MEMPELAJARI PENERAPAN HACCP PADA UNIT PENGOLAHAN PRODUK CHICKEN NUGGET PT JAPFA SANTORI INDONESIA SKRIPSI EDHY SARWONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMPELAJARI PENERAPAN HACCP PADA UNIT PENGOLAHAN PRODUK CHICKEN NUGGET PT JAPFA SANTORI INDONESIA SKRIPSI EDHY SARWONO"

Transkripsi

1 MEMPELAJARI PENERAPAN HACCP PADA UNIT PENGOLAHAN PRODUK CHICKEN NUGGET PT JAPFA SANTORI INDONESIA SKRIPSI EDHY SARWONO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN EDHY SARWONO. D Mempelajari Penerapan HACCP pada Unit Pengolahan Produk Chicken Nugget PT JAPFA Santori Indonesia. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, S. TP., M. Si Pembimbing Anggota : Ir. Niken Ulupi, MS Perubahan masyarakat dalam mengkonsumsi dan menjaga pola makan mendorong perkembangan teknologi untuk terus menjaga mutu dan keamanan pangan. Kesadaran mengkonsumsi pangan yang bebas dari penyakit sangat berkaitan dengan cara produksi pangan secara aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Hal tersebut tidak terlepas dari penyedian bahan baku, proses pengolahan, penggunaan bahan tambahan makanan, distribusi dan cara pengendalian bahaya melalui program pengendalian mutu yang termasuk dalam HACCP. HACCP dalam hal ini, memberikan gambaran nyata aplikasi pengolahan pangan yang aman dan higienis, meningkatkan efisiensi kerja perusahaan serta mencegah banyaknya produk rusak. Prosedur kerja ini juga mampu mengendalikan tingkat cemaran/ kontaminasi pada alur proses produksi chicken nugget. Tujuan magang dengan topik HACCP adalah mendapatkan gambaran nyata industri pengolahan pangan dan permasalahan yang menjadi kendala industri pengolahan pangan melalui observasi lapang serta identifikasi masalah di lapangan. Memberi wawasan dan informasi tentang penerapan HACCP pada industri pengolahan pangan, sehingga jaminan keamanan pangan terpenuhi. Kegiatan dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Juli sampai Agustus 2006 yang berupa pengamatan dan praktek kerja di perusahaan. Kegiatan magang dilakukan melalui keikutsertaan proses kerja perusahaan. Proses ini juga dilaksanakan dengan melihat dan terlibat dalam beberapa kegiatan di perusahaan. Kegiatan yang dilakukan antara lain mempelajari keadaan umum perusahaan, ketenaga kerjaan, produk yang dihasilkan dan penerapan HACCP. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan HACCP pada perusahaan telah sesuai dengan manual kerja HACCP yang didukung dengan pemantauan melalui SSOP dan GMP. Proses pelaksanaan pada setiap elemen HACCP menunjukkan peningkatan yang baik namun masih terdapat kekurangan yang ditunjukkan berdasarkan tingkat kesadaran karyawan dalam berproduksi. Berdasarkan hasil juga menunjukkan bahwa pada setiap tahapan proses produksi telah dilakukan pemantauan yang bertujuan dalam menjaga dan mengawasi kemungkinan terjadinya bahaya kontaminasi. Langkah koreksi dan antisipasi telah dilakukan perusahaan untuk memantau dan mengawasi setiap tahapan HACCP. Katakata kunci : HACCP, Keamanan pangan, Kontaminasi, Pencemaran pangan

3 ABSTRACT Application Study of Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) at Chicken Nugget Product Processing Unit, PT Japfa Santori Indonesia Sarwono, E., Z. Wulandari and N. Ulupi Changing habit in society consuming and maintaining pattern of eating has induced development of technology to keep food quality and food safety. Awareness of consuming healthy food is closely related to the process of food production which has to be safe, healthy, intact and halal (ASUH). These are not regardless to material supplying, food processing, using of food additives, distribution and harm control by way of quality control program included in Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). In this case, HACCP gives an obvious description on the application of hygiene and safe food processing, an escalation in company working efficiency, also prevention to producing numerous rejected products. This working procedure is also able to control contamination level in the middle of chicken nugget production process. The aim of taking an apprentice on HACCP topic is to obtain an obvious description of food processing industry, to learn problems in such industry by way of field observation and problem identification, and also to obtain insight and information on the application of HACCP in food processing industry, in order to guarantee food safety. This study is undertaken for two months (July 2006 August 2006) by conducting observation and working practice in the company. This process also involved by observing and participating in some activities and working process in the company. The points being studied are general condition of the company, manpowership, the products being produced, and the application of HACCP. The result denoted that HACCP application in the company has fitted with the HACCP working manuals being supported with Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) and GMP. The application process in each elements of HACCP has signified a good performance, but still there are insuffiency posed at pursuant to storey level of employees awareness. Pursuant to result also indicate that in each step of production process have been conducted by a monitoring which aim to in taking care of and observing the possibility of the happening of hazard contamination. Correction and anticipatory steps need to be carried out to monitoring and controlling being applied in accordance with HACCP procedures. Keywords: Contamination, Food safety, Food vilification, Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)

4 MEMPELAJARI PENERAPAN HACCP PADA UNIT PENGOLAHAN PRODUK CHICKEN NUGGET PT JAPFA SANTORI INDONESIA EDHY SARWONO D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

5 MEMPELAJARI PENERAPAN HACCP PADA UNIT PENGOLAHAN PRODUK CHICKEN NUGGET PT JAPFA SANTORI INDONESIA Oleh EDHY SARWONO D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 03 September 2007 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Zakiah Wulandari, S.TP, M.Si NIP Ir. Niken Ulupi, M.S NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur. Sc NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Maret 1984 di Karanganyar, Surakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak M. Hadhy Mulyono dan Ibu Kaminem. Penulis telah menempuh pendidikan sekolah dasar yang diselesaikan pada tahun 1997 di SDN Cangakan 03, Pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP N 1 Karanganyar dan Pendidikan Sekolah Menengah atas diselesaikan pada tahun 2003 di SMU N Karangpandan, Karanganyar. Penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Ternak Jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah mengikuti kegiatan Kepramukaan, Himpunan Profesi (HIMAPROTER), Paguyuban Seni Sunda (Gentra Kaheman ) dan berbagai kepanitian yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar kampus. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, penulis menyusun skripsi setelah melaksanakan magang di PT Japfa Santori Indonesia, pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2006.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah dan Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunianya skripsi dengan judul Mempelajari Penerapan HACCP pada Unit Pengolahan Produk Chicken Nugget PT JAPFA Santori Indonesia telah selesai disusun untuk mendapat gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penerapan HACCP pada perusahaan pengolahan pangan menjadi sangat penting, hal ini dikarenakan HACCP berkaitan dengan proses penanganan, produksi dan konsumsi pangan. Hazard Analysis Critical Control Point sangat membantu dalam menentukan mutu produk yang dihasilkan. Penulisan skripsi ini juga disusun dengan harapan dapat memberi wawasan tentang penerapan HACCP pada perusahaan pangan serta mendapatkan gambaran nyata dunia industri dan permasalahan yang menjadi kendala industri pengolahan pangan serta diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan mahasiswa dalam menerapkan aplikasi ilmu yang telah dipelajari. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini. Bogor, September 2007 Penulis

8 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi Kimia daging ayam, Itik dan Daging Sapi Persyaratan Nugget Ayam Menurut BSN No. SNI Daftar Kategori Resiko Produk Pangan Karakteristik Bahaya Penglompokan Produk Berdasarkan Penetapan Kategori Resiko Signifikansi Bahaya Matrik Analisa Signifikasi Bahaya Karyawan PT JSI per Agustus Karyawan PT JSI per Agustus Metode Pembersihan pada Mesin Produksi Deskripsi Produk Chicken Nugget Kategori Resiko Chicken Nugget Lembar Analisa Bahaya dan Tahapan Pencegahannya Identifikasi CCP Penetapan Batas Kritis Penetapan Batas Kritis, Tindakan Monitoring dan Tindakan Koreksi... 73

9 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Alir Pencucian Tangan Decision Tree untuk Penetapan CCP pada Bahan Baku Decision Tree untuk Penetapan CCP pada Tahapan Proses Bagan Struktur Organisasi PT JSI Diagram Alir Proses Pengolahan Air PT JSI Diagram Alir Pembuatan Chicken Nugget... 62

10 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii viii ix PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Tujuan.. 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Penanganan Daging Ayam sebagai Bahan Baku.. 3 Chicken Nugget 4 Pengeringan dengan Oven 7 GMP (Good Manufacturing Practice).. 7 SSOP (Sanitation Standard Operasional Prosedur)... 8 Sanitasi.. 14 HACCP. 16 METODE Lokasi dan Waktu 22 Materi Metode Pelaksanaan. 22 Prosedur. 22 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 27 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan 27 Struktur Organisasi Fasilitas Perusahaan Ketenagakerjaan Fasilitas Produksi... 34

11 Keadaan Umum Aspek Produksi Komoditi Usaha Pengawasan Mutu Produk Chicken Nugget GMP dan SSOP (Sanitation Standard Operasional Prosedur) Hygiene dan Sanitasi. 55 Sanitasi Air Sanitasi Ruang.. 58 Sanitasi Pekerja Sanitasi Peralatan.. 59 Pengendalian Hama dan Limbah.. 59 HACCP Plan. 60 Kebijakan Mutu Unit Pengolahan. 61 Deskripsi Produk Penyusunan Diagram Alir. 62 Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahannya 63 Penetapan CCP.. 67 Penetapan Batas Kritis Penetapan Tindakan Monitoring Tindakan Koreksi.. 71 Penetapan Prosedur Verifikasi.. 71 KESIMPULAN DAN SARAN. 74 Kesimpulan 74 Saran.. 74 UCAPAN TERIMA KASIH.. 75 DAFTAR PUSTAKA 76 LAMPIRAN... 79

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan hidup yang utama dan mendasar bagi manusia. Peningkatan taraf kemakmuran dan taraf konsumsi masyarakat terhadap pangan mendorong perkembangan perusahaan pengolahan pangan, khususnya pengolahan daging. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap daging ayam juga membuka peluang bagi perusahaan pengolahan pangan secara luas serta memiliki prospek yang menjanjikan, karena industri ini memiliki arti penting dalam memenuhi konsumsi gizi berupa protein. Daging ayam memiliki kandungan gizi yang lengkap dan harga yang relatif lebih murah daripada harga daging sapi atau domba. Oleh karena itu, daging ayam dapat diterima hampir golongan masyarakat, hal ini disebabkan daging ayam juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti chicken nugget. Pola hidup yang semakin berkembang dan serba cepat mengakibatkan konsumsi masyarakat berubah pada penyiapan makanan dengan cara siap saji. Optimalisasi pemanfaatan daging ayam dalam pengolahan daging menjadi salah satu alternatif. Pola makan siap saji juga menuntut perusahaan pengolahan pangan untuk memperhatikan mutu produk yang dihasilkan. Perusahaan pengolahan pangan memerlukan proses produksi secara aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Proses pengolahan harus dilakukan dan dikontrol secara intensif, sehingga jaminan mutu pangan dan kesehatan masyarakat terpenuhi. Pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat, sehingga perusahaan pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Muhandri (2005) menjelaskan bahwa peran dan pemahaman mutu sangat penting, karena untuk menjamin kepentingan internal maupun aksternal perusahaan dalam mewujudkan efisiensi produksi. Oleh karena itu, HACCP menjadi penting sebagai standar dasar dokumentasi pelaksanaan proses produksi serta jaminan keamanan pangan bagi konsumen. Prosedur ini merupakan rangkaian sistem jaminan mutu pangan yang berguna dalam menjaga keefektifan dan keefisiensian kerja perusahaan. Keamanan pangan menjadi salah satu tuntutan yang harus dipenuhi industri pengolahan makanan. Jaminan keamanan melalui HACCP merupakan cara kerja yang terintegrasi dalam menyediakan produk pangan yang higienis (From Farm to the Table). Hazard

13 Analysis Critical Control Point merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan. Hazard Analysis Critical Control Point sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar. Penerapan perencanaan produksi melalui HACCP adalah dokumentasi terintegrasi yang dapat menjadi dasar pemantauan proses produksi dengan penekanan pada hygiene pangan. Oleh karena itu, penerapan dan pelaksanaan HACCP pada industri pengolahan pangan sangat dibutuhkan. PT Japfa Santori Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang sangat memperhatikan mutu dan keamanan produk yang dihasilkan. Perusahaan telah menerapkan sistem ini dalam memenuhi permintaan konsumen akan produk yang aman, sehat, utuh dan halal. Perusahaan menerapkan HACCP juga memiliki tujuan dalam pengontrolan proses produksi secara terperinci pada tahapan proses produksi, khususnya chicken nugget. Tujuan Magang secara umum bertujuan meningkatkan relevansi, keterkaitan, dan kesepadanan antara pendidikan dan lapangan, memberi gambaran nyata dunia industri dan permasalahan yang menjadi kendala industri pengolahan pangan. Secara khusus, tujuan magang adalah mempelajari penerapan HACCP pada pengolahan produk chicken nugget di PT Japfa Santori Indonesia melalui observasi lapang serta identifikasi dan analisa masalah yang terdapat di lapangan.

14 TINJAUAN PUSTAKA Penanganan Daging Ayam sebagai Bahan Baku Daging ayam memiliki serat halus memanjang dan berwarna putih. Daging ayam juga memiliki lemak berwarna putih kekuningan dan banyak mengandung asam amino essensial yang baik bagi pertumbuhan dan perbaikan nutrisi tubuh (Lawrie, 1995). Pemotongan juga dapat menimbulkan berkurangnya kualitas daging disebabkan oleh adanya proses pelayuan, pemasakan, pengukuran ph karkas dan daging, residu hormon, residu antibiotik, penyimpanan dan penggunaan enzim pengempuk daging. Daging mudah mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan pengolahan daging untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan kualitas citarasa daging. Bahan baku pengolahan pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Penanganan bahan baku yang sesuai dapat meningkatkan mutu produk. Bahan baku makanan harus disimpan pada suhu rendah (±4 o C) yang berguna dalam menghindari kontaminasi dan menurunkan jumlah mikroorganisme patogen. Penyimpanan bahan mentah harus bersih dan bebas dari kotoran atau bau (Jenie, 1987). Daging ayam mengandung substansi nitrogen dan karbohidrat sehingga penanganan yang kurang baik dapat memberi peluang pertumbuhan mikroorganisme pada tingkat keasaman yang sesuai (Saksono, 1986). Lukman (2003) menambahkan bahwa jenis bahan yang mudah rusak memiliki kandungan protein tinggi (18%), ph 5,36,2 dan kadar air 75,5%. Komposisi protein daging unggas (ayam) lebih tinggi dibandingkan daging sapi. Persentase protein dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Ayam dan Daging Sapi Jenis daging Protein Air Lemak Abu (%) Ayam broiler (pedaging) 23,40 73,3 1,90 1,00 Ayam layer (petelur) 23,34 73,35 2,28 1,03 Sapi 21,50 69,50 8,00 1,00 Sumber : Balai Besar Industri Pertanian, 1983 *) Muchtadi dan Sugiyono, 1989 Penanganan bahan baku dapat berupa persiapan atau menyeleksi dari awal bahan baku datang. Proses yang diperlukan dalam menangani bahan baku dapat berupa cara penyimpanan awal (preparasi), pendinginan dan thawing. Penyimpanan awal harus benarbenar dilakukan secara baik, hal ini dikarenakan cara yang benar

15 dapat mengurangi degradasi bahan mentah selama penyimpanan. Pemrosesan bahan pangan dilakukan untuk menghentikan kegiatan enzim dan menghancurkan penyebab timbulnya penyakit pada makanan, sehingga umur simpan menjadi lebih lama (Saksono, 1986). Bahan pelindung, pendingin dan penyimpanan dingin juga harus dilakukan jika dalam kondisi tertentu diperlukan. Soeparno (1998) menambahkan penyimpanan awal dapat menyamakan kondisi atau mencegah daging dari kerusakan akibat mikroorganisme serta memperpanjang penyimpanan. Pendinginan pada bahan baku daging banyak dilakukan untuk menjaga bahan agar dapat diproses dalam waktu yang lama dan menjaga mutu bahan. Menurut Buckle (1987) penyimpanan dingin merupakan penyimpanan yang dilakukan pada suhu antara 1 o C sampai 3,5 o C, tetapi masih dalam suhu optimal 2 o C dan 7 o C yang dapat bertahan dalam waktu 35 hari. Penyimpanan yang melebihi 5 hari pemilihan suhu terendah dapat menghindarkan pembekuan bagian tipis karkas. Thawing pada proses ini dilakukan melalui perantara udara dingin, air hangat, air pada suhu kamar, pemasakan langsung tanpa penyegaran kembali dan udara terbuka. Penentuan waktu dan suhu ditetapkan menurut temperatur pada daging, ukuran daging, medium penyegar dan kapasitas internal daging (Soeparno, 1998). Penyimpanan ayam sebelum pengolahan menjadi produk juga berguna dalam mempertahankan mutu daging ayam, memperlambat reaksi enzimatik dan nonenzimatik (pembusukan terhambat, menghambat denaturasi protein dan agar daya ikat air water holding capacity (WHC) tidak turun (Buckle et al., 1987). Daging ayam olahan yang berupa emulsi harus memiliki WHC yang tinggi sehingga syarat utama sebagai nugget memiliki mutu tinggi. WHC sangat berperan dalam pengikatan air bebas dan pembentukan gel. WHC yang tinggi memudahkan daging dikonsumsi, lebih lembut dan menimbulkan faktor juicy. Hal ini akibat pengaruh ph dan ion protein dalam daging (Belitz dan Grosch, 1999). Chicken Nugget Chicken nugget merupakan bahan pangan yang terbuat dari daging segar olahan yang telah dimodifikasi melalui pengolahan. Daging ayam olahan memiliki masa simpan yang lebih lama. Pengolahan daging menjadi produk jadi seperti nugget dapat memperbaiki sifat organoleptik, penurunan penyusutan lemak dan meningkatkan variasi produk daging (Marliyati et al., 1992). Proses pengolahan

16 chicken nugget meliputi grinding atau chroping, penambahan bumbu dan pemanasan atau pengubahan warna. Menurut Owen (2001) pengolahan nugget mencakup enam tahap yaitu pembentukan adonan dengan cara penggilingan daging kemudian dilakukan pencampuran bumbu, penambahan es dan bahan tambahan, pencetakan, perekatan tepung dan pelumuran tepung panir, penggorengan awal (prefrying), pembekuan dan pengemasan. Chicken nugget merupakan produk daging ayam yang dicetak, dimasak dan/atau dibekukan. Pembuatan chicken nugget dilakukan melalui pencampuran daging giling dengan bahan pelapis dan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN, 2002). Chicken nugget juga merupakan produk emulsi minyak dalam air. Emulsi daging pada nugget merupakan emulsi kompleks dari butiran lemak yang terdispersi (Keeton, 2001). Faktor kualitas nugget dapat ditentukan melalui filler dan binder. Penambahan bahan pengisi (filler) dan bahan pengikat (binder) berguna dalam meningkatkan stabilitas emulsi, meningkatkan flavor, meningkatkan daya ikat bumbu, biaya formulasi berkurang dan mengurangi pengerutan pada saat pemanasan (Soeparno, 1998). Pengolahan nugget dapat dilakukan dengan menggiling daging, pemberian bumbu, pencampuran bumbu dan daging, pematangan serta pembekuan. Pengolahan chicken nugget mampu meningkatkan kandungan mineral dengan penambahan bumbu, sedangkan peningkatan kalori disebabkan oleh penambahan karbohidrat dan protein dari bijibijian, tepung dan susu skim (Soeparno, 1998). Koswara et al. (2000) menambahkan chicken nugget merupakan produk olahan daging yang memiliki bentuk potongan segi empat dan dilapisi bumbu (buttered dan breaded). Nugget dapat diolah dari daging ayam, daging sapi dan ikan. Bumbu dalam pengolahan nugget memiliki peran penting, karena mampu meningkatkan citarasa terutama penambahan garam dan rempahrempah. Pengolahan daging juga menggunakan bahan berupa es yang berguna dalam menjaga suhu daging. Es dapat menambah dan/atau mempertahankan kadar air daging sehingga tekstur menjadi lebih empuk (Imelda, 2003). Tabel 2. Persyaratan Nugget Ayam menurut Badan Standardisasi Nasional No. SNI (2002).

17 No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan 1.1 Aroma normal, sesuai label 1.2 Rasa normal, sesuai label 1.3 Tekstur normal 2. Benda asing tidak boleh ada 3. Air %, b/b maks Protein %, b/b min Lemak %, b/b maks karbohidrat %, b/b maks Kalsium (Ca) mg/100g maks Bahan tambahan makanan 8.1 Pengawet sesuai dengan 8.2 Pewarna SNI Cemaran logam 9.1 Timbal mg/kg maks. 2,0 9.2 Tembaga mg/kg maks. 20,0 9.3 Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0 9.4 Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0 9.5 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0, Cemaran Arsen (Ar) mg/kg maks. 1, Cemaran mikroba 11.1 Angka Lempeng Total koloni/g maks. 5x Coliform APM/g maks E. coli APM/g < Salmonella /25 g negatif 11.5 Staphylococcus aureus koloni/g maks. 1x10 2 Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 2002 Emulsi adalah dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain. Molekul kedua cairan pada emulsi tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian terdispersi yang terdiri dari butirbutir (biasanya berupa lemak), bagian kedua disebut media pendispersi yang juga biasa disebut continous phase (biasanya terdiri dari air) dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tetap tersuspensi di dalam air. Bahan alami yang dapat bertindak sebagai penstabil emulsi misalnya protein karena sifat alaminya (amfipatik) (Winarno, 2002). Pengeringan dengan Oven Pengeringan dengan oven merupakan salah satu cara dalam mengawetkan makanan. Pengeringan dapat meningkatkan tekanan osmosis dan pertumbuhan mikroorganisme menjadi terhambat. Pengeringan oven memberikan panas pada

18 bahan pangan dalam sebuah oven, melalui radiasi dinding oven, konveksi dari sirkulasi udara panas yang mengakibatkan udara, gas dan air menguap dan melalui konduksi pada wadah tempat bahan pangan ditempatkan. Panas diubah menjadi panas konduksi pada permukaan bahan dan dinding oven (Fellow, 1990). Bahan pangan yang diletakkan dalam sebuah oven akan mengalami penguapan akibat udara panas. Kelembapan udara dalam oven yang rendah menciptakan gradien tekanan uap, sehingga terjadi perpindahan air dari bagian dalam bahan menuju permukaan bahan. Saat laju hilangnya air melebihi laju perpindahan air dari bagian dalam bahan, daerah evaporasi berpindah pada bagian dalam bahan, permukaan menjadi kering. Pemanasan oven dilakukan pada tekanan atmosfer sehingga air hilang secara bebas dari bahan pangan, suhu bagian dalam bahan pangan tidak boleh melebihi 100 o C. Pemanasan cepat memerlukan suhu yang tinggi, sehingga menyebabkan perubahan kompleks pada komponen permukaan bahan pangan (Fellow, 1990). Good Manufacturing Practices (GMP) GMP merupakan salah satu perencanaan produksi yang baik, prosedur pelaksanaannya dengan menjalankan, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan proses produksi. GMP dilakukan mulai dari penerimaan sampai dengan produk diterima konsumen. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan konsumen jika membeli dan/atau mengkonsumsi pangan. Penerapan tata cara berproduksi yang baik merupakan kunci utama dalam mencapai target mutu produk chicken nugget. Penerapan prosedur ini memiliki tujuan menjaga kualitas dan bebas dari kontaminan. Jenis kontaminasi antara lain: a. Kontaminasi fisik yang berupa rambut, benang, batu, kaca, plastik dan metal b. Kontaminasi kimia yang berupa uap, debu, gas dan bahan kimia c. Kontaminasi mikrobiologi berupa jamur, kapang dan mikroorganisme (Vinita, 2003). Manusia sebagai agen menjadi perhatian utama dalam proses pengolahan pangan yang dilakukan secara manual. Manusia merupakan salah satu media penyebaran mikroorganisme, hal ini disebabkan kontak langsung maupun

19 tidak langsung sering terjadi. Manusia juga memiliki aktivitas yang beraneka ragam sehingga higiene personal sangat sulit terkontrol satu persatu. Penyebaran mikroorganisme dari manusia umumnya berasal dari tangan (kuku) dan kulit (Saksono, 1986). Higiene perusahaan merupakan salah satu hal dasar bagi kelangsungan proses produksi. Kegiatan ini meliputi higiene karyawan, pemeliharaan proses produksi, kebersihan atau sanitasi dan semua aspek yang terlibat langsung maupun tidak langsung pada proses produksi. Pemeriksaan Good Manufacturing Practices harus dilakukan secara rutin berdasarkan manual GMP perusahaan. Pemeriksaan yang dilakukan secara rutin dapat mencegah atau mengurangi tingkat kontaminasi mikroba dalam pangan. Good Manufacturing Practices merupakan salah satu cara menangani proses pengolahan pangan yang memperhatikan aspek mutu. Makna mutu sangat luas, namun tujuan mengetahui peran mutu atau pengendalian mutu yaitu menjaga kepuasan konsumen sesuai dengan persyaratan mutu (BSN, 1991). Jaminan mutu pangan memiliki banyak ragam, diantaranya GMP, sanitasi, SSOP dan HACCP. Konsep GMP, khususnya telah diperkenalkan oleh FDA (Adam dan Moss, 1995) Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) merupakan standar operasi perusahaan yang mencakup kebijakan perusahaan, tahap kegiatan, nama petugas, cara pemantauan dan cara dokumentasi sebagai pertimbangan dalam melakukan inspeksi. SSOP memiliki delapan aspek yaitu keamanan air, kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan makanan, pencegahan kontaminasi silang, fasilitas kebersihan, pencegahan adulterasi, pelabelan, penyimpanan dan penggunaan senyawa toksik yang benar, kesehatan karyawan, serta pencegahan hama (pest control) (Dewanti, 2005). Wiryanti (2002) menambahkan penyusunan SSOP harus memenuhi kelayakan antara lain (1) pendokumentasian program sanitasi, (2) pemantauan program kelayakan, (3) penerapan kelayakan dasar, (4) melakukan tindakan koreksi jika kelayakan dasar tidak memenuhi syarat, (5) perekaman program yang dilaksanakan. Bangunan dalam kontek sanitasi memerlukan pertimbangan tata letak, lantai, dinding dan langitlangit, ventilasi atau jendela dan pintu yang tidak mudah memunculkan persebaran serangga. Bahan bangunan disesuaikan menurut jenis dan

20 fungsi bangunan. Konstruksi bangunan dapat dibuat dari bahan kayu, besi, stainless steel, logam monel, karet, bahan enamel, plastik dan gelas (Jenie, 1987). Menurut Jenie dan Fardiaz (1989), sanitasi yang baik tidak saja terletak pada kebersihan bahan baku melainkan peralatan, ruang, pekerja, penanganan dan pengolahan limbah juga sangat berpengaruh. Penanggulangan mikroorganisme dalam sanitasi dapat dilakukan dengan cara pemberian desinfeksi, karena mampu membunuh spora mikroba. Desinfeksi harus dipilih berdasarkan mikroorganisme target, jenis makanan olahan, bahan permukaan yang kontak dengan makanan dan tergantung jenis air sanitasi serta metode pelaksanaan sanitasi (Ditjen POM, 1987). Sanitation Standard Operating Procedure merupakan aplikasi dasar yang harus dipelihara dan diterapkan oleh industri pengolahan pangan. Sanitation Standard Operating Procedure mampu menjelaskan kinerja perusahaan dalam menjalankan sanitasi dan praktekpraktek yang dipantau, disamping itu SSOP menjadi pedoman dalam menjelaskan prosedur sanitasi secara jelas dan lengkap. Pemantauan intensif sangat diperlukan dalam proses pengolahan, sehingga mutu produk terjamin. Bahan makanan yang aman tidak mengandung bahan biologis, kimia, dan fisik yang membahayakan kesehatan. Aplikasi dokumentasi pada proses prosuksi harus terpelihara dan diterapkan. Sanitation Standard Operating Procedure merupakan prosedur baku, sanitasi tertulis atau dokumen serupa yang spesifik untuk setiap lokasi tempat makanan yang diproduksi (Lukman, 2003). Bahan makanan yang bermutu adalah bahan atau makanan yang memiliki kualitas baik dalam kondisi normal, yaitu tidak ada bau (busuk), kotor, dan penyimpangan lain secara etis serta makanan harus dapat diterima oleh konsumen sebagai bahan makanan dalam pemenuhan kebutuhan (Lukman, 2003). Mencuci tangan merupakan salah satu bagian dari SSOP yaitu aspek sanitasi. Hiasinta (1999) menjelaskan tata cara mencuci tangan sebagai berikut:

21 Membasahai tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun Menggosok tangan secara menyeluruh sekurangkurangnya 20 detik pada bagian punggung tangan, telapak tangan, selasela jari dan bagian di bawah kuku Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling dan bagian di bawah kuku Membilas tangan dengan air mengalir Gambar 1. Diagram Alir Pencucian Tangan Sanitasi merupakan salah satu titik kontrol yang menjadi objek dalam SSOP. Sanitation Standard Operating Procedure membantu dalam menjamin keamanan produk pangan antara lain: a. Memberikan jadwal kegiatan tentang sanitasi secara pasti b. Memberikan prosedur dan acuan monitoring secara jelas dan berkesinambungan Pengeringan tangan dengan handuk kertas (tissue) atau dengan alat pengering tangan menggunakan sanitiser secukupnya c. Mengontrol produk serta menjamin jika dilakukan koreksi barang d. Identifikasi dan mencegah terjadinya kembali masalah e. Menjamin setiap personal mengerti sanitasi f. Penjadwalan pelatihan yang kontinyu bagi personal g. Sarana dokumentasi komitmen kepada pembeli dan inspektor h. Meningkatkan praktek sanitasi di lingkungan masyarakat

22 Sanitasi dapat dipantau melalui delapan aspek sanitasi, seperti yang tercantum dalam SSOP yaitu : a. Keamanan air dan es b. Kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan makanan c. Kontaminasi silang d. Menjaga fasilitas cuci tangan, sanitasi dan kebersihan toilet e. Pencegahan dan perlindungan dari kontaminasi f. Pelabelan, penggunaan dan penyimpanan bahan toksik g. Kesehatan karyawan h. Pengendalian hama Keamanan Air dan Es Air merupakan persyaratan utama dalam industri pengolahan pangan. Air pengolahan pangan suatu industri harus memiliki kriteria yang meliputi bebas bakteri, bebas senyawa kimia berbahaya, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak keruh. Bakteri yang terdapat dalam air antara lain Streptococcus faecalis dan Clostridium perfringens, bakteri ini berasal dari hewan, bahan buangan dan kotoran manusia. Bakteri yang sering mengkontaminasi air adalah Escherichia coli dan Coliform (Rumawas, 2002). Syarat air yang baik untuk pengolahan adalah tidak mengandung jasad renik yang dapat menimbulkan penyakit, benarbenar jernih dan tidak berwarna, tidak terdapat karat dan pembentuk kupasankupasan, lunak dan dapat diterima, bebas dari gas (seperti Hidrogen Sulfida serta mineral besi dan mangan), rasanya enak, bebas bau dan diutamakan yang dingin. Penggunaan air minum dalam industri pangan harus terus dipantau, hal ini dimaksudkan untuk menjaga atau menghindari kontak silang antara bahan dan air. Air yang digunakan juga harus memiliki persyaratan sebagai air minum. Pengendalian kualitas air dapat dilakukan di laboratorium dan penambahan klorin agar air yang akan digunakan benarbenar aman dikonsumsi (Soekotjo, 2006). Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan Pengendalian dengan menjaga kebersihan permukaan ini dapat memberi jaminan terhadap kualitas produk. Hal yang perlu diperhatikan antara lain kondisi permukaan, kebersihan permukaan, tipe, jenis dan konsentrasi bahan sanitasi, kebersihan sarung tangan serta pakaian pekerja. Peralatan produksi harus mudah

23 dibersihkan, tidak korosif, tidak toksik, terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dalam pemeliharaan (Soekotjo, 2006). Pencegahan Kontaminasi Silang Kontaminasi banyak terjadi dalam pengolahan bahan pangan. Masalah ini timbul akibat peralatan yang tidak saniter serta bahan yang kontak langsung maupun tidak langsung kurang diperhatikan perawatannya. Bahan pengemas adalah salah satu contoh yang dapat digunakan, bahan ini diharuskan tidak menimbulkan racun serta membahayakan kesehatan (Fardiaz, 1999). Menjaga Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi dan Kebersihan Toilet Kontaminasi yang ditimbulkan akibat tidak terjaganya fasilitas ini sangat merugikan, karena kontaminan yang ada berupa bakteri patogen. Fasilitas yang bersih dan dijaga kebersihannya dengan baik menjadi daya dukung proses produksi pangan. Pengontrolan dan monitoring sangat diperlukan untuk mencegah atau menanggulangi penyebaran mikroorganisme berbahaya. Pencegahan tidak hanya dilakukan pada penanganan bahan baku namun pada setiap titik kegiatan produksi serta pemasaran (Soekotjo, 2006). Pencegahan dan Perlindungan Kontaminasi Keutuhan pangan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi industri pengolahan pangan. Perlindungan dan pencegahan dari bahaya kontaminasi merupakan salah satu cara untuk menjamin bahwa produk terhindar dari kontaminasi biologi, kimia maupun fisik. Mikroorganisme yang sering mengkontaminasi makanan berupa bakteri patogen dan pembusuk. Bakteri patogen menyebabkan gangguan kesehatan (penyakit yang dapat berujung dengan kematian) (Widjaja, 1992). Bakteri pembusuk merupakan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas produk pangan, memperpendek masa simpan, mengubah kondisi fisik (warna, bau dan rasa) dan penurunan daya beli pasar/ konsumen. Kontaminasi kimiawi lebih disebabkan oleh residu bahan antibiotik, pestisida, logam serta air yang tidak bersih, sedangkan kontaminasi biologi disebabkan oleh pertumbuhan bakteri, kapang, jamur, virus dan parasit (Soekotjo, 2006). Pelabelan, Penggunaan dan Penyimpanan Bahan Toksik

24 Pelabelan, penggunaan dan penyimpanan bahan toksik harus benar. Pelabelan sangat penting untuk mempermudah penggunaan dan menghindari kesalahan pengambilan produk saat pemasaran. Pelabelan sebaiknya memuat nama bahan atau larutan, nama dan alamat produsen dan petunjuk penggunaan produk. Penyimpanan bahan toksik harus di ruang khusus untuk menghindari kontak silang ke produk makanan (Soekotjo, 2006). Kesehatan Karyawan Kebersihan dan kesehatan karyawan merupakan aspek dukung produksi yang berakibat secara langsung terhadap produk yang dihasilkan. Produktifitas karyawan tergantung pada lingkungan yang bersih dan sehat. Kenyamanan, kondisi fisik, kebersihan serta kategori pekerjaan dapat mempengaruhi kesehatan karyawan. Pemeriksaan kesehatan karyawan harus dilakukan minimal sekali dalam setahun sebagai jaminan bahwa kondisi karyawan benarbenar sehat dalam bekerja (Lukman, 2003). Pengendalian Hama Keberadaaan hama dalam industri pengolahan sangat merugikan. Pengendalian hama yang dilakukan tidak hanya pada lingkungan produksi namun dilakukan pada seluruh lingkungan bangunan industri pengolahan. Beberapa hama atau hewan yang sering terdapat dilingkungan industri pengolahan antara lain lalat dan kecoa yang dapat membawa bakteri Salmonella, Staphylococcus, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Shigella, dan Sterptococcus. Hewan lain yang terdapat pada pengolahan makanan adalah hewan pengerat (tikus) dan burung yang dapat membawa parasit, Salmonella, dan Listeria (Widjaja, 1992). Winarno dan Surono (2002) menambahkan bahwa rayap, labalaba, cicak, kucing dan anjing juga menjadi hama pada industri pangan. Penggunaan pestisida dan insektisida dianjurkan untuk menanggulangi penyebaran hama, namun tidak menimbulkan bahaya kesehatan bagi pekerja serta tidak mengkontaminasi produk (Soekotjo, 2006). Pengendalian dapat juga dilakukan dengan desinfeksi, cara ini tidak membunuh mikroorganisme tetapi mengurangi jumlah mikroba yang membahayakan kesehatan. Desinfeksi dilakukan dengan uap panas, perendaman dengan air panas dan dengan bahan kimia. Hasil desinfeksi dapat dipengaruhi oleh

25 lama kerja, suhu larutan yang digunakan, stabilitas bahan kimia, dan konsentrasi bahan kimia (Mustika, 2006). Sanitasi Sanitasi merupakan usaha dan pemeliharaan suatu kondisi yang mengarah pada kesehatan. Sanitasi juga diartikan sebagai ilmu terapan yang mengembangkan penyajian makanan dengan lingkungan yang higiene dengan penanganan yang baik dalam mencegah kontaminasi makanan dengan mikroorganisme (Marriot, 1985). Sanitasi dalam industri khususnya pangan memiliki arti yang cukup luas. Aspek sanitasi tersebut mencakup sikap hidup, kebiasaan, tindakan aseptik, dan kebersihan. Hal ini diperlukan dalam mencegah pertumbuhan mikroorganisme, karena mikroorganisme mampu berkembang cepat pada kondisi yang didukung makanan yang cukup, kelembaban dan tekanan osmosa, tekanan oksigen, tingkat keasaman dan suhu yang sesuai. Penentuan sanitasi yang tepat mampu mengendalikan tingkat perkembangan mikroorganisme dan menghindari pencemaran pada pangan (Saksono, 1986). Pengertian aseptik dalam kontek sanitasi yaitu mencegah munculnya mikroba (tidak ada mikroba), sedangkan bersih memiliki makna tidak ada kotoran. Sanitasi dalam pengolahan pangan merupakan salah satu cara menjaga kebersihan dan aseptik yang mencakup persiapan, pengolahan, pengepakan, penyiapan maupun transportasi makanan, kebersihan dan sanitasi ruangan serta alat pengolahan pangan dan kesehatan pekerja (Soekarto, 1990). Sumber kontaminasi makanan adalah mikroba yang memegang peran penting dalam sanitasi pangan terutama mikroorganisme yang bersifat patogen. Penyakit yang ditimbulkan dapat berupa infeksi dan intoksikasi. Infeksi diartikan masuknya mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, cacing dan protozoa melalui bahan pangan, sedangkan intoksikasi diartikan dengan penyakit yang timbul akibat toksin atau racun yang masuk ke dalam tubuh melalui bahan pangan. Gejala intoksikasi oleh pangan tidak harus selalu ada bakteri dan jika makanan mengandung toksin ditelan maka langsung terasa sakit, sedangkan infeksi bakteri harus bekembang biak terlebih dahulu sehingga gejala yang ditimbulkan lebih lama dibandingkan intoksikasi (Dewanti dan Hariyadi, 2002).

26 Perusahaan pengolahan daging harus mempertimbangkan kondisi bangunan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi silang. Fardiaz (1999) menyatakan bahwa desain dan fasilitas pabrik memiliki fungsi antara lain dapat mencegah kontaminasi, mudah dipelihara, dibersihkan dan pencemaran udara dapat dihindari, permukaan yang kontak langsung dengan makanan tidak beracun, kuat dan tidak mudah pecah serta terlindung dari aktivitas hama. Sanitasi industri pengolahan pangan dapat dibedakan menjadi pengendalian cemaran, pembersihan dan tindakan aseptik. Hal ini dilakukan untuk menghindari cemaran yang disebabkan oleh mikroba, sehingga dilakukan pada setiap mata rantai operasi produksi dari pengadaan bahan mentah hingga produk akhir (Soekarto, 1990). Pengendalian cemaran tidak hanya berasal dari mikroba, akan tetapi dapat juga menghindari persebaran serangga dan rodensia. Serangga merupakan hewan yang memiliki ukuran kecil dan memiliki spesies sangat banyak. Bagian tubuh serangga terdapat tiga bagian, yaitu kepala, toraks dan abdomen. Kepala serangga memiliki keragaman jenis bentuk dan fungsi, sehingga pengenalan jenis ini mempermudah pengendaliannya secara spesifik dan efektif (Soekotjo, 2006). Siklus hidup serangga biasa disebut metamorfosis. Perubahan bentuk pada serangga ada dua macam, yaitu metamorfosis sempurna dan tidak sempurna. Kelangsungan hidup serangga tegolong cepat dan sangat baik dalam keadaan yang sulit. Serangga mampu melangsungkan hidup dengan memakan segala macam makanan (Borror et al., 1992). Noble dan Glenn (1989) menambahkan bahwa sebagian besar serangga sangat merugikan terutama pada tempattempat penyimpanan pangan atau bahan baku pangan. Hewan lain yang merugikan adalah rodensia. Hewan ini merupakan sejenis hewan pengerat yang banyak hidup pada lingkungan manusia (Boedi et al., 1979). Ukuran tubuh hewan ini tergolong kecil, sehingga mudah memasuki lubang saluran atau celah yang sempit. Hewan ini juga banyak terdapat pada gudang penyimpanan dan hewan ini juga dapat menimbulkan penyakit (Syarief dan Halid, 1993). Widjaja (1992) menyatakan bahwa penanggulangan serangga dan rodensia dapat dilakukan melalui pemberian umpan, sanitasi secara teratur, fumigasi pemasangan tirai pada setiap pintu dan penggunaan media ultrasonik. Penggunaan umpan pada jebakan harus dirubah setiap saat, hal ini disebabkan rodensia memiliki

27 kemampuan untuk mengenali umpan yang sering diberikan. Oka (1995) menambahkan bahwa penggunaan light trap sangat efektif dalam membunuh serangga. Sanitasi dan tindakan aseptik pada industri pengolahan pangan juga dapat dilakukan melaui higiene karyawan. Kesehatan karyawan suatu perusahaan terletak pada pola hidup dan higiene perorangan. Higiene ini merupakan titik sentral untuk mencapai persyaratan Higiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hiperkes). Tingkat pencapaian produktifitas kerja diawali dengan higiene perorangan (Widjaja, 1992). Winarno dan Surono (2002) menambahkan bahwa standar higiene dan kesehatan karyawan merupakan syarat untuk menghindari kontak makanan secara langsung dengan manusia. Prosedur tersebut dapat dilakukan dengan cara: a. Seleksi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan karyawan b. Pendidikan dan pengawasan higiene dan sanitasi c. Praktek higiene dan sanitasi pabrik Kesehatan karyawan dapat dilakukan dengan mencuci tangan, pemakaian sarung tangan, kebersihan kuku dan kebersihan dan kelengkapan pakaian pekerja. Bahan sanitasi yang digunakan berupa klorin dan senyawa klorin (hipoklorit), iodophor, senyawa ammonium kuartener, surfaktan yang bersifat amfoter dan asam serta basa kuat. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Hazard Analysis Critical Control Point merupakan salah satu upaya mengontrol kinerja proses produksi, distribusi dan penggunaan bahan material dalam pengolahan pangan. Hazard Analysis Critical Control Point berperan dalam mengidentifikasi bahaya yang potensial pada bahan baku, produk, keberadaan bakteri dan/atau pertumbuhan bakteri pada industri pengolahan pangan (Chesworth, 1999). Kategori bahaya pada proses pengolahan dilakukan melalui penentuan titiktitik kritis pada setiap alur proses pengolahan. Sistem manajemen HACCP memberikan jaminan aman terhadap hasil produksi, sehingga layak untuk dikonsumsi. Hazard Analysis Critical Control Point berguna dalam mencegah perkembangan mikroba potensial atau terjadinya kontaminasi yang disebabkan oleh lingkungan (Stevenson dan Bernard, 1999).

28 Pengendalian bahaya pada proses pengolahan dilakukan di setiap titik atau tahapan proses produksi. Hal ini bertujuan bahwa pencegahan terjadinya bahaya lebih baik daripada melakukan pengujian produk akhir. Hazard Analysis Critical Control Point juga merupakan kontrol kualitas karena resiko dan pengidentifikasian bahaya dilakukan sejak dini sehingga mampu meningkatkan mutu produk hasil olahan (Winarno dan Surono, 2002). Pelaksanaan HACCP dapat dilakukan melalui beberapa sistem aplikasi, adapun langkahlangkah dalam penyusunan Hazard Analysis Critical Control Point yang dilakukan misalnya : 1) Melakukan evaluasi atau meneliti kembali proses secara keseluruhan 2) Menentukan titiktitik yang potensial terjadinya bahaya 3) Mengidentifikasi sumber bahaya dan poin khusus terjadinya kontaminasi 4) Melakukan pengontrolan dan pengawasan pada titik yang telah ditentukan 5) Melakukan pendokumentasian 6) Memastikan pelaksanaan HACCP berjalan secara efektif Penyusunan HACCP pada dasarnya terbagi dalam dua belas langkah. Konsep penyusunan ini memiliki 7 prinsip HACCP. Langkah penyusunan dan penerapan HACCP menurut Codex AlimentariusCommision adalah sebagai berikut : 1. Menyusun Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Identifikasi Pengguna yang Dituju 4. Penyusunan Diagram Alir 5. Verifikasi Diagram Alir 6. Melakukan Analisis Bahaya kemudian Melakukan Tindakan 7. Menentukan CCP 8. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP 9. Menetapkan Sistem Pemantauan untuk Setiap CCP 10. Menentukan Tindakan Koreksi untuk Penyimpangan yang mungkin terjadi 11. Menetapkan Prosedur Verifikasi 12. Menetapkan Penyimpangan Catatan dan Dokumentasi

29 Prinsip HACCP berdasarkan Codex Alimentarius Commission (1993) yaitu meliputi : a) Melakukan analisis bahaya. Menyiapkan diagram alir pada setiap proses. Identifikasi dan dokumentasi bahaya serta menetapkan ukuran kendali yang ada b) Identifikasi CCP pada setiap proses melalui pohon pengambilan keputusan c) Menetapkan batas toleransi yang harus pada masingmasing CCP secara terkendali d) Menetapkan sistem monitoring untuk mengontrol CCP dengan pengamatan e) Menetapkan tindakan korektif jika dalam pengawasan terjadi penyimpangan pada CCP f) Mendokumentasikan semua arsip dan menetapkan prosedur yang sesuai dengan prinsip dan aplikasi HACCP g) Menetapkan prosedur verifikasi yang meliputi pengujian dasar Hazard Analysis Critical Control Point merupakan piranti atau sistem yang digunakan untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan. Hazard Analysis Critical Control Point menekankan pentingnya mutu keamanan pangan, oleh sebab itu sebagai jaminan mutu pangan, HACCP dapat diterapkan pada seluruh mata rantai produksi proses pengolahan produk pangan. Pentingnya penerapan sistem ini pada industri pangan karena bahanbahan yang digunakan dalam produksi atau pengolahan memungkinkan terjadinya pencemaran. Pencemaran ini dapat diminimalkan melalui penyusunan rancangan kerja jaminan mutu pada proses penerimaan bahan baku sampai produk diterima konsumen (Muhandri dan Kadarisman, 2005). Penyusunan rencana kerja jaminan mutu ini merupakan dokumen yang dibuat berdasarkan prinsipprinsip HACCP yang berguna dalam mengendalikan bahaya dan mendukung keamanan produk yang dihasilkan. Dokumen rencana jaminan mutu HACCP harus memuat : a) Data perusahaan yang meliputi identitas perusahaan, struktur organisasi, pelatihan tim HACCP dan bidang kegiatan serta kebijakan mutu perusahaan b) Deskripsi produk yang berisi daftar seluruh identitas produk akhir c) Persyaratan dasar yang harus dipenuhi, seperti SOP dan HACCP

30 d) Diagram alir dan model verifikasi e) Analisa bahaya yang berfungsi dalam mengumpulkan informasi bahaya sampai terjadinya bahaya dan harus ditangani melalui rencana HACCP. Bahaya dalam produk pangan dibedakan menurut tingkat resiko bahayanya, seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Daftar Kategori Resiko Produk Pangan Produkproduk kategori I (resiko tinggi) I Produkproduk yang mengandung ikan, telur, sayur, serelia dan/atau berkomposisi susu yang perlu direfrigrasi II Daging segar, ikan mentah dan produkproduk olahan susu III Produkproduk dengan nilai ph 4.6 atau lebih yang disterilisasi dalam wadah yang ditutup secara hermetis Produkproduk kategori II (resiko sedang) I Produkproduk kering atau beku yang mengandung ikan, daging, telur, sayuran atau serelia atau yang berkomposisi/penggantinya dan produk lain yang tidak termasuk dalam regulasi hygiene pangan II Sandwich dan kue pie daging untuk konsumsi segar III Produkproduk berbasis lemak misalnya coklat, margarin, spreads, mayones dan dressing Produkproduk kategori III (resiko rendah) I Produk asam (nilai ph<4.6) seperti acar, buahbuahan, konsentrat buah, sari buah dan minuman asam II Sayuran mentah yang tidak diolah dan tidak dikemas III Selai, marinade dan conserves IV Produk konfeksionari berbasis gula V Minyak dan lemak makan Sumber : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta IPB, 2007 f) Daftar kendali yang berbentuk matrik dan berisi lokasi CCP (CCP merupakan suatu titik atau prosedur dalam sistem pengolahan pangan yang jika tidak dikendalikan mengakibatkan resiko yang berbahaya), prosedur monitoring, penetapan batas kritis dan tindakan perbaikan g) Penanganan keluhan konsumen, penarikan produk dan perubahan dokumen yang berisi cara pengembalian dan perbaharuan dokumen agar selalu tercatat sehingga perubahannya dapat diketahui atau dipantau serta pelatihan Penyusunan analisis penyusunan rencana kerja HACCP juga dikelompokkan ke dalam beberapa bagian menurut jenis bahan atau produk yang dihasilkan berdasarkan tingkat terjadinya bahaya serta kategori resiko. Pengelompokan jenis bahaya dan kategori resiko pada produk pangan dapat dilihat pada Tabel 4. Dan

31 Tabel 5. serta daftar signifikasi bahaya pada produk pangan dapat dilihat pada Tabel 6. berikut : Tabel 4. Karakteristik Bahaya Kelompok Bahaya Bahaya A Bahaya B Bahaya C Bahaya D Bahaya E Karakteristik Bahaya Kolompok produk pangan yang tidak steril dan dibuat untuk dikonsumsi kelompok tertentu (lansia, bayi dan immunocompromised) Produk mengandung bahan ingridient sensitif terhadap bahaya biologi, kimia atau fisik Dalam proses tidak memiliki tahap pengolahan yang terkendali secara efektif membunuh mikroba berbahaya atau menghilangkan bahaya kimia atau fisik Produk kemungkinan mengalami rekontaminasi setelah pengolahan sebelum pengemasan Kemungkinan terdapat potensi terjadinya kesalahan penanganan selama distribusi atau oleh konsumen yang menyebabkan produk berbahya untuk dikonsumsi Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah pengemasan atau di tangan konsumen atau tidak ada pemanasan akhir atau tahap pemusnahan mikroba setelah pengemasan sebelum memasuki Bahaya F pabrik (untuk bahan baku) atau tidak ada cara apapun bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik Sumber : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta IPB, 2007 Tabel 5. Penglompokan Produk Berdasarkan Penetapan Kategori Resiko Karakteristik Bahaya Kategori Resiko Jenis Bahaya 0 0 Tidak mengandung bahaya A sampai F (+) I Mengandung satu bahaya B sampai F (++) II Mengandung dua bahaya B sampai F (+++) III Mengandung tiga bahaya B sampai F (++++) IV Mengandung empat bahaya B sampai F (+++++) V Mengandung lima bahaya B sampai F A+ (kategori khusus) dengan atau tanpa bahaya BF VI Kategori resiko paling tinggi (semua produk yang mempunyai bahaya A) Sumber : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta IPB, 2007

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG SKRIPSI ELLYTA WIDIA PUTRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN

APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES, SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN TITIK KENDALI KRITIS PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI KOPERASI PETERNAK BANDUNG SELATAN SKRIPSI DINNI RAHMI

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Lebih terperinci

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa sebuah proses produksi dari

Lebih terperinci

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

MATERI III : ANALISIS BAHAYA MATERI III : ANALISIS BAHAYA (Prinsip HACCP I) Tahap-tahap Aplikasi HACCP 1 1. Pembentukan Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Indentifikasi Konsumen Pengguna 4. Penyusunan Bagan alir proses 5. Pemeriksaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat

Lebih terperinci

Sosis ikan SNI 7755:2013

Sosis ikan SNI 7755:2013 Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo 1,2 Saprin Hayade, 2 Rieny Sulistijowati, 2 Faiza A. Dali 1 saprin_hayade@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

Analisa Mikroorganisme

Analisa Mikroorganisme 19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang dikonsumsi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN Oleh: Amanda Gabriella Chandra (6103008080) Ivana Halingkar (6103008103) Lita Kuncoro (6103008104) Catherine Tanaya (6103008105) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam kegiatan pascapanen, sebab ikan merupakan komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk, di samping itu

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT SKRIPSI PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUK CROISSANT DI PT. CIPTAYASA PANGAN MANDIRI PULOGADUNG JAKARTA Oleh ABDUROHMAN F02400012 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP 90 4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP Checklist Standard Sanitation Operational Procedur (SSOP) (Lampiran 4) menunjukkan nilai akhir 83. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara

Lebih terperinci

Siomay ikan SNI 7756:2013

Siomay ikan SNI 7756:2013 Standar Nasional Indonesia Siomay ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tempat Penjualan Daging Ayam Sampel daging ayam yang diteliti diperoleh dari pasar-pasar di Kota Tangerang Selatan. Selama pengambilan kuisioner terdapat 24 pedagang

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENERAPAN GMP DAN SSOP MELALUI PENGUJIAN PRODUK PADA UNIT PENGOLAHAN YOGURT DI SALAH SATU KOPERASI PETERNAK SAPI (KPS) DI BANDUNG

VERIFIKASI PENERAPAN GMP DAN SSOP MELALUI PENGUJIAN PRODUK PADA UNIT PENGOLAHAN YOGURT DI SALAH SATU KOPERASI PETERNAK SAPI (KPS) DI BANDUNG VERIFIKASI PENERAPAN GMP DAN SSOP MELALUI PENGUJIAN PRODUK PADA UNIT PENGOLAHAN YOGURT DI SALAH SATU KOPERASI PETERNAK SAPI (KPS) DI BANDUNG SKRIPSI FITRIA BUNGA YUNITA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. 4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Sapi Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN - 18 - BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN A. PENYELENGGARAAN 1. Peserta, Penyelenggara, Penanggung Jawab dan Pembina Teknis a. Peserta pelatihan adalah setiap orang dan/atau pengusaha/pemilik/penanggung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Bakar Bakso merupakan produk daging olahan yang berasal dari daging sapi. Menurut SNI 01 3818 1995 definisi dari bakso daging yaitu produk makanan yang berbentuk bulat,

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan Tongkol (Ethynnus affinis) (Sumber: Anonim b 2010 )

Gambar 1. Ikan Tongkol (Ethynnus affinis) (Sumber: Anonim b 2010 ) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Ikan tongkol (Euthynnus affinis) termasuk dalam famili scombridae terdapat di seluruh perairan hangat Indo-Pasifik Barat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu. Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan protein sekitar 33-42% dan kadar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan

Lebih terperinci

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN 93 LAMPIRAN. DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan yang diberikan kepada responden Unit Usaha Jasa Boga dan Unit Usaha Pengguna Jasa Boga mengenai pengetahuan tentang sertifikat keamanan pangan.. Apakah anda mengetahui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Syarat Mutu Sosis Daging Menurut SNI

Lampiran 1. Syarat Mutu Sosis Daging Menurut SNI LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1. Syarat Mutu Sosis Daging Menurut SNI 01-3820-1995 No Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan 1.1 Bau - Normal 1.2 Rasa - Normal 1.3 Warna - Normal 1.4 Tekstur - Bulat Panjang

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi

Lebih terperinci

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA FISIK BAHAYA KIMIA BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Tekn. Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Risiko Risiko merupakan ketidakpastian (risk is uncertainty) dan kemungkinan terjadinya hasil yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging broiler merupakan komoditas yang banyak diperdagangkan dan sangat diminati oleh konsumen karena merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dari segi kepentingan nasional, sektor peternakan memerlukan penanganan dengan seksama karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani, gizi masyarakat, membuka lapangan kerja,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. No.358, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 75/M-IND/PER/7/2010 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB HIGIENE DAN SANITASI DALAM INDUSTRI PANGAN Dalam aspek keamanan dan kesehatan pangan maka aspek higiene dan sanitasi memegang peranan yg penting.

BAB HIGIENE DAN SANITASI DALAM INDUSTRI PANGAN Dalam aspek keamanan dan kesehatan pangan maka aspek higiene dan sanitasi memegang peranan yg penting. BAB HIGIENE DAN SANITASI DALAM INDUSTRI PANGAN Dalam aspek keamanan dan kesehatan pangan maka aspek higiene dan sanitasi memegang peranan yg penting. Hal yang mendasar adalah berbagai masalah kontaminasi

Lebih terperinci

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PAPER PERUNDANG-UNDANG

PAPER PERUNDANG-UNDANG PAPER PERUNDANG-UNDANG HACCP PENGOLAHAN BAKSO SAPI HENNY SUCIYANTI E1C011004 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur selalu dipanjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci