UPAYA REDUKSI EMISI GAS DI TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK REWULU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA REDUKSI EMISI GAS DI TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK REWULU"

Transkripsi

1 UPAYA REDUKSI EMISI GAS DI TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK REWULU Woro Rukmi Hatiningrum 1, Sri Lestari 2, Ivan Hasovan 3, Moh Khotip 4 1,2 STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu 3,4 PT. Pertamina (Persero) MOR IV, HSSE, S&D Region IV, Semarang woro_migas@yahoo.co.uk ABSTRAK Industri minyak dan gas bumi di Indonesia tidak hanya berkewajiban untuk melakukan perhitungan beban emisi gas dan melaporkan hasil pemantauannya tetapi juga berkewajiban untuk mengelola sumber emisi dalam artian mencegah dan mengurangi emisi dari sumbernya. Emisi gas dari terminal BBM berasal dari emisi tangki yang terdiri dari standing storage and breathing losses dan working losses. Disamping itu terdapat emisi fugitive yang berasal dari pengoperasian peralatan di area TBBM. Upaya untuk mengurangi emisi gas di area TBBM dilakukan dengan melakukan redesain tangki timbun, merubah sistem pengisian dan pengosongan mobil tangki serta melakukan redesain pipa intertank. Kata kunci: emisi gas, breathing losses, working losses. ABSTRACT Oil and gas industries in Indonesia are not only obliged to determine gas emission load and to report their monitoring result but also to manage their emission resources in term of avoidance and reduction. Gas emission from TBBM origins from tank farm consisting of standing storage and breathing losses and working losses. The emission is also due to an operation of equipment in the area. Reductions of emission are conducted by redesigning the tank, changing the method for loading and unloading and redesigning intertank pipe. Key words: gas emission, breathing losses, working losses. 1. PENDAHULUAN Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global semakin nyata di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Industri penghasil emisi gas termasuk industri minyak dan gas bumi tergerak untuk ikut berperan aktif dalam upaya pengurangan emisi gas dari sumbernya. Upaya pengurangan emisi gas diawali dengan penghitungan beban emisi gas yang di lepaskan ke udara. Data tersebut akan menjadi base-line bagi upaya pengurangan emisi gas ditahun-tahun berikutnya. Lebih lanjut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Pasal 6 dan Pasal 7 mewajibkan setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi yang beroperasi di Indonesia melakukan inventarisasi emisi, mencakup identifikasi sumber emisi dan perhitungan beban emisi parameter utama dan CO 2 dari sumber emisi tersebut. Metoda penghitungan beban emisi mengacu pada lampiran 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pedoman Penghitungan Beban Emisi Industri Minyak dan Gas Bumi dimana metoda ini sesuai dengan metoda yang dimuat pada US EPA-AP-42,1998. Kewajiban industri sektor 72

2 Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas... minyak dan gas bumi bukan terbatas pada melakukan inventarisasi beban emisi dan melaporkan hasil pemantauan emisi, tetapi lebih dari itu adalah melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber emisi yang berpotensi sebagai sumber emisi (termasuk emisi fugitive) dari segi mencegah dan mengurangi emisi gas dari sumbernya. Tulisan ini dimaksudkan untuk menjabarkan upaya yang telah, sedang dan seharusnya untuk dilakukan oleh industri minyak dan gas khususnya di area Terminal BBM minyak yang merupakan hasil pengamatan lapangan di 2 (dua) area Terminal BBM di Indonesia dilengkapi dengan data sekunder yang diperoleh selama pengamatan di lapangan. Tulisan ini merupakan hasil kerjasama penelitian antara STEM Akamigas dengan PT. Pertamina (Persero) S&D Region 4 Area Jawa Bagian Tengah. 2. METODE A. Sumber Emisi Area TBBM dan Metoda Pengurangan Emisi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) berfungsi untuk menampung sementara bahan bakar minyak dari kilang minyak dalam negeri dan atau luar negeri (impor) sebelum disalurkan kepada konsumen industri dan masyarakat melalui SPBU. Penerimaan bahan bakar minyak dilakukan melalui saluran pipa, kereta api (Rail Tank Wagon) dan atau kapal tanker melalui SBM (Single Buoy Moring). Sedangkan penyaluran BBM ke SPBU menggunakan mobil tangki BBM yang selanjutnya digunakan oleh konsumen. BBM yang ditampung dalam tangki timbun di TBBM adalah jenis avtur, pertamax, premium, kerosene dan solar (biosolar) yang tentu saja masing-masing memiliki sifat fisik seperti tekanan uap yang berbeda beda. Jenis tangki timbun yang digunakan umumnya jenis fixed roof (flat, dome atau cone roof), meskipun sebenarnya terdapat 6 (enam) desain dasar tanki yang dapat digunakan untuk penyimpanan larutan organik, yaitu: fixed roof (vertical and horizontal), external floating roof, domed external (or covered) floating roof, internal floating roof, variable vapor space, dan pressure (low and high) yang merupakan jenis tangki dengan tingkat emisi yang paling rendah 1). Sumber emisi di area TBBM terdiri dari 1) Emisi dari tangki berupa Standing Storage and Breathing Losses (L s atau L B ) serta Loading dan unloading losses atau working losses (Lw) dan 2) Fugitive emission. Standing Storage and Breathing losses adalah emisi dari tangki yang terjadi ketika suhu atau tekanan barometrik udara sekitar berubah 1). Ketika tekanan diluar tangki turun, uap terdorong keluar. Sebaliknya ketika tekanan di luar tangki naik, udara segar cenderung tertarik kedalam tangki. Selanjutnya pada saat udara tersebut jenuh dengan uap maka akan menempati volume yang lebih besar dan sebagian udara akan terdorong keluar tangki. Perubahan temperatur sekitar tangki mengakibatkan perubahan tekanan uap fluida dalam tangki yang akan memberikan mekanisme yang sama seperti terjadinya perubahan tekanan dalam tangki. Pada beberapa kasus, pengoperasian tekanan internal dalam tangki yang lebih rendah memungkinkan penurunan standing storage and breathing losses pada fixed roof tank 1). Tangki yang lebih sempit dan tangki berisolasi dapat menurunkan fluktuasi temperatur dalam tangki. Sehingga redesain tangki penimbunan minyak bentuk fixed roof dapat menurunkan emisi gas yang dihasilkan. Jenis emisi tangki kedua adalah emisi akibat kegiatan loading unloading BBM, disebut sebagai working losses. Uap dalam tangki yang terdesak keluar pada operasi loading dan off loading merupakan sumber emisi uap hydrocarbon yang penting. Diestimasikan sebesar 12 lb senyawa organik hilang untuk setiap 1000 gallon transfer premium menggunakan railcar dan tank-truck 1). Terbentuknya uap hydrocarbon akan lebih rendah selama operasi bila menggunakan sistem submerged atau bottom loading dibanding top atau splash loading. Perangkat vapor recovery yang dapat menjebak dan mengkondensasi uap hydrocarbon yang terbentuk selama proses loading unloading dapat mengurangi losses dari tangki fixed roof sebesar 90-98%. Vapor Balance, yaitu uap hydrocarbon dari tangki yang diisi 73

3 Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 2, Nopember 2013, hlm untuk dimasukkan ke dalam tangki yang dikosongkan, merupakan metoda lain yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi emisi dari tangki fixed roof. Sumber emisi ketiga di area TBBM adalah emisi fugitive. Emisi fugitive adalah semua jenis emisi gas dari kegiatan industri minyak dan gas kecuali emisi dari pembakaran bahan bakar 2). Sumber emisi fugitive dari TBBM terdiri dari penguapan dari peralatan seperti pengoperasian pompa, flashing loss, venting, accidental release (pipe lines, flange, fitting, valve). Penyederhanaan sistem pada perpipaan transportasi BBM merupakan upaya untuk memperkecil fugitive emission 3). B. Metoda Perhitungan Beban Emisi Standing storage, breathing losses dan working losses dari tanki serta fugitive emission di area TBBM dapat diestimasi menggunakan persamaan yang dimuat pada lampiran Per Men LH no 12 tahun ,4). Secara garis besar, terdapat beberapa pilihan untuk menghitung beban emisi yang dipilih berdasarkan ketersediaan data input sebagai berikut: faktor emisi yang dipublikasikan (published), faktor emisi peralatan dari manufacture, perhitungan teknis, simulasi proses atau pemodelan komputer, pemantauan terhadap berbagai kondisi dan faktor emisi yang mempengaruhinya, pemantauan emisi atau parameter yang diperlukan untuk menghitung emisi secara periodik atau terus menerus. Dalam perhitungan beban emisi, tingkat akurasi hasil perhitungan ditentukan oleh keakurasian data input. Oleh karenanya, untuk memudahkan perkiraan tingkat akurasi hasil perhitungan beban emisi, digunakan konsep Tier. Semakin tinggi tingkat Tier akan semakin tinggi akurasinya. Sebagai contoh, Tier 1 akan lebih rendah tingkat akurasinya dibanding Tier2 dan juga Tier3. Semakin banyak data yang dikumpulkan semakin akurat hasil perhitungan emisi. Tier1 menjabarkan persamaan matematik yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung emisi gas. Hasil perhitungan yang lebih akurat dapat menggunakan persamaan matematik kategori Tier2 atau Tier3 4). Pemilihan Tier tergantung pada ketersediaan data yang ada dilapangan. Terminal BBM diseluruh Indonesia telah dilengkapi software untuk menghitung jumlah emisi gas yang dihasilkan per tahunnya, dimana software tersebut dikembangkan berdasar persamaan matematik Tier2 untuk emisi dari tangki timbun dan Tier3 untuk emisi fugitive sehingga hasilnya cukup akurat. Namun software tersebut baru mengakomodir perhitungan emisi tangki jenis fixed roof. 3. PEMBAHASAN A. Pengurangan Emisi pada Tangki Timbun Pengurangan Standing storage and breathing losses dapat dilakukan dengan merubah desain dasar tangki yang dioperasikan. Hampir semua tangki penimbunan minyak yang digunakan di dua lokasi studi merupakan tangki fixed roof, dimana jenis tangki timbun ini memiliki tingkat emisi yang paling tinggi 1). Fixed roof tank terdiri dari silinder baja dengan atap permanen dengan desain atap bervariasi dari cone, atau dome atau flat. Emisi dari tangki fixed roof disebabkan oleh perubahan temperatur, tekanan dan level cairan 5). Fixed roof dapat dilengkapi freely vented atau dilengkapi dengan pressure/vacuum vent yang berfungsi pada tangki memungkinkan tangki beroperasi pada tekanan sedikit vacuum dan mencegah lepasnya uap saat terjadi perubahan temperatur, tekanan atau tinggi permukaan cairan. Kelebihan dari fixed roof adalah merupakan tangki yang paling murah meski merupakan tangki yang paling tidak memenuhi syarat untuk menyimpan cairan organik. Pemasangan floating roof meminimalkan kehilangan uap hydrocarbon sebagai emisi gas 5). TBBM Rewulu, Yogyakarta sebagai salah satu lokasi studi saat ini sedang menyelesaikan pembuatan internal floating roof tank (IFRT) di tangki T15 yang merupakan tangki terbesar di TBBM Rewulu yang digunakan untuk penimbunan produk premium. Semula tangki T15 merupakan 74

4 Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas... cone fixed roof, dilengkapi pressure/vacuum vent. Diharapkan tangki ini sudah dapat dioperasikan pada akhir tahun IFRT merupakan tangki yang memiliki fixed roof dan floating roof didalamnya. Terdapat dua tipe IFRT, yang pertama adalah tangki dimana fixed roof disangga oleh kolom vertikal dalam tangki. Jenis IFRT kedua adalah tangki dengan self supporting fixed roof dan tidak dilengkapi penyangga internal. Jenis IFRT yang ada di TBBM Rewulu adalah jenis self supporting fixed roof. Deck pada internal floating roof tank naik turun sesuai dengan tinggi muka cairan di dalamnya. Deck dapat mengapung langsung diatas permukaan cairan (contact deck) atau berada diatas pontoon beberapa inchi diatas cairan (non contack deck). IFRT di TBBM Rewulu merupakan IFRT jenis non contack deck. Deck yang kontak maupun yang tidak kontak dilengkapi dengan rim seals dan deck fitting. Total emisi dari floating roof merupakan penjumlahan dari withdrawal losses dan standing storage losses. Withdrawal losses terjadi ketika tinggi muka cairan dan floating roof turun. Terdapat sedikit cairan yang berada tetap pada dinding tangki bagian dalam dan menguap. Untuk tangki internal floating roof yang memiliki penyangga fixed roof, terdapat cairan yang menempel pada kolom penyangga dan menguap. Losses karena penguapan tetap terjadi sampai tangki terisi kembali dan dinding tangki tertutup cairan kembali. Standing storage losses dari floating roof terdiri dari rim seal dan deck fitting losses dan pada internal floating roof termasuk deck seam losses. Perhitungan total emisi gas tangki T15 menggunakan software berdasar formula matematika Tier2 4) bila dioperasikan sebagai fixed roof adalah sebesar ,5 kg /6 bl operasi 3). Pada saat tangki T15 dioperasikan sebagai internal floating roof, maka emisi gasnya bila dihitung berdasar formula matematika Tier 1 (Tabel 1) turun tinggal 1% 3). Penggantian tangki jenis fixed roof menjadi tangki floating roof menurunkan emisi gas karena pada tangki jenis floating roof tidak terdapat vapour space sehingga mengurangi potensi penguapan BBM 3). Penggantian jenis tangki di beberapa lokasi TBBM lainnya mereduksi penguapan hydrocarbon sebesar 60-90%. Dari enam unit tangki jenis fixed roof yang diubah menjadi floating roof pada tahun 2011 yang telah dibangun di beberapa TBBM di Indonesia, telah berkontribusi terhadap penurunan emisi gas sebesar 2410,27 ton CO 2 equivalent. Gambar 1. Internal floating roof jenis supported tank 6). Tabel 1. Faktor Emisi nmvoc untuk Tangki Timbun. Tipe BBM Premium Tipe Tangki Vertical fixed roof (White) Internal floating roof white) Sumber : Tabel IX-3 4) Faktor Emisi VOC (Faktor komposisi 100%) Unit Ton/10 3 Barrel Ton/10 3 Barrel Bila tangki floating roof T15 telah dioperasikan maka emisi tangki timbun TBBM Rewulu akan berkurang sebesar 22.8%, merupakan 14.6% dari keseluruhan emisi gas yang dihasilkan di TBBM Rewulu. B. Pengurangan Emisi Gas Pada Pengisian Mobil Tangki di Filling Shed Perubahan top loading menjadi bottom loading mengurangi terbentuknya uap hydro carbon karena berkurangnya splashing se- 75

5 Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 2, Nopember 2013, hlm lama proses pengisian mobil tangki berlangsung. Sejak tahun 2010, TBBM Rewulu sebagai salah satu lokasi studi telah melaksanakan program pengoperasian bottom loading untuk produk premium, solar dan pertamax. Saat ini seluruh armada mobil tangki yang dioperasikan di TBBM Rewulu 100% telah menggunakan system bottom loading. Tantangan yang dihadapi pada saat melaksanakan program ini adalah membentuk pola pikir positif para agen mobil tangki untuk bersedia melakukan perbaikan sistem pengisian BBM ke mobil tangki dengan system bottom loading, mengingat operasional pada pengisian bahan bakar minyak di filling shed TBBM umumnya dan di Rewulu khususnya dilakukan langsung oleh sopir dan pembantu sopir (kenek) mobil tangki yang merupakan pekerja PT. Pertamina Training and Consulting (PT. PTC). Perubahan top loading menjadi bottom loading mengurangi terbentuknya vapour karena berkurangnya splashing hydrocarbon selama proses pengisian mobil tangki berlangsung. Hal ini juga ditunjukkan dengan penurunan angka Saturation Factor (S) seperti pada Tabel 2 dimana, angka Saturation Factor untuk kegiatan top loading (splash loading) adalah 1.45 dan untuk bottom loading (submerged loading) adalah ). Penggantian top loading menjadi bottom loading pada fasilitas pengisian mobil tangki BBM di beberapa Terminal BBM Indonesia tahun 2011 berhasil memberikan kontribusi penurunan emisi gas sebesar 1306,45 ton VOC 3). Dengan merubah sistem pengisian BBM dari sistem top loading menjadi bottom loading maka TBBM Rewulu perioda Januari sampai Juni tahun 2013 telah melakukan reduksi emisi uap hydrocarbon sebesar 933,77 ton VOC/6 bulan (perhitungan berdasar data lapangan) atau sebesar 33,69% dari seluruh emisi TBBM bila menggunakan top loading. C. Penurunan Fugitive Emission Sumber emisi fugitive dari TBMM terdiri dari penguapan peralatan meliputi kebocoran katup, flense (flange), pompa, alat pelepas tekanan, open ended lines, connectors, serta kebocoran dari komponen lainnya. Metoda penghitungan fugitive emission mengikuti Per Men LH No 12 tahun Parameter beban emisi yang dihitung dari sumber fugitive adalah parameter emisi gas methane dan non methane uap hydrocarbon (nmvoc). Tabel 2. Faktor Saturasi untuk Menghitung Petroleum Liquid Loading Losses 6). Gambar 2. Pengisian Mobil Tangki dengan Bottom Loading. Faktor emisi pada level komponen dari US EPA AP-42 berlaku untuk kegiatan minyak dan gas bumi di sektor hilir sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3 dibawah ini. Upaya untuk mengurangi emisi fugitive telah dilakukan oleh Terminal BBM Rewulu, pada awal tahun 2013 dengan melakukan desain ulang jalur pipa sirkulasi BBM yang ada di 76

6 Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas... area tanki timbun Terminal BBM Rewulu. Secara operasional, jalur pipa sirkulasi digunakan untuk pergerakan BBM antar tangki atau biasa disebut intertank (data lapangan). Tabel 3. Faktor Emisi untuk Perkiraan Emisi Fugitive Kegiatan Hilir Minyak Tier 3. Rata rata faktor emisi untuk perkiraan emisi fugitive Faktor emisi TOC kg/jam, sumber Tipe peralatan Katup Service Cairan ringan SOCMI Terminal Marketing Sebelum Segel pompa Cairan ringan Fitting (konektor dan flange) Cairan ringan Jalur open ended semua Koneksi sampling Sumber: Tabel VIII-13 6) Semua Desain ulang jalur pipa sirkulasi dilakukan dengan cara penghilangan atau pembongkaran jalur pipa intertank yang ada, selanjutnya secara operasional kegiatan intertank dilakukan melalui jalur utama inlet dan outlet tanki timbun. Manfaat pertama kegiatan desain ulang jalur pipa adalah instalasi jalur pipa semakin ramping dan sederhana karena adanya sejumlah pipa yang dihilangkan. Gambar 3 menunjukkan instalasi jalur pipa sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan. Sesudah Gambar 3. Jalur Pipa Intertank Sebelum dan Sesudah Redesain. Manfaat kedua dari redesain ini adalah berkurangnya emisi fugitive atau emisi yang dihasilkan dari peralatan. Berdasarkan data material hasil pembongkaran perpipaan dan sarananya diperoleh pengurangan emisi fugitive ditunjukkan seperti Tabel 4. Hal serupa juga telah dilakukan pada tahun 2012 dengan mengurangi valve sebanyak 61 buah dan fitting sebanyak 90 buah sehingga mampu mengurangi emisi sebesar 0.05 ton CO2 eq per tahun. Dengan redesain pipa intertank mampu reduksi emisi gas sebesar ton CO2 eq atau setara % dari total emisi gas TBBM. Meskipun pengurangan emisi dengan metoda redesain tangki menghasilkan reduksi yang kecil, namun hal ini tetap dilakukan untuk menunjukkan besarnya komitmen peru- 77

7 Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 2, Nopember 2013, hlm sahaan dalam menurunkan emisi gas sesuai targetnya. D. Recovery Uap Hydrocarbon Untuk lebih memperkecil emisi gas yang dihasilkan dari kegiatan penerimaan, penyimpanan dan distribusi BBM, upaya recovery hydrocarbon dapat dilakukan saat loading BBM kedalam mobil tangki maupun saat refueling BBM ke mobil milik konsumen di SPBU. Kedua hal tersebut belum dilakukan baik di TBBM maupun di SPBU. Tabel 4. Pengurangan Emisi Fugitive sebagai Hasil dari Redisain Pipa intertank. No Material hasil pembongkaran Jumlah Pengurangan emisi fugitive Kg CO2eq/tahun 1 Flange 90 pasang Gate valve 14 unit 5.28 Total pengurangan emisi fugitive Sumber : Data lapangan, 2013 Pengurangan emisi fugitive dapat juga dilakukan dengan merubah pola suplai BBM dari Terminal Transit BBM ke Inland TBBM (TBBM yang berada di darat dan jauh dari pelabuhan). Hal ini telah dilakukan di Terminal BBM Balongan 3). Terminal BBM Balongan, selain melakukan penyaluran BBM ke SPBU, juga berperan sebagai Supply Point bagi Terminal BBM Cikampek dan Terminal BBM Plumpang. TBBM Plumpang disamping menerima suplai BBM melalui jalur pipa juga menerima suplai melalui Kapal Tanker berkapasitas kL dengan frekuensi loading 25 kali per tahun. Pola transportasi BBM dengan tanker ini memberikan kontribusi emisi sebesar ton CO 2 per tahun. Untuk mengatasi inefisiensi biaya dan sekaligus sebagai upaya penurunan emisi gas rumah kaca, telah dilakukan penambahan jalur pipa suplai BBM ke Plumpang yang pengoperasiannya sudah efektif sejak tahun Dengan program tersebut mampu mereduksi emisi gas sebesar 6751,6 ton CO2e/tahun (turun 20%). Gambar 4. Hose sebagai Fasilitas untuk Recovery Uap Hydrocarbon pada Mobil Tangki BBM yang belum difungsikan secara Optimal. Alasan belum dilakukannya recovery uap hydrocarbon adalah belum tersedianya fasilitas untuk vapor recovery and liquefaction yang diperlukan untuk menangkap uap hydrocarbon, mencairkan dan mengembalikan kedalam mobil tangki. 4. SIMPULAN Perhitungan dan pelaporan emisi gas yang dihasilkan oleh industri minyak dan gas bumi umumnya dan Terminal BBM khususnya dilakukan dalam rangka memenuhi peraturan pemerintah yang dituangkan dalam PerMen LH No 13 tahun 2009 dan PerMen LH No 12 tahun Lebih lanjut in dustri migas termasuk TBBM juga berkewajiban mencegah dan menurunkan emisi gas yang dihasilkan. Emisi gas dari area TBBM dapat diturunkan dengan mengubah desain tangki dari jenis fixed roof menjadi floating roof (internal floating roof). Disamping itu merubah sistem pengisian tangki dari top loading menjadi bottom loading juga akan menurunkan emisi tangki. Untuk menurunkan emisi fugitive area TBBM dilakukan dengan cara merubah/redesain perpipaan intertank. Ketiga metoda ini ketika diterapkan di TBBM Rewulu sebagai salah satu lokasi studi mampu menurunkan emisi sebesar 48.3% dari 78

8 Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas... keseluruhan emisi gas yang dihasilkan pada perioda Januari Juni DAFTAR PUSTAKA 1. Allen, David T dan Rosselot, Kirsten Sinclair. Pollution Prevention for Chemical Processes. John Wiley $ Sons, Inc. Meinheim Eggleston HS, Buendia L, Miwa K, Ngara T, Tanabe K (eds). IPCC. Guidelines for National Green House Gas Inventories. Prepared by the National Green House Inventories Programme. IGES. Japan HSSE Pertamina, Laporan Program Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca Pertamina Kementerian LH. Permen LH no 12/ 2012 tentang Pedoman Perhitungan Beban Emisi Kegiatan Industri Minyak dan Gas Bumi. Kementrian LH US EPA. Tank Emission AP-42 7 th Chapter. US EPA. USA Kementerian LH. Permen LH no 13/ 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi, Kementrian LH

9

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan bahan bakar minyak didalam negeri merupakan hal yang amat penting

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

Atmospheric Storage Tank

Atmospheric Storage Tank Atmospheric Storage Tank Garnis Nurfadila Sari 6512010007 Peminatan Mechanical Rotating Jurusan Teknik Mesin LNG Academy ATMOSPHERIC STORAGE TANK Definisi Storage tank adalah tangki penyimpanan untuk menampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN BERSAMA FASILITAS PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI Oleh: *) Martono ABSTRAK Agar mampu menghitung beban emisi langkah pertama kita harus memahami sumber emisi dan beban emisi sehingga mampu mengestimasi

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

Inventarisasi Sumber Emisi Gas Rumah Kaca (Greenhouse Gas) Dari Kegiatan Eksplorasi & Eksploitasi Minyak Dan Gas Bumi PT. MNO

Inventarisasi Sumber Emisi Gas Rumah Kaca (Greenhouse Gas) Dari Kegiatan Eksplorasi & Eksploitasi Minyak Dan Gas Bumi PT. MNO Inventarisasi Sumber Emisi Gas Rumah Kaca (Greenhouse Gas) Dari Kegiatan Eksplorasi & Eksploitasi Minyak Dan Gas Bumi PT. MNO Yodi Praperta Dewi, Marista Sihombing 2, Yunianto Setiawan 3 Megister Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EMISI GAS RUMAH KACA OLEH KEGIATAN EKSPLORASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS PADA PT PEP, INDONESIA

KONTRIBUSI EMISI GAS RUMAH KACA OLEH KEGIATAN EKSPLORASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS PADA PT PEP, INDONESIA Journal of Env. Engineering & Waste Management, Vol. 1, No. 1, April 2016: 15-24 KONTRIBUSI EMISI GAS RUMAH KACA OLEH KEGIATAN EKSPLORASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS PADA PT PEP, INDONESIA Agung Ghani

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG Gianina Qurrata Dinora 1), Joni Hermana 1 dan Rahmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Tangki pada dasarnya dipakai sebagai tempat penyimpanan material baik berupa benda padat, cair, maupun gas. Dalam mendesain tangki, konsultan perencana harus merencanakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh : KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR KELOMPOK 6: 1. YUNO PRIANDOKO 4210100060 2. ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR 4211100018 3. AYUDHIA PANGESTU GUSTI 4211100089 4. RAHMAD BAYU OKTAVIAN 4211100068 1 TEORI, FUNGSI, KARAKTERISTIK, TIPE, DAN KOMPONEN

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN 2015-2016 KE PROVINSI JAWA BARAT Dalam Rangka Pengawasan Kesiapan Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

VAPOR RECOVERY UNIT SEBAGAI PENGENDALI RUGI PENGUAPAN BBM DI TERMINAL BBM

VAPOR RECOVERY UNIT SEBAGAI PENGENDALI RUGI PENGUAPAN BBM DI TERMINAL BBM VAPOR RECOVERY UNIT SEBAGAI PENGENDALI RUGI PENGUAPAN BBM DI TERMINAL BBM Adi Rachman 1, Ahmad Zuhdan Fathoni 2 1,2 STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu E-mail: adirachman88@gmail.com ABSTRAK Recovery

Lebih terperinci

Kajian Perencanaan Gas Handling System dan Transportation System: Studi Kasus Distribusi di Bali

Kajian Perencanaan Gas Handling System dan Transportation System: Studi Kasus Distribusi di Bali JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-253 Kajian Perencanaan Gas Handling System dan Transportation System: Studi Kasus Distribusi di Bali Muhammad Adam Iqro, A.A.B Dinariyana D.P,

Lebih terperinci

DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS

DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK DAN GAS BUMI DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS BALIKPAPAN, 9 MARET

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR Qorry Nugrahayu 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3)

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING FISINSI BIAYA PNANGANAN FDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DNGAN MTOD DISTRIBUTION RQUIRMNT PLANNING Dewi Shintya Pratiwi 1 dan Yudha Prambudia 2 Laboratorium Perancangan dan Optimasi Sistem Industri

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1, *, Burhan Fazzry 1 1 Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. * E-mail

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY 4.1 Sistem Peralatan SPBU Konvensional Berikut merupakan skema peralatan peralatan yang terdapat di SPBU pada umumnya: Gambar 4.1 Skema

Lebih terperinci

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Widdya P. Sierliawati, Subiono Widdya P. Sierliawati 1 *, Subiono 2 Institut

Lebih terperinci

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1 *, Burhan Fazzry 2 1. Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. 2. Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagai Negara penghasil minyak bumi yang cukup besar, masa keemasan ekspor minyak Indonesia telah lewat. Dilihat dari kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

61511 : LOGO

61511 : LOGO Verifikasi Menggunakan Metode Semi-quantitative IEC 61511 Studi kasus : Tangki Timbun Filling Shed Terminal LPG Wildan Irfansyah 4209100090 Contents 1 2 3 4 Pendahuluan Metodologi Analisa Data Kesimpulan

Lebih terperinci

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Shofiyatul Mufidah a, Subiono b a Program Studi Matematika FMIPA ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

Simulator Storage Tank: Sebuah alat praktikum untuk melatih pengoperasian tangki 1)

Simulator Storage Tank: Sebuah alat praktikum untuk melatih pengoperasian tangki 1) Simulator Storage Tank: Sebuah alat praktikum untuk melatih pengoperasian tangki 1) Nurcahyo 2), Rispiandi 3), Randy Surya Kusumah 4), Sandra Sopian 4) Jurusan Teknik Kimia, D3 Teknik Kimia, Politeknik

Lebih terperinci

STUDI HAZOP PADA SISTEM DISTRIBUSI BBM BERBASIS FUZZY LAYER OF PROTECTION ANALYSIS DI INSTALASI SURABAYA GROUP (ISG) PT. PERTAMINA TANJUNG PERAK

STUDI HAZOP PADA SISTEM DISTRIBUSI BBM BERBASIS FUZZY LAYER OF PROTECTION ANALYSIS DI INSTALASI SURABAYA GROUP (ISG) PT. PERTAMINA TANJUNG PERAK STUDI HAZOP PADA SISTEM DISTRIBUSI BBM BERBASIS FUZZY LAYER OF PROTECTION ANALYSIS DI INSTALASI SURABAYA GROUP (ISG) PT. PERTAMINA TANJUNG PERAK Nur Ulfa Hidayatullah, Ali Musyafa Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS

NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS Gas alam merupakan sumber energi yang andal dan efisien, mampu terbakar lebih bersih dibandingkan dengan sumber energi fosil lainnya. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Furnace : F : Tempat terjadinya reaksi cracking ethylene dichloride menjadi vinyl chloride dan HCl : Two chamber Fire box : 1 buah Kondisi Operasi - Suhu ( o C)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah minyak bumi. Menurut Kementerian Energi Sumberdaya Daya Mineral

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

3.1. TAHAP PENELITIAN

3.1. TAHAP PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1. TAHAP PENELITIAN Dalam pelaksanaan penulisan penelitian ini, dilakukan metodologi yang saling berkaitan antara operasional keja terminal penerima LNG dengan industri yang bisa bersimbiosis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PROSEDUR PENYEDIAAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG DI SPPBE PT. AL-FATH DISUSUN OLEH : NAMA : REPALDI ABDUL AGI NPM :

MEMPELAJARI PROSEDUR PENYEDIAAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG DI SPPBE PT. AL-FATH DISUSUN OLEH : NAMA : REPALDI ABDUL AGI NPM : MEMPELAJARI PROSEDUR PENYEDIAAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG DI SPPBE PT. AL-FATH DISUSUN OLEH : NAMA : REPALDI ABDUL AGI NPM : 36412140 PENDAHULUAN KEBERHASILAN PERUSAHAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SPPBE PT. AL-FATH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi dari fosil seperti minyak dan gas bumi (migas) telah mempengaruhi segala bidang kehidupan manusia saat ini dan diprediksikan akan terus meningkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-71/PJ/2010 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-71/PJ/2010 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-71/PJ/2010 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

EVALUASI PENYIMPANGAN FORMULA BLENDING VISKOSITAS DAN FLASH POINT TERHADAP RIIL DI LAPANGAN (LABORATORIUM)

EVALUASI PENYIMPANGAN FORMULA BLENDING VISKOSITAS DAN FLASH POINT TERHADAP RIIL DI LAPANGAN (LABORATORIUM) EVALUASI PENYIMPANGAN FORMULA BLENDING VISKOSITAS DAN FLASH POINT TERHADAP RIIL DI LAPANGAN (LABORATORIUM) Oleh : Arluky Novandy *) ABSTRAK Blending adalah salah satu proses perbaikan mutu BBM dengan mencampurkan

Lebih terperinci

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas Di dalam proses produksi migas (minyak dan gas), ada beberapa kejadiaan merugikan yang tidak diinginkan yang bisa mengancam keselamatan. Jika tidak ditangani dengan baik, kejadian tersebut bisa mengarah

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI PERALATAN

V. SPESIFIKASI PERALATAN V. SPESIFIKASI PERALATAN A. Peralatan Proses Peralatan proses Pabrik Tricresyl Phosphate dengan kapasitas 25.000 ton/tahun terdiri dari : 1. Tangki Penyimpanan Phosphorus Oxychloride (ST-101) Tabel. 5.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dunia industri terutama industri kimia dan perminyakan banyak proses yang berhubungan dengan perubahan satu material ke material yang lain baik secara kimia maupun

Lebih terperinci

PERANCANGAN LEVEL SWITCHING CONTROL TANGKI TIMBUN PREMIUM TBBM PERTAMINA MANGGIS BALI

PERANCANGAN LEVEL SWITCHING CONTROL TANGKI TIMBUN PREMIUM TBBM PERTAMINA MANGGIS BALI PERANCANGAN LEVEL SWITCHING CONTROL TANGKI TIMBUN PREMIUM TBBM PERTAMINA MANGGIS BALI Tica Choirun Nisa., Ir. Ya umar, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 30000 TON PER TAHUN Disusun Oleh : Gita Lokapuspita NIM L2C 008 049 Mirza Hayati

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

Oleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21

Oleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro hari Rabu (18/10) memaparkan kesiapan sektor ESDM terutama bidang listrik, migas dan geologi menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1427 Hijriyah.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR SEMINAR KONVERSI BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN ITB Bandung, 23 Februari 2012 KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dr. Retno Gumilang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN. Mulai. Penentuan jalur pipa

BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN. Mulai. Penentuan jalur pipa BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Perancangan Dalam analisis perancangan ini, dapat diketahui diagram alir utama yang digunakan sebagai acuan langkah-langkah pengerjaan pada gambar

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

PENENTUAN BANYAKNYA UAP YANG DILEPASKAN KE UDARA DARI SUATU CAIRAN YANG TERSIMPAN DI TANGKI SIMPAN DENGAN PENDEKATAN TEORI NERACA ENERGI

PENENTUAN BANYAKNYA UAP YANG DILEPASKAN KE UDARA DARI SUATU CAIRAN YANG TERSIMPAN DI TANGKI SIMPAN DENGAN PENDEKATAN TEORI NERACA ENERGI PENENTUAN BANYAKNYA UAP YANG DILEPASKAN KE UDARA DARI SUATU CAIRAN YANG TERSIMPAN DI TANGKI SIMPAN DENGAN PENDEKATAN TEORI NERACA ENERGI Oleh : Arluky Novandy * ABSTRAK Isu lingkungan tentang clean production

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK BIOETANOL BERBAHAN BAKU NIRA BATANG SORGUM DENGAN KAPASITAS 50.000 KL/TAHUN Oleh : Galih Prihasetya Hermawan Hendrawan Laksono

Lebih terperinci

Analisis Pondasi Konvensional dan Pondasi Elevated Tangki Refrigerated LPG PT Pertamina Tanjung Sekong dari Segi Biaya dan Waktu

Analisis Pondasi Konvensional dan Pondasi Elevated Tangki Refrigerated LPG PT Pertamina Tanjung Sekong dari Segi Biaya dan Waktu D165 Analisis Pondasi Konvensional dan Pondasi Elevated Tangki Refrigerated LPG PT Pertamina Tanjung Sekong dari Segi Biaya dan Waktu Sry Rashida Sofyan dan Cahyono Bintang Nurcahyo Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber daya alam fosil sangat penting bagi kehidupan manusia, salah satunya

I. PENDAHULUAN. Sumber daya alam fosil sangat penting bagi kehidupan manusia, salah satunya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam fosil sangat penting bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah sumber daya migas (minyak dan gas). Sumber daya migas memiliki peranan yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon

Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon Joni Hermana 1, Abdu F. Assomadi, Rachmat Boedisantoso, Arie D. Syafe i Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r PENGARUH VAPORASI BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP PENGHEMATAN KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUNG PADA MOTOR 4 LANGKAH Ridwan.,ST.,MT *), sandi kurniawan **), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. sama pentingnya dengan bagian lainnya yang terdapat dalam top manajemen.

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. sama pentingnya dengan bagian lainnya yang terdapat dalam top manajemen. BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Pengolahan Data dan Analisa Pada dasarnya semua kegiatan operasional haruslah ditunjukan untuk menjamin terdapatnya kontinuitas dan koordinasi dalam kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN

Lebih terperinci

Sistem Offloading Antara FPSO dan Tanker

Sistem Offloading Antara FPSO dan Tanker Sistem Offloading Antara FPSO dan Tanker Aditya Hasmi Nurreza 4312100075 1. PENDAHULUAN Floating Production Storage & Offloading (FPSO) didefinisikan sebagai kapal apung yang digunakan oleh industri lepas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE AKIBAT PENGARUH BEBAN ARUS DAN GELOMBANG LAUT DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA *Felix Wahyu

Lebih terperinci

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana IV-27 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana transportasi laut sebagai sarana penghubung utama antara pulau. Distribusi barang antara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 Bidakara, 20 November 2014 Penyimpanan & Pengumpulan LB3 Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil

Lebih terperinci

POMPA. 1. Anindya Fatmadini ( ) 2. Debi Putri Suprapto ( ) 3. M. Ronal Afrido ( )

POMPA. 1. Anindya Fatmadini ( ) 2. Debi Putri Suprapto ( ) 3. M. Ronal Afrido ( ) POMPA 1. Anindya Fatmadini (03121403041) 2. Debi Putri Suprapto (03121403045) 3. M. Ronal Afrido (03101403068) DEFINISI(Terminologi) Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu fluida

Lebih terperinci

EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL

EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL Norman Iskandar a, *Restu Bagas Pangestu b a Dosen Program

Lebih terperinci

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD RESERVOAR SLIDE 06 TPAM Yuniati, PhD Peraturan Pemerintah no 15/2006 Pasal 5 ayat 1: SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. Pasal 5 ayat 2: SPAM dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak abad ke 18 kereta api sudah digunakan untuk mengangkut berbagai jenis barang. Perkembangan paling pesat terjadi pada saat Revolusi Industri abad ke 19. Kereta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak dan gas bumi (migas) adalah sumber daya alam tidak terbarukan yang bernilai ekonomis dan strategis. Sampai saat ini migas masih merupakan sumber energi yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya energi yang ada di bumi. Gas alam adalah salah satu hasil tambang dalam bentuk gas yang terdiri dari metana

Lebih terperinci

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK ANGKUTAN UMUM DAN KENDARAAN OPERASIONAL

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polipropilen Proses El Paso Fase Liquid Bulk Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. Kode T-01 A/B T-05

Prarancangan Pabrik Polipropilen Proses El Paso Fase Liquid Bulk Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. Kode T-01 A/B T-05 51 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1 Tangki Penyimpanan Tabel 3.1 Spesifikasi Tangki T-01 A/B T-05 Menyimpan bahan Menyimpan propilen baku propilen selama purging selama 6 hari tiga hari Spherical

Lebih terperinci