Deteksi Gen Target INH pada DNA Sputum Basil Tahan Asam Positif dengan Teknik Polymerase Chain Reaction

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Deteksi Gen Target INH pada DNA Sputum Basil Tahan Asam Positif dengan Teknik Polymerase Chain Reaction"

Transkripsi

1 Artikel Penelitian Deteksi Gen Target INH pada DNA Sputum Basil Tahan Asam Positif dengan Teknik Polymerase Chain Reaction Maria Lina R,* Budiman Bela,** Mukh Syaifudin*** *Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) **Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia ***Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN Abstrak: Tuberkulosis, suatu penyakit infeksi yang mengakibatkan kematian terbesar di dunia adalah salah satu emerging infectious disease, yaitu penyakit menular yang masalahnya semakin berkembang hingga kini. Masalah tuberkulosis menjadi rumit dan diperberat dengan adanya kuman Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap obat anti tuberkulosis (OAT), seperti isoniazid (INH). Resistensi ini dapat dideteksi dengan menganalisis gen yang menyandi target INH seperti gen kat-g dan kas-a. Penelitian untuk mengetahui keberadaan gen tersebut telah dilakukan pada 25 sampel sputum BTA positif. DNA sputum diekstraksi dengan menggunakan 3 macam metode yaitu metode Boom, proteinase-k, dan pemanasan. Keberadaan gen target INH dideteksi dengan teknik PCR menggunakan 2 pasang primer oligonukleotida masing-masing untuk gen kat-g dan kas-a, yang dilanjutkan dengan proses elektroforesis gel agarosa. Dari hasil penelitian terlihat keberadaan gen kat-g pada 24 sampel dari 25 DNA sampel sputum yang diekstraksi dengan metode Boom maupun proteinase-k, 1 sampel di antaranya menunjukkan hasil negatif (tidak terlihat pita DNA), dan dengan metode pemanasan hasil negatif terlihat pada 3 sampel. Pita DNA terlihat tipis masing-masing pada 1 dan 5 sampel dari 24 sampel positif tersebut dengan menggunakan metode Boom dan proteinase-k. Dari 25 sampel sputum, 24 sampel menunjukkan hasil positif untuk keberadaan gen kas-a dan 1 sampel negatif dengan metode Boom, sedangkan dengan metode proteinase-k dan pemanasan memperlihatkan hasil negatif masing-masing pada 7 dan 16 sampel sputum. Dari hasil tersebut, terlihat bahwa untuk mendeteksi keberadaan gen kat-g dan kas-a pada DNA sputum BTA positif dengan teknik PCR, metode ekstraksi DNA yang terbaik adalah metode Boom. Modifikasi metode ekstraksi DNA yang lebih sederhana yang mendekati metode Boom, perlu untuk dilakukan. Kata kunci: PCR, gen kat-g, gen kas-a, basil tahan asam, metode Boom, metode proteinase-k, metode pemanasan. 245

2 Detection of INH Target Genes on DNA of Positive Acid Fast Stain Sputum Using PCR Technique Maria Lina R,* Budiman Bela,** Mukh Syaifudin*** *Center for the Application Isotopes and Radiation Technology, National Nuclear Energy Agency **Department of Microbiology, Faculty of Medicine, University of Indonesia ***Center for Radiation Safety and Metrology Technology, National Nuclear Energy Agency Abstract: Tuberculosis, the world s major diseases, is one of the emerging infectious diseases. The tuberculosis problem has become complicated and burdensome due to the emergence of drug resistan such as isoniazid (INH) resistant strains of Mycobacterium tuberculosis. The resistance can be detected by analyzing the genes which code the INH target genes such as kat-g and kas-a. Research to investigate the existence of the genes has being carried out on 25 positive acid fast stain sputum samples. The extraction of sputum DNA was done by means of three kind of methods including Boom s method, proteinase-k, and boiling methods. PCR technique with two pairs of the oligonucleotide primers for kat-g and kas-a genes, subsequently continued with the agarose gel electrophoresis process, were used for detecting the existence of the genes. Results revealed that the existence of kat-g gene can be detected on 24 of the 25 sputum samples DNA which extracted by either Boom s or proteinase-k methods, 1 sample were negative result, and by using boiling method, 3 samples showed the negative results. However, the DNA bands of 1 and 5 samples from 25 positive samples mentioned above, appeared to be thin bands by using Boom s and proteinase- K, respectively. The existence of kas-a gene showed the positive results on 24 samples of the 25 sputum samples DNA and 1 sample was negative by means of Boom s method, whereas with proteinase-k and boiling methods, the negative results appeared on 7 and 16 sputum samples, respectively. From the results mentioned above, it can be concluded that the best DNA extraction method is Boom s method. However, the more simple method that is as same as Boom s method, is necessary to be carried out. Key words: PCR, kat-g gene, kas-a gene, INH, acid fast stain bacilli, Boom s method, proteinase- K method, boiling method. Pendahuluan Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oleh kuman M. tuberculosis, sebagai penyebab kematian terbesar di dunia dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut laporan WHO, Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar kasus tuberkulosis di dunia setelah India dan Cina. 1 Bahkan TB menduduki peringkat pertama penyebab kematian karena penyakit menular. WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi kasus baru tuberkulosis dan kematian akibat tuberkulosis, khususnya di pedesaan dan perkotaan yang kumuh. 2 Masalah tuberkulosis diperberat dengan adanya kuman resisten terhadap obat anti tuberkulosis (OAT). Faktor yang mempengaruhi penderita TB resisten terhadap OAT sangat beragam seperti kepatuhan berobat, pemberian obat yang tidak optimal, serta mutasi (perubahan genetik) bakteri M. tuberculosis. Penderita yang terinfeksi dengan kuman resisten tersebut merupakan sumber penularan terhadap penderita lain, keluarga, dan para petugas kesehatan yang terlibat. Isoniazid (INH) diperkenalkan sebagai salah satu obat antituberkulosis sejak tahun 1950 dan merupakan OAT yang mempunyai aktivitas tinggi melawan M. tuberculosis kompleks. 3 Isoniazid bersama dengan rifampisin dipakai sebagai pengobatan utama penyakit tuberkulosis. Resistensi M. tuberculosis terhadap INH karena adanya perubahan asam amino akibat mutasi pada gen-gen yang menjadi target OAT tersebut seperti misalnya gen kat-g, kas-a yang masingmasing menyandi enzim katalase-peroksidase dan β-ketoacyl- ACP-synthase. Mutasi pada gen tersebut menye-babkan inaktivasi enzim yang berfungsi mengaktifkan kerja INH. 3,4 Beberapa penelitian menyatakan frekuensi strain bakteri yang resisten INH mengalami mutasi pada gen kat-g sebesar ±60-70%, selebihnya resisten INH disebabkan mutasi pada gen lain. 3,4 Data dari RS Persahabatan tahun 1993 menunjukkan 246

3 kuman M. tuberculosis resisten INH, serta INH dan rifampisin, masing-masing adalah 7,7 % dan 7,2%. 5 Berdasarkan data terakhir hasil penelitian prevalensi resistensi INH di propinsi DKI, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan berkisar 11,9 % - 15,6 %. 3 Beberapa metode ekstraksi DNA yang cepat, sederhana, murah dan sensitif untuk persiapan DNA dicoba dan akan digunakan pada proses PCR untuk mengetahui keberadaan gen yang menyandi target INH (kat-g dan kas-a). Metode molekuler yang meliputi PCR dan hibridisasi dot blot, PCR- SSCP (Single Strand Conformation Polymorphism) menggunakan probe (pelacak) berlabel radioaktif merupakan metode yang cepat dan akurat untuk mendeteksi resistensi kuman patogen. 6,7 Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa metode radioaktif ternyata lebih sensitif daripada metode nonradioaktif. Oleh karena itu, deteksi dini dengan metode tersebut akan membantu dan mempercepat terapi yang tepat pada penderita tuberkulosis resisten OAT yang akan mengurangi resiko kematian penderita Metode Kerja Sampel Klinis dan Homogenisasi Sampel Sampel klinis yang dipakai dalam penelitian ini adalah 25 sampel sputum penderita dengan BTA positif yang diperoleh dari Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), Kebayoran Baru, Jakarta-Selatan yang dilengkapi data dukung meliputi umur dan jenis kelamin. Umur penderita berkisar antara tahun terdiri dari 11 laki-laki dan 14 perempuan. Sputum dihomogenisasi dan didekontaminasi dengan larutan asetil-l-sistein, NaOH, dan Na-sitrat, lalu disentrifugasi. Pelet sputum dilarutkan dalam air suling steril, kemudian dibagi menjadi tiga bagian dengan volume sama untuk diekstraksi DNA-nya menggunakan metode Boom, proteinase-k, dan pemanasan. Ekstraksi DNA Sputum Ekstraksi DNA dengan metode Boom 8 dilakukan dengan menggunakan larutan bufer lisis yang terdiri dari Tris-HCl, GuSCN (guanidine tiosianat) sebagai chaotropic agent, EDTA, dan Triton-X-100. Suspensi diatom digunakan untuk pengikatan DNA, sedangkan untuk presipitasinya dengan aseton dan etanol 70% dingin serta sentrifugasi pada kecepatan tinggi. DNA selanjutnya dielusi dengan bufer TE 1x dan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi. Larutan DNA yang diperoleh siap digunakan untuk proses PCR. Ekstraksi DNA dengan metode proteinase-k dilakukan dengan menambahkan proteinase-k ke dalam larutan pelet sputum sampai konsentrasi akhir 0,1 mg/ml. Larutan diinkubasi pada suhu 56 o C selama 6 jam kemudian dididihkan selama 10 menit, selanjutnya disentrifugasi pada rpm selama 10 menit. Supernatan yang didapat digunakan sebagai template DNA untuk proses PCR. Metode pemanasan dilakukan dengan menambahkan NaOH 2% ke dalam larutan pelet sputum dengan volume yang sama, dididihkan selama 2 menit, disentrifugasi pada kecepatan tinggi, kemudian ditambah dengan 1 ml Tris HCl 0,1 M (ph 6,8) disentrifugasi, selanjutnya pelet dilarutkan dalam 100 µl air suling steril, dididihkan selama 5 menit, dan disentrifugasi. Supernatan yang diperoleh dipakai untuk proses PCR. Amplifikasi dan Deteksi DNA DNA hasil ekstraksi sputum dan strain standar (M. tuberculosis H 37 Rv) sebagai kontrol positif, diamplifikasi dengan metode PCR. Primer oligonukleotida yang dipakai pada proses PCR tersebut terdiri dari 2 pasang. Pasangan pertama adalah primer yang didisain dari bagian gen kat-g yaitu primer RTB59 (TGG CCG CGG CGG TCG ACA TT) dan RTB 36 (TCG GGG TCG TTG ACC TCC CA), sedangkan pasangan yang lain adalah kas-a 51 (ATT GAG TCG GAG AAC CCC GA) dan kas-a 31 ( CCT TCC ATA TCG GTC CGA CT) diambil dari gen kas-a. 7 Proses PCR dilakukan dengan mencampur DNA template dengan campuran pereaksi PCR yang terdiri dari, larutan buffer 1x, 2,0 mm MgCl 2, 0,2 mm dntp, 0,2 µm untuk tiap primer oligonukleotida, dan Taq polimerase 1,5 U/ 50 µl. Amplifikasi DNA dilakukan dengan 35 siklus dan tiap siklus meliputi tahap denaturasi pada suhu 94 o C selama 1 menit, annealing pada suhu 64 o C selama 1 menit, dan extension pada suhu 72 o C selama 2 menit. Hasil amplifikasi DNA dideteksi dengan teknik elektroforesis pada gel agarosa 1,5%, diwarnai dengan larutan etidium bromida, dan divisualisasi dengan UV transilluminator kemudian difoto dengan kamera Polaroid. Besarnya fragmen DNA ditentukan dengan menggunakan penanda berat molekul (marker) DNA Ladder. Hasil Hasil deteksi keberadaan gen kat-g dengan teknik PCR dan elektroforesis gel agarosa pada DNA sampel sputum hasil ekstraksi dengan tiga metode, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan dengan menggunakan metode ekstraksi menurut Boom, keberadaan gen kat-g terlihat jelas/ tebal pada 23 sampel sputum, pita DNA terlihat tipis pada 1 sampel, sedangkan pada 1 sampel lain tidak terlihat adanya pita DNA (hasil negatif). Keberadaan gen kat-g pada DNA sputum yang diekstraksi dengan metoda proteinase-k memperlihatkan juga hasil positif pada 24 sampel, namun pada 5 sampel pita DNA terlihat tipis. Dari 25 sampel sputum tersebut yang diekstraksi dengan metode pemanasan, menyatakan hasil positif dengan pita DNA jelas pada 15 sampel sedangkan pita DNA nampak tipis pada 7 sampel, dan 3 sampel menunjukkan hasil negatif. Besarnya fragmen DNA yang menunjukkan keberadaan gen kat-g adalah 804 base pair (bp) (Gambar 1). 247

4 Tabel 1. Hasil Deteksi gen kat-g pada DNA Sputum BTA Positif yang Diekstraksi dengan 3 Macam Metode, Menggunakan Teknik PCR Jenis Hasil Metode ekstraksi DNA (umur) Boom Protein-K Pemanasan L (39) (tipis) P (43) (tipis) + L (25) P (22) (tipis) +(tipis) L (23) P (22) P (-) P (25) P (24) L (66) P (24) L (55) P (28) (tipis) L (38) L (34) (tipis) P (-) L (30) (tipis) L (31) (tipis) +(tipis) P (32) (tipis) - L (50) P (24) P (60) P (28) L (70) +1 +(tipis) +(tipis) + (tipis) P (17) Catatan: +: Pita DNA terlihat jelas; + tipis: Pita DNA terlihat tipis M K K - K (I) (II) (III) (I) (II) (III) Hasil deteksi keberadaan gen kas-a dengan menggunakan teknik PCR dan elektroforesis gel agarosa pada DNA sampel sputum yang diekstraksi dengan ketiga metode tersebut disajikan pada tabel 2. Metode Boom memperlihatkan hasil positif pada 24 sampel sputum yang terdiri dari 19 sampel dengan pita DNA terlihat jelas, 5 sampel terlihat tipis, dan 1 sampel menunjukkan hasil negatif. Keberadaan gen kas-a terlihat pada 18 sampel sputum yang diekstraksi dengan metode proteinase-k dan dari jumlah tersebut 6 sampel menunjukkan pita DNA tipis. Hasil negatif terdapat pada 7 sampel. Hasil positif adanya gen kas-a terlihat pada 9 DNA sputum yang diekstraksi dengan metode pemanasan dan pita DNA nampak jelas hanya 1 sampel di antaranya, sedangkan 16 sampel menunjukkan hasil negatif. Fragmen DNA yang menyatakan keberadaan gen kas-a, adalah 1389 bp (Gambar 2). Tabel 2. Hasil Deteksi Gen kas-a pada DNA Sputum BTA Positif yang Diekstraksi dengan 3 Macam Metode, Menggunakan Teknik PCR Jenis Metode ekstraksi DNA (umur) Hasil Boom Proteinase-K Pemanasan L (39) (tipis) - P (43) (tipis) - L (25) (tipis) +(tipis) P (22) +1 +(tipis) - - L (23) (tipis) +(tipis) P (22) P (-) P (25) (tipis) P (24) (tipis) L (66) (tipis) +(tipis) P (24) (tipis) L (55) (tipis) P (28) +1 +(tipis) - - L (38) (tipis) - L (34) P (-) +1 +(tipis) - - L (30) L (31) +1 +(tipis) - - P (32) L (50) P (24) P (60) P (28) L (70) +1 +(tipis) - - P (17) (tipis) Gambar 1. Hasil deteksi keberadaan gen kat-g dengan teknik PCR yang dielektroforesis pada gel agarosa 1,5% untuk ketiga jenis metode ekstraksi DNA. Lajur dari kiri ke kanan adalah marker, kontrol positif, sampel no. 19 (metode Boom), sampel no.19 (metode proteinase-k), sampel no.19 (metode pemanasan), kontrol negatif, kontrol positif, sampel no 15 (metode Boom), sampel no. 15 (metode pro teinase-k), dan sampel no. 15 (metode pemanasan) Catatan: +: Pita DNA terlihat jelas; + (tipis): Pita DNA terlihat tipis Diskusi Berdasarkan hasil PCR yang mendeteksi keberadaan gen kat-g maupun kas-a dengan 3 metode ekstraksi tersebut, hasil positif gen kat-g lebih besar demikian juga intensitas pita DNA lebih tinggi daripada gen kas-a. Hal ini kemungkinan disebabkan besarnya fragmen DNA pada daerah target yang diamplifikasi untuk gen kas-a (1389 bp) lebih besar dari gen kat-g (804 bp), sehingga daerah yang diam- 248

5 M K K - K (I) (II) (III) (I) (II) (III) Gambar 2. Hasil deteksi keberadaan gen kas-a dengan teknik PCR yang dielektroforesis pada gel agarosa 1,5% untuk ketiga jenis metode ekstraksi DNA. Lajur dari kiri ke kanan adalah marker, kontrol positif, sampel no. 15 (metode Boom), sampel no. 15 (metode proteinase-k, sampel no.15 (metode pemanasan), kontrol negatif, kontrol positif, sampel no 19 (metode Boom), sampel no. 19 (metode proteinase-k), sampel no. 19 (metode pemanasan) plifikasi lebih sedikit yang menunjukkan intensitas fragmen DNA rendah ataupun hasil negatif (pita DNA tidak terdeteksi). Kemungkinan lain batas deteksi hasil PCR dengan teknik elektroforesis terbatas (secara kasat mata) sehingga hasil negatif. Untuk meningkatkan hasil deteksi, hasil PCR dapat dideteksi dengan menggunakan teknik hibridisasi dengan pelacak DNA spesifik. Keberadaan gen kat-g dan kas-a pada DNA 1 sampel sputum hasil ekstraksi dengan ketiga metode, yaitu sampel no.6 memperlihatkan hasil negatif. Hasil PCR dengan menggunakan primer oligonukleotida yang disintesis dari bagian insertion sequence M.tuberculsosis (IS6110), yaitu Pt 8 dan Pt 9 untuk mendeteksi adanya M. tuberculosis pada sampel yang sama, menunjukkan hasil positif dengan besar fragmen DNA= 541 bp (data belum dipublikasi). Beberapa kemungkinan yang menyebabkan adalah baik gen kat-g maupun kas-a masing-masing terdapat 1 kopi dalam 1 genom M. tuberculosis, sedangkan sebagian besar M. tuberculosis mempunyai 8-15 kopi IS6110 bahkan beberapa strain mempunyai 27 kopi IS6110, 9,10 dan 16 kopi dalam M. tuberculosis H 37 Rv. 11 Makin banyak kopi fragmen DNA target, sensitivitas PCR makin tinggi yang dinyatakan dengan hasil positif yang makin besar. Keberadaan gen rpoß (RNA polimerase subunit ß) yang merupakan gen target rifampisin pada M. tuberculsosis pada sampel yang sama memperlihatkan juga hasil positif, dengan besarnya produk PCR = 158bp. 12 Hal yang memungkinkan seperti telah dijelaskan di atas, fragmen DNA yang menjadi daerah target kecil sehingga daerah yang diamplifikasi lebih banyak dinyatakan dengan terdeteksinya fragmen DNA tersebut (hasil positif). Setelah mengaksenasi ketiga metode ekstraksi yang digunakan terlihat bahwa metode Boom lebih baik dari pada metode yang lain pada proses PCR, baik untuk menentukan keberadaan gen kat-g maupun gen kas-a. Bufer lisis yang mengandung GUSCN sebagai chaotropic agent melisis sel pada sampel sehingga akan mengeluarkan DNA, merupakan tahap pertama dalam metode ini. GuSCN dalam konsentrasi tinggi mengakibatkan DNA akan terikat pada diatom (fosil dari dinding sel alga uniselular) yang akan diendapkan dengan sentrifugasi. Presipitasi DNA selanjutnya dilakukan dengan etanol 70%, aseton, dan dikeringkan. DNA kemudian dielusi dengan buffer sehingga melalui tahapan tersebut akhirnya didapat DNA dalam larutan yang diharapkan murni. Pada penelitian ini, hasil PCR positif dari DNA sputum yang diekstraksi dengan metoda Boom ini, umumnya pita DNA terlihat tebal. Hal ini disebabkan DNA hasil ekstraksi relatif murni sehingga tidak ada/sedikit inhibitor pada proses PCR. Metode ekstraksi DNA dengan menggunakan proteinase-k didasarkan pada daya larut DNA M. tuberculosis karena perlakuan dengan proteinase-k. Sel M. tuberculosis mengandung beberapa protein yang sebagian terikat dengan lipid dan polisakarida. 13 Metode ini lebih sederhana dibandingkan dengan metode Boom. Beberapa peneliti telah menggunakan metode ini dengan penambahan nonionic detergent seperti triton X-100, untuk mengekstraksi DNA M. tuberculosis. 14,15 Perlakuan proteinase-k dengan nonionic detergent untuk mengekstraksi DNA yang dapat diamplifikasi apabila suspensi ataupun sampel mengandung 10 3 atau lebih sel mikroorganisme. 16 Dalam penelitian ini, ekstraksi DNA dilakukan lebih sederhana yaitu hanya dengan penambahan proteinase-k tanpa nonionic detergent. Penelitian Arias- Bouda et al 17 menggunakan metode ini untuk deteksi lipoarabinomannan (LAM) M. tuberculosis dengan teknik ELISA. Metode alternatif lain yang sederhana untuk ekstraksi DNA adalah metode pemanasan. Pemanasan suspensi sel bakteri M. tuberculosis melisiskan ± 95% sel. 18 Metode ini juga telah dilakukan untuk ekstraksi DNA M. tuberculosis dalam sampel sputum. 19 Dengan pemanasan, sel bakteri dalam buffer lisis akan terlisis dan DNA akan terekstraksi. Gambar 1 dan 2, juga memperlihatkan perbedaan intensitas fragmen/ pita DNA keberadaan gen kat-g dan kas-a hasil PCR dengan menggunakan 3 metode ekstraksi DNA. Penelitian masih dilanjutkan dengan analisis mutasi bagian gen kat-g dan kas-a yang menyandi target INH untuk mengetahui M. tuberculosis resisten INH. Teknik yang digunakan adalah hibridisasi dengan pelacak DNA berlabel radionuklida/non radionuklida atau dengan teknik SSCP (Single Strand Conformation Polymorphism) dengan 249

6 radioaktif maupun non radioaktif yang dilanjutkan dengan teknik sequencing. Kesimpulan Keberadaan gen kat-g dengan teknik PCR dapat terdeteksi pada 24 sampel dari 25 sampel sputum dengan menggunakan metode ekstraksi DNA Boom maupun proteinase-k. Intensitas pita/fragmen DNA rendah (pita DNA tipis) pada 1 sampel dan 5 sampel masing-masing dengan metodae Boom dan proteinase-k. Dengan metode pemanasan, 3 sampel menunjukkan hasil negatif, dan 22 sampel dapat terdeteksi dengan 7 di antaranya mempunyai intensitas rendah (pita tipis). Hasil deteksi keberadaan gen kas-a dengan menggunakan metode ekstraksi DNA menurut Boom, proteinase-k, dan pemanasan berturut-turut memperlihatkan hasil positif pada 24, 18, dan 9 sampel sputum. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi DNA Boom memang lebih baik daripada kedua metode ekstraksi yang lain. Namun prosedur pelaksanaannya cukup panjang dan memerlukan berbagai reagen kimia yang relatif banyak. Metode proteinase-k juga cukup baik, akan tetapi perlu dicari modifikasi metodenya sehingga hasilnya dapat lebih baik. Daftar Pustaka 1. Dye C, Scheele S, Dollin P. Global burden of tuberculosis. JAMA 1999;282: Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pemberantasan Tuberkulosis Paru. Jakarta; Alamsjah B. Epidemiologi genetik serta faktor risiko Mycobacterium tuberculosis yang resisten INH dan atau rifampisin. Disertasi Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia; Ramaswamy SV, Reich R, Dou SJ, Jasperse L, Pan X, Wanger A, et al. Single nucleotide polymorphisms in genes associated with isoniazid resistance in Mycobacterium tuberculosis. Antimicrobial Agents and Chemotherapy 2003;47: Basri C. Program nasional pemberantasan tuberculosis, Seminar Nasional Quality Assurance Programme for Molecular-Based Diagnosis of Hepatitis C and Tuberculosis. Jakarta; Victor TC, Jordaan AM, van Rie A, van der Spuy GD, Richardson M.van Holden PD, et al. Detection of mutation in drug resistance genes of Mycobacterium tuberculosis by a dot-blot hybridization strategy. Tubercle and Lung Disease 1999; 79: Morris S, Bai GH, Suffys P, Portillo-Gomez L, Fairchok, Rouse D. Molecular mechanisms of multiple drug resistance in clinical isolates of Mycobacterium tuberculosis. The J of Infec Dis 1995;171: Boom R, Sol CJA, Salimans MMM, Jansen CL, Wertheim-van illen PME, van der Noordaa J. Rapid and simple method for purification of nucleic acids, J Clin Microbiol. 1990;28: Rish JA, Eisenach KD, Cave MD, Reddy MV, Gangadharam PRJ, Bates JH. Polymerase chain reaction detection of Mycobacterium tuberculosis in formalin-fixed tissue. Am J Respir Crit Care Med 1996;153: Fomukong NG, Tang TH, Al-Maamary S, Ibrahim WA, Ramayah S, Yates, et al. Insertion sequence typing of Myco-baacterium tuberculosis: characterization of a widespread subtype with a single copy of IS6110. Tubercle and Lung Disease 1994;75: Philipp WJ, Poulet S, Eiglmeier K, Pascopella L, Balasubramanian V, Hyem B. et al. An integrated map of the genome of the tubercle bacillus, ycobacterium tuberculosis H 37 Rv, and comparison with Mycobacterium leprae. Proc Natl Acad Sci 1996; 93: Maria Lina R, Suprihadi T, Syaifudin M, Bela B. Deteksi gen rpoß dengan teknik polymerase chain reaction pada sputum basil tahan positif. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan X, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir, BATAN; Brooks GF, Butel JS, Ornston LN, Jawets E, Melnick Jl, Adelberg EA. Medical Microbiology. 20 th edition. Norwalk, Connecticut: Appleton & Lange; 1995.p Kolk AHJ, Kox LFF, van Leeuwen J, Kuijper S. Polymerase chain reaction for the Mycobacterium tuberculosis complex. Amsterdam, The Netherland. Laboratory of Tropical Hygiene, Department of Biomedical Research Royal Tropical Institute; 1995: Pierre C, Lecossier D, Boussougant Y, Bocart D, Joly V, Yeni P et al. Use of reamplificaion protocol improves sensitivity of detection of Mycobacterium tuberculosis in clinical samples by amplification of DNA. J Clin Microbiol 1991;29: Bulk GE, O Hara LC, Summersgill JT. Rapid, simple method for treating clinical specimens containing Mycobacterium tuberculosis to remove DNA for polymerase chain reaction. J Clin Microbiol 1992;30: Arias-Bouda LMP, Nguyen LN, Ho, Lym, Kuijper S, Jansen HM, Kolk AHJ. Development of antigen detection assay for diagnosis of tuberculosis using sputum samples. J Clin Microbiol 2000;38: Nolte FS, Metchock B, McGowan Jr JE, Edwards A, Okwumabua O, Thurmond C. Direct detection of Mycobacterium tuberculosis in sputum by polymerase chain reaction and DNA hybridization. J Clin Microbiol 1993;31: Kocagoz T, Yilmaz E, Ozkara S, Kocagos S, Hayran M, Sachedeva M. et al. Detection of Mycobacterium tuberculosis in sputum samples by polymerase chain reaction using a simplified procedure. J Clin Microbiol 1993;31: HH 250

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI Deniariasih, N.W. 1, Ratnayani, K. 2, Yowani, S.C. 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) OPTIMASI SUHU ANNEALING DAN AMPLIFIKASI 0,3 kb GEN rpob DI HULU DARI RRDR PADA ISOLAT P16 Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANT DI BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena resistensi tuberkulosis ( TB). MDR-TB didefinisikan sebagai keadaan resistensi terhadap setidaknya

Lebih terperinci

ISBN

ISBN PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 647 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 648 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 649 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 650

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION Proses Amplifikasi Daerah Promoter inha pada Isolat P11 Mycobacterium tuberculosis Multidrug Resistance di Bali dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (Asmara, A. A. R., Yustiantara, S., Yowani, S.C.)

Lebih terperinci

* ABSTRAK

*  ABSTRAK AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI PADA FRAGMEN 0,5 KB GEN rpob ISOLAT 134 Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANT DENGAN METODE NESTED POLYMERASE CHAIN REACTION Made Dharmesti Wijaya 1) *, I Nengah

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis Tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap dua atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama,

Lebih terperinci

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Pratiwi, M. A. 1), Ratnayani, K. 2, 3), Yowani, S.C. 1) Jurusan Farmasi-Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENANDAAN DNA DENGAN 32 P UNTUK DETEKSI RESISTENSI Mycobacterium tuberculosis TERHADAP ISONIAZID

PENANDAAN DNA DENGAN 32 P UNTUK DETEKSI RESISTENSI Mycobacterium tuberculosis TERHADAP ISONIAZID PENANDAAN DNA DENGAN 32 P UNTUK DETEKSI RESISTENSI Mycobacterium tuberculosis TERHADAP ISONIAZID SOFIATI PURNAMI *, MUKH SYAIFUDIN *, DAN GIYATMI ** * Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Kotak Pos 7002 JKSKL, Jakarta Telp , Fax

Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Kotak Pos 7002 JKSKL, Jakarta Telp , Fax Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 5 No. 1 Juni 2009 DETEKSI MUTASI GEN KATG MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DENGAN METODE PCR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006 ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006 Hadi Sumitro Jioe, 2008. Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman,

Lebih terperinci

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: RINA BUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis Nia Oktriviany, 2009 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman, Ph.D Pembimbing serta I : Debbie Sofie Retnoningrum,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang disebabkan oleh resistensi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) terhadap minimal dua jenis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Veronica Patricia Tanod, 2007, Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II: Francisca S.T., dr., SpPK., M.Si.

ABSTRAK. Veronica Patricia Tanod, 2007, Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II: Francisca S.T., dr., SpPK., M.Si. ABSTRAK PERBANDINGAN UJI KEPEKAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS METODE RESAZURIN MICROTITER ASSAY DENGAN METODE PROPORSIONAL LOWENSTEIN JENSEN PADA STRAIN Mycobacterium tuberculosis YANG RESISTEN Veronica Patricia

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin

Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin Artikel Penelitian Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin The Identification of rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Gene Mutation

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI CELITE (DIATOM) TERHADAP HASIL ISOLASI DNA BAKTERI Escherichia coli

PENGARUH KONSENTRASI CELITE (DIATOM) TERHADAP HASIL ISOLASI DNA BAKTERI Escherichia coli MASPARI JOURNAL Juli 2015, 7(2):85-90 PENGARUH KONSENTRASI CELITE (DIATOM) TERHADAP HASIL ISOLASI DNA BAKTERI Escherichia coli THE INFLUENCE OF CELITE (DIATOM) CONCENTRATION TOWARD THE CONCENTRATION RESULT

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia ABSTRAK Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia Kirby Saputra, 2008 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS DNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOOM ORIGINAL DAN BOOM MODIFIKASI PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosis 151

PERBANDINGAN KUALITAS DNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOOM ORIGINAL DAN BOOM MODIFIKASI PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosis 151 ISSN 1907-9850 PERBANDINGAN KUALITAS DNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOOM ORIGINAL DAN BOOM MODIFIKASI PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosis 151 Dewi Andayani Farmawati 1, I Nengah Wirajana 2,3, dan Sagung

Lebih terperinci

Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR pada Cairan Efusi Pleura Penderita Tuberkulosis Paru

Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR pada Cairan Efusi Pleura Penderita Tuberkulosis Paru Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR pada Cairan Efusi Pleura Penderita Tuberkulosis Paru Diana Krisanti Jasaputra, Jahja Teguh Widjaja, Teresa Liliana Wargasetia, Iryanthy Makangiras Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari

Lebih terperinci

DETEKSI GEN NATURAL RESISTANCE ASSOCIATED MACROPHAGE PROTEIN-1 (NRAMP-1) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DARI EKSTRAK SALIVA

DETEKSI GEN NATURAL RESISTANCE ASSOCIATED MACROPHAGE PROTEIN-1 (NRAMP-1) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DARI EKSTRAK SALIVA DETEKSI GEN NATURAL RESISTANCE ASSOCIATED MACROPHAGE PROTEIN-1 (NRAMP-1) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DARI EKSTRAK SALIVA Pinkan Christine Inggrid Tumanduk 1, Sjafaraenan 2, Rosana Agus

Lebih terperinci

UNIVERSA MEDICINA. Maria Lina Rosilawati* ABSTRAK

UNIVERSA MEDICINA. Maria Lina Rosilawati* ABSTRAK UNIVERSA MEDICINA Januari-Maret 2007 Vol.26 - No.1 Deteksi Mycobacterium tuberculosis dan resistensinya terhadap rifampisin dengan metode nested polymerase chain reaction (PCR) dan sequencing Maria Lina

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM YUNI YUPIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme yang tidak dapat dikulturkan dengan teknik standar diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru yang dapat mempelajari

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR Arif Sardi Biologi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ixomerc@uny.ac.id ISOLASI DNA PLASMID Plasmid adalah DNA ekstrakromosom yang berbentuk sirkuler dan berukuran kecil (1 200 kb). Sebagian

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai

Lebih terperinci

BABm METODE PENELITIAN

BABm METODE PENELITIAN BABm METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectioned, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan distnbusi genotipe dan subtipe VHB

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER inha PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Penyakit TBC merupakan penyakit menular

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 1 GAMBARAN HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB PARU BTA POSITIF YANG MENGGUNAKAN STRATEGI DOTS TIDAK MENGALAMI KONVERSI SPUTUM SETELAH 2 BULAN PENGOBATAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2004-2012 Oleh

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR menggunakan Primer X dibandingkan dengan Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) dan Kultur Sputum Penderita dengan Gejala Tuberkulosis

Lebih terperinci

ABSTRAK. ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi

ABSTRAK. ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi ABSTRAK ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi Patrisia Puspapriyanti, 2008. Pembimbing I : Ernawati A.Girirachman, Ph.D. Pembimbing II : Johan Lucianus, dr., M.Si. Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii ABSTRACT Background : Tuberculosis is a leading cause disease of death in infectious diseases. Until now there are many cases of M. tuberculosis resistance to primary choice anti tuberculosis drugs (ATD).

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. ABSTRAK Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. Natalia, 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping : Johan Lucianus, dr., M.Si.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Survei dan Pendataan

METODE PENELITIAN. Survei dan Pendataan METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan identifikasi penyebab penyakit umbi bercabang pada wortel dilakukan di Laboratorium Nematologi dan Laboratorium Virologi Departemen Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE Fitri Ramsela 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Genetika Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) Srihanto, E.A, Setiaji, G, Rumpaka, R dan Firwantoni Balai Veteriner Lampung Jalan Untung Suropati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci