ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI"

Transkripsi

1 ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN ASRI FITRIANI. Analisa Kinerja Privatisasi pada PD PAM Jaya. Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan badan usaha milik negara atau daerah yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan kemanfaatan di bidang air minum. Pada tahun 1997, pemerintah memutuskan untuk bekerja sama dengan dua mitra operator swasta asing untuk mengelola dan menyediakan air bersih untuk warga DKI Jakarta yang berlaku selama 25 tahun. Kedua pihak tersebut adalah Thames Overseas Ltd (PT. Thames PAM Jaya/PT. TPJ) berasal dari Inggris dan pihak lainnya adalah Ordeo Suez Lyonnaise de Eaux (PT. Palyja) yang berasal dari Perancis. Setelah 11 tahun privatisasi berjalan, pengelolaan dan penyediaan air bersih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja PD PAM Jaya dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah privatiasi. Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu : (1) Mengevaluasi kinerja PD PAM Jaya sebelum dan sesudah privatisasi, (2) Mengevaluasi pelaksanaan kerjasama dengan swasta di PD PAM Jaya, (3) Mengevaluasi kinerja PD PAM Jaya dari perspektif masyarakat, dan (4) Mengevaluasi kinerja privatisasi PD PAM Jaya dari persepektif ekonomi. Penelitian ini dilakukan di PD PAM Jaya, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak terkait dan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari PD PAM Jaya, UPP Palyja Jakarta Selatan, dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Analisis Statistik Deskripstif untuk melihat perkembangan data timeseries perusahaan, Customer Satisfaction Index, dan Importance Performance Analysis untuk mengetahui kepuasan pelanggan diolah dengan SPSS 15 for Windows dan Microsoft Excell Kinerja teknis PAM Jaya sebelum privatisasi lebih baik daripada setelah privatisasi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil laju pertumbuhan produksi air PAM, volume air yang terjual, UFW, dan cakupan pelayanan yang lebih kecil daripada setelah privatisasi. Besarnya investasi yang diberikan Palyja dan TPJ/Aetra belum memberikan pengaruh yang besar baik bagi proses produksi, distribusi, ataupun pelayanan. Proporsi pembayaran biaya imbalan untuk mitra swasta dibandingkan dengan pendapatan usaha yang diterima PAM Jaya tidak sebanding sehingga PAM Jaya hampir selalu mengalami defisit pada penerimaan laba/ruginya. Penilaian kinerja PAM Jaya dengan analisis keuangan ROA, ROE, dan CR menunjukkan bahwa secara keuangan, kinerja PAM Jaya belum dapat dikatakan baik. CSI sebelum dan sesudah privatisasi masing-masing sebesar 65,62% dan 59,48%, artinya pelanggan jauh lebih puas dengan pelayanan PAM Jaya sebelum kondisi privatisasi. Hasil IPA menunjukkan bahwa pelanggan berharap penanganan akan kualitas air dan permasalahan rekening tunggakan mendapat prioritas utama dari PAM Jaya. Proses privatisasi dan akuntabilitas yang tidak transparan, serta pelayanan yang belum baik menunjukkan apakah privatisasi ini perlu dilanjutkan atau tidak. 2

3 ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM PAM JAYA BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, September 2009 Asri Fitriani H

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Asri Fitriani, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Juni Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan A Ferry Guanto dan Y Mirasanti Ranadireksa. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar 3 Bintaro Tangerang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Labschool Kebayoran Jakarta Selatan dan masuk dalam program IPA pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai Ketua Divisi Corporate Social Responsibility, Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) Periode 2007/2008 dan General Manager Unit Kegiatan Mahasiswa Music/Agriculture/X-pression!! (MAX!!) periode 2007/

6 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, pujian yang memenuhi seluruh nikmat-nya bagi kemuliaan wajah-nya dan keagungan kekuasan-nya, serta Shalawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya yang dimuliakan Allah SWT. Atas anugrah, berkat, dan kasih sayang-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisa Kinerja Privatisasi Pada PD PAM Jaya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja PD PAM Jaya dengan membandingkan kondisi PD PAM Jaya sebelum dan sesudah privatisasi, dari tahun 1992 hingga Aspek-aspek yang dilihat dalam penelitian ini adalah aspek kinerja teknis produksi PD PAM Jaya dan membandingkannya dengan target-target yang akan dicapai, aspek keuangan PD PAM Jaya, aspek kepuasan pelanggan PD PAM Jaya dalam hal ini pelanggan Palyja Unit Pelayanan Pelanggan Jakarta Selatan, serta aspek ekonomi privatisasi Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun guna melengkapi skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Bogor, September 2009 Penulis 6

7 UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr.Ir.Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis dengan penuh keikhlasan dan sabar hingga skripsi ini selesai. 2. Bapak Dr.Ir.Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama dan Bapak Novindra, S.P sebagai dosen penguji wakil departemen atas kesediaan dan masukannya. 3. Bapak Irmawan Kanani atas seluruh bantuan dan semangatnya dalam membimbing dan mengarahkan penulis. 4. Bapak Sri Kadri, Suhardi, Katino, Agus Daryanto, Buntoro, Yuyun, Budi Santoso, dan Mochtar dari PD PAM Jaya serta Bapak Henda dan Adi Sasongko dari Palyja UPP Jakarta Selatan atas kesempatan dan bantuannya dalam mengumpulkan data-data penelitian. 5. Seluruh dosen pengajar dan staf di Departemen ESL FEM IPB. 6. Ibu, Bapak, Aisha dan keluarga besar Ranadireksa atas kasih sayang, inspirasi hidup dan do a yang tulus. 7. Teman-teman satu bimbingan Hans, Yudi, Ratih, Tiara atas dorongan luar biasa selama 8 bulan ini. 8. Sahabat-sahabat Dreamers, ber-9, kawan-kawan PSP, GENGGONG, stefani s, MAX!!, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. 9. Semua pihak yang telah memberi kemudahan dan semangat dalam penulisan skripsi yang tidak luput dari ingatan, jasa kalian tetap tercatat di sisi Allah. 7

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEORISINILAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Privatisasi Air Bersih Teori Ekonomi Privatisasi Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Kepuasan Pelanggan Jasa Kepuasan Pelanggan Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Penentuan Jumlah Responden Metode Pengumpulan Data Studi Uji Validitas Uji Reliabilitas Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Analisis Perkembangan Kinerja Teknis PAM Jaya Analisis Struktur Keuangan PAM Jaya i ii iii iv v vi vii viii xi xiii xiv 8

9 Customer Satisfaction Index Importance Performance Analysis V. GAMBARAN UMUM Gambaran Umum PD PAM Jaya Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi PD PAM Jaya Visi Misi PD PAM Jaya Administrasi dan Manajemen Struktur Organisasi PD PAM Jaya Pelayanan PD PAM Jaya Pelanggan PD PAM Jaya Kerjasama Mitra Asing Prinsip dan Tanggung Jawab Kerjasama Lingkup Kerjasama Bentuk Kerjasama Target Teknis dan Standard Pelayanan Karakteristik Pelanggan PT PAM Lyonnaise Jaya Tingkat Pendapatan Tingkat Pengeluaran Rata-Rata Pengeluaran Air PAM Jaya Penggunaan Air PAM Jaya Sumber Air selain Air PAM Jaya VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Pelayanan Teknis Sebelum dan Sesudah Privatisasi Produksi Air PAM Jaya Volume Air Terjual PAM Jaya Uncounted For Water PAM Jaya Pelanggan PAM Jaya Perkembangan Cakupan Pelayanan Sebelum dan Sesudah Privatisasi Perkembangan Kualitas dan Tekanan Air PAM Jaya Perbandingan Kinerja Teknis PAM Jaya Analisa Perkembangan Tarif Air PAM Jaya Analisa Struktur Keuangan PAM Jaya Perkembangan Investasi Mitra Swasta terhadap Pelayanan PAM Jaya Pendapatan Usaha PAM Jaya dan Biaya Imbalan Mitra Swasta Analisis Keuangan PAM Jaya Return on Assets Return on Equity Current Ratio Analisa Pelayanan Kepuasan Pelanggan PT Pam Lyonnaise Jaya Pelayanan Teknis Kualitas Air Persepsi Pengenaan Tarif Air Customer Satisfaction Index Importance Performance Analysis Analisa Privatisasi dari Perspektif Ekonomi

10 VII.KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Bentuk Pengaturan Kontrak Pelayanan Air Bersih oleh Swasta Jenis dan Sumber Data Penelitian Nilai Korelasi Uji Validitas Kuesioner Nilai Uji Realibilitas Kuesioner Kriteria Indeks Kepuasan Konsumen Pembagian Tanggung Jawab PAM Jaya dengan Mitra Swasta Alokasi dan Pengelolaan Resiko Usaha Target Teknis dan Standard Pelayanan Perbandingan Perkembangan Produksi Air PAM Jaya Tahun Perbandingan Perkembangan Volume Air PAM Jaya Terjual Tahun dengan Target Teknis Tahun Perbandingan Perkembangan Tingkat Air yang Hilang PAM Jaya Tahun dengan Target Teknis Tahun Perbandingan Perkembangan Jumlah Pelanggan PAM Jaya Tahun dengan Target Teknis Tahun Perkembangan Cakupan Pelayanan PAM Jaya Tahun Perbandingan Kualitas Air Bersih pada Fasilitas Produksi dan Distribusi Tahun 2000 dan Perbandingan Rata-Rata Tekanan Air PAM Jaya Tahun 2007 dan Perbandingan Perkembangan Kinerja PAM Jaya antara Tahun 1997 dan Investasi Palyja dan TPJ/Aetra dalam Perkembangan Pengelolaan Air PAM Jaya Tahun Perkembangan Pendapatan Usaha PAM Jaya dan Biaya Imbalan Mitra Swasta dalam Pengelolaan Air PAM Jaya serta Pendapatan Usaha PAM Jaya Tahun Customer Satisfaction Index (CSI) Pelanggan PT PAM Lyonnaise Jaya Tahun 2009 dengan Kondisi Sebelum Privatisasi Customer Satisfaction Index (CSI) Pelanggan PT PAM 11

12 Lyonnaise Jaya Tahun 2009 dengan Kondisi Setelah Privatisasi

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Penggolongan Jenis Barang Alur Kerangka Pemikiran Operasional Koordinat Kartesius Kepuasan Pelanggan Sumber Air Baku PAM Jaya Pembagian Wilayah Pelayanan PAM Jaya Pola Kejasama dan Pembagian Pendapatan Tingkat Pendapatan per bulan Tingkat Pengeluaran per bulan Rata-Rata Bayar Air PAM Penggunaan Air PAM Sumber Air Selain Air PAM Penyebab Penggunaan Selain Air PAM Grafik Perbandingan Target dan Realisasi Volume Air Terjual PAM Jaya Grafik Perbandingan Target dan Realisasi UFW PAM Jaya Grafik Perbandingan Target dan Realisasi Cakupan Pelayanan PAM Jaya Perkembangan Pengenaan Tarif Air Bersih PAM Jaya antara Tahun Return on Assets PAM Jaya Tahun Return on Equity PAM Jaya Tahun Current Ratio PAM Jaya Tahun Respon Pelanggan Palyja terhadap Kuantitas Air Tahun Respon Pelanggan terhadap Tingkat Kejernihan Air Tahun Respon Pelanggan terhadap Bau Air Tahun Respon Pelanggan terhadap Kontinuitas Air Tahun Respon Pelanggan terhadap Tekanan Air Tahun Respon Pelanggan terhadap Tarif Air PAM Jaya Sebaran Kepuasan Pelanggan Palyja UPP Selatan Tahun

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Struktur Organisasi PAM Jaya Pelanggan PAM Jaya sampai Tahun Target Teknis dan Realisasi Pencapaiannya Periode Triwulan II Neraca Keuangan PAM Jaya per 31 Desember 1998 s.d Laporan Laba(Rugi) PAM Jaya Tahun 1998 s.d Evaluasi Keluhan Pelanggan PT Palyja dan PT Aetra Tahun Perkembangan Tarif Air PAM Jaya Tahun 1998 hingga Pelaksanaan Kerjasama dengan Swasta di PAM Jaya Peta Cakupan Pelayanan PT Palyja UPP Selatan Pelanggan Palyja per Permanent Area Formulir Kuesioner Pelanggan PT Palyja

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketergantungan manusia terhadap air semakin besar sejalan dengan bertambahnya penduduk. Predikat bumi sebagai Planet Air dengan 70% permukaan bumi tertutup air bertolak belakang dengan keadaan Bumi yang menghadapi kelangkaan air. Sebagian besar air di bumi merupakan air asin dan hanya sekitar 2,5% saja yang berupa air tawar, dan kurang dari 1% yang bisa dikonsumsi, sedangkan sisanya merupakan air tanah yang dalam atau berupa es di daerah kutub 1. Berkebalikan dengan kondisi keterbatasan air ini, banyak orang mengeksploitasi air secara berlebih. Padahal, semakin terbatas jumlahnya, berlakulah hukum ekonomi, bahwa air merupakan benda ekonomis, dimana orang rela bersusah-susah dan berani membayar mahal untuk mendapatkan air bersih. Pertumbuhan masyarakat yang tinggi diikuti dengan pertumbuhan ekonomi serta perkembangan industri yang banyak menggunakan lahan dan air menyebabkan kelangkaan air semakin meningkat. Sumber-sumber air tercemar karena limbah yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dan industri, menyebabkan kualitas air yang bisa langsung dicerna dan dikonsumsi oeh penduduk semakin sedikit. Dibutuhkan suatu badan dan sistem pengelolaan dan penyediaan air baku untuk dikelola menjadi air bersih yang dapat didistribusikan kepada penduduk. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan badan usaha milik negara atau daerah yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan kemanfaatan di bidang air minum. Aktivitas PDAM antara lain mengumpulkan, mengolah, dan menjernihkan sampai mendistribusikan air ke pelanggan. PDAM DKI Jakarta telah ada sejak tahun 1918 dengan nama Water Leidengen Bedrift dan baru pada tahun 1968 berubah namanya menjadi PD PAM Jaya. Sejak berdiri sampai pada tahun 1998, PD 1 Transparansi. (edisi 07/05/99 diakses 15/02/09) 15

16 PAM Jaya baru dapat melayani sekitar 42% penduduk DKI Jakarta. Tingkat kebocoran masih tinggi, yakni 56,85% per tahun (PAM Jaya, 1997). Hal ini menyebabkan kehilangan produksi air dan kehilangan pendapatan sebesar 56,85%. Dari sisi pemerintah, pemerintah tidak dapat meningkatkan kinerja pengelolaan dan pelayanan air minum baik kualitas maupun kuantitas. Di sisi lain, pemerintah membutuhkan investor yang dapat menopang kebutuhan finansial di bidang air minum. Pada tahun 1997, pemerintah memutuskan untuk bekerja sama dengan dua mitra operator swasta asing untuk mengelola dan menyediakan air bersih untuk warga DKI Jakarta. Kedua pihak tersebut adalah Thames Overseas Ltd (PT. Thames PAM Jaya/PT. TPJ) berasal dari Inggris yang kemudian pada tahun 2008 terjadi penjualan salah satu saham di dalam PT Thames Jaya kepada perusahaan asal Singapura 2, PT Acuatico Ltd dan pihak lainnya adalah Ordeo Suez Lyonnaise de Eaux (PT. Palyja) yang berasal dari Perancis. Perjanjian kerja sama ini mengikat kedua belah pihak selama 25 tahun dengan bentuk konsesi modifikasi. Hal ini berarti mitra swasta akan diberikan hak pengelolaan penuh untuk seluruh sistem pelayanan PAM Jaya, baik yang sudah mempunyai jaringan perpipaan maupun daerah yang baru sama sekali. Di dalam perjanjian kerjasama yang berbentuk konsesi, operator swasta yang mendapatkan hak penuh pengelolaan, akan memberikan kompensasi biaya kepada pihak pemerintah, antara lain dalam bentuk: i) deviden apabila ada saham pemerintah dalam pembiayaan investasi, ii) usage fee untuk biaya penyewaan aset yang diserahkan, iii) untuk pembayaran hak pengelolaan sistem. Klausul-klausul didalam kontrak perjanjian secara lengkap mencantumkan: i) Target teknis yang hendak dicapai, ii) Hak dan kewajiban para pihak yang berjanji, iii) bench mark pelayanan yang harus dipenuhi dan 2 Feedage. (edisi 05/02/2009 diakses 16/04/2009) 16

17 sanksi yang berlaku, iv) alokasi resiko, v) penyelesaian perselisihan dan yang paling penting adalah vi) formulasi tarif yang harus disepakati 3. Perjanjian kerjasama ini mengatur pengelolaan dan penyediaan air bersih serta beberapa ketentuan yang ditetapkan kedua belah pihak. Pengelolaan dan penyediaan dalam dua wilayah kerja, yaitu untuk wilayah Timur Jakarta dan Palyja untuk wilayah Barat Jakarta. PAM Jaya memberikan kepada mitra swasta tersebut seluruh sistem penyediaan air bersih Jakarta seperti supply air bersih, treatment plan, sistem distribusi, pencatatan dan penagihan, serta seluruh bangunan-bangunan kantor milik PAM Jaya. Sementara Palyja dan TPJ akan melaksanakan seluruh pengelolaan, operasi, pemeliharaan dan pembangunan sistem penyediaan air bersih, mampu membayar hutang PAM Jaya sebesar US$ 231 juta, meningkatkan sambungan saluran air menjadi sambungan (yakni hampir dua kali lipat dibandingkan saat sebelum adanya kerjasama), melayani 70% dari keseluruhan populasi DKI Jakarta, serta mengurangi tingkat kebocoran sampai 35% (Kruha, 2005). Konsesi kerja sama ini telah berjalan selama 11 tahun dan masih banyak yang harus dikaji dalam keberlangsungan pengelolaan dan penyediaan air bersih. Penetapan kenaikan tarif merupakan hal yang harus dilakukan oleh PAM Jaya jika ternyata terbukti PAM Jaya masih mengalami kerugian, karena satu-satunya pendapatan PAM Jaya adalah tarif tersebut Perumusan Masalah Privatisasi PD PAM Jaya telah berjalan hampir 11 tahun, namun belum membuahkan hasil yang signifikan dalam perkembangan dan penyediaan air bersih di DKI Jakarta. Melihat sudut pandang mitra swasta, hal ini terjadi karena ketidakberdayaan mitra swasta tersebut dalam menaikkan tarif air sehingga mitra tidak bisa meningkatkan 3 Departemen Pekerjaan Umum. (diakses 15/02/09) 17

18 pelayanan dan pengelolaan. Disisi lain, pemerintah menilai bahwa kenaikan tarif tersebut baru bisa dilaksanakan apabila mitra telah melaksanakan kewajibannya untuk memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan kualitas pelayanan. Dari uraian diatas maka bisa dilihat bahwa salah satu unsur penting privatisasi ini adalah penetapan tarif yang akan dikenakan kepada masyarakat. Kenaikan tarif sudah sering dilakukan dan tidak sesuai dengan perjanjian pada awalnya, namun baik pihak PD PAM Jaya maupun mitra swasta masih dalam keadaan defisit atau tidak menguntungkan, karena biaya produksi lebih besar dari tarif yang dikenakan kepada pelanggan. Disisi lain, masyarakat terus terbebani dengan tarif air yang selalu meningkat, namun tidak mendapatkan hasil yang setimpal seperti kualitas air yang kurang baik, kuantitas air yang tidak menentu dan sebagainya. Dengan sisa waktu konsesi yang ada, penting untuk ditinjau kembali perjanjian pelaksanaan kerjasama tahun 1997, bagaimana keadaan PD PAM Jaya sebelum dan sesudah privatisasi tersebut disahkan pada tahun 1997, serta melihat kepuasan pelanggan, dengan maksud sebagai umpan balik pelanggan terhadap kerjasama dan kebijakan yang sedang berlangsung Tujuan penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1) Mengevaluasi kinerja PD PAM Jaya sebelum dan sesudah privatisasi 2) Mengevaluasi pelaksanaan kerjasama dengan swasta di PD PAM Jaya 3) Mengevaluasi kinerja PD PAM Jaya dari perspektif masyarakat 4) Mengevaluasi kinerja PD PAM Jaya dari perspektif ekonomi 18

19 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1) Bagi Pemerintah Daerah dan PD PAM Jaya, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengkaji privatisasi sumberdaya air dari perspektif ekonomi dan prioritas pelanggan dalam pelayanan air bersih. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang strategis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 2) Bagi akademisi dan perguruan tinggi, penelitian ini diharapkan akan melengkapi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan sumber informasi untuk melakukan penulisan atau penelitian selanjutnya. 3) Bagi peneliti, penelitian ini sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan analisa dalam memecahkan permasalahan dengan bekal ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh dalam perkuliahan. 4) Bagi masyarakat khususnya pelanggan PAM Jaya, sebagai informasi tambahan mengenai keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan dan pengetahuan tentang pengenaan tarif air yang mereka bayarkan. 19

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Privatisasi Seiring dengan menguatnya sistem perekonomian kapitalis di dunia dalam dua dekade terakhir, privatisasi menjadi pilihan kebijakan yang banyak diterapkan saat ini baik di negara berkembang maupun negara maju. Privatisasi atau penjualan aset negara dipandang sebagai agenda ekonomi wajib guna menghindari ekonomi biaya tinggi melalui pelepasan perusahaan negara yang menguras anggaran 4. Secara umum ada beberapa alasan yang mendasari dilakukannya privatisasi. Pertama, mengurangi beban keuangan pemerintah. Kedua, meningkatkan efisiensi perusahaan. Ketiga, meningkatkan profesionalitas perusahaan. Keempat, mengurangi campur tangan birokrasi atau pemerintah terhadap pengelolaan perusahaan. Kelima, mendukung pengembangan pasar modal dalam negeri. Keenam, sebagai flag-carrier (pembawa bendera) untuk go international 5. Globalisasi mengakibatkan batas antar negara semakin tidak nyata dan semua orang bebas melakukan transaksi dengan pihak manapun dan dimana saja yang mengakibatkan timbulnya produk-produk global yang semakin berkualitas dan murah. Hal ini menjadi suatu tuntutan bagi BUMN/D untuk bersaing dengan globalisasi yang merupakan kompetitor-kompetitor yang tangguh di dalam negara tersebut sehingga diperlukan suatu deregulasi kebijakan makro yang mempengaruhi kinerja BUMN, salah satunya yaitu dengan privatisasi. Privatisasi merupakan suatu kebijakan makro yang diambil oleh pemerintah guna memberdayakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam memberikan pelayanan semaksimal mungkin terhadap masyarakat atau publik melalui kerjasama dengan pihak 4 Hadi, Syamsul et al Post Washington Consensus dan Politik Privatisasi di Indonesia. Marjin Kiri. Tangerang 5 Santosa, Setyanto P Quo Vadis Privatisasi BUMN?. 23 Agustus 1998 diakses 31 juli

21 swasta baik melalui sharing kepemilikan maupun dengan memberikan kewenangan pada pihak swasta untuk melakukan sebagian atau seluruh pekerjaan pemerintah untuk dilaksanakan oleh swasta dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya. Menurut Keputusan Presiden Indonesia Nomor 122 Tahun 2001 Tentang Tim Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara, privatisasi BUMN merupakan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja BUMN yang meliputi struktur permodalan, meningkatkan profesionalisme dan efisiensi usaha, perubahan budaya perusahaan, memperluas partisipasi masyarakat dalam kepemilikan perusahaan BUMN serta penciptaan nilai tambah perusahaan melalui penerapan prinsip corporate governance yang didasarkan pada transparansi, akuntabilitas, dan kemandirian. Sementara itu menurut Pasal 1 ayat (1) RUU BUMN, privatisasi adalah penjualan saham pemerintah pada suatu BUMN tertentu kepada para pemodal perseorangan. Privatisasi menurut Savas (1987) merupakan suatu tindakan untuk mengurangi peran dari pemerintah dan atau meningkatkan peran swasta dalam suatu aktivitas atau kepemilikan aset, dengan tujuan mencapai kinerja yang lebih baik dimana salah satunya untuk meningkatkan cost effective dari BUMN. Privatisasi timbul akibat adanya kegagalan perusahaan milik pemerintah dalam pemenuhan masyarakat dimana dirasakan intervensi politikus dalam penentuan kebijakan perusahaan milik negara sangat besar, sehingga dengan privatisasi tersebut campur tangan politikus diharapkan berkurang dan mampu memisahkan tujuan sosial dan ekonomi karena adanya transparansi dalam kebijaksanaan yang diambil oleh pihak manajemen perusahaan tersebut. Dalam perspektif lain Savas mengemukakan bahwa keterlibatan swasta dalam pelayanan publik perkotaan merupakan bentuk privatisasi pelayanan publik, artinya ada keterlibatan swasta dalam melakukan pelayanan atau ikut melayani tugas-tugas pelayanan yang biasanya dilakukan dan merupakan tanggung jawab pemerintah. Sementara tujuan 21

22 privatisasi ini adalah dengan membawa pelayanan publik lebih efisien dan efektif dengan mengurangi peran pemerintah atau meningkatkan peran swasta didalam aktivitasnya dan kepemilikan aset. Privatisasi bukan merupakan hal yang mudah untuk dilaksanakan, karena berbagai kelemahan yang melekat disebagian perusahaan negara atau BUMN. Selain itu keberadaan dalam kepemilikan atau pengendalian dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu sebelum dilakukan privatisasi, terlebih dahulu diawali dengan proses restrukturisasi secara keseluruhan, baik dari segi hukum, keuangan, maupun segi budaya dan sikap kerja. Langkah ini ditempuh perusahaan agar perusahaan tersebut memiliki nilai tambah. Buruknya kondisi BUMN/D pada umumnya bukan disebabkan oleh karena tidak adanya orang-orang profesional yang mampu menggerakkan perusahaan milik pemerintah tersebut, melainkan bersumber pada sistem dalam pengoperasian manajemen yang tidak ditunjang pada pemberian otonomi kepada para pengelolanya. Privatisasi bukan semata-mata upaya untuk memasukkan modal dari luar yang pemanfataannya diarahkan untuk membayar utang negara, tetapi juga untuk menyehatkan perusahaan, sehingga mampu membayar cicilan utang luar negeri. Menurut Suwandi (2001) dalam Bakara (2001), secara garis besar keuntungan yang diperoleh melalui privatisasi adalah : 1) BUMN/D menjadi lebih transparan 2) Memungkinkan pihak manajemen menjadi lebih independen termasuk bebas dari intervensi birokrasi dan politik yang sangat mengganggu BUMN 3) Memperoleh akses pemasaran yang lebih luas 4) BUMN/D akan memperoleh ekuitas baru sehingga pengembangan usaha akan menjadi lebih baik 22

23 5) Memungkinkan BUMN memperoleh pengalihan teknologi, baik teknologi produksi maupun teknologi mutakhir 6) Jalan pintas untuk mengubah budaya BUMN dari budaya birokatis yang lamban menjadi budaya koorporasi yang lincah dan tunduk pada disiplin dasar Umumnya penyebab dilakukan privatisasi terhadap perusahaan milik negara adalah karena kinerja perusahaan milik pemerintah tersebut kurang baik. Menurut Suwandi (2001) dalam Bakara (2001) terdapat juga beberapa tekanan yang menjelaskan terjadinya privatisasi, yaitu : 1) Tekanan pragmatis Tekanan pragmatis bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih baik, dimana dengan melakukan privatisasi, pemerintah akan lebih efektif dalam hal pembiayaan pelayanan umum yaitu pemberian tarif air yang murah 2) Ideologi Diharapkan dengan tekanan ideologi agar campur tangan pemerintah atau intervensi terhadap perekonomian yang terlalu besar dapat dikurangi sehingga tercipta kondisi pasar yang seimbang. 3) Komersial Terdapat tujuan untuk mengurangi besarnya anggaran belanja pemerintah yang seharusnya dapat dinikmati oleh sektor swasta 4) Populis Golongan populis mengharapkan terciptanya masyarakat yang lebih baik sehingga publik akan dapat memilih layanan yang lebih baik Menurut Harmadi (2001), dalam kemitraan ini terdapat dua kepentingan, yaitu kepentingan pemerintah dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat (social oriented) dan kepentingan mitra swasta yang berorientasi kepada keuntungan perusahaan 23

24 (profit oriented). Lebih lanjut mengenai kemitraan, terdapat tiga jenis kemitraan yang diatur oleh pemerintah, privatisasi baik hanya dengan pihak swasta atau masyarakat ataupun keduanya (Dep.PU, 1999), yaitu : 1) Peran serta sektor swata (Private Sector Privatization) 2) Privatisasi pemerintah dengan swasta (Public Private Privatization) 3) Peran serta pemerintah, swasta, dan masyarakat (Public, Private, Community Partnership) Lebih lanjut menurut Departemen Pekerjaan Umum (1999), kemitraan pemerintah dengan swasta (Public Private Privatization) merupakan privatisasi antara pemerintah baik pusat maupun daerah dengan swasta khusus untuk proyek-proyek padat modal, dimana pihak swasta membiayai, membangun, mengelola dan mengembangkan sarana dan prasarana perkotaan melalui suatu bentuk privatisasi antara swasta dan pemerintah dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Adapun tujuan dari peran serta swasta dalam pembangunan atau pengelolaan sarana dan prasarana perkotaan antara lain adalah : 1) Mencari modal swasta untuk menjembatani modal pembiayaan yang besar yang dibutuhkan untuk investasi infrastruktur pelayanan umum 2) Memperbaiki pengelolaan sumberdaya alam dan sarana pelayanan 3) Alih teknologi 4) Memperluas dan mengembangkan kepuasan bagi pelanggan 5) Meningkatkan efisiensi operasi Soenarko (2004) mengemukakan bahwa sampai dengan sekarang bentuk privatisasi antara pemerintah, dalam hal ini PDAM dan pihak swasta terdiri dari berbagai bentuk. Mulai dari bentuk keterlibatan dan privatisasi yang sederhana sampai dengan keterlibatan swasta dalam pembangunan instalasi dan jaringan distribusi pipa air bersih. 24

25 Artinya, bentuk keterlibatan dan privatisasi tersebut mulai dari keterlibatan swasta dalam pelayanan, kontrak manajemen, sampai dengan pembangunan instalasi baru air bersih dan pemasangan jaringan distribusi air bersih. Secara rinci laporan World Bank juga membedakan berbagai jenis pola privatisasi antara pihak swasta dan pemerintah dalam upaya meningkatkan pelayanan air bersih. Bentuk privatisasi yang paling sederhana adalah bentuk pelayanan, misalnya dalam pencatatan angka meter air, pemelihara dan perbaikan rutin dan pengumpulan rekening. Lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Bentuk Pengaturan Kontrak Pelayanan Air Bersih oleh Swasta Pilihan Kontrak Jenis Kegiatan Kontrak Pelayanan Kontrak Manajemen Kontrak Sewa Kontrak Konsesi BOOT untuk Fasilitas Tujuan utama yang akan diharapkan Perubahan operasi yang terbatas Perubahan operasi yang menyeluruh Perubahan operasi menyeluruh dengan mentransfer resiko Perubahan operasi menyeluruh dan mobilisasi modal swasta Produksi Mobilisasi modal swasta Jangka waktu 1-2 tahun 3-5 tahun 5-10 tahun tahun tahun Hubungan kontrak dengan pengguna Wewenang publik Kontraktor sewa Pemegang konsesi Risiko kontrak yang akan diterima Pembiayaan investasi Pembiayaan modal kerja Pembiayaan resiko yang akan diterima Renumerasi perusahaan swasta Tanggungjawab untuk menentukan harga tinggi bagi pengguna Wewenang publik Wewenang publik Wewenang publik Wewenang publik Lump sum, selesai pekerjaan harga per unit Wewenang publik Pengelola swasta atas nama otoritas publik Wewenang publik Wewenang publik Wewenang publik Wewenang publik Cost-plus dan bonus produktivitas Wewenang publik Sumber : World Bank dalam Soenarko (2004) Kontraktor sewa Wewenang publik dan kontraktor sewa Kontraktor sewa Sebagian besar wewenang publik Bagian harga air pengguna Wewenang publik Pemegang konsesi Pemegang konsesi Pemegang konsesi Pemegang konsesi Harga para pengguna Pemegang konsesi Tidak ada hubungan langsung dengan para pengguna Wewenang publik melalui pengaturan ambil atau bayar Pemegang konsesi Pemegang konsesi Pemegang konsesi Harga air secara keseluruhan Kontrak BOOT 25

26 Dengan adanya privatisasi, diharapkan akan membawa perkembangan positif terhadap BUMN/D. Privatisasi pada sumberdaya alam yang menguasai hajat hidup masyarakat menjadi suatu pertimbangan yang penting untuk diperhatikan pengelolaannya agar tidak merugikan pemerintah dan masyarakat Air Bersih Public goods umumnya didefinisikan dalam dua karakteristik, yaitu non rivalry (joint consumption) dan non excludability. Dalam karakteristik joint consumption, barang-barang yang disediakan dapat dinikmati lebih dari satu orang tanpa mengurangi kesempatan yang sama bagi orang lain, sedangkan karakteristik non excludability adalah seseorang tanpa kecuali dapat mengkonsumsi public goods tanpa memandang peran sertanya dalam penyediaan barang tersebut. Private goods dalam prinsip joint consumption adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh seseorang, dapat menghilangkan kesempatan orang lain mengkonsumsinya, diperlukan pengorbanan untuk memperolehnya, sehingga orang-orang yang mempunyai kesempatan untuk menikmatinya adalah orang-orang yang sanggup membayarnya. Hal ini merupakan suatu pengecualian dan ini merupakan karakteristik kedua dari private goods. Dalam konteks UUD 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, maka air yang diproduksi oleh PDAM merupakan barang publik (public goods), dimana merupakan tugas dan kewajiban pemerintah untuk menyediakan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada pandangan konsep penyediaan barang dan jasa, Savas membagi barang (goods) menjadi empat tipe, yaitu : private goods, toll goods, common-pool goods, dan collective goods (public goods). Untuk tingkat konsumsi dan pengadaannya dibagi menjadi individual 26

27 consumption dan joint consumption serta untuk pengadaannya menjadi feasible dan infeasible. Dalam uraian ini air minum perpipaan (piped water) tergolong toll goods yang dimanfaatkan bersama tapi dengan cara membayar. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 1. Private Goods Individual Feasible Bottled water Exclusion Sea water Infeasible Commonpoll Goods Consumption Water from well in town square Piped water Joint Toll Goods Gambar 1. Penggolongan Jenis Barang Sumber : Savas, 1987 Collective Goods Gambar 1 diatas memperlihatkan penggolongan jenis barang berdasarkan sifatnya. Kasus air PD PAM Jaya dapat digolongkan pada Piped Water atau air yang dialirkan melalui pipa, dimana masyarakat diharuskan membayar sejumlah uang untuk mendapatkan air tersebut. Perbedaan dengan air dalam kemasan adalah dalam penggunaannya, yakni air kemasan dikonsumsi secara individual. Dalam setiap industri dibutuhkan adanya kemampuan minimal perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, yang dikenal dengan nama Key Success Factor (KSF) suatu perusahaan harus mampu memiliki faktor-faktor ini untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Begitu juga dengan perusahaan air minum, dibutuhkan faktor-faktor minimal yang harus dimiliki untuk dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Hal-hal yang menjadi kunci sukses utama bagi penyediaan air bersih (Bakara, 2001) adalah : 27

28 1) Ketersediaan sumber air Hal ini merupakan bahan baku bagi perusahaan untuk diolah dalam proses produksi. Secara umum terdapat tiga macam sumber air, yaitu mata air, air permukaan, dan air tanah. 2) Kualitas air Kualitas air ditentukan oleh kualitas air bakunya yang berasal dari berbagai sumber air. Umumnya, air yang berasal dari mata air dan air tanah kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan air permukaan. Kualitas air ini kemudian akan menentukan perlakuan terhadap biaya produksi, yang berarti biaya untuk memproduksi air bersih yang bersumber dari air permukaan lebih mahal. 3) Instalasi Pengolahan Air Berfungsi sebagai fasilitas produksi air baku menjadi air bersih siap pakai. Instalasi yang baik tentunya akan menghasilkan produksi air yang berkualitas. 4) Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas dibutuhkan untuk menjalankan sistem produksi, terutama bagian teknologi dan manajemen. Diperlukan juga manajemen SDM berupa pelatihan dan training agar dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan yang semakin cepat. 5) Jaringan distribusi Pipa-pipa instalasi jaringan yang akan mengalirkan air bersih olahan kepada konsumen harus layak pakai dan tidak mengalami kebocoran. Semakin besar nilai Uncounted For Water (UFW) maka semakin banyak air yang terbuang dan berdampak pada kerugian perusahaan. 6) Harga 28

29 Harga merupakan faktor yang penting karena air sebagai consumer goods dan bukan sebagai experience goods sehingga perlu adanya consumer value yang sesuai agar konsumen tertarik untuk membeli air bersih tersebut. Kunci sukses diatas tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus dapat dipenuhi untuk dapat bertahan dalam beroperasinya perusahaan air minum di suatu daerah, sehingga untuk mencapai suatu sustainable competitive advantage perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk mendukung KSF tersebut, diantara melalui kerjasanma dengan pihak-pihak asing yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bidang pengolahan, distribusi maupun manajemen. Menurut Bulkin (1995) dalam Ginting (2005), pengunaan air yang sangat luas dalam segala segi kehidupan dan aktivitas manusia, menyebankan air bersih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Aman dari segi higienis 2) Baik dan dapat diminum 3) Tersedia dalam jumlah yang cukup Kondisi tersebut sejalan dengan langkah pemerintah melalui Departemen Kesehatan dengan dikeluarkannya Permenkes Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air sehingga kualitas air yang didistribusikan oleh PDAM ke pengguna jasa, aman dan higienis. Melalui kerjasama dengan pihak asing tersebut, perusahaan air minum nantinya dapat memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap masyarakat dalam bidang pemenuhan kebutuhan air bersih dalam tiga kategori, yaitu: 1) Kontinuitas, yaitu ketersediaan yang terus menerus sehingga masyarakat percaya akan kemampuan perusahaan air minum tersebut dalam mensuplai kebutuhannya akan air bersih. 29

30 2) Kualitas, yaitu air bersih yang didistribusikan kepada para pelanggan tersebut harus memenuhi standar standar kesehatan yang berlaku baik dari segi kimiawi maupun dari segi fisiknya, serta tidak berbau dan berwarna. 3) Kuantitas, yaitu jumlah yang didistribusikan tersebut sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tesebut akan air bersihnya sehari-hari, dimana dalam standar PAM Jaya disebutkan bahwa kebutuhan akan air bersih sekitar l/dt untuk setiap keluarga (Bakara, 2001) Teori Ekonomi Privatisasi Syarat utama agar pembangunan ekonomi bisa terus berjalan berkesinambungan adalah dengan menciptakan kondisi stabilitas politik yang mantap. Dalam konteks ini intervensi pemerintah menjadi sangat menonjol sehingga kekuasaan pemerintah relatif besar sehingga rawan terhadap penyelewengan wewenang (Yustika, 2009). Pelaksanaan privatisasi diberbagai negara dipandang sebagai penguatan pasar dalam struktur perekonomian negara tersebut. Privatisasi merupakan upaya mengembalikan aktivitas perekonomian kepada sektor swasta dengan memperkecil campur tangan pemerintah dalam perekonomian nasional. Namun pada kenyataannya, penetapan privatisasi diberbagai negara ini tidak menuai hasil yang heterogen dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Terdapat perbedaan besar antara privatisasi yang dilakukan di negara maju dan negara berkembang. Dalam privatisasi di negara maju, hak kontrol tetap berada ditangan pemerintah, artinya walaupun banyak aset BUMN yang dijual ke swasta, hak kontrol pemerintah pada perusahaan masih tergolong besar atau disebut dengan fenomena reluctant privatization 6. Ini terjadi karena pemerintah menjadi shareholders utama sekalipun bukan pemegang 100% saham kepemilikan perusahaan. Pemerintah memiliki hak veto atau kuasa khusus satu keluarga terdiri dari 2 orang dewasa dan 2 anak kecil 6 Bortolotti dan Faccio (2004) dalam Hadi et al (2007) 30

31 atas kepemilikan yang disebut sebagai golden shares atau pemegang saham istimewa. Maraknya fenomena ini mengindikasikan bahwa privatisasi di negara-negara maju bercirikan transfer kepemilikan dari pemerintah terhadap swasta tanpa mengurangi fungsi kontrol pemerintah atas kinerja BUMN tersebut (corresponding transfer of control rights). Pada negara-negara berkembang, fenomena ini diterapkan begitu saja tanpa melihat kekhususan atau keunikan yang terjadi pada masing-masing negara. Bagi negara berkembang yang sedang berada dalam proses transisi dari pemerintahan otoriter menuju demokrasi, privatisasi umumnya justru sarat dengan praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme untuk kepentingan tertentu di tingkat domestik. Ini dimungkinkan karena masih lemahnya fungsi regulasi pendukung iklim kompetisi dan aturan yang jelas tentang privatisasi. Sementara itu pada tingkat global, adanya agenda privatisasi adalah sebagai desakan dari internasional, karena desakan ini merupakan upaya mengintegrasikan perekonomian domestik negara berkembang kedalam sistem pasar global, atau mengikuti kehendak negara-negara maju (Hadi, 2007). Secara umum, privatisasi pada negara maju membuat BUMN menjadi semakin efisien dan barang/jasa bisa tersedia dengan harga murah bagi publik, sedangkan pada negara berkembang privatisasi merupakan salah satu program dari agenda liberalisasi ekonomi dan terjadi hal sebaliknya, salah satunya yaitu privatisasi air. Perbedaan privatisasi antara negara maju dan negara berkembang ini menimbulkan beberapa kontroversi 7, yaitu tingginya harga barang publik, tidak adanya aturan jelas yang mengatur privatisasi, hilangnya akses masyarakat miskin untuk mengkonsumsi barang publik, hilangnya kontrol publik atas aset-aset negara, dan mengundang korupsi bentuk baru dalam tata kelolaan aset-aset negara. 7 Miller (1997) dalam Hadi et al (2007) 31

32 Kelima hal diatas mengindikasikan bahwa air sebagai barang publik tidak lagi didapatkan dengan mudah dan murah oleh masyarakat. Secara ekonomi, masyarakat harus membayar mahal untuk mendapat air bersih padahal ketersediaan air bersih di DKI Jakarta semakin menipis. Sementara itu aturan yang tidak jelas memperburuk keadaan. Peraturan tentang privatisasi yang baru dikeluarkannya tahun 2001 (Keputusan Presiden Republik Indonesia No 112 tahun 2001 tentang Tim Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara) jauh setelah perjanjian privatisasi dilakukan tahun 1998, yang artinya privatisasi yang sudah dilakukan pemerintah tidak dilandasi dasar hukum (serta mungkin ekonomi-politik) yang jelas 8, sehingga pemerintah tidak memegang kekuasaan dan peran sentral serta lebih banyak dikendalikan oleh keinginan asing. Secara teknis, proses privatisasi yang dijalankan Indonesia saat ini masih sangat mempertimbangkan aspek pendapatan (income earning) dari penjualan perusahaan publik tersebut. Jika privatisasi ditujukan untuk meningkatkan penerimaan negara, maka sebenarnya sumbangan privatisasi terhdap APBN sangat kecil dibandingkan dengan laba bank BUMN (Yustika, 2009). Privatisasi yang terjadi di Portugal digunakan untuk mengubah dasar-dasar makro perekonomian dan tidak hanya sekedar menambah pendapatan negara lewat penjualan perusahaan publik. Faktor ini yang terlupakan oleh pemerintah Indonesia akan berimbas pada jebakan dalam privatisasi ini. Pertama, jebakan munculnya monopoli baru yang semula dipegang negara kemudian pindah ke sektor swasta. Kedua, jebakan kelembagaan yang dibuat tidak bersandarkan pada penguasaan teknis dan obyektif yang memadai (Yustika, 2009). Privatisasi air yang terjadi di Filipina merupakan fakta nyata liberalisasi yang merambah ke sektor publik. Privatisasi tersebut merupakan salah satu persyaratan IMF 8 Hadi et al (2007) 32

33 dan Bank Dunia untuk memberikan pinjaman ke negara tersebut. Pelayanan air yang diserahkan pada Ondeo/Suez Lyonnaise des Eaux pada awalnya memberikan dampak positif dengan dibangunnya jaringan untuk satu juta pelanggan pada Akan tetapi, ternyata harga naik sampai 425 persen, sehingga kaum miskin tidak dapat mengakses pelayanan air tersebut. Kebocoran pun lebih tinggi saat harga dinaikan. Pada Desember 2002, pelayanan air dihentikan di barat Metro Manila sehingga 6,5 Juta masyarakat tidak dapat mengakses air. Lebih parah lagi, perusahaan tersebut menuntut ganti rugi kepada pemerintah sebanyak 303 juta dollar AS kepada pemerintah Filipina 9. Cerita dari Manila memperlihatkan ada hubungan kebutuhan ekonomi politik antar negara. Istilah ekonomi politik (political economy) pertama kali diperkenalkan oleh penulis Perancis, Antony de Montchètien ( ) dalam bukunya yang bertajuk Treatise on Political Economy. Penggunaan istilah ekonomi politik dalam bahasa Inggris terjadi pada 1767 lewat publikasi Sir James Steuart ( ) berjudul Inequiry into the Principles of Political Economy (Yustika, 2009). Menurut Myerson (2007 dalam Yustika (2009), bagi ahli ekonomi politik problem serius dalam perekonomian tidak hanya resource constraints tapi juga insentif. Maksud insentif disini adalah tersedianya informasi yang lengkap sehingga dapat diakses oleh semua pelaku ekonomi. Tidak tercapainya insentif ini mengakibatkan kegagalan pasar. Hal ini menyebabkan di satu sisi terjadi kelangkaan informasi dan di sisi lain diperlukan kemampuan untuk mencari model kompensasi atas ketidaksempurnaan pasar. Terdapat tiga teori ekonomi politik yang populer. Pertama, teori pilihan publik. Teori ini menganggap negara/pemerintah, politisi atau birokrat sebagai agen yang memiliki kepentingan sendiri, yang berusaha mengkaji tindakan rasional dari aktor-aktor 9 Anindito, L Akibat Liberalisasi Pendidikan di Indonesia. 28 November (diakses 19/08/08) 33

34 politik, baik di parlemen, lembaga pemerintah, lembaga kepresidenan, masyarakat pemilih, pencinta lingkungan hidup, dan lainnya (Mitchell dalam Rachbini, 2002). Kedua, teori rent-seeking. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Krueger (1974), kemudian dikembangkan oleh Bhagwati (1982) dan Srinivasan (1991) (Yustika, 2009). Menurut Prasad (2003) dalam Yustika (2009), rent-seeking merupakan proses dimana individu memperoleh pendapatan tanpa secara aktual meningkatkan produktivitas atau malah mengurangi produkstivitas tersebut. Teori terakhir, teori redistributive combines dan keadilan. Menurut Stigler dalam Yustika (2009), teori memusatkan perhatiannya untuk menerangkan siapa yang mendapat manfaat dan siapa yang menanggung beban akibat adanya suatu regulasi atau aturan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah ataupun yang terjadi karena institusionalisasi yang terjadi di masyarakat Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Kepuasan Pelanggan Jasa Kotler (2002), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dengan suatu produk fisik. Definisi jasa dapat disimpulkan sebagai suatu pemberian kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain (Rangkuti, 2003). Sukses suatu industri jasa tergantung pada sejauh mana perusahaan mampu mengelola ketiga aspek berikut : 1) Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan 2) Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut 3) Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan Kualitas jasa adalah penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. Kualitas jasa dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan 34

35 (perceived service) dan jasa yang diharapkan (expected service). Bila jasa yang dirasakan lebih kecil dari yang diharapkan, para pelanggan menjadi tidak tertarik pada penyedia jasa yang bersangkutan, dan sebaliknya. Menurut Supranto (1997), ada lima dimensi yang menentukan kualitas pelayanan jasa, yaitu : 1) Keandalan (Reliability) Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara konsisten dan akurat. Hal ini berarti layanan yang dilakukan dengan tepat waktu, secara terus menerus dengan cara yang sama dan dengan tingkat kesalahan yang tidak berarti. 2) Daya tanggap (Responsiveness) Sikap tanggap dan kemauan untuk membantu pengguna jasa dan memberikan layanan yang dibutuhkan. Dengan sikap ini karyawan tidak akan memberikan seorang pengguna jasa menunggu lama sehingga akan menimbulkan persepsi yang negatif terhadap layanan yang diberikan. 3) Jaminan (Assurance) Pengetahuan dan keterampilan serta tata karma yang dimiliki oleh karyawan untuk menghasilkan suatu pelayanan yang menyakinkan dan dapat dipercaya, sehingga pelanggan terbebas dari resiko. 4) Empati (Emphaty) Sikap penuh perhatian dan kemauan memahami harapan dan kebutuhan pengguna layanan (sikap peduli) serta tingkat penelitian yang dilakukan secara individu. 5) Berwujud (Tangibles) Hal ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, personil, dan alat-alat komunikasi. Hadirnya unsur-unsur pelayanan yang bersifat fisik tersebut merupakan bukti adanya perhatian dan kemauan yang sungguh-sungguh untuk membantu pelanggan. 35

ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI

ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ASRI FITRIANI. Analisa Kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemanfaatan teknologi informasi. Kini, teknologi informasi tidak hanya digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemanfaatan teknologi informasi. Kini, teknologi informasi tidak hanya digunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) ditandai dengan berkembangnya pemanfaatan teknologi informasi. Kini, teknologi informasi tidak hanya digunakan untuk proses operasional

Lebih terperinci

ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI

ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin bertambah ketat. Persaingan ini menuntut para pelaku bisnis untuk mampu memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena pajak mempunyai peranan yang sangat besar dalam menjalankan roda pemerintahan. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Pendahuluan Kebijakan anggaran mendasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran kinerja adalah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan

Bab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah harus dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak sumber daya dan kemampuan, diantaranya

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan ekonomi nasional ialah mendorong percepatan

I.PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan ekonomi nasional ialah mendorong percepatan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan ekonomi nasional ialah mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dengan cara mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, percepatan perluasan lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa pemerintahan Margareth Thatcher di tahun 1979, dan hingga saat ini privatisasi berkembang menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 2014 mengalami peningkatan sekitar 6-7 persen. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD (Studi Kasus PDAM TirtaDharmaKabupaten Klaten ) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era otonomi daerah telah diberikan kewenangan lebih besar pada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti idealnya pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan keadaan ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis ekonomi global menyebabkan banyak perusahaan (korporasi) di Indonesia diambang kehancuran.

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Brigham dan Houston, 2011).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945

Lebih terperinci

POLITICAL COST DAN BUMN

POLITICAL COST DAN BUMN B U M N BUMN 1 POLITICAL COST DAN BUMN BUMN sebagai Badan Usaha Milik Negara sering ditafsirkan bahwa negara berkuasa penuh terhadap kinerja BUMN. Sehingga BUMN menjadi tergantung kepada siapa yang memerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan Bastian (2001:6) mengemukakan bahwa akuntansi pemerintahan adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PDAM Tirtawening Kota Bandung Sumber :Pambdg.co.id (di akses pada tanggal 21 Agustus 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PDAM Tirtawening Kota Bandung Sumber :Pambdg.co.id (di akses pada tanggal 21 Agustus 2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Logo PDAM Tirtawening Kota Bandung Sumber :Pambdg.co.id (di akses pada tanggal 21 Agustus 2015) PDAM atau disebut juga Perusahaan Daerah Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih perlu merealisasikan pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang lainnya sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010] I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tingkat perekonomiannya sedang berkembang. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan perbankan yang didirikan, baik itu bank BUMN maupun

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON. Oleh ROSMIA MEGAWATI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON. Oleh ROSMIA MEGAWATI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON Oleh ROSMIA MEGAWATI H24077033 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS UU &DIKTI Keuangan DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS Keuangan Di dalam Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945 perumusan tentang keuangan adalah: Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Cirebon pada awalnya bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang merupakan badan usaha dengan berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT

KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT Bagian I 51 BAB IV KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT 4.1 Globalisasi dan Otonomi Rumah Sakit Di Indonesia problem keuangan menyebabkan kemampuan pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah ini, pembangunan daerah berperan sebagai bagian. bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah ini, pembangunan daerah berperan sebagai bagian. bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era otonomi daerah ini, pembangunan daerah berperan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan masyarakat akan kualitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS PELAYANAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SEBELUM DAN SESUDAH TARIF BARU 2008 DI KABUPATEN SITUBONDO

PERBANDINGAN KUALITAS PELAYANAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SEBELUM DAN SESUDAH TARIF BARU 2008 DI KABUPATEN SITUBONDO PERBANDINGAN KUALITAS PELAYANAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SEBELUM DAN SESUDAH TARIF BARU 2008 DI KABUPATEN SITUBONDO (A Comparative Study on Service Quality To Customer In PDAM Situbondo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah sangat cepat, dan sulit untuk diprediksi. Keadaan ini merupakan kelanjutan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pembangunan yang meningkat dalam segala bidang menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik itu cara hidup, pola pikir,

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, karena melalui pasar modal tersebut perusahaan dapat memperoleh sumber

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada 11 BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK 2.1. SEKTOR PUBLIK 2.1.1. Organisasi Sektor Publik Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensional yang tengah melanda bangsa Indonesia telah menyadarkan kepada masyarakat akan pentingnya konsep otonomi daerah dalam arti yang sebenarnya.

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR Oleh ARI AGUNG NUGROHO H24066002 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM mercusuarnews.com Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan gerakan ekonomi yang sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan pembangunan di Indonesia, maka beberapa puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build Operate and Transfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat yang sejahtera. Pembangunan mempunyai sifat yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta, Jl. Pejompongan No. 57, Jakarta Pusat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta, Jl. Pejompongan No. 57, Jakarta Pusat. 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dari bulan September 2012 hingga Maret 2013. Lokasi penelitian di Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta, Jl. Pejompongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di Kota Bandung, menimbulkan permintaan akan kebutuhan air bersih mengalami peningkatan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BIMA, a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS JASA BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG (Studi Kasus di UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro)

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS JASA BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG (Studi Kasus di UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro) ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS JASA BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG (Studi Kasus di UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro) SKRIPSI Oleh : LISTIFADAH J2E 005 234 PROGRAM STUDI STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi keberadaannya dan mutlak terpenuhi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah pendirian PDAM Kota Bandung dimulai sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Pembentukan PDAM Kota Bandung sebagai Badan Usaha Milik Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia usaha berlomba lomba untuk menjadi yang terbaik. Sehingga mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia usaha berlomba lomba untuk menjadi yang terbaik. Sehingga mendorong BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin ketatnya persaingan bisnis di Jakarta, kalangan dunia usaha berlomba lomba untuk menjadi yang terbaik. Sehingga mendorong setiap perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Masuk ke pasar modal merupakan idaman

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH I. UMUM Badan Layanan Umum Daerah adalah instansi di lingkungan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan bertanggung jawab oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah untuk mengatur, mengurus sendiri

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI I. UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH Bentuk /model kerja sama daerah dapat dilaksanakan sebagai berikut : A. Bentuk/Model

Lebih terperinci

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup, terutama manusia digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, air penting untuk kelangsungan

Lebih terperinci

kinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan.

kinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era reformasi, pemerintah dituntut untuk mampu menggalang partisipasi, mengedepankan transparansi dan akuntabilitas agar tercapai good governance. Kondisi ini berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, perkembangan bisnis sekolah berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, perkembangan bisnis sekolah berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun belakangan ini, perkembangan bisnis sekolah berbasis Internasional di Indonesia menjadi bagian penting dalam dunia pendidikan. Hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

Lebih terperinci