BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Melawi merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten Sintang sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 135/1213/SJ tanggal 21 Mei 2004 perihal Pedoman Teknis Pelaksanaan 13 (tiga belas) Undangundang tentang pembentukan 24 (dua puluh empat) kabupaten, dimana Kabupaten Melawi merupakan salah satu dari 24 kabupaten baru yang dibentuk oleh pemerintah. Dasar pembentukan Kabupaten Melawi adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat. Secara astronomis, Kabupaten Melawi terletak di 0 07' ' Lintang Selatan dan ' ' Bujur Timur dan secara administratif, batas wilayah sebelah utara dan timur adalah Kabupaten Sintang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Sementara sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang. Kabupaten Melawi memiliki wilayah administrasi seluas ,80 km2 yang didominasi wilayah perbukitan dengan luas 8.818,70 km2 atau 82,85 persen dari luas keseluruhan. Pada tahun 2010, penduduk Kabupaten Melawi berjumlah jiwa. Jumlah penduduk ini relatif sedikit jika dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Barat. Namun demikian, bukan berarti secara otomatis Kabupaten Melawi terbebas dari permasalahan kependudukan kedepannya. Jika hal tersebut dibiarkan, tentunya akan mengganggu pelaksanaan program pembangunan yang tengah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Melawi, mengingat perkembangan jumlah penduduk tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas), namun akibat perpindahan penduduk (migrasi). Sebagai wilayah pemekaran, faktor migrasi turut menyumbang perubahan jumlah penduduk di Kabupaten Melawi. Tidak sedikit pendatang yang bermigrasi ke wilayah ini yang berasal dari provinsi lain, ataupun dari kecamatan dalam satu kabupaten. Umumnya mereka datang dan tinggal di Melawi karena alasan mencari pekerjaan. Namun demikian, seringkali mereka datang tanpa berbekal kemampuan 1

3 yang memadai, sehingga banyak yang tidak terserap ke pasar kerja. Akibatnya tidak sedikit yang menjadi pengangguran dan tidak memiliki penghasilan, sehingga menambah angka kemiskinan di Kabupaten Melawi. BPS Kabupaten Melawi mencatat jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 sebesar 13,7 persen dari total penduduk. Selain itu, data Melawi dalam Angka 2014 menyebutkan bahwa kepadatan penduduk di kabupaten ini masih berkisar 18 jiwa/km 2, atau dibawah kepadatan penduduk provinsi yang mencapai 32 jiwa/km 2. Kecamatan Nanga Pinoh merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi dimana tiap km 2 -nya dihuni oleh 73 jiwa, sementara Kecamatan Sokan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah yang hanya dihuni 10 jiwa/km 2. BPS Melawi juga mencatat adanya peningkatan angkatan kerja yang menganggur pada tahun 2012 sampai dengan 2013, yakni dari menjadi Dengan demikian, meski jumlah penduduknya masih rendah, namun jika ditambah dengan angka pengangguran yang cukup tinggi, hal tersebut dapat mendorong kepada munculnya permasalahan yang tidak diinginkan, mengingat pengangguran merupakan masalah pokok yang banyak ditemui dalam masyarakat modern. Tingkat pengangguran tinggi tentunya akan berakibat pada terbuangnya sumber daya secara percuma dan menjadikan tingkat pendapatan masyarakat merosot. Tingginya angka pengangguran menunjukkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan belum berjalan secara maksimal. Selain itu, hal lain juga terlihat dari rendahnya kualitas tenaga kerja serta belum luasnya lapangan dan kesempatan kerja yang tersedia, khususnya diluar sektor pertanian. Disamping itu, belum terpadunya sistem informasi dan bursa tenaga kerja, dan program pengembangan tenaga kerja pemuda mandiri serta peningkatan kualitas tenaga kerja belum sepenuhnya berkembang dan membuahkan hasil secara optimal. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Melawi termasuk tinggi jika dibandingkan pertumbuhan rata-rata Provinsi Kalimantan Barat. Pertumbuhan ekonomi di Melawi mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, meskipun struktur perekonomian tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Secara kasat mata, pertumbuhan ekonomi yang baik ini ditandai oleh banyaknya kendaraan pribadi di Kabupaten Melawi. Data Samsat Kabupaten Melawi menyebutkan bahwa pada tahun 2013 terdapat penambahan unit sepeda motor dan 114 mobil penumpang. Angka ini menurun sekitar satu persen dari tahun sebelumnya yang mencapai unit sepeda motor 2

4 dan 90 mobil penumpang. Sementara itu, pada 2011 tercatat penambahan sepeda motor sebanyak unit dan mobil penumpang sebanyak 100 kendaraan. Jika diperhatikan dari panjang jalan yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Melawi melalui Dinas Pekerjaan Umum, peningkatannya tidak terlalu signifikan. Sampai tahun 2013, panjang jalan di Wilayah Kabupaten Melawi tercatat 1.509,95 km, yang didominasi oleh jalan rusak berat dan hanya 102,48 km saja jalan berkondisi baik. Status jalan yang ada di Kabupaten Melawi berkelas III dengan pengelolaan terbesar oleh kabupaten dengan mayoritas kondisi jalan masih berupa jalan tanah. Jumlah penambahan kendaraan bermotor pada tahun 2013 mengalami penurunan hampir satu persen dari 2012, penurunan jumlah paling banyak adalah sepeda motor dan bis. Sementara kenaikan jumlah kendaraan terjadi pada mobil penumpang dan mobil barang. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa meskipun Pemerintah Kabupaten Melawi terus berusaha memperbaiki dan memperlebar jalanjalan yang ada, jalanan dengan kondisi baik di wilayah ini tidak akan dapat menampung jumlah kendaraan yang semakin banyak akibat semakin banyaknya jumlah penduduk. Berbagai alasan inilah yang melatarbelakangi perlunya dibuat suatu perencanaan program pembangunan yang sensitif terhadap penduduk, dinamika dan indikator-indikator kependudukan. Merencanakan pembangunan sebuah wilayah yang ideal tentunya tidak mudah, sebab dalam sebuah perencanaan tidak hanya memikirkan satu aspek saja, namun mempertimbangkan berbagai aspek. Dengan begitu banyaknya aspek yang saling terkait, maka perlu dilakukan kajian pengembangan sebuah wilayah yang mempertimbangkan berbagai aspek yang senantiasa muncul dan berkembang secara dinamis dalam kehidupan masyarakat yang bermuara pada persoalan kependudukan. Aspek yang perlu dipertimbangkan adalah aspek kuantitas penduduk, kualitas penduduk, pembangunan keluarga, mobilitas penduduk, dan terakhir adalah aspek kebutuhan sarana dan prasarana penduduk serta data basis kependudukan. Inti dari perencanaan adalah bagaimana mengantisipasi masa depan berdasarkan tujuan yang ditetapkan dengan melakukan persiapan yang didasarkan data dan informasi yang tersedia saat ini. Sebuah perencanaan pembangunan yang baik tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dalam penyusunan sebuah perencanaan pembangunan suatu daerah, data berperan penting karena menjadi titik sentral dan titik awal (starting point) sebagai pedoman atau petunjuk untuk penyusunan berbagai strategi pembangunan yang akan dijalankan, sekaligus merupakan titik 3

5 akhir (ending point) dari pencapaian sebuah target pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, akurasi sebuah perencanaan pembangunan memerlukan dukungan data sebagai sumber informasi untuk menyusun sebuah Perencanaan Pembangunan Daerah yang baik. Penyusunan rencana pembangunan Kabupaten Melawi memerlukan data-data terkait, agar perencanaan pembangunan dapat disusun dengan tepat, dapat dilaksanakan dengan baik dan mampu mencapai apa yang telah ditetapkan sebelumnya dengan efisien, efektif dan optimal. Terkait dengan penataan dan pengelolaan pembangunan bidang kependudukan dan pencatatan sipil, keluarga berencana (KB) serta keluarga sejahtera telah menjadi salah satu urusan pemerintahan yang wajib dilakukan oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun Pelayanan dasar meliputi kesehatan, pendidikan dasar, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar. Menata dan mengelola penduduk secara integratif dengan seluruh unsur yang terkait dengannya merupakan proses pengubahan (transformasi) penduduk dari beban pembangunan menjadi asset pembangunan yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya menata dan mengelola penduduk adalah melalui pengendalian kuantitas penduduk. Sasaran pengendalian kuantitas penduduk ini tertuju pada variabel-variabel yang terkait erat dengan perubahan kuantitas penduduk. Agenda pengendalian kuantitas penduduk jangka panjang ( ) disusun dalam suatu Rancangan Induk (Grand Design) Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten Sekadau. Penyusunan rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk ini disesuaikan dengan kondisi eksisting Kabupaten Melawi, seperti: 1. Kabupaten Melawi dihuni penduduk yang jumlahnya relatif sedikit (kurang) dibanding luas wilayah, dengan persebaran yang tidak merata. 2. Penduduk Kabupaten Melawi tergolong umur muda dan potensial untuk meningkatkan tingkat fertilitas dengan angka sex ratio melebihi Dasar Hukum Berbagai landasan hukum yang mendasari pelaksanaan Rancangan Induk Pengendalian Kuantitas Penduduk dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945, terutama pasal 26 ayat (3); 4

6 b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) ; f. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; g. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional; h. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan; i. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; j. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kalimantan Barat , sebagai revisi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kalimantan Barat ; k. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Barat ; l. Peraturan Daerah Kabupaten Melawi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Melawi Tahun Kondisi Saat Ini Ditinjau dari sisi kependudukan, Kabupaten Melawi memiliki karakteristik yang berbeda dibanding kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah penduduk Melawi relatif sedikit dibanding kabupaten/kota lain di Kalimantan Barat, dengan kepadatan penduduk yang masih rendah dan didukung persebarannya yang tidak merata. Sementara itu, kepadatan penduduk Kabupaten Melawi tercatat terus beranjak naik dari tahun ke tahun. Hasil Sensus Penduduk 2010 menyebutkan bahwa kepadatan penduduk Kabupaten Melawi sebesar 17 jiwa/km 2 dan dalam waktu tiga tahun terakhir (tahun 2013), kepadatan penduduk Kabupaten Melawi mengalami penambahan satu jiwa per km2 menjadi 18 jiwa/km 2. Namun demikian, kondisi kepadatan ini masih jauh dibawah 5

7 kepadatan rata-rata Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai 30 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Melawi, 2014). Gambar 1.1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Melawi Tahun (Jiwa/km2) Sumber: Dibuat berdasar data BPS Kabupaten Melawi, 2014 Selain itu, BPS Melawi mencatat tren peningkatan laju pertumbuhan penduduk (LPP) selama tahun Hal yang wajib menjadi perhatian adalah kenyataan meningkatnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Melawi dari 1,53% per tahun pada periode , menjadi 1,8% per tahun pada periode , dan meningkat pada periode menjadi 1,82% (tertinggi di Kecamatan Nanga Pinoh yakni 4,37% per tahun). Banyaknya jumlah penduduk usia produktif di Melawi, ditambah dengan meningkatnya LPP dapat menyebabkan penduduk Kabupaten Melawi semakin padat. Apabila hal tersebut tidak diwaspadai dan diantisipasi, dikhawatirkan lingkungan Kabupaten Melawi tidak mampu lagi menampung dan mendukung kebutuhan penduduk. Namun demikian, ada hal menarik yang terjadi di Melawi dimana LPP negatif dialami oleh Kecamatan Belimbing Hulu yakni sebesar (-0,81) persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk tersebut menandakan bahwa telah terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Kekhasan lain terlihat dari komposisi penduduk Kabupaten Melawi yang didominasi oleh penduduk usia produktif (15-64 tahun) yakni 67,2 persen, sementara kelompok usia 14 tahun ke bawah tercatat mencapai 29,8 persen, sisanya kelompok 65 tahun keatas. Hal tersebut terjadi karena banyaknya pendatang dari kabupaten/kota lain, bahkan dari provinsi lain yang masuk ke Kabupaten Melawi dengan alasan untuk melanjutkan sekolah ataupun bekerja. Perpindahan karena alasan sekolah dan bekerja ini sekaligus merupakan penyebab tingginya kepadatan 6

8 penduduk di Kabupaten Melawi terutama di kecamatan yang menjadi pusat pemerintahan (BPS Kab. Melawi, 2014). Gambar 1.2. Piramida Penduduk Kabupaten Melawi Tahun 2013 Sumber: Dibuat berdasar data BPS Kabupaten Melawi, 2014 Gambar 1.2. menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia tahun jauh lebih banyak dibanding jumlah penduduk pada kelompok umur dibawah maupun diatas tahun. Piramida penduduk tersebut juga menggambarkan terjadinya peningkatan jumlah kelahiran pada rentang waktu 5 sampai 9 tahun yang lalu, sehingga jumlah penduduk usia 5-9 tahun melebihi jumlah penduduk usia tahun. Artinya pada rentang tahun terjadi peningkatan jumlah kelahiran. Namun demikian, pada kelompok usia 0-4 tahun, jumlahnya lebih banyak dibandingkan kelompok umur diatasnya. Hal tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi peningkatan kelahiran di Kabupaten Melawi selama periode Kondisi ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk merencanakan dan membatasi jumlah anak agak menurun, sehingga cenderung menggunakan alat atau obat kontrasepsi (alokon) jangka pendek yang rawan mengalami kegagalan. Buku Melawi dalam Angka 2014 mencatat jumlah akseptor baru pemakai alat kontrasepsi khususnya alat kontrasepsi jangka panjang (IUD, IMP) terus mengalami penurunan, sementara untuk Pil jumlahnya terus meningkat. Namun demikian, secara keseluruhan untuk peserta KB aktif jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, peserta aktif IUD tercatat sebanyak aksepstor, meningkat 7

9 menjadi pada tahun 2012, dan meningkat menjadi peserta tahun Demikian juga pada metode kontrasepsi lainnya, kecuali pada Metode Operasi Pria (MOP) dimana angka cenderung stagnan. Tingkat pemakaian kontrasepsi tahun 2013 tercatat sebesar 88,775, meningkat sekitar 8% dari tahun Sementara itu, tingkat pemakaian kontrasepsi pada tahun 2011 masih berkisar 74,77%. Kondisi tersebut juga mengisyaratkan meningkatnya kinerja pemerintah, khususnya Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencanan (BPPPAKB) Kabupaten Melawi dalam menggalakkan Program Keluarga Berencana yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk Kabupaten Melawi dari segi kelahiran (fertilitas). Angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) Kabupaten Melawi berdasar Susenas 2013 adalah yang terendah di Provinsi Kalimantan Barat yakni sebesar 1,91, artinya setiap perempuan di Kabupaten Melawi pada tahun 2013 rata-rata melahirkan 2 orang anak selama masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung. Sementara itu, berkaitan dengan banyaknya kelahiran per kelompok umur ibu (Age Specific Fertility Rate atau ASFR) di Kabupaten Melawi, Susenas 2013 mencatat bahwa puncak jumlah kelahiran terjadi pada ibu-ibu dalam kelompok umur tahun (153 kelahiran), disusul kelompok umur (78 kelahiran). Sedangkan jumlah kelahiran pada kelompok umur tahun terbilang rendah, yakni 13 kelahiran pada setiap 1000 orang perempuan usia tahun di Kabupaten Melawi. Keberhasilan pemerintah dalam mengatur dan mengendalikan kelahiran di kota ini berakibat pada menurunnya jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun). Hal ini secara langsung berimbas pada menurunnya rasio ketergantungan penduduk muda yang pada akhirnya mendukung terjadinya bonus demografi di suatu wilayah. Bonus demografi terjadi pada saat rasio ketergantungan di suatu wilayah sangat rendah yakni kurang dari 50 dan mencapai puncaknya pada saat rasio ketergantungan sebesar 45. Pada saat itu, setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) hanya menanggung 45 penduduk usia nonproduktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Data BPS Kabupaten Melawi menunjukkan bahwa prosentase penduduk usia produktif di Kabupaten Melawi jauh lebih besar dibanding prosentase penduduk usia 8

10 nonproduktifnya, baik yang usia muda maupun lansia. BPS Kabupaten Melawi mencatat prosentase penduduk usia produktif di Kabupaten Melawi pada tahun 2013 adalah sebesar 67,2%, penduduk muda sebanyak 29,8%, dan penduduk lansia sebanyak 3%. Data tersebut mengindikasikan bahwa rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Melawi pada tahun 2013 masih sebesar 48,8. Artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Melawi pada tahun 2013 menanggung 49 penduduk usia nonproduktif, dimana 44 orang berusia 0-14 tahun dan 5 orang lansia (65 tahun keatas). Dengan kata lain, Kabupaten Melawi saat ini tengah memasuki bonus demografi. Kenyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Wahyudi dan Luthfi (2013) yang memproyeksikan bahwa Kabupaten Melawi akan mengalami bonus demografi sekitar tahun 2020 hingga tahun 2035 mendatang (Proyeksi penduduk yang dibuat berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010). Kenyataan ini merupakan kekhasan yang dimiliki Kabupaten Melawi dibanding kabupaten/kota lainnya, dimana Kabupaten Melawi merupakan kabupaten yang relatif lama mengenyam bonus demografi (selama 15 tahun). Seiring dengan kegiatan pembangunan di Kabupaten Melawi terjadi perubahan fungsi lahan, dengan beralihfungsinya hutan menjadi perkebunan, dan kawasan pemukiman. Pengelolaan secara lestari hutan dan sumber daya alam lainnya merupakan salah satu tantangan besar bagi kabupaten ini. Seperti diketahui bahwa Kabupaten Melawi merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat dengan daerah berhutan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi serta memberikan jasa lingkungan bagi masyarakatnya. Selain itu, ancaman utama untuk sistem sungai yang melalui Kabupaten Melawi adalah pencemaran seperti erosi tanah, sedimentasi, pupuk kimiawi, limbah ternak, limbah pabrik dan rumah tangga, penggerusan yang diakibatkan oleh pengambilan batu dan kerikil dari sungai dan penurunan debit air akibat kerusakan daerah tangkapan air. Banyak sungai dan anak-anak sungai kecil di Kabupaten Melawi, yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan debitnya airnya pun cukup bagus walau musim kemarau. Meskipun pada musim kemarau penduduk Kabupaten Melawi relatif tidak mengalami kekurangan dalam hal air bersih, namun seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk maka 9

11 kebutuhan akan air bersih pun tentunya akan semakin meningkat. Pameo bahwa Kabupaten Melawi tidak memerlukan program pengendalian jumlah penduduk sangat mudah dipatahkan dengan kenyataan ini. Pemerintah Kabupaten Melawi harus dan wajib mengendalikan kuantitas penduduk atau harus siap menyandang beban berat dikarenakan besarnya jumlah penduduk di masa mendatang. Fakta bahwa Kabupaten Melawi tengah menghadapi bonus demografi membawa tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Melawi (diperkirakan tahun 2020). Pemerintah Kabupaten Melawi diwajibkan menyediakan lapangan kerja dan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi kelompok usia produktif agar dapat terserap dalam pasar kerja atau mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Banyaknya penduduk usia produktif yang tidak terserap ke dalam pasar kerja atau tidak mampu menciptakan lapangan kerja akan menjadi beban bagi Pemerintah Kabupaten Melawi. Banyaknya pengangguran secara tidak langsung akan meningkatkan angka kriminalitas di Kabupaten Melawi. Pada tahun 2013, BPS Kabupaten Melawi mencatat jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sebanyak orang. Dari jumlah tersebut bagian yang aktif dalam kegiatan ekonomi atau yang disebut sebagai Angkatan Kerja berjumlah orang, yang berarti TPAK Melawi sebesar 76,79 persen. Sementara itu, dilihat menurut tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang masih menganggur dengan jenjang berpendidikan SD ke bawah tercatat sebanyak orang, disusul mereka yang berpendidikan SLTA keatas sebanyak orang. Artinya 33,8 persen diantara jumlah pengangguran di Melawi merupakan pengangguran terdidik. Kondisi tersebutlah yang perlu diantisipasi khususnya oleh pemerintah Kabupaten Melawi. Penting untuk memberikan pembekalan dan keahlian kepada para lulusan SMA sederajat agar tatkala mereka tidak ingin melanjutkan sekolah karena berbagai alasan, mereka tetap mempunyai kompetensi kerja, sehingga dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan. Kenyataan lain yang perlu mendapat perhatian adalah posisi Kabupaten Melawi dalam hal Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Meskipun IPM Kabupaten Melawi menempati urutan ke-6 diantara 14 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat (69,86 pada tahun 2013 dan 69,39 pada tahun 2012), bukan berarti tidak diperlukan adanya pengendalian kuantitas penduduk di Kabupaten Melawi. Pengendalian 10

12 penduduk digunakan untuk membantu Pemerintah Kabupaten Melawi dalam meningkatkan kualitas penduduk Kabupaten Melawi secara optimal dengan sumber daya yang ada. Pengendalian kuantitas penduduk merupakan suatu upaya menata dan mengelola penduduk untuk mengubah penduduk dari beban pembangunan menjadi aset pembangunan yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, sehingga kesejahteraan masyarakat Kabupaten Melawi dapat terwujud. Selain komponen fertilitas, pengendalian kuantitas penduduk tidak lepas dari komponen mortalitas (kematian) dan migrasi atau mobilitas penduduk (perpindahan dan persebaran penduduk). Ahli demografi menyatakan bahwa pada saat angka kematian bayi tinggi, maka orang tua cenderung untuk memiliki lebih banyak anak. Sedangkan disaat kondisi kesehatan makin membaik dan anak memiliki peluang yang lebih besar untuk hidup, dengan kata lain angka kematian bayi rendah, orangtua mulai membatasi jumlah anak yang dilahirkan. Para demografer juga menyatakan bahwa penduduk pendatang cenderung memiliki anak yang lebih sedikit dibanding penduduk asli. Melawi Dalam Angka 2014 mencatat Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Melawi sebanyak 27 kasus kematian bayi dimana Kecamatan Tanah Pinoh Barat menduduki kasus kematian bayi terbanyak yakni 7 kasus. Angka Kematian Bayi (AKB) berbanding terbalik dengan Usia Harapan Hidup (UHH). Semakin rendah AKB, maka UHH semakin tinggi; dan sebaliknya, semakin tinggi AKB, maka UHH semakin rendah. UHH Kabupaten Melawi berdasar perhitungan BPS Kabupaten Melawi pada tahun 2013 adalah 67,40 tahun. Selain mencatat Angka Kematian Bayi, Melawi Dalam Angka juga mencatat Angka Kematian Ibu, baik kematian ibu hamil maupun kematian ibu bersalin. Tercatat 4 kasus kematian ibu dengan proporsi terbesar pada kematian ibu hamil yakni 3 kasus, disusul kematian ibu bersalin satu kasus. Sementara itu, kasus kematian ibu nifas tercatat nihil. Persebaran penduduk di Kabupaten Melawi boleh dibilang tidak merata. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketimpangan kepadatan penduduk di tiap kecamatan. Persebaran penduduk yang tidak merata disertai tingginya kepadatan penduduk di Kabupaten Melawi dapat menjadi kendala dalam proses pembangunan Kabupaten Melawi. Penyebaran penduduk yang tidak merata dan terpencar-pencar 11

13 dalam kelompok yang kecil terutama di daerah pedalaman, akan menyulitkan kegiatan pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan yang optimal sehingga menyebabkan kesenjangan pembangunan antar daerah di kabupaten tersebut. Ketidakmerataan persebaran penduduk dikhawatirkan akan menjadi salah satu penyebab kesenjangan pembangunan kualitas manusia. Sebagai konsekuensinya, pembangunan daerah Kabupaten Melawi saat ini menuju pembangunan yang akan datang (2035) diperhadapkan pada masalah kuantitas dan kualitas penduduk yang masih rendah, serta persebaran penduduknya yang tidak merata. Hal ini tentunya membawa implikasi serius terhadap proses pembangunan sosial, ekonomi dan juga perencanaan wilayah/tata ruang. Berdasarkan fakta inilah yang juga mendasari Kabupaten Melawi terus melakukan terobosan dan berbagai upaya demi tercapainya visi dan misi pembangunan daerah terutama terkait dengan pembangunan kependudukan Kondisi Yang Diinginkan Ketimpangan persebaran penduduk di Kabupaten Melawi sangat menghambat proses pembangunan, karena itu sangat penting melaksanakan redistribusi penduduk bagi seluruh wilayah Kabupaten Melawi. Dari sudut manapun, program redistribusi penduduk ini mempunyai nilai yang sangat penting. Dari segi ekonomi, program redistribusi penduduk berarti menyediakan tenaga kerjaa derta ketrampilan baik untuk perluasan produksi di daerah-daerah maupun pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, akan timbul integrasi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, baik lingkup kabupaten maupun kecamatan. Ditinjau dari aspek ideology, redistribusi penduduk berfungsi untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Dari aspek politik, hal ini merupakan alat penunjang pembauran etnik, mempersempit kesenjangan kelas dan wilayah, serta dapat meningkatkan hubungan antar kelompok. Dilihat dari segi pertahanan keamanan, redistribusi penduduk juga dinilai dapat mewujudkan terciptanya sistem pertahanan keamana rakyat semesta. Terhadap sumber daya alam, redistribusi penduduk dianggap dapat meningkatkan pengamanan dan sekaligus pemanfaatannya. Perkembangan penduduk di suatu daerah bisa menjadi potensi sekaligus permasalahan bagi daerah tersebut. Permasalahan yang paling esensial adalah berkaitan dengan penyebaran penduduk 12

14 yang tidak merata, kualitas penduduk yang masih rendah, penyediaan lapangan usaha serta penyediaan bahan pangan. Kondisi kependudukan yang ingin diwujudkan di Kabupaten Melawi adalah terjadinya distribusi penduduk antar kecamatan. Namun demikian, hal tersebut tetap diiringi dengan semakin berkurangnya angka kelahiran dan kematian, sehingga tercapai penduduk stabil dan antisipasi pertambahan penduduk melalui migrasi masuk. Hal tersebut dikarenakan kondisi ibu kota Kabupaten Melawi sebagai daerah dengan angka migrasi masuk yang cukup tinggi dari wilayah kecamatan. Sebagai bagian dari wilayah provinsi yang sedang berkembang, Kabupaten Melawi mencapai penurunan angka mortalitas yang sangat cepat tanpa didahului atau ditandai oleh pembangunan dan perbaikan bidang ekonomi. Diharapkan dengan adanya penurunan fertilitas dan mortalitas yang terjadi di Kabupaten Melawi, dapat diimbangi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Faktor yang sangat umum yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu daerah antara lain adalah angka kematian, angka kelahiran, dan angka migrasi (migrasi datang dan migrasi masuk). Kejadian ini biasa disebut dengan kejadian vital penduduk. Meningkatnya secara absolut jumlah dan persentase penduduk yang tinggal di perkotaan secara matematis juga berarti bahwa penurunan peluang terjadinya migrasi perdesaan ke perkotaan. Munculnya perkotaan baru, karena reklasifikasi yang diakibatkan modernisasi perdesaan juga menjadi pendorong terjadinya mobilitas ulang alik. Penduduk tidak perlu lagi pergi ke tempat yang jauh dan menetap di wilayah lain. Transportasi yang baik sangat berperan dalam meningkatkan arus ulang alik dan mengurangi migrasi (mobilitas permanen). Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan adalah tercapainya penduduk stabil dalam jumlah besar yang ditandai dengan bertambahnya penduduk melalui migrasi masuk dan berkurangnya angka kelahiran dan angka kematian. Dari kondisi tersebut, diharapkan TFR Kabupaten Melawi menurun menjadi 2,17 per wanita pada tahun 2020 dan selanjutnya diharapkan upaya peningkatan kualitas penduduk menjadi salah satu program prioritas pemerintah Kabupaten Melawi. 13

15 Menurut hasil proyeksi yang dilakukan, TFR Kabupaten Melawi tahun 2025 diperkirakan mencapai 2,05 dan selanjutnya turun menjadi 1,93 pada tahun Angka ini diharapkan akan tetap bertahan dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang. Selain itu, jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian, sehingga penduduk menjadi stasioner (tetap). Pencapaian TFR menjadi 2,05 pada tahun 2025 ini diperlukan guna mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), dengan Net Reproduction Rate (NRR) sebesar 1 per perempuan di Kabupaten Melawi pada tahun yang sama. Net Reproduction Rate (NRR) sama dengan satu berarti bahwa setiap perempuan di Kabupaten Melawi akan memiliki satu orang anak perempuan yang dapat bertahan hidup hingga usia yang sama dengan ibunya pada saat melahirkan anak tersebut, sehingga anak perempuan itu nantinya dapat menggantikan ibunya untuk melahirkan keturunan. TFR Kabupaten Melawi diharapkan terus menurun sampai sebesar 1,83 pada tahun 2035 dengan NRR dipertahankan pada posisi 1 anak perempuan per wanita. Perlu dicermati agar TFR dan NRR tidak terus menurun hingga di bawah 1,91 dan 1 supaya Kabupaten Melawi tidak mengalami fenomena yang terjadi di negaranegara maju. Negara-negara maju pada umumnya mengalami apa yang disebut population ageing (penduduk menua). Penduduk menua adalah suatu kondisi dimana proporsi penduduk lanjut usia (lansia) berkembang pesat sebagai akibat penurunan tingkat fertilitas. Kondisi penduduk menua mendatangkan masalah tersendiri bagi suatu negara sebagaimana yang dialami oleh Jepang dan negara-negara di Eropa seperti Italia, Finlandia, Swedia, dan Jerman. Kemudian diharapkan agar banyaknya kelahiran per kelompok umur ibu (Age Specific Fertility Rate atau ASFR) mengalami puncaknya pada kelompok umur yang telah matang, tahun dan tahun. Diharapkan agar remaja perempuan di Kabupaten Melawi dapat menunda pernikahan dan persalinan pada usia dini, sehingga jumlah kelahiran per perempuan usia tahun rendah. Hal tersebut penting mengingat banyak kajian yang menunjukkan akibat negatif dari persalinan di usia dini kurang dari 20 tahun terhadap ibu yang melahirkan, anak yang dilahirkan, dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Ichwanny & Gunawati, 2014; Wicaksono & Mardjan, 2014). 14

16 Selain itu, angka kematian di Kabupaten Melawi diharapkan terus menurun dan angka harapan hidup meningkat secara konsisten. Angka Kematian Bayi (AKB) di daerah ini diharapkan menurun menjadi 25,5 per kelahiran hidup pada tahun 2020, kemudian secara berlanjut menurun hingga menjadi 23 per kelahiran hidup pada tahun Seiring dengan menurunnya AKB, Usia Harapan Hidup (UHH) meningkat menjadi 70,2 tahun pada tahun 2020 dan mencapai 71,3 tahun pada tahun Permasalahan Untuk mengendalikan kuantitas dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Melawi adalah melalui Program Kependudukan dan Keluarga Berencana. Berdasarkan tiga faktor utama yang mempengaruhi kuantitas dan LPP (fertilitas, mortalitas dan migrasi), maka pelaksana utama program kependudukan dan KB (seharusnya) adalah Perwakilan BKKBN, Dinas Kesehatan dan Disnaker. Realitas yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini adalah terdapat perbedaan persepsi dan pemahaman tentang pentingnya program kependudukan dan KB bagi pembangunan berkelanjutan di daerah. Pemahaman yang beranggapan bahwa program kependudukan dan KB belum penting saat ini mengakibatkan kurangnya prioritas yang diberikan pemerintah kabupaten/kota terhadap masalah kependudukan dan keluarga berencana. Masih kurangnya perhatian dan prioritas dari pemerintah daerah ini tercermin dari lemahnya lembaga yang menangani masalah kependudukan dan KB, belum disediakannya tenaga yang memadai (terutama penyuluh KB di lapangan), serta kurang tersedianya sarana, prasarana dan anggaran yang cukup untuk pengelolaan program KB di daerah. Masalah utama dari upaya peningkatan kesehatan atau penurunan angka mortalitas antara lain berkaitan dengan masalah akses dan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk akibat dari kondisi geografis Kabupaten Melawi yang sangat luas dengan topografi yang terdiri dari daerah pegunungan dan bukit, sungai serta rawa. Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana transportasi dan telomunikasi juga turut menyulitkan petugas kesehatan untuk menjangkau daerah- daerah tersebut. Kendala utama dari persebaran penduduk di Kabupaten Melawi adalah ketidakseimbangan persebaran penduduk dan kepadatan antar kecamatan. Berdasarkan uraian terdahulu tentang persebaran penduduk bahwa penduduk lebih 15

17 banyak terkonsentrasi di Kecamatan Nanga Pinoh, sementara di kecamatan lain jumlah penduduknya masih relatif rendah. Jadi, inti penyebab terjadinya kesenjangan persebaran penduduk dan kepadatan penduduk antar kecamatan adalah adanya kesenjangan pembangunan antar daerah. Data menunjukan bahwa jumlah migrasi keluar dari Kabupaten Melawi pada tahun 2014 sebesar..orang, sedangkan jumlah migrasi masuk ke Kabupaten Melawi pada tahun yang sama hanya sebanyak.. orang. Hal tersebut disinyalir karena terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia di Kabupaten Melawi, sehingga menyebabkan penduduknya terdorong untuk mencari penghidupan dan pekerjaan ke daerah lain Tujuan Rancangan Induk Pengendalian Kuantitas Penduduk Rancangan Induk Pengendalian Kuantitas Penduduk ini dimaksudkan untuk: (a) Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk Kabupaten Melawi ; (b) Menjadi pedoman bagi penyusunan road map pengendalian kuantitas penduduk Kabupaten Melawi pada periode , , dan ; (c) Menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dan lintas sektor terkait dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan di Kabupaten Melawi. 16

18 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 2.1. Visi Visi Kabupaten Melawi yaitu Terwujudnya Masyarakat Melawi yang Cerdas, Dinamis, Aman, Adil, Sejahtera, dan Berkepribadian. Penjelasan isi visi adalah ingin mensinergikan dari berbagai kalangan (stakeholders), dan berbagai pihak yang berkepentingan. Secara lengkap Visi Kabupaten Melawi diuraikan sebagai berikut. a. Cerdas Cerdas merupakan kondisi dimana masyarakat memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Dengan demikian masyarakat dapat mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk perkembangan ekonomi. Tingkat kecerdasan tersebut ditandai oleh semakin membaiknya angka indikator pendidikan dan kesehatan, seperti meningkatnya APK, APM, meningkatnya rata-rata lama sekolah, menurunnya angka buta huruf, meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu melahirkan, dan lain-lain. b. Dinamis Dinamis merupakan upaya daerah ini untuk berinisiatif, inovatif, dan kreatif dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada mengatasi permasalahan daerah, sehingga mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan kabupaten lain yang telah maju, serta senantiasa mampu mengantisipasi setiap perkembangan dan tantangan yang ada. Dalam konteks ini, maka pembangunan infrastrukturnya harus semakin dipercepat, revitalisasi pertanian harus semakin baik, pengelolaan SDA dan Lingkungan hidup lebih optimal dan berkelanjutan, serta kualitas SDM aparatur semakin baik dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. c. Aman Aman merupakan kondisi daerah yang kondusif dan damai sehingga memberi kenyamanan bagi siapa saja yang tinggal, baik bagi mereka yang ada di Kabupaten Melawi maupun bagi mereka yang datang dari luar Kabupaten Melawi. Keamanan ini ditandai oleh tegaknya hukum, rendahnya angka kriminalitas, harmonisnya kehidupan antar etnis dan antar agama, dan terpeliharanya adat istiadat dan budaya. 17

19 d. Adil Adil merupakan kondisi daerah yang mampu memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh kecamatan dan seluruh masyarakat untuk menikmati hasil-hasil pembangunan dan untuk meningkatkan kompetensi dan keterlibatan dalam pelaksanaan pembangunan. Keadilan antara lain ditandai dengan rendahnya tingkat ketimpangan pendapatan dan semakin meratanya ketersediaan infrastruktur di semua kecamatan serta terbukanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya. e. Sejahtera Sejahtera atau Kesejahteraan merupakan tujuan dari sebuah pembangunan. Peningkatan kesejahteraan rakyat ditandai dengan meningkatnya perekonomian melalui pemanfaatan sumberdaya alam, pemberdayaan usaha-usaha produktif, dan penguatan ekonomi kerakyatan dengan memperhatikan potensi dan kemampuan masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kesejahteraan ditandai dengan semakin membaiknya tingkat perekonomian masyarakat serta terpenuhinya standar pelayanan dasar dibidang kesehatan dan pendidikan. f. Berkepribadian Berkepribadian merupakan kodisi dimana masyarakat memiliki sikap dan kebanggaan terhadap daerah sehingga tidak mudah terpengaruh pada ajakan dan peluang untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma, moral, dan etika serta tindakan yang dapat menodai kebanggaan atau bahkan mempermalukan daerah. Kondisi ini ditandai oleh terwujudnya tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa dengan dukungan pemantapan desentralisasi dan semangat otonomi daerah yang berasaskan tertib hukum dan demokrasi, meningkatnya kegiatan dan pemahaman agama dan kebudayaan, serta semakin mantapnya nasionalisme dan wawasan kebangsaan masyarakat Misi Sementara itu, Misi Kabupaten Melawi adalah: 18

20 1. Meningkatkan Kepribadian, Pekerti dan Kesalehan Masyarakat dengan memasukkan pendidikan budi pekerti pada jenjang pendidikan Dasar dan Menengah. 2. Meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan dan kesehatan serta adanya jaminan pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar dan menengah terutama bagi masyarakat kurang mampu. 3. Mengembangkan tata kelola Pemerintahan dan Pembangunan dengan melakukan reformasi birokrasi, transparansi serta Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah yang merata dinikmati oleh seluruh wilayah dan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Melawi. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik secara cepat, tepat dan murah. 5. Memperlancar mobilitas barang dan jasa serta memperkecil kesenjangan antara kecamatan dengan cara mendorong percepatan pembangun infra-struktur strategis baik fisik maupun non fisik. 6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian dan pertambangan yang menjamin perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. 7. Menekan angka kemiskinan dan pengangguran melalui skema pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat dan mempermudah akses dana bagi masyarakat miskin Kebijakan Terdapat tiga arah kebijakan yang dirumuskan dalam rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk, yaitu: (a) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui penetapan perkiraan angka fertilitas, mortalitas, dan migrasi penduduk; (b) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dimaksudkan agar kuantitas penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan; (c) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan tidak hanya pada tingkat kabupaten namun juga pada tingkat kecamatan secara berkelanjutan Tujuan 19

21 Tujuan utama dari rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut: a) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui rekayasa kondisi penduduk optimal yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi, pertumbuhan, serta persebaran penduduk; b) Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan, baik pada tingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan, melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian dan pengarahan mobilitas Sasaran Umum Pada hakekatnya, rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk mempunyai tiga sasaran pokok kuantitatif, yang mencakup fertilitas, mortalitas, dan persebaran penduduk. Sasaran fertilitas diarahkan pada pencapaian kondisi penduduk tumbuh seimbang (PTS) pada tahun 2020 yang ditandai dengan TFR sebesar 2,17 anak per wanita dan NRR sebesar 1,02 per wanita. Kondisi ini perlu secara konsisten diturunkan, sehingga diharapkan sejak tahun 2035, TFR mencapai 1,83 anak per wanita usia subur sedangkan NRR menjadi 0,87 per wanita. Apabila kondisi ini terus dipertahankan untuk waktu yang lama maka diharapkan akan tercapai kondisi penduduk stabil (stationer). Dari sisi mortalitas, angka kematian bayi diharapkan terus menurun sehingga pada periode tahun menjadi sekitar 22,5 kematian per 1000 kelahiran hidup kemudian terus menurun menjadi sekitar 16,9 per 1000 kelahiran hidup pada kurun waktu Dari aspek persebaran penduduk diharapkan akan terjadi persebaran yang lebih merata sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan pada masingmasing kecamatan. Persebaran penduduk yang merata diharapkan akan mempercepat penurunan TFR seiring dengan pemerataan pembangunan Ukuran Keberhasilan Keberhasilan dari rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk akan dilihat dari sejauh mana sasaran-sasaran kependudukan tersebut dapat dicapai pada setiap periode waktu. Misalnya pada indikator pemakaian kontrasepsi, angka 20

22 kelahiran total, Net Reproduction Rate, angka kelahiran kasar, laju pertumbuhan penduduk, serta jumlah penduduk. Termasuk juga didalamnya adalah sasaransasaran mortalitas seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup Strategi Pelaksanaan Strategi pelaksanaan dari rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk di tingkat kabupaten mencakup dua hal pokok, yaitu: (1) Menyangkut penyempurnaan regulasi yang terkait dengan upaya pengendalian kuantitas penduduk; dan (2) Melalui penyelesaian Peraturan Daerah dan regulasi ikutan sebagai penjabaran Undang- Undang Nomor 52 tahun Sementara, strategi pelaksanaan rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk pada tingkat kecamatan berkaitan dengan: (1) Implementasi kebijakan atau program yang berkaitan dengan komponen-komponen pengendalian kuantitas penduduk; dan (2) Pelaksanaan upaya pengendalian fertilitas, penurunan mortalitas, dan pengarahan mobilitas penduduk Alur Pikir Alur pikir pengendalian kuantitas penduduk dirumuskan dalam bagan berikut. Bagan 2.1. Alur Pikir Pengendalian Kuantitas Penduduk KONDISI SAAT INI INTERVENSI KONDISI YANG DIINGINKAN FERTILITAS TINGGI KEBIJAKAN FERTILITAS RENDAH MORTALITAS RENDAH STRATEGI MORTALITAS RENDAH VISI & MISI PKP* NET MIGRASI NEGATIF PROGRAM NET MIGRASI POSITIF *) PKP: Pengendalian Kuantitas Penduduk. Net Migrasi negatif berarti menambah jumlah penduduk (migrasi masuk lebih banyak dari migrasi keluar). 21

23 BAB III POKOK-POKOK PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK Pengendalian kuantitas penduduk Kabupaten Melawi dilakukan melalui pengaturan tiga komponen utama kependudukan: (1) Pengaturan fertilitas; (2) Pengaturan mortalitas; dan (3) Pengarahan mobilitas penduduk di Kabupaten Melawi. Pengendalian angka kelahiran sangat penting untuk mencapai penduduk tumbuh seimbang dan memanfaatkan window of opportunity atau yang sering disebut bonus demografi. Pengendalian angka kelahiran ini sekaligus merupakan langkah antisipatif dalam menghadapi penduduk menua (ageing population) yang lazim terjadi pasca bonus demografi Pengaturan Fertilitas Pengaturan fertilitas (kelahiran) dilakukan melalui Program Keluarga Berencana yang mengatur tentang: (1) Usia ideal perkawinan; (2) Usia ideal melahirkan; (3) Jarak ideal melahirkan; dan (4) Jumlah anak ideal yang diinginkan (BKKBN 2011). Kebijakan pengaturan fertilitas melalui Program Keluarga Berencana pada hakekatnya dilaksanakan untuk membantu pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan memenuhi hak-hak reproduksi yang berkaitan dengan: (1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan; (2) Penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu; (3) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan; (4) Peningkatan kesertaan KB pria; dan (5) Promosi pemanfaatan air susu ibu. Pengaturan fertilitas melalui Program Keluarga Berencana juga dilakukan dengan: (1) Peningkatan akses dan kualitas KIE dan pelayanan kontrasepsi di Kabupaten Melawi; (2) Larangan pemaksaan pelayanan KB karena bertentangan dengan HAM; (3) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama, budaya, etika, dan kesehatan; dan (4) Jaminan bagi ketersediaan kontrasepsi bagi penduduk miskin (BKKBN 2011) Penurunan Mortalitas Penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka kematian ini 22

24 diprioritaskan kepada upaya: (1) Penurunan angka kematian ibu hamil; (2) Penurunan angka kematian ibu melahirkan; (3) Penurunan angka kematian pasca melahirkan; dan (4) Penurunan angka kematian bayi dan anak (BKKBN 2011 & Kemenkokesra 2012). Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Melawi dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dan norma agama. Disamping itu, upaya penurunan angka kematian difokuskan pada: (1) Kesamaan hak reproduksi pasangan suami istri (pasutri); (2) Keseimbangan akses dan kualitas KIE dan pelayanan; (3) Pencegahan dan pengurangan resiko kesakitan dan kematian; dan (4) Partisipasi aktif keluarga dan masyarakat (BKKBN 2011) Pengarahan Mobilitas Penduduk Kabupaten Melawi Pengarahan mobilitas penduduk bertujuan untuk mewujudkan persebaran penduduk optimal yang didasarkan pada keseimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan. Dalam aspek migrasi, migrasi masuk ke wilayah ibu kota kabupaten saat ini sudah cukup tinggi. Dikhawatirkan kedepannya, wilayah pusat pemerintahan Kabupaten Melawi akan memiliki jumlah penduduk yang jauh melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungannya. Oleh karena itu, diharapkan Pemerintah Kabupaten Melawi bekerja sama dengan stakeholder terkait agar menciptakan apa yang disebut sebagai gula pembangunan di kecamatan lain di Melawi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan pembangunan sarana dan prasarana di kecamatan lainnya, sehingga dapat mengundang para investor untuk melakukan investasi di wilayah kecamatam tersebut, sehingga dapat mengundang banyak semut berdatangan dan melakukan migrasi masuk ke wilayah bersangkutan. Hal tersebut perlu dilakukan agar persebaran penduduk di Kabupaten Melawi dapat merata di seluruh kecamatan dengan didukung persebaran pembangunan Penyerasian Kebijakan Pengendalian Kuantitas Penduduk Dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih rendah dan kualitas pembangunan manusia yang masih lebih rendah dari rata-rata provinsi, pastinya akan sulit mencapai sasaran-sasaran pembangunan seperti antara lain yang tertuang di dalam sasaran Millenium Development Goals (MDG s). Oleh karena itu, upaya untuk 23

25 mengendalikan kuantitas penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk adalah menjadi tanggung jawab semua sektor. Pengendalian kuantitas penduduk tidak mungkin dilakukan oleh satu atau beberapa lembaga saja, namun membutuhkan dukungan dan komitmen yang besar dari semua sektor dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, setiap regulasi, kebijakan, program maupun kegiatan sektor, harus selaras dengan upaya pengendalian penduduk. Melalui penyelarasan kebijakan ini diharapkan sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk seperti tertuang dalam road map akan lebih mudah dicapai (BKKBN 2011) Strategi Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten Melawi Strategi pengendalian kuantitas penduduk di Kabupaten Melawi adalah dengan cara: 1. Revitalisasi Program KB dengan mengubah orientasinya dari supply ke demand side approach. 2. Memperkuat SDM di Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Anak, dan Keluarga Berencana Kabupaten Melawi sebagai pelaksana Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Kabupaten Melawi. 3. Memperkuat kualitas Penyuluh Keluarga Berencana (PKB/PLKB) yang ada. 4. Meningkatkan pembinaan terhadap PPKBD dan sub-ppkbd di setiap kelurahan. 5. Memperkuat komitmen para Camat, Lurah, Ketua RW dan RT terhadap pelaksanaan Program KKBPK di wilayahnya masing-masing. 6. Meningkatkan kemitraan dengan LSM yang fokus pada masalah kependudukan seperti: Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Kalimantan Barat (disingkat Koalisi Kependudukan Kalimantan Barat), Koalisi Muda Kependudukan Kalimantan Barat, Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Cabang Kalimantan Barat, Pusat Penelitian Kependudukan (PPK) Universitas Tanjungpura, dan Forum Mahasiswa Peduli Kependudukan (Formalinduk) Kalimantan Barat. 24

26 7. Melibatkan mitra kerja kependudukan dalam Musrenbang Kabupaten Melawi dalam berbagai tingkatannya guna mendapat masukan bagi pengendalian kuantitas penduduk Kabupaten Melawi. 8. Membangun kerjasama dengan tokoh agama (TOGA) dan tokoh masyarakat (TOMA) setempat dalam memberikan penyuluhan pentingnya merencanakan dan mengatur kelahiran. 9. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana difokuskan pada masyarakat miskin dengan cara memberikan subsidi pelayanan kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana. 25

27 BAB IV ROADMAP PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK 4.1. Tujuan Road Map Rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk mencakup besaranbesaran yang harus diperhatikan dalam upaya untuk mengatasi atau mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk. Secara operasional, untuk setiap periode atau tahapan lima tahunan, perlu disusun semacam peta jalan (road map) yang mencakup tentang tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya pengendalian kuantitas penduduk. Road map diharapkan berfungsi sebagai acuan setiap sektor serta pemerintah daerah dalam penyusunan langkah-langkah kegiatan dalam mendukung upaya pengendalian kuantitas penduduk. Secara garis besar, tujuan road map, sasaran lima tahunan serta keterkaitan rancangan induk dengan road map dapat dilihat dalam uraian berikut Sasaran Lima Tahunan Roadmap pengendalian kuantitas penduduk Kabupaten Melawi dibuat pada setiap periode lima tahun dari tahun untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk telah dapat dicapai, baik yang mencakup fertilitas, mortalitas maupun persebaran penduduk. Dengan demikian tujuan roadmap ini dapat berjalan secara sistematis dan terencana, sehingga dapat diketahui sasaran-sasaran yang harus dicapai pada setiap periode, serta kebijakan, strategi, dan program yang perlu dilakukan. Tahun dasar yang dipergunakan dalam menyusun roadmap adalah tahun 2010 yang bertepatan dengan dilaksanakannya Sensus Penduduk. Oleh karena itu, data yang digunakan adalah data Badan Pusat Statistik (BPS) dengan indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: Total Fertility Rate (TFR) yaitu angka kelahiran total, banyaknya anak yang dilahirkan oleh perempuan selama masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung. Net Reproduction Rate (NRR) adalah banyaknya anak perempuan yang dilahirkan oleh setiap perempuan. NRR sama dengan satu berarti bahwa setiap perempuan 26

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kependudukan dan pembangunan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Penduduk merupakan penggerak roda pembangunan, dan pembangunan itu sendiri pada akhirnya mempengaruhi

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii KATA PENGANTAR Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA

PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan yang tepat sasaran dan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun

Lebih terperinci

Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi Jawa Tengah

Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi Jawa Tengah SAMBUTAN KEPALA BIRO BINA SOSIAL SETDA PROVINSI JAWA TENGAH SEKALIGUS MEMBUKA SECARA RESMI ACARA Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010-2035 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA TENGAH Bekerjasama dengan PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Kabupaten Grobogan pada saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1. Sasaran Pokok dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tujuan akhir pelaksanaan pembangunan jangka panjang daerah di Kabupaten Lombok Tengah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.4. Tabel Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi : Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian,

Lebih terperinci

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 Visi Otonomi daerah dengan desentralisasi kewenangan yang ada mengedepankan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berkontribusi pada pengembangan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada

Lebih terperinci

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Artikel Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Arkandini & Mardiya Tahun 2010 yang baru saja kita lewati merupakan tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Sama

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG GRAND DESIGN PENGENDALIAN PENDUDUK PROVINSI JAMBI TAHUN 2011-2035 PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1.PENDAHULUAN Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Dokumen perencanaan tahunan daerah yang digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran Tahun 2014, adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

1. Tren Nasional: Peningkatan Jumlah Penduduk Disertai LPP yang Menurun

1. Tren Nasional: Peningkatan Jumlah Penduduk Disertai LPP yang Menurun PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA DISERTAI PENURUNAN LPP (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Indonesia akan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

] GIANI'DESICJY. Trhrff, Pcrodrtil lirhprbr Worojlrl. Trlra 201er$5. I(mlH toeacrarhr Krtnprbr W.r{lrl. kfnr 1

] GIANI'DESICJY. Trhrff, Pcrodrtil lirhprbr Worojlrl. Trlra 201er$5. I(mlH toeacrarhr Krtnprbr W.r{lrl. kfnr 1 ] GIANI'DESICJY PENGEI{DALIAIIT I(IIANIITAS PEITTIiIJDTTK IilBTIPATEN WOITOGIRI Trlra 201er$5 kfnr 1 Pcrodrtil lirhprbr Worojlrl I(mlH toeacrarhr Krtnprbr W.r{lrl Trhrff, - KATA PENGANTAR Berkat rahmat

Lebih terperinci

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017 2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan fungsi SKPD Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pengendalian Kependudukan dan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam perumusan strategi didasarkan pada kriteria : 1. Strategi yang realistis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan 2. Menganalisis dan mengevaluasi faktor faktor

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan Permendagri 54/2010, visi dalam RPJMD ini adalah gambaran tentang kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang diharapkan terwujud/tercapai pada akhir

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis - PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota - PP Nomor 42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

Permasalahan Mendasar Daerah

Permasalahan Mendasar Daerah VISI, MISI DAN AGENDA PEMBANGUNAN SERTA KEBIJAKAN STRATEGIS Permasalahan Mendasar Daerah 1. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas dan daya saing yang

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci