BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. sama pentingnya dengan bagian lainnya yang terdapat dalam top manajemen.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. sama pentingnya dengan bagian lainnya yang terdapat dalam top manajemen."

Transkripsi

1 BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Pengolahan Data dan Analisa Pada dasarnya semua kegiatan operasional haruslah ditunjukan untuk menjamin terdapatnya kontinuitas dan koordinasi dalam kegiatan operasionalnya. Faktor pemeliharaan alat dan fasilitas (sarfas) operasional merupakan bagian yang sama pentingnya dengan bagian lainnya yang terdapat dalam top manajemen. Kegiatan pemeliharaan (maintenance) ini tidak dapat diabaikan begitu saja, karena sebagian besar kegiatan operasional menggunakan mesin. PT. Pertamina (persero), dalam hal ini TBBM Balongan melakukan 3 (tiga) aktivitas dalam kegiatan operasionalnya. Tiga kegiatan itu adalah pertama penerimaan BBM dari Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan dan kapal tangker melalui jalur pipa & SPM (single point Moring). Kedua kegiatan penimbunan/inventory BBM yang ditimbun di dalam tangki timbun dengan kapasitas tertentu. Kemudian kegiatan ketiga penyaluran dengan mendistribusikannya ke Terminal BBM lainya seperti Cikampek melalui jalur 1 (satu) dan Jakarta melalui jalur 2 (dua) dan atau luar Jawa melaui kapal tanker via pipanisasi serta menggunakan mobil tangki menuju SPBU (Station Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) di wilayah III Cirebon. 52

2 Gambar 4.1 Flow Chart Operational TBBM Balongan Mengingat semua kegiatan operasional dominan membutuhkan pompa sebagai media yang sangat vital, maka pemeliharaan terhadap pompa harus terlaksana dengan baik. Tanpa memperhatikan kegiatan pemeliharaan yang berarti secara tidak langsung telah menghilangkan asetnya, dalam jangka pendek memang seakan akan dapat menekan biaya operasional karena tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan yang cukup besar. Namun dalam jangka panjang akan mengalami kesulitan dalam kegiatan operasionalnya karena mesin yang tidak terpelihara dengan baik akan mengalami banyak masalah seperti kerusakan, kemacetan bahkan mesin tidak dapat beroperasi sama sekali sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar untuk memperbaikinya ataupun menggantinya dengan mesin yang baru. Dari dampak tersebut dapat mengganggu pemompaan BBM/BBK. Melalui pelaksanaan pemeliharaan yang baik dan berkesinambungan maka sarana fasilitas (sarfas) Terminal BBM Balongan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana, sehingga kegiatan pemompaan dapat berjalan lancar dan kemungkinan kemungkinan kerusakan pada mesin yang terjadi dapat dikurangi bahkan dihindari sama sekali. 53

3 4.2 Pengumpulan Data Dalam penulisan ini hanya difokuskan pada pemompaan jalur 1 (satu) dimana pada salah satu sarfas di jalur 1 (satu) sering mengalami breakdown khususnya pada main booster pump, sehingga kegiatan pemompaan BBM ke TBBM Cikampek belum optimal. Overview dari pemompaan jalur 1 (satu) terdiri dari 3 unit new suction booster pump, 4 unit gas turbine dan 3 unit main booster pump. Gambar 4.2 Flow Chart Jalur 1 Tabel 4.1 menunjukan matriks breakdown pada kegiatan jalur 1 selama bulan Januari 2012 hingga bulan Desember

4 Tabel 4.1 Frekuensi breakdown sarfas kegiatan jalur 1 tahun 2012 Bulan Breakdown Mesin Pompa Suction Booster pump Gas Turbine Main Booster Pump Januari 1-1 Februari Maret April Mei Juni Juli Augustus September Oktober November Desember 1-2 Total Sumber : Fungsi Layanan Jasa Pemeliharaan TBBM Balongan Berdasarkan hasil rekapitulasi jumlah breakdown, maka mesin pompa main booster pump adalah pompa yang paling sering mengalami kerusakan. Gambar 4.3 menunjukan histrogram frekuensi breakdown mesin pompa pada jalur 1 berdasarkan data tabel 4.1. Pareto Chart of Pumps Count Percent Pumps Main Booster Pump New Suction Booster Pump Gas Turbin Count Percent 50,0 30,0 20,0 Cum % 50,0 80,0 100,0 0 Gambar 4.3 Diagram Pareto frekuensi breakdown mesin pompa pada jalur 1 55

5 Untuk menjaga sarfas tersebut yaitu main booster pump dan juga mesin mesin lainnya agar tetap dapat beroperasi dengan baik dan tetap handal, TBBM Balongan melaksanakan kegiatan pemeliharaan sebagai berikut : Kegiatan pemeliharaan preventif (planed maintenance) Kegiatan pemeliharaan korektif (unplaned maintenace) Kedua kegiatan ini bila dibandingkan secara teknis dan ekonomis maka kegiatan yang terencana jauh lebih baik. Oleh karena itu kegiatan pemeliharaan tidak terencana diusahakan dapat diminimalisir Kegiatan Pemeliharaan Preventif Kegiatan pemeliharaan ini sebelumnya telah direncanakan baik dari segi waktu (time based), type pekerjaan spare part maupun pendukung lain. Kegiatan yang direncakan atau diterapkan di TBBM Balongan anatara lain : Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance) Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan terhadap sarfas yang dilakukan setiap hari dengan tujuan untuk memonitor atau mengetahui kondisi saat ini sehingga apabila ada gejala kerusakan atau penyimpangan dapat diketahui secara dini. Pemeliharaan Perkiraan (Predictive Maintenance) Kegiatan pemeliharaan ini merupakan salah satu sistem pemeliharan yang didasarkan pada kondisi saat ini (condition base). Sasaran dari predictive maintenance adalah untuk mengetahui gejala penyimpangan pada alat secara dini sehingga tidak terjadi mesin mati karena breakdown terutama pada alat alat yang beroperasi secara single run. 56

6 Semi Overhaul Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan dengan cara memeriksa bagian internal dan mengganti part tertentu yang penting. Sasaran dari tindakan pemeliharaan ini adalah untuk mengembalikan kondisi alat ke keadaan semula. Tindakan pemeliharaan ini dilakukan berdasarkan waktu (time base), jadi secara periodik alat dalam kondisi baik maupun tidak dioperasikan dilakukan semi overhaul. Dalam 1 (satu) bulan TBBM Balongan harus mengeluarkan biaya pemeliharaan terencana mesin pompa sebesar : Tabel 4.2 Asumsi Biaya Pemeliharaan Terencana per-bulan tahun 2012 No Jenis Pekerjaan Pelaksana Asumsi Biaya/perbulan 1 Main Booster Pump No 1 Kap hp PT. Adikari Wisesa Rp Main Booster Pump No 2 Kap hp PT. Adikari Wisesa Rp Main Booster Pump No 3 Kap hp PT. Adikari Wisesa Rp Total Rp Sumber : Fungsi Layanan Jasa Pemeliharaan TBBM Balongan Dari tabel 4.2 total biaya pemeliharaan terencana yang harus dikeluarkan oleh TBBM Balongan untuk main booster pump setiap bulannya adalah Rp , Kegiatan Pemeliharaan Korektif Perbaikan pemeliharaan korektif merupakan tindakan pemeliharaan pada sarfas karena alat tersebut mengalami kerusakan baik yang sifatnya mendadak atau termonitor. Perbaikan yang dilakukan adalah kerena adanya kerusakan yang terjadi karena faktor faktor lain yang membuat mesin tersebut rusak. Maksud dari tindakan ini adalah agar mesin ataupun sarfas tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses operasional, sehingga kegiatan pemompaan BBM/BBK dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan. 57

7 Biaya pemeliharaan korektif yang harus dikeluarkan oleh TBBM Balongan untuk main booster pump adalah : Tabel 4.3 Asumsi Biaya Pemeliharaan Korektif per-bulan tahun 2012 No Jenis Perbaikan Bulan Pelaksa Biaya 1 Penggantian Spare Part Pada General Overhaul MBP No. 3 Caterpillar 3512 Januari PT. Adikari Wisesa Penggantian Spare Part Kebutuhan Rutin Perawatan Dan Perbaikan MBP Perbaikan / Penggantian Exhaust Engine MBP 3 Jasa Overhaul General (Major) Overhaul MBP No.3 Caterpillar Juni PT. Adikari Wisesa September PT. Adikari Wisesa Desember PT. Adikari Wisesa Penggantian Spare Part Rutin Engine Main Booster Pump (MBP) Desember PT. Adikari Wisesa Total Sumber : Fungsi Layanan Jasa Pemeliharaan TBBM Balongan Dari tabel tersebut total biaya pemeliharaan korektif untuk main booster pump yang harus dikeluarkan oleh TBBM Balongan adalah sebesar Rp ,- 4.3 Pengolahan Data Sistem Existing Maintenance TBBM Balongan merupakan salah satu unit objek vital yang menyalurkan BBM/BBK untuk kebutuhan Jabotabek dimana media tranfer yang digunakan yaitu pompa. Jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin pompa maka proses operasional pemompaan akan terhambat. Sistem maintenance yang diterapkan TBBM Balongan pada saat ini adalah berdasarkan konsep preventif namun pada implementasinya korektif maintenance tetap ada. Dengan konsep tersebut, tingkat kerusakan mesin yang terjadi pada mesin main booster pump masih tinggi sehingga kinerja pompa menjadi turun jika intensitas kerusakan sering terjadi. Karena media pompa merupakan objek vital yang digunakan dalam proses operasional 58

8 pendistribusian BBM/BBK, maka dengan tingginya jumlah breakdown mesin tersebut dapat menimbulkan kerugian. Gambar 1.4 menggambarkan hubungan sebab akibat terhadap kondisi sistem pemeliharaan yang ada sekarang. Fishbone Sistem Maintenance TBBM Balongan M easurements Material Personnel Kajian biay a pem eliharaan Kebijakan P em eliharaan P encem aran O perasi proses dengan suhu tinggi P anas S pare part P engadaan y ang lam a Tidak m em perhitungkan kehandaran m esin T idak m em perhatikan kondisi m esin setiap hari P elatihan y ang kurang K urang kepedulian Kurang koordinasi Tingkat kerusakan tinggi Kerusakan m esin Sistem Existing Maintenance Env ironment Methods Machines Gambar 4.4 Fishbone Sistem Maintenance TBBM Balongan Analisa Efesiensi Antara Pemeliharaan Terencana Dengan Pemeliharaan Korektif Terdapat 2 (dua) alternatif kebijakan pemeliharaan mesin dalam menghadapi masalah biaya pemeliharaan dan perbaikan yaitu : 1. Menerapkan kebijakan pemeliharaan korektif, dimana perbaikan atau penyetelan dilaksanakan hanya setelah terjadinya kerusakan mesin. 2. Menerapkan kebijakan pemeliharaan preventif, dimana pemeliharaan dan penyetelan terhadap sarfas dilakukan pada akhir periode yang telah ditetapkan. Untuk memilih alternatif pemeliharaan yang lebih efesien untuk mesin main booster pump dapat digunakan metode probabilitas, dengan menghitung biaya pemeliharaan mesin main booster pump. Setelah biaya pemeliharaan mesin tersebut dihitung, maka dapat diketahui biaya yang paling murah dan efesien. Biaya yang dihitung dalam analisis ini adalah biaya untuk melaksanakan kebijakan pemeliharaan terencana (preventive) dengan biaya untuk melaksanakan kebijakan 59

9 pemeliharaan korektif. Setelah itu dari hasil biaya perhitungan tersebut, perusahaan akan mengetahui biaya pemeliharaan mesin main booster pump yang paling rendah dan kebijaksanaan pemeliharaan mesin mana yang akan diterapkan untuk selanjutnya. Untuk melakukan perhitungan tersebut perlu diketahui besarnya biaya pemeliharaan terencana serta pemeliharaan korektif. Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam 1 (bulan) TBBM Balongan harus mengeluarkan biaya pemeliharaan terencana (preventive) untuk mesin 3 unit main booster pump adalah Rp ,- Sedangkan biaya perbaikan (overhaul/breakdown) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mesin 3 unit main booster pump adalah Rp ,- Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi dan membandingkan besarnya biaya jika mengambil kebijakan pemeliharaan korektif dan atau jika mengambil kebijakan pemeliharaan preventif Kebijakan Pemeliharaan Korektif Berikut data breakdown/kerusakan dan probalilitas mesin main booster pump dalam bentuk tabel : Tabel 4.4 Perhitungan Untuk Mencari Jumlah Bulan yang Diperkirakan antara Kerusakan Main Booster Pump Bulan Breakdown Probabilitas terjadinya kerusakan (P i ) ip i Januari 1 0,2 0,2 Juni 1 0,2 1,2 Juli Augustus September Oktober 1 0,2 2 November Desember 2 0,4 4,8 Total 5 1 8,2 Sumber : Pengolahan Data dari Fungsi Layanan Jasa Pemeliharaan TBBM Balongan 60

10 Perhitungan pada tabel 4.4 di atas adalah untuk mencari jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan kerusakan pada mesin main booster pump sebelum mengalami kerusakan. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan kerusakan = Ʃ (bulan terjadinya kerusakan setelah pemeliharaan (i) x probabilitas terjadinya kerusakan (P i ) Jadi berdasarkan perhitungan pada tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan kerusakan (rata rata umur) pada mesin main booster pump adalah 8,2 bulan sebelum rusak. Biaya bulanan total kebijaksanaan (TCr) dapat ditentukan dengan pembagian biaya overhaul semua mesin (N) dengan jumlah yang diperkirakan antara kerusakan kerusakan. Kebijaksanaan pemeliharaan korektif dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : TCr= Jumlah Mesin X Biaya Perbaikan Per-Mesin Jumlah Bulan Yang Diperkirakan Antara Kerusakan - Kerusakan Jadi biaya total kebijaksanaan pemeliharaan korektif untuk 3 unit mesin main booster pump adalah sebagai berikut : ( 3 x Rp ,-) = Rp ,- 8, Kebijakan Pemeliharaan Preventif Kebijakan ini terdiri dari 12 (dua belas) sub kebijakan, dimana setiap sub kebijaksanaan berhubungan dengan jumlah bulan tertentu antar operasi operasi pemeliharaan. Dalam hal ini harus ditentukan biaya program pemeliharaan terencana yang meliputi pemeliharaan setiap 1 (satu) bulan, setiap 2 (dua) bulan, setiap 3 (tiga) bulan dan seterusnya sampai 12 (dua belas) bulan. Untuk melakukannya jumlah kerusakan total alternatif dihitung terlebih dahulu. Rumus rumus yang dipergunakan dalam menghitung biaya pemeliharaan terencana (preventive) adalah : 61

11 Bn = N +B (n-1).p 1 + B (n-1).p 1 + B (n-2).p 2 + B (n-3).p 3 + B 1.P (n-1) Keterangan : Bn = perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam n bulan N = jumlah mesin Pn = probabilitas mesin rusak dalam periode n Maka perhitungan pemeliharaan preventive untuk mesin main booster pump adalah sebagai berikut : Jika, n = 1 B 1 = NP 1 = 3.0,2 = 0,6 mesin Jika, n = 2 B 2 = N(P 1 +P 2 )+B 1.P 1 = 3(0,2+0)+(0,6.0,2) = 0,72 mesin Jika, n = 3 B 3 = N(P 1 +P 2 +P 3 )+B 2.P 1 +B 1.P 2 = 3(0,2+0+0) + ((0,72.0,2)+(0,6.0)) = 0,744 mesin Jika, n = 4 B 4 = N(P 1 +P 4 )+B 3.P 1 +B 1.P 3 = 3(0,2+0+0)+((0,74.0,2)+(0,6.0)) = 0,7488 mesin Jika, n = 5 B 5 = N(P 1 +P 5 )+B 4.P 1 +B 1.P 4 = (0,2 +0)+((0,75.0,2) +(0,6.0)) = 0,74976 mesin Jika, n = 6 B 6 = N(P 1 +P 5 )+B 5.P 1 +B 1.P 5 = (0,2 +0)+((0,75.0,2) +(0,6.0)) = 0, mesin Jika, n = 7 B 7 = N(P 1 +P 6 )+B 6.P 1 +B 1.P 6 = (0,2 +0,2)+((0,18.0,2) +(0,6.0,2)) = 1, mesin Jika, n = 8 B 8 = N(P 1 +P 7 )+B 7.P 1 +B 1.P 7 = 3(0,2 +0)+((1,36.0,2) +(0,6.0)) = 2, mesin Jika, n = 9 B 9 = N(P 1 +P 8 )+B 8.P 1 +B 1.P 8 = 3(0,2 +0)+((2,39.0,2) +(0,6.0)) = 1, mesin Jika, n = 10 B 10 = N(P 1 +P 9 )+B 9.P 1 +B 1.P 9 = 3(0,2 +0)+((1,83.0,2) +(0,6.0)) = 2, mesin Jika, n = 11 B 11 = N(P 1 +P 10 )+B 10.P 1 +B 1.P 10 = (0,2 +0,2)+((2,32.0,2) +(0,6.0,2)) = 2, mesin Jika, n = 12 B 12 = N(P 1 +P 11 )+B 11.P 1 +B 1.P 11 = 3(0,2 +0)+((2,53.0,2) +(0,6.0)) = 3, mesin 62

12 Perkiraan Preventif Per n- Bulan Perhitungan mengenai keseluruhan nilai ekspektasi kerusakan mesin tiap n-bulan, rata rata mesin per-bulan, biaya perbaikan kerusakan mesin per-bulan, biaya pemeliharaan terencana (preventive) per-bulan dan total pemeliharaan perbulan dapat dilihat pada tabel 4.5 untuk mesin main booster pump. Tabel 4.5 Perhitungan Biaya Pemeliharaan Terencana Dalam 12 (dua belas) Bulan Periode Pemeliharaan Yang Berbeda (a) (b) (c) (d) (e) (f) Jumlah Jumlah Biaya Biaya Preventif Kerusakan Rata-Rata Breakdown Yang Yang Kerusaka Yang Diperkirakan Diperkiraka n Per- Diperkirakan Per-Bulan n Dalam n- Bulan Per-Bulan Bulan Biaya Sub Kebijakan Pemeliharaan n Preventif Yang Diperkirakan (c) = (d) = (c) x (e) = (1/a) x (a) (b) (f) = (e)+(d) (b)/(a) Rp Rp ,6 0,6 Rp Rp Rp ,72 0,36 Rp Rp Rp ,744 0,248 Rp Rp Rp ,7488 0,1872 Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp , , Rp Rp Rp Sumber : Pengolahan Data dari Fungsi Layanan Jasa Pemeliharaan TBBM Balongan Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa total biaya pemeliharaan yang paling rendah (minimum) adalah Rp ,- untuk mesin main booster pump jatuh pada bulan ke 6 (enam). Dengan menggunakan metode probabilitas dapat dilihat bahwa sebaiknya TBBM Balongan melakukan kebijakan pemeliharaan terencana 63

13 (preventive) setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mesin main booster pump, karena jauh lebih efesien jika dibandingkan dengan pemeliharaan korektif yaitu Rp (Rp Rp ) sekitar 16% lebih ekonomis jika menerapkan pemeliharaan terencana (preventive) Analisa Spare Part 64

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang menggunakan berbagai jenis barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barangbarang dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP

ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP Dinar Ratna Widhia, Rani Rumita Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Yogyakarta 15 September 2012 SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Eko Nursubiyantoro dan Triwiyanto Program studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang masih mengalami krisis berkepanjangan ini membuat kegiatan usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN PRODUKSI PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI KABUPATEN ACEH TAMIANG

ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN PRODUKSI PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI KABUPATEN ACEH TAMIANG ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN PRODUKSI PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI KABUPATEN ACEH TAMIANG Dewi Mulyati Jurusan Teknik Manajemen Industri, Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) menjadi energi

Lebih terperinci

Kebijakan Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Kebijakan Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Kebijakan Perawatan Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Bahasan Jenis Perawatan Bentuk Perawatan Strategi Perawatan Jenis Perawatan Ditinjau saat perawatan dilakukan Perawatan yang direncanakan

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang

Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang Petunjuk Sitasi: Mustikasari, A., & Pangestuti, D. E. (2017). Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang. Prosiding SNTI dan SATELIt 2017 (pp. C8-13). Malang:

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan asosiatif. 1. Metode Penelitian Deskriptif Menurut sugiyono (2013:53) metode

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGELOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGELOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGELOLAHAN DATA Dalam proses pelayanan nya PT.GMF AeroAsia melakukan proses maintenance Carbon Brake Assembly milik pesawat Garuda Indonesia yang di lakukan sebagai berikut: Customer/GA

Lebih terperinci

STUDY SISTEM PREVENTIVE MAINTENANCE PADA TURBIN UAP DENGAN KAPASITAS 700 KW PUTARAN TURBIN 1500 RPM DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA I

STUDY SISTEM PREVENTIVE MAINTENANCE PADA TURBIN UAP DENGAN KAPASITAS 700 KW PUTARAN TURBIN 1500 RPM DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA I STUDY SISTEM PREVENTIVE MAINTENANCE PADA TURBIN UAP DENGAN KAPASITAS 700 KW PUTARAN TURBIN 1500 RPM DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA I SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakstabilan perekonomian dan semakin tajamnya persaingan di dunia industri mengharuskan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan kelancaran kegiatan

Lebih terperinci

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN BAB III JENIS JENIS PERAWATAN Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah perawatan dan perbaikan. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan,

Lebih terperinci

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota BAB III PEMBAHASAN 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota 3.1 Dasar Pengertian Governor Governor adalah suatu benda atau alat penggerak mekanik variable propeller pada pesawat untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada pembahasan ini akan diuraikan hubungan antara faktor-faktor input dengan hasil pengukuran produktivitas yang telah dilakukan. Pembahasan ini dimaksudkan untuk memudahkan

Lebih terperinci

Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement

Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement Definisi Salah satu pertanyaan yang sering diajukan saat pelatihan sistem manajemen mutu adalah Apa perbedaan Corrective Action, Preventive

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Peranan Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus

Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus Aprilia Dian Tresnaningrum 1), Diana Puspitasari 2) Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Pengertian Pemeliharaan Menurut Agus Ahyari (99) pemeliharaan merupakan suatu kegiatan mutlak yang diperlukan dalam perusahaan yang saling berkaitan dengan proses produksi, sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Preventive Maintenance Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N Pada umumnya lokasi pembangkit tenaga listrik tidak selalu dekat dengan pusat beban, sehingga penyaluran daya diselenggarakan melalui instalasi penyaluran (transmisi dan gardu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mendorong peningkatan kebutuhan manusia agar dapat memenuhi keinginannya. Perawatan komponen pada mesin industri penting untuk mendukung kegiatan pengoperasian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Operasional Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang menggunakan berbagai jenis barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barangbarang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... i ii v vii viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Klasifikasi Kondisi Kerusakan Kendaraan Trans Jogja Kerusakan kendaraan dapat disebabkan karena beban kerja dan frekuensi pemakaian kendaraan yang tinggi, kurang efektifnya

Lebih terperinci

3. BAB III LANDASAN TEORI

3. BAB III LANDASAN TEORI 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perawatan (Maintenance) 3.1.1 Definisi Perawatan (Maintenance) Definisi Perawatan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kelancaran dalam proses produksi sangat ditentukan oleh kondisi mesin atau peralatan pendukung lainnya. Agar suatu mesin dapat selalu berfungsi dengan baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Menurut Drs.Sudjoko dalam bukunya yang berjudul Administrasi

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE TBBM PENGAPON SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE TBBM PENGAPON SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE TBBM PENGAPON SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH DALAM RANGKA PENGAWASAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK, LPG DAN LISTRIK MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 2017/1438

Lebih terperinci

EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL

EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL Norman Iskandar a, *Restu Bagas Pangestu b a Dosen Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No : KEP.248/MEN/V/2007 saat ini perkembangan industri minyak dan gas sangat besar di Indonesia.

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO

PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO Oleh : Sulaeman Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Email:

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus, September dan Oktober 2016 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit 3.2 Rancangan penelitian Adapun

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG PEMBANGKIT & PERALATAN No. Dokumen : PT-KITSBS-26 No. Revisi : 00 Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum & Fas 2. Abdan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Cisangkan yang terletak di Bandung merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku bangunan.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT. USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.KDL Ratna Ekawati, ST., MT. 1, Evi Febianti, ST., M.Eng 2, Nuhman 3 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik Untirta Jl.Jend.Sudirman

Lebih terperinci

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV Kurnia Gemilang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan alat berat untuk pekerjaan penggalian material pasir dan batu atau pertambangan galian

Lebih terperinci

SISTEM ALIRAN BAHAN BAKAR PADA MESIN DIESEL MELALUI PENGATURAN M DEC ( MONITORING AND CONTROL SYSTEM )

SISTEM ALIRAN BAHAN BAKAR PADA MESIN DIESEL MELALUI PENGATURAN M DEC ( MONITORING AND CONTROL SYSTEM ) SISTEM ALIRAN BAHAN BAKAR PADA MESIN DIESEL MELALUI PENGATURAN M DEC ( MONITORING AND CONTROL SYSTEM ) Agus Rohermanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak ABSTRACT The system

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN Dalam bab ini akan dipaparkan tentang riwayat perusahaan dan profil perusahaan, visi dan misi dari perusahaan, dilanjutkan dengan susunan organisasi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang

BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang PT Kereta Api (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sektor jasa. khususnya jasa transportasi, dimana proses operasinya hanya memfokuskan dalam dua bidang

Lebih terperinci

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN POMPA GILINGAN SAUS DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MINIMASI BIAYA PEMELIHARAAN ( Studi Kasus : PT. Lombok Gandaria, Unit Maintenance) Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi saat ini, ketergantungan masyarakat akan energi listrik sangatlah tinggi, sehingga dituntut ketersediaan dan keandalan yang tinggi dari pemegang kuasa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN t APPENDIKS BUKU 3 PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PEMELIHARAAN KENDARAAN DAN PERALATAN OPERASI PKP-PK * DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 DAFTAR ISTILAH 3 Komponen Biaya Perawatan 4 Biaya Operasional (Operating budget)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian 2.1.1 Manajemen Asal-usul kata manajemen berasal dari bahasa Latin, managiare yang artinya tangan Samsudin (2010:15). Sebagai

Lebih terperinci

APLIKASI POMPA HYDRAM UNTUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI INDONESIA. Teknologi Tepat Guna

APLIKASI POMPA HYDRAM UNTUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI INDONESIA. Teknologi Tepat Guna APLIKASI POMPA HYDRAM UNTUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI INDONESIA Teknologi Tepat Guna Sebagai solusi Agro Industry OVERVIEW Negara Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih mengandalkan pertanian,

Lebih terperinci

*

* PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL DAN ANALISIS PENGADAAN MESIN STANDBY PADA MESIN HOIST CURING UTARA DAN SELATAN PLANT I-8 (STUDI KASUS PT. WIJAYA KARYA BETON BOGOR) Aditya Wiratama Putra, Susatyo Nugroho

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemeliharaan 2.1.1 Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yang artinya management, merupakan seni melaksanakan dan mengatur (Wikipedia, 2009). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL

PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL E.8 PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL DAN ANALISIS PENGADAAN MESIN STANDBY PADA MESIN HOIST CURING UTARA DAN SELATAN PLANT I-8 (STUDI KASUS PT. WIJAYA KARYA BETON BOGOR) Susatyo Nugroho W P *, Rani Rumita,

Lebih terperinci

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI 4.1 Definisi dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi mendorong peningkatan kebutuhan manusia agar dapat memenuhi keinginannya. Perawatan komponen transportasi penting mendukung kegiatan pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Pemeliharaan Secara alamiah tidak ada barang yang dibuat oleh manusia yang tidak dapat rusak, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

Jenis. Urea Ammonia

Jenis. Urea Ammonia PENETUAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN SUKU CADANG PADA PRODUK AMONIA DAN UREA DI PT. XYZ UNTUK MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE INVENTORI TAK TENTU BERISIKO TERKENDALI 1 Anissa Wulandari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap industri manufaktur hampir semua proses produksinya menggunakan mesin atau peralatan sebagai fasilitas produksi yang utama. persaingan dalam penjualan produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan. BAB V ANALISA Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data pada bab sebelumnya maka selanjutnya dilakukan analisa. Analisa yang dilakukan harus lebih terarah sehingga hasilnya menjadi baik dan benar. Atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut. 1.1

Lebih terperinci

PERAWATAN ALAT (HEAVY EQUIPMENT) DENGAN PENJADWALAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE DI PT PURNA BAJA HARSCO

PERAWATAN ALAT (HEAVY EQUIPMENT) DENGAN PENJADWALAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE DI PT PURNA BAJA HARSCO PERAWATAN ALAT (HEAVY EQUIPMENT) DENGAN PENJADWALAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE DI PT PURNA BAJA HARSCO Oleh Heru Winarno Email : heruwinarno42@yahoo.co.id FT-Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal 35-43 MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN Oleh Muhammad Zaky Zaim Muhtadi 1 Abstrak Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM Daniel 1, Vera Methalina 2, Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia yang sangat cepat menyebabkan banyak industri yang tumbuh dan bersaing dalam mendapatkan konsumennya. Melihat gejala tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Suatu perusahaan (organisasi) selalu diperlukan pengelolaan dengan suatu sistem manajemen, agar tujuan perusahaan dapat diwujudkan dengan

Lebih terperinci

Pompa Hydram Sebagai Penyedia Air Baku Lahan Pertanian

Pompa Hydram Sebagai Penyedia Air Baku Lahan Pertanian Executive Summary Pompa Hydram Sebagai Penyedia Air Baku Lahan Pertanian Disiapkan Oleh: PT. SOMERFIELD INDONESIA GRAHA BUMIPUTERA LT.6 SUITE 607 PHONE/FAX: 022-4202373 JL. ASIA AFRIKA NO. 141-149 BANDUNG

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH DALAM RANGKA PENGAWASAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK, LPG DAN LISTRIK MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 2016/1437 H 24 26 Juni 2016

Lebih terperinci

Trainer Agri Group Tier-2

Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 PERAWATAN / MAINTENANCE kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan mesin kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun penggantian sebagian peralatan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU PERAWATAN UNTUK PENCEGAHANPADA KOMPONEN KRITIS CYCLONE FEED PUMP BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWN TIME

PENENTUAN WAKTU PERAWATAN UNTUK PENCEGAHANPADA KOMPONEN KRITIS CYCLONE FEED PUMP BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWN TIME PENENTUAN WAKTU PERAWATAN UNTUK PENCEGAHANPADA KOMPONEN KRITIS CYCLONE FEED PUMP BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWN TIME Siti Nandiroh Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Dalam analisis masalah ini akan dilakukan dengan menggunakan 8 (delapan) langkah pemecahan masalah dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kebutuhannya. Delapan langkah

Lebih terperinci

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK A. PEMBAGIAN MOTOR DIESEL 1. Menurut cara kerja Mesin diesesl menurut cara kerja nya dapat diklarisfikasikan menjadi 2 cara kerja,untuk dapat menghasilkan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara definisi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan Menurut Sudrajat (2011), Pemeliharaan atau yang lebih di kenal dengan kata maintenace dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang di perlukan untuk menjaga atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 16 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Mesin Diesel Definisi mesin diesel menurut (Judiyuk, 2009), adalah sejenis mesin pembakaran dalam, lebih spesifik lagi, sebuah mesin pemicu kompresi,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Suatu perusahaan terdiridari banyakfungsi,yaitu produksi operasional,keuangan, pemasaran, dansumberdayamanusia.untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%)

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%) BAB V ANALISA HASIL 5.1 Pembahasan Analisa perhitungan Overal Equipment Effectiveness (OEE) dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil perhitungan availability

Lebih terperinci

Tri Yuningsih¹,Refdilzon Yasra²,HeryIrwan³ ABSTRAK

Tri Yuningsih¹,Refdilzon Yasra²,HeryIrwan³ ABSTRAK ANALISA TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTION RATIO PADA MESIN FORKLIFT ( Studi kasus di PT. Rotary Engineering Indonesia ) Tri Yuningsih¹,Refdilzon Yasra²,HeryIrwan³

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR Oleh: ADITYA PRIMADI PUTRA 2108030047 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Arino Anzip, MEng., Sc PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pemeliharaan ( Maintenance Defenisi Pemeliharaan

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pemeliharaan ( Maintenance Defenisi Pemeliharaan Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1. Defenisi Pemeliharaan Pemeliharaan Mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara Bagian Pemeliharaan dan Bagian Produksi. Karena Bagian

Lebih terperinci