupun setelah latihan yang memiliki arti
9 bahwa semakin besar lingkar dada maka dapat menekan status faali agar tidak terlalu tinggi. 5. DAFTAR PUSTAKA Bandiati, Sri, K. P Hubungan Antara Ukuran-Ukuran Tubuh (Tinggi Pundak, Lingkar Dada dan Panjang Badan) Dengan Kecepatan Lari Pada Kuda. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung. Brown, J. H. and V. P Smith Equine Stable Management. William Collins Sons & Co, Ltd. London. Frape, D. L Equine Nutrition and Feeding. Longman Group. UK Ltd. Hawcroft, T A-Z Horse Disease and Health Problems: Sign, Diagnoses, Causes, Treatment. Lansdowne Publishing Pty Ltd. Australia Johnson, H. D Physiological Responses and Productivity of Cattle. Dalam: Yousef, M. K. (Ed). Stress Physiology of Livestock. Vol II. CRC Press Inc. Boca Raton. Florida. Loving, N. S Heat Stress. Alberta Horse Industry. Canada. diakses pada tanggal 10 Juni McDowell, R.E Improvement of Livestock Production in Warm Climate. W.H. Freeman and Company, San Frascisco. Padang, Pengaruh jenis kelamin terhadap performans produksi kambing kacang. Jurnal Forsimapas 6(3): Paturochman, M Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel (Untuk Penelitian Sosial Ekonomi). Unpad Press. Bandung. Sudjana Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Yilmaz, Orhan and Ertugrul, Mehmet Some Morphological Traits Of Thoroughbred Horses In Turkey. AgroLife Scientifc Journal. Volume 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Alat Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dagingnya untuk dikonsumsi oleh manusia, yang selanjutnya meningkat untuk
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda sudah dikenal manusia sejak lama, dahulu kuda hanya dimanfaatkan dagingnya untuk dikonsumsi oleh manusia, yang selanjutnya meningkat untuk ditunggangi sebagai sarana
Lebih terperinciKeadaan Faali Kuda Sumba... Yofa Yuandira Saefullah
KEADAAN FAALI KUDA SUMBA SEBELUM DAN SESUDAH PERTANDINGAN (Perlombaan Pacuan Kuda Di Lapangan Rihi Eti, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) THE STATE OF SUMBA FAALI A HORSE BEFORE AND
Lebih terperinciLampiran 1. Ukuran Lingkar Dada Kuda Kavaleri Betina
48 Lampiran 1. Ukuran Lingkar Dada Kuda Kavaleri Betina No Nama Jenis Kelamin Lingkar Dada I Lingkar Dada II 1 B. Donganta Betina 163 163 2 B. Gomos Betina 174 174 3 B. Hita Betina 178 178 4 B. Marsada
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. non ruminansia. Ternak ini bersifat nomadic, kuat, dan mampu berjalan sejauh 16
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kuda Kuda merupakan salah satu jenis ternak besar yang termasuk hewan herbivora non ruminansia. Ternak ini bersifat nomadic, kuat, dan mampu berjalan sejauh 16 km dalam sehari
Lebih terperinciKajian Status Kuda Faali Kuda Polo... M Arif Rahman
KAJIAN STATUS FAALI KUDA POLO SEBELUM DAN SESUDAH DILATIH DI NUSANTARA POLO CLUB (Kuda, status faali, frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung, suhu tubuh) STUDY OF THE PHYSIOLOGICAL STATUS OF POLO
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual
Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual Deviation of Local Sumba Horse Body Weight Between Actual Body Weight Based on Lambourne Formula Nurjannah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA THE QUANTITATIVE OF LOCAL GOAT FEMALE AS A SOURCE OF BREED AT KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN
Lebih terperinciPENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA Arif Qisthon dan Sri Suharyati Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan di bidang olahraga, sarana rekreasi maupun sebagai hewan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan hewan pseudoruminan yang umumnya dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Hewan ini merupakan ternak monogastrik yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia.
Lebih terperinciPENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB
PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB THE DIVERGENCE OF BODY WEIGHT USING THE SCHOORL FORMULA TO ACTUAL BODY WEIGHT OF POLO PONY
Lebih terperinciEvaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta Evaluation Of Salako Cumulative Index On Local Ewes In Neglasari Darangdan District
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAYA TAHAN PANAS SAPI PASUNDAN DI BPPT CIJEUNGJING KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS
IDENTIFIKASI DAYA TAHAN PANAS SAPI PASUNDAN DI BPPT CIJEUNGJING KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS IDENTIFICATION HEAT TOLERANCE PASUNDAN CATTLE IN BPPT CIJEUNGJING SUB-DISTRICK CIJEUNGJING DISTRICTS
Lebih terperinciRespon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT
RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT Erwin Jatnika Priyadi*, Sri Bandiati Komar Prajoga, dan Deni Andrian Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia, mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et al., 2002). Murtidjo
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah
Lebih terperinciHubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 23-28 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil
Lebih terperinciA. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA LINGKAR DADA DENGAN BOBOT BADAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN KENDAL (Correlation between Chest Girth and Body Weight of
Lebih terperinciKarakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT
KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT QUANTITATIVE CHARACTERISTICS OF PASUNDAN CATTLE IN VILLAGE FARMING Dandy Dharma Nugraha*, Endang Yuni Setyowati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur tubuh hewan merupakan keseimbangan antara produksi panas tubuh yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik
Lebih terperinciJurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol. 35 No. 2 : (Juli 2015) ISSN
PENGARUH PENINGKATAN RASIO KONSENTRAT DALAM RANSUM KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DI LINGKUNGAN PANAS ALAMI TERHADAP KONSUMSI RANSUM, RESPONS FISIOLOGIS, DAN PERTUMBUHAN Arif Qisthon* dan Yusuf Widodo* ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH (The Correlation between body measurements and body weight of Wonosobo Rams in Wonosobo
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman. Tabel 2. Hasil analisis Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan panjang langkah
Lebih terperinciPOLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
SKRIPSI POLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA Oleh : Wirdayanti 10981006613 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciAnalisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany
ANALISIS HUBUNGAN FUNGSI PEMASARAN DENGAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGECER SUSU SEGAR DI KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG Rika Destriany*, Maman Paturochman, Achmad Firman Universitas
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah
PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN BERDASAR RUMUS WINTER TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB DEVIATION OF ESTIMATED BODY WEIGHT BASED ON WINTER FORMULA TO ACTUAL BODY WEIGHT OF POLO
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH AKTIVITAS FISIK SEDANG TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK
ABSTRAK PENGARUH AKTIVITAS FISIK SEDANG TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK Andrea Azaria Irsjad, 1210075 Pembimbing 1 : Ellya Rosa Delima, dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Dr. Iwan Budiman, dr., MS.,
Lebih terperinciKorelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji
Korelasi antara Nilai Frame Score dan Muscle Type dengan Bobot Karkas pada Sapi Kebiri Australian Commercial Cross (Studi Kasus di Rumah Potong Hewan Ciroyom, Bandung) Correlation between Frame Score and
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai
Lebih terperinciRESPON FISIOLOGIS KAMBING BOERAWA JANTAN FASE PASCASAPIH DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI
RESPON FISIOLOGIS KAMBING BOERAWA JANTAN FASE PASCASAPIH DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI The Physiologic Response Of Boerawa Goat Pascasapih In Lowland And Upland Hadi Pramono a, Sri Suharyati b,
Lebih terperinciEvaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba. Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse
Evaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse Vini Nur Alfiani*, Sri Bandiati Komar**, Nena Hilmia**
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi
Lebih terperinciAbstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepribadian Tipe D dan perilaku hidup sehat pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit X Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe
Lebih terperinciStudy Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus
STUDI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH ANTARA KAMBING JANTAN BOERAWA DAN PADA MASA DEWASA TUBUH DI DESA CAMPANG KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS Study Characteristics and Body Size between Goats Males
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A
PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER DAN RUMUS ARJODARMOKO TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL SAPI PASUNDAN DI KABUPATEN GARUT (Kasus di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut) DEVIATION OF PRESUMPTION
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitan Manfaat. Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...... i LEMBAR PENGESAHAN...... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI...... iii PERSYARATAN KEASLIAN PENELITIAN...... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN..... vii SUMMARY...
Lebih terperinciHubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA
Lebih terperinciModel Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan
MODEL KURVA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DAN KORELASINYA PADA PEMERAHAN PAGI DAN SIANG PERIODE LAKTASI SATU DAIRY COWS LACTATION CURVE MODELS AND ITS CORRELATIONS AT EARLY AND AFTERNOON MILKING IN FIRST LACTATION
Lebih terperinciHubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN PERSENTASE KARKAS DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Fajar Muhamad Habil*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pengambilan data dari pengukuran fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan running belt dilakukan oleh satu orang operator dimana operator tersebut melakukan
Lebih terperinciL a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1
L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1 PERSAMAAN LAJU PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL JANTAN DAN BETINA UMUR 1-12 BULAN YANG DITINJAU DARI PANJANG BADAN DAN TINGGI PUNDAK (Kasus Peternakan Domba Di
Lebih terperinciRESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA
RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA Tri Yunike a, Sri Suharyati b, dan Khaira Nova b a The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture
Lebih terperinciRESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM
RESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM SKRIPSI R. LU LUUL AWABIEN PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN
Lebih terperinciKARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Characterization Quantitative Characters Of Kosta Buck In Pandeglang Regency Province Banten Fajar Purna
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan
Lebih terperinciSISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA
SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA Nurgiartiningsih, V. M. A Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban
TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Domba garut memiliki sifat profilik atau memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah anak perkelahiran ialah 1.97 ekor. Domba garut merupakan domba yang berasal dari persilangan
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN TES BANGKU ASTRAND-RYHMING TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD. Indraji Dwi Mulyawan, 2002; Pembimbing: DR. Iwan Budiman, dr.
ABSTRAK HUBUNGAN TES BANGKU ASTRAND-RYHMING TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD DAN Indraji Dwi Mulyawan, 2002; Pembimbing: DR. Iwan Budiman, dr., MS, AIF Latar belakang: Aktivitas sehari-hari membutuhkan stamina
Lebih terperinciRelationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.
Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango. Oleh *APRIYANTO BAKARI, ** NIBRAS K. LAYA, *** FAHRUL ILHAM * Mahasiswa Progra Studi Peternakan
Lebih terperinciJurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017 ISSN Seri Pendidikan
HUBUNGAN KADAR HAEMOGLOBIN DAN KEKUATAN OTOT PERNAPASAN DENGAN KAPASITAS VO2MAX PEMAIN SEPAK BOLA UNSIL UNITED Sani Gunawan 1), Haikal Millah 2), Rd. Herdi Hartadji 3) 1,2,3 Jurusan Pendidikan Jasmani
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Agung Gilang Pratama*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan
Lebih terperinciESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH (The Estimation of Beef Cattle Output in Sukoharjo Central Java) SUMADI, N. NGADIYONO dan E. SULASTRI Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan
Lebih terperinciPerforma Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar
PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN
Lebih terperinci1. Apakah yang dimaksud dengan iklim 2. Apa sajakah pengruh iklim terhadap ternak 3. Bagaimana upaya pengelolanya
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk
Lebih terperinciStatus fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih pada perkandangan dengan bahan atap dan ketinggian kandang berbeda
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1): 1-6 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Status fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih pada perkandangan dengan
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA
ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA Penyusun : Grady Kharisma Pribadi, 2016 Pembimbing I : Sylvia Soeng,
Lebih terperinciKecepatan Lari Kuda Pacu Indonesia (KPI)... Malda
HUBUNGAN ANTARA TINGGI PUNDAK DAN PANJANG BADAN TERHADAP KECEPATAN LARI KUDA PACU INDONESIA (KPI) PADA KUDA KELAS DERBY THE RELATIONSHIP THE HEIGHT AND THE LENGHT OF ITS BODY AGAINST RUNNING SPEED RACE
Lebih terperinciBAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur
15 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda polo sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan
Lebih terperinciPeta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang
Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Termoregulasi Sapi Perah Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang bergantung kepada produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. untuk alat transportasi, yaitu delman. Delman merupakan alat transportasi yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kuda umumnya dimanfaatkan tenaganya sebagai penghela untuk alat transportasi, yaitu delman. Delman merupakan alat transportasi yang masih banyak ditemui di
Lebih terperinciPENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA
PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Aulia Ganes Pramudita R0210004 PROGRAM DIPLOMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN. kelahiran hidup, 334/ kelahiran hidup, dan 307/ kelahiran
1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Pada saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Gambaran penurunan AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING Aryogi dan Esnawan Budisantoso Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Pasuruan, Jawa Timur Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciPenambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Respons Fisiologis Domba Lokal Jantan Lepas Sapih
JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 36 Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Respons Fisiologis Domba Lokal Jantan Lepas Sapih Jungjungan
Lebih terperinciPROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI
PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Teh Hitam terhadap VO 2 max dan Pemulihan Denyut Nadi Pasca Melakukan Latihan Treadmill
Pengaruh Pemberian Teh Hitam terhadap VO 2 max dan Pemulihan Denyut Nadi Pasca Melakukan Latihan Treadmill (The Effect of Black Tea on VO 2 max and Heart Rate Recovery Time after Treadmill Exercise) Yedi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA
ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA Christian Pramudita, 2010 Pembimbing: Jo Suherman, dr., MS., AIF Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt Latar belakang.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 653 668 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN (Correlation of
Lebih terperinciKata kunci: Berjalan santai selama 30 menit, kewaspadaan, laki-laki dewasa muda
ABSTRAK EFEK BERJALAN SANTAI SELAMA 30 MENIT TERHADAP PENINGKATAN KEWASPADAAN PADA LAKI LAKI DEWASA MUDA Ridwan Ramadhan, 2015 Pembimbing I : Harijadi Pramono, dr., M.Kes. Pembimbing II: Budi Widyarto,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan jenis kambing persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing merupakan hewan yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan hewan yang terbiasa hidup di kolam air untuk minum dan berenang dalam upaya menurunkan suhu tubuh. Sistem pemeliharaan itik di Indonesia selama ini banyak
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet
4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal
Lebih terperinciMODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE
MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE 2.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum, praktikan diharapkan : a. Mampu memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia
Lebih terperinciKAJIAN TERMOREGULASI SAPI PERAH PERIODE LAKTASI DENGAN INTRODUKSI TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS PAKAN
KAJIAN TERMOREGULASI SAPI PERAH PERIODE LAKTASI DENGAN INTRODUKSI TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS PAKAN (Thermoregulation in Dairy Cattle During Lactation Period by Introducing Improved Feed Quality) B.
Lebih terperinciPENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA
55 PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA Pendahuluan Kuda pacu Indonesia merupakan ternak hasil silangan antara kuda lokal Indonesia
Lebih terperinciFaal Kerja (Fisiologis) Nurjannah
Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Kerja Bekerja adalah suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya
Lebih terperinciANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI
ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang
Lebih terperinciPENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG
PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG Indria Susanti, M. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciEndah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL
PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL EFFECT OF SEX AND SLAUGHTER WEIGHT ON THE MEAT PRODUCTION OF LOCAL SHEEP Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinci-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas
-THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan
22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016 di peternakan Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Domba
TINJAUAN PUSTAKA Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal
Lebih terperinci