ISBN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISBN"

Transkripsi

1 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 647

2 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 648

3 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 649

4 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 650

5 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 651

6 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 652

7 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 653

8 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 654

9 PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 655

10 Isolasi DNA Genom dan Amplifikasi Gen rpob Mycobacterium tuberculosis dari Sputum Pasien Positif Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) Yuni Ahda, Hesti Riany, Dwi Hilda Putri Jurusan Biologi FMIPA Univ. Negeri Padang Abstrak Tuberculosis (TB) merupakan penyakit serius yang dihadapi dunia kesehatan. Masalah ini diperparah dengan meningkatnya kasus multi drug resistence (MDR) TB. Resistensi terjadi karena adanya mutasi pada daerah gen rpob bakteri Mycobacterium tuberculosis. Untuk mengetahui ada atau tidaknya mutasi pada gen rpob, harus dilakukan isolasi DNA genom M.tuberculosis dan amplifikasi gen rpob. Secara umum isolasi DNA genom M.tuberculosis dilakukan dari bakteri hasil kultur. Namun teknik ini memerlukan waktu relatif lama dan biaya yang cukup besar sehingga perlu difikirkan cara lain untuk menghemat waktu dan biaya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan cara isolasi DNA genom M.tuberculosis langsung dari sputum penderita TB dan mendapatkan gen rpob dari DNA genom hasil isolasi. Isolasi langsung dari sputum pasien yang positif tes basil tahan asam (BTA) dilakukan dengan metode pemanasan dan dilanjutkan dengan amplifikasi gen rpob dengan teknik PCR. Kemurnian dan konsentrasi DNA genom M.tuberculosis hasil isolasi langsung dari sputum dianalisis menggunakan spektrofotometer sedangkan hasil amplifikasi gen rpob dianalisis menggunakan gel agarosa 1%. Isolasi langsung DNA genom M.tuberculosis dari sputum pasien positif BTA dan amplifikasi gen rpob telah berhasil dilakukan. Isolasi berhasil dilakukan terhadap 53 sampel, namun hanya 26 sampel yang berhasil diampilifikasi untuk gen rpob. Hasil analisis kemurnian dan konsentrasi DNA menggunakan spektrofotometer menunjukkan perbedaan yang kecil antara DNA genom yang berhasil diamplifikasi gen rpobnya dan yang tidak. Dari hasil penelitian ini diduga masih terdapat inhibitor yang mengganggu proses amplifikasi. PENDAHULUAN Tuberkulosis merupakan masalah serius yang dihadapi dunia kesehatan, pembunuh orang dewasa kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sampai saat ini tidak ada satu negarapun di dunia yang bebas TB. Setiap tahun terdapat 8 juta kasus TB baru dan diduga bisa meningkat menjadi 16 juta kasus dengan tingkat kematian 3 juta orang tiap tahunnya (Tjandra, 2004). Data WHO menunjukkan bahwa Indonesia adalah Negara dengan kasus TB nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan India (Matroni, 2005). Setiap tahun jumlah penderita TB baru lebih kurang orang dengan jumlah total penderita 583 orang. Diperkirakan orang Indonesia meninggal per tahun akibat tuberculosis (Tjandra, 2004). Kasus multi drug resistence (MDR) ikut menambah jumlah penderita TB di Indonesia. WHO memperkirakan ada kasus MDR TB setahun (Tjandra, 2006; Geo, 2001). Multi drug resistence adalah kondisi dimana penderita TB resisten terhadap dua obat anti tuberculosis primer yaitu rifampisin dan isoniazid. Lebih dari 95% resistensi rifampisin terjadi karena adanya mutasi pada daerah 81-bp-hot-spot (kodon ) gen rpob M.tuberkulosis. Untuk mengetahui adanya mutasi pada daerah 81-bp-hot-spot, perlu disediakan DNA M.tuberkulosis terlebih dahulu. Selama ini isolasi genom M.tuberculosis dilakukan dari bakteri hasil kultur melalui teknik boiling (Yuliati, 2005; Donna, 2005). Namun kendalanya kultur M.tuberculosis jarang dilakukan karena harga medium yang mahal dan waktu pertumbuhan bakteri yang lama (2-3 minggu) (Robert, 1994). Oleh karena itu diupayakan melakukan isolasi DNA M.tuberculosis langsung dari sputum pasien positif tes BTA. Hasil penelitian Mursyida (2007) menunjukkan adanya pertumbuhan M.tuberculosis pada sputum yang dihomogenisasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan prosedur isolasi DNA genom Mycobacterium tuberculosis dari sputum pasien positif pewarnaan basil tahan asam (BTA). BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi dan bioteknologi Jurusan Biologi FMIPA UNP dan laboratorium Mikrobiologi FKUI pada bulan Maret Mei PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 656

11 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah sputum dari pasien TB positif BTA yang dikoleksi dari Rumah Sakit Paru Lubuk Alung, Puskesmas Air Tawar Barat dan Balai Laboratorium Kesehatan Padang. Pelaksanaan Penelitian Isolasi DNA genom bakteri dari sputum Isolasi DNA genom bakteri dilakukan dengan metoda pemanasan, dimana satu bagian sputum dimasukkan ke tabung reaksi yang sudah berisi 1,5 bagian NaOH 4%. Campuran lalu divorteks selama 10 menit bersama dengan bola-bola kaca untuk menghomogenkan. Campuran selanjutnya diinkubasi pada suhu 37C selama 15 menit, lalu disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang terbentuk dari proses sentrifugasi selanjutnya dibuang dan pellet dilarutkan dengan 400 ul 1/5 x buffer TE, divorteks, kemudian disentrifus kembali dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Supernatan yang terbentuk selanjutnya dibuang dan pellet dilarutkan dengan 100 ul 1/5 x buffer TE. Campuran ini selanjutnya dipanaskan dalam waterbath pada suhu 100C selama 30 menit untuk memisahkan DNA dan menonaktifkan bakteri. Campuran selanjutnya disentrifus dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Supernatan yang mengandung DNA dipindahkan ke tabung eppendorf baru dan disimpan pada suhu -20C sampai digunakan untuk tahap berikutnya. Amplifikasi gen rpob dengan PCR Amplifikasi dilakukan menggunakan sepasang primer yaitu: primer forward (rpobfor) 5 -TGC TCC GCT TGC ACG AGG GTC AGA-3 dan primer reverse (rpobrev) 5 - CTC AGG GGT TTC GAT CGG GCA CAT -3 (Victor et al., 1999). Dua setengah mikroliter DNA sampel diamplifikasi dalam campuran 36,85 ul H2O, 5 ul 10x buffer, 1 ul MgCl2, 4 ul dntp, 0,15 ul Taq DNA polymerase dan masing-masing 0,25 ul rpobfor dan rpobrev. Amplifikasi dilakukan sebanyak 45 siklus dengan temperatur PCR 94C selama 1 menit (denaturasi), 58C selama 1 menit (annealing), 72C selama 1 menit (elongasi). Pada akhir siklus, proses elongasi diperpanjang selama 10 menit (Victor et al., 1999). Pengukuran konsentrasi DNA Pengukuran konsentrasi DNA dilakukan menggunakan spektrofotometer. Konsentrasi ditentukan dengan rumus: [DNA] = A260 x 50 x faktor pengenceran Dimana A260 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm; 50 = larutan dengan nilai absorbansi 1.0 sebanding dengan 50 ug untai ganda DNA per ml. Kemurnian DNA diketahui dengan mengukur perbandingan rasio absorbansi (OD) pada panjang gelombang 260 dan 280 (Fatchiyah dkk., 2008; Sambrook et al., 1989). Teknik Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif berupa persentase gen rpob yang dapat diamplifikasi, konsentrasi dan kemurnian dari DNA genom Mycobacterium tuberculosis hasil isolasi dari sputum. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Isolasi dan Amplifikasi Jumlah sputum BTA positif yang berhasil dikoleksi dari laboratorium Rumah Sakit dan Puskesmas dari tanggal 27 Maret sampai 8 April 2008 adalah sebanyak 53 sampel. Kepada setiap sampel selanjutnya dilakukan isolasi DNA genom. Karena DNA genom hasil isolasi memiliki konsentrasi yang sangat rendah maka tidak dilakukan elektroforesis terhadap DNA genom. Untuk membuktikan apakah isolasi DNA genom berhasil dilaksanakan, maka hasil isolasi digunakan sebagai cetakan dalam reaksi PCR. Hasil amplifikasi selanjutnya dianalisis dengan teknik elektroforesis menggunakan gel agarosa 1%. Hasil elektroforesis dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil elektroforesis pada Gambar 1 menunjukkan adanya pita tunggal pada beberapa sampel yang diamplifikasi (sampel 1, 4, 18, 16, 32, 44 dan 42; sumur 1-6), dan sebaliknya tidak ada pita yang muncul pada PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 657

12 beberapa sampel yang lain (sampel 53 dan 48; sumur 7 dan 8). Hasil perbandingan posisi pita dengan marker 50 bp DNA ladder menunjukkan bahwa pita hasil amplifikasi berada di antara marker 400 bp dan 450 bp. Berdasarkan hal tersebut dapat diyakini bahwa DNA yang teramplifikasi adalah fragmen gen rpob karena panjang pita yang diharapkan adalah 412 bp. Secara keseluruhan, dari 53 sampel yang ada, 26 sampel (49,1%) di antaranya berhasil diamplifikasi (mengasilkan PCR positif) dan 27 sampel (50,9%) lainnya tidak berhasil diamplifikasi (menghasilkan PCR negatif). Dari data tersebut terlihat hanya separoh dari seluruh sampel yang ada yang dapat dilacak keberadaan DNA genom M.tuberculosisnya. Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan amplifikasi gen rpob M.tuberculosis dari DNA genom yang diisolasi langsung dari sputum cukup rendah. 450 bp 412 bp 400 bp 50 bp Gambar 1. Visualisasi hasil elektroforesis pada agarosa 1%. Sumur 1 8 adalah sampel uji dengan nomor sampel berturut-turut 1, 4, 18, 16, 32, 44, 42. Sumur 9 adalah kontrol negatif dan sumur 10 adalah marker DNA ladder 50 bp. Analisis Konsentrasi dan Kemurnian DNA Genom Hasil Isolasi Untuk mengetahui kemurnian dan konsentrasi DNA genom M. tuberculosis hasil isolasi langsung dari sputum, maka sebanyak masing-masing empat sampel DNA hasil isolasi yang menghasilkan PCR positif dan negatif diambil secara acak, selanjutnya dianalisis menggunakan spektrofotometer. Hasil analisis dengan spektrofotometer dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi dan Tingkat Kemurnian DNA Genom M. tuberculosis Hasil Isolasi Langsung dari Sputum dari Beberapa Sampel yang Diuji No. Sampel Konsentrasi DNA Kemurnian DNA Hasil PCR (ng/ul) , , , , , , , ,00 - Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi DNA genom M. tuberculosum hasil isolasi berkisar dari 20 ng/ul sampai 60 ng/ul dengan tingkat kemurnian dari 1,57 sampai 5,00. PEMBAHASAN Untuk mengisolasi DNA genom dari suatu sel bakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara, salahsatunya yang cukup sederhana adalah dengan teknik pemanasan (Donna, 2005). Menurut Technical Manual Wizard PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 658

13 Genomic DNA Purification Kit dengan memanaskan bakteri dapat melisis dinding sel. Berdasarkan Pelozar (2005) dan Stansfield (1991), bakteri (M. tuberculosis) termasuk kedalam protista prokariotik yang tidak mempunyai kromosom diskrit (tersendiri), nukleolus, dan membran nukleus. DNA didalam sel menempati posisi dekat pusat sel, sehingga tidak diperlukan komponen kimia untuk melisis komponen selain dinding sel dan membrane sel, sehingga dapat diprediksi dengan lisisnya dinding sel DNA genom bakteri dapat diisolasi, hal ini telah dilakukan terhadap Staphylococcus aureus (Yuliati, 2005) dan M. turberculosis (Donna, 2005) langsung dari kultur. Keberhasilan reaksi PCR mengamplifikasi gen rpob dari beberapa DNA hasil isolasi menunjukkan bahwa genom DNA M. tuberculosis dapat diisolasi langsung dari sputum, terdapat DNA genom hasil isolasi yang PCR positif sebanyak 26 sampel (49,1%). Sedangkan adanya hasil reaksi PCR DNA genom M tuberculosis hasil isolasi langsung dari sputum yang memperlihatkan PCR negatif (50,9%) lebih tinggi persentasenya dari PCR positif menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan mengamplifikasi cukup rendah hal ini disebabkan ada perbedaan persentase yang tidak diharapkan (PCR negaitif lebih tinggi dari PCR positif) padahal diharapkan seluruh hasil reaksi PCR ini sama (PCR positif) kerena dalam penelitian ini digunakan teknik isolasi, teknik amplifikasi, teknik analisis dan komponen yang sama pada seluruh sampel dalam penelitian ini. Rendahnya hasil amplifikasi dengan PCR diduga disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perbedaan konsentrasi dan kemurnian DNA sampel yang akan diamplifikasi, adanya pengotor yang bersifat inhibitor masih tersisa pada DNA genom hasil isolasi yang akan diamplifikasi atau karena sampel yang diamplifikasi itu sendiri tidak mengandung DNA. Menurut Brown (2002) dan Fatchiyah, dkk. (2008), faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses amplifikasi pada PCR dapat juga berupa konsentrasi enzim Taq polymerase, dntp, konsentrasi magnesium, primer, waktu dan suhu denaturasi, jumlah siklus dan komponen PCR lain. Namun adanya beberapa sampel DNA yang bisa diamplifikasi menunjukkan bahwa factor di luar cetakan tidak mempengaruhi reaksi PCR. Pada awalnya perbedaan konsentrasi dan kemurnian DNA sampel hasil isolasi langsung dari sputum yang merupakan cetakan pada proses PCR ini diduga mempengaruhi reaksi amplifikasi (Fatchiyah, dkk. 2008). Namun berdasarkan hasil analisis konsentrasi dan kemurnian DNA menggunakan spektrofotometer DNA pada DNA sampel antara sampel yang PCR positif dan PCR negatif tidak memperlihatkan perbedaan jelas, seperti yang terlihat pada Tabel 1 dari sampel no. 4 yang diketahui PCR positif dan sampel no. 24 yang terdeteksi PCR negatif memiliki tingkat konsentrasi yang sama yaitu 0,06 mikrogram/ml dan kemurnian sampel no. 44 dan no. 24 yang masing-masingnya terdeteksi PCR positif dan PCR negatif juga memiliki tingkat kemurnian yang sama yaitu 1,50. Berdasarkan penelitian Yuliati (2005), konsentrasi DNA yang berkisar dari 60 ng/mikroliter-160 ng/mikroliter dapat diamplifikasi, bahkan pada Certificate of Analysis Hot Start Tag DNA Polymerase dinyatakan konsentrasi 10pg/50µl-0,5pg/50µl juga masih dapat diamplifikasi dengan PCR dan menurut Sambrook (1998), tingkat kemurnian DNA yang baik berada pada rentang 1,8-2 jika dilakukan penghitungan setelah diukur dengan panjang gelombang 260 nm dan 280 nm dan menurut Brown (2002) rasio yang kurang dari 1,8 menunjukkan bahwa DNA telah terkontaminasi baik oleh fenol maupun protein. Pada penelitian ini nilai kemurnian untuk seluruh sampel yang dianalisis (PCR positif dan PCR negatif) tidak ada yang memiliki kemurnian yang baik. Karena seperti yang terlihat pada Tabel 1 nilai seluruh sampel yang dianalisis tidak ada yang berada pada rentang1,8-2, tapi berada diluar nilai tersebut. Sehingga dapat disimpulkan secara umum bahwa tingkat konsetrasi dan kemurnian tidak mempengaruhi keberhasilan PCR. Berdasarkan hasil tersebut, adanya PCR negatif diduga disebabkan oleh komponen DNA hasil isolasi (DNA cetakan) dan diantaranya adalah adanya faktor-faktor yang menjadi pengotor pada DNA hasil isolasi bisa berupa komponen yang ada pada sputum yang digunakan, karena menurut Herdin (1992: 49), pada sputum purulen penderita tuberculosis selain terdapat bakteri M.tuberculosis juga mengandung eritrosit, limfosit, nanah dan protein lain. Pada penelitian yang dilakukan pun, sputum yang digunakan juga ada yang terlihat agak keruh yang kemungkinan tidak hanya mengandung mucus dan saliva saja. Dan kemungkinan faktor-faktor tersebut yang masih belum dapat dibersihkan dari DNA sampel sehingga mempengaruhi kemampuannya. Berdasarkan kemungkinan adanya inhibitor pada DNA, dilakukan pemurnian sekali lagi terhadap DNA yang sudah diisolasi (sampel 13 dan 17). Pertama ditambahkan larutan NaOH 3M ph 5,2 untuk menghancurkan membran sel yang masih tersisa. Selanjutnya ditambahkan larutan sodium perklorat untuk menggumpalkan protein tersebut. Untuk presipitasi DNA digunakan ethanol absolut. Pemurnian ulang tersebut menghasilkan produk PCR setelah diamplifikasi dan dielektroforesis. Hal ini menunjukkan bahwa DNA M.tuberculosis pada sampel 13 dan 17 masih tercampur dengan protein dan inhibitor lain pada proses isolasi pertama, dan protein serta inhibitor tersebut hilang setelah proses pemurnian kedua. Hasil negatif pada PCR juga dapat disebabkan kesalahan dalam mengidentifikasi sampel sputum. Adanya smear BTA positif palsu menyebabkan tidak terjadinya produk PCR, karena sesungguhnya bakteri M. tuberculosis tidak ada dalam sampel sputum tersebut sehingga tidak tersedia cetakan DNA untuk proses amplifikasi. PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 659

14 Kemungkinan ini didasarkan pada hasil kultur yang dilakukan pada beberapa sampel yang diperkirakan mendukung hasil penelitian ini. Pada kultur yang dilakukan terhadap 42 sampel sputum, terdapat 37 sampel yang positif kultur dan 5 sampel negatif kultur yang artinya dari 45 sampel sputum yang dikultur 5 sampel tidak mengandung bakteri M. tuberculosis. DAFTAR PUSTAKA Brown TA Genomes. Second Edition. BIOS Scientific Publishers Ltd. Oxford. UK. Donna M Deteksi Mutai Gen Resistensi Isoniazid (katg) dari Micobacterium tuberculosis dengan Teknik Hibridisasi Dot-Blot. Jakarta: Tesis Magister Program Studi Ilmu Biomedik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Geo FB, dkk Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta. Matroni SL Informasi Obat-obatan. Restu Agung. Jakarta. Mursyida Resistensi Obat Berganda pada Penderita Baru Tuberculosis di Balai Pengobatan Penyakit Paruparu (BP4) Lubuk Alung Sumatera Barat. Jakarta: Skripsi Sarjana Sains, Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta. Pelczar M dan Chan ECS Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Robert U dan Hasrul H Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara. Sambrook J and David WR Molecular Cloning: A Laboratory Manual. Cold Spring Harbor Laboratory Press. New York Stansfield WD Genetika. Erlangga. Jakarta. Tjandra YA Tuberculosis. Kenapa Belum Hilang? ( diakses tanggal 14 Desember Tjandra YA XDR-TB. Jurnal Tuberculosis Indonesia. (online) Vol. 3 No. 2 ( Vol 3 No 2. Victor et al Detection of Mutation in Drug Resistance Genes of Micobacterium tuberculosis by A Dot Blot Hybridization Strategy. Tubercle and Lung Diseases, 79: Yuliati, Deteksi Gen Mec A pada Methilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Tesis Magister Program Studi Ilmu Biomedik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. PROSIDING SEMIRATA BKS-PTN B MIPA 2012-biologi 660

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena resistensi tuberkulosis ( TB). MDR-TB didefinisikan sebagai keadaan resistensi terhadap setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis Tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap dua atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI Deniariasih, N.W. 1, Ratnayani, K. 2, Yowani, S.C. 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014 34 BAB III METODE A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni atau pure research yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1 Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif cross sectional untuk mengetahui pola sensitivitas Mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR menggunakan Primer X dibandingkan dengan Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) dan Kultur Sputum Penderita dengan Gejala Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) OPTIMASI SUHU ANNEALING DAN AMPLIFIKASI 0,3 kb GEN rpob DI HULU DARI RRDR PADA ISOLAT P16 Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANT DI BALI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang dibuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Sains (S.Si) pada Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang disebabkan oleh resistensi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) terhadap minimal dua jenis

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 6 ISOLASITOTAL DNA MANUSIADENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan manusia, dapat dari darah, folikel rambut, mukosa mulut

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: RINA BUDI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dikoleksi selama tujuh bulan mulai September 2009 hingga Maret 2010 di Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme yang tidak dapat dikulturkan dengan teknik standar diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru yang dapat mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini adalah studi Cross Sectional. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari

Lebih terperinci

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Laurencius Sihotang I. Tujuan 1. Mempelajari 2. Mendeteksi DNA yang telah di isolasi dengan teknik spektrofotometrik 2. mengetahui konsentrasi dan

Lebih terperinci

DETEKSI MOLEKULER STAPHYLOCOCCUS AUREUS SEBAGAI PENYEBAB MASTITIS PADA PAYUDARA. Oleh:

DETEKSI MOLEKULER STAPHYLOCOCCUS AUREUS SEBAGAI PENYEBAB MASTITIS PADA PAYUDARA. Oleh: Jurnal Sangkareang Mataram 27 DETEKSI MOLEKULER STAPHYLOCOCCUS AUREUS SEBAGAI PENYEBAB MASTITIS PADA PAYUDARA Oleh: I Gst. Ag. Ayu Hari Triandini Dosen Akademi Kebidanan Bhakti Kencana Mataram Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi (I/D) dilakukan pada 100 pasien hipertensi yang berobat di poli jantung rumah sakit dr.

Lebih terperinci

Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR pada Cairan Efusi Pleura Penderita Tuberkulosis Paru

Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR pada Cairan Efusi Pleura Penderita Tuberkulosis Paru Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR pada Cairan Efusi Pleura Penderita Tuberkulosis Paru Diana Krisanti Jasaputra, Jahja Teguh Widjaja, Teresa Liliana Wargasetia, Iryanthy Makangiras Fakultas

Lebih terperinci

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Pratiwi, M. A. 1), Ratnayani, K. 2, 3), Yowani, S.C. 1) Jurusan Farmasi-Fakultas Matematika

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Sumber DNA pada Aves biasanya berasal dari darah. Selain itu bulu juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber DNA. Hal ini karena pada sebagian jenis Aves memiliki pembuluh

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

BABm METODE PENELITIAN

BABm METODE PENELITIAN BABm METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectioned, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan distnbusi genotipe dan subtipe VHB

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ixomerc@uny.ac.id ISOLASI DNA PLASMID Plasmid adalah DNA ekstrakromosom yang berbentuk sirkuler dan berukuran kecil (1 200 kb). Sebagian

Lebih terperinci

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE Fitri Ramsela 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Genetika Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci