HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN MEMAAFKAN PADA REMAJA AKHIR
|
|
- Agus Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN MEMAAFKAN PADA REMAJA AKHIR Radhitia Paramitasari Ilham Nur Alfian Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. The aim of this research is to know correlation between emotional maturity and forgiveness in late adolescence. This research is conducted at late adolescence in a sample of 121 people (72 males and 49 females). Data collection tools of emotional maturity scale consisting of 43 item prepared by the author and the forgiveness scale consists of 46 item, adaptation of The Enright Forgiveness Inventory (EFI) developed by Enright and Human Development Study Group. From the result analysis the research data obtained, a correlation value between emotional maturity and forgiveness in late adolescence equal to 0,864 by p equal to 0,000, it show that there are correlations which significant between emotional maturity and forgiveness in late adolescence Keywords: emotional maturity, forgiveness, late adolescence Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kematangan emosi dengan kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Penelitian dilakukan pada remaja akhir dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 121 remaja, yang terdiri dari 72 remaja perempuan dan 49 remaja laki-laki. Alat pengumpulan data berupa kuesioner kematangan emosi yang terdiri dari 43 item disusun oleh penulis dan alat ukur memaafkan terdiri dari 46 item yang diadaptasi dari The Enright Forgiveness Inventory (EFI) yang dikembangkan oleh Enright and Human Development Study Group. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh nilai korelasi antara kematangan emosi dengan kecenderungan memaafkan menghasilkan nilai r xy sebesar 0,864 dengan nilai P=0,000<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Kata kunci: kematangan emosi, memaafkan, remaja akhir Korespondensi: Radhitia Paramitasari, Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, House_of_rameeta@yahoo.com
2 Radhitia Paramitasari, Ilham Nur Alfian Dalam berinteraksi dengan individu lain, muncul. Remaja diharapkan bisa memahami serta seseorang kadang-kadang berbuat salah kepada menguasai emosinya, sehingga mampu mencapai individu lain. Pada sisi lain, ia tentu pernah kondisi emosional yang adaptif. Remaja yang mengalami perlakuan dan situasi yang menunjukkan kontrol emosi yang baik memiliki mengecewakan atau menyakitkan. Tidak semua kapasitas perilaku yang dapat menangani orang mau dan mampu secara tulus memaafkan kemarahannya.temuan menunjukkan bahwa dan melupakan kesalahan orang lain. Beberapa remaja awal cenderung menampilkan bentuk penelitian (Darby & Schlenker,1982; Ohbuchi dkk, kemarahan yang lebih negatif dari remaja akhir 1989) menemukan bahwa meminta maaf sangat yang telah menunjukkan kapasitas yang lebih efektif dalam mengatasi konflik interpersonal, besar dalam mengkontrol kemarahan (Anderson, karena permintaan maaf merupakan sebuah 2006). Burney (2001) berpendapat bahwa ekspresi pernyataan tanggung jawab tidak bersyarat atas emosional yang sehat (kontrol kemarahan) kesalahan dan sebuah komitmen untuk menunjukkan strategi manajemen kemarahan memperbaikinya. Menurut Hughes (1975, dalam yang baik dan belajar untuk mencari solusi positif Girard & Mullet, 1997) memaafkan merupakan untuk menghadapi suatu masalah. Perilaku cara untuk memperbaiki harmoni sosial. Untuk memaafkan digunakan oleh remaja untuk bisa sebagian orang memaaf kan adalah suatu melepaskan semua beban penderitaan agar kebutuhan karena dapat memperbaiki hubungan mereka tidak menyimpan dendam, menanggung dengan orang lain. McCullough dkk. (2007) beban pikiran dan perasaan sakit. Hasil penelitian mengemukakan bahwa memaaf kan dapat menunjukkan bahwa sesorang yang dapat dijadikan seperangkat motivasi untuk mengubah memaafkan mengalami penurunan kemarahan, seseorang untuk tidak membalas dendam dan kecemasan, dan depresi yang signifikan meredakan dorongan untuk memelihara (Anderson, 2006). kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta Bertolak pada gambaran diatas, maka penulis meningkatkan dorongan untuk konsiliasi berusaha menyusun sebuah penelitian tentang hubungan dengan pihak yang menyakiti. kematangan emosi dan kecenderungan McCullough dan Worthington (1995) menyatakan, memaafkan pada remaja akhir. Hal ini berkaitan dalam masyarakat modern, dengan meningkatnya dengan sangat dibutuhkannya pemahaman jumlah stres, kekerasan, kemarahan, dan tentang kematangan emosi dan memaafkan perselisihan, memaafkan bisa membuktikan sebagai upaya remaja untuk mendapat tempat, dapat mencegah masalah dan meningkatkan peran, dan penerimaan diri dari lingkungan. kesejahteraan. Perilaku memaafkan sebagai suatu perwujudan Banyak dari kejadian-kejadian itu juga dari kematangan emosi pada remaja akhir inilah terjadi pada remaja. Remaja saat ini sangat rentan yang dijadikan penulis sebagai fokus penelitian. terhadap stres seperti ditunjukkan oleh data pada Apakah ada hubungan antara kematangan emosi kejahatan remaja. Rasa sakit hati dan marah dengan kecenderungan memaafkan pada remaja selama periode waktu tertentu dapat akhir? menyebabkan remaja mengekspresikan Masa remaja adalah masa peralihan antara kemarahan itu dengan cara tidak sehat bahkan masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa yang kekerasan. Memaafkan adalah proses yang dapat ditandai dengan perubahan fisik, sosial, dan mengembalikan hubungan yang rusak dan emosional. Batasan usia pada remaja adalah usia 12 meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan tahun sampai 21 tahun, sedangkan batasan pada dengan mengurangi rasa marah. Memaafkan remaja akhir adalah usia 17 tahun sampai 21 tahun. sebagai strategi untuk membantu remaja yang terluka mengatasi dan mengurangi kemarahan. Remaja dituntut untuk mampu mengontrol atau mengendalikan perasaan mereka, dalam proses perkembangan menuju kematangan emosi. Hal ini tidak berarti seorang remaja harus ditopang oleh sikap mental kreatif, inovatif, profesional, bertanggung jawab, serta berani menanggung resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya sebagai bekal untuk peningkatan kualitas hidupnya. Tugas perkembangan masa remaja di mengendalikan semua gejolak emosi yang fokuskan pada upaya meninggalkan sikap danyang
3 Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan pada Remaja Akhir perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk membuat mereka tidak lagi merasa sakit dan mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku menderita dengan perasaan mereka sendiri, bisa s e c a r a d e w a s a. A d a p u n t u g a s - t u g a s melepaskan semua amarah, dan tidak lagi perkembangan masa remaja, menurut Hurlock mempunyai perasaan untuk membalas semua (1991, dalam Ali, 2008:10) adalah berusaha mampu sakit hati, sehingga bisa membangun kembali menerima keadaan fisiknya, mampu menerima relasi yang baik, melalui perilaku memaafkan. dan memahami peran seks usia dewasa, mampu Memaafkan adalah suatu keinginan untuk membina hubungan baik dengan anggota meninggalkan amarah dan menghindari penilaian kelompok yang berlainan jenis, mencapai negatif pada seseorang yang melukai kita. kemandirian emosional, mencapai kemandirian Melibatkan adanya perubahan dalam pemikiran, ekonomi mengembangkan konsep dan perasaan, motivasi, atau perilaku menjadi lebih keterampilan intelektual yang sangat diperlukan positif. Ditandai dengan adanya keikhlasan hati untuk melakukan peran sebagai anggota untuk bisa melepas semua perasaan terluka, sakit m a s y a r a k a t, m e m a h a m i d a n hati, meninggalkan kemarahan dan balas dendam menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan sehingga bisa mencapai suatu perdamaian dan orang tua, mengembangkan perilaku tanggung membina kembali hubungan dengan orang yang jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki bersalah. dunia dewasa, mempersiapkan diri untuk Memaafkan didasari dari diri sendiri. Karena memasuki perkawinan, memahami dan diri sendiri adalah dasar, persepsi diri sendirilah mempersiapkan berbagai tanggung jawab yang terus dijaga dari waktu ke waktu. Dengan kehidupan keluarga. adanya kematangan emosi diharapkan remaja Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat dapat mengembangkan perilaku memaafkan. melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa Kematangan emosi pada masa remaja diharapkan puber. Tidak semua remaja mengalami masa badai dapat membantu untuk menumbuhkan perilaku dan tekanan. Emosi yang timbul di masa remaja memaafkan pada remaja. sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya Chaplin (2005) mendefinisikan kematangan irasional tetapi hal ini dapat mengalami perbaikan emosi sebagai kondisi atau keadaan dalam ke depannya. m e n c a p a i t i n g k a t ke d e w a s a a n d a l a m Karakteristik Periode Remaja Akhir adalah perkembangan emosional seseorang. Orang yang remaja mulai memandang dirinya sebagai orang mempunyai emosi matang tidak akan dewasa dan mulai mampu menunjukkan menampilkan pola-pola emosional yang hanya pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. pantas dilakukan oleh anak-anak. Orang yang Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih mepunyai emosi matang juga mampu melakukan bagus dan lancar karena mereka sudah memiliki kontrol terhadap emosinya dalam menghadapi kebebasan penuh serta emosinya pun mulai stabil. situasi. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai Remaja yang menunjukkan kontrol emosi mapu mengambil pilihan dan keputusan tentang yang baik memiliki kapasitas perilaku yang dapat arah hidupnya secara lebih bijaksana meski belum menangani kemarahannya. Hasil penelitian bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih menunjukkan bahwa sesorang yang dapat c a r a - c a r a h i d u p y a n g d a p a t memaafkan mengalami penurunan kemarahan, dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, kecemasan, dan depresi yang signifikan orang tua, dan masyarakat (Anderson, 2006). Burney (2001) berpendapat ;Mengingat bahwa masa remaja merupakan bahwa ekspresi emosional yang sehat (kontrol masa yang paling banyak dipengaruhi oleh kemarahan) menunjukkan strategi manajemen lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam kemarahan yang baik dan belajar untuk mencari rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat solusi positif untuk menghadapi suatu masalah. merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja McCullough dan Worthington (1995) menyatakan, hendaknya dapat mengontrol emosinya. Karena dalam masyarakat modem, dengan meningkatnya itu dibutuhkan suatu kemampuan untuk bisa jumlah stres, kekerasan, kemarahan, dan mereduksi dan mengelola emosi, sesuatu yang bisa perselisihan, memaafkan bisa membuktikanr
4 Radhitia Paramitasari, Ilham Nur Alfian dapat mencegah masalah dan meningkatkan Development Study Group (2004). kesejahteraan. Memaafkan adalah proses yang dapat mengembalikan hubungan yang rusak dan Analisis data Teknik analisis data dalam penelitian ini meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan adalah teknik korelasi product moment dari dengan mengurangi rasa marah (Anderson, 2006) Pearson. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis METODE PENELITIAN hubungan dua variabel. Pengujian product moment ini dilakukan dengan menggunakan Tipe penelitian Tipe penelitian yang dilakukan di sini adalah bantuan komputer program SPSS for windows versi penelitian penjelasan (explanatory research), yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel HASIL DAN BAHASAN penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbum & Effendi, Gambaran Subjek Penelitian 2006). Variabel X dalam penelitian ini adalah Subjek dalam penelitian ini adalah siswakematangan emosi sedangkan variabel Y adalah siswi kelas XI dan XII SMA Negeri 1 Pare yang kecenderungan memaafkan. Subjek penelitian berusia Alasan penulis mengambil subjek penelitian hanya pada kelas XI dan XII karena Subjek penelitian ini remaja yang berusia 17 disesuaikan dengan subyek penelitian yaitu sampai 21 tahun. Dalam penelitian ini, alasan remaja akhir. Dilihat juga dari hasil analisis penulis mengambil batas usia 17 sampai 21 tahun deskriptif dari masing-masing variabel yaitu yang k a r e n a p a d a m a s a i n i r e m a j a m u l a i tergolong dalam kematangan emosi sedang mengembangkan kemampuan tingkah laku dan sebanyak 45 orang atau sekitar 37,19% dari jumlah belajar mengendalikan impulsif (Pikunas, sampel, dan yang tergolong mempunyai 1976;Ingersol, 1989 dalam Agustiani 2006). kematangan emosi rendah sebanyak 35 orang atau Penelitian dilakukan pada remaja akhir dengan sebesar 28,03% dari jumlah seluruh sampel, dan jumlah subjek penelitian sebanyak 121 remaja, yang tergolong mempunyai kematangan emosi yang terdiri dari 72 remaja perempuan dan 49 sangat rendah sebanyak 5 orang atau sekitar 4,13%. remaja laki-laki. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket, yaitu daftar pernyataan yang disusun secara tertulis mengenai suatu hal dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari responden yang bersangkutan (Sugiyono, 2006). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk skala Likert. Butir-butir dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang bersifat mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Subjek memiliki 4 (empat) pilihan jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kuesioner kematangan emosi yang Sedang frekuensi untuk remaja yang kematangan emosinyanya tergolong sangat tinggi dan tinggi secara berturut-turut sebagai berikut 7 orang atau sekitar 5,78% dan 29 orang dengan persentase 23,97%. Sedangkan dari hasil analisis deskriptif skala memaafkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 121 orang yang tergolong dalam kecenderungan memaafkan sedang sebanyak 48 orang atau sekitar 39,67% dari jumlah sampel, dan yang tergolong mempunyai kecenderungan memaafkan rendah sebanyak 32 orang atau sebesar 26,45% dari jumlah seluruh sampel, dan yang tergolong mempunyai kecenderungan memaafkan sangat rendah sebanyak 6 orang atau sekitar 4,96%. Sedang frekuensi untuk remaja akan digunakan dalam penelitian ini merupakan yang kecenderungan memaafkannya tergolong alat ukur yang dibuat sendiri oleh penulis. Skala sangat tinggi dan tinggi secara berturut-turut Memaafkan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut 7 orang atau sekitar 5,78% dan 28 adalah adapatasi dari The Enright Forgiveness Inventory (EFI) oleh Dr. Enright and Human orang dengan persentase 23,14%. penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat, peningkatan kesejahteraan, peningkatan kualitas hidup para
5 Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan pada Remaja Akhir Hasil Analisis Data Perhitungan yang dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment menghasilkan nilai r xy sebesar 0,864 dengan nilai p = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan kecenderungan memaafkan. Hasil perhitungan di atas juga menunjukkan arah hubungan kedua variabel yang positif, yang berarti bahwa semakin positif kematangan emosi maka semakin tinggi pula kecenderungan memaafkan pada remaja akhir Pembahasan Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian (Ha) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara kematangan emosi dan kecenderungan memaafkan diterima, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan kecenderungan memaaf kan pada remaja akhir. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif kematangan emosi pada remaja akhir maka semakin tinggi kecenderungan memaafkan, dan sebaliknya. Terbukti secara empirik dalam penelitian ini bahwa kematangan emosi mempunyai kontribusi pada tingkat kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Jika remaja dengan kematangan dengan yang tinggi, maka kecenderungan memaafkannya juga tinggi. Sehingga remaja dapat lebih adaptif. Sebaliknya remaja dengan kematangan emosi rendah, maka kecenderungan memaafkannya juga rendah. McCullough dan Worthington (1995) menyatakan, dalam masyarakat modem, dengan meningkatnya jumlah stres, kekerasan, kemarahan, dan perselisihan, memaafkan bisa membuktikan dapat mencegah masalah dan meningkatkan kesejahteraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesorang yang dapat memaaf kan mengalami penurunan kemarahan, kecemasan, dan depresi yang signifikan (Anderson, 2006). Hasil dari analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa 39,67% remaja memliki kecenderungan memaaf kan sedang dapat dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Enright, Santos, dan Al-Mabuk (1989, dalam Enright, 2000) yang menunjukkan bahwa pertama, remaja tampaknya dipengaruhi oleh teman-teman mereka dalam kesediaannya untuk memaafkan orang lain, kedua, remaja tidak selalu bisa mengambil tindakan yang terbaik pada orang lain yang telah menyakiti. Remaja masih membutuhkan konfirmasi dari luar dalam mengambil tindakan untuk memaafkan. Burney (2001, dalam Anderson, 2006) berpendapat bahwa ekspresi emosional yang sehat (kontrol kemarahan) menunjukkan strategi manajemen kemarahan yang baik dan belajar untuk mencari solusi positif untuk menghadapi suatu masalah Remaja yang menunjukkan kontrol emosi yang baik memiliki kapasitas perilaku yang dapat menangani kemarahannya. Mendukung adanya penjelasan dari Helb dan Enright (1993) yang menunjukkan bahwa kemampuan memaaf kan meningkat seiring dengan kematangan seseorang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Hubungan dalam penelitian ini berbentuk korelasi positif sehingga semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang dikemukakan oleh penulis, antara lain: Bagi remaja, diharapkan bisa memahami serta menguasai emosinya, sehingga mampu mencapai kondisi emosional yang adaptif, serta dapat mengembangan perilaku memaafkan sebagai upaya remaja untuk mendapat tempat,peran, dan penerimaan diri dari lingkungan.bagi orang tua, diharapkan orang tua mampu mengetahui kebutuhan anak dan mampu bersikap bijaksana dalam segala permasalahan yang dihadapi oleh anak. Diharapkan orang tua apat berperan dengan baik dalam membimbing
6 Radhitia Paramitasari, Ilham Nur Alfian anak-anak mereka menuju kedewasaan.bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat diperkaya dengan menambahkan data yang diperoleh m e l a l u i w a w a n c a r a d a n o b s e r v a s i. Berkemungkinan juga hal ini dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel yang berbeda dan bervariasi, untuk memperkaya hasil penelitian selanjutnya. Selain itu subjek dalam penelitian juga membutuhkan variasi agar dapat mengembangkan pengetahuan tentang kematangan emosi maupun memaafkan.
7 Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan pada Remaja Akhir PUSTAKA ACUAN Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama Anderson, M.A. (2006). The Relationship among Resiliance, Forgiveness, and Anger Expression in Adolescents. Maine: The University of Maine Chaplin, C.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali PressGrafindo Persada. Enright, R. D., & Fitzgibbons, R. P. (2002). Helping clients forgive: An empirical guide for resolving anger and restoring hope. Washington, DC: American Psychological Association Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. New York: McGraw-Hill McCullough, Michael E., Pargament K. E., Thoresen C.E. (2000). Forgiveness: Theory, research, and practice. New York: Guilford Press Girarld M. & Mullet,E. (1997). Forgiveness in Adolescent, Young, Middle Aged, and Older Adult. Journal of Adult development vol.4 no.4 Singarimbun, Effendi S. (2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Snyder,C.R. & Lopez J. S. (2007). Positive Psychology:The Scientific and Practical Explorations of Human Strengths. California: Sage Publication
BAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir
BAB I ABSTRAK Judul Jurnal : Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir Penulis Jurnal : Radhitia Paramitasari & Ilham Nur Alfian (Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciUmmu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
PERBEDAAN TINGKAT MEMAAFKAN (FORGIVENESS) ANTARA SANTRI YANG HAFAL AL-QUR AN DENGAN SANTRI YANG TIDAK HAFAL AL-QUR AN DI MA HAD SUNAN AMPEL AL- ALY MALANG Ummu Rifa atin Mahmudah_11410009 Jurusan Psikologi-Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar dari individu pernah terluka dan memerlukan cara untuk mengatasi luka tersebut. Cara untuk mengatasi luka salah satunya adalah dengan memaafkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana setiap anak ingin untuk mempunyai banyak teman dan relasi dalam hidupnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini menyangkut normalitas dan linieritas yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode
Lebih terperinciHUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN
HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05 Keluarga Perceraian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, disaat berinteraksi dengan orang lain tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah golongan intelektual yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan diharapkan nantinya mampu bertindak sebagai pemimpin yang terampil,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009) penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang sifatnya menanyakan hubungan
Lebih terperinciHUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR
Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-9 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR Lusiana Solita¹ Syahniar²
Lebih terperinciHubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK Hepy Hapsari Kisti Nur Ainy Fardana N. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. The purpose of this research was to know
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN STRES KERJA PADA GURU SLB DI KOTA MALANG
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN STRES KERJA PADA GURU SLB DI KOTA MALANG ARTIKEL PENELITIAN OLEH FEBY ASRURUN RISNA AMIRIL NIM 408112408856 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciKECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.
KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH
HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.
Lebih terperinciKONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG
KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG Laily Febria Purnaningtyas, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN SCHOOL STRESS PADA PESERTA DIDIK RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL STABILITY WITH SCHOOL STRESS ON THE STUDENTS
HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN SCHOOL STRESS PADA PESERTA DIDIK RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL STABILITY WITH SCHOOL STRESS ON THE STUDENTS Oleh : Surya Wahyu Kusuma*) Suwarti**) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
Lebih terperinciOleh: TIKA PRADINA NPM Dibimbing oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Laelatul Arofah, M.Pd.
JURNAL HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL) DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI DI SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONTROL WITH EMOTIONAL
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah penelitian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan kemandirian
Lebih terperinciKEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA
KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Virgia Ningrum Fatnar, Choirul Anam Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan virgia_nfatnar@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Subjek Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Marheni (dalam Soetjiningsih, 2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang
NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) Sarjana Psikologi
Lebih terperinciKematangan Vokasional dan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dewi Ratnawati 1) Istiana Kuswardani 2) ABSTRACT
Kematangan Vokasional dan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dewi Ratnawati 1) Istiana Kuswardani 2) ABSTRACT Purpose of this research is to know correlation between maturity
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitan 1. Identifikasi variabel penelitian Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah : a. Variabel terikat (X) : Frekuensi Merokok b. Variabel bebas (Y)
Lebih terperinciBAB 3. Metodologi Penelitian
BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. datanya berbentuk angka angka dan dianalisa menggunakan statistik.
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik koresional merupakan penelitian yang dimaksudkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Sugiyono (2011), korelasi merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Seperti hubungan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah agen perubahan yang akan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa ditantang
Lebih terperinci: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog
Nama : Rifdaturahmi NPM : 16512334 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada
Lebih terperinciAbstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara derajat stress dan coping stress pada guru SLB B X Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SLB B X Bandung yang berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan
Lebih terperinciKEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas
Lebih terperinciJenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Bagian yang paling utama didalam membuat suatu penelitian adalah bagaimana membuat rencana (rancangan penelitian). Penelitian ini merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. telah disebarkan di lingkungan SMK Telkom Sandy Putra Jakarta dan telah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada bagian ini, penulis akan menguraikan mengenai hasil analisis data dari angket yang berbentuk pertanyaan yang diberikan kepada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif korelasional. Carmies dan Zeller (dalam Sangadji dan Sopiah, 2010, h.26) mengemukakan metode kuantitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian menggunakan tekhnik korelasional. Penelitian ini bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel
Lebih terperinciPENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode
50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian hubungan virginitas dengan intensitas melakukan seks pra nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel
Lebih terperinciRELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS
RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS Ilham Prayogo, Hastaning Sakti* iprayogo@rocketmail.com, sakti.hasta@gmail.com Ilham Prayogo M2A607052
Lebih terperinciHubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Forgiveness Pada Siswa di SMA Islam Cikal Harapan BSD-Tangerang Selatan
Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Forgiveness Pada Siswa di SMA Islam Cikal Harapan BSD-Tangerang Selatan Yossi Kalista Dwityaputri 1, Hastaning Sakti 2 * 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat manusia perlu adanya hubungan yang baik antar sesamanya. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial dan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KEMATANGAN EMOSI DAN PEMAAFAN PADA MAHASISWA PRODI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
NASKAH PUBLIKASI KEMATANGAN EMOSI DAN PEMAAFAN PADA MAHASISWA PRODI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Oleh: Intan Putri Sejati 10320222 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dibuat secara sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang. betul-betul dan mudah diikuti secara mendasar.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitiannya, penelitian ini berangkat dari adanya
Lebih terperinciHUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI
HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variable dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas : Lingkungan Kerja Fisik 2. Variabel Terikat : Produktivitas Kerja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA TERHADAP KEBERFUNGSIAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA AKHIR
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA TERHADAP KEBERFUNGSIAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA AKHIR Pebby Ayu Ramadhany Triana Noor Edwina Dewayani Soeharto Metty Verasari Ramadhanypebby@gmail.com
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN INTISARI
1 HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN Sufiani Diah Ayu E.D Qurotul Uyun INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara memaafkan pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan. Variabel bebas (X):
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitan. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitan Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung : Perilaku Konsumtif 2. Variabel Bebas : Konformitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, Metode kuantitatif menurut Sugiono (2008) adalah metode penelitian yang berlandaskan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)
Lebih terperinci