IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton
|
|
- Sucianty Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton Desa Kamaruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, yang berbatasan dengan desa Teras Bendung di sebelah utara dan Desa Jeruk Tipis di sebelah selatan serta kurang lebih berjarak 9 Km dari bibir pantai. Desa Kamaruton mempunyai sumber perairan yang cukup berlimpah yang dilintasi oleh sungai Ciujung dan mempunyai irigasi Sentul Jongjing yang cukup luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Sistem pemeliharaan itik Damiaking sangat tergantung pada musim tanam padi dan ketersediaan pakan di tempat pemeliharaan. Pada saat musim panen padi, ternak digembalakan pada pagi sampai sore hari jam WIB, kemudian di kandangkan dan diberi pakan tambahan. Ternak digembalakan di area sawah sekitar kandang dekat kolam atau parit. Budidaya itik Damiaking dilakukan secara ekstensif dengan populasi 93 ekor. Terdiri dari 90 ekor betina dewasa dan 3 ekor jantan dewasa dengan sex ratio jantan:betina 1:30, bobot badan rata-rata 1,7-2,0 kg. Produksi telur rata-rata 44% dengan daya tetas 32%, produktivitas itik Damiaking ini tergolong rendah dalam satu tahun berkisar antara butir/ekor/tahun (Mayunar, 2011). Umur itik Damiaking sekitar 18 bulan, dapat bertahan sampai umur 3 tahun, setelah itik tidak berproduksi maka itik akan dijual. Populasi itik Damiaking tidak tercatat di Statistik Banten, tetapi sentra populasinya terdapat di Kabupaten Serang. Diduga populasi itik Damiaking mengalami penurunan disebabkan banyaknya peternak yang melakukan
2 28 persilangan itik Damiaking dengan itik lokal lain. Itik Damiaking biasanya disilangkan dengan itik Rambon atau lebih sering disebut itik merah oleh peternak dengan tujuan meningkatkan produktivitasnya (produksi telur, pertumbuhan dan berat badan). Kandang itik dibangun sangat sederhana menggunakan pembatas bambu dan alas kandang dari jerami, lokasi kandang berada ditengah-tengah pesawahan dengan sistem pekarangan, yaitu kombinasi pemeliharaan sistem terkurung dan sistem lepas. Sistem pemberian pakan tidak terjadwal dan berubah setiap waktu sesuai musim tanam padi. Pada musim panen pemberian pakan hanya diberikan satu kali/hari yaitu berupa keong atau kepala udang dan nasi sisa pada sore hari dengan komposisi yang tidak ditentukan dan kebutuhan lainnya di penuhi dari lahan pangonan (sawah). Kandungan zat makanan dalam keong yang diberikan kepada itik Damiaking dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Zat Makanan dalam Keong Yang Diberikan pada Itik Damiaking yang Dipelihara Secara Ekstensif Kandungan Daging Cangkang** Nutrisi I II* Abu (%) 24 15,3 54,93 Protein Kasar (%) 51,8 52,7 2,94 Lemak Kasar (%) 13,61 3,20 0,12 Serat Kasar (%) 6,09 5,59 26,68 Kalsium (mg/100 gr) 7593,81 Fosfor (mg/100 gr) 1454,32 Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak USU (2007), dalam Zainudin dan Syahruddin (2012) *Julfereina dan Tarigan (2008) **BPPT dalam Sulistiono (2007)
3 Bobot Telur Tetas Itik Damiaking yang Dipelihara Secara Ekstensif Deskripsi bobot telur Itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif, dapat dilihat pada Tabel 6 dengan rincian berat telur secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 1. Tabel 6. Hasil Analisis Bobot Telur Tetas Itik Damiaking yang Dipelihara Secara Ekstensif Nilai Itik Damiaking Rata-rata (gram) 74,48 Minimal (gram) 66,10 Maksimal (gram) 81,90 Simpangan Baku (s) 3,63 Koefisien Variasi (%) 4,87 Pendugaan Interval µ (95%) ±1,03 Pendugaan Interval µ (99%) ±1,37 Berdasarkan Tabel 6 rata-rata bobot telur tetas itik Damiaking hasil pengamatan awal yaitu 74,48±3,63 gram dengan koefisien variasi 4,87%. Ratarata bobot telur masih seragam karena keofisien variasinya kurang dari 10%. Menurut Sudjana (2005), bila koefisien variasi suatu pengamatan dibawah 10% maka data tersebut dapat dikatakan seragam. Bobot telur tetas itik Damiaking yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan bobot telur itik lokal lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putraperdana, dkk. (2014) menunjukkan bahwa bobot telur itik Rambon populasi dasar memiliki rata-rata 69,28 gram, bobot telur itik Cihateup populasi dasar memiliki rata-rata 69,83 gram (Lestari, dkk. 2014), bobot telur itik Bali dengan kerabang putih memiliki rata-rata 66,77 gram dan bobot telur itik Bali dengan kerabang hijau kebiruan memiliki nilai rata-rata 67,27 gram (Prasetya, dkk. 2014), serta hasil penelitian
4 30 Mayel, dkk. (2013), bobot telur itik Magelang 70,96±5,39 gram, dan itik Pajajaran 64,77±5,31 gram. Data hasil penelitian rata-rata bobot telur 74,48 gram, selanjutnya dianalisis menggunakan pendugaan parameter (. Rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 95% menunjukkan bobot telur itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif memiliki interval antara batas bawah 73,45 gram dan batas atas 75,51 gram atau sebesar 1,03 gram, sedangkan rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 99% menunjukkan batas bawah 73,11 gram dan batas atas 75,86 gram atau sebesar 1,37 gram. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata bobot telur seluruh populasi Itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif antara 73,45 gram hingga 75,51 gram, dan untuk tingkat kepercayaaan 99% rata-rata bobot telur seluruh populasi antara 73,11 gram hingga 75,86 gram. Dari data tersebut terlihat bahwa, dengan tingkat kepercayaan 99% menunjukkan nilai interval pendugaan lebih luas dibandingkan tingkat kepercayaan 95%. Sesuai dengan pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa makin besar jarak interval maka makin percaya tentang kebenaran penaksiran yang dilakukan. Berdasarkan pendugaan parameter telur tetas itik Damiaking menunjukkan bobot telur yang tinggi Bobot telur yang tinggi pada itik Damiaking erat kaitannya dengan faktor keturunan, umur induk, bobot induk, sistem pemeliharaan dan pakan. Menurut Hardjosworo (1989), bobot telur merupakan sifat yang dipengaruhi oleh kebakaan (genetik) dan protein dalam pakan. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Listyowati dan Roospitasari (2005), berat telur dipengaruhi oleh jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang serta kualitas pakan.
5 31 Suwindra (1998) menyatakan bahwa dengan tingkat protein ransum minimal 16% itik mampu memproduksi satu butir telur, meningkatkan produktifitas telur dan berat telur. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Purnamasari, dkk. (2015) bahwa, dengan meningkatnya konsumsi protein akan meningkatkan bobot telur. Pakan tambahan berupa keong diberikan pada itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif mengandung protein 51,8% dengan energi metabolis 2094,98 Kkal/kg, kandungan protein yang diberikan sudah memenuhi untuk memproduksi satu butir telur, sehingga bobot telur itik damiaking yang dihasilkan pun memiliki rata-rata yang tinggi. Itik pada masa bertelur membutuhkan protein dan energi untuk hidup pokok, produksi telur dan pertumbuhan. Setelah kebutuhan hidup pokok terpenuhi maka energi dan protein yang dikonsumsi cenderung digunakan untuk produksi telur dan pertumbuhan. Selain itu bobot telur juga dipengaruhi oleh umur induk dan umur telur, bobot telur akan meningkat sesuai dengan peningkatan umur itik, bobot telur meningkat sampai induk mencapai umur dua bulan produksi, lalu konstan (Sarwono, 1994). Semakin lama umur telur maka bobot telur akan semangkin menyusut, ini sesuai dengan pernyataan Pestacore dan Jacob (2011), seiring dengan bertambahnya umur, telur akan kehilangan cairan dan isinya semakin menyusut. Telur tetas itik Damiaking yang digunakan merupakan telur segar berumur tiga hari sehingga memiliki bobot telur yang tinggi. Faktor lain yaitu sistem pemeliharaan, telur yang digunakan adalah telur itik Damiaking berasal dari induk yang dipelihara secara ekstensif, itik digembalakan sehingga kekurangan nutrisi dari pakan yang diberikan bisa terpenuhi dengan kandungan nutrisi pakan alam yang tersedia di tempat penggembalaan.
6 32 Bobot telur tetas dapat berpengaruh terhadap daya tetas dan hasil tetas, menurut Mahi, dkk. (2013) faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penetasan telur dengan mesin tetas adalah bobot telur tetas, karena bobot telur tetas tidak hanya berpengaruh terhadap daya tetas saja tetapi juga sangat berpengaruh terhadap bobot tetas. Butcher and Miles (2004), menambahkan bahwa selain mempengaruhi daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas tinggi akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya. Rataan sampel dan pendugaan parameter bobot telur tetas pada itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif sudah memenuhi standar Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Non Ruminansia 2014 sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan nomor 1356/Kpts/TU.210/F/12/2013, karena telur itik yang ditetaskan menurut standar harus mempunyai berat minimal 60 gram per butir. Hal ini diperkuat dengan pendapat Srigandono (1997), bahwa rata-rata bobot tetas telur itik yang baik adalah gram. 4.3 Bentuk (Shape Index) Telur Tetas Itik Damiaking yang Dipelihara Secara Ekstensif Deskripsi bentuk telur Itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif dapat dilihat pada Tabel 7, dengan rincian bentuk telur secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 1.
7 Tabel 7. Hasil Analisis Bentuk Telur Tetas (Shape Index) Itik Damiaking yang Dipelihara Secara Ekstensif Nilai Itik Damiaking Rata-rata 79,10 Minimal 75,21 Maksimal 84,85 Simpangan Baku (s) 2,28 Koefisien Variasi (%) 2,89 Pendugaan Interval µ (95%) ±0,65 Pendugaan Interval µ (99%) ±0,86 33 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rataan bentuk telur tetas itik Damiaking yang dipelihara Secara ekstensif hasil pengamatan awal yaitu 79,10±2,28 dengan koefisien variasinya 2,89. Rata-rata shape index telur tersebut masih seragam karena keofisien variasinya kurang dari 10%. Menurut Sudjana (2005), bila koefisien variasi suatu pengamatan dibawah 10% maka data tersebut dapat dikatakan hampir seragam. Berdasarkan hasil ini maka telur tetas itik Damiaking rata-rata mempunyai bentuk cenderung bulat. Shape Index yang diperoleh lebih rendah di banding Shape Index hasil penelitian Putraperdana, dkk. (2014), pada itik Rambon populasi dasar yaitu 80,96, hasil penelitian Lestari, dkk. (2014), pada itik Cihateup populasi dasar yaitu 81,40 dan penelitian Mayel, dkk. (2013) pada itik Magelang dan Pajajaran yaitu bulat, dengan nilai shape indexnya 80,24±3.00 dan 80,10±3,22. Namun Shape Index itik Damiaking lebih besar dibanding itik Bali hasil Penelitian Prasetya, dkk. (2014), yang menyatakan bahwa Shape Index telur itik Bali kerabang putih memiliki rata-rata 77,93 dan telur itik Bali kerabang hijau kebiruan memiliki rata-rata 77,64. Data hasil penelitian rata-rata shape index 79,10, selanjutnya dianalisis menggunakan pendugaan parameter (. Rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 95% menunjukkan shape index telur itik Damiaking yang
8 34 dipelihara secara ekstensif memiliki interval antara batas bawah 78,45 dan batas atas 79,75 atau sebesar 0,65, sedangkan rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 99% menunjukkan batas bawah 78,23 dan batas atas 79,96 atau sebesar 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% rata-rata shape index telur seluruh populasi Itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif antara 78,45 hingga 79,75, dan untuk tingkat kepercayaaan 99% ratarata shape index telur seluruh populasi antara 78,24 hingga 79,96. Dari data terlihat bahwa, dengan tingkat kepercayaan 99% menunjukkan nilai interval pendugaan lebih luas dibandingkan tingkat kepercayaan 95%. Sesuai dengan pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa makin besar jarak interval maka makin percaya tentang kebenaran penaksiran yang dilakukan. Berdasarkan pendugaan parameter telur tetas itik Damiaking menunjukkan bentuk cenderung bulat. Shape index mencerminkan bentuk telur, dan dipengaruhi oleh genetik, bangsa serta proses selama pembentukan telur. Bentuk telur yang berbeda-beda secara umum disebabkan bentuk dan besar kecilnya alat reproduksi itik, sehingga hal ini akan berpengaruh pula terhadap panjang dan lebar telur yang dihasilkan. Oleh karena itu, bentuk telur yang bulat seperti halnya pada itik Damiaking erat hubungannya dengan saluran reproduksi yang mempunyai isthmus berdiameter lebar. Hal ini sesuai dengan pendapat Septiawan (2007), semakin lebar diameter isthmus maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung bulat dan apabila diameter isthmus sempit, maka telur yang dihasilkan akan berbentuk lonjong. Pendapat ini dipertegas oleh Jull (1977), bahwa faktor yang berperan dalam memberikan bentuk telur adalah : jumlah albumen yang disekresikan dalam oviduk, ukuran isthmus, aktivitas serta kekuatan otot dinding isthmus dan bagian-bagian lain yang
9 35 dilalui telur. Selain itu umur induk juga mempengaruhi bentuk telur, telur tetas itik Damiking yang digunakan berasal dari induk yang berumur 18 bulan sehingga rata-rata telur tetas itik damiking berbentuk bulat. Pernyatan ini sesuai dengan pendapat Suharno (2009) bahwa, bentuk telur berhubungan erat dengan usia itik yang memproduksinya. Itik usia muda kebanyakan menghasilkan telur berbentuk lonjong, sedangkan itik tua menghasilkan telur yang cenderung lebih bulat. Menurut MacLaury (1973), bentuk telur normal shape indexnya 69-77, maka nilai index yang lebih besar dari 77 akan berpenampilan bulat dan apabila lebih kecil dari 69 akan berpenampilan lonjong. Ratan sampel dan pendugaan parameter telur tetas itik Damiaking mempunyai bentuk yang bulat sedangkan menurut Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia 2014 telur yang bagus untuk ditetaskan mempunyai bentuk oval, karena telur dengan bentuk bulat akan mempunyai daya tetas yang lebih rendah (Sudaryani, 1996). 4.4 Specific Gravity Telur Tetas Itik Damiaking yang Dipelihara Secara Ekstensif Hasil penelitian specific gravity telur tetas Itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif dapat dilihat pada Tabel 8, dengan rincian specific gravity secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 1. Tabel 8. Hasil Analisis Specific Grafity Telur Tetas Itik Damiaking yang Dipelihara Secara Ekstensif Nilai Itik Damiaking Rata-rata 1,086 Minimal 1,075 Maksimal 1,095 Simpangan Baku (s) 0,006 Koefisien Variasi (%) 0,574 Pendugaan Interval µ (95%) ±0,002 Pendugaan Interval µ (99%) ±0,002
10 36 Berdasarkan hasil penelitian, telur tetas Itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif hasil pengamatan awal mempunyai rata-rata specific gravity 1,086±0,006 dengan koefisien variasi 0,574%. Rata-rata specific gravity telur tersebut masih seragam karena keofisien variasinya kurang dari 10%. Menurut Sudjana (2005), bila koefisien variasi suatu pengamatan dibawah 10% maka data tersebut dapat dikatakan hampir seragam. Hasil penelitian spesific gravity pada telur tetas itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif, menunjukan nilai lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian Putraperdana, dkk. (2014), pada itik Rambon populasi dasar yaitu 1,083 dan hasil penelitian Lestari, dkk. (2014), pada itik Cihateup populasi dasar yaitu 1,084. Semakin tinggi nilai specific gravity yang didapat kondisi telur semakin bagus dan segar. Data hasil penelitian rata-rata specific gravity 1,086 selanjutnya dianalisis menggunakan pendugaan parameter. Rataan interval dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan specific gravity telur itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif memiliki interval antara batas bawah 1,084 dan batas atas 1,087 atau sebesar 0,002, sedangkan rataan interval pendugaan parameter dengan tingkat kepercayaan 99% menunjukkan batas bawah 1,083 dan batas atas 1,088 atau sebesar 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata specific gravity telur seluruh populasi Itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif antara 1,084 hingga 1,087, dan untuk tingkat kepercayaaan 99% rata-rata specific gravity telur seluruh populasi antara 1,083 hingga 1,088. Dari data terlihat bahwa, dengan tingkat kepercayaan 99% menunjukkan nilai interval pendugaan lebih luas dibandingkan tingkat kepercayaan 95%. Sesuai dengan pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa makin besar jarak interval maka makin percaya tentang kebenaran penaksiran yang dilakukan. Berdasarkan
11 37 pendugaan parameter telur itik Damiaking menunjukkan nilai specific gravity yang tinggi. Tingginya nilai specific gravity pada telur itik Damiaking dipengaruhi oleh umur telur, telur segar memiliki nilai specific gravity yang lebih tinggi dibandingkan telur yang sudah tersimpan lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryani (1996), bahwa sejalan dengan waktu pengumpulan telur yang lebih lama, Specific gravity akan mempunyai ukuran yang semakin rendah karena terjadi penguapan air dan gas dari dalam telur. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Pestacore dan Jacob (2011), seiring dengan bertambahnya umur, telur akan kehilangan cairan dan isinya semakin menyusut sehingga memperbesar rongga udara dan menurunkan kualitas telur. Penomena ini juga dipengaruhi oleh manajemen dan sistem pemeliharaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Suprapti (2002), bahwa sistem pemeliharaan antara lain berkaitan dengan kebersihan atau sanitasi kandang akan mempengaruhi kualitas telur. Sanitasi yang baik akan menghasilkan telur yang baik pula, dalam hal ini specific gravity yang dihasilkan tinggi. Selain itu nilai specific gravity juga dipengaruhi oleh tebal dan keutuhan kerabang, seperti yang diinterpretasikan oleh Butcher dan Miles (2004), bahwa specific gravity dan ketebalan kerabang sangat berkorelasi positif. Tebal kerang yang baik berkisar antara 0,31-0,36mm (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kerabang yang tipis akan mudah retak dan memiliki pori-pori yang lebih banyak dan lebar, tebal kerabang yang ideal akan menghasilkan specific gravity yang tinggi. Jika angka specific gravity menurun, maka jumlah retak pada kerabang umumnya meningkat. Specific gravity memberikan gambaran tentang kemungkinan telur yang retak selama penanganan. Selain itu, specific gravity
12 38 dapat mempengaruhi daya tetas telur. Hasil penelitian Moyle, dkk. (2009), menunjukkan bahwa telur tetas yang memiliki nilai specific gravity lebih dari 1,070 memiliki daya tetas yang lebih baik dibandingkan dengan nilai specific gravity kurang dari 1,065. Rataan sampel dan pendugaan parameter specific gravity telur tetas itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif sudah memenuhi standar kualitas telur tetas itik yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Romanoff dan Romanoff (1963), bahwa telur itik yang baik mempunyai rata-rata specific gravity diatas 1,083.
I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas penghasil telur, daging dan sebagai binatang kesayangan dibedakan menjadi unggas darat dan unggas air. Dari berbagai macam jenis unggas air yang ada di Indonesia,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,
1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Pemeliharaan dan Pakan Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, yang berbatasan dengan desa teras bendung di sebelah utara dan desa jeruk
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Breeding Center Puyuh Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaranyang terletak di lingkungan Kampus Universitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.
I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi dan Asal Usul Ternak Itik Itik adalah salah satu jenis unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae,
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik
21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik Rambon Jantan dan 20 ekor Itik Cihateup Betina, 4 ekor
Lebih terperinciKarakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R
KARAKTERISTIK EKSTERIOR TELUR TETAS ITIK PERSILANGAN RCp (Rambon x Cihateup) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR EXTERIOR CHARACTERISTICS OF HATCHING EGGS ON RCp (Rambon x Cihateup) CROSSBREED DUCK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia berjalan semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya permintaan telur konsumsi maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam jenis itik lokal dengan karakteristik
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING
IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. puyuh turunan hasil persilangan warna bulu coklat dengan hitam. Jumlah telur
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur yang dihasilkan puyuh turunan hasil persilangan warna bulu coklat dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian menggunakan 30 ekor Itik Rambon dengan jumlah ternak yang hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan konsumen terhadap produk hasil ternak juga meningkat. Produk hasil ternak yang dipilih
Lebih terperinciPeningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. Hal ini berdampak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas darat yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena produktivitasnya cukup tinggi.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki
8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Itik telah dibudidayakan dan dikembangkan masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki bentuk,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Ternak unggas yang dapat dikatakan potensial sebagai penghasil telur selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, melihat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran
Lebih terperinciKarakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.
KARAKTERISTIK TELUR TETAS PUYUH PETELUR SILANGAN WARNA BULU COKLAT DAN HITAM DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH UNIVERSITAS PADJADJARAN CHARACTERISTICS LAYING QUAIL HATCHING EGG CROSSING OF BROWNAND BLACK FEATHER
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di
15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di Kandang Digesti Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, dan di Laboratorium Teknologi dan Rekayasa Pangan,
Lebih terperinciA. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi
A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi Ayam Nunukan adalah sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang kebanyakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station Local Duck Breeding and Production Station merupakan suatu unit pembibitan dan produksi itik lokal yang berada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian menetapkan itik Rambon yang telah dibudidayakan dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik Tegal dengan itik
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tebal Cangkang Rataan hasil pengamatan tebal cangkang telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh. Ulangan Perlakuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan
19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pusat Pembibitan Puyuh Penelitian ini telah dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Pusat pembibitan ini terdiri atas
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur
14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN PERALATAN 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan ayam Sentul jantan generasi ke dua umur satu hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari,
19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, di Peternakan Ayam Petelur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Itik merupakan sumber daya genetik yang tinggi keanekaragamannya, baik dalam hal jenis maupun potensi produksinya. Ternak itik juga mempunyai potensi untuk dikembangkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan
21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat akan gizi, diperlukan peningkatan ketersediaan sumber gizi terutama protein hewani. Salah
Lebih terperinciTilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produkproduk peternakan akan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan permintaan terhadap produk hasil ternak. Produk hasil unggas merupakan produk yang lebih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan itik Cihateup yang terjadi akibat perubahan bentuk dan komposisi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut Telur Selama proses inkubasi, telur akan mengalami penyusutan yang dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan Colinus virgianus (Tetty,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan pangan
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN
TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN Iitik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting. dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan sumber protein masih bergantung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal
Lebih terperinciPROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)
PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) A. PRASETYO dan MURYANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo PO. Box 101, Ungaran ABSTRAK Kabupaten Brebes
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam tipe petelur berperan penting sebagai sumber protein. Sasaran sub sektor
Lebih terperinciKususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Pengaruh Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) Terhadap Kualitas Telur Itik Talang Benih The Effect of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Talang Benih Duck Egg Quality Kususiyah, Urip Santoso, dan
Lebih terperinciKUALITAS TELUR ITIK YANG DIPELIHARA SECARA TERKURUNG BASAH DAN KERING DI KABUPATEN CIREBON
KUALITAS TELUR ITIK YANG DIPELIHARA SECARA TERKURUNG BASAH DAN KERING DI KABUPATEN CIREBON (EGG DUCK QUALITY THAT WAS REAR ON WET PEN AND DRY PEN IN CIREBON REGENCY) Fajar Sandi Nugraha, Muhammad Mufti,
Lebih terperinciLINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK Nama : Wahid Muhammad N Nim : 10.01.2733 Kelas : D3 TI 2A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA I ABSTRAK Pengembangan usaha ternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciGambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki banyak potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan maupun tumbuhan dapat
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and
II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Telur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and Tannenbaum
Lebih terperinciBUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL
BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL Siapa yang tak kenal ikan lele, ikan ini hidup di air tawar dan sudah lazim dijumpai di seluruh penjuru nusantara. Ikan ini banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu
28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh penambahan level protein dan probiotik pada ransum itik magelang jantan periode grower terhadap kecernaan lemak kasar dan energi metabolis dilakukan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, bergizi tinggi, dan harganya relatif murah sehingga
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur Itik Rambon dan
18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur Itik Rambon dan Cihateup yang diperoleh dari pencampuran jantan dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puyuh Jepang (Cortunix-cortunix japonica) merupakan unggas kecil yang komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di Indonesia untuk produksi
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Keong Mas Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput murbei merupakan salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari Benua Amerika,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam kelas aves, ordo Anseriformes, Family Anatiade, Subfamily Anatinae, Tribus Anatini dan Genus Anas
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase
24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase grower berumur 4 bulan dengan simpangan baku bobot badan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower
22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower berumur 4 bulan yang memliki simpangan baku bobot badannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Itik Magelang dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2015 bertempat di Desa Ngrapah,
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),
1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan. Selain diambil telurnya itik juga merupakan unggas penghasil daging. Sekarang kebutuhan akan telur
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak
Lebih terperinci