Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Tahun 2011
|
|
- Agus Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Tahun 2011 LAPORAN PERKEMBANGAN TAHAPAN PELAKSANAAN KAMPANYE PRIDE Periode November 2010 Januari 2011 Program Coordinator : Pride Campaign Manager / Ismail Alamat Organisasi Program Lokasi : Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Komplek Perumahan Taman Setia Budi Indah Blok. RR No. 98 Medan Sumatera Utara info@orangutancentre.org Web : : Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia Didukung oleh :
2 PENDAHULUAN Penyebaran informasi untuk menguatkan pengetahuan fase awal kampanye menjadi bagian yang sangat penting. Akan tetapi Kampanye Pride tahap kedua ini merupakan kampanye berantai yang melanjutkan capaian yang telah ada pada kampanye tahap pertama. Pesan-pesan kampanye tahap kedua inipun juga melanjutkan pesan yang telah ada dan mengembangkan untuk mencapai pengembangan kampanye. Penyebaran pesan melalui beberapa media kampanye dan saluran informasi lainnya menjadi strategi awal dalam pelaksanaan fase awal kampanye ini. Disisi lain, pengorganisasian dan mobilisasi masyarakat di desa target kampanye juga merupakan factor penting untuk memperkuat pesan yang berkembang ditengah-tengah masyarakat. Pengorganisasian para adopter dan inovator menjadi strategi untuk menngembangkan tingkat adopsi kebun campuran/tumpangsari. Proses komunikasi, diskusi dan mobilisasi masyarakat juga dilakukan untuk menjamin kelangsungan /tumpangsari. Diharapkan dengan pengembangan dan meningkatkan adopsi pola /tumpangsari akan berdampak pada kontribusi moril dan perubahan perilaku masyarakat sekitar kawasan hutan dalam hal pengamanan kawasan konservasi. Pengelolaan ini diperkenalkan dengan adanya sebuah contoh dengan membuat plot contoh yang harapan kedepannya dapat diadopsi oleh masyarakat secara lebih luas. 2
3 PERKEMBANGAN TAHAPAN PROGRAM Menyebarkan media kampanye 1. Poster. merupakan media yang dijadikan senagai saluran media untuk membantu penyebaran informasi. Poster yang disebarkan ini merupakan poster yang diproduksi pada kampaye pride tahapa pertama. Poster ini bertuliskan pesan inti : Tumpangsari di kebun sendiri itu mudah dan bertuliskan pesan ajakan : sebenarnya mudah. Hanya dengan memanfaatkan kebun yang ada dan halaman rumah, kita bisa menanam beraneka tanaman untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menambah pendapatan. Hutan tidak terganggu dan tetap lestari. Menjadikan poster ini menjadi media yang didistribusikan diawal kampanye disebabkan pesan yang ada di dalam poster masih sangat relevan untuk mendukung dan menguatkan motivasi masyarakat, dan pendistribusian poster tesebut pada kampanye pride tahap pertama dahulu dirasa belum maksimal. Diharapkan dengan pesan yang terrebar melalui poster ini, akan memperkuat pengetahuan dan meningkatkan motivasi masyarakat target kampanye untuk melakukan perubahan perilaku. Gambar 1. Poster yang disebarkan pada awal kampanye. 2. SMS (Sort Message Service) Marketing / SMS Blast. SMS Blast atau SMS marketing merupakan saluran media yang dianggap cukup efektif untuk menyebarkan pesan kampanye. SMS Blast/SMS marketing ini memiliki jangkauan menengah dan kedalam yang sedang. Akan tetapi kelebih dari saluran ini adalah SMS merupakan media kampanye yang sangat interaktif antara kampanye dengan masyaakat target kampanye. Masyarakat dapat langsung berkomentar, atau menyampaikan input, bahkan memberikan protes dan menyatakan sikap secara langsung melalui pesan. Proses distribusi SMS Blas/SMA marketing ini di lekuakan dengan menggunakan software frontlinesms yang didapat secara gratis dengan mendownload di Selama periode triwulan ini setidaknya telah terkirim 4 (empat) pesan SMS kampanye kepada 400 (empat ratus) orang/masyarakat target. Pesan tersebut antara lain adalah : - Pesan 1 : Anda masih ingat? Ini merupakan Nomor kampanye untuk melindungi hutan Leuser. Tetap simpan no ini sebagai Leuserku di Handphone anda. 3
4 Tujuan pesan ini adalah : untuk mengingatkan kembali dan memandu penerima pesan untuk tetap terlibat dalam saluran SMS blast/sms marketing ini. - Pesan 2 : Ayo jangan ketinggalan, menjadi salah satu masyarakat yang cinta dan melindungi hutan Leuser, dengan tidak ikut-ikutan merambah hutan. Tujuan pesan ini adalah : menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk tetap tidak terjebak pada arus perambahan hutan yang terus mempengaruhi masyarakat lokal. - Pesan 3 : Mari terus kita dukung gerakan melestarikan leuser dengan menanam pohon & bertani di luar hutan dengan model tumpangsari. Tujuan pesan ini adalah : untuk mendorong perubahan sikap dan membangun dukungan lokal untuk medukung rsetorasi hutan Leuser dan mendorong adopsi model kebun tumpangsari/. - Pesan 4 : Teruslah menjadi petani yang mujur dan beruntung, dengan tidak berladang di dalam hutan Leuser. Tujuan pesan ini adalah : mendorong dan memotivasi masyarakat untuk tetap tidak berladang di dalam hutan. Gambar 2. Proses pengiriman pesan SMS Blast/SMS Marketing dalam kampanye Pride 4
5 Membangun komunikasi, diskusi dan mobilisasi kelompok untuk membangun /tumpangsari Untuk mendorong laju dan minat masyarakat untuk melakukan aksi perubahan perilaku dari bertani monokultur menjadi pola /tumpangsari, maka proses komunikasi, iskusi bersama masyarakat sering dilakukan. Pengembangan kebun Campuran/tumpangsari akan berdampak pada kontribusi moril masyarakat sekitar kawasan hutan dalam hal pengamanan kawasan konservasi. Bagaimana pengelolaan itu diperkenalkan caranya dengan adanya sebuah contoh dengan membuat plot contoh yang harapan kedepannya dapat diadopsi oleh masyarakat secara luas. Bebebrapa perrtemuan dilakukan di desa Mekar makmur dan halaban, yang menggunakan rumah-rumah penduduk serta fasilitas desa sebagai lokai pertemuan. Pertemuan dan diskusi dilakukan dengan tujuan : 1. Mensosialisasikan capaian adopsi selama kampanye perode pertama tahun ( ) 2. Terbentuknya sistem pengelolaan plot contoh yang partisipatif dan menyepakati strategi bersama untuk mengadopsi pola kebun tumpangsari. 3. Terbentuknya contoh bernilai ekonomis yang pada prakteknya mengurangi ancaman pembukaan lahan perladangan di kawasan konservasi Tabel 1. Aktifitas pertemuan & diskusi kelompok di Desa Halaban No Kegaitan Tanggal Pelaksnaan 1 Membangun dukungan & Diskusi kelompok Nopember 2010 Tujuan - Mensosialisasikan capaian adopsi selama kampanye perode pertama tahun ( ) - Membangun kesepakatan pembangunan yang partisipatif Jumlah peserta Hasil Kegiatan 17 orang Menyepakati pengelolaan kebun campuran dilaksanakan oleh tiap-tiap individu masyarakat dengan memanfaatkan potensi lahan di sekitar pekarangan rumah untuk dijadikan. Hasilnya, Bapak Rudi, warga Dusun X HKTI, Desa Halaban telah melaksanakan metode kebun campuran ini seluas 600 mtr persegi. 2 FGD sistem pengelolaan plot contoh Kebun Campuran Desember Membangun kesepakatan pembangunan yang partisipatif 17 orang Menyepakati pengelolaan kebun campuran dilaksanakan secara kolektif melalui sistem pendelegasian anggota Kelompok Tani Pelindung Leuser (KETAPEL). Pada diskusi kelompok tanggal Desember KETAPEL mendelegasikan 5 orang anggotanya sebagai pelaksana sistem pengelolaan plot contoh. Berikut kesepakatannya: 1. KETAPEL menyepakati tidak akan mengintervensi keputusan apapun yang dikeluarkan oleh pelaksana plot contoh kebun 5
6 campuran terkait pengembangan-pengembangan program. 2. KETAPEL akan memberikan modal pinjaman apabila pelaksana plot contoh kebun campuran mengalami defisit biaya 3. KETAPEL tidak akan menerima share profit system dari hasil panen plot contoh 4. KETAPEL mendelegasikan 5 orang anggotanya sebagai pelaksana plot contoh kebun campuran, yakni: Rudiawan (koord) Jumali (anggota) Sukaslim (anggota) Adi Susisman (anggota) Miswanto (anggota) Tabel 2. Aktifitas pertemuan & diskusi kelompok di Desa Mekar Makmur No Kegaitan Tanggal Pelaksnaan 1 Membangun 22 dukungan & Nopember Diskusi kelompok FGD sistem pengelolaan 6-10 Desember Tujuan - Mensosialisasikan capaian adopsi selama kampanye perode pertama tahun ( ) - Membangun kesepakatan pembangunan yang partisipatif - Membangun kesepakatan Jumlah peserta Hasil Kegiatan 12 orang Menyepakati pengelolaan kebun campuran dilaksanakan oleh tiap-tiap individu masyarakat dengan memanfaatkan potensi lahan di sekitar pekarangan rumah untuk dijadikan kebun campuran. Catatan penting : 1. Kesulitan sumber air jadi tantangan serius dalam kegiatan ini 2. Lahan yang bercampur dengan unsur pasir mengurangi percepatan masa panen 3. Desa Mekar Makmur adalah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGL wilayah SPTN VI Besitang. Di kawasan ini pula kerusakan hutan cukup parah. Sebagian pelakunya adalah warga setempat. Melalui kegiatan ini diharapkan tentu, bernilai ekonomis dan berkelanjutan tindakan penguasaan lahan konservasi bisa dicegah 15 orang Menyepakati pengelolaan kebun campuran dilaksanakan oleh komunitas 6
7 plot contoh Kebun Campuran 3. FGD Resolusi lahan kritis 2010 pembangunan yang partisipatif 7-10 Januari mencari solusi penyesuaian unsur tanah dan pola tanam. - Merancang pertemuan & presentasikan di kantor BID III Stabat BBTNGL sebagai upaya salah satu isu strategis pengamanan kawasan hutan konservasi. Harapannya ke depan akan terbangun pola kemitraan antara kelompok tani dan BBTNGL. masyarakat melalui kemitraan dengan pengelola perkebunan sawit (usia 1 tahun) yang bernama Sutrisno seluas 400 meter persegi (10 rantai). Hasil rapat pada tanggal 8-9 Desember di kediaman Bapak Priyadi menetapkan: 1. Menetapkan luas lahan 400 mtr persegi (10 rantai) tersebut akan dibangun plot contoh kebun campuran Desa Mekar Makmur, Dusun Karya Utama (Barak A) 2. Menetapkan susunan kepengurusan sistem pengelolaan plot contoh kebun campuran; Sutrisno (koord. Pelaksana) Priyadi (anggota) Nasib (anggota) Nurman (anggota) 3. Menyepakati pengerjaan pembersihan lahan Desember Pasca pembersihan lahan, pelaksana meminta mendatangkan praktisi pertanian (Bapak Junapiah) untuk meninjau lokasi area plot contoh. Pada prakteknya Bapak Junapiah mampu memberikan masukan tanaman yang sesuai dengan keadaan PH tanah di plot contoh tersebut. 4 orang - perlunya mendatangkan ahli pertanian untuk membantu masyarakat menentukan jenis dan pola bercook tanaman yang sesusai dengan kondisi lahan. - Segera mengadakan pertemuan dengan Balai BEsar TNGL untuk menjalin dukungan dan kerjasama 7
8 Gambar 3 & 4. Berbaaktivitas pertemuan & diskusi bersama masyarakat Membangun /tumpangsari Selama bulan Januari 2011, proses pembangunan kebun caampuran/tumpangsari telah dimuali. Proses dan tahapan yang dulakukan adalah : - Pembersihan dan peyiapan lahan/kebun. - Penyedian bibit & persemaian - Penanaman dan pemeliharaaan - Monitoring Proses pembangunan /tumpangsari di desa halaban dimobilisasi oleh KETAPEL (Kelompok Petani Pelindung Leuser), yang merupakan organisasi masyarakat di desa Halaban yang selama ini telah mendukung konservasu Leuser. Kelompok masyarakat juga secara sukarela mengumpulkan dukungan pendanaan untuk pembangunan mode /tumpangsari di desa Halaban. Berikut adalah bentuk dukungan yang diberikan oleh kelompok masyarakat desa Halaban : Tabel 2. Kontibusi Swadaya Kelompok Tani Kebun Campuran KETAPEL, Desa Halaban No Tanggal Deskripsi Pengeluaran Unit Jumlah Pengeluaran 1 18/12/2010 Penyewaan lahan 1 tahun 10 rantai (4000 M 2 ) 2 23/12/2010 Penyewaan mesin rumput 1 days /12/2010 Pembelian premium 4 ltr /01/2011 Pembelian bibit ketimun 5 pack /01/2011 Kolater ½ kg
9 6 13/01/2011 Drusban 1 pack /01/2011 Pembelian bibit kangkung 1 pack /01/2011 Pembelian bibit ketimun 3 pack /01/2011 Pengadaan pupuk dasar 50 kg Total Dukungan dana secara swadaya Rp Gambar 5 & 6. Proses pengolahan lahan dalan pengembangan /tumpangsari di desa Halban & Mekar Makmur Gambar 7 & 8. Kondisi tanaman di /tumpangsari 9
10 Rencana Tindak Lanjut Pada fase triwulan berikutnya perlu dilaksankaan beberapa kegiatn yaitu : - Meningkatkan kreatifitas dalam distribusi pesan kampanye melalui SMS Blast/SMS marketing, bisa dalam bentuk perlombaan, atau dengan memberikan apresiasi bagi pemberi komentar atas pesan yang dikirim. - Terus meobilisasi masyarakat untuk mendorong adopsi pola kebun campuran/tumpangsari. - Memproduksi media kampanye seperti booklet atau media lainnya. - Melihat kalender masyarakat untuk menjadikan event kampanye. - Dan lain-lain. 10
: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre 2010 LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Program Coordinator : Pride Campaign Manager
Lebih terperinciSTRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE BANGGA TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER Wilayah Besitang, Sumatera Utara Indonesia Tahun
STRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE BANGGA TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER Wilayah Besitang, Sumatera Utara Indonesia Tahun 2011 G. Tindak Lanjut Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan
Lebih terperinciPengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk
RENCANA PEMANTAUAN Rencana Pemantauan yang baik akan membantu kita secara akurat dan tepercaya menilai dampak intervensi proyek kita untuk menentukan apakah proyek telah mencapai tujuan dan sasarannya,
Lebih terperinci17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye
17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi
Lebih terperinciRencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal
19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita
Lebih terperinciRENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU
RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi
Lebih terperinciDAMPAK PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DAMPAK PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan E-mail utomobud@yahoo.co.id ABSTRACT This research was
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam
52 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam berupa hutan nomor 3 (tiga) di dunia setelah Brazil dan Zaire, selain itu kita juga merupakan salah
Lebih terperinciE. Hasil Kampanye. Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 3 tujuan utama, yaitu:
Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 3 tujuan utama, yaitu: E. Hasil Kampanye Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye Pride di kalangan dua segmen khalayak sasaran utama kampanye, yaitu:
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI
LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Lebih terperinciKonservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &
Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & CFES) Mitigasi Berbasis Lahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura tahun 2004 menunjukkan bahwa kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 hektar, berada dalam kondisi rusak. Lahan kritis di dalam
Lebih terperinciLaporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012
Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort
Lebih terperinciG. Tindak Lanjut. Pendahuluan
G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat
Lebih terperinciTinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek
F. Analisa Kritikal Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana perbaikan-perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya serta memiliki sifat-sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA 1 LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA
LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA 1 LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN Kawasan Habitat Orangutan Hutan Melalui Pengembangan Kawasan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis yang merupakan keunggulan tersendiri dari Negara ini
Lebih terperinciG. RENCANA TINDAK LANJUT
G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,
Lebih terperinciLaporan Program (Periode Juni 2012)
Laporan Program (Periode Juni 2012) I. Pendahuluan Banyak hal telah kami capai pada bulan ke-7 di tahun ini terkait pada program konservasi mangrove di Krakatoa Nirwana Resort (KNR), Merak Belantung, Lampung
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciPolicy Paper. Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah Telah Menjadi Solusi Bagi Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Lestari?
Policy Paper Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah Telah Menjadi Solusi Bagi Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Lestari? (Analisa kebijakan tingkat lokal dari aspek problem structuring) Ni
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)
PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) Proses Penyusunan Rencana Program Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di tingkat Desa Tonjong
Lebih terperinciDesa Semoyo merupakan salah satu desa di Kec. Pathuk kab. Gunung Kidul.
Oleh Mugi Riyanto Kelompok Serikat Petani Pembaharu (SPP) dan Gapoktan Desa Kawasan Konservasi Semoyo. Alamat : Dusun Salak Desa Semoyo, Pathuk Kab. Gunung Kidul Desa Semoyo merupakan salah satu desa di
Lebih terperinciSelamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat
Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat Denny Antyo Hartanto, S.Sn., M.Sn. Abstract Banyak orang tidak mengetahui tentang benda cagar budaya. Cagar budaya ada banyak hal dan ragamnya, tetapi
Lebih terperinciBAB VI F. ANALISA KRITIS
BAB VI F. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritis ini akan mengulas hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan serta dibagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan.
Lebih terperinciBAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS
BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam berupa hutan merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai sangat strategis. Meskipun sumberdaya alam ini termasuk kategori potensi alam
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM
LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PELATIHAN PEMANFAATAN TIM PADA WANITA USIA SUBUR GUNA MENURUNKAN AKI DAN AKB DI DESA TEMBOK KIDUL KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL BIDANG
Lebih terperinciSemiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)
(TOR) Term of Reference Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut) 1. Latar Belakang Tingginya tingkat perburuan dan perdagangan satwa liar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial
Lebih terperinciShared Resources Joint Solutions
Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi
Lebih terperinciD. Kegiatan Kampanye
D. Kegiatan Kampanye Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tapi juga berbagai sasaran SMART yang telah disetujui dalam rencana proyek awal, dan dalam kerangka waktu dan fungsi
Lebih terperinciKebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat
Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat Wisma Cinta Alam, Balai Taman Nasional Bali Barat, Gilimanuk Sabtu, 17 Oktober 2009 Yayasan
Lebih terperinciG. RENCANA TINDAK LANJUT
BAB VII G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi atau pengertian tentang hutan menurut Dengler (1930) dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon atau tumbuhan berkayu lainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pengelolaan hutan oleh masyarakat lokal Indonesia di beberapa tempat telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena
Lebih terperinciORANGUTAN PELIHARAAN DI KALIMANTAN BARAT, MASALAH DAN SOLUSINYA.
ORANGUTAN PELIHARAAN DI KALIMANTAN BARAT, MASALAH DAN SOLUSINYA. Orangutan adalah salah satu jenis satwa liar yang paling dilindungi di Indonesia. Pada kenyataannya, tidak terlindungi dari tindak kekejaman
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan
Lebih terperinciKERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)
KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) Oleh : Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Jefferson Situmorang Valeriana Darwis PUSAT ANALISIS SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan
Lebih terperinciModul Pelatihan. Pelatihan Manajemen PIK dan SMS Gateway
Modul Pelatihan. Pelatihan Manajemen PIK dan SMS Gateway A. Latar Belakang PIK B. Deskripsi PIK C. Tujuan Pelatihan D. Materi Pelatihan a. Manajemen PIK b. Penggunaan SMS Gateway E. RTL A. Latar Belakang
Lebih terperinci21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,
21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010
LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari pengelolaan taman nasional adalah untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan menyediakan jasa ekosistem. Sebuah taman nasional memegang peranan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di sekitar hutan memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan keberadaan hutan disekitarnya, pemanfaatan hutan dan hasil hutan oleh masyarakat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimiliki di Indonesia adalah hutan. Pembukaan hutan di Indonesia merupakan isu lingkungan yang populer selama dasawarsa terakhir
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber kehidupan manusia dimana fungsi hutan adalah sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen untuk keberlanjutan hidup umat manusia
Lebih terperinciKKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI IV Kampus Pusat Universitas Teknologi Yogyakarta Yogyakarta, 5 April 2007 --- ISBN 978-979-1334-20-4 PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN
Lebih terperinciMELANJUTKAN PERUBAHAN: BELAJAR DARI PENGGERAK KONSERVASI AKAR RUMPUT
Terms of Reference MELANJUTKAN PERUBAHAN: BELAJAR DARI PENGGERAK KONSERVASI AKAR RUMPUT HASIL AKHIR KAMPANYE PRIDE ANGKATAN KE-3 DI 10 SITE DI INDONESIA DAN 1 SITE DI MALAYSIA Hotel Santika Bogor, 9 Agustus
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang
Lebih terperinciSTRATEGI TINDAK LANJUT
VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan
Lebih terperinciPT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000
Lebih terperinciDana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya
Dana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya Salam sejahtera, Kabar dari: Tim Pengelolaan Hutan Bersama No. 16, Agustus 2003. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang berbahagia, kita berjumpa lagi dalam seri kabar
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. IUPHHK. Hutan Tanaman Rakyat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN
Lebih terperinciPost Disaster Management Sebuah Pembelajaran dari Desa Sekoci, Besitang, Langkat
Post Disaster Management Sebuah Pembelajaran dari Desa Sekoci, Besitang, Langkat BENCANA sejak awal adalah sesuatu yang tak bisa ditebak. Itu adalah salah satu wujud keesaan Tuhan dalam perspektif religiusitas.
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)
JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan aset nasional, bahkan aset dunia yang harus dipertahankan keberadaannya secara optimal. Menurut Undang-Undang No.41 Tahun
Lebih terperinciDINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Kode 00 NON URUSAN 00 00 PROGRAM SETIAP SKPD 00 00 0 PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN 00 00 0 00 Penyediaan Jasa Surat Menyurat Tersedianya pengadaan meterai dan
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN MENANAM POHON BELITUNG TIMUR PELANGI
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN MENANAM POHON BELITUNG TIMUR PELANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com
Lebih terperinci2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan
Lebih terperinci2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,
Lebih terperinciSTRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN
STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT
Lebih terperincikelimpahan air dalam jangka pendek. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka sumber air yang ada saat ini tidak mampu mendukung kehidupan
VI. PEMBAHASAN Hasil kegiatan kampanye Pride di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing merupakan rangkaian kegiatan mulai perencanaan dengan mengetahui masalah, mencari solusi, memetakan kekuatan dan kekurangan
Lebih terperinciPelatihan Pembuatan Bonsai Bokabu dari Oleana Syzygium Khas Borobudur untuk Peningkatan Nilai Ekonomi Tanaman
Pelatihan Pembuatan Bonsai Bokabu dari Oleana Syzygium Khas Borobudur untuk Peningkatan Nilai Ekonomi Tanaman Evtah Riskina 1*, Evti Riskina 2, Dhika Dwi Saputra 3, Fajar Ardi Saputra 4, Aisah Widyaningsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara
Lebih terperinciVI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat
73 VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT 6.1. Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Hutan sebagai asset dan modal pembangunan nasional memiliki potensi dan
Lebih terperinciLaporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011
Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort 3 metamorfosa)
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI
Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM
VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSecara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:
PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan
Lebih terperinciTerms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya
Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam
Lebih terperinciStrategi rehabilitasi hutan terdegradasi
Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciTOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON
TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Jl. Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan Pandeglang Banten 42264 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi
136 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Pengembangan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser memiliki peran yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi Sumatera Utara dan NAD
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 106 Tahun 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS UNTUK GERAKAN REHABILITASI LAHAN KRITIS TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinci13/05/2014. SRI SUHARTI PUSKonseR
SRI SUHARTI PUSKonseR 1 - IND MERUP PRODUSEN GAHARU TERBESAR DI DUNIA - MANFAAT GAHARU MAKIN BERAGAM - PERMINTAAN GAHARU TERUS HARGA GAHARU - TINGGINYA PERMINTAAN GAHARU BELUM DAPAT DIPENUHI KARENA KEKURANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuhtumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di
Lebih terperinci