MENGGAMBAR BENTUK I FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN OLEH MESRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENGGAMBAR BENTUK I FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN OLEH MESRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA"

Transkripsi

1 MENGGAMBAR BENTUK I OLEH MESRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 0

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kekhadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin-nya buku ini telah dapat diselesaikan. Kehadiran buku ini merupakan bahan ajar mata kuliah gambar bentuk I. Buku ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah gambar bentuk I, dan juga bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang melaksanakan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan). Selama ini belum tersedia buku gambar bentuk yang cukup representatif sebagai rujukan bagi mahasiswa. Oleh sebab itu penulis berusaha menciptakan buku ini walaupun dengan segala keterbatasan yang ada. Setidak-tidaknya mahasiswa akan terbantu memperoleh bahan kajian teori penunjang praktek menggambar bentuk I. Penyajian buku ini sangat mudah dipahami mahasiswa sebagai teori yang mendasari keterampilan menggambar bentuk. Membaca buku ini dengan cermat berarti sudah menguasai gambar bentuk secara teoritis, tinggal melatih keterampilan praktiknya. 1

3 Penulis yakin bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu sangat diharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca supaya dapat disempurnkan nantinya. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada teman-teman dan para pembaca yang telah membantu untuk terwujudnya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, guru, dan para pembaca lainnya. Medan, 18 Agustus 2013 Penulis, 2

4 BAB I PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Mata Kuliah Mata kuliah gambar bentuk I merupakan dasar dalam penggambaran benda-benda secara realis. Syarat utama dalam menggambar bentuk adalah objek yang akan digambar harus dihadirkan di depan si penggambar. Objek harus ditata sedemikian rupa, termasuk pemberian background (latar belakang) dan pencahayaan terhadap objek model. Si penggambar bertugas memindahkan objek model ke atas bidang gambar secara mendetil sehingga sangat mirip dengan model aslinya yang ditiru. Proses gambar bentuk I adalah dengan menggunakan media pensil yang menghasilkan arsiran. Gelap-terang gambar akan diwujudkan dengan tebal-tipisnya arsiran, rapat-jarangnya arsiran, dan keras-lembutnya partikelpartikel pensil tersebut. Proses perkuliahan ini disajikan dalam bentuk teori dan praktek, yang penekanannya pada praktek. Secara umum materi perkuliahan gambar bentuk I akan mempersiapkan mahasiswa dengan keterampilan 3

5 menggambar benda-benda secara realis. Dasar kemampuan menggambar realis inilah yang akan memudahkan mahasiswa dalam mata kuliah lanjutan lainnya yang bersifat praktek, misalnya menggambar illustrasi, menggambar model, dan melukis, karena setiap tugas perkuliahan tersebut harus didahului dengan proses menggambar sketsa yang umumnya ditampilkan secara realis. 2. Tujuan Mata Kuliah Mata kuliah menggambar bentuk I bertujuan membekali mahasiswa dengan kemampuan menggambar benda dengan kriteria sebagai berikut : a. Secara teoretis mampu menjelaskan pengertian serta ciri-ciri menggambar bentuk. b. Mampu menjelaskan langkah-langkah menggambar bentuk. c. Mampu menjelaskan teknis menggambar bentuk mulai dari persiapan model, sketsa, arsiran dan finishing (penyelesaian gambar). 4

6 d. Secara praktek mahasiswa mampu memindahkan bentuk objek ke atas bidang gambar dengan komposisi yang benar. e. Mampu memindahkan bentuk objek ke atas bidang gambar dengan proporsi yang benar. f. Mampu memindahkan bentuk objek ke atas bidang gambar dengan teknik pencahayaan yang benar. g. Mampu memindahkan bentuk objek ke atas bidang gambar dengan perspektif yang benar sehingga mencapai kemiripan yang tinggi terhadap objek model. h. Mampu memindahkan bentuk objek ke atas bidang gambar secara mirip sesuai model yang ditiru 3. Manfaat Mata Kuliah Manfaat kuliah menggambar bentuk I adalah sebagai berikut : a. dengan pemahaman terhadap pengertian dan kriteria menggambar bentuk, maka mahasiswa akan dapat membedakannya dari menggambar lainnya, serta dapat mengajarkan kepada orang lain (siswa) setelah jadi guru nantinya. 5

7 b. dengan memahami langkah-langkah menggambar bentuk, maka mahasiswa bisa menerapkannya secara berurutan sehingga mencapai hasil yang diharapkan. c. dengan memiliki kemampuan menerapkan komposisi secara baik, maka mahasiswa akan mudah dalam menskets gambar secara tepat serta sangat mendukung kelancaran mata kuliah praktek lainnya. d. dengan memiliki kemamapuan menampilkan proporsi secara baik, maka mahasiswa akan mudah mencapai ketepatan bentuk dalam rangka menuju kemiripan bentuk, serta memudahkan dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah praktek lainnya yang menerapkan konsep realis. e. dengan penguasaan teknik pencahayaan objek gambar secara baik, maka mahasiswa dengan mudah akan mencapai kejelasan bentuk. f. dengan penguasaan kemampuan menerapkan perspektif secara baik pada objek gambar maka mahasiswa akan dapat mencapai ketepatan bentuk 6

8 yang mengacu kepada kemiripan dengan model yang ditiru. g. dengan kemampuan meniru objek gambar secara mirip sesuai model, maka mahasiswa akan mudah mengikuti perkuliahan praktek lanjutan seperti gambar model, gambar ilustrasi, seni lukis, seni patung, dan lain-lain, karena pada umumnya tugastugas perkuliahan praktek diawali dengan sketsa terutama pada bentuk-bentuk realis. 4. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah menggambar bentuk I diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi sebagai berikut : a. Menjelaskan pengertian gambar bentuk I b. Menjelaskan elemen-elemen visual yang diterapkan dalam gambar bentuk I c. Mengerti tentang kaidah-kaidah komposisi dan proporsi d. Memahami langkah-langkah menggambar bentuk secara berurutan. 7

9 e. Mampu menerapkan teknik pencahayaan dengan arsiran pensil f. Mengerti tentang prinsip-prinsip perspektif dalam gambar g. Menerapkan prinsip perspektif sesuai model yang ditiru h. Menampilkan objek gambar secara mendetil, jelas, dan terang. i. Mencapai kemiripan yang tinggi terhadap model yang ditiru. 5. Susunan Materi Buku Ajar Materi buku ajar ini disusun berdasarkan kompetensi yang daharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam mata kuliah gambar bentuk I, dengan sub-sub kegiatan sebagai berikut : Bagian 1: Pendahuluan yang berisikan: a. deskripsi mata kuliah, b. tujuan mata kuliah, c. manfaat mata kuliah, dan kompetensi dasar mata kuliah. Bagian 2 : Pengertian menggambar bentuk I. Bagian 3 : Alat-alat dan Bahan menggambar bentuk I. Bagian 4: Kaidahkaidah Komposisi dalam menggambar bentuk. Bagian 5: Elemen-elemen gambar bentuk, Bagian 6: Langkah- 8

10 langkah menggambar bentuk, Bagian 7: Peranan sketsa dalam gambar bentuk, Bagian 8: Penguasaan teknik arsiran, Bagian 9: Penggunaan warna dalam gambar bentuk I, Bagian 10. hal-hal yang dinilai pada gambar bentuk, Bagian 11: Apresiasi gambar bentuk I. 9

11 BAB II PENGERTIAN GAMBAR BENTUK Bentuk adalah istilah yang gampang dikacaukan dengan raut, dalam bahasa Inggris bentuk merupakan form, bentuk merupakan keseluruhan rupa sebuah rancangan walaupun raut merupakan unsur pengenal yang utama. Kita juga mengenal bentuk dari unsrur garis, bidang, ukuran, warna, dsb. Dengan kata lain, semua unsur elemen rupa sekaligus disebut bentuk. Sedangkan racana menentukan cara sebuah bentuk dibangun, atau cara menghadirkan beberapa bentuk tersusun. Racana adalah keseluruhan organisasi dalam ruang, yakni sebuah kerangka yang menopang keseluruhan susunan raut, garis, bidang, dan warna. Dengan kata lain racana merupakan wujud untuk melahirkan sebuah bentuk yang dapat dipahami dan dinikmati dengan lebih sempurna. Pemahaman ini untuk lebih jelasnya tidak terlepas dari proses gambarmenggambar, yang diawali dengan coret-mencoret atau sketsa-sketsa yang melahirkan gambar dari suatu bentuk 10

12 objek yang diamati, kemudian disebut dengan menggambar bentuk. Gambar yang digunakan untuk merepresentasi suatu objek, khususnya benda-benda yang tidak bergerak (benda mati), disebut gambar alam benda (still life). Pada gambar alam benda ini dapat digambar objek seperti gelas, botol, sepatu, tas, kendi, bunga, buah-buahan dan sebagainya yang diatur secara artistik. Pada dunia pendidikan, menggambar alam benda ini lebih dikenal dengan menggambar bentuk. Gambar bentuk sebagaimana alam benda berusaha menampilkan objek yang digambar dengan setepat-tepatnya. Mengambar bentuk sedikit berbeda dengan gambar alam benda karena harus mengikut model atau objek yang digambar, sedangkan dalam gambar alam benda bisa saja bertolak dari objek yang ada dalam ingatan atau imajinasi. Menggambar bentuk adalah suatu kegiatan memindahkan objek model yang dilihat langsung, ke atas bidang gambar dengan lebih mengutamakan kemiripan terhadap model tersebut. Menggambar bentuk juga identik dengan fotografi, yaitu memindahkan objek yang ada di depan mata ke bidang gambar. Kegiatan 11

13 fotografi menggunakan alat tustel yang menangkap bentuk objek melalui lensa di dalamnya, lalu dipantulkan ke film untuk merekam bentuk tersebut. Jika rekaman itu diprint maka akan tercetak objek tadi pada kertas foto. Pada kegiatan menggambar bentuk, pekerjaan tustel pada fotografi itu digantikan oleh manusia. Si Penggambar secara langsung mengamati model yang ada di depannya, lalu mencerna dalam otak, terus memerintahkan tangan untuk mencoretkan pada kertas gambar. Hasil gambar yang diharapkan adalah sangat mirip dengan model tersebut. Kegiatan menggambar diawali dengan membuat sketsa bentuk objek-objek yang diamati. Sketsa merupakan kerangka bentuk objek model yang semula berada dalam pemikiran, lalu dituangkan atau digoreskan ke bidang gambar. Adapun peranan sketsa adalah untuk mempermudah dalam memahami objek yang digambar secara garis besarnya, sebelum objek tersebut terlaksana menurut raut sebenarnya. Sejauh sketsa tersebut dapat komunikatif bagi orang awam yang mengamatinya, maka sketsa tersebut dapat dikatakan mendekati sempurna. Sempurna dalam arti adanya penyesuaian 12

14 antara gagasan/imajinasi dan pengungkapan ke dalam sketsa sedetil mungkin terhadap objek gambar yang diamati. Pada waktu pertama mengamati objek model menggambar bentuk, kita lebih mengutamakan penangkapan bentuk secara keseluruhan, karena bentuk keseluruhan merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan keberhasilan gambar bentuk. Bentuk keseluruhan lebih menjamin kemiripan gambar bentuk yang kita buat. Dengan menampilkan bentuk keseluruhan itu, kita atau orang lain akan lebih mudah mengenal benda-benda yang kita gambarkan. Misalnya gambar buah-buahan, bunga, tas, sepatu, sepeda motor, mobil, dsb. Contoh sederhana dalam penggambaran bola. Bentuk yang bulat belum tentu akan dikenali sebagai bola, apabila belum dibentuk sedemikian rupa dengan tanda-tanda sebuah bola. Mungkin saja bulat dalam artian lingkaran, piringan, dan lain sebagainya. Jadi faktor yang menunjang kemiripan menjadi sebuah bola itu harus diperhatikan oleh si penggambarnya. Sebuah bola tentu harus terlihat plastis dan cembung yang diwujudkan dengan teknik arsiran. 13

15 Dari contoh tadi dapat dipahami bahwa hanya dengan penampilan bentuk keseluruhan saja dari sebuah model belum memadai. Jika ada seseorang bertanya jenis bola apa yang anda gambar? maka si penggambar harus dapat menjawab dengan tepat, karena dia memang mampu menampilkan karakter sebuah bola apa yang dimaksud. Misalnya bola tenis, bola pingpong, bola basket, bola kaki, bola golf, dsb. Pada gambar di atas terlihat kesempurnaan bentuk sebuah benda yang disebut bola golf. Karakter sebuah bola golf adalah pada permukaannya yang terdapat lekukanlekukan bulat kecil tersusun secara beraturan. Kesan plastisitas objek sangat jelas dengan adanya satu sumber 14

16 cahaya dominan, sehingga menghasilkan perubahan gelap terang secara berangsur-angsur dari yang paling terang ke paling gelap. Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa menggambar bentuk berarti menghadirkan kembali benda tiga demensi yang ada dihadapan si penggambar ke atas bidang gambar dalam bentuk dua dimensi, tanpa menambahi ataupun mengurangi dari bentuk apa adanya pada model. 15

17 BAB III ALAT DAN BAHAN MENGGAMBAR BENTUK 1. Alat-alat Alat-alat dalam menggambar bentuk terdiri dari beberapa alat utama dan alat bantu antara lain : pensil gambar, penghapus, rautan pensil atau pisau, alat penyangga objek model, kain background, lampu sorot. Pensil dan penghapus merupakan alat utama yang dipakai dalam menggambar bentuk I. Pensil terdiri dari bermacammacam spesifikasi seperti pensil H (hard), HB (hard black), dan B (black). Pensil H (hard) adalah pensil yang memiliki partikel-partikel keras sehingga hasil goresannya tidak begitu terang. Variasi pensil H adalah HH (hard-hard) atau 2H yaitu lebih keras partikelnya daripada pensil H. Pensil HB adalah pensil yang memiliki partikel tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembut (sedang), sehingga hasil coretannya lebih terang daripada pensil H. Karena hasil goresannya terlihat lebih hitam maka istilah Hitam lebih sering digunakan daripada Lembut. Sedangkan pensil B adalah pensil yang memiliki partikel lembut dan hitam. Variasi pensil B adalah BB (2B), BBB (3B), BBBB (4B), 5B, 6B, 7B, dan 8B. Semakin banyak B-nya akan semakin lembut partikelnya dan semakin hitam warnanya. Pensil B ada beberapa pilihan 16

18 mereknya antara lain paber castell, stadler, axam grade, dan lain-lain. Pensil H dan HB biasanya digunakan untuk mensket gambar, tetapi dalam menggambar bentuk tidak dianjurkan menggunakan kedua pensil ini karena sering meninggalkan lekukan atau parit bekas goresannya pada kertas. Oleh sebab itu untuk mensket pada gambar bentuk disarankan menggunakan pensil BB (2B). Untuk menghindari garis yang terlalu nyata terangnya, pensil BB (2B) jangan ditekan kuat. Alat utama kedua dalam menggambar adalah karet penghapus pensil. Karet penghapus diperlukan ketika ada bagian dari goresan pensil yang tidak dipakai, dan untuk mengurangi gelapnya bagian tertentu pada gambar. Kualitas karet penghapus sangat mendukung kerapian gambar yang dibuat. Oleh sebab itu karet penghapus harus disesuaikan dengan jenis pensil yang dipakai. Karet penghapus yang bagus adalah dapat membersihkan bekas goresan pensil dengan rapi sampai dasar kertas bersih dan putih. Selain itu karet penghapus yang bagus juga tidak merusak permukaan kertas. Karet penghapus yang cocok untuk pensil B ada beberapa pilihan mereknya antara lain paber castell, stadler, axam grade, dan lain-lain. Alat bantu menggambar bentuk pertama adalah rautan pensil atau pisau cutter. Menggambar bentuk yang 17

19 mengutamakan goresan atau arsiran, membutuhkan kondisi pensil yang selalu runcing. Oleh sebab itu si penggambar sering meraut kembali pensilnya yang sudah tumpul. Rautan pensil harus memiliki mata pisau yang sangat tajam supaya mata pensil tidak mudah patah. Selain itu kayu pensil juga terbuat dari bahan yang cukup keras sehingga dibutuhkan pisau rautan yang tajam. Selain rautan pensil yang sudah tersedia hasil pabrikan, dapat juga digunakan pisau cutter untuk meraut pensil. Umumnya meraut pensil dengan menggunakan pisau cutter lebih baik hasilnya karena jarang patah dan tidak terlalu lancip. Alat bantu kedua adalah alat penyangga objek model. Penyangga objek model diperlukan ketika menatanya di depan si penggambar. Misalnya sekelompok buahan yang ditata membutuhkan wadah seperti bakul, piring buah atau keranjang buah. Model barang souvenir mungkin perlu penyangga dari kotak-kotak ataupun tripod. Penataan model sebelum digambar sangat diperlukan guna mendapatkan sudut pandang yang estetis. Jika benda ditumpuk saja di lantai mungkin terlihat tidak indah. Oleh sebab itu dapat ditata pada suatu wadah sebagai penyangganya sehingga terlihat menarik. Alat penyangga berupa kotak-kotak sering disebut dengan istilah pedestal. 18

20 Alat bantu ketiga adalah kain sebagai background (latar belakang). Sama halnya dengan alat penyangga, kain sebagai background juga berperan menambah keindahan tampilan objek model. Kain dapat diletakkan di belakang objek yang ditata seperti sebuah layar, maupun kain sekaligus sebagai layar dan alas objek model. Keindahan kain layar ditimbulkan dari draveri kain, warna kain, dan sifat kain yang mengkilat ataupun tidak mengkilat. Kadang-kadang si penggambar dapat mengganti background tersebut dengan media lain, misalnya dengan daun pisang, kertas hias dan lainlain. Alat bantu keempat adalah lampu sorot. Lampu sorot digunakan untuk memberi cahaya atau penyinaran terhadap objek model dengan satu arah yang dominan. Dengan adanya satu arah cahaya yang kuat itu akan menghasilkan bayangan benda atau gelap terang yang terkontrol. Hal ini akan memberi kejelasan bentuk benda yang ditiru sehingga memudahkan dalam penggambaran yang mendetil. 2. Bahan Bahan utama dalam menggambar bentuk I adalah kertas gambar. Kertas gambar yang biasa digunakan dalam pembelajaran gambar bentuk I di Prodi Seni Rupa adalah 19

21 kertas gambar ukuran A3 dan karton manila berwarna putih. Sifat kertas tersebut cukup tebal, dengan permukaan halus, tidak mudah sobek, dan kalau dihapus coretan pensilnya maka permukaan kertas tidak rusak. Partikel pensil lengket pada permukaan kertas dengan rapi sehingga dapat mempertahankan gelap terangnya dalam waktu lama. Pemilihan bahan kertas yang baik untuk menggambar bentuk sangat membantu kemudahan waktu berkarya, karena sifat bahan akan menghasilkan efek tertentu. Kertas dengan permukaan halus jika diarsir dengan pensil hitam dan rapat akan menghasilkan efek hitam mengkilat. Selain itu hitamnya terlihat lebih jelas dan tidak kusam. Sedangkan kertas dengan permukaan bertekstur akan menghasilkan hitam tidak mengkilat (dop) serta warna terkesan agak pudar. 20

22 BAB IV KAIDAH-KAIDAH KOMPOSISI DALAM MENGGAMBAR BENTUK Keindahan hasil suatu gambar seringkali membuat pengamat merasa kagum, dan menyangka penciptanya adalah seseorang yang genius dalam penggarapan gambarnya secara mudah. Umumnya seseorang perancang/ perupa/ juru gambar harus mempelajari kaedah dan prinsip atau tata cara menggambar, jadi bukan karena seseorang bisa mengerjakan lebih cepat dari orang lain, tetapi memang mereka harus menguasai kaedah-kaedah menggambar tersebut lebih dahulu sebelum mempraktekkannya. Sedangkan kemahiran seseorang dalam menggambar adalah karena sering melakukan latihan, sehingga percepatannya akan terlihat sekali jika dibandingkan dengan orang yang jarang latihan. Kaedah dan prinsip / tata cara menggambar yang dimaksud adalah Komposisi. Komposisi merupakan suatu susunan dari beberapa unsur secara seimbang dan serasi (harmonis). Apabila kita menggambar suatu benda di alam luar (landsekap) atau visualisasi perspektif, 21

23 sebenarnya kita menyusun beberapa unsur-unsur bentuk, bidang, garis, tekstur, dan sebagainya. Semua unsur tersebut kita susun sedemikian rupa sehingga merupakan perpaduan beberapa unsur yang tersusun seimbang, serasi, yang dapat dihasilkan dari perasaan estetis kita, dengan kata lain tidak dapat diperhitungkan secara matematika atau eksak. Komposisi terdiri dari beberapa indikator yaitu : kesatuan, keseimbangan, irama, proporsi, keselarasan, penekanan. 1. Kesatuan Kesatuan adalah susunan elemen-elemen yang membangun suatu objek tertata dengan rapi menurut yang semestinya. Kesatuan atau lazim juga disebut unity merupakan gabungan antar bagian-bagian yang utuh. Kesatuan sering juga dikatakan kelompok bendabenda yang saling berdekatan. Kesatuan terbangun dari adanya bagian-bagian. Namun kesatuan tidak ditentukan oleh kuantitas atau jumlah bagian, akan tetapi lebih menekankan pada kualitas hubungan antara bagianbagian itu. Dengan kata lain karya seni rupa secara kualitatif bagian atau unsurnya telah menyatu tidak 22

24 memerlukan tambahan unsur lain atau jua unsur yang di dalamnya tidak boleh dihilangkan atau dikurangkan. Bagian yang satu dengan yang lain menjadi saling terikat, saling menentukan, mendukung dan sistemik membentuk suatu kebulatan utuh karya seni. Pertimbangan kesatuan ini, penting oleh karena berdasarkan teori psikologi bahwa pengamatan seseorang itu akan memperoleh suatu kesatuan jika ada kedekatan, ketertutupan, dan kesamaan. Dalam penerapannya pada bidang karya seni rupa prinsip kesatuan ini menekankan pengaturan objek atau komponen objek secara berdekatan atau penggerombolan unsur atau bagian-bagian. Antar unsur yang saling menutup, misalnya dua garis lengkung yang berhadapan akan lebih memperoleh kesatuan dibandingkan dengan posisi yang berlawanan pada arah yang sama. Bentuk yang sama atau relatif sama, misalnya lingkaran dengan lingkaran, persegi dengan persegi, walaupun memiliki ukuran yang berbeda juga akan menentukan. 23

25 Bukan Kesatuan. Pada gambar di atas semua bentuk persegi terpisah satu sama lainnya atau tidak mengelompok. Bagian-bagian senter terpisah satu sama lain. Hal ini bukanlah suatu kesatuan. 24

26 Kesatuan. Pada gambar di atas semua bentuk persegi tersusun pada suatu kelompok yang memusat. Kipas angin terdiri dari bagian-bagian yang sudah terpasang dengan utuh. Hal ini disebut kesatuan. 25

27 2. Keseimbangan Keseimbangan (balance) berkaitan dengan bobot. Dalam karya-karya seni rupa dua dimensi, misalnya gambar atau lukis penerapan prinsip keseimbangan ini lebih menekankan pada bobot secara kualitatif atau disebut juga bobot visual, artinya berat-ringannya objek hanya dirasakan. Sementara pada karya seni rupa tiga dimensi, misalnya patung, keseimbangan ini berkaitan juga dengan keseimbangan atau bobot aktual atau sesungguhnya. Patung yang berat di belakang akan dapat roboh ke belakang, jika berat ke atas bisa jadi patung itu tidak dapat berdiri. Penggunaan warna yang gelap cendrung berat, sementara yang cerah memiliki kesan ringan. Raut yang dibuat dengan ukuran besar cendrung berkesan berat dibandingkan dengan yang berukuran kecil. Objek yang ditemapatkan di atas memiliki kesan ringan, kan tetapi jika detempatkan di bawah akan berkesan berat. Dengan demikian bobot visual ini dapat dipengaruhi oleh penggunaan warna, ukuran atau kedudukan raut atau objek. 26

28 Pada karya-karya seni rupa tradisional, terutama ukir dan batik, upaya penciptaan keseimbangan ini adalah dengan membagi bagian permukaan menjadi dua bagian yang sama. Bagian kanan dan kiri, atas dan bawah seolah-olah dipisahkan oleh sebuah garis. Bagian yang satu memiliki objek gambar yang sama secara berhadap-hadapan dengan bagian yang lain. Dengan objek yang sama secara berhadapan seringkali digunakan istilah setangkup, maka keseimbangan yang kanan dan kiri itu sama sebagaimana telah diuraikan di atas disebut sebagai keseimbangan setangkup, formal atau keseimbangan simetris. Keseimbangan simetris. Sumber : Materi dan Pembelajaran Kertakes. Garis putus-putus tegak lurus di tengah-tengah motif, membagi dua motif menjadi simetris kiri dan kanan. 27

29 Penataan model secara simetris ini dapat dilihat contoh berikut : Keseimbangan simetris dalam penataan benda sebagai model gambar bentuk. Kebalikan dari keseimbangan simetris adalah keseimbangan asimetris atau informal. Upaya menciptakan keseimbangan asimetris adalah tidak mempertimbangkan bentuk kanan dan kiri sama sebagaimana dalam keseimbangan simetris, akan tetapi dengan memberikan variasi unsur yang lebih kaya, tetapi tidak menimbulkan kesan berat sebelah. 28

30 Keseimbangan asimetris : Benda-benda persegi tertata dalam sebuah keseimbangan tetapi tidak simetris kiri-kanan, maupun atas-bawah Penataan model secara asimetris dapat dilihat contoh berikut : 29

31 3. Irama Irama ditimbulkan dari kesan gerak dan unsur yang melekat pada karya seni. Sifat atau kesan dari irama dapat lemah lembut, keras atau lunak secara teratur. Sebagaimana dalam kehidupan, irama dalam karya seni juga dapat timbul jika ada pengulangan yang teratur dari unsur yang digunakan. Dengan demikian irama dalam karya seni rupa terjadi dari pengaturuan unsur-unsur rupa baik garis, raut, warna, tekstur, ruang, dan gelapterang secara berulang. Irama dalam karya seni rupa dapat diupayakan melalui pengulangan, pergantian, perubahan ukuran, dan gerakan mengalun. Irama pengulangan atau disebut irama repetitif dapat tercipta hanya dengan mengulangulang unsur yang bentuk, ukuran, dan warnanya, misalnya menata unsur lingkaran dengan warna yang sama, jarak yang sama antara satu dengan yang lainnya. Irama ini akan mengahsilkan irama yang monoton dan membosankan. 30

32 4. 5. Irama repetitif : Pengulangan bentuk, ukuran, dan jarak yang sama, disebut pengulanan atau irama repetitif Objek gambar bentuk yang dikatakan repetitif adalah menggunakan objek yang sama beberapa buah, ukuran yang sama, dan meletakkannya pada jarak yang sama, misalnya beberapa cangkir dengan ukuran sama, beberapa kotak dengan ukuran sama. Penataan model gambar bentuk secara repetitif dapat dilihat contoh berikut : 31

33 Agar menimbulkan variasi atau sedikit kejutan irama, pengulangan unsur dapat dilakukan secara berganti-ganti, misalnya lingkaran dengan stengah lingkaran, segitiga dengan persegi dan sebagainya, oleh karena pengulangan yang dilakukan dengan pergantian lazim disebut sebagai irama alternatif. 6. Irama Alternatiftif 7. Penataan model irama alternatif dapat dilihat contoh berikut : 32

34 Irama yang dicapai dengan perubahan ukuran atau disebut juga dengan irama progresif dicapai dengan membuat perubahan unsur secara bertingkat, misalnya menyusun bidang segitiga mulai dari ukuran yang kecil sekali sampai dengan yang sangat besar. Irma progresif tampak lebih dinamis karena perubahan dan perkembangan unsur-unsurnya yang tidak selamanya tetap Irama Progresif Pengulangan dengan perubahan bentuk secara bertahap dari kecil sampai besar, atau semakin memanjang, maupun meluas itu disebut juga dengan Roncetan. Irama yang dimunculkan dengan gerakan mengalun atau flowing dapat dilakukan dengan mengatur, terutama raut, secara kontinyu dengan gerakan mengalun, bergelombang, sebagaimana gerakan ombak atau gerakan air. 33

35 Irama Mengalun 4. Keselarasan / harmoni Keselarasan lazim juga disebut dengan harmoni atau keserasian. Sesuatu yang selaras, harmonis, dan serasi adalah timbul dengan adanya kesamaan, kesesuaian, dan tidak adanya pertentangan. Demikian juga dalam karya seni rupa, keselarasan ini dapat dibuat dengan cara menata unsur yang mungkin sama, sesuai, dan tidak ada yang berbeda secara mencolok. Misalnya bidang lingkaran tidak selaras jika dipadukan dengan garis-garis lurus, tetapi lingkaran lebih sesuai dengan garis lengkung. 34

36 Objek Tidak Selaras : Lingkaran dipadukan dengan garis-garis lurus Objek Selaras : Lingkaran dipadukan dengan lengkung garis-garis Di samping menata bentuk atau raut yang sama atau sesuai, keselarasan dapat menunjuk pada kesesuaian warna, tekstur dan unsur-unsur lainnya. Pemilihan warna yang selaras biasanya dapat dicapai dengan warna yang analog atau berdekatan satu dengan lain. Jika dalam 35

37 karya gambar atau lukis itu digunakan warna yang tampak berbeda atau bertentangan atau pewarnaan pada wayang kulit, walaupun dalam pewarnaan itu digunakan dengan berbagai warna merah, biru, hijau, akan tetapi tetap selaras oleh karena digunakan warna pengikat putih. Demikian juga halnya penggunaan tekstur atau unsur rupa lainnya. 5. Kontras Kontras adalah variasi bentuk yang sangat berbeda pada suatu gambar. Hal ini menjadi kekuatan dalam sebuah irama sehingga tidak terasa monoton. Misalnya sederetan bentuk lengkung (silendris) lalu diselingi bentuk persegi. Kemudian terulang kembali pada deretan berikutnya sampai beberapa kali. 36

38 Pada desain di atas terlihat pola-pola lengkung secara berirama besar dan kecil, dimulai dari garis pertama kiri ke kanan, terus turun ke garis kedua kanan menuju kiri, dan begitu seterusnya ke bawah membentuk letter S. Pada ujung setiap garis muncul bentuk persegi sebagai kontasnya. 6. Pusat Perhatian Apabila kita mengamati sebuah karya seni rupa seringkali menemukan bagian yang paling menarik perhatian. Sama halnya jika kita melihat wajah seseorang teman, barangkali bagian yang paling menarik adalah mata, atau bibirnya. Dalam seni rupa khususnya bagian yang menarik perhatian ini menjadi hal prinsip penekanan atau sering juga disebut dengan Pusat Perhatian (central focus). Dengan demikian penekanan adalah suatu bagian gambar yang dibuat berbeda atau menonjol sehingga menjadi pusat perhatian si pengamat gambar tersebut. Jika seseorang melihat sekelompok benda, maka dia mungkin akan menaruh perhatian lebih kepada salah satu benda tersebut. Hal inilah yang disebut pusat perhatian. Dalam sebuah gambar, benda yang menjadi 37

39 pusat perhatian biasanya diletakkan pada bagian tengah, dan dibuat lebih menonjol dari pada benda lainnya. Penonjolan bisa dilakukan dengan memberi warna yang lebih terang, atau arsiran yang lebih sempurna. Penekanan dengan warna lebih tegas Kontras pada susunan benda nyata dapat dicontohkan dengan menampilkan benda yang berbeda dari kebanyakan yang ada. Mungkin jenis bendanya yang berbeda, ataupun bendanya masih sama tetapi warnanya berbeda sendiri. 38

40 Pada gambar di atas terlihat buah jeruk sebagai kontarnya, karena warnanya yang sangat menonjol dibanding objek lainnya. Kontras di sini juga bisa sekaligus menjadi pusat perhatian (central focus). 39

41 BAB V ELEMEN-ELEMEN GAMBAR BENTUK 1. Objek Model Sebagaimana dijelaskan pada bagian pengertian menggambar bentuk, bahwa objek model harus ada sebagai benda yang akan ditiru ketika menggambar. Objek model dapat pula dikatakan segala macam benda yang sengaja dihadirkan di depan si penggambar sebagai acuan dalam menggambar. Objek model dalam menggambar bentuk terdiri dari benda-benda sehari-hari (still life) misalnya meja, kursi, peralatan dapur, sepatu, kotak-kotak, tas, topi, asbak, helm, botol, lampu dinding, vas bunga, bunga, pensil, keranjang, bola, batu, dll. Persyaratan sebuah model untuk menggambar bentuk adalah benda tersebut dapat disusun atau ditata sedemikian rupa di hadapan si penggambar. Jadi kalau benda-benda besar yang tidak bisa ditata lagi seperti gedung, rumah, gunung, jembatan, dll, tidak diambil sebagai model. Pemilihan objek model merupakan suatu cerminan ide /gagasan dari seseorang, dimana kemampuan berimajinasi dan kedalaman rasa estetis sangat 40

42 menentukan. Sebuah model yang dikatakan indah oleh sesorang, belum tentu menarik bagi orang lain untuk menggambarnya. Kenapa? karena rasa indah dari seseorang belum tentu sama dengan indah yang dirasakan orang lain. Benda-benda yang bentuknya biasa-biasa saja yang dijumpai seseorang dalam hidupnya sehari-hari, mungkin tidak menarik baginya untuk dijadikan model. Oleh sebab itu dia akan mencari bentuk-bentuk yang unik atau membuat perlakukan khusus terhadap benda tersebut. Benda yang mendapat perlakuan tersebut misalnya sebuah apel yang digigit terlebih dahulu sehingga jadi sompel, baru menarik dijadikan model. Bisa juga perlakuan terhadap objek itu dalam bentuk lain, seperti pada buah apel ditancapkan sekuntum bunga mawar, baru menarik dijadikan model. Botol yang dipecahkan terlebih dahulu, kaleng yang dilobangi sisinya lalu digandengkan dengan pistol mainan, gelas yang ditelungkupkan lalu di atasnya diletakkan piring berisi air panas, dan banyak ide lain untuk membuat perlakuan bagi model menggambar bentuk. 41

43 Kegiatan memperlakukan model dengan menggunakan imajinasi itu bertujuan untuk menampilkan kreativitas seseorang. Jadi dalam menggambar bentuk juga tidak terlepas dari kreativitas seseorang yang dimulai dari pemilihan model, perlakuan ataupun penataan model, pemakaian background kain dan teknik arsiran. Terkait dengan model tersebut, tetap digambarkan dengan teknik realis, setelah model itu mendapat perlakuan. Sedangkan perlakuan terhadap model itu boleh dilakukan orang lain, maupun si pengambar sendiri. Sebaiknya dilakukan oleh si penggambar sendiri, karena itu bertujuan agar sejak dari awal sudah membangkitkan imajinasi estetis seseorang. 2. Pedestal/Wadah Benda-benda model yang akan digambar perlu ditata terlebih dahulu di depan si penggambar. Jika diletakkan begitu saja di atas meja atau di lantai mungkin bentuknya tidak akan menarik. Oleh sebab itu perlu alat bantu wadah ataupun pedestal sebagai penampung dan penopang/pengganjal benda-benda model tersebut. 42

44 Wadah adalah benda penampung objek model misalnya keranjang buah, piring, bakul, vas bunga dan lain-lain. Pedestal adalah bantalan/penyangga atau penopang untuk menempatkan benda-benda model misalnya kotakkotak yang dibuat dari papan/triplek. Pedestal atau wadah bermanfaat untuk membuat penataan objek model menjadi estetis, dalam hal ini wadah juga bisa sekaligus menjadi objek model pendamping. Wadah berupa bakul Pada gambar di atas terlihat keranjang buah atau bakul sebagai wadah objek model (buah-buahan). Namun dalam gambar tersebut keranjang buah sekaligus berperan sebagai objek model. Jadi keranjang juga harus 43

45 digambar sebaik mungkin secara realis sama halnya dengan buah-buahan yang menjadi model utama. Pedestal berupa kotak Pada gambar di atas yang menjadi objek model adalah patung kayu dekoratif, sedangkan kotak yang di bawahnya hanya sekedar penyangga. Objek patung harus digambar secara utuh dan serealis mungkin, tetapi kotak (pedestal) cukup digambar sebagian saja (sebelah atas/permukaan) saja dan tidak perlu digambar secara realis. Permukaan kotak berperan hanya sebagai alat bantu supaya posisi patung terlihat menarik dengan 44

46 ketinggian yang cocok dengan sudut pandang si Penggambar. 3. Background (latar belakang) Background adalah latar belakang yang ditambahkan pada saat penataan objek model. Biasanya latar belakang diambil kain yang lebar seperti baldu atau tetron berwana polos. Background kain dibentuk berupa layar di belakang objek yang akan digambar. Selain itu kain tersebut kadang-kadang digunakan sekaligus menjadi alas objek sampai ke depan. Misalnya sekelompok benda yang ditata di atas meja, maka kain sebagai background tadi digelar sebagai alas meja sampai ke bidang dinding di belakang objek model. 45

47 Pada gambar di atas terlihat background berupa kain berimpel-rimpel yang terlihat seperti gordin jendela. Kain tersebut berperan untuk mendukung penampilan objek model yang ada di depan. Penggarapan background tidaklah mendetil seperti objek model utama, melainkan digarap secara sederhana dan tampak sewajarnya, sehingga tidak mengganggu penampilan objek utama sebagai pusat perhatian (sentral focus). Kain sebagai background sekaligus sebagai alas meja Penggunaan background kain sangat baik untuk menambah nilai estetis objek model, di samping untuk 46

48 mengisi kekosongan yang ada di sekitar objek utama. Pada gambar di atas kain berperan sebagai background sekaligus sampai ke depan sebagai alas objek model. Hal ini akan lebih menarik serta terlihat estetis karena kesannya menyatu antara model dengan backgroundnya. Keunikan yang diperoleh dari background kain adalah draverinya yang bergelombang atau berombak akan memberi kesan gelap terang yang sangat plastis. 4. Pencahayaan Pencahayaan adalah sinar yang jatuh kepada objek model, sehingga menambah kejelasan bentuk serta memberi bayangan guna mendapatkan bentuk yang estetis. Jika menggunakan pencahayaan langsung dari matahari, maka perlu diperhatikan sudut jatuh cahaya sehingga menghasilkan bayangan benda yang menarik untuk digambar. Artinya untuk mendapatkan sudut jatuhnya bayangan, perlu memperhatikan jam berapa bagusnya menggambar sehingga posisi matahari sesuai dengan kebutuhan pencahayaan. Pencahayaan dengan mengunakan cahaya buatan seperti lampu sorot, lilin, lampu teplok, akan lebih 47

49 mudah diatur sesuai dengan kebutuhan si penggambar. Di samping mengatur sudut jatuh cahaya terhadap model, juga dapat diatur intensitas cahaya serta warna lampu yang digunakan. Penggunaan lampu sorot dan standar kaki tiga (treepot) sangat mudah untuk mendapatkan arah cahaya yang diinginkan terhadap objek. Selain itu juga dapat diatur kekuatan cahaya lampu tersebut sehingga tidak silau maupun terlalu redup. Pencahayaan menggunakan satu sumber cahaya yang dominan, objek dan bayangannya tampak jelas 48

50 BAB VI LANGKAH-LANGKAH MENGGAMBAR BENTUK 1. Memilih objek yang akan dijadikan model Langkah awal dalam menggambar bentuk adalah memilih model. Benda-benda yang akan dijadikan model adalah benda-benda mati yang ada dilingkungan kita dalam kehidupan sehari-hari (still life). Perlu diketahui bahwa model tersebut akan diletakkan di depan si penggambar dan ditata sedemikian rupa. Tentu saja akan lebih cocok benda-benda yang berukuran tidak besar, sehingga mudah diangkat atau dipindah-pindahkan. Pemilihan objek model didasari pada bentuk yang baik (estetis ataupun artistik). Artinya tidak semua benda cocok untuk digambar, oleh sebab itu perlu dipilih dan diamati lebih dahulu secara pandangan seni. Memilih model juga dilandasi tujuan, yakni hendak menampilkan gambar benda indah secara realis sesuai model yang ditiru. Suatu persyaratan utama dalam menggambar bentuk adalah adanya benda model yang akan ditiru. Berdasarkan pengertian gambar 49 bentuk pada uraian sebelumnya bahwa kegiatan menggambar adalah

51 memindahkan objek yang dilihat langsung ke atas bidang gambar dalam bentuk realis semirip mungkin berdasarkan objek tersebut. Sama halnya dengan kegiatan fotografi dimana harus ada benda di hadapan tukang foto, barulah dipetik gambarnya. Pengertian di atas memberi isyarat bahwa kegiatan menggambar yang tidak menghadirkan objek model di depan si penggambarnya, tidaklah termasuk menggambar bentuk. Objek model berperan mengontrol arah garis yang harus digoreskan si penggambar. Menggambar dengan menggunakan model ini membutuhkan suatu pengamatan yang sempurna, serta 50

52 kerjasama yang singkron antara mata, otak, dan tangan. Mata mengamati objek secara mendetil dan holistik, otak mencerna pesan dari mata dan memberi perintah kepada tangan untuk menggoreskan. Di samping memberi perintah kepada tangan, otak juga mengontrol gerak tangan baik kecepatan goresan maupun kekuatan menekan pensil. Kemudian setelah digoreskan maka otak kembali menganalisa hasil yang sudah dicapai, apakah sudah menampilkan garis yang wajar sesuai model yang ditiru. Model bagaikan raja, yaitu si penggambar harus patuh kepadanya. Di samping itu si penggambar dituntut berlaku jujur kepadanya yaitu menggambar sesuai apa yang dilihat, artinya tidak menambahi atau mengurangi. Suatu hal yang menarik tentang model (bagaikan raja) adalah dimana dia tidak berperan apa-apa sebelum diangkat menjadi raja. Artinya selama benda tersebut belum diambil sebagai model dalam menggambar bentuk, maka dia sama saja dengan benda-benda lain yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap si penggambar. Benda-benda tersebut dapat diperlakukan sesuka hati untuk mempersiapkannya menjadi benda 51

53 model yang menarik. Misalnya sebuah apel bisa dipotong sebagian, dikupas sebagian, dibelah dan sebagainya, sebelum ditata sebagai model. 2. Menata objek model Langkah kedua dalam menggambar bentuk adalah penataan model di depan si penggambar. Menata model sebelum memulai mensket gambar itu sangat penting, karena penataan itu berorientasi kepada keindahan. Jika penataan awal tidak baik maka sulit mencapai keindahan pada tahap berikutnya karena proses menggambar bentuk hanya meniru apa adanya. Pada tahap inilah diperlukan pengamatan yang mendalam terutama berkaitan dengan kaidah-kaidah komposisi seperti keseimbangan, irama, centerpoint (pusat perhatian), background (latar belakang), dan arah cahaya. Penataan model harus mempertimbangkan sudut pandang si penggambar dari tempat duduknya. Model diletakkan tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dari mata si penggambar. Jika terlalu tinggi maka permukaan benda tidak akan kelihatan, dan jika terlalu rendah maka benda akan terlihat seperti perspektif burung. Sebaiknya 52

54 benda dapat diamati dari tiga sisi (atas, kiri, dan kanan), misalnya pada benda kubistis yang dipandang dari arah tigaperempat. Jadi pada umumnya benda diletakkan di bawah garis pemandangan, dan tidak terlalu jauh ke bawah. Penataan model memakai alas atau wadah serta background dan sistem pencahayaan yang fokus dari satu arah tentu akan lebih baik. Pada gambar berikut dapat dilahat cara penataan model dengan sederhana tetapi cukup baik penampilannya. 53

55 Penataan model seperti di atas dapat memberi kejelasan terhadap objeknya yaitu jeruk yang disusun menghadap ke atas. Ciri sebuah benda yang disebut jeruk itu terlihat pada pusatnya yaitu ada lekukan di tengahnya. Jadi kalau ditelungkupkan atau terlihat sampingnya saja, mungkin karakter jeruk tidak kelihatan, sehingga bisa disebut bukan jeruk. Penataan pada piring khusus akan memberi nilai estetis, ditambah lagi dengan warna berbeda dari objek dan background-nya. Penataan benda, di samping memperhatikan pola bentuk yang berciri khusus, sekaligus juga 54

56 memperhatikan penataan warna yang ada padanya. Jika digambar tanpa warna (hitam-putih) diharapkan intensitas cahaya yang berbeda mengenai objek tersebut, akan tetap memberi kemudahan untuk mengenalinya. 3. Menskets objek gambar Langkah ketiga dalam menggambar bentuk yaitu mensket benda pada bidang gambar. Kegiatan mensket menjadi kunci kesuksesan pada tahap proses berikutnya. Pada tahap ini yang sangat dibutuhkan adalah ketepatan dalam penerapan komposisi, proporsi, dan perspektif. Komposisi yang tidak seimbang pada saat mensket mengakibatkan objek gambar tidak estetis. Oleh sebab itu untuk mencapai komposisi yang baik, si penggambar dapat berpindah duduk sehingga pada saat mengamati objek terlihat seimbang. Kemudian baru dimulai mensket dengan memperhatikan perbandingan ukuran (proporsi) objek yang digambar, sesuai dengan model. Kegagalan mensket umumnya disebabkan kelemahan si penggambar dalam menampilkan objek yang tidak sesuai proporsinya. Proporsi dibangun dengan menggunakan skala, seberapa kali perbesaran atau 55

57 perkecilan dari objek yang diamati. Hasilnya sering menampilkan objek yang terlalu lebar, pendek (gemuk) ataupun terlalu tinggi (kurus). Mungkin bagi penggambar pemula dapat menggunakan penggaris untuk menentukan skala. Si penggambar memegang penggaris secara vertikal dan merentangkan tangannya ke depan mengarah kepada objek model. Lalu memandang objek model dari sisi penggaris tersebut dengan menggunakan sebelah mata (mata yang lain dikedipkan) sehingga terlihat berapa sentimeter tinggi objek. Kemudian dengan membandingkan lebar atau tingginya bidang gambar, maka dapat diperkirakan beberapa kali perbesaran objek akan digambar. Misalnya pada penggaris terlihat tinggi objek 10 cm, mungkin dapat digambar dengan tiga kali perbesaran, sehingga hasil gambar akan berukuran tinggi 30 cm. Proses mengamati, pada prinsipnya sudah dimulai sejak awal ketika memilih benda mana yang akan dijadikan model. Rasa estetis pada diri seseorang akan menjatuhkan pilihannya pada objek-objek tertentu yang akan dijadikan model. Kegiatan pertama adalah melihat benda apa adanya, kemudian memperhatikan 56

58 hal-hal yang menarik dari benda tersebut, lalu memikirkan kemungkinan perlakuan apa yang akan dibuat sebagai persiapan untuk dijadikan model. Kegiatan pengamatan berlanjut pada saat menata objek tersebut sebelum digambar. Mengamati ketika menata objek tersebut berlangsung secara global terhadap tata letak, dan pencahayaan. Proses mengamati mulai serius ketika akan memulai mensket gambar, dan lebih serius lagi selama proses menggambar. Hal-hal yang perlu diamati pada sebuah model meliputi unsur-unsur seni rupa seperti garis, bidang, ruang, warna, tekstur, dan gelap-terang. Kemudian juga mengamati prinsip komposisi seperti proporsi, keseimbangan, keselarasan, dan penekanan. Pengamatan yang serius artinya melihat objek model secara mendetil pada semua sisi, misalnya arah garis, tekstur, dan cahaya yang menimpa objek serta bayangan yang jatuh ke lantai. Intensitas cahaya yang menghasilkan gradasi membentuk plastisitas benda, akan lebih terlihat dengan cara mengecilkan/menutup sebelah mata. 57

59 Benda yang mengkilat akan memantulkan cahaya ke mata kita. Pantulan itu mungkin akan terlihat berupa titik, garis atau bidang yang berwarna putih. Bagianbagian yang memantulkan cahaya ini harus diamati secara cermat, karena sangat dipengaruhi oleh cahaya yang datang dari segala penjuru. Oleh sebab itu untuk memudahkan pengamatan buatlah suatu sumber cahaya yang dominan dari satu arah. Memulai kegiatan mensket adalah membentuk garis singgung luar objek (lay out). Tujuan garis lay out adalah agar objek gambar nantinya tidak terlalu kepinggir, berat sebelah, terlalu kecil maupun terlalu besar. Artinya akan ada bagian bidang gambar yang kosong mengelilingi objek gambar, jika diberi bingkai tidak akan menutupi objek gambar. Selanjutnya membuat pola-pola garis besar objek tersebut. Kemudian mulai mensket satu-persatu objek dalam polapola garis besar tadi. Membuat lay out dan pola-pola garis besar objek gambar sangat penting artinya supaya tercipta proporsi yang wajar sesuai model yang ditiru. Kegiatan ini bisa 58

60 saja ditinggalkan kalau mahasiswa sudah terampil mensket tanpa menentukan lay out dan garis pola objek. Mungkin bagi mahasiswa yang sudah mahir mensket tidak diperlukan lagi garis-garis bantu tersebut. Contoh lay out dan pola-pola garis besar objek dapat dilihat pada gambar berikut : lay out bidang gambar 59

61 lay out pola-pola garis besar objek pola-pola garis besar objek bidang gambar Setelah ditetapkan lay out pada bidang kertas, lalu dibuat pola-pola garis besar objek yang akan digambar. Pola tersebut dapat dikembangkan lagi lebih banyak supaya setiap bagian dari objek tersebut mendapat posisi yang benar. Tindakan selanjutnya adalah membuat sketsa setiap bagian objek di dalam pola-pola yang telah tersedia tadi. Lakukan sketsa dengan lengkap sebelum 60

62 diarsir. Kemudian barulah diarsir dengan ketepatan gelap terang sesuai model yang ditiru. 4. Mengarsir objek gambar Langkah keempat dalam menggambar bentuk adalah mengarsir objek gambar. Kegiatan ini akan mengkahasilkan bentuk benda yang terlihat jelas dan plastisitas. Mengarsir berarti menampilkan gelap terang pada objek gambar dengan menggunakan garis-garis pendek yang tersusun rapi. Variasi rapat dan jarangnya arsiran, ditekan kuat atau lembut pensilnya ketika digoreskan akan menghasilkan kesan intensitas cahaya yang berbeda dari gelap ke terang dan sebaliknya. Perubahan cahaya dari gelap ke terang yang secara berangsur-angsur itu disebut dengan gradasi sehingga benda terlihat plastis. Mengarsir juga bertujuan menampilkan bayangan benda dan kedalaman, sehingga benda terlihat semakin jelas serta menonjol. Hasil akhir yang diharapkan adalah benda terlihat nyata tiga dimensional seperti objek model yang ditiru. 61

63 lay out bidang gambar 5. Finishing gambar Langkah kelima dalam menggambar bentuk adalah finishing (penyelesaian karya). Pada tahap ini yang penting diperhatikan adalah lingkungan objek gambar yang disebut background (latar belakang). Setelah objek utama dikerjakan secara cermat maka latar belakang juga harus dikerjakan dengan cermat supaya mendukung penampilan objek utama tadi. Tujuan dari finishing ini adalah agar karya tersebut siap untuk dipajangkan dalam 62

64 arti yang ferfect (sempurna). Kesempurnaan gambar tersebut biasanya diakhiri dengan membubuhkan identitas seniman (penggambar) pada bagian tertentu dari gambar. Pembubuhan identitas seniman itu termasuk bagian seni karya yang mendapat penilaian, sehingga perlu diperhatikan bentuk, ukuran, posisi letaknya, dan warnanya (kalau ada). 63

65 BAB VII PERANAN SKETSA DALAM GAMBAR BENTUK 1. Pengertian Sketsa dan Peranannya Sketsa adalah gambar rancangan dari sebuah model, yang nantinya akan dilanjutkan dengan mengarsir untuk menghasilkan bentuk yang sesungguhnya. Sketsa berupa garis-garis halus yang mewakili kontur setiap objek model. Garis merupakan elemen utama dalam menggambar bentuk, karena hakekat dari menggambar adalah menghasilkan goresan atau garis-garis yang berperan mewujudkan karakter bentuk. Garis berguna untuk membuat skets objek dan juga untuk mengarsir objek. Pada awal menggambar bentuk dilakukan gambar sketsa, yang kesemuanya merupakan rangkaian garis untuk membentuk kerangka objek. Jadi garis merupakan faktor yang utama dari sebuah gambar, karena menggambar juga berarti kegiatan coret-mencoret guna menghasilkan suatu bentuk di atas bidang gambar. Garis yang spontan terlihat lebih menarik daripada garis bersambung-sambung atau berulang- 64

66 ulang. Garis spontan adalah garis yang tarikannya sekali tarikan dengan tidak ragu-ragu, tetapi langsung membentuk sesuai yang diharapkan. Sedangkan garis yang tarikannya ragu-ragu akan menghasilkan garis bergelombang atau bergerigi sehingga penampilan objek terlihat tidak menarik. Peranan sketsa adalah untuk mendapatkan bentuk yang memiliki proporsi, perspektif, dan komposisi terhadap luasnya bidang gambar. Oleh sebab itu sketsa memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil naksimal sebuah gambar bentuk. Kegagalan memperoleh sketsa yang baik, berpotensi besar akan menghasilkan gambar yang tidak mirip, begitu juga dengan arah perspektif yang salah pada sketsa akan merusak hasil gambar objek seutuhnya. 2. Prinsip dan Cara Membuat Sketsa Langkah awal dalam membuat sketsa adalah memperhatikan model dengan seksama. Kemudian menetapkan lay out (garis singgung luar) objek model. Setelah itu menentukan posisi kertas atau bidang gambar (vertikal atau horizontal) sesuai dengan kecendrungan 65

67 tinggi atau lebar objek model. Untuk menentukan lay out objek model dapat dibantu dengan membuat ruang intip atau jendela pandang dari selembar kertas HVS yang dilobangi di tengah-tengahnya, berukuran 3 X 4 cm. Kertas tadi dipegang mengarah kepada objek model, sehingga objek terlihat seluruhnya dari lobang kertas tersebut. Lobang kertas itu akan membantu anda menentukan posisi kertas, apakah harus horizontal atau vertikal. Di samping itu akan membantu dalam membuat skala perbesaran atau perkecilan gambar berdasarkan luas bidang gambar yang tersedia. Mulailah sketsa dengan menggambar kerangka objek yang bagian depan terlebih dahulu. Setelah itu secara bertahap dilanjutkan dengan objek yang ada di sampingnya, terus ke objek yang di belakang. Tekenan pensil ketika menskets adalah lembut, sehingga apa bila terjadi kesalahan garis tidak perlu dihapus, cukup membuat garis lain yang dianggap tepat. Jika menggunakan pensil berwarna ambillah warna yang paling terang, sehingga setelah diarsir nanti tidak akan terlihat lagi. Prinsipnya garis-garis pada sketsa adalah halus dan tidak perlu dihapus-hapus. 66

68 3. Presentasi Sketsa Sketsa adalah acuan utama untuk melanjutkan gambar dengan pengarsiran. Oleh sebab itu setelah sketsa selesai, berhentilah sejenak menggambar, lalu memperhatikan kesuaian skets dengan objek model. Mungkin pengamatan kita tidak selalu prima terhadap objek, oleh sebab itu lebih baik dibantu orang lain untuk mengamati ulang kecocokan skets dengan model tersebut. Setelah anda yakin betul bahwa skets itu sudah mewakili kerangka bentuk objek yang ditiru, barulah dilanjutkan dengan mengarsir. Pengamatan terhadap skets model yang ditiru perlu diteliti terutama yang berkaitan dengan proporsi. Proporsi tersebut juga dipengaruhi oleh perspektif pada benda-benda kubistis sehingga tercapai kewajaran bentuk berdasarkan penglihatan. Bagi pemula sebaiknya didiskusikan dengan teman-teman supaya tampilan gambar tampak wajar sesuai model. 67

69 BAB VIII PENGUASAAN TEKNIK ARSIRAN (RENDERING) 1. Pengertian Teknik Arsiran (rendering) Arsiran adalah garis-garis pendek berjejer yang diterapkan pada suatu bidang sehingga menimbulkan kesan gelap-terang. Semakin rapat garis-garis pendek berjejer yang diterapkan pada suatu bidang akan memberi kesan semakin gelap. Sebaliknya semakin jarang garis-garis pendek berjejer digoreskan pada suatu bidang akan memberi kesan semakin terang. Arah garis dalam mengarsir objek gambar juga sangat mendukung penampilan gambar supaya menarik. Ada beberapa arah arsiran gambar yang biasa digunakan antara lain : arah horizontal, vertikal, miring, dan bersilang. Orang-orang kreatif mungkin bisa mengarsir dengan arah garis lain seperti melingkar, zig-zag, dll. Kemudian penekanan pensil yang bervariasi antara ditekan keras, sedang, dan lembut akan menghasilkan tebal-tipisnya goresan yang bervariasi pula. Hal ini juga sangat bagus untuk mendapatkan kesan cahaya yang plastisitas atau gelap terang benda terlihat wajar sesuai objek model. 68

70 Bentuk yang tercipta adalah tampilan objek sebagai sketsa, sedangkan objek gambar yang sesungguhnya akan terlihat setelah diarsir atau finishing. Bentuk sketsa adalah rancangan awal sebuah gambar yakni berupa kontur-kontur atau kerangka objek. Bentuk sketsa sangat penting untuk memperoleh ketepatan proporsi dan perspektif garis. Garis yang digoreskan pada bentuk sketsa adalah garis tipis, dimana setelah diarsir nanti garis tersebut akan hilang atau tertutup oleh arsiran. Bentuk seutuhnya dari objek model akan tampil setelah diarsir dengan gelap terang yang sesuai kenyataan pada objek tersebut. Bentuk seutuhnya dapat dikatakan sebagai foto copy dari objek yang ditiru. Oleh sebab itu syarat utama bentuk utuh adalah kemiripan yang sempurna (representatif) terhadap objek yang ditiru. Mengarsir berarti membuat suatu kesan gelapterang pada suatu bidang dengan garis-garis pendek berjejeran. Bidang yang dimaksudkan dalam menggambar bentuk adalah sisi suatu benda. Misalnya gambar sebuah botol, maka sisi luar botol tersebut akan 69

71 diasir sehingga terlihat gelap-terang yang plastis melengkung, sesuai sisi botol tersebut. 2. Jenis-jenis arsiran (rendering) Teknik mengarsir bermacam-macam caranya sehingga memunculkan kesan lebih menarik, lebih lembut, atau lebih ekspresif. Arah garis-garis arsiran tersebut antara lain : arsiran horizontal, vertikal, miring, atau pun gabungan. Selain itu ada jenis arsiran yang lebih unik yaitu bentuk lingkaran-lingkaran kecil dan berupa kumpulan titik-titik. Arsiran horizontal adalah arsiran yang sejajar dengan garis tanah. Jika objek yang diarsir berupa benda kubistis maka arsiran tersebut berjejer lurus pada sisi luar kotak yang sejajar dengan tanah. Jika objek bersifat silendris seperti botol maka arsiran akan berjejer melengkung pada sisi luar botol sejajar dengan tanah. 70

72 Gb. 22. Arsiran Horizontal : Gambar oleh Mesra Arsiran vertikal adalah arah arsiran yang tegak lurus terhadap tanah. Penerapan arsiran vertikal bararti berlawanan dengan arsiran horizontal. Kesan arsiran vertikal seperti pagar-pagar yang berdiri rapat lengket pada suatu bidang rata atau pun melengkug. Arah garis vertikal biasanya dapat mendukung bentuk terkesan lebih tinggi atau memberi kesan lebih langsing. Hal ini juga perlu diperhatikan ketika memberi arsiran pada objek gambar, supaya bentuk objek nampak lebih menarik. 71

73 Gb. 23. Arsiran Vertikal : Gambar oleh Mesra Arsiran miring adalah arah garis arsiran dengan kemiringan derajat dari garis tanah. Jika yang diarsir berupa kotak maka arsiran terlihat membentuk garis-garis diagonal pada sisi luar kotak tersebut. Jika objek yang diarsir berupa benda silendris seperti botol maka arsinya terlihat seperti ulir pada sekrup atau baut. Arsiran miring merupakan teknik arsiran yang lebih mudah dibuat, karena kebiasaan orang menggerakkan engsel pergelangan tangan ketika menulis, sehingga lebih mudah membuat garis-garis miring. 72

74 Gb. 24. Arsiran Miring : Gambar oleh Mesra Selanjutnya arsiran gabungan merupakan perpaduan dua jenis arsiran sekaligus pada suatu sisi objek, sehingga tejadi bentuk arsiran silang baik antara horizontal dengan vertikal, persilangan dua arah arsiran miring (miring kanan dan miring kiri), persilangan arsiran miring dengan horizon, dan persilangan arsiran vertikal dan miring. Secara umum arsiran silang terlihat lebih hidup atau agresif pada objek. Hal ini sudah terbukti banyaknya para illustrator majalah, komik, dan cerita bergambar lainnya menggunakan arsiran silang. Jarak garis-garis arsiran silang yang teratur membentuk kesan 73

75 seperti jaring yang menyelimuti suatu objek. Jadi arsiran tersebut memberi kesan yang kuat terhadap objek yang ditampilkan. Arsiran Silang Miring Gb. 27. Arsiran Pointilis : Gambar oleh Mesra 74

76 Gb. 28. Arsiran lengkung-lengkung : Gambar oleh Mesra Untuk mendapatkan kesan rata pada suatu bidang lebih mudah kalau menggunakan arsiran horizontal atau vertikal. Sedangkan untuk mendapatkan kesan plastis dari objek yang melengkung lebih mudah menggunakan arsiran horizontal yang melengkung. 75

77 BAB IX PENGGUNAAN WARNA DALAM MENGGAMBAR BENTUK I 1. Pengetahuan Warna dalam Gambar Bentuk I Hampir semua objek yang kita jadikan model dalam menggambar memiliki warna. Hal ini merupakan anugrah alam yang memberikan kesenangan kepada kita dalam memandangnya. Warna akan terlihat jika adanya cahaya, artinya jika tidak ada cahaya maka semua benda tidak akan terlihat sehingga tidak tahu warnanya. Warna adalah pantulan cahaya yang jatuh ke permukaan benda dimana akan terlihat berbeda-beda berdasarkan sifat material benda tersebut. Para ahli menjadikan cahaya matahari sebagai studi terhadap elemen warna yang tidak terlihat kasat mata. Suatu cara untuk melihat elemen warna tersebut adalah dengan menggunakan prisma kaca yang dihadapkan kepada cahaya matahari, dimana akan muncul pancaran sinar berwarna. Elemen warna dari cahaya matahari akan jatuh kepada benda yang kita lihat, lalu pantulan warnanya akan sampai ke mata kita sehingga terlihatlah warna tersebut. Pantulan warna yang terlihat oleh mata kita 76

78 tersebut akan bervariasi warnanya sehingga dapat dikatakan berjuta-juta warna ada di alam. Warna yang sudah tersedia di alam disebut sebagai warna alami bersumber dari cahaya mata hari dan bintang. Cahaya bintang mungkin tidak sampai ke bumi sehingga tidak cukup bagi kita untuk melihat warna suatu objek. Warna matahari memang sangat terang sehingga warna-warni objek jelas kelihatan. 2. Teori Warna Warna-warna yang datang dari alam disebut warna alami. Warna-warna tersebut terbagi atas warna dasar disebut warna primer, warna turunan pertama dari warna dasar disebut warna sekunder, dan warna turunan kedua dan seterusnya disebut warna tersier. Warna primer yang terlihat pada prisma kaca adalah Merah, Biru, dan Kuning. Warna sekunder adalah warna irisan antara dua warna primer, yaitu Ungu (violet), Hijau, dan Orange. Sedangkan warna tersier adalah irisan antara dua warna sekunder dan atau campuran warna sekunder dengan warna primer. 77

79 Kemampuan manusia menciptakan warna hanyalah mencampur warna-warna yang sudah ada dari alam. Manusia menghancurkan pigmen-pigmen warna yang sudah tersedia di alam menjadi serbuk atau tepung warna. Kemudian serbuk warna tadi bisa dilarutkan kembali dengan zat cair seperti air, minyak, tiner, dll. Manusia menciptakan media warna berupa pensil warna, pulpen warna, spidol, crayon, cat air, cat minyak, gincu, wantex, dll. Hal ini bertujuan memberi kemudahan kepada orang untuk menggunakan sesuai keperluannya. Dengan demikian media warna dapat diproduksi banyak, bisa diawetkan, dan dapat dipergunakan kapan saja diperlukan. Dalam menggambar bentuk, manusia hanya bertugas menyusun warna-warna pada objek gambar berdasarkan penglihatannya terhadap objek model. 3. Aspek-Aspek dalam Warna Penggunaan warna dalam menggambar tentu perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang ada dalam warna tersebut. Kita dapat merasakan dan membedakan antara gambar hitam-putih dengan gambar berwarna. Aspek 78

80 pertama dari warna adanya kecerahan. Sifat dari pigmen warna ada yang memantulkan warna cerah sekali atau terang, yang terasa ringan. Warna-warna demikian biasanya disukai sebagian orang seperti anak-anak, dan orang yang menggunakannya untuk kepentingan iklan. Kemudian ada juga partikel warna yang memantulkan warna gelap, sehingga terlihat kesan berat. Warna demikian biasanya disukai oleh orang-orang dewasa atau tua. Aspek kedua adalah ketajaman warna, artinya warna tersebut memancarkan pigmen-pigmen secara jelas, sehingga tampak berkualitas atau berbobot. Dalam menggambar bentuk yang bertujuan menampilkan objek semirip mungkin dengan yang ditiru, maka aspek ketajaman warna sangat diperlukan untuk mendapatkan akurasi bentuk (representatif). Objek yang perspektif tentu menuntut adanya gradasi warna mulai dari yang gelap sampai kepada yang paling terang. Warna terang yang diharapkan adalah yang memiliki bobot atau berkualitas. Gradasi warna pada objek model akan dipengaruhi oleh sumber cahaya, misalnya matahari, lampu pijar, lampu TL (neon), dan lampu berwarna. 79

81 4. Penerapan Arsiran Berwarna Proses menggambar dengan teknik arsiran juga dapat menggunakan warna dari media-media yang bisa menghasilkan garis, misalnya pensil warna, pulpen warna, spidol, carkol, dan lain-lain. Paling umum orang mengarsir dengan pensil warna karena variasi warnanya yang banyak serta lebih mudah didapat. Pensil warna yang akan dijadikan media arsiran mempunyai sifat-sifat yang berbeda, sehingga kita harus selektif menggunakannya supaya hasil yang dicapai akan memuaskan. Pigmen pensil ada yang keras, sedang, dan lembut. Pensil dengan pigmen keras biasanya warnanya kurang terang dan sulit dicampur dengan warna lain. Pensil yang keras harus ditekan kuat selalu sehingga terjadi pemadatan pada permukaan kertas gambar. Akibatnya pigmen cat yang digoreskan berikutnya sulit melengket pada permukaan kertas yang licin karena pemadatan tadi. Misalnya suatu bidang datar sudah kita warnai dengan satu warna polos, kemudian kita ingin mencampur dengan satu warna lain lagi, ternyata pigmen warna yang baru tidak menyatu dengan yang sudah ada. 80

82 Pensil yang Sedang kerasnya lebih mudah mencampur warna dan tekanan pensil bisa dilakukan secara berbeda pula untuk mendapatkan gradasi. Warna yang dihasilkan lebih cerah dan hasil pencampuran warna juga lebih menyatu. Pemadatan yang tercipta pada permukaan kertas tidak terlalu keras sehingga masih memungkinkan goresan berikutnya masih bisa lengket pada warna yang sudah ada. Di samping kecerahan warna dan kemudahan mencampur warna juga lebih tahan lama, dimana pigmen warna bisa menyatu sama lain serta lengket cukup kuat pada permukaan kertas. Pensil warna yang lembut kelebihannya adalah sangat mudah mencampur warna dan tampak lebih cerah. Kelemahannya adalah tidak bisa ditekan kuat karena mudah patah. Akibatnya kepadatan pigmen yang melengket pada permukaan kertas tidak terlalu kuat. Ikatan pigmen satu sama lainnya juga kurang kuat sehingga mudah terlepas. Diperkirakan hasil gambar tersebut tidak bertahan lama. Pensil jenis lembut ini ada juga yang berbasis cat air, artinya setelah selesai diwarnai dengan teknik arsir lalu dikuaskan air, maka dia 81

83 berubah menadi cat air. Tetapi dalam menggambar teknik arsir tentu tidak perlu dikuaskan air. 5. Hubungan Antara Berbagai Warna Menggambar bentuk yang menggunakan beberapa benda model atau sekelompok benda akan menimbulkan warna-warna irisan. Dua warna yang berbeda jika didekatan satu sama lain akan menimbulkan warna bias. Warna yang muncul merupakan pantulan dari dua warna yang berbeda. Dua warna berbeda yang diletakkan berdekatan, maka memunculkan warna baru. Misalnya objek berwarna merah didekatkan dengan objek berwarna kuning, maka pada bagian pertemuan antara kedua objek tersebut akan muncul warna baru yaitu warna orange. Artinya terdapat suatu ikatan antara dua warna berbeda jika diletakkan berdekatkan, namun jika diletakkan terpisah maka warna baru tersebut tidak akan ada. Bagaimana kalau lebih dari dua warna yang didekatkan satu sama lain? Tentu saja akan muncul warna-warna bias yang banyak pula. Hal ini akan memperkaya warna yang sudah ada, sehingga dapat berkesan terlalu ramai. 82

84 Oleh sebab itu seorang penggambar akan selektif memilih warna-warna objek yang akan dijadikan model. Memilih warna objek model juga merupakan salah satu bentuk kreativitas. Memadukan beberapa model dengan warna berbeda-beda seharusnya dapat menambah nilai estetis. Prinsip komposisi dapat menjadi pedoman penataan objek model yang berwarna-warni, baik sebagai irama /pengulangan, sebagai kontras, dan central focus (pusat perhatian). 83

85 BAB X HAL-HAL YANG DINILAI PADA GAMBAR BENTUK Menggambar bentuk menuntut konsentrasi penuh si penggambar dalam mengamati objek yang ditiru secara mendetil dan memindahkannya ke bidang gambar. Kadang-kadang keseriusan memperhatikan objek itu dapat membuat si penggambar lupa terhadap komposisi dan finishing karya. Misalnya ada gambar yang sudah representatif dari model yang ditiru, tetapi objeknya terlalu kecil jika dibandingkan dengan luasnya bidang gambar, ada juga terlalu berat ke kiri, ke kanan, ke atas, atau ke bawah. Kemudian ada juga gambar yang sudah selesai dikerjakan tetapi tidak dicantumkan identitas senimannya (sering terjadi tugas-tugas kuliah yang tidak dituliskan nama pemiliknya). Kesalahan kecil itu ternyata merugikan sekali bagi si penggambar, karena prinsip-prinsip menggambar meletakkan komposisi sebagai yang utama mendapat penilaian. Pada kesempatan ini penulis merasa perlu mengingatkan mahasiswa akan hal-hal yang menjadi penilaian pada sebuah karya gambar bentuk sebagai berikut : 84

86 1. Komposisi Penilaian pertama pada karya gambar bentuk adalah komposisi objek gambar, yaitu tata letak benda di tengah-tengah bidang gambar terlihat seimbang atau wajar. Objek gambar terlihat tidak terlalu kecil atau terlalu besar jika dibandingkan luasnya bidang gambar. Posisi kertas (bidang gambar) baik secara horizontal (mendatar) maupun vertikal (tegak) menunjukkan kecendrungan objek gambar yang terkesan melebar ataupun meninggi. Kesalahan yang sering terjadi pada gambar bentuk hasil tugas-tugas perkuliahan adalah mahasiswa menampilkan objek gambar yang cendrung meninggi, tetapi posisi kertasnya adalah mendatar. Posisi objek gambar yang terkesan berat ke bawah tidak diimbangi dengan penggarapan background pada bidang kosong di atas. Akibatnya adalah komposisi dari gambar secara keseluruhan tidak estetis. 2. Proporsi Penilaian kedua pada gambar bentuk yaitu ketepatan proporsi objek sesuai model yang ditiru. 85

87 Proporsi benda secara sendiri-sendiri (benda tunggal) lebih mudah dicapai ketepatannya oleh mahasiswa. Tetapi ketika benda tidak berdiri sendiri (berkelompok) sering terjadi proporsi tidak wajar antara benda yang satu dengan yang lainnya. Misalnya pada model yang ditiru faktanya benda A lebih lebar daripada benda B, tetapi pada gambar malah terjadi sebaliknya. Proporsi adalah perbandingan ukuran antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, oleh karena itu disebut juga prinsip perbandingan. Prinsip proporsi berkenaan dengan pertimbangan besar- kecil, luassempit, panjang-pendek, atau tinggi-rendahnya bagian satu dengan bagian lainnya. Dalam seni rupa prinsip proporsi ini yang lebih penting adalah proporsi pada objek karya itu sendiri. Perbandingan ukuran elemen-elemen yang membangun suatu objek itulah yang paling utama. Misalnya gambar sebuah botol, akan dilihat perbandingan antara tinggi dan lebar botol, panjang leher botol dibandingkan dengan tinggi botol, lebarnya mulut botol dibandingkan dengan lebar alas botol, dan sebagainya. Setelah itu akan dilihat lagi perbandingan antara suatu benda dengan benda lain 86

88 yang ada di sampingnya. Misalnya sebuah gelas diletakkan di samping ceret, maka perbandingan ukuran besar-kecil, tinggi dan lebar antara kedua benda tersebut dibandingkan. Selanjutnya perbandingan digunakan untuk mempertimbangkan luas bidang gambar dengan objek yang digambar, misalnya membandingkan patung dengan ruang yang ditempati. Kertas gambar yang lebar dengan objek gambar yang kecil sudah barang tentu kurang proporsional. Hal ini sering kita lihat pada gambar murid-murid SD, dimana seringkali mereka menampilkan objek yang kecil-kecil pada bidang gambar yang luas. Misalnya mereka menggambarkan sekolah, kantor-kantor pemerintahan, hotel, supermarket, mesjid, gereja dan lainnya sekaligus, tetapi kertas gambarnya baru terisi sepertiga bagian tengah. Seringkali prinsip proporsi dikacaukan dengan prinsip skala. Hal tersebut khususnya dalam kegiatan berkarya seni rupa yang merepresentasikan kondisi riil atau sesungguhnya. Misalkan yang digambar adalah objek botol, gelas, dan piring. Berdasarkan kondisi riil botol lebih tinggi dari pada gelas dan piring. Piring memiliki 87

89 ukuran lebih lebar dari pada botol dan gelas. Maka pada saat proses menggambar dapat dilakukan skala, misalnya tiggi botol 2,5 kali tinggi gelas, lebar piring dua kali tinggi gelas dan sebagainya. Ini adalah penerapan proporsi secara riil atau aktual. Dapat ditegaskan kembali bahwa prinsip perbandingan lebih menekankan pada variasi dan keragaman ukuran unsur yang satu dengan yang lain akan tetapi tetap dalam satu kesatuan, perbandingan itu bisa saja secara aktual, atau dapat dilakukan upayaupaya penyimpangan. Proporsi terlihat pada perbandingan ukuran pada objek sendiri dan perbandingan ukuran dengan objek lain 88

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Kegiatan Belajar 1 Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Seorang seniman atau desainer (perancang) mengolah unsur-unsur seni rupa sesuai dengan keahlian dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni Pengertian Seni Rupa Secara sederhana, seni rupa adalah ungkapan ide atau perasaan yang estetis dan bermakna dari pembuatnya yang diwujudkan melalui media rupa yang bisa ditangka dan dirasakan dengan rabaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

BAB III Membuat Sketsa

BAB III Membuat Sketsa BAB III Membuat Sketsa Pada dasarnya sketsa merupakan sebuah gambar sederhana dengan sentuhan goresan pensil namun tetap memperlihatkan nilai estetika pada objek yang digambar. Permasalahannya menggambar

Lebih terperinci

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS KOMBINASI UNSUR-UNSUR DESAIN 1.Jenis Kombinasi Unsur Desain Dalam memilih dan memadukan sejumlah unsur desain, seorang desainer hanya memiliki 4 (empat) kemungkinan atau paduan yang dapat dilakukannya.

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Konsep Dasar Penataan Display Penataan berasal dari kata bahasa Inggris display yang artinya mempertunjukkan, memamerkan, atau memperagakan sesuatu

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM

Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM BAB II MEMBUAT SKETSA Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM Kompetensi Dasar : Men-Sketsa Materi Pembelajaran : 1. Sketsa bentuk 2. Sketsa

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd DIMENSI WARNA DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd Warna panas: adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning Warna dingin, adalah kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

4.1 MENGGAMBAR ALAM BENDA BUATAN MANUSIA

4.1 MENGGAMBAR ALAM BENDA BUATAN MANUSIA BAB 4 ALAM BENDA Bila pada pertemuan sebelumnya, diperkenalkan bagaimana mengamati dan menggambarkan tanaman pohon yang terbentuk oleh alam, maka pada pertemuan berikutnya, akan diperkenalkan benda-benda

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

MENGGAMBAR 1 HAND OUT DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG. DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd

MENGGAMBAR 1 HAND OUT DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG. DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd MENGGAMBAR 1 HAND OUT DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Macam Bentuk Gambar Bentuk bentuk adalah suatu proses pernyataan kembali hasil pengamatan

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

Apa itu Rupa dasar?desain dasar?

Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Rupadasar 2D Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Ilmu yang mempelajari Nirmana Ilmu yang mengajarkan unsur elemen yang ada pada sebuah karya seni/desain. Ilmu yang mengorganisasi unsur atau elemen agar menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PERSPEKTIF

MENGGAMBAR PERSPEKTIF BAB III MENGGAMBAR PERSPEKTIF Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM Kompetensi Dasar : Menggambar Perspektif Materi Pembelajaran : Teknik menggambar

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA MATA KULIAH DASAR-DASAR MENGGAMBAR TERHADAP MENGGAMBAR MODEL

PENGARUH BEBERAPA MATA KULIAH DASAR-DASAR MENGGAMBAR TERHADAP MENGGAMBAR MODEL PENGARUH BEBERAPA MATA KULIAH DASAR-DASAR MENGGAMBAR TERHADAP MENGGAMBAR MODEL Mesra Abstrak Mahasiswa seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan menggambar model. Persoalannya adalah tidak

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan kepada benak konsumen. Dalam komunikasi, kita harus mempertajam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan kepada benak konsumen. Dalam komunikasi, kita harus mempertajam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Desain Keunggulan bersaing perusahaan, sesungguhnya adalah keunggulan komunikasi sehingga masalah dalam bersaing adalah masalah dalam penyampaian pesan kepada benak konsumen.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : Seni Budaya (Seni Rupa) : VIII E dan VIII F /Satu : Menggambar Model

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : Seni Budaya (Seni Rupa) : VIII G dan VIII H /Satu : Menggambar Model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis Alasan penulis mengangkat momen keluarga sebagai sumber ide dalam penciptaan seni grafis, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I. PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang kami menulis makalah ini ialah untuk menjelaskan karya seni rupa dua dimensi secara lebih rinci. Penjelasan karya seni rupa dua dimensi akan meliputi

Lebih terperinci

Modul MK Gambar Bentuk

Modul MK Gambar Bentuk Modul MK Gambar Bentuk Oleh Abdul Aziz, S.Sn.,M.Med.Kom Menggambar Kata menggambar atau kegiatan menggambar dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN Keragaman seni budaya bangsa Indonesia, diantaranya terlihat melalui produk kriya tradisional tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan karakter dan gaya seni masing-masing. Kehadiran

Lebih terperinci

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn Modul ke: Studio Desain 1 Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN IPS SD 2. Penggunaan Media Grafis Bagan dalam Pembelajaran

MAKALAH PENDIDIKAN IPS SD 2. Penggunaan Media Grafis Bagan dalam Pembelajaran MAKALAH PENDIDIKAN IPS SD 2 Penggunaan Media Grafis Bagan dalam Pembelajaran Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPS SD 2 yang dibimbing oleh Roby Zulkarnain Noer, M.Pd dan Mety Toding

Lebih terperinci

Bab. Berkarya Seni Rupa Dua Dimensi (2D) Peta Materi. Semester 1. Pengertian. Unsur dan Objek. Berkarya Seni Rupa 2 D. Medium, Bahan, dan Teknik

Bab. Berkarya Seni Rupa Dua Dimensi (2D) Peta Materi. Semester 1. Pengertian. Unsur dan Objek. Berkarya Seni Rupa 2 D. Medium, Bahan, dan Teknik Semester 1 Bab 1 Berkarya Seni Rupa Dua Dimensi (2D) Peta Materi Pengertian Unsur dan Objek Berkarya Seni Rupa 2 D Medium, Bahan, dan Teknik Proses Berkarya 1 Setelah mempelajari Bab 1 ini peserta didik

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA Anita Iskhayati, S.Kom Apa Itu Three-Point Lighting? Three-point lighting (pencahayaan tiga titik) adalah metode standar pencahayaan yang digunakan dalam fotografi,

Lebih terperinci

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery) BAB III TATA DEKORASI STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery) KOMPETENSI DASAR : Menyebutkan pengertian Dekorasi Menyebutkan Tujuan dan Fungsi Dekorasi Menyebutkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis

BAB III. A. Implementasi Teoritis BAB III A. Implementasi Teoritis Penciptaan karya seni merupakan usaha untuk merealisasikan suatu keinginan, pikiran, perasaan dan sebuah harapan tertentu yang ada dalam batin seniman yang diwujudkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan pada banyak media yang ditemukannya, seperti dinding, kain alas tempat tidur, kertas,

Lebih terperinci

TEORI VITRUVIUS : 3. FIRMITAS KEKUATAN

TEORI VITRUVIUS : 3. FIRMITAS KEKUATAN PENGANTAR ARSITEKTUR TEORI VITRUVIUS : 1. VENUSTAS KEINDAHAN 2. UTILITAS FUNGSIONAL 3. FIRMITAS KEKUATAN oleh : Ririn Dina Mutfianti PEMAHAMAN VENUSTAS DALAM DESAIN PADA DASARNYA DESAIN DAPAT DIPAHAMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll. SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI 1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang ingin dicapai Menyebutkan macam-macam

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KKDD13103 MENGGAMBAR 1 Disusun oleh: Muhammad Rio Akbar, S.Ds, M.Sn PROGRAM STUDI S1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA 42 BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1 Gambar 4.1 Judul : Momen 1 Edisi : 3/5 Tahun : 2016 Karya pertama ini merupakan salah satu momen bahagia dalam keluarga dimana ada sepasang suami istri yang tidak sabar

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET 4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET Standar Kompetensi : Peserta didik dapat mengidentifikasi cara menggambar dengan cara: isometri, dimetri, trimetri, prespektif, gambar sket dengan menggunakan tangan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. DESAIN BENTUK DASAR Sebelum memasuki proses ini, Sebelumnya penulis berkordinasi dengan dosen pembimbing mengenai desain yang seperti apa yang nantinya akan diproduksi. Penilaian

Lebih terperinci

Aug 14, '08 2:21 PM untuk. Konsep Seni Rupa

Aug 14, '08 2:21 PM untuk. Konsep Seni Rupa Konsep Seni Rupa Aug 14, '08 2:21 PM untuk 1. Konsep Seni Rupa meliputi: Hakikat Seni Rupa, Aspek-aspek Karya Seni Rupa dan Ragam Seni Rupa. 2. Dalam pengertian luas, seni rupa dapat dipahami sebagai produk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.3 Desain Grafis Menurut Blanchard (1986) mendefinisikan desain grafis sebagai suatu seni komunikasi yang berhubungan dengan industri, seni dan proses dalam menghasilkan gambaran

Lebih terperinci

Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis

Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis 1. Definisi Desain Grafis Desain grafis dapat diartikan sebagai media penyampaian informasi kepada yang membutuhkan (masyarakat) yang disampaikan dalam bentuk

Lebih terperinci

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT! PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT! 1. Teknik komposisi biasanya berkaitan dengan... a. Garis Horizon b. Gelap Terang c. keselarasan d. Garis tebal-tipis e. Jauh dekat 2. Warna asli dan bukan

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

Menggambar Unsur Unsur Tata Letak / Stefanus Y. A. D / 2013

Menggambar Unsur Unsur Tata Letak / Stefanus Y. A. D / 2013 1 KATA PENGANTAR Bahan ajar ini mempelajari tentang unsur unsur tata letak yang akan menjiwai rancangan desain komunikasi visual, agar hasil rancangan dapat berkualitas dan secara visual sedap dipandang.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Rancangan poster puzzle magnet ini memilik keterkaitan dengan lingkungan fisik, dimana bahan yang digunakan aman digunakan untuk anak-anak. Selain keterkaitan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II KODE : MKK 13204 MATA KULIAH / SKS : Nirmana II (Dwimatra Lanjut & Trimatra) / 3 SKS SEMESTER / PROG. STUDI : II / Keris dan Senjata Tradisional JURUSAN / FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA A. Tahap Produksi Media Pada tahap produksi media promosi ini penulis melakukan beberapa tahapan mulai dari sebelum produksi hingga proses produksi media. Adapun ltahapan

Lebih terperinci

Tipografi Aplikatif TIPOGRAFI IKLAN MEDIA CETAK. Ir. Kamil Rusdi Abdullah, M.Si. Modul ke: 15Fakultas FAKULTAS DESAIN DAN SENI KREATIF

Tipografi Aplikatif TIPOGRAFI IKLAN MEDIA CETAK. Ir. Kamil Rusdi Abdullah, M.Si. Modul ke: 15Fakultas FAKULTAS DESAIN DAN SENI KREATIF Modul ke: TIPOGRAFI IKLAN MEDIA CETAK 15Fakultas FAKULTAS DESAIN DAN SENI KREATIF Program Studi DESAIN PRODUK Ir. Kamil Rusdi Abdullah, M.Si Anatomi Paragraf Bagian Isi Memberikan pemahaman dan wawasan

Lebih terperinci

Prinsip Desain poster

Prinsip Desain poster Desain Poster Pengertian Poster Poster adalah gambar pada selembar kertas berukuran besar yang digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster merupakan alat untuk mengiklannkan sesuatu,

Lebih terperinci

1 of 5 11/5/2010 7:37 AM

1 of 5 11/5/2010 7:37 AM 1 of 5 11/5/2010 7:37 AM Meski nirmana dipahami sebagai sebuah bentuk yang tidak berbentuk. Dalam konteks desain komunikasi visual, nirmana memegang peranan penting perihal bagaimana menata dan menyusun

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

Mengenal Komposisi, POI, Rule of Third/Nine Point, Golden Mean, dan Framing Agar Foto Lebih Menawan

Mengenal Komposisi, POI, Rule of Third/Nine Point, Golden Mean, dan Framing Agar Foto Lebih Menawan What is Composition in Photography? Mengenal Komposisi, POI, Rule of Third/Nine Point, Golden Mean, dan Framing Agar Foto Lebih Menawan oleh Erwin Rizaldi Professional Photographer Indonesia erizaldi.multiply.com

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK 1.Nozzle Nozzle merupakan perangkat yang tidak kalah penting dalam pemadaman, fungsi nozzle ini adalah mempermudah

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034 Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034

Lebih terperinci

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA A. SIFAT-SIFAT CAHAYA Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Cahaya menurut sumber berasalnya ada 2 macam, yaitu: 1. cahaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian Gambar Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Karakteristik Gambar

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

05FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

05FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 05FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Foto Still Life dengan cahaya matahari. menginginkan efek pencahayaan. matahari (Natural Light). Namun. pada pemotretan Still Life yang

LAMPIRAN. Foto Still Life dengan cahaya matahari. menginginkan efek pencahayaan. matahari (Natural Light). Namun. pada pemotretan Still Life yang DUA Persiapan Pemotretan Still Life pada pemotretan Still Life yang menginginkan efek pencahayaan yang berbeda beda, kita bisa menggunakan cahaya buatan (Artificial Light). Keuntungan dari cahaya buatan

Lebih terperinci

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah : BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Konsep Desain Keunggulan bersaing perusahaan, sesungguhnya adalah keunggulan komunikasi sehingga masalah dalam bersaing adalah masalah dalam teknologi dan informasi.dalam komunikasi,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEMELAJARAN

DESKRIPSI PEMELAJARAN DESKRIPSI PEMELAJARAN MATADIKLAT : NIRMANA TUJUAN : 1. Memiliki kemampuan membuat eksplorasi pengembangan komposisi elemen estetis, membuat komposisi elemen estetis, dan membuat komposisi warna prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal yang melibatkan guru dan peserta didik di sekolah. Dalam interaksi belajar-mengajar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SD Negeri Sumogawe 04, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dengan jumlah

Lebih terperinci