KAJIAN KEPUSTAKAAN. golongan terdahulunya merupakan itik liar yang wilayah penyebarannya sampai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KEPUSTAKAAN. golongan terdahulunya merupakan itik liar yang wilayah penyebarannya sampai"

Transkripsi

1 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Lokal Itik atau yang lebih dikenal di masyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar yang wilayah penyebarannya sampai ke Afrika Utara bahkan sampai ke Asia seperti Vietnam, Malaysia, Filipina dan Indonesia (Murtidjo, 2012). Itik merupakan jenis unggas air yang termasuk ke dalam kelas Aves. Berdasarkan klasifikasi zoologis (Srigandono,1997), itik berada dalam : Kingdom Phylum Sub Phylum Class Ordo Family Sub Family Spesies : Animalia : Chordata : Vertebrata : Aves : Anseriformes : Anatidae : Antinae : Anas platyrhynchos Penyebaran itik di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, berawal dari datangnya orang-orang Hindia Belanda di pulau Jawa pada abad delapan (Soedjai, 1973). Awalnya itik digunakan sebagai pembasmi hama siput di lahan pertanian oleh petani di Asia Tenggara. Itik di habitat aslinya biasa mencari makan dekat dengan perairan, dengan kebiasaan tersebut sistem pemeliharaan itik biasa dilakukan petani menggunakan sistem gembala di lahan pertanian.

2 10 Itik Indonesia dikenal juga sebagai Indian Runner yang berkembang di berbagai wilayah Indonesia (Marhijanto, 1996). Populasi itik lokal Indonesia yang merupakan salah satu rumpun bangsa Indian Runner tersebar di wilayah Indonesia dengan bermacam-macam nama menurut daerah atau lokasi asal berkembangnya, diantaranya itik Pajajaran. Itik Pajajaran ialah salah satu itik lokal yang berasal dari Jawa Barat yang merupakan varietes hasil persilangan dari itik Cihateup betina dengan itik Magelang jantan. Penamaan tersebut diambil dari daerah kampung Pajajaran desa Pangauban, Batujajar Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Itik Magelang mewariskan sifat-sifat fisik yaitu penampilan postur tinggi dan besar dengan bobot tubuh mampu mencapai lebih dari 2 kg (Sidiq 2011). Itik Magelang juga mewariskan sifat jinak, tenang dengan tingkat stress rendah dan produksi telur stabil berkisar butir per ekor per tahun (Nugraha 2011). Itik Cihateup menurunkan sifat tidak rentan terhadap penyakit dan angka kematian yang kecil hanya 1-2%. Secara umum itik Pajajaran memiliki warna bulu coklat gelap, kombinasi putih dan hitam. Warna paruh dan shank dominan hitam serta terdapat lingkaran berbentuk cincin pada leher (Lanam, 2012) Deskripsi Telur Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran besar dan warna kerabang putih sampai hijau kebiruan. Rata-rata bobot telur itik adalah g (Resi, 2009). Telur pada umumnya terbagi dalam dua jenis, yaitu telur konsumsi dan telur tetas. Telur konsumsi ialah telur yang dihasilkan oleh induk tanpa perkawinan, telur ini tidak bisa ditetaskan, hanya dapat digunakan untuk

3 11 konsumsi atau kebutuhan rumah tangga. Telur tetas adalah telur yang dihasilkan dari induk yang dikawini oleh pejantan, jenis inilah yang dapat ditetaskan dengan persentase hasil penetesan cukup tinggi. Bagian dan susunan telur secara garis besar terdiri dari 11% kerabang, 58% albumen, dan 31% yolk (Ensminger, 1991). Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur telur yaitu: umur, suhu lingkungan, kualitas serta kuantitas ransum, strain dan penyakit (Abbas, 1989). Telur unggas mengandung semua bahan penting bagi perkembangan embrio (Benjamin dkk, 1960). Sebutir telur mengandung 65% air, 12% protein, 11% lemak, 1% karbohidrat dan 11% abu (North dan Bell, 1990). Secara berurutan tiga sumber energi yang digunakan embrio dalam perkembangannya adalah karbohidrat, protein dan lemak (Sarwono, 1994) Kerabang Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan pori-pori kerabang yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan luar kerabang telur (Sumarni dan Djuarnani, 1995). Kerabang telur mempunyai sifat keras, halus, dilapisi kapur dan terikat kuat pada bagian luar dari lapisan membran kulit luar (Winarno dan Koswara, 2002). Faktor yang mempengaruhi ketebalan kerabang telur antara lain adalah ketebalan kandungan Ca, semakin rendah kandungan Ca pada kerabang telur semakin tipis (Kurtini dan Riyanti, 2008). Ketebalan kerabang telur itik yaitu 0,3-0,5 mm. Bagian kerabang telur terdapat pori-pori sebanyak buah yang digunakan untuk pertukaran gas. Poripori tersebut sangat sempit, berukuran 0,036 x 0,031 mm dan 0,014 x

4 12 0,012 mm yang tersebar di seluruh permukaan kerabang telur (Romanoff dan Romanoff 1963). Jumlah pori-pori persatuan luas pada bagian tumpul telur lebih banyak dibandingkan dengan pori-pori bagian yang lainnya (Sirait, 1986). Fungsi pori kerabang telur adalah sebagai tempat pertukaran gas dari dalam dan luar kerabang sehingga membantu respirasi embrio di dalam telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Secara histologis kerabang telur terdiri dari kutikula, lapisan bunga karang, lapisan manilla dan lapisan membrana (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kutikula berfungsi untuk mencegah penetrasi mikroba melalui kulit telur dan mengurangi penguapan. Kutikula merupakan lapisan terluar yang menyelubungi seluruh permukaan telur dan menutupi pori-pori, mencegah penguapan yang terlalu cepat dan mencegah masuknya bakteri ke dalam telur (North, 1984). Selama masa inkubasi embrio akan mengeluarkan gas CO 2 sebagai hasil proses pernapasan dan memerlukan O 2 untuk kelangsungan hidupnya (Rasyaf, 1994) Albumen Albumen merupakan bagian yang sangat diperhatikan karena sifat biokimianya sehubungan dengan kualitas telur. Albumen atau disebut juga putih telur merupakan sumber utama protein yang mengandung niasin dan riboflavin (USDA, 2007). Warna jernih atau kekuningan pada putih telur disebabkan oleh pigmen ovoflavin (Romanoff dan Romanoff, 1963). Albumen terdiri dari persen dari berat telur (Hutt, 1949). Kandungan utama dari albumen adalah air dan protein, lebih lanjut kandungan albumen terdiri atas 88 persen air, 10,8 persen protein, 0,2 persen lemak, dan 1 persen abu (Smith, 1990).

5 13 Albumen tesusun dari empat lapisan yang terdiri dari chalaziferus, innerthin albumen, thick albumen dan outerthin albumen (Smith, 1990). Perbandingan bagian thick dan thin albumen tidak tetap, dipengaruhi oleh genetik, penyakit dan umur telur. Semakin lama telur disimpan maka proporsi thin albumen semakin meningkat (Smith, 1990). Albumen merupakan bagian telur yang mengandung protein dalam berbagai jenis. Protein tersebut yang akan mempengaruhi sifat fungsional telur (Winarno dan Koswara, 2002). Albumen mengandung lima jenis protein yaitu ovalbumin, ovomukoid, ovomusin, ovokonalbumin dan ovoglobulin. Selain itu albumen mengandung protein anti mikroba yang disebut lysozyme, berfungsi membantu memperlambat proses kerusakan telur (Sarwono, 1994) Yolk Yolk merupakan bagian terpenting dari isi telur, karena selain sebagai tempat tumbuh embrio juga mengandung zat-zat makanan yang sangat menunjang perkembangan embrio (Romanoff dan Romanoff, 1963). Telur mengandung 31 persen yolk (Ensminger, 1991). Yolk terdiri dari material yolk, latebra, germinal disk dan membran vitelin (Kurtini dkk, 2011). Latebra merupakan saluran yang menghubungkan germinal disk dengan pusat kuning telur yang berguna dalam perkembangan embrio. Germinal disk terletak di permukaan yolk dan merupakan tempat dimulai tumbuhnya embrio (Benjamin dkk, 1960). Membran vitelin melingkupi yolk, membran ini tipis, kuat dan hampir tidak berwarna. Smith (1990) menyatakan bahwa germinal disk terdapat pada semua telur dan bukan petunjuk bahwa telur tersebut fertil.

6 14 Kuning telur memiliki diameter µm dan kuning telur mengandung pigmen karotenoid yang dihasilkan oleh oxycarotenoids (Kurtini, dkk., 2011). Pigmen tersebut secara linier dipengaruhi oleh tingkat pigmen di dalam makanan (Abbas, 1989). Selama penyimpanan, air dapat berpindah dari putih telur ke kuning telur. Akibatnya, berat kuning telur meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan pelemasan membran vitelin hingga pecah, sehingga kuning telur dapat bercampur dengan putih telur (Abbas, 1989). Kandungan pada yolk tersusun atas air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin (Sarwono, 1994). Yolk tersusun atas 49% air, 17% protein, 32% lemak dan 2% abu (Smith, 1990). Yolk berfungsi juga sebagai cadangan makanan yang diserap oleh embrio sehingga anak itik tetap hidup beberapa hari setelah menetas tanpa makan dan minum Umur Induk Pemeliharaan itik dengan berbagai tingkatan umur dilakukan untuk menjaga tingkat produksi telur, namun dengan bertambahnya umur induk maka setelah tahun pertama produksi telur fertilitas dan hasil penetasannya menurun secara drastis (North, 1984) Produksi telur itik menurun sejalan bertambahnya umur induk setelah melewati puncak produksi telur pada umur minggu, karena pejantan yang lebih tua akan lebih jarang melakukan perkawinan daripada itik yang lebih muda. Hal tersebut terjadi karena dalam perkawinan massal atau kelompok pada saat angka produksi rendah maka tingkat ovulasinya pun rendah dan itik betina melakukan kopulasi yang lebih jarang daripada saat angka produksi telurnya tinggi (Jull, 1977).

7 15 Itik petelur menurun dengan cepat daya tetasnya terutama setelah terjadi penurunan kualitas kerabang telurnya yaitu menjadi tipis bila induk telah berproduksi selama 9 atau 10 bulan (North, 1984). Banerjee (1982), menyatakan bahwa sejak awal produksi telur, produksi telur meningkat dengan bertambahnya umur itik tetapi setelah melewati puncak produksi yang biasa dicapai pada umur minggu maka produksi telur selanjutnya menurun. Umur itik 26 minggu produksi telur naik dengan tajam dan mencapai puncaknya pada umur minggu, kemudian produksi telur menurun dengan perlahan sampai 55% sesudah masa produksi 15 bulan yaitu pada umur itik 82 minggu (Wahyu, 1978). Selanjutnya selama minggu ke-20 dari periode minggu, itik tersebut diharapkan produksi telurnya meningkat dari nol sampai mencapai puncak produksi kira-kira 85 90% dan umur minggu itik telah mencapai berat badan yang tetap dengan produksi telur yang menurun. Sastroamidjojo (1971), berpendapat bahwa pada umumnya setelah umur 2 tahun lebih itik tidak berproduktif karena daya menerima zat rendah demikian pula daya tetasnya telah menurun Specific Gravity Specific gravity merupakan perbandingan antara berat telur dengan berat jenis air, definisi tersebut menyebabkan specific gravity tidak memiliki satuan (Sears, dkk., 1988). Penentuan specific gravity yang umum digunakan adalah metode pengambangan telur dalam berbagai konsentrasi larutan garam. Nilai specific gravity diperoleh pada saat telur-telur mulai mengambang pada tingkat konsentrasi larutan garam yang berbeda, dengan demikian nilai specific gravity telur sama dengan nilai specific gravity larutan garam. Kisaran nilai specific

8 16 gravity larutan garam yang biasa digunakan dalam pengukuran kualitas kerabang telur adalah 1,074 1,090 dengan peningkatan 0,004 (North, 1984). Larutan garam yang digunakan dalam pengukuran nilai specific gravity memiliki fungsi sebagai bahan pengawet telur, karena dapat mencegah dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan racun yang dihasilkannya, pada konsentrasi tertentu dapat mengurangi kelarutan O 2, menghambat kegiatan bakteri pembusukan. Garam memiliki ukuran molekul yang relatif kecil sehingga tekanan osmotiknya besar, garam berfungsi untuk meningkatkan tekanan osmotik sehingga terjadi plasmolisa pada sel mikroorganisme, dan sel mengalami dehidrasi serta mengakibatkan kepekaan terhadap O 2, sesuai dengan prinsip pengawetan telur, yaitu mencegah penguapan, hilangnya CO 2, mencegah kerja enzim dalam telur, mencegah mikroorganisme dari luar melalui pori-pori kerabang telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Nilai specific gravity dapat diaplikasikan untuk penentuan kualitas kerabang secara tidak langsung. Semakin tinggi nilai specific gravity maka kualitas kerabang semakin baik. Specific gravity memiliki korelasi positif dengan ketebalan kerabang telur (Wells dan Belyavyn, 1987) hal tersebut menandakan bahwa pada nilai specific gravity semakin tinggi, maka ketebalan kerabang semakin tinggi pula. Telur berkualitas baik memiliki nilai specific gravity di atas 1,080 (North, 1984). Nilai specific gravity menunjukkan kandungan CaCO 3 dan kualitas kerabang telur. Specific gravity yang tinggi memberikan gambaran CaCO 3 yang tinggi. Ion-ion Ca dan ion-ion karbonat di uterus dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk membentuk CaCO 3 kerabang telur (Wahyu, 1992). Penambahan sodium bikarbonat atau kalsium dalam ransum dapat meningkatkan kualitas

9 17 kerabang sehingga specific gravity pun meningkat (Miles dan Harms, 1982). Lebih lanjut North (1984) mengemukakan bahwa limestones dan oystershell akan memperbaiki kualitas kerabang telur. Kandungan kalsium dan vitamin D yang rendah, temperatur lingkungan di atas F menghasilkan telur dengan kualitas kerabang yang rendah. Penyimpanan dapat menurunkan nilai specific gravity karena sejalan dengan lamanya waktu penyimpanan maka rongga udara semakin besar. Hal ini akan menyulitkan di dalam mendapatkan nilai specific gravity yang dapat mencerminkan kekuatan kerabang telur. Oleh karena itu telur yang diukur harus telur yang umumnya tidak lebih dari satu hari, penyimpanan menyebabkan specific gravity turun sebesar unit perhari (Roberson dan Mc. Daniel, 1987). Menurut Board (1966) yang dikutip oleh Wells dan Belyavin (1987) specific gravity yang rendah memungkinkan lebih besar masuknya bibit penyakit meskipun keadaan kerabangnya normal dan terlebih pada kerabang telur yang tidak baik. Hal ini dapat dimengerti karena dengan berkurangnya nilai specific gravity berarti ketebalan berkurang sehingga semakin mudah bibit penyakit masuk ke dalam telur Daya Tetas Daya tetas adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya kemampuan telur untuk menetas (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Hal ini dapat dihitung dengan dua cara, yaitu membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang ditetaskan atau membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang fertil. Sedangkan menurut Wibowo dan Jafendi (1994) daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil.

10 18 Daya tetas telur merupakan salah satu indikator di dalam menentukan keberhasilan suatu penetasan. Daya tetas ditentukan berdasarkan jumlah telur tetas yang menetas dari sejumlah telur-telur tetas yang tertunas atau fertil (Djannah, 1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas yaitu teknis pada waktu memilih telur tetas atau seleksi telur tetas (keadaan kerabang, warna kerabang, bobot telur, bentuk telur dan lama penyimpanan) dan teknis operasional dari petugas yang menjalankan mesin tetas (suhu, kelembapan, sirkulasi udara dan pemutaran telur) serta faktor yang terletak pada induk yang digunakan sebagai bibit (Djanah, 1984). Sedangkan menurut Tullet (1990) keberhasilan penetasan tergantung dari suhu, kelembapan, frekuensi pemutaran telur, ventilasi dan kebersihan telur. Umur telur tetas yang semakin meningkat akan menurunkan kualitas telur karena penguapan CO 2 dan H 2 O. Menurunnya kualitas telur akan menghambat perkembangan embrio sehingga dapat menurunkan fertilitas dan daya tetas (Winarno dan Koswara, 2002). Telur yang terlalu besar atau kecil tidak baik untuk ditetaskan karena daya tetasnya rendah (Sainsburry, 1984). Telur yang terlalu kecil mempunyai luas permukaan telur per unit yang lebih besar dibandingkan dengan telur yang besar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan North dan Bell (1990), yang menginformasikan bahwa bobot telur yang tidak menetas memiliki bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan bobot telur yang menetas, karena telur yang kecil mempunyai luas permukaan telur per unit lebih besar dibandingkan dengan telur yang lebih besar, akibatnya penguapan air dari dalam telur akan lebih cepat sehingga telur akan cepat kering.

11 Mortalitas Embrio North dan Bell (1990) menyatakan bahwa periode penetasan mengalami masa kritis pada awal masa pengeraman saat terjadi perkembangan sistem peredaran darah, sedangkan pada masa akhir pengeraman saat terjadi perubahan fisiologis dari sistem pernafasan (udara). Masa kritis terakhir pada fase embrional adalah peristiwa menetas, yakni saat ayam keluar dari kerabang. Peristiwa ini nyatanya tidak sederhana yang terlihat, bahkan sebenarnya merupakan rangkaian dari peristiwa-peristiwa yang cukup unik. Selain itu, kematian embrio juga dipengaruhi kualitas telur tetas, sex ratio, gen letel, genetik, manajemen perkawinan, fertilitas dan metode penetasan (Muslim, 1993). Ningtyas, Dkk. (2013) menyebutkan bahwa faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil tetas pada suhu 36 C dikarenakan mortalitas embrio yang tinggi dan pada minggu terakhir penetasan banyak telur yang mengeluarkan busa karena busuk. Kejadian ini paling banyak disebabkan oleh kelembaban mesin tetas pada akhir masa inkubasi yang terlalu rendah, sehingga akan mempercepat penguapan air dari telur dan embrio akan kekeringan. Padahal kelembaban udara berfungsi untuk mengurangi atau menjaga cairan dalam telur dan merapuhkan kerabang telur. Jika kelembaban tidak optimal, embrio tidak mampu memecahkan kerabang yang terlalu keras. Kebanyakan embrio yang ditetaskan ditemukan mati antara hari ke-22 sampai ke-27 selama inkubasi. Hal ini biasa disebut dead-in-shell dan terbagi menjadi tiga katagori. Katagori pertama, embrio tumbuh dan berkembang secara normal, tetapi tidak memiliki upaya untuk menerobos kerabang. Katagori seperti ini biasanya mati pada hari ke- 28. Katagori kedua mati pada hari yang sama, tetapi menunjukkan karakteristik paruh yang pipih dan lentur dengan oedema serta pendarahan pada otot penetasan

12 20 bagian belakang kepala. Kejadian tersebut merupakan dampak berkelanjutan dari usaha embrio memecah kerabang yang gagal. Katagori ketiga mati antara hari ke- 22 sampai hari ke-28. Kematian pada katagori ini disebabkan karena kesalahan posisi selama berkembang sehingga menghambat embrio tersebut untuk keluar dari kerabang. Untuk mempertahankan kelembaban yang stabil, persediaan air didalam bak penampung harus selalu tersedia dan cukup. Kegagalan menetasnya telur saat memasuki periode hatcher dapat disebabkan karena belum sempurnanya pembentukan embrio dan kurangnya kelembaban pada mesin tetas sehingga embrio tidak dapat melakukan memecahkan kerabang telur dan melakukan piping (Ningtyas dkk. 2013). North (1984) menyatakan bahwa terdapat 4 tahap atau periode kematian embrio, yaitu : - Early-dead embryo yaitu kematian terjadi satu minggu pertama periode inkubasi (hari 1-7); - Middle mortality yaitu kematian terjadi diantara fase early sampai fase late (hari 8-25); Kematian embrio selama periode II harus sangat rendah, tapi kadang-kadang tinggi. Selama periode ini kebanyakan mati akibat bibit kekurangan gizi dalam makanan yang memiliki efek terbesar pada embrio, meskipun sedikit diperlukan vitamin A dapat menyebabkan kematian embrio yang berlebihan pada periode II karena vitamin A membantu dalam pengembangan sistem darah. Tidak hanya kematian meningkat selama periode II akibat dari keterbatasan nutrisi dalam makanan bibit tetapi juga dapat menimbulkan kelainan pada embrio. Seperti clubbed down, curled toes ( meringkuknya jari kaki), pengerdilan, micromelia

13 21 (pemendekan tulang panjang), parrot beak, crooked keel dan beak, malposisi, pembekuan darah dan terjadinya edema. - Late mortality yaitu kematian terjadi tiga hari terakhir periode inkubasi (hari 26-28). Sebagian besar kematian embrio selama periode III disebabkan oleh faktor durasi yang panjang. Anak itik yang gagal menetas, 50% akan ditemukan dalam posisi yang lain dari normal dan sebagian besar karena embrio mengalami malposisi bahwa telur tidak diatur dengan rongga udara. Periode kritis ini terjadi akibat perubahan fisiologi embrio yang sudah sempurna menjelang penetasan (Paimin, 2004). Telur yang tidak menetas karena kekeringan disebabkan oleh kelembaban mesin tetas yang terlalu rendah dan suhu mesin yang tinggi pada masa akhir pengeraman. Kelembaban udara berfungsi untuk mengurangi atau menjaga cairan dalam telur dan merapuhkan kerabang telur. Jika kelembaban tidak optimal, embrio tidak mampu memecahkan kerabang yang terlalu keras. Peningkatan dan penurunan suhu yang tidak konstan selama penetasan dapat menyebabkan kematian embrio, hal tersebut dipertegas dengan pernyataan Mc Daniel (1979). Penyebab gagal tertas dalam proses penetasan terutama terjadi pada akhir masa penetasan dan disebabkan pengeringan selaput telur dalam pertumbuhan embrio yang tidak sempurna, sehingga embrio tidak menetas dan masih terdapat dalam kerabang telur (Setiadi, 2000) Operasional Mesin Tetas Temperatur Suhu yang terlalu tinggi atau rendah didalam penetasan akan mengakibatkan pertumbuhan embrio yang tidak normal dan mengurangi daya

14 22 tetas (Arboleda, 1975). Lebih lanjut Bundy dan Diggins (1960) menyebutkan jika temperatur inkubator tinggi maka mempercepat perkembangan embrio dan cepat menetas, namun embrio berkembang secara tidak normal serta dapat menurunkan daya tetas. Temperatur mesin tetas yang diperlukan untuk menetaskan telur itik yaitu berkisar antara ,9 F atau 37,78 38,83 C (Rasyaf, 1984). Lebih lanjut Hodgetts (2000) menyatakan Suhu yang baik untuk penetasan adalah 37,8 C, dengan kisaran 37,2 38,2 C. Pada suhu ini dapat menghasilkan daya tetas yang optimum. Embrio lebih sensitif terhadap temperatur tinggi daripada temperatur rendah. Peningkatan temperatur 0,05 C akan memperpendek waktu tetas, meningkatkan dehidrasi dan menghasilkan anak yang kecil. Temperatur mesin tetas yang mempunyai suhu 46 C selama 3 jam atau 50 C hanya dalam waktu satu jam akan mengakibatkan kematian embrio selurunya (Poultry International, 1985) Kelembaban Kelembaban harus optimal selama proses penetasan dan dijaga agar tidak terjadi dehidrasi maupun terlalu lembab (Suprijatna dkk, 2005). Kelembaban yang optimal berkiksar 50 60%, sedangkan menurut Shanawany (1994), untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65 70%. Mulai hari ke-20, kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70%. Cara lain dengan melihat pada kaca ventilasi mesin tetas, bila pada kaca terdapat butir-butir air berarti kelembaban terlalu tinggi. Ada kalanya kelembaban di dalam

15 23 mesin tetas terlalu tinggi atau rendah rendah sehingga perlu dilakukannya pengaturan (Suharno, 2000). Kelembaban berfungsi untuk mengurangi kehilangan cairan dari dalam telur selama proses penetasan dan membantu pelapukan kulit telur pada saat akan menetas sehingga anak itik mudah memecahkan kulit telur (Widyaningrum dkk, 2013). Kelembaban pada akhir periode inkubasi ditingkatkan dengan tujuan untuk mempermudah piping, paruh atau anak tidak melekat pada selaput dan mencegah dehidradasi pada anak itik (Samosir 1987) Ventilasi Ventilasi berguna untuk suplai oksigen (O 2 ) yang akan digunakan oleh embrio dalam proses metabolismenya dan mengeluarkan karbondioksida (CO 2 ) hasil metabolisme. Kebutuhan O 2 meningkat sejalan dengan pertumbuhan embrio, begitu pula dengan CO 2 yang dihasilkan (Jull, 1977). Menurut penelitian, selama pengeraman udara dalam mesin mengandung ± 0,5% CO 2 dan 21% O 2 (Susanto, 2013). Kandungan O 2 di udara yang baik adalah sekitar 21% bagi perkembangan embrio di dalam penetasan. Penurunan O 2 sebanyak 1% akan menurunkan daya tetas sebanyak 5% (Rasta dkk, 2012). Konsentrasi CO 2 di atas 1,5 2,0 % mengurangi daya tetas secara drastis (North, 1984). Konsentrasi CO 2 yang tinggi mencapai 5 % menyebabkan telur tidak menetas sama sekali (Ensminger, 1991). Kecepatan aliran udara 12 cm per menit memberikan daya tetas yang optimum (Card dan Nesheim, 1972). Lubang ventilasi dapat dibuka pada hari ke-4 sebesar 0,25 0,33 bagian, sedangkan pada hari ke enam dibuka 0,5 0,68 bagian

16 24 dan pada hari ke-9 dapat dibuka seluruhnya hingga akhir periode penetasan agar pertukaran gas berlangsung baik (Paimin, 1995) Posisi Telur Posisi telur selama periode inkubasi diletakkan dengan ujung tumpul di atas agar kepala embrio berkembang mendekati rongga udara, dapat mencegah pecahnya selaput pembatas antara albumen dan yolk, serta dapat menjaga rongga udara tetap pada posisi yang semestinya (North, 1984). Peletakan telur dengan bagian runcing di atas menyebabkan terjadinya peristiwa tremulous air cell sehingga menurunkan daya tetas (Winter dan Funk, 1960). Hurd (1956) menegaskan bahwa tremulous air cell menurunkan daya tetas sebesar 20 %. Hasil penelitian selanjutnya mengemukakan bahwa daya tetas menurun % bila telur diletakkan dengan bagian runcing di atas (Poultry International, 1985). Hal ini disebabkan ketika anak itik siap untuk menetas paruh tidak dapat menjangkau rongga udara untuk memulai pernafasan paru-paru. Telur tetas dapat pula disimpan pada posisi horizontal terutama pada mesin tetas tipe still air machine Pemutaran Telur Hurd (1956) menyatakan bahwa pemutaran telur dilakukan 3 5 kali sehari. Lebih lanjut Lasmini dan Parwati (1992) mengemukakan bahwa telur diputar tiga kali sehari dimulai pada hari ke-3 sampai hari ke-24 dengan sudut putar 180 untuk posisi telur horizontal. Pemutaran telur bertujuan agar telur memperoleh panas yang merata dan menjaga agar embrio tidak melekat pada selaput kerabang telur telur (Card, 1962).

17 25 Ensminger (1991) menambahkan bahwa pemutaran telur perlu dilakukan untuk mencegah germ berpindah tempat melalui albumen kemudian menempel pada membran kerabang atau mencegah pelekatan antara chorion dan selaput kerabang.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil. 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tetas Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil. Data daya tetas pada penelitian ini dihitung dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam jenis itik lokal dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu. II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Itik Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family Anatidae, genus Anas dan termasuk spesies Anas javanica. Proses domestikasi membentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Arab Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan dengan ayam buras (Kholis dan Sitanggang, 2002). Ayam arab merupakan ayam lokal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut Telur Selama proses inkubasi, telur akan mengalami penyusutan yang dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan unggas di Indonesia semakin berkembang seiring dengan banyaknya kebutuhan protein hewani terutama itik lokal. Itik mulai digemari oleh masyarakat terutama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam kelas aves, ordo Anseriformes, Family Anatiade, Subfamily Anatinae, Tribus Anatini dan Genus Anas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan konsumen terhadap produk hasil ternak juga meningkat. Produk hasil ternak yang dipilih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan permintaan terhadap produk hasil ternak. Produk hasil unggas merupakan produk yang lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Telur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and Tannenbaum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, Family Anatidae, Sub family Anatinae, Tribus anatini dan Genus Anas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Breeding Center Puyuh Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaranyang terletak di lingkungan Kampus Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Tegal Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal Indonesia merupakan hasil dometsikasi Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) dan Ayam Hutan Hijau (Gallus varius). Ayam Hutan Merah di Indonesia ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman Struktur Telur Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman Struktur dan komposisi telur 1.Kuning telur (yolk) 2.Putih telur (albumen) 3.Membrane shell 4.Kerabang telur Kuning Telur (31%): 1. Latebra : Pertautan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam tipe petelur berperan penting sebagai sumber protein. Sasaran sub sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan upaya dalam mempertahankan populasi maupun memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta dapat menghasilkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia berjalan semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya permintaan telur konsumsi maupun

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah lama dipelihara dan ayam kampung merupakan salah satu anggota dari ayam buras yang sangat potensial

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat akan gizi, diperlukan peningkatan ketersediaan sumber gizi terutama protein hewani. Salah

Lebih terperinci

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai menguntungkan bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira

II. TINJAUAN PUSTAKA. arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Arab Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediteran, hasil persilangan ayam arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira tujuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Tegal Itik merupakan jenis unggas air (water fowls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae dan genus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan

Lebih terperinci

Gambar 1. Itik Alabio

Gambar 1. Itik Alabio TINJAUAN PUSTAKA Itik Alabio Itik Alabio merupakan salah satu itik lokal Indonesia. Itik Alabio adalah itik yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, Propinsi Kalimantan Selatan. Habitatnya di daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Eksterior Telur Tetas Keberhasilan suatu usaha penetasan bergatung pada beberapa hal salah satunya adalah kualitas telur. Seleksi telur tetas menentukan tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat

HASIL DAN PEMBAHASAN. morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Kualitiatif Pusar Penilaian menggunakan metode pasgar skor didasarkan pada kriteria morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat kualitas DOD

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012. I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas darat yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena produktivitasnya cukup tinggi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik lokal Indonesia dikenal sebagai keturunan itik Indian Runner yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik lokal Indonesia dikenal sebagai keturunan itik Indian Runner yang banyak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Mojosari Itik lokal Indonesia dikenal sebagai keturunan itik Indian Runner yang banyak tersebar di wilayah Indonesia. Beberapa bangsa itik lokal antara lain: itik alabio (Anas

Lebih terperinci

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur Telur Titis Sari Kusuma Ilmu Bahan Makanan-Telur 1 MACAM TELUR Ilmu Bahan Makanan-Telur 2 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan

Lebih terperinci

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di hasilkan dari unggas.telur merupakan salah satu produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan pangan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu sentra pengembangan ternak unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah, Kec. Batipuh,

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton Desa Kamaruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, yang berbatasan dengan desa Teras Bendung di sebelah utara

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO THE EFFECT OF HEN AGE AND SPECIFIC GRAVITY ON HATCHABILITY AND EMBRYO MORTALITY M. Reza Ardian*, Dani Garnida**,

Lebih terperinci

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR Telur Titis Sari Kusuma 1 MACAM TELUR 2 1 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan asam

Lebih terperinci

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. Hal ini berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Telur Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tidak memiliki karakterisik disebut ayam kampung (Nataamijaya, 2010). Ayam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tidak memiliki karakterisik disebut ayam kampung (Nataamijaya, 2010). Ayam II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Di Indonesia terdapat berbagai jenis ayam lokal, baik itu ayam asli maupun ayam hasil adaptasi yang sudah ada sejak ratusan tahun silam. Ayam lokal yang tidak memiliki

Lebih terperinci

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963)

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963) TINJAUAN PUSTAKA Struktur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein yang terdapat pada telur

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. Kalkun (turkey) adalah jenis unggas darat yang berasal dari kalkun liar yang

II. TINJAUN PUSTAKA. Kalkun (turkey) adalah jenis unggas darat yang berasal dari kalkun liar yang II. TINJAUN PUSTAKA A. Kalkun Kalkun (turkey) adalah jenis unggas darat yang berasal dari kalkun liar yang didomestikasikan oleh suku bangsa Indian pada zaman pro-colombia. Kalkun memiliki tubuh besar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, bergizi tinggi, dan harganya relatif murah sehingga

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Anas platyrhynchos (domestic duck) Itik sangat identik dengan kehidupan nya yang selalu berkelompok dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Anas platyrhynchos (domestic duck) Itik sangat identik dengan kehidupan nya yang selalu berkelompok dan 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Itik adalah hewan yang telah didomestikasi guna diambil daging, telur ataupun bulunya. Klasifikasi itik meliputi : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis TINJAUAN PUSTAKA Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis amoinensis.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perkembangan ayam. Hasil penelitian panjang tubuh anak ayam yang diinkubasi. Tabel 2. Panjang Tubuh Anak Ayam Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN. perkembangan ayam. Hasil penelitian panjang tubuh anak ayam yang diinkubasi. Tabel 2. Panjang Tubuh Anak Ayam Lokal 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panjang Tubuh Anak Ayam Lokal Panjang tubuh anak ayam lokal dapat menjadi acuan untuk memprediksi perkembangan ayam. Hasil penelitian panjang tubuh anak ayam yang diinkubasi

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itik Itik merupakan salah satu jenis unggas yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai alat pemenuh kebutuhan konsumsi namun juga berpotensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan ayam yang sudah beradaptasi dan hidup dalam jangka waktu yang lama di Indonesia. Ayam lokal disebut juga ayam buras (bukan ras) yang penyebarannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna kerabang cokelat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna kerabang cokelat 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang khusus dibudidayakan untuk menghasilkan telur secara komersil. Saat ini terdapat dua kelompok ayam petelur yaitu tipe medium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Struktur Telur Secara rinci struktur telur terbagi atas: kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), membran

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK SUGENG WIDODO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, BOGOR 16002 RINGKASAN Dengan melaksanakan tatalaksana penetasan telur itik secara baik akan didapatkan hasil yang maksimal.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015, 23 III. BAHAN DAN MATERI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015, bertempat di peternakan ayam arab milik Bapak Ilham di Desa Tegal Rejo,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan yang telah didomestikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur Kedalaman Kantung Udara HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Telur Pembesaran kantung udara telur ayam ras dengan pengolesan minyak kelapa dapat ditekan sampai umur simpan 35 hari (Tabel 6). Kedalaman kantung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam Pekon Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, bertempat di Kelompok Tani Ternak Rahayu, Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos) TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas (Influence of age wiping Eggs for fertility and hatchability) oleh : Zasmeli Suhaemi 1), PN. Jefri 1) dan Ermansyah 2) 1) Prodi Peternakan

Lebih terperinci

Tilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36.

Tilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produkproduk peternakan akan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kedu Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam Kedu berasal dari Desa Karesidenan Kedu Temanggung Jawa Tengah. Ayam Kedu memiliki kelebihan daya

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Itik telah dibudidayakan dan dikembangkan masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki bentuk,

Lebih terperinci