HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN INTISARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN INTISARI"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN Sufiani Diah Ayu E.D Qurotul Uyun INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara memaafkan pasangan suami istri dengan kepuasan perkawinan. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah hubungan yang positif antara memaafkan dengan kepuasan perkawinan. Semakin tinggi memaafkan, maka semakin tingggi kepuasan perkawinan. Sebaliknya semakin rendah memaafkan, maka semakin rendah kepuasan perkawinan. Subyek dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang tinggal di Perumahan Griya Melati Permai Godean Sleman Yogyakarta sebanyak 50 subyek atau 25 pasangan suami istri. Alat ukur yang digunakan adalah skala memaafkan berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Nabhan (2006) dan skala kepuasan berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Roach,dkk (1981). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPPS versi 12,0 untuk menguji apakah ada hubungan antara memaaafkan dengan kepuasan perkawinan. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,691; p = 0,001 (p<0,01), yang artinya ada hubungan positif antara memaafkan dengan kepuasan perkawinan. Jadi hipotesis penelitian terbukti Kata kunci : memaafkan, kepuasan perkawinan

2 2 PENGANTAR LATAR BELAKANG MASALAH Perkawinan dalam islam bertujuan untuk membangun rumah tangga yang bahagia, sejahtera, sakinah, mawaddah dan warahmah (ketentraman, kedamaian, kebahagiaan). Pada akhirnya akan melahirkan generasi manusia yang baik dan berkualitas (dzurriyatan thayyibah) menuju terciptanya masyarakat yang baik yang diridhoi oleh Allah SWT (Hunsen, 1993). Pernikahan menurut Islam adalah terciptanya rasa tenteram karena adanya rasa cinta dan kasih sayang diantara anggota keluarga. Hal ini diperjelas dalam Al Quran Surat Ar-Ruum Ayat 21: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berfikir (QS Ar-Ruum [30]: 21) Kebahagiaan berarti pernikahan yang sakinah sebagaimana dinyatakan dalam hadist Rasul Allah SAW: Barang siapa sudah berkeluarga, maka ia telah mengantongi sebagian agamanya, untuk memperoleh sebagiannya lagi hendaknya ia lebih bertakwa kepada Allah SWT. Hadis tersebut berarti bahwa dengan keluarga yang sakinah, seorang muslim telah mendapat kebahagiaan serta kententraman hidup sehingga ia dapat lebih bertakwa kepada Allah untuk memenuhi setengah dari agamanya (Labib, 1983). Menurut ilmu psikologi kebahagiaan dalam pernikahan lazim disebut dengan kepuasan perkawinan, Menurut Bahr, dkk (2003) mendefinisikan

3 3 kepuasan perkawinan sebagai evaluasi subyektif terhadap kualitas perkawinan secara keseluruhan. Hal ini berarti taraf yang menunjukkan terpenuhinya kebutuhan, harapan dan keinginan seseorang dalam perkawinan. Jika seorang individu beserta pasangannya merasa puas dengan perkawinannya maka mereka akan merasa bahgia dan keutuhan pernikahannya akan terjaga. Kehidupan perkawinan tidak selalu berjalan mulus. Adakalanya naik adakalanya turun. Jika dalam kehidupan berselisih paham (cekcok) dengan pasangan, maka penyelesaiannya seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam Surat At-Taghaabun [64]: 14: Dan jika kamu memberi maaf dan tidak memarahi, serta mengampuni mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Memaafkan adalah tindakan mengesampingkan kemarahan pribadi terhadap tindakan tidak menyenangkan dari pasangan dalam suatu komitmen perkawinan (Dictionary of Psychology, 2002). Memaafkan merupakan hal yang sangat penting agar semua perbuatan suami atau isteri selalu dilandasi oleh pengertian terhadap latar belakang kehidupan masing-masing. Hubungan pasangan suami isteri ini akan menjadi lebih baik sehingga masing-masing akan merasa terpuaskan oleh pasangannya. Dengan demikian apa yang dinamakan kepuasan perkawinan adalah masing-masing pasangan mendapatkan kedamaian, kenyamanan, dan ketenangan. Rasa damai hanya bisa dicapai dengan jalan saling mencintai satu sama lain bukannya cinta dari salah satunya saja.

4 4 TINJAUAN PUSTAKA Lasswell dan Lasswell (2002) mengemukakan bahwa hubungan suami isteri dapat membawa kepuasan atau tidak tergantung pada kemampuan suami isteri memenuhi kebutuhan pasangannya dan seberapa besar kebebasan yang diperoleh dalam hubungan mereka dapat memenuhi kebutuhan masing-masing. Dengan kata lain, pasangan suami isteri akan merasakan kepuasan dalam perkawinannya apabila telah berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan pasangannya maupun dirinya sendiri. Roach, dkk (2001) mengemukakan beberapa aspek kepuasan perkawinan sebagai berikut : a. Keterbukaan, yaitu suatu keadaan yang memungkinkan bagi pasangan suami isteri saling mengetahui hal-hal yang disukai, hal-hal yang tidak disukai, isi pikiran, dan perasaan masing-masing. b. Kepercayaan, yaitu suatu keadaan yang memungkinkan bagi pasangan suami isteri untuk berani meyakini bahwa janji, kata-kata, dan pernyataan dari pasangannya serta berusaha menyerahkan segala aktivitas kepada pasangannya karena yakin pasangannya akan bertindak seperti yang diharapkan. c. Toleransi, yaitu pasangan suami isteri memiliki sikap saling menerima dan memberi. Sikap ini akan menumbuhkan penghargaan dan rasa hormat terhadap kepribadian, prestasi, minat dan individualitas pasangannya.

5 5 d. Pengertian, yaitu suatu keadaan dimana pasangan suami isteri saling memahami motif-motif tingkah laku pasangannya, sebab-sebab mengapa perbuatannya dilandasi oleh pengertian terhadap latar belakang kehidupan masing-masing. e. Pernyataan cinta dan afeksi, yaitu pasangan suami isteri dapat mengungkapkan dan mengekspresikan rasa cintanya dalam bentuk yang nyata, seperti perhatian, penyataan cinta dan sentuhan. f. Harapan terhadap perkawinan, yaitu pasangan suami isteri merasa optimis bahwa perkawinannya dapat berlangsung sampai akhir hayat. Suami isteri mempunyai keyakinan mereka akan tetap saling setia dan mencintai dalam keadaan apapun. g. Kesadaran terhadap peranan perkawinan, yaitu pasangan suami isteri memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga dan membina kehidupan perkawinannya sebagai suatu wadah untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang sehat baik jasmani maupun rohani. Memaafkan adalah tindakan mengesampingkan kemarahan atau ketidaknyamanan pribadi terhadap tindakan tidak menyenangkan (dari pasangan, dalam suatu komitmen perkawinan). Sikap saling memaafkan ini akan dapat dilaksanakan kalau masing-masing pihak, yaitu suami dan isteri dapat menyadari sepenuhnya tentang keadaan masing-masing. Karena hal tersebut sesuai dengan tujuan perkawinan yang menghendaki adanya ketenangan jiwa dan dan ketenteraman hati (Anshary, 1995).

6 6 Ciri-ciri memaafkan pasangan suami istri yang diungkap dalam penelitian ini (Nabhan, 2006): a. Tidak Memendam Kekesalan. Masing-masing pasangan tidak akan tahu bagaimana sebenarnya pendapat dan keinginan orang lain bila tidak membicarakannya. Memendam suatu masalah dapat meyakiti diri sendiri maupun pasangannya. Hal ini bisa menimbulkan stres yang akhirnya menimbulkan penyakit fisik maupun kejiwaan. b. Saling Mengakui Kesalahan. Permasalahan tidak akan selesai bila masing-masing pasangan saling melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Masing-masing pasangan diharapkan mau saling mengakui kesalahan yang diperbuatnya. c. Memikirkan Kelangsungan Hubungan Perkawinan. Perpisahan bukanlah solusi terbaik dari masalah dalam rumah-tangga. Tidak hanya melihat pasangan dari segi kesalahan yang diperbuatnya saja, tapi mengingat kebaikannya juga. d. Mencari Sumber Masalah dan Segera Menyelesaikan Berkonflik dengan pasangan adalah hal yang tak diinginkan oleh semua orang. Mencari sebab sumber masalah merupakan hal yang penting, dengan begitu masing-masing pasangan bisa mencari solusi tepat dan terbaik bagi penyelesaiannya. e. Open Talk, Dari Hati ke Hati Melakukan opnen talk untuk menyelesaikan permasalahan yang ada hal ini dilakukan agar tidak menambah permasalahan atau konflik yang ada.

7 7 f. Tidak Melibatkan Hati Terlalu Banyak Dalam menyelesaikan masalah, tidak melibatkan hati terlalu banyak. Hal ini bisa menimbulkan pembenaran pada diri sendiri dan egoisme individu yang tinggi. Untuk menyelesaikan suatu masalah, pasangan diharapkan tidak saling menyalahkan dan bertindak emosional. HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTERI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN Memaafkan merupakan tindakan mengesampingkan kemarahan atau ketidaknyamanan pribadi terhadap tindakan tidak menyenangkan (dari pasangan, dalam suatu komitmen perkawinan) yang menyebabkan komunikasi terhadap pasangan lebih bertambah positif. Disamping itu, memaafkan juga dapat meredam dan mengurangi waktu konflik yang berkepanjangan dalam suatu perkawinan, sehingga hubungan menjadi harmonis dan masing-masing pasangan merasa bahagia, yang akibatnya tercapailah kepuasan perkawinan yang diinginkan tersebut. Begitu pentingnya peran memaafkan dalam suatu perkawinan, sehingga apabila pasangan tersebut mengalami konflik dalam menjalani biduk rumah tangganya, maka jalan keluar terbaik adalah mengesampingkan egoisme pribadi, bertoleransi terhadap pasangan, mencoba mengerti dan memahami perasaan pasangan dengan banyak membuka pintu maaf bagi pasangannya.

8 8 HIPOTESIS PENELITIAN Ada hubungan positif antara memaafkan pasangan suami isteri dengan kepuasan perkawinan. Semakin tinggi memaafkan maka semakin tinggi kepuasan perkawinan. Sebaliknya semakin rendah memaafkan maka semakin rendah kepuasan perkawinan. METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Memaafkan pasangan Suami Isteri 2. Variabel tergantung : Kepuasan Perkawinan SUBYEK PENELITIAN Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni yang bertempat tinggal di Perumahan Griya Mlati Permai Godean Sleman Yogyakarta yang sudah menikah atau mempunyai masa perkawinan minimal selama satu tahun, dengan alasan karena pasangan suami isteri telah mempunyai pengalaman hidup berkeluarga sehingga mampu merasakan kepuasan dalam perkawinannya. Berpendidikan minimal setingkat Sekolah Menengah Atas, mempunyai sumber penghasilan tetap keluarga atau tingkat ekonomi menengah, sukarela menjadi responden penelitian. Jumlah warga yang bertempat tinggal di

9 9 Perumahan Griya Mlati Permai Godean Sleman Yogyakarta yang sudah menikah sebanyak 50 orang. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengambilan dala dalam penelitian ini adalah metode angket. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala memaafkan dan skala kepuasan perkawinan. Penyajian skala diberikan dalam bentuk pilihan-pilihan jawaban. Bentuk penilaian skala ini menggunakan model skala empat jenjang, sehingga penilaiannya bergerak dari satu sampai empat. Setiap aspek dalam skala ini memiliki aitem-aitem yang berupa pernyataan mendukung atau favourable dan aitem-aitem yang tidak mendukung atau unfavourable. Pada tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat distribusi aitem Skala Penelitian: Tabel 1 Distribusi Aitem Skala Memaafkan No. Aspek Memaafkan Favourable Unfavourable Jumlah 1 Tidak memendam kekesalan 1, 18, 20 33(31), Saling mengakui kesalahan 2, 32(30) 21, 6, Memikirkan kelangsungan hubungan perkawinan 12, 26, 4 25, 17, Mencari sumber masalah dan segera menyelesaikan 16, 11 35(33), 29, Open Talk, dari hati ke hati 24, 14, (34)32 10, 15, Tidak melibatkan hati terlalu banyak 3, 7, 8 27, 29(28), 5 6 Total Jumlah Aitem Catatan: Angka dalam tanda ( ) adalah nomer urut aitem baru setelah uji coba

10 10 Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Kepuasan Perkawinan No. Aspek Kepuasan Perkawinan Favorable Unfavorable Jumlah 1 Keterbukaan 1, 16(15), 8 14(13), 10(9) 5 2 Kepercayaan 12(11), 41(38), 42(39) 22(20), 28(26) 5 3 Toleransi 19(17), 39(36), 32(30) 7(6), 30(28) 5 4 Pengertian 2, 35(33), 8(7), 29(27), 11(10) 26(24) 6 5 Pernyataan Cinta dan Afeksi 6(5), 5(4), 15(14), 25(23) 27(25), 4(3) 6 6 Harapan terhadap perkawinan 24(22), 23(21), 36(34), 21(19) 17(16), 20(18) 6 7 Kesadaran terhadap peranan 34(32), 33(31), 31(29), perkawinan 40(37) 37(35), 13(12) 6 Total Jumlah Aitem Catatan: Angka dalam tanda ( ) adalah nomer urut aitem baru setelah uji coba HASIL PENELITIAN Uji korelasi yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis bivariat korelasi Product Moment dari Pearson tersebut menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,691 dengan p value sebesar 0,001 (<0,01). Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

11 11 Kepuasan Perkawinan Memaafkan Pearson Kepuasan Perkawinan Correlation Memaafkan Sig. (1-tailed) Kepuasan Perkawinan..001 Memaafkan.001. N Kepuasan Perkawinan Memaafkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang telah diajukan yakni ada hubungan positif dan sangat signifikan antara memaafkan suami isteri dengan kepuasan perkawinan, semakin tinggi tindakan memaafkan suami isteri maka semakin tinggi kepuasan dalam suatu perkawinan, dan semakin rendah tindakan memaafkan suami isteri maka semakin rendah kepuasan dalam suatu perkawinan. Kategorisasi untuk variabel memaafkan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 32%, dimana kesadaran subjek penelitian dalam menjalani perkawinannya tidak suka memendam kekesalan terlalu lama, lebih mau mengerti terhadap pasangannya, lebih banyak memakai rasional dalam menyelesaikan permasalahan tidak mengedepankan emosional, yaitu dengan cara sering berkomunikasi kepada pasangannya apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki dari masing-masing pasangannya. Kepuasan perkawinan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 44%, dimana subjek dalam penelitian ini sebagian besar merasakan kepuasan dalam menjalani kehidupan perkawinan dengan pasangannya karena subjek telah melakukan keterbukaan, toleransi, saling percaya terhadap pasangannya, serta seringnya mengungkapkan perasaannya terhadap pasangannya

12 12 sehingga masing-masing merasa diperhatikan dan hal tersebut lebih mempererat tali cinta kasih dalam perkawinan mereka. Hal tersebut menjelaskan teori yang dikemukakan Roach,dkk (2001), yang mengemukakan bahwa beberapa aspek kepuasan dalam perkawinan adalah keterbukaan, kepercayaan, toleransi, pengertian, pernyataan cinta dan afeksi, harapan terhadap perkawinan, dan kesadaran terhadap peranan perkawinan itu sendiri. Bila pasangan suami isteri mengedepankan sikap memaafkan, tanpa melihat apakah yang bersangkutan merupakan pasangan baru maupun sudah lama melangsungkan pernikahan akan mengalami kepuasan dalam perkawinan. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara memaafkan pasangan suami isteri dengan kepuasan perkawinan, semakin tinggi memaafkan pasangan suami istri maka semakin tinggi kepuasan dalam suatu perkawinan dan semakin rendah memaafkan pasangan suami isteri maka semakin rendah kepuasan dalam perkawinan. Hal ini disebabkan karena dalam kehidupan perkawinan selalu tidak berjalan mulus tanpa adanya hambatan ataupun konflik, dengan adanya konflik-konflik yang terjadi maka pasangan suami isteri perlu mengedepankan sikap memaaafkan guna menyelesaikan semua konflik yang timbul, sehingga akan tercapai sebuah kepuasan terhadap perkawinan yang dijalaninya.

13 13 Saran 1. Untuk Subjek Dalam kehidupan perkawinan, pasangan suami isteri harus belajar dan mendidik diri untuk melupakan kebencian serta mulai memaafkan orang lain. Berat, sukar, tidak mungkin, tidak boleh, itulah rangkaian alasan yang diberikan kepada seluruh upaya untuk memaafkan orang lain. Akan tetapi demi kebaikan dan kelangsungan hidup perkawinan, maka perlu adanya tindakan memaafkan dalam suatu perkawinan. Selama pasangan tidak melakukan kesalahan yang fatal dan sifatnya prinsip, serta tidak dilakukan pengulangan terhadap kesalahan yang pernah diperbuatnya, sehingga kepuasan perkawinan akan mudah tercapai. 2. Untuk Penelitian Selanjutnya Perlu adanya penelitian mengenai kepuasan perkawinan ditinjau dari aspek-aspek kemampuan komunikasi dan saling menyesuaikan diri, kemampuan sosial suami isteri untuk bergaul dengan orang lain selain keluarga dan dengan masyarakat sekitar, pola pemikiran kebutuhan ekonomi dalam suatu perkawinan guna pemenuhan untuk kelangsungan hidup keluarga, mempunyai keturunan atau tidak mempunyai keturunan, dan lainlain.

14 14 DAFTAR PUSTAKA Al-Quraan dan Terjemahannya Departemen Agama Republik Indonesia. Anshary, S.R Kebutuhan dan Citra Diri Orang Lanjut Usia. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada. Fincham, F.D. Beach, S.R.H, Davila, J Forgiveness and Conflict Resolution in Marriage. Journal of Family Psychology. Vol 18. Hunsen, I Perkawinan antar Agama Menurut Hukum Islam. Jakarta: PT. Antara. Labib, M.A.B Hidup Berkeluarga Menurut Islam. Bandung: Al Ma arif. Laswell, JT., & Laswell, T Marriage and The Family. California Publishing Company. Nabhan. U Membentuk Perkawinan yang Bahagia dengan Saling Memaafkan. Jurnal Psikologi Islam. Vol. 34. Roach, AJ. & Frazier, LP The Marital Satisfaction Scale: Development of a Measure for Intervention Research. Journal of Marriage and The Family. Vol. 43.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah Saw kepada umatnya. Beliau menganjurkan agar segera menikah apabila telah sampai pada masanya dan ada kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DENGAN KEPUASAN DALAM PERKAWINAN PADA ISTRI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DENGAN KEPUASAN DALAM PERKAWINAN PADA ISTRI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DENGAN KEPUASAN DALAM PERKAWINAN PADA ISTRI Oleh : ERIN ALTAIRA H. FUAD NASHORI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 83 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini, memaparkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian, diskusi serta saran yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan pemberian gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian,

Lebih terperinci

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN MEMAAFKAN PASANGAN DALAM PERNIKAHAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN MEMAAFKAN PASANGAN DALAM PERNIKAHAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN MEMAAFKAN PASANGAN DALAM PERNIKAHAN Oleh : Wiwik Pratiwi Irwan Nuryana Kurniawan PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Keharmonisan Pada Pasangan Menikah Yang Belum Mempunyai Keturunan. Keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda

Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda Nama : Rifka Putri Kusuma NPM : 16512337 Jurusan Pembimbing : Psikologi : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.psi, Psikolog LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an 1

BAB I PENDAHULUAN. hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sakinah merupakan dambaan setiap insan yang bersuami istri. Keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, damai, tentram dan memuaskan hati. Sebagaimana

Lebih terperinci

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Nama : Rifdaturahmi NPM : 16512334 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan pintu gerbang kehidupan yang wajar atau biasa dilakukan oleh umumnya umat manusia. Terbentuknya keluarga yang kokoh merupakan syarat penting bagi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 3 Nomor 1, Halaman 114-122, Januari-Juni 2017 RISTEKDIK Jurnal Bimbingan dan Konseling P-ISSN: 2527-4244, E-ISSN : 2541-206X KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan

Lebih terperinci

Islami. Pernikahan Dalam Islam

Islami. Pernikahan Dalam Islam Islami Pernikahan Dalam Islam Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan dan lain

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil dalam masyarakat yang membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam keberhasilan membangun suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat perkawinan adalah penyatuan dua pribadi yang saling mengikatkan diri dalam interaksi atau hubungan suami istri, yaitu hubungan yang menjadikan seorang laki-laki

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemaknaan Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini. berbunyi sebagaimana berikut :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemaknaan Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini. berbunyi sebagaimana berikut : 98 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN 1. Pemaknaan Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini Keharmonisan pernikahan dalam Islam adalah Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Disebutkan dalam surat ar-rum

Lebih terperinci

SUSI RACHMAWATI F

SUSI RACHMAWATI F HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Manusia dilahirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih sayang sebagai sebuah rahmat dari-nya. Dimana semua itu bertujuan agar manusia dapat saling berkasih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam 146 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam menyelesaikan kasus cerai thalak sebagai upaya menyelesikan konflik keluarga yang diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan salah satu aspek yang penting perkembangan individu dewasa (Kelley & Convey dalam Lemme, 1995).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PELATIHAN PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PELATIHAN PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017 BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PELATIHAN PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017 BENGKALIS, 10 APRIL 2017 ASSALAMU ALAIKUM, WR. WB SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan dapat mencakup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Pembahasan pada bab ini didasarkan pada seluruh data yang berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian lapangan di desa Sawotratap Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG SUAMINYA MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung

KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG SUAMINYA MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG SUAMINYA MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Eneng Nurlaili Wangi 1, Yunikeu Gusnendar 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung 1,2 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu juga Allah memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan seperti firman Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif. Tabel 4.1 Gambaran Usia dan Lama Perkawinan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif. Tabel 4.1 Gambaran Usia dan Lama Perkawinan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif Penelitian dilakukan kepada 80 istri yang berada di wilayah Bekasi dan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama BAB III PENYAJIAN DATA A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama Dalam Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Pekanbaru Dalam kehidupan kita berbagai konflik dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia

Lebih terperinci

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH I. Pendahuluan Allah SWT menurunkan Agama Islam sebagai rahmatan lil alamin, Agama Islam merupakan tuntunan dan petunjuk bagi umat dalam memelihara hubungan dengan Allah, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Azwar (2012, h. 5) mengatakan bahwa metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Azwar (2012, h. 5) mengatakan bahwa metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Azwar (2012, h. 5) mengatakan bahwa metode kuantitatif menggunakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendapatkan pasangan hidup yang terbaik, tentu menjadi harapan setiap manusia. Pasangan hidup saling membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kecukupan pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam Islam merupakan salah satu cara untuk membentengi seseorang supaya tidak terjerumus ke lembah kehinaan, di samping untuk menjaga dan memelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dalam perkawinan. Bradbury, Fincham, dan Beach (2000) mengatakan. sehingga pernikahan dapat terus bertahan.

BAB II TINJAUAN TEORI. dalam perkawinan. Bradbury, Fincham, dan Beach (2000) mengatakan. sehingga pernikahan dapat terus bertahan. BAB II TINJAUAN TEORI A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Setiap pasangan suami istri tentu mendambakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia atau dengan kata lainmerasakan

Lebih terperinci

BAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir

BAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir BAB I ABSTRAK Judul Jurnal : Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir Penulis Jurnal : Radhitia Paramitasari & Ilham Nur Alfian (Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan melibatkan variabel-variabel penelitian sebagai berikut: 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan secara ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan secara ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penellitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji

Lebih terperinci

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: NURUL HANIEF MARDHOTILLAH NPM : 11144200103 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang kuat, permasalahan yang terjadi pada anak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang kuat, permasalahan yang terjadi pada anak di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat, permasalahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DALAM TA ARUF DAN KEPUTUSAN MENIKAH KELOMPOK TARBIYAH PKS CABANG POLOKARTO

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DALAM TA ARUF DAN KEPUTUSAN MENIKAH KELOMPOK TARBIYAH PKS CABANG POLOKARTO 47 HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DALAM TA ARUF DAN KEPUTUSAN MENIKAH KELOMPOK TARBIYAH PKS CABANG POLOKARTO Aji Anung Aryanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan beberapa hal tentang: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar dan hipotesis, (5) kegunaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang mempunyai tata cara, yaitu pengambilan keputusan, interpretasi data dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional adalah penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada laporan penelitian, deskripsi, dan pembahasan penelitian maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada laporan penelitian, deskripsi, dan pembahasan penelitian maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam menyelesaikan kasus cerai sebagai upaya menyelesaikan konflik keluarga yang diuraikan pada laporan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kedudukan mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling berhubungan antara satu dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy DATA PRIBADI Nama ( inisial ) : Jenis Kelamin : Usia : Fakultas : Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Permasalahan. Manusia diciptakan oleh Allah secara berpasang-pasangan agar mereka

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Permasalahan. Manusia diciptakan oleh Allah secara berpasang-pasangan agar mereka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Permasalahan " Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan istri-istrimu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya (sakinah)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan data demografi ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan data demografi ibu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah 32 ibu rumah tangga yang bekerja di PT Sinar Karya Duta Abadi. Dari 35 wanita yang bekerja di bagian kantor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan salah satu pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang terkecil dan yang pertama kali digunakan manusia sebagai sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga inilah kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

memberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan

memberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain untuk melangsungkan hidupnya. Manusia memerlukan rasa aman, nyaman, dan kasih sayang yang diberikan oleh orang lain,

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan pada perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi atau

Lebih terperinci