KAJIAN TERMOREGULASI SAPI PERAH PERIODE LAKTASI DENGAN INTRODUKSI TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS PAKAN
|
|
- Teguh Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN TERMOREGULASI SAPI PERAH PERIODE LAKTASI DENGAN INTRODUKSI TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS PAKAN (Thermoregulation in Dairy Cattle During Lactation Period by Introducing Improved Feed Quality) B. UTOMO, D.P. MIRANTI dan G.C. INTAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Bukit Tegalepek, Sidomulyo, Ungaran ABSTRACT The environment may affect productivity and livelihood of dairy cattle. The purposes of this study were to investigate the effects of improved feed quality on thermoregulation of dairy cattle during lactation period. The study used 8 heads of Friesian Holstein crossbred of postpartum and second period of lactation. The animals were divided into two groups including 4 heads fed on a diet containing 10% protein (introduction pattern). The ration is containing concentrate and Elephant grass. The assessment was carried out following a participatory approach involving farmers in Kembang Manunggal Farmer Group in Kembang Village, Ampel Subdistrict of Boyolali District. Observation was conducted every week for 4 weeks and data including: blood pulse, respiration rate, rectal temperature, room temperature and humidity. The variable was measured from to with an interval of 2 hours. The data were analysed using the mean value and standard deviation using T-test. The results showed that room temperature and humidity were ± 1.21 C and ± 2.22% respectively. The pulse and respiration rate of dairy cattle was significantly higher in introduction pattern than farmers pattern. The pulse rate of introduction pattern was ± 0.56 per minute and farmers pattern was ± 3.02 per minute, while the respiration rates were ± 0.62 per minute and ± 1.70 per minute respectively. The rectal temperatures were ± 0.77 C (farmers) and ± 0.19 C (introduction). It is concluded that ration containing 12% protein did not lead to an excessive heat and thermoregulation in dairy cattle of lactation period was not affected. Key Words: Dairy Cattle, Lactation, Thermoregulation, Ration ABSTRAK Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penampilan produksi dan kelangsungan hidup sapi perah adalah lingkungan (iklim), dimana iklim yang nyaman bagi kehidupan ternak akan menampilkan produksi yang optimal. Tujuan dari kajian adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan kualitas ransum terhadap perubahan termoregulasi sapi perah periode laktasi. Sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) post partus periode laktasi kedua sebanyak 8 ekor digunakan sebagai materi kegiatan kajian dan dialokasikan kedalam dua perlakuan yaitu 4 ekor diberi ransum dengan kandungan protein 10% (pola petani) dan 4 ekor diberi ransum dengan kandungan protein 12% (pola intoduksi). Ransum yang diberikan berupa konsentrat dan rumput gajah. Kegiatan kajian melibatkan secara partisipatif anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Kembang Manunggal Desa Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Pengamatan dilakukan setiap 7 hari sekali selama 4 minggu dan data yang diambil meliputi: frekuensi denyut nadi, pernafasan, suhu rektal sapi perah dan suhu udara serta kelembaban di dalam kandang. Variabel tersebut diukur mulai pukul sampai dengan WIB dengan interval waktu pengukuran 2 jam sekali. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan nilai rataan dan simpangan baku dan selanjutnya diuji dengan uji t. Hasil kajian yang diperoleh yaitu suhu udara dan kelembaban adalah 23,94 ± 1,21 C dan 84,13 ± 2,22%. Frekuensi denyut nadi dan pernafasan sapi perah nyata lebih tinggi pada pola intoduksi dibandingkan dengan pola petani. Frekuensi denyut nadi sapi perah pada pola intoduksi yaitu 79,49 ± 0,56 kali per menit dan pola petani sebanyak 70,54 ± 3,02 kali per menit, sedangkan pada pernafasan sapi perah 31,29 ± 0,62 kali per menit dan 26,82 ± 1,70 kali per menit. Suhu rektal pola petani dan pola intoduksi adalah 36,33 ± 0,77 C dan 37,09 ± 0,19 C. Hasil kajian dapat disimpulkan bahwa ransum yang diberikan 263
2 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008 dengan kandungan protein 12% tidak menimbulkan beban panas berlebih dan termoregulasi pada sapi perah periode laktasi tidak mengalami gangguan. Kata Kunci: Sapi Perah Laktasi, Termoregulasi, Ransum PENDAHULUAN Kegiatan budidaya sapi perah ditujukan terutama untuk mencapai produksi susu dalam jumlah yang tinggi. Produksi susu sendiri merupakan hasil resultan antara faktor genetik dan lingkungan serta interaksi antara keduanya (MASON dan BUVANENDRAN, 1982). Faktor lingkungan diantaranya adalah suhu dan kelembaban ruang kandang sapi yang dapat mempengaruhi status faali dan berlanjut terhadap performans tubuh. Dilaporkan oleh SINURAT et al (1991), bahwa untuk mengurangi pengaruh negatif suhu udara panas dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu dilakukan seleksi pada suhu lingkungan yang panas, penyesuaian tatalaksana pemeliharaan, memanipulasi gizi pakan dan memodifikasi mikroklimat. Lingkungan yang baik yaitu iklim yang nyaman untuk kehidupan ternak, sehingga penampilan produktivitas sapi perah dapat optimal. Faktor iklim utama yang berpengaruh terhadap produksi antara lain suhu udara, kelembaban dan radiasi matahari. Iklim tropik khususnya di daerah lingkungan lahan kering merupakan salah satu masalah didalam upaya optimalisasi produksi ternak. Tingginya intensitas matahari di wilayah Indonesia menyebabkan suhu udara meningkat, hal ini dapat mengakibatkan sapi perah yang dipelihara akan terkena cekaman panas dan cekaman panas yang ditimbulkan akan berpengaruh negatif terhadap proses faali, produksi maupun reproduksi (YOUSEF, 1982). Cekaman panas pada sapi perah ditandai dengan meningkatnya denyut jantung, pernafasan, suhu tubuh, konsumsi air minum dan menurunnya konsumsi pakan. Kondisi normal sapi perah dapat tercipta apabila terjadi keseimbangan panas antara produksi dan pelepasan panas. Suhu lingkungan yang tinggi dapat menambah beban panas pada ternak selain panas yang berasal dari proses metabolisme pakan. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan ternak mengalami kesulitan dalam pelepasan panas (SANTOSO, 1996). Upaya untuk mengurangi cekaman panas dengan cara memanipulasi pakan dan lingkungan. Manipulasi pakan dapat dilakukan dengan memperbaiki tatalaksana pemberian pakan. Pemberian pakan dengan mengatur komposisi pakan yang tepat sehingga kualitas gizi yang terkandung didalamnya tinggi dan dapat meningkatkan produktivitas ternak secara optimal. Pemberian pakan dengan peningkatan protein dapat menghasilkan energi yang lebih baik dan yang akan berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk proses pertumbuhan, produksi dan menjaga kondisi tubuh agar sesuai dengan panas lingkungan sekitar (TILLMAN et al., 1989). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan kegiatan kajian introduksi teknologi peningkatan kualitas pakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perubahan termoregulasi sapi perah periode laktasi. MATERI DAN METODE Sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) post partus periode laktasi kedua sebanyak 8 ekor digunakan sebagai materi kegiatan kajian dan dialokasikan kedalam dua perlakuan yaitu 4 ekor diberi ransum dengan kandungan protein 10% (pola petani) dan 4 ekor diberi ransum dengan kandungan protein 12% (pola introduksi). Ransum yang diberikan berupa konsentrat dan rumput gajah. Pemberian dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Air minum diberikan secara ad libitum. Kandang sapi perah model setengah terbuka, tipe sejajar, lantai semen, atap genting dan dilengkapi tempat pakan serta minum secara terpisah. Pengamatan dilakukan setiap 7 hari sekali selama 4 minggu dan data yang diambil meliputi: frekuensi denyut nadi, pernafasan, suhu rektal sapi perah dan suhu udara serta kelembaban di dalam kandang. Variabel tersebut diukur mulai pukul sampai dengan WIB dengan interval waktu pengukuran 2 jam sekali. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan nilai rataan dan simpangan baku dan selanjutnya diuji dengan uji t (SOEPENO, 1997). Kegiatan kajian melibatkan secara 264
3 partisipatif anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Kembang Manunggal Desa Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Ketinggian Desa kembang sekitar 900 m dpl. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi lingkungan kajian Produktivitas sapi perah dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena menyebabkan perubahan keseimbangan panas, keseimbangan energi, keseimbangan air dan tingkah laku. Unsur lingkungan yang langsung berpengaruh pada ternak adalah suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan angin dan radiasi (WILLIAMSON dan PAYNE, 1993). Hasil kajian yang diperoleh terlihat bahwa perubahan suhu udara di dalam kandang selama pengamatan menunjukkan peningkatan dan mencapai puncak pada waktu pukul WIB, kemudian menurun waktu pukul WIB. Keadaan ini menunjukkan bahwa beban panas yang terjadi pada waktu siang hari karena adanya peningkatan suhu udara. Suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu tubuh ternak, maka panas akan dialirkan dari lingkungan ke dalam tubuh ternak (GUYTON, 1990). Tabel 1. Rataan suhu udara dan kelembaban dalam kandang Hasil pengamatan Suhu udara ( C) 23,94 ± 1,21 Kelembaban (%) 84,13 ± 2,22 Rataan suhu udara dalam kandang adalah 23,94 ± 1,21 C, seperti terlihat pada Tabel 1. Hasil yang diperoleh ini lebih tinggi dari suhu udara netral bagi kehidupan sapi perah. Suhu udara yang sesuai untuk pemeliharaan sapi perah didaerah tropis berkisar antara C dan di Indonesia lingkungan tersebut terdapat diwilayah dengan ketinggian serendahrendahnya 500 m dpl (SUTARDI, 1981). Hal ini menyebabkan ternak menerima tambahan panas, sehingga ternak berusaha melepaskan beban panas melalui proses termoregulasi. Menurut COLLIER et al (1982), bahwa ternak homeoterm dalam kondisi suhu udara yang tinggi akan mengadakan penyesuaian metabolisme sehingga dicapai kondisi yang seimbang. Ternak mempunyai daerah nyaman yang berbeda-beda tergantung pada spesies dan tingkat produktivitasnya, dimana ternak banyak menggunakan energinya untuk mengoptimalkan pertumbuhan, produksi dan reproduksi (JOHNSON, 1985). Pertumbuhan dan produktivitas ternak yang hidup didaerah nyaman dapat maksimal serta tidak banyak energi yang dikeluarkan untuk mengatur keseimbangan panas tubuhnya, sedangkan bila diluar daerah nyaman maka ternak memerlukan energi untuk memelihara keseimbangan panas tubuh yang lebih besar sehingga energi yang dihasilkan metabolisme pakan tidak mencukupi untuk produksi dan reproduksi (YOUSEF, 1985). Rataan hasil pengamatan kelembaban dalam kandang adalah 84,13 + 2,22% (Tabel 1), lebih tinggi dari kelembaban udara ideal untuk lingkungan hidup sapi perah. Penampilan produktivitas sapi perah akan optimal, apabila dipelihara pada suhu berkisar antara C dan kelembaban udara 55% (SUTARDI, 1981). Hal ini akan menambah beban panas, karena proses penguapan dari tubuh ternak terganggu dengan adanya kejenuhan udara oleh kandungan air. Perubahan kelembaban mulai menurun sampai titik kelembaban terendah yaitu waktu pukul WIB dan kemudian terjadi peningkatan lagi pada pukul WIB. Rendahnya kelembaban udara di waktu siang hari, kemungkinan disebabkan semakin tingginya radiasi matahari dan suhu udara sehingga penguapan air semakin banyak. Kelembaban udara akan mengakibatkan peningkatan penambahan panas dan pengurangan jumlah panas yang dikeluarkan melalui jalur evaporasi dari permukan kulit dan saluran pernafasan (PURWANTO et al., 1995). Frekuensi denyut nadi sapi perah Rataan hasil frekuensi denyut nadi sapi perah periode laktasi yang diperoleh adalah 70,54 ± 3,02 kali per menit dan 79,49 ± 0,56 kali per menit, masing-masing untuk pola petani dan pola introduksi, seperti terlihat pada Tabel 2. Hasil frekuensi denyut nadi lebih tinggi apabila dibandingkan hasil yang 265
4 dilaporkan PURWANTO et al. (1995) yaitu 64 dan 67 kali per menit pada suhu 18 C dan 32 C. Tingginya frekuensi denyut nadi, kemungkinan disebabkan tingginya beban panas dari dalam dan luar tubuh. Pakan dengan kualitas rendah menyebabkan proses fermentasi didalam rumen lebih lambat, sehingga panas yang dihasilkan dari energi untuk proses metabolisme tubuh lebih kecil, sedangkan pemberian pakan dengan kualitas baik akan terjadi sebaliknya. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan denyut nadi, mengingat salah satu fungsi protein adalah untuk menyediakan energi bagi proses metabolisme tubuh (SUDONO, 1999). Tabel 2. Rataan denyut nadi sapi perah laktasi selama 4 minggu post partus Frekuensi denyut nadi (kali/menit) Pola petani 70,54 ± 3,02 Pola introduksi 79,49 ± 0,56 Pembuangan beban panas sapi perah laktasi, terlihat pada peningkatan frekuensi denyut nadi yang merupakan usaha ternak untuk menyeimbangkan produksi panas. Panas yang tinggi akan dilepaskan ke lingkungan dengan cara melakukan peningkatan denyut nadi dalam upaya pengangkutan aliran darah yang membawa panas dari dalam keluar tubuh sehingga jantung bekerja lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat PARAKKASI (1995), bahwa peningkatan denyut jantung merupakan upaya penyebaran panas ke seluruh tubuh dan pada akhirnya dibuang melalui jalur evaporasi. Perubahan denyut nadi sapi perah periode laktasi, terjadi peningkatan dan mencapai puncak pada pukul WIB kemudian berangsur menurun setelah pukul WIB. Peningkatan denyut nadi seiring dengan meningkatnya suhu udara, hal ini akan berdampak terhadap naiknya produksi panas didalam tubuh ternak sehingga ternak berusaha mempercepat frekuensi denyut nadi untuk membuang panas. Peningkatan suhu udara dengan diikuti peningkatn denyut nadi merupakan mekanisme fisiologis ternak (PURWANTO et al., 1995). Peningkatan tersebut juga merupakan peningkatan fungsi jantung untuk melakukan aktivitas makan, mendistribusikan hasil metabolisme pakan dan upaya menjaga keseimbangan panas tubuh (GANONG, 1983). Frekuensi pernafasan sapi perah Rataan hasil pengamatan frekuensi pernafasan sapi perah 26,82 ± 1,70 kali per menit dan 31,29 ± 0,62 kali per menit, masingmasing untuk pola petani dan pola introduksi (Tabel 3). Menurut SUBRONTO (1995), bahwa pernafasan sapi dalam keadaan normal berkisar antara 10 sampai 30 kali tiap menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada pola introduksi, frekuensi pernafasan sapi perah lebih tinggi bila dibanding pola petani. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kualitas pakan yang diberikan. Pada pola introduksi diduga proses fermentasi didalam rumen menyebabkan panas dari hasil metabolisme dalam tubuh lebih tinggi bila dibandingkan pola petani, sehingga ternak menerima beban panas tinggi. Metabolisme pakan akan menghasilkan energi yang dipergunakan oleh ternak untuk menjalankan fungsi fisiologis seperti pernafasan dan pengaturan keseimbangan tubuh, dimana hal tersebut akan menghasilkan panas tambahan bagi tubuh. Beban panas yang besar pada tubuh ternak akan dipindahkan oleh aliran darah kepermukaan tubuh yang menyebabkan tingkat evaporasi melalui pernafasan meningkat, sehingga frekuensi pernafasan meningkat pula (JOHNSON, 1985). Perubahan frekuensi pernafasan mulai meningkat setelah pukul WIB dan mencapai puncak pukul 12.00, kemudian mengalami penurunan setelah pukul WIB. Perubahan frekuensi pernafasan sejalan dengan peningkatan suhu udara, hal tersebut menyebabkan ternak meningkatkan frekuensi pernafasan untuk melepaskan panas. Disamping itu, ada perbedaan frekuensi pernafasan dengan pemberian ransum dengan kualitas yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan kualitas ransum yang diberikan pada ternak menambah beban panas. Keadaan ini kemungkinan disebabkan adanya aktivitas ternak dalam mencerna pakan, karena proses pencernaan menghasilkan energi yang diubah menjadi panas. Aktivitas dalam tubuh yang semakin besar membutuhkan oksigen lebih banyak dan kebutuhan oksigen 266
5 didapat dari luar tubuh dengan jalan peningkatan frekuensi pernafasan (GUYTON, 1983). Tabel 3. Rataan frekuensi pernafasan sapi perah laktasi selama 4 minggu post partus Frekuensi pernafasan (kali/menit) Pola petani 26,82 ± 1,70 Pola introduksi 31,29 ± 0,62 Suhu rektal sapi perah Hasil suhu rektal yang diperoleh adalah 36,33 ± 0,77 C dan 37,09 ± 0,19 C, untuk pola petani dan pola introduksi (Tabel 4). Subronto (1995), melaporkan bahwa suhu rektal sapi dalam kondisi normal adalah 38,5 C dan suhu kritis 39,5 C. Suhu rektal sapi perah dengan pemberian ransum yang berbeda, tidak menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini kemungkinan disebabkan ternak berhasil melakukan proses termoregulasi melalui mekanisme homeostatis di dalam tubuh. Respon yang menunjukkan adanya cekaman panas pada tubuh ternak ditandai dengan peningkatan suhu rektal dan apabila peningkatan denyut nadi serta frekuensi pernafasan mampu mengatasi cekaman panas maka suhu rektal sedikit sekali mengalami peningkatan. Menurut PURWANTO et al. (1995), bahwa pengaturan keseimbangan panas merupakan upaya ternak mempertahankan suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu lingkungan yang merupakan perwujudan kerja organ-organ tubuh untuk mempertahankan proses homeostatis. Tabel 4. Rataan suhu rektal sapi perah laktasi selama 4 minggu post partus Suhu rektal ( C) Pola petani 36,33 ± 0,77 Pola introduksi 37,09 ± 0,19 Perubahan suhu rektal mulai menunjukkan peningkatan setelah pukul WIB dan mencapai puncak setelah pukul WIB, kemudian berangsur-angsur menurun. Perubahan suhu rektal tersebut sejalan dengan perubahan suhu udara yang semakin meningkat. Tingginya suhu rektal ternak pada siang hari kemungkinan juga disebabkan panas hasil metabolisme di dalam tubuh. Produksi panas pada ternak dipengaruhi oleh tingkah laku, jumlah konsumsi pakan dan suhu lingkungan (SUDARMOYO, 1995). Perubahan suhu rektal juga sama perubahan denyut nadi dan frekuensi pernafasan. Menurut SARIKIN (1998), bahwa ternak yang diberi pakan dengan kualitas tinggi pada siang hari maka ternak akan mengalami beban panas tubuh yang tinggi, tetapi suhu rektalnya stabil. Hal ini disebabkan ternak berhasil melakukan pembuangan panas melalui peningkatan frekuensi denyut nadi dan pernafasan. KESIMPULAN Hasil kajian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pola introduksi peningkatan kualitas pakan dengan kandungan protein 12% tidak menimbulkan beban panas yang berlebih dan tidak terjadi gangguan termoregulasi pada sapi perah periode laktasi. DAFTAR PUSTAKA COLLIER, R.J., D.K. BEEDE, W.W. THATCHER, L.A. ISRAEL dan C.J. WILCOX Influences of environmental and its modofication on dairy animal health production. J. Dairy Sci. 65: GUYTON, A.C Fisiologi Kedokteran II. Edisi Ke-5. E.G.C. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. JOHNSON, H.D Physiological responses and productivity of cattle. Dalam: YOUSEF, M.K. (Ed). Stress Physiology of Livestock. Vol II. CRC Press Inc. Boca Raton, Florida. KOMARUDIN, M., MARIYONO, U. UMIYASIH, L. AFFANDHY dan ARYOGI Evaluasi perkandangan sapi perah : Perkandangan sapi perah rakyat pada beberapa daerah dataran rendah dan tinggi di Jawa Timur. Lap Penyelesaian DIP. Sub Balitnak Grati. MASON, L.L. and BUVANENDRAN Breeding Plans foe Ruminant Livestock in Tropis. FAO Animal Production and Health Paper No. 34 Rome. PARAKKASI, A Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Aneka Ilmu, Semarang. 267
6 PURWANTO, B.P., A.B. SANTOSO dan A. MURFI Fisiologi Lingkungan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. SANTOSO, A.B Pengaruh Lingkungan Mikro Terhadap respon Fisiologis Sapi Dara Peranakan Fries Holand. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. SARIKIN Perubahan Respon Termoregulasi Sapi Dara Peranakan Friesian Holstein Akibat Pemberian Pakan dengan Tingkat Energi Berbeda. Skripsi. Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. SINURAT, A.P., E. KUSNADI, R. WIJAYAKESUMA dan D. SASTRAPRADJA Pengaruh cekaman suhu dingin dan panas terhadap respons pertumbuhan dan fisiologis kelinci Rex. Proc Seminar Nasional. Usaha Peningkatan Produktivitas Peternakan dan Perikanan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. SUDARMOYO, B Ilmu Lingkungan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang (unpublished). SUDONO, A Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (unpublished). SUTARDI, T Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (unpublished). TILLMAN, A.D., H. HARTADI., S. REKSOHADIPROJO., S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOJO Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. WILLIAMSON, G. dan W.J.A. PAYNE Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. YOUSEF, M.K Animal Production in the Tropics. Praeger Publish, New York. 268
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA Arif Qisthon dan Sri Suharyati Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri
Lebih terperinciJurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol. 35 No. 2 : (Juli 2015) ISSN
PENGARUH PENINGKATAN RASIO KONSENTRAT DALAM RANSUM KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DI LINGKUNGAN PANAS ALAMI TERHADAP KONSUMSI RANSUM, RESPONS FISIOLOGIS, DAN PERTUMBUHAN Arif Qisthon* dan Yusuf Widodo* ABSTRAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 mencapai 237,64 juta jiwa atau naik dibanding jumlah penduduk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada
Lebih terperincikonsentrat dengan kandungan TDN berbeda. Enam ekor sapi dara FH digunakan pada penelitian ini. Sebanyak enam perlakukan yang digunakan merupakan
RINGKASAN DADANG SUHERMAN. Penentuan Suhu Kritis Atas pada Sapi Perah Dara Berdasarkan Respon Fisiologis dengan Manajemen Pakan melalui Simulasi Artificial Neural Network. Dibimbing oleh BAGUS P PURWANTO,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI YANG DIPRODUKSI DI DATARAN TINGGI DAN RENDAH DI KABUPATEN SEMARANG (Performans of Milk Production and
Lebih terperinciPENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI
PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciIMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1999 IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI ENDANG SULISTYOWATI Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciRESPON KONSUMSI TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERBAU YANG DIBERI KONSENTRAT DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA
RESPON KONSUMSI TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERBAU YANG DIBERI KONSENTRAT DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA (Feed Consumption Response to Different Concentrate Feeding Frequency of Buffalo in Relation to Enviroment)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Termoregulasi Sapi Perah Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang bergantung kepada produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan,
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.
21 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai Januari 2010. Pemeliharaan ternak di Laboratorium Lapang, kandang blok B sapi perah bagian IPT Perah Departemen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Bangsa Sapi Potong Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus), dan sapi Eropa (Bos taurus). Bangsa-bangsa
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT
STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT SKRIPSI ADI RAKHMAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal 3(4): , Desember 2014 On Line at :
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH JUMLAH PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP KONDISI FISIOLOGI KAMBING KACANG (The Effect of Different Feeding Level on Physiological Condition
Lebih terperinciPengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya (ULASAN)
Media Peternakan, April 2006, hlm. 35-46 ISSN 0126-0472 Terakreditasi SK Dikti No:56/DIKTI/Kep/2005 Vol. 29 No. 1 Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi
Lebih terperinciRESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM
RESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM SKRIPSI R. LU LUUL AWABIEN PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN
Lebih terperinciRINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Pembimbing Anggota : L-. Aiidi Murfi, MSi.
RINGKASAN Edi Suwito. 2000. Hubungan antara Lingkungan Mikro dengan Lama Bernaung dalam Kandang pada Sapi Dara Peranakan Fries Holland. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Temak. Jurusan Ilmu Produksi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi Penelitian
17 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada 11 Maret hingga 5 Juni 011. Waktu penelitan dibagi menjadi enam periode, setiap periode perlakuan dilaksanakan selama 14 hari. Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class
Lebih terperinciPERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI
PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciKANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA
Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan jenis kambing persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing merupakan hewan yang
Lebih terperinciPENGARUH STRES PANAS TERHADAP PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH BATURRADEN
PENGARUH STRES PANAS TERHADAP PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH BATURRADEN (Effects of Heat Stress on Milk Production Performance of Friesian
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS, RESPON FISIOLOGIS DAN PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN DENGAN TINGKAT PROTEIN BERBEDA
PRODUKTIVITAS, RESPON FISIOLOGIS DAN PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN DENGAN TINGKAT PROTEIN BERBEDA (Productivities, Physiological Response and Body Composition Changes in Java
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT PADA PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI Oleh : 060810228 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012
Lebih terperinciPengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein
Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Mardalena 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas susu hasil pemerahan pagi
Lebih terperinciRespon Fisiologi Sapi FH Laktasi dengan Substitusi Pakan Pelepah Sawit dengan Jumlah yang Berbeda
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan ISSN 2303-2227 Vol. 04 No. 3 Oktober 2016 Hlm: 350-355 Respon Fisiologi Sapi FH Laktasi dengan Substitusi Pakan Pelepah Sawit dengan Jumlah yang Berbeda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe
Lebih terperinciPOTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU
AGROVETERINER Vol.1,No.1,Desember-2012 POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU Nisma Adhani D.A.C 1), Tri Nurhajati 2), A.T. Soelih
Lebih terperinciRESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN
RESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN (The Productivity Responses to Environmental Change in Madura and Ongole Crossbred Cattle) ONY SURYAWAN 1, MALIKAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri
Lebih terperinciPENGARUH BUKA-TUTUP KANDANG TERHADAP KENYAMANAN DAN KINERJA PRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE
PENGARUH BUKA-TUTUP KANDANG TERHADAP KENYAMANAN DAN KINERJA PRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE THE EFFECTS OF OPENING AND CLOSING OF HOUSE ON THE ONGOLE CROSSBRED CATTLE S COMFORT AND PERFORMANCES Panjono*
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU)
Lebih terperinciPERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto
Lebih terperinciPROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA
PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Proportion of Muscle, Bone and Fat of Carcass of Male Thin Tail Sheep Fed Tofu By-product)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciEFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA
EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA (The Effect of Feed Supplement on Peak Milk Yield on Dairy Cows in First Lactation) SUHARYoNo l, LAiLATuL FARIDA 2, ASIH
Lebih terperinciPenampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah
Sains Peternakan Vol. 8 (1), Maret 2010: 1-7 ISSN 1693-8828 Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah R. Adiwinarti, I.P. Kusuma dan C.M. Sri Lestari
Lebih terperinciPERFORMANS SAPI SILANGAN PERANAKAN ONGOLE DI DATARAN RENDAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN KOTA ANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO JAWA TIMUR)
PERFORMANS SAPI SILANGAN PERANAKAN ONGOLE DI DATARAN RENDAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN KOTA ANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO JAWA TIMUR) (The Performance of Ongole Grade Cross Cattle in Low Land Area (a Case
Lebih terperinciRESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT
RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Lebih terperinciPengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 69-74 ISSN 1410-5020 Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan The Effect of Ration with
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Potong Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Sapi pedaging memiliki
Lebih terperinciPengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan Ukuran-Ukuran Tubuh dan Kosumsi Pakan Pedet FH Betina Lepas Sapih
pissn 2541-7215 eissn 2541-7223 Tropical Animal Science, Mei 2017, 1(1):1-5 Tersedia online pada http://ejournal.universitasboyolali.ac.id/index.php/tas Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan
Lebih terperinciKINERJA PRODUKTIVITAS SAPI PERAH IMPOR DAN HASIL TURUNANNYA DI JAWA TIMUR: STUDI KASUS DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI PASURUAN
KINERJA PRODUKTIVITAS SAPI PERAH IMPOR DAN HASIL TURUNANNYA DI JAWA TIMUR: STUDI KASUS DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI PASURUAN (The Capable Productivity of Imported and Derivative Dairy Cattle in
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengamatan selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 09.00 pagi sampai pukul 15.00 sore WIB, data yang diperoleh menunjukkan
Lebih terperinciPROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA SKRIPSI DINI MAHARANI ARUM RIMADIANTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
Lebih terperinciFrekuensi Respirasi Sapi Bali Betina Dewasa Di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Frekuensi Respirasi Sapi Bali Betina Dewasa Di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung (RESPIRATION FREQUENCYON A BALI CATTLE ADULT FEMALE AT BALI CATTLE BREEDING
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)
PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan) COMPARISON OF PRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN DAIRY COWS WITH THEIR PROGENY
Lebih terperinciRESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DIBERI PAKAN AMPAS TEH DALAM LEVEL YANG BERBEDA
RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DIBERI PAKAN AMPAS TEH DALAM LEVEL YANG BERBEDA (Physiological Response and Blood Profile of Ongole Crossbred Cattle (PO) Fed Tea Waste
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah
HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik
Lebih terperinci1. Apakah yang dimaksud dengan iklim 2. Apa sajakah pengruh iklim terhadap ternak 3. Bagaimana upaya pengelolanya
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciPENGARUH PENJEMURAN TERHADAP KENYAMANAN DAN KINERJA PRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE
Buletin Peternakan Vol. 33(1): 17-22, Februari 2009 ISSN 0126-4400 PENGARUH PENJEMURAN TERHADAP KENYAMANAN DAN KINERJA PRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE THE EFFECTS OF SUN-BATHING ON THE ONGOLE CROSSBRED
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci
Sains Peternakan Vol. 10 (2), September 2012: 64-68 ISSN 1693-8828 Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan
Lebih terperinciStatus fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih pada perkandangan dengan bahan atap dan ketinggian kandang berbeda
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1): 1-6 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Status fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih pada perkandangan dengan
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PROTEIN PAKAN DENGAN PRODUKSI, KANDUNGAN PROTEIN DAN LAKTOSA SUSU SAPI PERAH DI KOTA SALATIGA (Relationship Between Crude
Lebih terperinciRESPON FISIOLOGIS KAMBING BOERAWA JANTAN FASE PASCASAPIH DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI
RESPON FISIOLOGIS KAMBING BOERAWA JANTAN FASE PASCASAPIH DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI The Physiologic Response Of Boerawa Goat Pascasapih In Lowland And Upland Hadi Pramono a, Sri Suharyati b,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot
Lebih terperinciKONSUMSI DAN PRODUKSI PROTEIN SUSU SAPI PERAH LAKTASI YANG DIBERI SUPLEMEN TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DAN SENG PROTEINAT
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 128 135 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KONSUMSI DAN PRODUKSI PROTEIN SUSU SAPI PERAH LAKTASI YANG DIBERI SUPLEMEN TEMULAWAK
Lebih terperinciDADANG SUHERMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PENENTUAN SUHU KRITIS ATAS PADA SAPI PERAH DARA FRIES HOLLAND BERDASARKAN RESPON FISIOLOGIS DENGAN MANAJEMEN PAKAN MELALUI SIMULASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DADANG SUHERMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) R.
Lebih terperinciE. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Lebih terperinciRESPON SUHU REKTAL SAPI FRIES HOLLAND DARA PADA FREKUENSI DAN WAKTU PENYEMPROTAN BERBEDA ABDILLAH EL ZAKIR
RESPON SUHU REKTAL SAPI FRIES HOLLAND DARA PADA FREKUENSI DAN WAKTU PENYEMPROTAN BERBEDA ABDILLAH EL ZAKIR DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciRESPON TERMOREGULASI SAPI PERAH PADA ENERGI RANSUM YANG BERBEDA. (Thermoregulation Response of Dairy Cows on Different Energy Content) ABSTRACT
RESPON TERMOREGULASI SAPI PERAH PADA ENERGI RANSUM YANG BERBEDA (Thermoregulation Response of Dairy Cows on Different Energy Content) Azhar Amir 1, Bagus P. Purwanto 2, dan Idat G. Permana 3 1 Puslitbang,
Lebih terperinciTHE HTC VALUE (Heat Tolerance Coefficient) OF ONGOLE CROSSBREED CATTLE (PO) HEIFERS BEFORE AND AFTER CONCENTRATING IN LOW- LAND AREAS ABSTRACT
THE HTC VALUE (Heat Tolerance Coefficient) OF ONGOLE CROSSBREED CATTLE (PO) HEIFERS BEFORE AND AFTER CONCENTRATING IN LOW- LAND AREAS Syaiful Arifin 1), Hary Nugroho 2) and Woro Busono 2) 1) Graduate Student
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).
Lebih terperinciPENGARUH KOMBINASI PENGKABUTAN DAN KIPAS ANGIN TERHADAP KONDISI FISIOLOGIS SAPI PERAH PERANAKAN FRIESIAN HOLLAND
PENGARUH KOMBINASI PENGKABUTAN DAN KIPAS ANGIN TERHADAP KONDISI FISIOLOGIS SAPI PERAH PERANAKAN FRIESIAN HOLLAND COMBINED EFFECTS OF SPRINKLER AND FAN ON PHYSIOLOGICAL CONDITIONS OF FRIESIAN HOLLAND DAIRY
Lebih terperinciMETODE. Materi. Metode
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Desa Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat selama 62 hari dari bulan September
Lebih terperinciEVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH.... Sefyandy Adi Putra EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN EVALUATION
Lebih terperinciTAMPILAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH YANG MENDAPAT PERBAIKAN MANAJEMAN PEMELIHARAAN
TAMPILAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH YANG MENDAPAT PERBAIKAN MANAJEMAN PEMELIHARAAN MILK PRODUCTION PERFORMANCE OF DAIRY CATTLE UNDER THE REARING MANAGEMENT IMPROVEMENT B. Utomo dan Miranti D P. Balai Pengkajian
Lebih terperinciEvaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas
Lebih terperinciRESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA
RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA Tri Yunike a, Sri Suharyati b, dan Khaira Nova b a The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM:
PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) Pada Program Studi Peternakan Disusun
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6
12 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 Maret 2016 di Kelompok Tani Ternak Wahyu Agung, Desa Sumogawe, Kecamatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciKAJIAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIES HOLLAND BERDASARKAN PEMERAHAN PAGI DAN SORE DI WILAYAH KERJA KPSBU LEMBANG
KAJIAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIES HOLLAND BERDASARKAN PEMERAHAN PAGI DAN SORE DI WILAYAH KERJA KPSBU LEMBANG THE STUDY OF HOLSTEIN FRIESIAN DAIRY CATTLE MILK PRODUCTION BASED ON MORNING AND AFTERNOON
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas, berlokasi di lereng Gunung Tampomas,
Lebih terperinciINFLUENCE OF ALTITUDE ON HTC (Heat Tolerance Coefficient) CROSSBREED CATTLE (LIMPO) HEIFER FEMALE BEFORE AND AFTER CONCENTRATE GIVEN ABSTRACT
INFLUENCE OF ALTITUDE ON HTC (Heat Tolerance Coefficient) CROSSBREED CATTLE (LIMPO) HEIFER FEMALE BEFORE AND AFTER CONCENTRATE GIVEN Adhitya Susilawan Widada 1), Woro Busono 2) and Hary Nugroho 2) 1) Graduate
Lebih terperinciEVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)
EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat) EVALUATION OF THE PERFORMANCE PRODUCTION OF PROGENY IMPORTED HOLSTEIN
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING Aryogi dan Esnawan Budisantoso Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Pasuruan, Jawa Timur Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciHUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN
HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN QUESTION???? STRES BIOKIMIA NUTRISI PENDAHULUAN STRES : perubahan keseimbangan biologis
Lebih terperinci