Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN KEMITRAAN GLOBAL DI BIDANG PERPAJAKAN: HARMONISASI REGULASI PAJAK NASIONAL DAN INTERNASIONAL DALAM MEMINIMALISIR PRAKTIK BASE EROSION AND PROFIT SHIFTING Selvi Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI Abstract. In this article, the authors analyze the practice of Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) conducted by multinational companies in the world which has become one of the issues and problems in international taxation. This issue is related to the increasing number of developing countries that offer tax relief or Tax Haven Countries, along with the development of digital economy, information, and technology. Indonesia has made a National Tax Law which prevent the practice of tax avoidance and tax evasion. The OECD also considers that the importance of national and international tax harmonization in the fight against BEPS considering the losses are enormous. Keywords: MNC, BEPS Abstrak. Dalam artikel ini, penulis menganalisis praktik Penggerusan Basis Pajak dan Pengalihan Laba (BEPS) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional di dunia yang saat ini menjadi salah satu isu serta masalah dalam perpajakan internasional. Isu ini berkembang terkait dengan makin banyaknya negara yang menawarkan keringanan perpajakan atau Tax Haven Countries seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dunia digital. Indonesia telah membuat suatu Undang-Undang Perpajakan Nasional terkait dengan pencegahan atas praktik penghindaran dan penyelundupan pajak. OECD pun memandang bahwa pentingnya suatu harmonisasi regulasi pajak nasional dan internasional dalam memerangi BEPS mengingat kerugian yang ditimbulkan sangatlah besar. Kata Kunci: MNC, BEPS Suatu negara dalam memenuhi kebutuhan penduduknya memerlukan kerja sama dengan negara lain. Hal ini disebabkan karena setiap negara memiliki sumber daya yang berbeda-beda, baik dalam hal sumber daya manusia, alam, teknologi, modal, pengetahuan dan lain sebagainya. Kerja sama antar negara ini menyebabkan terjadinya perpindahan suatu sumber daya dari negara yang satu ke negara lainnya dan melahirkan suatu keuntungan satu sama lain. Kerja sama antar negara dapat diibaratkan sebagai suatu perdagangan dimana ada penjual dan pembeli. Istilah perdagangan antar negara ini tentu saja melibatkan penduduk negara masing-masing. Selain itu, perdagangan antar negara ini tentu saja juga ikut memberikan keuntungan bagi penduduknya. Penjual mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya, sedangkan pembeli mendapatkan keuntungan berupa terpenuhinya suatu kebutuhan yang ia inginkan. Keuntungan ini dapat dikonsumsi atau disimpan sehingga dapat dikatakan bahwa keuntungan ini adalah penghasilan kedua belah pihak. 112

2 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... Setiap negara memiliki hak untuk memungut pajak. Hal ini lah yang kemudian menjadi permasalahan. Penulis akan memberikan gambaran mengenai permasalahan perdagangan internasional dari aspek pajak melalui sebuah contoh berikut. Li Wei, seorang pengusaha asal Cina menjual keramik hasil pabrikannya ke Thomas Jeff di Inggris. Tentu saja Li Wei mendapatkan penghasilan atas penjualan yang ia lakukan tersebut. Otoritas pajak di Inggris mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima Li Wei oleh karena Li Wei mendapatkan sejumlah penghasilan di Inggris. Begitu pula otoritas pajak di Cina yang mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima Li Wei oleh karena Li Wei merupakan warga negara Cina sehingga Cina berwenang untuk mengenakan pajak. Pengenaan pajak ganda inilah yang menjadi permasalahan dimana seseorang dapat dikenakan pajak lebih dari satu kali atas penghasilan yang sama sehingga keuntungan justru berubah menjadi suatu kerugian yang dapat mematikan perekonomian. Oleh karena itu, negaranegara mulai membuat suatu perjanjian perpajakan untuk menghindari atau mengurangi resiko pengenaan pajak berganda yang dinamakan Tax Treaty. Seiring perjalanan waktu, kerja sama internasional kian global. Negaranegara khususnya negara-negara berkembang saling bersaing memperebutkan investor asing untuk dapat menanamkan modal di negara tersebut. Salah satu strategi dalam menarik investor adalah dengan menawarkan adanya keringanan pajak baik dalam hal pengenaan tarif pajak yang rendah sampai nihil maupun pemberian fasilitas-fasilitas pajak yang akan meringankan biaya yang harus dikeluarkan investor atau lebih dikenal dengan sebutan Tax Haven Countries. Hal ini membuat investor lebih memilih untuk menanamkan modalnya bukan di negara asalnya (resident country) melainkan di Tax Haven Countries. Fenomena investasi yang dilakukan karena adanya faktor pajak didukung oleh pernyataan penelitian Zodrow & Mieszkowski (Parys & Klemm:2011:2) yakni when the capital is mobile, the sensitivity of capital to tax burden leads countries to undercut each other s tax rate to attract capital. Adapun kriteria Tax Haven Country diatur dalam petunjuk pengisian SPT Badan 2009 (PER 39/PJ/2009) ialah: a. Negara yang memberikan tarif pajak rendah atau negara yang tidak mengenakan PPh, yaitu negara yang mengenakan tarif PPh lebih rendah 50% dari PPh Badan di Indonesia b. Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan pertukaran informasi, yaitu negara 113

3 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN atau yurisdiksi yang berdasarkan poerundang-undangannya melarang pemberian informasi nasabahnya, termasuk untuk keperluan informasi yang berkaitan dengan perpajakan Perluasan bisnis ke negara-negara berkembang yang merupakan Tax Haven Countries umumnya dilakukan oleh MNE (Multi National Enterprises) yang mayoritas merupakan residen negaranegara maju. Tarif yang rendah serta ketidakmampuan hampir seluruh negaranegara berkembang dalam mengumpulkan data atau informasi penting menyangkut Wajib Pajak semakin memudahkan MNE untuk melakukan penghindaran bahkan penggelapan pajak. MNE lebih mudah mengalihkan labanya ke Tax Haven Countries. Mintz & Smart (Auerbach et al:2007:229) menyatakan bahwa multijurisdictional firms (memiliki makna yang sama dengan MNE) di Canada dapat lebih mudah mengalihkan labanya (profit shifting) ke perusahaan afiliasinya di negara lain dibandingkan dengan perusahaan non-mne. Analisa yang dilakukan Fuest & Riedel (2012) menyimpulkan bahwa: 1. MNC melaporkan laba dan membayar pajak yang lebih kecil dibandingkan perusahaan nasional di negara residennya, 2. MNC yang melakukan usaha di tax haven countries melaporkan laba dan membayar pajak yang lebih kecil dibandingkan MNC yang tidak melakukan usaha di tax haven countries. Dari kedua penelitian itu, dapat disimpulkan bahwa MNC mendapatkan dua keuntungan sekaligus yakni baik di negara residen maupun di negara sumber yang menawarkan Tax Haven Countries, MNC melaporkan laba yang lebih sedikit dari yang seharusnya dilaporkan di negara residen dan membayar pajak yang lebih sedikit daripada yang seharusnya dibayarkan di negara residen maupun di negara sumber. Fenomena ini dikenal dengan Base Erosion and Profit Shifting atau Penggerusan Basis Pajak dan Pengalihan Laba. Metode Pengurangan Pajak (Tax Reduction Method) yang Dilakukan MNC Menurut Needham (2013:2), metode pengurangan pajak yang dilakukan MNC yakni mengalihkan penghasilan dari negara dengan tarif pajak yang lebih tinggi ke negara yang lebih rendah tarifnya atau negara yang tidak mengenakan pajak. Berikut adalah metode pengurangan pajak yang dilakukan MNC (Needham:2013:2-4): 1. Profit Shifting Strategy Profit Shifting Strategy dilakukan dengan cara mengurangi aktivitas 114

4 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... operasional di negara yang mengenakan tarif pajak yang tinggi kemudian mengalihkan kegiatan/aktivitas tersebut ke anak perusahaan yang berada di negara yang mengenakan tarif pajak yang lebih rendah atau tidak mengenakan pajak. 2. Transfer Pricing Transfer Pricing terjadi atas transaksi-transaksi yang dilakukan antar perusahaan-perusahaan grup afiliasi MNC dengan harga transaksi yang biasanya tidak wajar dimana harga tersebut bisa lebih mahal atau lebih murah dibandingkan apabila transaksi tersebut dilakukan kepada perusahaan lain non afiliasi. Ketidakwajaran tarnsaksi tersebut dapat terjadi atas transaksi: a. Penjualan, pengalihan, pembelian atau perolehan barang berwujud maupun barang tidak berwujud b. Sewa, royalty, atau imbalan lain yang timbul akibat penyediaan atau pemanfaatan harta berwujud maupun harta tidak berwujud c. Penghasilan atau pengeluaran sehubungan dengan penyerahan atau pemanfaatan jasa d. Alokasi biaya e. Penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan, dan penghasilan atau pengeluaran yang timbul akibat penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan yang dimaksud Atas transaksi yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa harus dilakukan penyesuaian guna memperoleh suatu harga yang wajar apabila transaksi tersebut dilakukan kepada pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa. Tercantum dalam tax treaty UN Model pasal 9 ayat 2 mengenai transaksi associated enterprises: where a Contracting State includes in the profits of an enterprise of that State-and taxes accordingly-profits on which an enterprise of the other Contracting State has been charged to tax in that other State and the profits so included are profits which would have accrued to the enterprises of that first-mentioned State if the conditions made between the two enterprises had been those which would have been made between 115

5 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN independent enterprises, then that other State shall make an appropriate adjustment Dalam Pasal 18 ayat 3 UU PPh mengatur : Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga anatara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya plus atau metode lainnya Metode-metode dalam menentukan harga wajar yakni: a. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price/ CUP) b. Metode harga penjualan kembali (resale price method) c. Metode biaya-plus (cost plus method/ CPM) d. Metode lain: 1) Metode pembagian laba (profit split method / PSM) 2) Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method / TNMM) Lebih lanjut, Undang-undang Pajak Penghasilan di Indonesia Pasal 18 ayat 3A juga mengatur ketentuan mengenai transaksi yang melibatkan hubungan istimewa yakni Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Perjanjian ini lebih dikenal dengan istilah Advanced Price Agreement (APA). Misalnya A Company (di negara dengan tarif pajak tinggi) membeli produk seharga US$ ke perusahaan afiliasinya yakni B Company (di Tax Haven Country, income tax rate 0%). Dengan jenis, kualitas dan kuantitas produk yang sama, B Company menjual produk tersebut kepada perusahaan lain non afiliasinya seharga US$ , sehingga terdapat ketidakwajaran harga yang terlalu tinggi sebesar US$ A Company dapat mengakui beban pembelian tersebut sehingga 116

6 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... mengurangi pendapatan yang pada akhirnya berujung pada pembayaran pajak yang lebih kecil. Sedangkan bagi B Company, pendapatan atas penjualan produk tersebut tidak dikenakan pajak. Atas harga transaksi yang tidak wajar antara A Company dengan B Company, perlu dlakukan appropriate adjustment oleh otoritas pajak dari kedua negara. Gambar 1 Skema Transfer Pricing Sumber: Diolah Penulis 3. Corporate debt-equity Maksud corporate debt-equity ialah strategi MNC dalam kaitannya dengan alokasi hutang dan modal. Misalnya, A Company di negara X memberikan pinjaman kepada perusahaan afiliasinya yakni B Company di negara Y. Pinjaman yang diberikan A Company digunakan untuk modal B Company. Negara X merupakan negara surga pajak dengan tarif pajak penghasilan badan 0% sedangkan negara Y merupakan negara yang menerapkan tarif yang tinggi. B Company dapat mengakui beban bunga atas hutangnya pada A Company sehingga pajaknya di negara Y berkurang sedangkan atas pendapatan bunga pinjaman yang diperoleh A Company tidak dikenakan pajak karena tarif pajak penghasilan badan di negara X sebesar 0%. 117

7 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN Gambar 2 Skema Corporate debt-equity Sumber: Diolah Penulis 118 UU PPh yang berlaku di Indonesia mengatur kebijakan mengenai rasio hutang dan modal (Debt-Equity Ratio) yang tercantum pada Pasal 18 ayat 1 UU PPh yang berbunyi Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan undang-undang ini. Dalam KMK 1002/KMK 04/1984 yang berlaku sejak 8 Oktober 1984 yang berbunyi untuk keperluan penghitungan Pajak Penghasilan besarnya perbandingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetapkan setinggitingginya tiga dibanding satu (3:1). Namun demikian, kekhawatiran pemerintah atas penerapan ketentuan ini akan menghambat dunia usaha maka KMK tersebut ditunda pelaksanaannya dengan KMK 254/KMK.01/1985, yang berlaku surut sejak 8 Oktober Payments for Intangibles Strategi ini merupakan strategi atas kepemilikan barang yang tidak berwujud (intangible assets) berupa IPR (Intellectual Property Rights). IPR dapat berupa hak paten, hak cipta, merek dagang, ataupun lisensi. Suatu grup korporasi menunjuk dan memberikan kepemilikan atas IPR kepada salah satu perusahaan afiliasinya yang merupakan subjek pajak suatu negara yang menerapkan tarif pajak yang paling rendah atau berada di zona Tax Haven Country. Perusahaan-perusahaan afiliasi lainnya yang berada di negara dengan tarif pajak yang lebih tinggi harus membayar sejumlah royalti/biaya lisensi atas penggunaan IPR tersebut.

8 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... Gambar 3 Skema Paymenst for Intangibles Sumber: Diolah Penulis 5. Shell Holding Company Shell holding company mengibaratkan dirinya sebagai cangkang karena perusahaan ini tidak melakukan kegiatan produksi, distribusi atau perdagangan dalam memperoleh penghasilannya namun perusahaan ini bisa merupakan pemilik IPR, pemegang saham terbesar atau pusat kegiatan manajerial bagi perusahaanperusahaan afiliasinya di negara lain. Shell Holding Company ditempatkan di negara yang mengenakan tarif pajak yang rendah atau bahkan tidak mengenakan withholding tax atas dividen dan capital gains seperti Irlandia, Belgia, Belanda dan Swiss. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 18 ayat 3B mengatur pembelian saham atau aktiva melalui Special Purpose Company- memiliki makna yang sama dengan Shell Holding Company. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghindaran pajak oleh Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham/penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut (Special Purpose Company). Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian 119

9 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN (special purpose company), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan tidak terdapat ketidakwajaran penetapan harga Lebih lanjut, pada Pasal 18 ayat 3C UU PPh mengatur tentang penjualan saham perusahaan antara yang berbunyi: Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia Sebagai ilustrasi, A Ltd didirikan dan bertempat kedudukan di negara A yakni sebuah negara yang merupakan Tax Haven Country. A Ltd memiliki 95% saham PT. ABC yang didirikan dan bertempat kedudukan di Jakarta. A Ltd ini merupakan shell holding company/special purpose company/conduit company yang didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh B Co yakni sebuah perusahaan di negara B. Apabila B Co menjual seluruh kepemilikannya atas saham A Ltd kepada PT. Sinar yakni perusahaan yang merupakan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri, maka secara legal formal transaksi di atas merupakan pengalihan kepemilikan/saham perusahaan luar negeri oleh Wajib Pajak Luar Negeri. Namun pada hakikatnya, transaksi ini merupakan pengalihan kepemilikan perseroan Wajib Pajak Dalam Negeri oleh Wajib Pajak Luar Negeri sehingga atas penghasilan dari pengalihan ini terutang Pajak Penghasilan. 6. Hybrid Entities Hybrid Entities merupakan strategi suatu grup korporasi untuk mendapatkan pengurangan pajak ganda atas suatu transaksi yang sama dengan memanfaatkan peraturan dan fasilitas pajak yang berbeda-beda di negara yang berbeda-beda melalui perusahaan-perusahaan afiliasinya. Contohnya ialah kasus Double Irish with Dutch Sandwich yang melibatkan perusahaan-perusahaan multinasional di Amerika Serikat, 120

10 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... Irlandia, Bermuda, dan Belanda (Needham: 2013:3). Dapat dilihat pada gambar 4. Induk perusahaan Amerika Serikat mendirikan sebuah anak perusahaan di Irlandia-1st Irish Company. Induk perusahaan kemudian memberikan kewenangan untuk memiliki dan mengatur IPR zona Eropa kepada 1st Irish Company. 1st Irish Company juga berwenang untuk mengumpulkan laba yang diperoleh di zona Eropa sebelum akhirnya dikirim ke induk perusahaan di Amerika Serikat. 1st Irish Company tersebut kemudian direlokasi ke Bermuda, sebuah negara surga pajak yang menawarkan 0% pajak korporasi. 1st Irish Company kemudian menjadi residen pajak Bermuda (Irlandia menetapkan penentuan residen pajak korporasi bukan dari dimana korporasi itu didirikan tetapi dimana ousat manajemen dan kontrol perusahaan dilakukan). Induk perusahaan di Amerika kemudian mendirikan anak perusahaan di Belanda yang penulis menyebutnya Netherland Company. 1st Irish Company memberikan izin atas penggunaan IPR berupa lisensi kepada Netherland Company. Selanjutnya, induk perusahaan mendirikan kembali anak perusahaan di Irlandia (2nd Irish Company) yang dimiliki seluruhnya oleh 1st Irish Company. Netherland Company melisensikan kembali IP yang diperoleh dari 1st Irish Company kepada 2nd Irish Company. 2nd Irish Company kemudian melisensikan kembali produk tersebut kepada Gambar 4. Double Irish with Dutch Sandwich. Sumber: Diolah Penulis 121

11 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN perusahaan-perusahaan lain dan kemudian mendapatkan penghasilan atas royalti yang dipotong pajak 12.5%. 2 nd Irish Company membayar royalti atas penggunaan lisensi kepada Netherland Company dan biaya royalti ini dapat diakui sebagai biaya pengurang penghasilan di Irlandia. Penghasilan atas royalti yang diterima Netherland Company tidak dikenakan pajak di Belanda karena Belanda memberikan tax exemption atas dividen dan capital gains. Atas penggunaan IPR yang didapatkan dari 1 st Irish Company, Netherland Company membayar sejumlah royalti kepada 1 st Irish Company di Bermuda. Atas penghasilan royalti, 1 st Irish Company tidak dikenakan pajak karena Bermuda tidak mengenakan pajak atas penghasilan badan. Terlihat bahwa yang dimaksud dengan Double Irish with Dutch Sandwich adalah dua perusahaan Irlandia yang diibaratkan sebagai 2 buah roti dan perusahaan Belanda diibaratkan sebagai keju. Keju yang diapit oleh dua roti menjadi sandwich. Skema Double Irish with Dutch Sandwich banyak dilakukan oleh perusahaan Amerika seperti Apple, Google, Abbott, General Electric dan masih banyak lagi. 7. Conduit Sebuah strategi pengaturan arus penghasilan dan beban melalui perantara pihak ketiga. MNC membentuk jaringan perusahaan di negara yang berbeda-beda guna memanfaatkan beneficial owner suatu Tax Treaty sebagai pihak perantara yang selanjutnya penghasilan akan dikirim ke perusahaan tujuan. Pihak perantara yang dimaksud ialah Direct conduit company yakni anak perusahaan yang dibentuk berdasarkan kesepakatan untuk menghindari pembayaran pajak berganda dari penerimaan, dimana sebuah holding company akan didirikan di Negara yang memiliki perjanjian pajak dengan kedua Negara (Negara induk dan anak perusahaan), yang akan berfungsi sebagai pipa penyambung penerimaan dari anak perusahaan kepada induk perusahaan (Business dictionary). Sejak Januari 2002, Indonesia melakukan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Pemerintah Belanda. Dalam P3B ini mengatur besarnya tarif pajak penghasilan atas bunga yaitu 0-10%. Pajak sebesar 0% diterapkan atas penghasilan bunga pinjaman yang jatuh temponya lebih dari 2 tahun. 122

12 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... Kesepakatan tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang membutuhkan dana dari luar negeri dan mendirikan perusahaan di Belanda. Namun demikian, Pemerintah pada Juli 2005 melalui Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan aturan resmi yakni SE- 04/PJ.34/2005 mengenai beneficial owner yang menyebutkan secara jelas bahwa conduit company ini tidak termasuk dalam pengertian beneficial owner sehingga tidak dapat merasakan keringanan pajak dari P3B dan tetap tunduk terhadap UU PPh domestik. Kemudian melalui SE-03/PJ.03/2008 aturan mengenai kriteria beneficial owner diperbaharui menjadi: a. Subjek Pajak Dalam Negeri dari negara mitra P3B b. Pemilik yang sebenarnya dari penghasilan dividen, bunga dan atau royalty yang berhak sepenuhnya untuk menikmati secara langsung manfaat dari penghasilan tersebut. Kerugian Akibat BEPS Pada Febuari 2013, OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) merilis laporan Addressing Base Erosion and Profit Shifting.. Isu ini menjadi hal yang sangat serius karena menyangkut keadilan dan kepatuhan di bidang perpajakan. Menurut OECD, BEPS yang dilakukan MNE merugikan banyak pihak, yakni: 1. Government Pemerintah mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan sedangkan penerimaan pajak sedikit. Laba MNC di negara-negara dengan tarif pajak yang tinggi mengalami penurunan sedangkan di Tax Haven Countries mengalami peningkatan yang tajam. Pada gambar 5, terlihat bahwa laba yang dilaporkan (% GDP) MNC asal Amerika Serikat semakin meningkat di Tax Haven Countries sedangkan di negara dengan tarif pajak yang tinggi mengalami penurunan. Lihat gambar Company-specific Tax Rulings Beberapa negara memperbolehkan adanya negosiasi langsung mengenai tarif pajak antara perusahaan dengan pejabat pajak yakni Belanda, Siprus dan Luxemburg. Biasanya, penetapan tarif, harga wajar ditentukan oleh pejabat otoritas suatu negara. 2. Individual Tax Payer Ketika MNE mengalihkan penghasilan sehingga pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil bahkan nihil, Wajib Pajak Orang Pribadi justru harus menanggung beban pajak yang lebih besar. MNC asal Amerika Serikat melaporkan pendapatan 123

13 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN sebesar 43% dari total profit overseas di Bermuda, Irlandia, Luxemberg, Belanda, dan Swiss namun mereka hanya menyerap 4% tenaga kerja dari total tenaga kerja yang dipekerjakan MNC di luar AS dan investasi yang hanya sebesar 7% dari total investasi asing yang dilakukan. Gambar 5 Laba yang Dilaporkan MNC Asal Amerika Serikat (% GDP) Sumber: U.S Department of Commerce, Bereau of Economic Analysis, U.S Direct Investment Abroad: Operations of U.S Parent Companies and Their Foreign Affiliates (Keightley : 2013: 8) 3. Individual Tax Payer Ketika MNE mengalihkan penghasilan sehingga pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil bahkan nihil, Wajib Pajak Orang Pribadi justru harus menanggung beban pajak yang lebih besar. MNC asal Amerika Serikat melaporkan pendapatan sebesar 43% dari total profit overseas di Bermuda, Irlandia, Luxemberg, Belanda, dan Swiss namun mereka hanya menyerap 4% tenaga kerja dari total tenaga kerja yang dipekerjakan MNC di luar AS dan investasi yang hanya sebesar 7% dari total investasi asing yang dilakukan. Lain halnya dengan anak perusahaannya di negara dengan tarif pajak yang tinggi (traditional economies) yakni Australia, Kanada, Jerman, Meksiko dan Inggris melaporkan pendapatan sebesar 14% dari total profit overseas namun memperkerjakan 40% pekerja dari total tenaga kerja MNC tersebut di luar AS dan sebesar 34% investasi dari total investasi asing (Keightley:2013). Hal ini menunjukkan bahwa MNC membayar 124

14 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... pajak yang lebih kecil kerena mampu mengalihkan penghasilannya ke Tax Haven Countries sedangkan individu yang menjadi pekerja membayar pajak yang lebih tinggi karena sebagian besar tenaga kerja MNC tersebut merupakan residen negara-negara dengan tarif pajak yang tinggi. Lihat Gambar Bisnis Tax avoidance yang dilakukan oleh pelaku usaha MNE menjadikan iklim bisnis menjadi tidak lagi kompetitif. MNE mengeluarkan biaya yang sedikit untuk membayar pajak karena dapat melakukan profit shifting ke Tax Haven Countries, sehingga MNE mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan pelaku usaha domestik. OECD ACTION PLAN Dalam rangka mengurangi kerugian yang ditimbulkan atas praktik BEPS yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional, maka OECD menyusun suatu Action Plan. Action Plan ini terdiri dari: Gambar 6 Lapangan Kerja & Investasi (% Foreign Employment & Investment) MNC asal AS Sumber: U.S Department of Commerce, Bereau of Economic Analysis, U.S Direct Investment Abroad: Operations of U.S Parent Companies and Their Foreign Affiliates ((Keightley : 2013: 6) Langkah ini mengidentifikasi 1. Action 1 tantangan-tantangan yang dihadapi Address the Tax Challenges of the Digital Economy dunia perpajakn dalam dunia ekonomi digital. Dunia ekonomi digital dalam hal ini adalah transaksi perdagangan 125

15 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN secara online melalui internet antar negara. Keuntungan atas transaksi di dunia maya ini sulit dipajaki dikarenakan perusahaan penjual tidak hadir dalam bentuk fisik sehingga tidak menimbulkan Bentuk Usaha Tetap. 2. Action 2 Neutralise the Effects of Hybrid Mismatch Arrangements Dalam langkah ini merekomendasikan adanya pengembangan model P3B dan juga pembuatan suatu ketentuan perpajakan domestik untuk menetralisir dampak negative yang timbul dari hybrid entities dan juga hybrid instrument. Untuk mewujudkan suksesnya kebijakan ini, perlu adanya kerja sama dan dukungan seluruh negara dalam memerangi BEPS. 3. Action 3 Strengthen CFC Rules Langkah ini merekomendasikan agar aturan mengenai CFC dapat lebih diperkuat. 4. Action 4 Limit Base Erosion via Interest Deductions and Other Financial Statements Dalam langkah ini, OECD merekomendasikan adanya penyusunan ketentuan atau aturan terkait pembebanan biaya bunga dan pembayaran lainnya. 5. Action 5 Counter Harmful Tax Practices More Effectively, Taking Into Account Transparency and Substance OECD mengusulkan adanya perubahan cara penanggulangan harmful tax practices dengan lebih memprioritaskan transparansi dan substansi. 6. Action 6 Prevent Treaty Abuse OECD mengusulkan adanya pengembangan model P3B dan penyusunan rekomendasi bagi ketentuan perpajakan domestik dalam mencegah penyalahgunaan P3B. 7. Action 7 Prevent the Artificial Avoidance of PE Status Langkah ini mengusulkan perlu adanya perubahan definisi suatu Bentuk Usaha Tetap 8. Action 8,9, 10 Assure that Transfer Pricing Outcomes are in Line with Value Creation Langkah ini merekomendasikan perlu adanya penyusunan aturan yang lebih ketat terkait transfer aset tidak berwujud, pengembangan aturan yang ketat terkait transfer resiko dan alokasi modal yang berlebihan, dan disusunnya suatu aturan transfer 126

16 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... pricing terkait transaksi-transaksi yang memiliki resiko tinggi 9. Action 11 Establish Methodologies to Collect and Analyze Data on BEPS and Actions to Adress it OECD menyusun rekomendasi terkait pengumpulan dan analisis data yang berhubungan dengan BEPS. 10. Action 12 Require Taxpayers to Disclose Their Agrresive Tax Planning Arrangements Langkah ini mendesak agar perusahaan multinasional mengungkap struktur pajaknya kepada otoritas pajak. 11. Action 13 Re-examine transfer Pricing Documentation OECD mengusulkan perlu adanya dokumentasi terkait transfer pricing 12. Action 14 Make Dispute Revolution Mechanism More effective OECD mengusulkan untuk meningkatkan efektivitas penyelesaian sengketa pajak internasional. 13. Action 15 Develop a multilateral instrument Dalam hal ini, OECD menrekomendasikan perlu adanya pengembangan instrument multilateral dalam mengatasi isu-isu perpajakan internasional INTERNATIONAL TAX TRANSFER PRICING REGIME Praktik Base Erosion and Profit Shifting memberikan dampak yang negatif bagi penerimaan negara, khususnya negara dengan tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu upaya harmonisasi dan koordinasi antar negara, khususnya tercermin pada peraturan perpajkan nasional masingmasing negara dan tentu saja dalam Tax Treaty. Tiap negara perlu menyamakan persepsi, prosedur, prinsip dalam mewujudkan tujuan bersama di bidang perpajakan dalam bentuk International Tax Regime. Menurut Eden (Darussalam et al: 2013:16) International Tax Regime dapat dipahami sebagai suatu hubungan fungsional dan perilaku antara pemerintah di berbagai negara yang dibentuk sebagai respon dari permasalahan di tingkat internasional mengenai suatu isu tertentu. International Tax Regime berguna untuk mengelola hubungan ketergantungan antar negara. Lihat Tabel 1. Salah satu bentuk kemitraan global di bidang perpajkan adalah dengan berakhirnya era kerahasian bank untuk kepentingan perpajakan. Pada 2009, anggota G-20 mendeklarasikan komitmen bersama untuk mengakhiri era kerahasiaan bank. Hal ini ditindaklanjuti pada tahun 2014 dimana anggota G-20 dan OECD menyetujui 127

17 Prosiding Seminar STIAMI Volume III, No. 01, Februari 2016 ISSN Common Reporting Standard (CSR) yang dirilis oleh OECD sebagai instrumen pertukaran informasi perbankan secara otomatis. Langkah ini dilanjutkan dengan komitmen berupa penyusunan kerangka waktu untuk mengimplementasikan standar perrukaran informasi perbankan secara otomatis di negaranya masing-masing. Pertukaran informasi perbankan antar negara tenru saja kan memudahkan otoritas perpajakan tiap negara dalam rangka memaksimalkan pendapatan pajaknya dengan meminimalisir praktik transfer pricing. Tabel 1. : International Tax Transfer Pricing Regime Perihal International Tax Transfer Pricing Regime Tujuan Untuk mencegah pemajakan berganda atas penghasilan perusahaan multinasional, serta mencegah penghindaran dan penggelapan pajak Ruang Lingkup Alokasi penghasilan (maupun biaya) antara anggota dari grup perusahaan multinasional yang berada di yuridiksi berbeda serta menilai keseluruhan transaksi afiliasi lintas yuridiksi Prinsip-prinsip dasar Tiga prinsip utama: kesetaraan antar negara; netralitas pajak; serta kesetaraan Wajib Pajak yang melakukan aktivitas lintas yuridiksi Norma Arm s length standard (principle) dengan melihat anggota grup perusahaaan multinasional dalam entitas yang terpisah Aturan Peraturan yang menjelaskan arm s length principle dalam aplikasi, misalkan metode yang dipergunakan dalam menilai transaksi afiliasi. Adapun metode yang diakui decara global yaitu metode comparable uncontrolled price (CUP), resale price method (RPM), cost plus method (C+), transactional net margin method (TNMM) dan profit split method (PSM) Prosedur Prosedur domestik: proses pemeriksaan, dokumentasi, dan advance pricing agreement (APA). Prosedur internasional: mutual agreement procedure (MAP), pertukaran informasi dan stimulaneous examination procedure Sumber : Eden (Darussalam et al: 2013: 18) DAFTAR PUSTAKA Auerbach, Alan J et al Taxing Corporate Income in the 21 st Century. Cambridge University Drucker, Jesse The Tax Haven that is Saving Google Billions. (Bloomberg Business Week, 21 Oct. 2010) Darussalam, et al Tranfer Pricing: Ide, Strategi, dan Panduan Praktis Dalam Perspektif Pajak Internasional. Jakarta: Danny Darussalam Tax Center Fuest,C & N. Riedel Tax Evasion and Tax Avoidance: The Role of International Profit Shifting, (Draining Development? Controlling 128

18 Selvi, Kemitraan Global Di Bidang Perpajakan: Harmonisasi Regulasi... Flows of Illicit Funds from Developing Countries, in P Reuter (ed) page ). Washington: The World Bank Keightley, Mark P An Analysis of Where American Companies Report Profits: Indications of Profit Shifting. Congressional Research Service: CRS Report for Congress Klemm, Alexander & Stefan Van Parys Empirical Evidence on the Effect of Tax Incentives. (Int Tax Public Finance). (t.t): Springer Science + Business Media LCC. Muchlinski, Peter Multinational Enterprises and The Law. Blackwell. Needham, Christopher Corporate Tax Avoidance by Multinational Firms. Library of the European Parliament. OECD Action Plan on Base Erosion and Profit Shifting. OECD Publishing. Wiederhold, Gio Follow the Intellectual Property: How Companies Pay Programmers When They Move the Related IP Rights to Offshore Tax Havens?. (Communication of the ACM vol 54 no 1 pp 66-74). -conduit-company.html. Diunduh tanggal 17 September Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Indonesia. Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Belanda untuk Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak yang Berkenaan dengan Pajak atas Penghasilan. Direktorat Jenderal Pajak. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 04/PJ.24/2005 tentang Petunjuk Penetapan Kriteria Beneficial Owner Sebagaimana Tercantum dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Antara Indonesia dengan Negara Lainnya. Direktorat Jenderal Pajak. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 03/PJ.03/2008 tentang Penentuan Status Beneficial Owner Sebagaimana Dimaksud Dalam Persetujuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Antara Indonesia dengan Negara Mitra. 129

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dunia yang cepat dan dinamis telah mengakibatkan hubungan perdagangan internasional semakin terbuka luas dan semakin ekstensif yang ditandai dengan terbentuknya

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-43/PJ/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA DALAM TRANSAKSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari sudut pandang perencanaan pajak, pajak dari keuntungan sebuah perusahaan multinasional di banyak negara dibagi menjadi dua prinsip yang utama, yaitu the company-by-company

Lebih terperinci

BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA)

BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA) BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA) Silvia Flouren Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat 11480 085217772077 silviaflouren@ymail.com

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara penerapan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara penerapan

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-43/PJ/2010 TANGGAL 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA DALAM TRANSAKSI ANTARA WAJIB PAJAK DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

Lebih terperinci

Perpajakan internasional

Perpajakan internasional AKUNTANSI INTERNASIONAL MODUL 13 PERTEMUAN 13 Perpajakan internasional OLEH ; NUR DIANA SE, MSi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2016 PERPAJAKAN INTERNASIONAL Tujuan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham preferen dan saham biasa, sehingga kebijakan struktur modal mempunyai peran yang cukup penting bagi

Lebih terperinci

HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO

HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO HUKAKDSAhUKU PENGATAR HUKUM PAJAK INTERNATIONAL Istilah : - PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) - International Tax Treaty (perjanjian Pajak international

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk

BAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan untuk menarik investor asing menanamkan modalnya pada suatu negara semakin ketat. Oleh karena itu, negara juga secara aktif mempromosikan negaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam perdagangan lintas negara, terutama dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan multinasional (Multinational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Transfer pricing digunakan untuk mengukur efektifitas departemen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Transfer pricing digunakan untuk mengukur efektifitas departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transfer pricing awalnya merupakan salah satu cara pengusaha dalam menjalankan bisnisnya untuk mengukur kinerja per departemen dalam suatu perusahaan. Transfer

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Hubungan Indonesia dan Belanda dalam Tax Treaty Indonesia - Belanda Suatu Tax Treaty dibuat dengan tujuan untuk menghindari pengenaan pajak atas penghasilan yang

Lebih terperinci

Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara. Oleh: Hadi Setiawan 1

Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara. Oleh: Hadi Setiawan 1 Pendahuluan Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara Oleh: Hadi Setiawan 1 Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan dengan kasus yang menimpa Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti. BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Penelitian Berdasarkan karakterisitik masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa transfer pricing dilakukan antara

BAB I PENDAHULUAN. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa transfer pricing dilakukan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya perusahaan multinasional membuat transfer sumber daya (baik berupa barang, jasa, laba, maupun aset) tidak hanya dilakukan antardivisi namun juga antarperusahaan

Lebih terperinci

KELOMPOK 3. Ani Rahmatika Dian Safitri Maria Meliana Yudha Adi Prasetyo TAX TREATY PROVISION

KELOMPOK 3. Ani Rahmatika Dian Safitri Maria Meliana Yudha Adi Prasetyo TAX TREATY PROVISION KELOMPOK 3 Ani Rahmatika Dian Safitri Maria Meliana Yudha Adi Prasetyo TAX TREATY PROVISION Bahan 1: Beneficial Owner Pengertian Beneficial Owner Menurut Vogel, sebagaimana dikutip oleh Rachmanto Surahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, transaksi perdagangan lintas negara semakin mudah seiring kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan transportasi. Kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA

Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA Beneficial Owner Pengertian Umum Beneficial Owner Pemilik manfaat dari penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai

Lebih terperinci

No ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta

No ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6051 KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 95) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan nasional atau internasional di perlukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan nasional atau internasional di perlukan dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi dan efektivitas yang merupakan strategi utama dalam pencapaian laba setinggi-tingginya diperlukan dalam setiap perusahaan. Strategi utama seperti itu oleh

Lebih terperinci

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan No.190, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. Penetapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6112). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemajakan atas suatu penghasilan secara bersamaan oleh negara domisili 1 dan sumber 2 menimbulkan pajak ganda internasional (international double taxation). Oleh para

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG : PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Transfer Pricing: Problematika dan Tantangannya 1

Transfer Pricing: Problematika dan Tantangannya 1 Transfer Pricing: Problematika dan Tantangannya 1 Yustinus Prastowo yustinus.prastowo@cita.or.id jpras07@gmail.com http://www.cita.or.id Dalam dunia perpajakan, transfer pricing (TP) boleh jadi merupakan

Lebih terperinci

ERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125/PMK.010/2015 TENTANG

ERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125/PMK.010/2015 TENTANG ERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125/PMK.010/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF INFORMATION)

Lebih terperinci

Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan Internasional Jurnal Perpajakan KUP

Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan Internasional Jurnal Perpajakan KUP MATA KULIAH DOSEN TEMA Sumber diambil dari Ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam P3B Perpajakan Internasional VED SE.,MSi Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan

Lebih terperinci

Base Erosion and Profit Shifting (BEPS): Aktivitas Ekonomi Global dan

Base Erosion and Profit Shifting (BEPS): Aktivitas Ekonomi Global dan Base Erosion and Profit Shifting (BEPS): Aktivitas Ekonomi Global dan Peran OECD Oleh Rakhmindyarto, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objek pajak melalui peningkatan jumlah PMA. Namun, dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. objek pajak melalui peningkatan jumlah PMA. Namun, dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis yang terjadi di Indonesia dapat dijadikan suatu kesempatan untuk menarik investor dari luar negeri agar menanamkan modalnya di Indonesia. Semakin

Lebih terperinci

Pengampunan Pajak, Perusahaan Cangkang, dan Kawasan Ekonomi Khusus Oleh Akhmad Solikin, pegawai Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI *)

Pengampunan Pajak, Perusahaan Cangkang, dan Kawasan Ekonomi Khusus Oleh Akhmad Solikin, pegawai Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI *) Pengampunan Pajak, Perusahaan Cangkang, dan Kawasan Ekonomi Khusus Oleh Akhmad Solikin, pegawai Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI *) Pengampunan Pajak Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

PMK No. 213/PMK.03/2016

PMK No. 213/PMK.03/2016 PMK No. 213/PMK.03/2016 Penerapan dan Implikasinya bagi PGN dan Grup Jakarta, 2 Februari 2017 Dasar hukum PMK No. 213/PMK.03/2016 1 Kewajiban Pembukuan sesuai Pasal 28 ayat (1), UU KUP 2 Transaksi Hubungan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA

ANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA ANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA Ervina Binus University Jl. Raya Sesetan No. 216b Denpasar- Bali 081805488886 rvinalee@gmail.com Stefanus

Lebih terperinci

Prinsip Kewajaran Dan Dokumentasi Sebagai Penangkal Kecurangan Transfer Pricing di Indonesia

Prinsip Kewajaran Dan Dokumentasi Sebagai Penangkal Kecurangan Transfer Pricing di Indonesia Prinsip Kewajaran Dan Dokumentasi Sebagai Penangkal Kecurangan Transfer Pricing di Indonesia Wika Arsanti Putri Universitas Airlangga e-mail: wikaarsanti@gmail.com Abstract - This study is a normative

Lebih terperinci

Comprehensive Tax Planning 2014

Comprehensive Tax Planning 2014 Updating Manajemen Pemeriksaan Pajak dan Penyelesaian Sengketa Pajak 5 Juli 2014 Training Room Ortax 08.30 16.00 Updating Teknik Praktis Faktur Pajak (efaktur Pajak) Sesuai PER-16/PJ/2014 dan PER- 17/PJ/2014

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.I. Simpulan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan pengamatan, penghitungan, dan pembahasan terhadap pelaksanaan Tax Treaty antara Indonesia dan United Kingdom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum (Wheatcorft, 1955) dan seringkali dikaitkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum (Wheatcorft, 1955) dan seringkali dikaitkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, tidak mengherankan

Lebih terperinci

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Oleh : Misdawati 1110531019 Risa Kurnia 1210532063 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA TRANSFER ATAS TRANSAKSI INTERNASIONAL DARI PERSPEKTIF PERPAJAKAN INDONESIA. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

PENENTUAN HARGA TRANSFER ATAS TRANSAKSI INTERNASIONAL DARI PERSPEKTIF PERPAJAKAN INDONESIA. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK PENENTUAN HARGA TRANSFER ATAS TRANSAKSI INTERNASIONAL DARI PERSPEKTIF PERPAJAKAN INDONESIA Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK Salah satu terobosan Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka mengamankan

Lebih terperinci

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh : Muhammad Fadli 3110911009 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERPAJAKAN INTERNASIONAL KASUS TAX TREATY

PERPAJAKAN INTERNASIONAL KASUS TAX TREATY PERPAJAKAN INTERNASIONAL KASUS TAX TREATY Cahyaning Satyka Dina Amalia Fildzah Dessyana Margareth Sophia Kasus Tax Treaty: PT. Cantika Indah ( Perusahaan ) bergerak di bidang produksi alat-alat kosmetik

Lebih terperinci

KETENTUAN PENERAPAN P3B DAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B PERDIRJEN SEBELUMNYA

KETENTUAN PENERAPAN P3B DAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B PERDIRJEN SEBELUMNYA KETENTUAN PENERAPAN P3B DAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B PERDIRJEN SEBELUMNYA Perdirjen Pajak Nomor 61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan P3B s.t.d.t.d. Perdirjen Pajak Nomor 24/PJ/2010 (11 Pasal): #Pemotongan

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah N

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah N No.404, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pertukaran Informasi. Perpajakan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.03/2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.03/2014 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN BERSAMA (MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE) DENGAN

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga

BABl PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga - ',' BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir 1m, penerimaan pajak dalam pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) PENGERTIAN DAN TUJUAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Perjanjian penghindaran pajak berganda adalah perjanjian pajak antara dua negara bilateral

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP TRANSAKSI TRANSFER PRICING PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL DI INDONESIA

EVALUASI ATAS PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP TRANSAKSI TRANSFER PRICING PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL DI INDONESIA EVALUASI ATAS PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP TRANSAKSI TRANSFER PRICING PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL DI INDONESIA Indah Dewi Nurhayati indah.dewi.nurhayati@gmail.com FE Universitas Widyagama Malang Abstrak

Lebih terperinci

International Tax Law Principles. CHRISTINE, M.Int.Tax, CA

International Tax Law Principles. CHRISTINE, M.Int.Tax, CA International Tax Law Principles CHRISTINE, M.Int.Tax, CA Agenda Concept of International Tax Juridical vs Economic double taxation World wide income vs territorial income Conflicts under international

Lebih terperinci

PERPAJAKAN INTERNASIONAL

PERPAJAKAN INTERNASIONAL Modul ke: Fakultas EKONOMI PERPAJAKAN INTERNASIONAL Pengertian Pajak Berganda (Double taxation) para ahli, pemajakan berganda dalam aspek Nasional dan Internasional, Penerapan pajak berganda dalam UU PPh

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.03/2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.03/2015 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KESEPAKATAN HARGA TRANSFER (ADVANCE PRICING AGREEMENT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh masing-masing negara, memungkinkan terjadinya variasi tarif PPh badan antara satu negara

Lebih terperinci

TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN

TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/PMK.010/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE

Lebih terperinci

A. PENENTUAN WAJIB PAJAK YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN DAN MENYIMPAN DOKUMEN PENENTUAN HARGA TRANSFER

A. PENENTUAN WAJIB PAJAK YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN DAN MENYIMPAN DOKUMEN PENENTUAN HARGA TRANSFER LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 213/PMK.03/2016 TENTANG : JENIS DOKUMEN DAN/ATAU INFORMASI TAMBAHAN YANG WAJIB DISIMPAN OLEH WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN TRANSAKSI DENGAN PARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang berkembang dengan cepat membuat kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, transportasi, sistem informasi hingga perekonomian sehingga kegiatan

Lebih terperinci

TAX JURISDICTION. Original Paper Created by : Eka Daswindar

TAX JURISDICTION. Original Paper Created by : Eka Daswindar TAX JURISDICTION Salah satu isu terpenting dalam perpajakan internasional adalah menetapkan negara mana yang mempunyai hak untuk mengenai pajak atas penghasilan. Sistem perpajakan yang berbeda dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara di dunia. Berdasarkan cara pandang tersebut, para pengusaha dari berbagai negara dapat

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. A. Permintaan Informasi kepada Otoritas Pajak Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. A. Permintaan Informasi kepada Otoritas Pajak Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 125/PMK.010/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF INFORMATION)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat pejorative. Pengertian netral

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat pejorative. Pengertian netral 13 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Transfer Pricing 2.1.1 Pengertian Transfer Pricing Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian yang bersifat netral dan

Lebih terperinci

BAB IV HARMFUL TAX PRACTICES

BAB IV HARMFUL TAX PRACTICES BAB IV HARMFUL TAX PRACTICES Era globalisasi telah secara positif mempengaruhi negara-negara untuk mereformasi sistem perpajakannya agar dapat mengakomodasi perkembangan usaha dunia internasional. Namun,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF INFORMATION)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF INFORMATION) PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF INFORMATION) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 1. Tahap persyaratan pencatatan dan penyediaan informasi awal analisis FAR

BAB 4 PEMBAHASAN. 1. Tahap persyaratan pencatatan dan penyediaan informasi awal analisis FAR BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Ketentuan Analisis FAR di Indonesia Wewenang Direktur Jenderal Pajak untuk Memberikan Wewenang DJP untuk menentukan remunerasi berdasar fungsi dan data pembanding terdapat pada Penjelasan

Lebih terperinci

Potret Kecil Transfer Pricing dalam Bingkai Besar Perdagangan Dunia

Potret Kecil Transfer Pricing dalam Bingkai Besar Perdagangan Dunia Potret Kecil Transfer Pricing dalam Bingkai Besar Perdagangan Dunia Oleh: Agung Budilaksono Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Transfer pricing merupakanan masalah umum perusahaan multinasional

Lebih terperinci

Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA

Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA RUANG LINGKUP P3B Untuk mempermudah pemahaman pembaca tentang P3B, maka ruang lingkup P3B dengan menggunakan United Nations (UN) Model dikelompokkan sebagai

Lebih terperinci

MEMAHAMI TAX TREATY. Taxes Covered

MEMAHAMI TAX TREATY. Taxes Covered MEMAHAMI TAX TREATY Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan perekonomian dapat dengan mudah melintasi batas territorial suatu Negara (Gunadi, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015, ASEAN akan

BAB I PENDAHULUAN. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015, ASEAN akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa investasi dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berganda (double taxation). Untuk menghindari double taxation, maka dibuat

BAB I PENDAHULUAN. berganda (double taxation). Untuk menghindari double taxation, maka dibuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja asing yang bekerja atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia membawa dampak positif dalam menggerakkan perekonomian nasional. Penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana yang tidak sedikit,

Lebih terperinci

UN Model, OECD Model & Indonesian Model. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

UN Model, OECD Model & Indonesian Model. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com UN Model, OECD Model & Indonesian Model Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Perbandingan UN Model, OECD Model dan Indonesian Model UN Model Model yang dikembangkan untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN

PERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN TUGAS AK-5A PERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN OLEH : RAYNALDO KURNIAWAN (1501035110) LOVIAWAN, AGNES VALENTINA (1501035140) WILLIAM ONGKOJOYO (1501035200) BENJAMIN (1501035266) JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA TRANSFER

PENENTUAN HARGA TRANSFER PENENTUAN HARGA TRANSFER PENGERTIAN HARGA TRANSFER PERTUKARAN INTERNAL YANG DIUKUR OLEH HARGA TRANSFER, MENGHASILKAN: 1. PENDAPATAN BAGI PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN YANG MENYERAHKAN (DIVISI PENJUALAN) 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan untuk melakukan pengembangan pasar untuk meningkatkan permintaan pasar. Permintaan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang masih dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang masih dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan kondisi bangsa Indonesia yang masih dalam kategori negara berkembang maka bangsa Indonesia masih harus terus menerus melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (2) Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha 1. Bentuk Penggabungan Usaha Penggabungan usaha yang dilakukan oleh PT MB Tbk, PT KS, PT MS dan PT TS, merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Tax Avoidance OECD sendiri tidak memberikan definisi tax avoidance secara tegas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Tax Avoidance OECD sendiri tidak memberikan definisi tax avoidance secara tegas. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tax Avoidance OECD sendiri tidak memberikan definisi tax avoidance secara tegas. OECD hanya memberikan gambaran bahwa tax avoidance biasanya dipergunakan

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Cara Mudah memahami PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3b) (TAX TREATY IS EASY) Penulis : Hendharto Oetomo Olina Rizki Arizal Ngakan Putu Ardana TAX BOOK - Preliminary (8 Sept 2015).indd 1 Cara Mudah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan investasi, salah satunya adalah transfer pricing. Meskipun beberapa

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan investasi, salah satunya adalah transfer pricing. Meskipun beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya era globalisasi menyebabkan perekonomian berkembang tanpa mengenal batas negara. Perusahaan multinasional akan menghadapi masalah perbedaan tarif pajak

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.161, 2010 KEUANGAN NEGARA. Pajak Penghasilan. Penghitungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

07 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Read More...

07 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Read More... Pengelolaan Komprehensif dan Pemeriksaan PPh Potput Updating Aspek Praktis PPN & Kupas Tuntas Faktur Pajak 21 Mei 2014 24 Mei 2014 Aspek Perpajakan Merger, Akuisisi dan Holding Comprehensive Tax Planning

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE TAX ON SEMINAR CONFERENCE : Transfer Pricing : Practice and Theory in Transparency Era

TERM OF REFERENCE TAX ON SEMINAR CONFERENCE : Transfer Pricing : Practice and Theory in Transparency Era TERM OF REFERENCE TAX ON SEMINAR CONFERENCE Nama Kegiatan : TAX ON SEMINAR CONFERENCE Tema : Transfer Pricing : Practice and Theory in Transparency Era Tujuan : 1. Sebagai sarana diskusi ilmiah, diseminasi,

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN BUKU REFERENSI BAB

POKOK BAHASAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN BUKU REFERENSI BAB Buku Wajib:, International Accounting, 5 th Edition, Prentice Hall, 2005. (C), International Accounting and Multinational Enterprises. 5 th Edition. John Wiley & Son, Inc., 2002 (R) Referensi Lain: IFRS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia saat ini mengacu kepada perekonomian global.tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi kian hari kian menyeluruh.arus informasi dan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki era globalisasi, transaksi internasional atau transaksi antar negara menjadi hal yang lazim dilakukan. Transaksi ini dapat berupa perdagangan internasional,

Lebih terperinci

19 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Juni 2014 Training Room Ortax Read More...

19 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Juni 2014 Training Room Ortax Read More... Tax Aspect on Production Sharing Contract (PSC) 19 Juni 2014 Audit dan Keberatan Kepabeanan dan Cukai Basic Transfer Pricing 23 Juni 2014 Training Room Ortax 08.30 16.00 26 28 Juni 2014 Training Room Ortax

Lebih terperinci

AKSES INFORMASI KEUANGAN

AKSES INFORMASI KEUANGAN AKSES INFORMASI KEUANGAN Untuk Kepentingan Perpajakan Dedie Sugiarta Global Krisis Global tahun 2008 > berdampak pada hampir semua negara di dunia > perlambatan & ketidakpastian ekonomi dunia Diperlukan

Lebih terperinci

CLAIM FOR RELIEF FROM INDONESIAN INCOME TAX UNDER AVOIDANCE OF DOUBLE TAXATION AGREEMENT

CLAIM FOR RELIEF FROM INDONESIAN INCOME TAX UNDER AVOIDANCE OF DOUBLE TAXATION AGREEMENT Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-22/PJ.35/1993 Tanggal : 31 8-1993 CLAIM FOR RELIEF FROM INDONESIAN INCOME TAX UNDER AVOIDANCE OF DOUBLE TAXATION AGREEMENT This form is to be

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari perpajakan. Secara sederhana pajak adalah instrumen yang dipergunakan oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi bank umum; 2. Direksi perusahaan efek; dan 3. Direksi perusahaan asuransi jiwa, yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah. SALINAN SURAT

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Praktik-praktik penghindaran pajak (tax avoidance) yang pada umumnya dilakukan oleh Foreign

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Reguler Training Bulan Mei Desember 2017

Reguler Training Bulan Mei Desember 2017 Tgl Pelaksanaan Reguler Training Bulan Mei Desember 2017 Judul Details MEI 03/05/2017 Laporan Keuangan dan Akuntansi Pajak details 06/05/2017 Manajemen Pemeriksaan dan Litigasi Pajak details 06/05/2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber dana pemerintah adalah penerimaan dari sektor pajak. Penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum dan pembangunan nasional banyak didanai dari sektor

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci