BAB I PENDAHULUAN. Persoalan yang tampaknya selalu terjadi dalam kelompok atau persekutuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Persoalan yang tampaknya selalu terjadi dalam kelompok atau persekutuan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Persoalan yang tampaknya selalu terjadi dalam kelompok atau persekutuan adalah ketegangan antara pihak yang menginginkan kesatuan dengan pihak yang menginginkan kemandirian atau otonomi. 1 Ketegangan yang dimaksud sering berujung pada perpecahan dalam tubuh kelompok atau persekutuan. Bagi pihak yang menginginkan otonomi, ketegangan itu diakibatkan oleh hal-hal, seperti wilayah kekuasaan yang terlalu luas sehingga ada bagian-bagian tertentu yang merasa kurang diperhatikan; terjadinya pergeseran pemaknaan nilai-nilai sejarah yang melatar-belakangi terbentuknya persekutuan; ketidak-puasan terhadap pemimpin / kepemimpinan; keinginan untuk bebas atau mandiri dari peraturanperaturan yang terlalu birokratis dan mengikat; adanya pihak-pihak yang ingin hak-haknya lebih dihormati dan dihargai; dan karena hilangnya suasana akrab. 2 Hal-hal tersebut menimbulkan ketegangan dalam persekutuan, yang pada akhirnya menyebabkan pihak-pihak tertentu memisahkan diri dari kesatuan persekutuan untuk mendirikan persekutuan baru atau bergabung dengan persekutuan lain yang dianggap mampu menjawab kebutuhan mereka. 1 Hadisumarta Ocarm, Gereja Sebagai Persekutuan, Seri Pastoral 162, Yogyakarta, 1989, hlm Erwin W.Lutzer, Berbeda Namun Satu Tubuh, Gandum Mas, Malang, 1994, hlm

2 Pada sisi yang lain, ada pihak yang lebih menekankan kesatuan. Penekanan itu diakibatkan antara lain karena mereka ingin tetap menghidupkan sejarah yang melatar-belakangi terbentuknya persekutuan itu; karena kesatuan dipandang bisa menjamin jumlah anggota tetap banyak sehingga dapat diorganisir untuk melakukan program-program yang lebih besar; dan karena sebagai seorang pemimpin, akan lebih senang dan bangga apabila memimpin kelompok yang jumlah anggotanya besar, sehingga dengan demikian akan mendapat keuntungankeuntungan yang tidak diperoleh dalam kelompok yang jumlah anggotanya kecil, seperti misalnya fasilitas-fasilitas yang lebih baik, penghasilan yang lebih tinggi, keadaan ramai atau tidak sepi, 3 dll. Gereja sebagai persekutuan umat percaya juga tidak terlepas dari persoalan yang demikian. Nampak selalu terjadi ketegangan antara pihak yang menginginkan kesatuan dengan pihak yang menginginkan kemandirian atau otonomi. Penyebab dari persoalan yang dikemukakan, disamping seperti telah diuraikan secara umum di atas, Jan Hendriks dalam bukunya Jemaat Vital & Menarik, Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima Faktor menguraikan lima faktor yang mempengaruhi vitalisasi 4 jemaat, yaitu iklim, kepemimpinan, struktur, tujuan dan tugas, dan identitas. 5 Pengertian Hendriks dari kelima faktor 3 Opcit., No.1, Gereja Sebagai..., hlm Jan Hendriks, Jemaat Vital & Menarik, Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima Faktor, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hlm. 17. Jan Hendriks mengartikan Vitalisasi sebagai proses menjadi jemaat berdaya, hidup, dan kreatif 5 Ibid., Jemaat Vital & Menarik..., hlm

3 tersebut tetapi juga akan diperkaya oleh pemikiran-pemikiran yang lain akan diuraikan pada bagian Landasan Teori bab ini. Akibat perpecahan-perpecahan yang terjadi dalam tubuh gereja, maka bentuk gereja menjadi sangat beragam. 6 Di antara bentuk-bentuk gereja yang dimaksudkan, pembicaraan dalam tulisan ini membatasi diri pada tiga bentuk konsep gereja, yaitu konsep Gereja Yang Esa, konsep Gereja Yang Otonom, dan konsep Gereja Rumah. Alasan memilih ketiga konsep gereja tersebut, adalah: 1) untuk konsep Gereja Yang Esa dan konsep Gereja Yang Otonom, dipilih untuk menyesuaikan persoalan yang dikemukakan di depan, bahwa tampaknya dalam sebuah kelompok atau persekutuan selalu terjadi ketegangan antara pihak yang menginginkan keesaan atau kesatuan dengan pihak yang menginginkan kemandirian atau otonomi. 2) Untuk konsep Gereja Rumah, didasarkan pada ketertarikan penulis pada persekutuan kecil. Ketertarikan itu didasarkan pada realitas kehidupan Gereja Rumah, yakni di antara warga jemaat ada keakraban, ada kepedulian satu dengan yang lain, dll. Tokoh-tokoh yang pemikirannya akan diteliti didalam membahas ketiga konsep gereja yang dimaksudkan tetapi di sana sini juga akan diperkaya dengan pemikiran tokoh-tokoh yang lain adalah J.L. Ch. Abineno yang berbicara tentang konsep Gereja Yang Esa, H.L. Senduk berbicara tentang konsep Gereja Otonom, dan Robert Banks berbicara tentang konsep Gereja Rumah. Konsep Gereja Yang Esa dari Abineno berbicara tentang cara berjemaat gereja secara 6 H.L. Senduk, Kedewasaan Rohani, Yayasan Bethel, Jakarta, tth., hlm

4 global atau keseluruhan, khususnya gereja-gereja di Indonesia. Konsep Gereja Otonom dari Senduk berbicara tentang cara berjemaat gereja-gereja secara otonom. Tetapi karena bersifat otonom, maka pembicaraan lebih terarah kepada gereja lokal. Dan konsep Gereja Rumah dari Banks berbicara tentang cara berjemaat dalam persekutuan-persekutuan kelompok atau gereja yang jumlah warga jemaatnya kecil. Alasan memilih Abineno, karena ia merupakan salah satu pemrakarsa berdirinya PGI (Persatuan Gereja-gereja di Indonesia). Ia juga mendorong gereja-gereja untuk menjadi anggota PGI, serta menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya Gereja Yang Esa di Indonesia. Kekumudian ditinjau dari segi kepustakaan, bukubuku karangan Abineno sangat memadai untuk keperluan penulisan ini. Alasan memilih Senduk, karena ia merupakan tokoh intelektual dari gereja-gereja Pantekosta dan Karismatik. Ia menjelaskan cara-cara berjemaat secara otonomi bagi gereja lokal atau jemaat setempat. Ia juga merupakan pendiri Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang menganut sistim Gereja Otonom. Berkaitan dengan GBI, tidak keliru Senduk menyebutnya Gereja Nasional karena memang GBI tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari kota-kota besar sampai ke desa-desa. Disamping itu GBI mempunyai beberapa Sekolah Tinggi Teologi, yang materi pengajarannya kebanyakan menggunakan buku-buku karangan Senduk. Oleh sebab itu pula maka buku-buku karangan Senduk memadai untuk keperluan tulisan ini. Dan konsep Gereja Tumah dari Banks, karena ia adalah pemikir yang hidup di dunia Barat yang menekankan modernisasi. Banks prihatin akan 4

5 pengaruh negatif sekularisasi dan modernisasi, seperti banyak warga jemaat meninggalkan kehidupan gereja, kehidupan gereja semakin luntur dari nilai-nilai Kristen, dan kehidupan gereja sekarang semakin menjauh dari semangat kehidupan gereja abad pertama yang anggota sangat akrab dan saling berbagi hidup. Karena itu Banks mengatakan gereja perlu kembali kebasis kehidupan gereja abad pertama yang mengakar di rumah-rumah. Keprihatinan Banks juga menjadi keprihatian gereja-gereja di Indonesia sekalipun kadarnya tidak sebesar di dunia Barat sehingga konsep pemikiran Banks menjadi relevan untuk dibahas. Dari segi kepustakaan buku-buku karangan Banks pun memadai. Cara berjemaat dari ketiga tokoh sangat berbeda. Perbedaan yang dimaksud diperlihatkan lewat satu kategori pendukung Identitas yang baik bagi satu gereja, seperti yang ditetapkan Jan Hendriks. Kategori yang dimaksud, yaitu Pengertian Gereja dalam masyarakat yang berubah. Kategori-kategori lain dari Identitas, akan dibahas pada bagian Landasan Teori bab ini. Pengertian gereja dari ketiga tokoh yang dimaksud, yaitu: 1. Abineno Gereja eukumenis adalah persekutuan dari gereja secara keseluruhan, sebagai tibuh Kristus. 7 7 Bdk. J.L.Ch. Abineno, Oikumene Dan Gerakan Oikumene 1, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994, hlm. 7. 5

6 2. Senduk Gereja Otonom adalah persekutuan gereja setempat atau lokal, yang mandiri secara organisatoris untuk mengatur dirinya sendiri sesuai dengan peraturan yang dibuat gereja tersebut Banks Gereja Rumah adalah persekutuan jemaat yang jumlah anggotanya kecil. Mereka berkumpul bersama dalam semangat untuk saling memperdulikan, saling menghormti, saling mengerti, dan saling mencintai. 9 Memperhatikan pengertian gereja dalam pandangan Abineno, Senduk, dan Banks dari fakktor identitas, maka didalamnya ditemukan ketegangan, karena tidak adanya kesepahaman antara satu dengan yang lain. Ketegangan terjadi karena Abineno mengatakan gereja adalah persatuan gereja secara keseluruhan, sedangkan Senduk hanya mengartikan gereja sebagai persekutuan gereja setempat. Sementara Banks mengartikan gereja hanya persekutuan dari anggota kelompok kecil yang saling mengasihi dan mempedulikan. Berdasarkan ketegangan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ketiga tokoh tidak akan pernah rukun karena ketiganya hanya hidup dalam konsepnya masingmasing. Abineno hidup dalam pengertiannya terhadap gereja sebagai persatuan dari gereja secara keseluruhan, Senduk hidup dalam pengertianya terhadap gereja 8 Ibid., Sejarah GBI..., hlm Ibid., The Church..., hlm

7 sebagai kesatuan dari warga jemaat lokal, dan Banks hidup dalam pergertiannya tentang gereja sebagai persekutuan dari sekelompok kecil orang percaya yang saling memperdulikan, dan memelihara kehidupan yang saleh, sehingga dapat menjadi saksi yang hidup bagi tetangganya. II. Rumusan Permasalahan Berangkat dari latar belakang persoalan tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dijawab dalam tulisan ini, adalah sebagai berikut: 1. Apa kekuatan dan kelemahan konsep pemikiran dari ketiga tokoh tersebut? 2. Sekalipun konsep berjemaat ketiga tokoh sangat berbeda, adakah sinergi pemikiran mereka, dalam kaitan pengembangan gereja yang damai dan rukun di Indonesia? III. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan yang dimaksudkan, adalah sebagai berikut: 1. Mendalami kekuatan pemikiran Abineno tentang Gereja Yang Esa, kekuatan pemikiran Senduk tentang Gereja Otonom, dan kekuatan pemikiran Banks tentang Gereja Rumah dalam menunjang perkembangan gereja. 2. Membangun sinergi konsep pemikiran di antara konsep Gereja Yang Esa dari Abineno, dengan konsep Gereja Yang Otonomi dari Senduk, dan dengan konsep Gereja Rumah dari Banks sebagai partisipasi kecil dalam menciptakan gereja yang damai dan rukun di Indonesia. 7

8 IV. Hipotesis Jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan dalam problematis tersebut di atas, adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan pemikiran Abineno tentang Gereja Yang Esa, adalah ia mengakar di dalam dunia; kekuatan pemikiran Senduk tentang gereja otonom, adalah pembinaan dan pertumbuhan gereja lokal atau setempat tetap menjadi prioritas; dan kekuatan pemikiran Banks tentang Gereja Rumah, adalah menyediakan wadah, yaitu keluarga sebagai tempat pertumbuhan religius bagi orang percaya di jaman modern, di mana banyak orang tidak lagi mempedulikan agama. 2. Sekalipun pemikiran ketiga tokoh ini sangat berbeda, baik cakupannya maupun pengertiannya, tetapi dalam beberapa hal ketiganya dapat disinergikan. V. Landasan Teoritis Pada bagian Latar Belakang Permasalahan, telah disebutkan secara sepintas bahwa konsep berjemaat dari Abineno, Senduk, dan Banks sangat berbeda. Tentang hal ini, kategori-kategori faktor identitas yang belum dibahas akan memperlihatkannya. Pembahasan ini membatasi diri pada kategori-kategori faktor identitas jemaat yang dapat meningkatkan partisipasi warga jemaat dalam kehidupan gereja, seperti dikemukakan Jan Hendriks. Menurut Hendriks, Identitas gereja dikatakan baik apabila anggota tetap menghayati jati diri atau pengertian mereka sebagai gereja, menghayati apa ciri khas mereka, dan 8

9 mengerti apa misi mereka dalam masyarakat yang berubah. Kategori jati diri atau pengertian sebagai gereja, tidak dibahas di sini karena telah disinggung sebelumnya. Pemahaman tentang identitas, memungkinkan gereja atau orang Kristen tidak mudah larut dalam perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. 10 Belanda adalah konteks Hendriks, di mana warga jemaat telah tidak mengerti tentang diri mereka sebagai gereja, tidak mengerti apa ciri khas mereka, dan dan tidak tahu apa misi mereka di dalam dunia. Kekaburan-kekaburan tersebut berdampak pada banyak warga jemaat meninggalkan kehidupan. Konsep Abineno, Senduk, dan Banks tentang Identitas gereja yang dapat menunjang partisipasi baik dari warga jemaat di dalam kehidupan gereja, berdasarkan kategori-kategori tersebut di atas, adalah sebagai berikut: 1. Abineno Indonesia adalah konteks Abineno, di mana gereja sudah terpecah-pecah, sangat majemuk, dan tidak rukun sehingga pelayanan gereja di dalam dunia menjadi kabur, gereja-gereja melayani berdasarkan kebutuhan masingmasing. 11 a. Ciri Khas Ciri khas konsep Gereja Yang Esa adalah memperjuangkan terbangunnya relasi yang harmonis antar denominasi gereja-gereja, guna menampakkan 10 Opcit., No. 18, Jemaat Vital..., hlm Bdk. J.L.Ch. Abineno, Oikumene Dan Gerakan Oikumene 1, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994, hlm. 7. 9

10 kesatuan gereja Tuhan. 12 b. Misi Misi Gereja Yang Esa adalah menampakkan kesatuan hidup dan kesatuan pelayanan gereja dalam dunia. 13 Kesatuan atau keesaan gereja yang dimaksudkan adalah gereja secara bersama-sama mengarahkan perhatian untuk memberitakan Injil ke dunia. Injil adalah berita kesukaan mengenai pertobatan, kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan. Gereja bersama-sama terpanggil secara bertanggung jawab untuk membebaskan manusia dari penderitaan, kemiskinan, penyakit, ketakutan dan ketidak-pastian hukum. Gereja bersama-sama terpanggil mengusahakan keadilan dalam segala bentuk kehidupan, seperti keadilan di bidang ekonomi, politik, keadilan antar manusia dan golongan, dan keadilan dalam susunan masyarakat. Dan gereja bersama-sama terpanggil untuk berjuang melenyapkan kepalsuan, kemunafikan, korupsi, dan ketidak-jujuran. 14 Konsep gereja yang hanya berfungsi sebagai tempat menampung dan memelihara orang-orang percaya harus ditinggalkan. Demikian halnya konsep golongan Evangelikal dan fundamental yang memandang dunia sebagai kuasa kotor yang membahayakan kesucian gereja dan hanya mementingkan keselamatan jiwa dalam surga, perlu ditinggalkan Opcit., No. 22, Oikumene Dan..., hlm Ibid., Oikumene Dan..., hlm J.L. Ch. Abineno, Oikumene Dan Keesaan1, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994, hlm Ibid., Oikumene dan Keesaan..., hlm

11 2. Senduk Indonesia adalah konteks Senduk. Ia melihat bahwa pertumbuhan kerohanian gereja merosot karena penggembalaan tidak sepenuhnya di tangan pendeta. Pendeta justru sibuk mengurus persoalan-persoalan di luar gereja, sementara pembinaan terhadap warga jemaat, terabaikan. Karena itu Senduk menyebutkan, gereja-gereja sekarang sudah jauh dari karakter gereja mulamula. Pada hal, dalam Kitab Wahyu pasal 2 dan 3 Tuhan Yesus sebagai Kepada Gereja tidak mengirimkan surat-nya kepada pengurus bersama gereja-gereja tetapi kepada masing-masing pendeta di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikea. Oleh karena itu gerejagereja sekarang harus bersifat otonom. 16 a. Ciri Khas Ciri khas dari Gereja Yang Otonom, yaitu menekankan pekerjaan Roh Kudus seperti baptisan Roh dan bahasa lidah, 17 menekankan penginjilan untuk membawa orang menjadi anggota gereja, dan menekankan pelayanan ke dalam gereja setempat. 18 b. Misi Misi Gereja Yang Otonom dalam hal ini adalah Gereja Bethel Indonesia karena gereja itulah yang didirikan Senduk adalah bertumbuh dan 16 H.L. Senduk, Sejarah GBI: Suatu Gereja Nasional Yang Termuda, Yayasan Bethel, Jakarta, tth., hlm Bdk. H.L. Senduk, Kuasa Roh Kudus, Seksi Penerbitan Yayasan Bethel, Jakarta, tth., hlm H.L. Senduk, Firman Yang Hidup, Kumpulan Khotbah,, Yayasan Bethel, Jakarta, tth. Hlm Bdk. juga dengan Opcit., No. 28, Sejarah GBI..., hlm

12 berkembang dengan mendirikan gereja sebanyak-banyaknya, lewat pelayanan kepada masyarakat, serta mengajar dan menggembalakan jemaat dengan baik supaya warga jemaat dapat menjadi saksi-saksi yang hidup dalam dunia Robert Banks Konteks Banks adalah Australia dan Barat. Kehidupan gereja telah meninggalkan Rumah Tangga. Kehidupan gereja telah berpindah ke gedunggedung gereja yang mewah. Hal ini bertentangan dengan Firman Tuhan. Sebagaimana Rasul Paulus dalam surat-suratnya menekankan pentingnya rumah sebagai pusat kehidupan gereja, 20 demikian gereja-gereja sekarang perlu kembali ke rumah, agar pengaruh buruk sekulerisasi dan modernisasi dapat diminimalisir. 21 a. Ciri Khas Ciri khas Gereja Rumah adalah jumlah anggotanya kecil (maksimal 30 orang), 22 tidak harus memiliki gedung gereja, bisa bersifat otonom dari gereja lain, tidak harus mempunyai pendeta, 23 dan gereja kembali 19 Opcit., No. 29, Firman Yang Hidup 2, Hlm Robert Banks, Paul s Idea of Community: The Early House Churches in Their Cultural Setting, Hendrikckson Publiskers, USA, 1994, hlm Robert & Julia Banks, The Church Comes Home, A New Base For Community And Mission, An Albatross Book, USA, 1986, hlm Ibid., The Church..., hlm Ibid., The Church..., hlm

13 menekankan pentingnya gereja-gereja sekarang kembali kepola kehidupan gereja mula-mula. 24 b. Misi Misi Gereja Rumah adalah pewartaan kegembiraan dan kemuliaan Tuhan lewat realitas kehidupan kepada orang yang berada di sekitar gereja dan terlibat aksi sosial dalam lingkup masyarakat. 25 Penjelasan Identitas di atas, semakin meperlihatkan adanya perbedaan tajam antara konsep berjemaat Abineno, Senduk, dan Banks. Tentang hal ini Alo Liliweri memperlihatkan penyebab terjadinya perbedaan tajam itu. Dikatakan bahwa hal itu disebabkan karena terjadinya perbedaan persepsi terhadap normanorma budaya, pola pikir, struktur budaya, dan sistem budaya. 26 Tetapi perbedaan seperti itu tidak perlu terlalu dirisaukan, karena tetap terbuka jalan untuk bekerja sama, selama ada kemauan. Dikatakan Liliweri bahwa untuk membuka kerja sama di antara orang yang konsepnya sangat berbeda, dibutuhkan sikap untuk mengakui dan menerima perbedaan-perbedaan sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki. 27 Dan menurut V.C. Pfitzner dalam kaitan pelayanan gereja, sekalipun pelayan-pelayan Tuhan berbeda, mereka adalah kawan sekerja dalam pelayanan bersama. Dan lebih dari itu mereka adalah kawan 24 Ibid., The Church..., hlm Ibid., The Church..., hlm Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hlm Ibid., Dasar-Dasar..., hlm

14 sekerja Allah. 28 Jadi tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa orang yang konsepnya berbeda tidak bisa bekerja sama dalam sebuah program atau pekerjaan. Lebih jauh Liliweri mengatakan, bahwa untuk membuka komunikasi terhadap orang atau kelompok yang konsepnya berbeda, dibutuhkan alat / sarana yang dapat menghubungan orang atau kelompok yang berbeda tersebut. 29 Alat / sarana yang dipergunakan untuk menghubungkan konsep berjemaat menurut Abineno, Senduk, dan Banks adalah metode Lima Faktor dari Jan Hendriks. Metode Lima Faktor dari Jan Hendriks digunakan untuk mempelajari dan melihat kekuatan konsep berjemaat Abineno, Senduk, dan Banks. Kekuatan-kekuatan tersebut dibutuhkan guna penyusunan sinergi untuk ditawarkan sebagai konsep berjemaat yang rukun dengan sesama gereja dan rukun lingkungan di Indonesia. Karena hanya sebagai alat, kriteria faktor-faktor dari Jan Hendriks tidak mengikat dalam membicarakan isi konsep masing-masing tokoh. Kecuali pada Bab III, ketika pembicaraan mengenai kekuatan dan kelemahan dari konsep masingmasing tokoh, kriteria faktor-faktor tersebut digunakan sebagai pembatas, supaya pembahasan tidak melebar ke mana-mana. Mengenai pengertian dari masingmasing faktor, akan digunakan karena Abineno, Senduk, dan Banks tidak membicarakannya. 28 V.C. Pfitzner, Kesatuan dalam Kepelbagaian, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2004, hlm Opcit., No. 41, Dasar-Dasar..., hlm

15 Oleh karena itu, dianggap perlu memaparkan pengertian dan isi metode Lima Faktor. Pengertian dan isi atau kriteria-kriteria metode Lima Faktor yang dimaksudkan, adalah sebagai berikut: 1. Iklim Iklim adalah keseluruhan prosedur dan tata cara pergaulan yang khas bagi organisasi. 30 Iklim yang baik di dalam organisasi dapat terjadi apabila ada keakraban antara anggota, orang biasa mendapat perlakuan baik dari organisasi, 31 dan ada peraturan jelas yang mengatur pergaulan antara anggota kelompok satu dengan anggota yang lain. Berkaitan dengan perlakuan baik organisasi kepada anggota biasa, Harold S. Bender dalam membicarakan perlakuan organisasi gereja kepada warga jemaat mengatakan, sikap yang demikian merupakan tanggapan nyata terhadap Injil Kristus. 32 Sedangkan Rob van Kessel mengatakan, perlakuan yang demikian merupakan keharusan karena semua warga jemaat mempunyai derajat dan martabat sama, yang perlu dijunjung tinggi Struktur Struktur adalah keseluruhan relasi antara orang yang memegang posisiposisi organisatoris, baik yang formal maupun informal, institusional 30 Ibid., Jemaat Vital & Menarik..., hlm Ibid., Jemaat Vital & Menarik..., hlm Harold S. Bender, These My People, Herald Press Scottdale, Pennsylvania, USA, 1962, hlm Rob van Kessel, 6 Tempayan Air, Kanisius, Yogyakarta, 1997, hlm

16 maupun yang tidak institusional. 34 Struktur menjadi baik apabila memperhatikan keseimbangan antara kepentingan individu, tujuan bersama, dan relasi paguyuban. Relasi paguyuban, dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu relasi antara individu dengan individu dalam organisasi, relasi antara individu dengan organisasi atau dengan kelompok-kelompok dalam organisasi, dan relasi antara kelompok-kelompok dalam organisasi. Dengan demikian struktur dapat dikatakan baik, apabila jelas dan sederhana, desentralisasi, komunikatif, serta sejajar atau mudah dilakukan oleh semua anggota. 3. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah suatu fungsi yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang atau kelompok pemimpin yang telah diangkat untuk bekerja sendiri, tetapi bekerja bersama-bersama dengan anggota organisasi. Dengan demikian kepemimpinan dapat diartikan sebagai bentuk perilaku tertentu yang membantu organisasi untuk sampai pada hasil yang diinginkan. 35 Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang melayani. 36 Kempemimpinan yang melayani mempunyai beberapa sifat, yaitu mudah didekati oleh anggota, mendengarkan dengan baik, mengurangi jarak dengan anggota, terbuka terhadap kritikan, dapat menyesuaikan diri dengan kondisi 34 Opcit No. 7, Jemaat Vital & Menarik..., hlm Ibid, Jemaat Vital & Menarik..., hlm Ibid, Jemaat Vital & Menarik..., hlm

17 organisasi, dan adanya realsi baik antara pemimpin dengan anggota organisasi. Berkaitan dengan kepemimpinan yang melayani, Marlin E. Miller menyebutnya sebagai kepemimpinan yang memberi diri, bukan mendominasi atau menguasai. 37 Sedangkan Donald B. Kraybill mengibaratkan kepemimpinan yang melayani dengan sebuah tangga yang berdiri tegak. Pada setiap anak tangga terdapat sebuah jabatan. Bagi organisasi secara keseluruhan, pejabat yang berada pada anak tangga yang paling di atas adalah orang yang paling besar kekuasaannya dalam menguasai dan mendominasi orang yang berada di bawahnya. Tetapi menurut Kraybill, dalam kepemimpinan jemaat yang bersifat melayani, orang yang menduduki anak tangga paling di atas, harus turun ke bawah lebih rendah dari semua orang yang berada di bawah, memberikan hidupnya untuk melayani orang-orang tersebut Tujuan dan Tugas Tujuan adalah kondisi atau sesuatu yang hendak dicapai oleh organisasi, sedangkan tugas adalah pekerjaan yang dibebankan dan disanggupi oleh seseorang atau kelompok dalam mengupayakan tercapainya tujuan yang ditetapkan organisasi 39 Sifat-sifat dari tujuan, adalah jelas, konkret, dan 37 Marlin E. Miller, Theology for the churh, Institute of Mennonite Studies Elkhart, Indiana,USA, 1999, hlm Donald B. Kraybill, Kerajaan Yang Sungsang, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm. 3, Opcit.,No. 12, Jemaat Vital & Menarik..., hlm

18 relevan sehingga pihak yang bertugas tertarik dan tidak bingung mengerjakan tugas-tugas tersebut. 5. Identitas Identitas sering juga dihayati sebagai jatidiri, atau kekhasan organisasi yang mencirikan dan membedakannya dari oerganisasi yang lain. 40 Identitas dikatakan baik apabila anggota tetap menghayati identitas diri organisasi tentang apa latar belakang mereka, siapa mereka, apa ciri khas, dan apa misi mereka dalam masyarakat yang berubah. 41 Kelima faktor tersebut di atas juga mempengaruhi partisipasi 42 anggota dalam kehidupan jemaat. Apabila tidak mendapat perhatian yang serius maka jemaat akan selalu berada dalam ketegangan antara pihak yang menginginkan kesatuan dengan pihak yang menginginkan otonomi, yang akhirnya sampai pada perpecahan. VI. Judul Tesis Judul tesis yang diusulkan adalah: BEKERJA SAMA SEKALIPUN BERBEDA SINERGI ANTARA KONSEP BERJEMAAT MENURUT ABINENO, SENDUK, DAN BANKS 40 Ibid., Jemaat Vital & Menarik..., hlm Ibid., Jemaat Vital & Menarik..., hlm Ibid., Jemaat Vital & Menarik..., hlm. 29. Hendriks mengartikan partisipasi dalam tiga hal, yaitu: 1) hadir, 2) ikut dalam proses-proses komunikasi dan interaksi, 3) ikut memvitalkan jemaat secara keseluruhan. 18

19 Ada dua hal yang perlu ditegaskan dari judul di atas, yaitu: 1. Bekerja Sama Sekalipun Berbeda Kalimat ini menjelaskan bahwa seseorang / sebuah kelompok, sekalipun sangat berbeda konsepnya terhadap sesuatu, orang-orang atau kelompokkelompok tersebut dapat bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan. Demikian halnya dengan konsep-konsep tentang cara berjemaat dari beberapa tokoh, sekalipun sangat berbeda, tetapi memiliki kesamaan / kesinambungan pada sisi-sisi tertentu, yang dapat dijadikan acuan, pelajaran, dan pengetahuan guna membangun cara berjemaat yang lebih baik. 2. Sinergi Kata sinergi dapat dimaknai sebagai upaya untuk mencari kesamaan, titik temu, kesinambungan, dll. dari sebuah konsep pemikiran yang sangat berbeda dan bertentangan guna menciptakan perdamaian dan pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. VII. Metode Penelitian Motode yang digunakan adalah penelitian pustaka. Kekuatan dan kelemahan konsep pemikiran Abineno tentang Gereja Yang Esa, konsep pemikiran Senduk tentang Gereja Yang Otonom, dan konsep pemikiran Banks tentang Gereja Rumah akan diteliti dengan menggunakan kaca mata metode Lima Faktor dari Jan Hendriks. Setelah kekuatan dan kelemahan masing-masing konsep pemikiran itu dirumuskan, selanjutnya kekuatan-kekeuatan tersebut disinergikan. 19

20 VIII. Sistematika Penulisan A. Bab I Pendahuluan B. Bab II Kekuatan dan Kelemahan konsep pemikiran Abineno tentang Gereja Yang Esa, konsep pemikiran Senduk tentang Gereja Yang Otonom, dan konsep pemikiran Banks tentang Gereja Rumah akan diteliti dengan menggunakan teori Metode Lima Faktor dari Jan Hendriks. C. Bab III Sinergi antara kekuatan konsep pemikiran Abineno tentang Gereja Yang Esa, konsep pemikiran Senduk tentang Gereja Yang Otonom, dan konsep pemikiran Banks tentang Gereja Rumah. D. Bab IV Penutup 20

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB PENDAHULUAN Pelajaran ini adalah tentang dasar Alkitab dari kelompok sel. Anda akan mendengar banyak ayat-ayat Firman Tuhan selama kita mempelajari pelajaran

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin melanjutkan bagian berikutnya dalam seri khotbah Menemukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya.

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya. TUBUH KRISTUS Pengantar Apakah Tubuh Kristus itu? Apakah sama dengan Gereja? Mungkin definisi yang sangat sederhana ini akan dapat menjelaskannya. Tubuh Kristus terdiri dari orang-orang percaya dalam semua

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Defenisi Gereja menurut Alkitab Di terjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti dipanggil keluar. Ungkapan ini pada umumnya digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja. Di Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Keadaan Umum Gereja Saat Ini Gereja yang dahulu hanya berfungsi dan dianggap jemaat sebagai tempat bersekutu, merasa tenang, menikmati liturgi yang menarik,

Lebih terperinci

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa Tujuan: Jemaat memahami bahwa pemberian (sumber daya, ide, waktu, dana, dan materi) merupakan salah satu wujud perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria KESATUAN ALKITAB DAN GEREJA ATAU JEMAAT Roh Kudus merupakan kekuatan penggerak di belakang kesatuan Jemaat (Ef. 4:4-6). Dengan memanggil mereka dari pelbagai suku-bangsa, Roh Kudus membaptiskan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberadaan gereja di dunia ini menjadi tanda dan alat bagi misi Allah. Misi Allah ini terkait dengan kehendak Allah yang menyelamatkan seluruh umat manusia. Dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

Bekerja Dengan Para Pemimpin

Bekerja Dengan Para Pemimpin Bekerja Dengan Para Pemimpin Sudah lebih dari setahun Kim menjadi anggota gerejanya. Dia telah belajar banyak sekali! Ia mulai memikirkan pemimpin-pemimpin di gereja yang telah menolongnya. Ia berpikir

Lebih terperinci

Saya Dapat Menjadi Pekerja

Saya Dapat Menjadi Pekerja Saya Dapat Menjadi Pekerja Sekarang Kim lebih banyak mengerti mengenai gereja dan berbagai pelayanan yang Tuhan berikan kepada anggotaanggotanya. Ketika ia memandang jemaat, ia melihat bahwa tidak setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu

Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu Lesson 9 for August 26, 2017 Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu Mengingat permulaan. Galatia

Lebih terperinci

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD 25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan

Lebih terperinci

Menjadi Anggota Masyarakat Gereja

Menjadi Anggota Masyarakat Gereja Menjadi Anggota Masyarakat Gereja Chee Kim adalah seorang anak yatim piatu. Meskipun ia baru berusia enam tahun, ia hidup sebagai gelandangan di kota Hong Kong. Ia tidak mempunyai keluarga. Pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit 15 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Paulus Catatan Umum Hampir separuh PB, yakni 13 kitab, memakai nama Paulus sebagai penulisnya (= Suratsurat Paulus). Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

@UKDW BAB. I P E N D A H U L U A N Latar Belakang Masalah.

@UKDW BAB. I P E N D A H U L U A N Latar Belakang Masalah. BAB. I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah. Merupakan tanggung jawab Gereja dewasa ini untuk memperhatikan iklim kehidupan bergereja dalam jemaat. Sebab anggota Gereja dan para pelayan Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, di berbagai tempat di dunia, terkhusus di Indonesia, terjadi perubahan yang cukup mencolok dalam partisipasi jemaat

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin. BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pemahaman Iman GPIB Buku 1a, Ketetapan Persidangan Sinode XIX, h

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pemahaman Iman GPIB Buku 1a, Ketetapan Persidangan Sinode XIX, h BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Tugas Gereja adalah persekutuan, pelayanan, dan kesaksian, yang disebut dengan tri dharma Gereja 1 yang dinyatakan di dalam : persekutuan, bahwa Gereja dipanggil

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya

Lebih terperinci

MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1

MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1 MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1 Pengantar Mengapa kita harus berbahasa roh? Bagi saya, kedengarannya seperti orang menyerepet saja. Bukankah bahasa roh itu biasanya menimbulkan masalah dalam

Lebih terperinci

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN SECARA ROHANI DAN SECARA ORGANISASI

PERBEDAAN ANTARA PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN SECARA ROHANI DAN SECARA ORGANISASI PERBEDAAN ANTARA PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN SECARA ROHANI DAN SECARA ORGANISASI SEBUAH KARYA TULIS ILMIAH DITUJUKAN KEPADA Dr. Suhento Liauw, S.Th., M.R.E., D.R.E., Th.D DOSEN GRAPHE INTERNATIONAL THEOLOGICAL

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perusakan lingkungan hidup di planet bumi yang paling nyata adalah pengeksploitasian sumber daya alam berupa pembabatan hutan, baik untuk tujuan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

PEKABARAN KEPADA 3 JEMAAT SARDIS, FILADELFIA, DAN LAODIKIA. Pdt Gerry CJ Takaria

PEKABARAN KEPADA 3 JEMAAT SARDIS, FILADELFIA, DAN LAODIKIA. Pdt Gerry CJ Takaria PEKABARAN KEPADA 3 JEMAAT SARDIS, FILADELFIA, DAN LAODIKIA Kota Sardis terletak 30 mil sebelah Tenggara Tiatira dan 50 mil sebelah Timur Smirna Berada di kaki gunung Tmolus dan lembah sungai Hermus Tempat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa III Berdoalah dengan Seorang Teman II Berdoalah dengan Keluarga Saudara III Berdoalah dengan Kelompok Doa II Berdoalah dengan Jemaat Pelajaran ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan hakekat keberadaan Gereja sebagai yang diutus oleh Kristus ke dalam dunia, maka gereja mempunyai hakekat yang unik sebagai berikut

Lebih terperinci

Para Pekerja Saling Memerlukan

Para Pekerja Saling Memerlukan Para Pekerja Saling Memerlukan Kim masih terus mengajar kelasnya yang terdiri dari anak laki-laki. Dia telah memperkembangkan karunianya untuk mengajar dengan jalan memakai karunia itu. Pada suatu hari

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar yang dikenal karena keberagaman budaya dan banyaknya suku yang ada di dalamnya. Untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai pemimpin dan kepemimpinan 1 akan tetap menjadi permasalahan yang menarik, serta senantiasa menjadi bahan yang relevan

Lebih terperinci

PELAYANAN GEREJA TUHAN

PELAYANAN GEREJA TUHAN PELAYANAN GEREJA TUHAN CATATAN SISWA No. Tanggal Kirim Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara............................ Alamat. Kota,. Propinsi. Umur....... Laki-laki/perempuan............

Lebih terperinci

PENDIDIKAN TEOLOGI: PERAN STT DALAM PEMBERITAAN INJIL. Oleh: Pdt. Dr. Arnold Tindas

PENDIDIKAN TEOLOGI: PERAN STT DALAM PEMBERITAAN INJIL. Oleh: Pdt. Dr. Arnold Tindas 1 PENDIDIKAN TEOLOGI: PERAN STT DALAM PEMBERITAAN INJIL Oleh: Pdt. Dr. Arnold Tindas Pendidikan Tinggi Teologi (PTT) di Indonesia pada akhir dasawarsa abad ke-20 dan permulaan abad ke-21 ini mengalami

Lebih terperinci

P E K A B A R A N K E PA D A 3 J E M A AT S A R D I S, F I L A D E L F I A, D A N L A O D I K I A. WA H Y U 3 Pdt Gerry CJ Takaria

P E K A B A R A N K E PA D A 3 J E M A AT S A R D I S, F I L A D E L F I A, D A N L A O D I K I A. WA H Y U 3 Pdt Gerry CJ Takaria P E K A B A R A N K E PA D A 3 J E M A AT S A R D I S, F I L A D E L F I A, D A N L A O D I K I A WA H Y U 3 PEKABARAN UNTUK JEMAAT SARDIS (WAHYU 3:1-6) - KENYATAAN Kota Sardis terletak 30 mil sebelah

Lebih terperinci