ILMU PELAYARAN ASTRONOMI. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ILMU PELAYARAN ASTRONOMI. Oleh :"

Transkripsi

1 ILMU PELAYARAN ASTRONOMI Oleh :

2 Bagian dari ilmu pelayaran yg menggunakan penilikan dr benda angkasa. Tujuan: - Menentukan Kesalahan pedoman / Deviasi - Menentukan posisi kapal Saat ini banyak digunakan alat bantu navigasi elektronik utuk mengganti ilmu Pelayaran Astronomi. Ilmu Pel. Astronomi tetap di perlukan sebab: 1. Jika sistem navigasi elektronik rusak maka perlu pindah ke navigasi astronomi 2. Tdk benar berlayar tampa penglihatan hanya berdasar pada satu sistem saja.

3 TATA SURYA Matahari merupakan pusat tata surya kita dikelilingi oleh planet planet yaitu : 1. Mercuryus 2. Venus Planet dalam 3. Bumi 4. Mars 7. Uranus 5. Jupiter 8. Neptunus 6. Saturnus 9. Pluto PLANET LUAR

4 LANJUTAN Dari ke 9 planet yang mengelilingi matahari hanya 4 planet yang dapat dipergunakan untuk keperluar bernavigasi penentuan posisi secara astronomis yaitu : Venus Mars Hal ini dikarenakan Jupiter Saturnus - Jaraknya relatif dekat dengan bumi jika dibandingkan planet lain - Ukurannya cukup besar - Daya pantulnya cukup kuat

5 Semua planet yang mengelilingi matahari termasuk Bumi lintasannya berbentuk elleps. Nilai eksentrisitas dari pada eleps ± 0,017 Adapun peristiwa bumi mengelilingi matahari disebut Revolusi B2 B3 M B1 B4 EKLIPTIKA

6 Dalam peredarannya bumi mengelilingi matahari, sumbu putar bumi tidak tegak lurus terhadap bidang ekliptika, melainkan membentuk sudut l terhadap bidang ekliptika. Akibatnya Equator tidak berimpit dengan bidang ekleptika melainkan membentuk sudut l terhadap bidang ekleptika.

7 1.Tata Kordinat Horison Z Lingk. vertikal Diebut tata koordinat horison karena dlm penentuan Posisi suatu BA bidang horizon sebagai Bidang datarnya Tinggi sebuah Bintang dihitung Mengikuti lingkaran Vertikal dari BA Ybs, mulai dari Horizon sampai BA Ybs. S E t W Azimuth / T Cakrawala N Azimuth benda angkasa dihitung bidang horizon mulai dari titik selatan / utara dalam arah jarum jam sampai pada titik proyeksi benda angkasa di bidang horizon. N

8 1.1 Z 2 1 S 4 3 U N

9 1.2 Z S U N

10 2.TATA KORDINAT EQUATOR SBUT = LING HORIZON ZBNT = LING VERTIKAL EBQT = EQUATOR E Z KLU T S U B KLS Q KLU- B-T-KLS = LING DEKLINASI BENDA ANGKASA N

11 2.1 TATA KOORDINAT EKUATOR ADALAH TATA KOORDINAT DIMANA BIDANG EKUATOR SEBAGAI BIDANG DATARNYA KLU 2 Sedangkan unsur yang diukur adalah diklinasi benda angkasa dan Arcensiorekta. E * w v Q Untuk menyataakan diklinasi bintang V maka terlebih dahulu dibuat lingkaran diklinasi yg Melalui bintang V, dimana ling deklinasi tsb memotong ekuator pada W dgn demikian diklinasi bitang V adalah busur VW. KLS Arcensiorecta diukur mengikuti lingkaran equator yg dimulai dari titik Aries ke arah yang berlawananan deng peredaran harian dari pada Matahari Jadi Arsensiorecta daripada bintang V adalah QEW

12 2.2 KLU Ling. Declinasi Equator E SHA z Q KLS

13 3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA KLU KEU 21/6 E 4 3 Q 21/3 21/6 21/12 KES KLS

14 3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA KLU KEU E Q KLS

15 3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA KEU KLU 21/6 E 4 3 Q 21/3 21/6 21/12 KLS KES

16 DEFINISI- DEFINISI - Cakrawala sejati : Irisan angkasa / bidang yg melalui titik pusat angkasa, tegak lurus pada nornal penilik. - Cakrawala setempat : Bidang yg melalui mata penilik, sejajar dgn cakrawala sejati - Tepi langit sejati : Irisan angkasa dgn bidang kerucut yg dilukiskan oleh garis singgung pada bumi dari mata penilik. - Penundukan tepi langit sejati (pts) : Sudut antara arah tepi langit sejati dan cakrawala setempat. - Tepi langit maya : Batas bagian permukaan bumi yg masih terlihat oleh penilik - Penundukan tepi langit maya (ptm): Sudut antara arah tepi langit maya dan cakrawala setempat. - Tinggi mata : Tinggi mata penilik diatas permukaan laut. - Tinggi ukur (tu) : Sudut antara arah tepi langit maya dan benda angkasa yg terlihat ( tinggi yg terbaca pada pesawat sextan) - Tinggi sejati (ts) : Busur lingkaran tegak yg melalui benda angkasa, antara cakrawala sejati dan titik pusat benda angkasa.

17 lsa par tu ts pts ptm

18 tu-ptm-lsa lsa par tutu-ptmtu-ptm-lsa ptm ts

19 1. tu-ptm 3 2. tu-ptm-lsa 3. tu-ptm-lsa+par lsa par tu ts 3 ptm

20 3. tu-ptm-lsa+par 4. tu-ptm-lsa+par+1/2m 3 4. (ts)

21 PENUNDUKAN TEPI LANGIT MAYA ( Ptm) Refraksi bumiawi : - Sinar cahaya yg datang dari tepi langit hrs menempu lapisan terbawah dari udara - Sudut antara arah melihat benda di bumi dan arah sebenarnya Ptm=1.77 h

22 LENGKUNGAN SINAR ASTROMOMI (Lsa) = sudut antara arah kemana kita melihat benda angkasa dan arah sebenarnya ia berada z Zenit, lsa = 0 Cak.setempat max, lsa = 36 Lsa=60 ctg t maya sejati Ptm=1.77 h

23 PARALAK = Perbedaan arah, dlm mana benda yg sama terlihat dari dua titik yg berlainan. Paralak datar (Po) = sudut yg menggambarkan jari-jari bumi di tempat sipenilak jika terlihat dari benda angkasa yg berada di atas cakrawala Paralak dalam tinggi (Par) = sudut yg menggambarkan jari-jari bumi di tempat sipenilik jika terlihat dari benda angkasa yg berada di atas cakrawala setempat. z maya Zenit, lsa = 0 Cak.setempat max, lsa = 36 Lsa=60 ctg t sejati Par = 8.80 cos t Ptm=1.77 h dist mthr:23500 r dist bln : 60 r

24 1/2m - Matahari antara 15.8 s/d 16.3 ( rata-rata ) Dft V / Almanak - Bulan antara 14.7 s/d 16.7 ( rata-rata 15.7 ) Dft VII / Almanak - Bintang dan Planet = 0

25 kesimpulan perbaikan tinggi dengan PERHITUNGAN ts = tu ptm lsa + par ± ½m Untuk Matahari, Bintang & Planet ptm = 1.77 h lsa = 60 ctg t par = 8.80 cos t ½m (Mthr) = (Juli Jan) ½m (Bulan) = 14.7 s/d 16.7 (rata ) par & ½m (Bintang & Planet) = 0 almanak

26 kesimpulan perbaikan tinggi dengan DAFTAR V, DAFTAR VI DAN DAFTAR VII ts = tu ptm lsa + par + 1/2gt = tu + ( -ptm-lsa+ Par ) + (±1/2gt ) = tu + ( - ptm-lsa+par+16 ) + ( ±1/2gt + 16 ) = tu + Dft V + Kor tgl ts = tu + Dft V + Kor tgl (untuk Matahari) ts = tu Dft VI (untuk Bintang dan Planet) ts = tu + Dft VII + Dft VIIA/B (utk Bulan)

27 kesimpulan perbaikan tinggi dgn MENGGUNAKAN ALMANAK ts = tu ptm lsa + par ± ½m = tu + (- ptm ) + ( - lsa + par ± ½m ) ktm = (-ptm) ktu = (-lsa + par ± ½m ) ts = tu + ktm + ktu

28 MATAHARI SEJATI ADALAH MATAHAI YANG SESUNGGUHNYA YANG DAPAT DILIHAT DGN MATA DAN PANASNYA DAPAT DIRASAKAN OLEH KULIT KITA MATAHARI SEJATI = WAKTU SEJATI MATAHARI MENENGAH ADALAH MATAHARI KHAYALAN CIPTAAN MANUSIA YANG PEREDARANNYA DENGAN WAKTU YANG KONSTAN ( TETAP ) MATAHARI MENENGAH = WAKTU MENENGAH

29 N Z GMT:15.00 LMT:12.00 Gr T Gr Ku KU B GMT: LMT:00.00 GMT: LMT:21.00

30 GMT GRENWICH MEAN TIME ADALAH WAKTU MENENGAH YANG BERLAKU PADA BUJUR GRENWICH ( 7,5 0 B S/D 7,5 0 T ) LMT (Lokal Mean Time) = Waktu menengah yg menjadi dasar suatu tempa ( Busur pada pada katulistiwa mulai dari derajah bawah ke arah edaran harian maya sampai pada matahari menengah.) Selisih waktu = Selisih bujur 1 jam = 15 0 LMT = GMT ± BT dlm wkt BB dlm wkt

31 WAKTU MINTAKAT ( ZONE TIME ) ADALAH WAKTU MENENGAH PADA DERAJAH PERTENGAHAN ZONE ( DAERAH ) YANG BERSANGKUTAN Bumi dibagi menjadi 24 bagian yang dibatasi oleh bujur dengan selisih bujur 15 0 dan semua tempat pada satu wilayah zone ( daerah ) mempunyai waktu yang sama Misal : Zone GMT ± 0 0 dimulai dari bujur 007,5 0 B sampai pada bujur 007,5 0 T Kearah timur bertanda positif kearah barat bertanda negatif

32 Zone Description (ZD) = Koreksi yg hrs dijabarkan pada Zone Time utk mendapatkan GMT GMT = ZT + ZD Zone Description 180B 22.5B 7.5B 7.5T 22.5T 180T Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone s/d s/d -12 Contoh soal: 1. Sebuah kapal berada pd bujur 124 o 24 B dan wkt Zone di kpl tsb adh jam Hitunglah wkt setempat...?

33 1. Waktu Tolok ( Standart Time ) = Wkt menengah yg berlaku bagi suatu negara sehubungan dg kepentingan lalu lintas di negara ybs. ( jumlah wkt & tandanya di jabarkan pd wkt tolok guna mendptkan GMT) contoh : Indonesia WIB = GMT + 07 WITA = GMT + 08 WIT = GMT + 09 India = GMT Malaysia = GMT + 08 Cat : Wkt tolok tdk selalu sama wkt mintakad ( Zone Time ) Waktu Tolok utk semua negara dpt dilihat di almanak Nautika

34 INTERNATIONAL DATE LINE 180 KU 172.5T 172.5B KS

35 Contoh Pada pukul ZT tgl 24 juni, Kpl berada di bujur duga B, sepuluh jam kemudian kapal tiba di bujur T. Hitunglah ZT yg baru dan tglnya T B 10 jam

36 Contoh Pada pukul ZT tgl 24 juni, Kpl berada di bujur duga T, sepuluh jam kemudian kapal tiba di bujur B. Hitunglah ZT yg baru dan tglnya T B 10 jam

37 PENGUKUR WAKTU Cronometer adalah: Penunjuk Pengukur Waktu (ppw) di kapal dan waktu yg ditunjukan adalah GMT. mencatat wkt observasi yg akurat, ditemukan oleh : John Harrison (abad 18) dlm bentuk mechanical cronometer. Dikembangkan menjadi Quartz Cronometer duduk (ddk) = selisih waktu antara ppw dan GMT. GMT = ppw + ddk + Disebut ---- jika ppw lebih dari GMT - Lambat Cepat

38 Lalu = Perubahan duduk selama jangka waktu tertentu yg tdk sama satu hari. Langka = Perubahan duduk selama jangka wkt satu hari. + Disebut ---- jika pengukur wkt berjalan - Lambat Cepat Lalu = ddk baru ddk lama langka = ddk baru ddk lama langka = lalu / hari

39 MENENTUKAN GMT Pengukur waktu hanya berjalan 12 jam sehingga tdk dpt menentukan apakah di Greenwich siang ataukah malam serta tanggal berapa di Greenwich. Pertolongan tanggal, waktu di kapal dan bujur duga, kita dapat memeriksa bahwa GMT yang di peroleh adalah siang atau malam serta tanggal di Greenwich. Contoh : Pada tgl 9 Maret 20XX di bujur duga T, kira-kira pukul waktu di kapal, diadakan pengamatan matahari pada ppw = Duduk pada 01 GMT, 6 Maret = (+) Langka harian = (-) 2.0 detik Pada tgl 20 Januari 20XX di bujur duga B kira-kira pukul ZT di adakan pengamatan bintang pada ppw = Duduk pada 19 GMT, 17 Januari = (+) Langka harian= (+)3

40 SUDUT JAM BARATGREENWICH = GHA SUDUT JAM BARATSETEMPAT = LHA KLU Busur pada lintasan harian dihitung mulai derajah atas kearah Barat sampai benda angkasa ybs. KU Gr B T KS KLS

41 KLU KU Gr B T KS KLS

42 Rumus dasar I LHA = GHA ± Bujur Timur Bujur Barat KU Gr GHA BT Gr KS GHA BT

43 RUMUS DASAR II LHA = GHA + SHA ± Bujur Timur Bujur Barat KLU Gr SHA GHAAries BT KLU SHA KLS GHAAries BT

44 CONTOH SOAL : 1. Dik GHA = 030 Tentukan LHA jika di tilik dari bujur 100 B 2. Tentukan LHA mthr pada jam WITA jika di tilik dari kota mks yg terletak pada bujur 120 T

45 PERHITUNGAN SUDUT JAM / P LHA = Busur pada lintasan harian dihitung mulai derajah atas kearah (Sudut Jam Brt) Barat sampai benda angkasa ybs. P = Busur pada lintasan harian di hitung mulai derajah atas (Sudut Jam) kearah Barat atau Timur sampai benda angkasa ybs. (0 o ) Merubah LHA menjadi P 1. Jika LHA : maka P = LHA (B) 2. Jika LHA : maka P = 360 LHA (T) Contoh 1. LHA = 400 maka P = 040 B 2. LHA = 300 maka P = 060 T

46 PENGGUNAAN ALMANAK WAKTU = Waktu dihitung mulai saat matahari melewati derajah bawah WAKTU MATAHARI MENENGAH a. Waktu Menengah Greenwich (GMT) b. Waktu Menengah Setempat ( LMT) c. Waktu Tolok ( Standart Time ) d. Waktu Mintakad ( Zone Time ) GMT ( Greenwich Mean Time ) = Wkt menengah setempat pada derajah greenwich. ( dipakai sbg argumen utk masuk ke dlm Almanak )

47 SUSUNAN ALMANAK NAUTIKA Data sehari-hari yg penting di berikan pada halaman harian. - Tanggal dan wkt adalah tanggal dan wkt di Greenwich - Halaman (harian) kiri Almanak a). GHA aries dan GHA serta Zawal Planet2. b). Nilai d (kor d) adh : perubahan zawal tiap jam. Nilai v (kor v) adh : pertumbuhan GHA tiap jam dlm menit busur. c) Daftar SHA tiap2 planet dan Mer Pass dan juga Mer pass aries. d) 57 Selected start menurut abjat ( SHA dan Zawalnya) - Halaman (harian) kanan Almanak a). GHA dan Zawal utk matahari dan bulan. b). Perataan waktu / equatuion of time ½ m untuk matahari dan bulan Merpass Mthr dan Bln c). Sun Rise dan Sun Set serta permulaan dan akhir senja (twilight)

48 Daftar Interpolasi ( Increment dan Correction). Untuk menentukan GHA dan Zawal benda angkasa untuk saat pengamatan selain dari jam penuh GMT. Di cetak pada halaman berwarna di bgn belakang agar muda mencarinya. Daftar Bintang- bintang a). SHA dan Zawal dari 173 bintang ( pada hal : ), termasuk 57 selected start. b). *57 selected start dipilih menurut kekuatan sorotnya, Nama asli dan urutan SHA yg menurun. *173 bintang tsb, nama rasinya di halaman kiri sedang Nama aslinya di sebelah kanan. Daftar daftar tambahan 1). Daftar pengubahan busur ke waktu. (Conversion of arc to time). 2). Standar Time berbagai negara 3). Daftar perbaikan tinggi 4). Daftar Polaris.

49 E Z KLU S U KLS QQ

50 E Z T 90-l 90-t S 90-z P KLU S U KLS QQ

51 Aturan Cotangens dlm segitiga paralax memberikan hubungan langsung antara : l, z, P & T yaitu : CotgT. sin P = cotg PS. sinpt cosp. cospt = cotg (90-z). sin (90-l) cosp. cos(90-l ) = tg z. cos l cosp.sin l T 90-l CotgT = tg z. cos l cos P. sin l sin P sin P = tg z. cos l sin l sin P tg P = tg z. cos l tg l cos l sin P tg P 90-t S 90-z P CotgT = ( tg z tg l ). cos l sin P tg P

52 Maksud dan Tujuan : Menentukan arah sejati (Baringan sejati) suatu benda angkasa utk memperoleh : - Salah pedoman (deviasi). - Arah garis tinggi. Sebutan utk Azimut : Utara Di lintang dihitung dari titik --- sampai titik duduk lingkaran Selatan S tinggi melalui benda angkasa. ( ) ( Senama Lintang dan Sudut Jam ) U

53 PERATURAN UMUM AZIMUT I P > 90...T Lancip II l & z senama z>l...t Lancip III l & z tak senama...t Tumpul IV&V l & z senama P<90...T Lancip / Tumpul Z II KLU E V IV S III B I U T Q KLS N

54 Keadaan Istimewa T = 0 ; Berembang disisi puncak dimana kutub berada. z > l (senama) T = 180 ; Berembang disisi puncak dimana katulistiwa berada. z < l (senama) T = tak terhingga. berembang dititik z T = 090 ; Berembang di vertikal pertama.

55 E Z 90-l 90-t S 90-z P KLU S T U KLS QQ

56 AZIMUT PADA WKT TERBIT / TERBENAM Z E 90-l 90-t S 90-z 90-z P KLU l S T U KLS QQ

57 AZIMUT PADA WKT TERBIT / TERBENAM.... 3/4D Aturan Never tentang segitiga bola yaitu: cos (90 o ± z ) = cos l cos To maka : ± sin z = cos l cos To cos To = ± sin z cos l 90-z l T cos To = ± sin z sec l + jika l & z senama maka T lancip - jika l & z tak senama maka T tumpul To = 90 ± z di Equator

58 DAFTAR ABC CotgT. sec l = ( tg z tg l ) sin P tg P, C = B - A Daftar XI : dgn argument P & l utk memperoleh A dgn argument P & z utk memperoleh B Daftar XII : dgn argument l & C utk memperoleh T Peraturan utk menggunakan daftar ABC. 1) l & z senama, P<90 ambilah A B maka T tumpul ambilah B A maka T lancip 2) l & z senama P>90 ambilah A + B maka T lancip 3) l & z tak senama ambilah A + B maka T tumpul

59 Cara mengubah Azimut menjadi Bar.sejati. T = U/S (0 o 180 o ) T/B Bs = 000 o _ 360 o Kesimpulan Sebutan Bs U ke T U ke B S ke T S ke B Bs = T Bs = T Bs = T Bs = T

60 Contoh : Tentukan Bs dari Azimut di bawah ini : a. U 120 T b. U 120 B c. S 120 T d. S 120 B Contoh menentukan Deviasi. Pada tgl 31 Mei 2004, pukul ZT di tempat duga : 18 o 55 S & 074 o 25 T Canopos dibaring dgn pedoman standar : 225 o pada ppw : Duduk pd tgl 26 Mei, 17GMT adh : (-) & Langka harian : (-)2 dtk. Vareasi : 18 o B Hitunglah : Dev pedoman std tsb.

61 ZT ZD (+/-) + GMTduga Ppw ddk + Wkt kapal Bujur/15 ( Brt / Tmr ) Cronometer Time signal GMTdekat lalu + Cronometer log/ hitung GMTsejati GHA Incr BT/BB (+/-) + LHA P z li B A C T Bs Bp + semb Almanak (Tgl & jam) Almanak ( mnt & dtk) Bujur duga ( tg.z/ sin. P ) / Dft XIB ( tg.li / tg.p ) / Dft XIA ( Ctg T sec li ) / Dft XII

62 ZT ZD GMT duga... Ppw Ddk GMT dekat... Lalu GMT sejati... GHA (..tgl..j ). Incr (...m...s ) BT/BB LHA P l Z A B C T Bs Bp Sembir Var Dev Tgl Tgl Tgl Tgl +/- +/- - - mthr

63 ZT... ZD... GMT duga... Ppw... Ddk... GMT sejati.. GHA (..tgl..j ) Incr (...m...s ) BT/BB... LHA... P... l z... B... A... C... T... Bs... Bp... Sembir... Var... Dev... Tgl Tgl Tgl +/- +/- - - mthr

64 ZT ZD GMT duga... Ppw Ddk GMT dekat.. Lalu GMT sejati... GHA (.tgl..j ) Incr (...m...s ) SHA BT/BB LHA P l z A B C T Bs Bp Sembir Var Dev Tgl Tgl Tgl Tgl +/- +/- - -

65 A. Proyeksi bumiawi dan Jajar tinggi a). Maksud dan Tujuan : Memperbaiki posisi duga dgn pertolongan penilikan tinggi benda angkasa utk memperoleh posisi sejati b). Azas dasar : Setiap penilikan tinggi b.a dgn GMT ybs memberikan satu tempat kedudukan. Titik potong dari dua tempat kedudukan adalah posisi sejati B.Proyeksi bumiawi suatu benda angkasa a). Definisi : titik potong permukaan bumi dgn garis lurus yg menghubungkan titik pusat benda angkasa dan titik pusat bumi.

66 PROYEKSI BUMIAWI KLU KU Gr B T KS KLS

67 Gr Gr p.b. Lintang p.b. Z E E Q Q bujur p.b. P Lintang p.b. adh : Sama dan senama dgn zawal benda angkasa Bujur p.b. adh : Sama dan senama dgn sudut jam b.a. terhadap Greenwich

68 Lintang p.b. adh : Sama dan senama dgn zawal benda angkasa Bujur p.b. adh : Sama dan senama dgn sudut jam b.a. terhadap Greenwich Perhitungan letak p.b. Untuk mengetahui letak p.b. suatu benda angkasa pada suatu saat tertentu terlebih dahulu kita harus mengetahui GMT (guna menentukan zawal dan sudut jam) Matahari Lintang p.b. = z Bujur barat p.b. = GHA Bintang Lintang p.b. = z Bujur barat p.b. = GHA + SHA

69 Skema perhitungan p.b ZT ZD GMT duga Ppw ddk GMT GHA(..h) Incr (..m..s) GHA P Zawal p.b. - lintang - bujur (1) (2) (2) (1) tgl tgl GHA (..h) Incr (..m..s) SHA GHA P (1) zawal (2)

70 JAJAR TINGGI Tempat kedudukan semua penilik di bumi, yg pd saat yg sama, dari benda angkasa yg sama dan mendptkan tinggi sejati yg sama. n p.b.

71 JAJAR TINGGI KLU KU E B T Q KS KLS

72 Jajar tinggi pd bola bumi KU/P Titik paling utara (A) = z + n Titik paling selatan (B) = z - n E C A n pb n B Bu D Q TITIK PALING BARAT/TIMUR ( C & D) Segi tiga bola P D pb menurut aturan Neper cos (90-z) = cos (90-ts).cos (90-l) sin l = sin z cosec ts KS Selanjutnya : sin (90-ts) = sin (90-z). sin Bu sin Bu = cos ts sec z

73 LENGKUNG TINGGI :Gambaran jajar tinggi di dlm peta bertumbuh (mercator) KU Kutub di luar jajar tinggi KU pb Kutub pada jajar tinggi E Kutub di dlm jajar tinggi Q KS

74 Tiga bentuk umum lengkung tinggi 1. Kutub (yg senama) terletak diluar jajar tinggi (z+n<90 o ) mirip Elips 2. Kutub (yg senama) terletak pada jajar tinggi (z+n=90 o ) mirip parabola 3. Kutub (yg senama) terletak di dlm jajar tinggi (z+n=90 o ) mirip cosinusoid

75 contoh 1 : Dik : z = 10 o U, ts = 50 o & GHA = 000 o Ditanyakan : a. Titik paling Utara dan Selatan b. Titik paling Timur dan Barat c. Gambar lengkungan tinggi. contoh 2 : Dik : z = 50 o U, ts = 88 o & GHA = 260 o Ditanyakan : a. Titik paling Utara dan Selatan b. Titik paling Timur dan Barat c. Gambar lengkungan tinggi. contoh 3 : Dik : z = 40 o U, ts = 40 o & GHA = 090 o Ditanyakan : a. Titik paling Utara dan Selatan b. Titik paling Timur dan Barat c. Gambar lengkungan tinggi. contoh 4 : Dik : z = 40 o U, ts = 30 o & GHA = 170 o Ditanyakan : a. Titik paling Utara dan Selatan b. Titik paling Timur dan Barat c. Gambar lengkungan tinggi.

76 Garis Tinggi Garis lurus di peta yg berjalan melalui ttk yg di hitung dan tegak lurus pada arah azimut dan dapat menggantikan sebagian lengkungan tinggi 2603 ts H th G 510 pb 2603 Agt 510

77 KEGUNAAN GARIS TINGGI a. 1 Garis Tinggi - Sebagai tempat Kedudukan kapal ( LOP ) - Memeriksa pergeseran kapal dari garis haluan - Memeriksa kecepatan kapal - Mengikuti garis merkah - Menentukan haluan kapal untuk menghindari bahaya - Menentukan posisi kapal, kombinasi dengan peruman - Menentukan posisi kapal dgn kombinasi baringan. - Merupakan posisi kapal jika terjadi perpotongan 2 grs tinggi

78 Melukis garis tinggi ada 2 cara 1. Konstruksi pada peta 2. Konstruksi menggunakan kertas biasa PD +p agt

79 DR -p +p S

80 Dengan beranggapan bahwa garis tinggi merupakan sebagian dari lengkung tinggi yg menjadi LOP kapal maka kita telah membuat kesalahan sbb : a. Grs Pb ke Td seharusnya merupakan lingkaran besar tetapi dilukis sebagai grs lurus. b. Azimuth dilukis dan diperhitungkan dari Td yang seharusnya dilukis di titik tinggi c. Garis tinggi dilukis berupa garis lurus yang seharusnya dilukis sesuai dengan lengkung tinggi pada peta mercator.

81 A.Kesalahan Waktu, Zawal Dan Tinggi Kesalahan ini terjadi karena kelalaianak telitian / ketid Navigator I benddalam melakukan observasi benda angkasa.kesalahan tersebut antara lain : 1. Kesalahan Waktu. Terjadi karena navigator lupa memasukkan data duduk pengukur waktu, yang akan berakibat kesalahan pada GMT sehingga berpengaruh pada GHA benda angkasa Apabila kesalahan waktunya harus ditambah maka bujur pb digeser kearah barat dan jika berkurang bujur pb digeser ke timur atau menggeser langsung agt dimana besar geserannya adalah : 1 menit waktu = 15 menit bujur 4 detik waktu = 1 menit bujur

82 td.1 td.2 Agt.1 Pb.2 Pb.1 Pergeseran kesalahan bujur 15 menit kearah barat.

83 Pergeseran.bu td.2.bu td.1 azimuth azimuth Agt.2 Agt.1

84 2. Kesalahan zawal benda angkasa Kesalahan pada zawal dapat terjadi karena salah dalam pembacaan ataupun lupa untuk memasukkan koreksi (d). Hal ini akan berakibat kesalahan pada zawal benda angkasa. Pada teori proyeksi bumiawi zawal benda angkasa = lintang proyeksi bumiawi. Dengan demikian kesalahan zawal benda angkasa akan berakibat perubahan pada lintang proyeksi bumuawi. Jika kesalahan keutara maka digeser keutara dan kesalahan keselatan maka digeser keselatan.

85 Lukisan penggeseran proyeksi bumuawi Agt.1 td.2 * li Pb.2 * td.1 Agt.2 Digeser sesuai delta lintang Pb.1 Jika kesalahan zawal kearah utara 3 menit maka lintang Pd digeser 3 menit kearah utara juga

86 Lukisan konstruksi garis tinggi Misal azimuth Ba dan p = + 2 mil maka penggeseran dapat dilakukan langsung pada tempat duga atau pada garis tinggi ke utara sebesar 3 menit delta lintang.demikian pula jika kesalahan ke selatan. Grs tinggi yg didapat digeser sejauh 3 lintang ke utara Digeser sejauh 3 mil lintang Azimuth td.2 td.1 Agt. 2 Azimuth Agt. 1

87 3. Kesalahan Tinggi Benda Angkasa Kesalahan tinggi dapat terjadi karena kesalahan dalam membaca sextan atau lupa memasukan koreksi indek sehingga mempengaruhi nilai dari p sehingga koreksi p dapat dilakkan dengan menggeser garis tinggi searah / berlawanan arah dari arah azimuth. Lukisan pergeseran jari jari jajar tinggi Jajar tinggi.2 Jajar tinggi.1 Digeser kearah azimuth td Pb Agt.1 Agt.2

88 Lukisan konstruksi garis tinggi Digeser ke arah azimuth p td Agt digeser kearah azimuth sebeser nilai kesalahan (+) dan berlawanan dg arah azimuth jika kesalahan bernilai (-) Agt.1 Azimuth ba Agt.2

89 B. Kesalahan Sistematic, Random dan Blunder 1. Kesalahan Sistematic adalah kesalahan yang nilai dan tandanya selalu sama untuk setiap observasi, atau dapat dikatakan mempunyai prosentase yang sama. Misal : a. Kesalahan pada ptlm. b. Kesalahan navigator ( ketelitian / ketajaman ) c. Kesalahan karena lupa menjabarkan koreksi index sextan Akibat kesalahan tsb terjadi penggeseran garis tempat kedudukan (LOP) yang ukuran dan arahnya sama, kesalahan ini dapat segera diperbaiki. Systematic error LOP yg benar LOP yg salah

90 2. Kesalahan Random Adalah kesalahan yang nilai dan tandanya berbeda untuk setiap observasi benda angkasa misal : a. Kesalahan karena pembacaan pembulatan sextan b. Kesalahan pada nilai lsa c. Kesalahan pembulatan pada koreksi indek d. Kesalahan pembulatan pembacaan chronometer. 3. Kesalahan Blunder Adalah suatu kesalahan yang cukup besar yang disebabkan oleh kesalahan dalam pembacaan instrumen atau dikarenakan kurang ahlinya seorang perwira, misal : a. Kesalahan cara membaca sextan b. Kesalahan cara membaca chronometer c. Kesalahan yang dilakukan dalam perhitungan Akibatnya terjadi kesalahan dengan nilai yg cukup besar

91 PENGARUH KESALAHAN TERHADAP LOP Posisi kapal yang diperoleh dari perpotongan 2 LOP atau lebih akan membentuk area of position yang berbeda beda akibat adanya kesalahan 1. Kesalahan terjadi pada 2 LOP a. Systematic error Apabila 2 LOP dikoreksi dengan systematic error maka akan terlihat bahwa posisi kapal yg benar berjalan pada sebuah Bissectrix ( yg memotong sudut antara 2 arah azimuth sama besar ) selanjutnya disebut Dip Free LOP Agt.2 Agt.1 DIP FREE LOP A1 A2 *AZIMUTH 2 * AZIMUTH 1

92 b. Random error Pada random error 2 garis tinggi akan terjadi area of position yang berbentuk jajaran genjang. Karena perubahan pada ujung ujung jajaran genjang sangat kecil maka cenderung berbentuk ellips LOP.2 LOP.1 LOP.1 Didaerah ini probability 68% atau 95% LOP.2 ERROR AREA

93 c. Blunder error Pada kesalahan blunder posisi kapal jauh dari tempat duga jadi tidak dapat digunakan lagi 2. KESALAHAN TERJADI PADA 3 LOP a. Systimatic Error Pada observasi yang menghasilkan 3 LOP terdapat kemungkinan terjadi perpotongan ke tiga LOP tersebut sehingga membentuk sebuah segitiga besar. Jika hal ini disebabkan oleh systimatic error maka cara menetapkan posisi kapal dilakukan sebagai berikut:

94 (1). Ketiga benda angkasa berada di seluruh cakrawala 1* *2 Dip free LOP 3* POS Dip free LOP Dip free LOP Ketiga benda angkasa azimuthnya terletak dieluruh cakrawala, maka posisi kapal terletak di titik pusat lingkaran dalam segitiga tersebu, yang merupakan titik potong ketiga Dip Free LOP

95 (2). Ketiga benda angkasa terletak pada setengah cakrawal Yang dimaksud dengan setengah cakrawala adalah letak benda angkasa kurang dari *1 pos *2 *3 Agt.1 Agt.2 Pada titik ABC dilukis arah azimuth masing masing Sudut yg dibentuk oleh azimuth azimuth tsb dibagi2 menjadi Dip Free LOP Ketiga Dip Free LOP berpotongan di luar segutiga

96 b. Random error Pada perpotongan 3 LOP yg berbentuk segitiga maka posisi kapal berada pada pusat lingkaran dalam segitiga tersebut, daerah kemungkinan tidak saling memotong karena leteknya masing masing sangat jauh. pos Daerah kemungkinan yang berada di luar segitiga sangat tidak mungkin letak posisi kapal. Jadi posisi kapal dipusat linkaran dalam 68%

97 c. Blunder error Jika yang terjadi adalah kesalahan blunder, maka perpotongan ketiga LOP akan membentuk segitiga yg sangat besar atau salah, sehingga tidak mendapatkan posisi kapal KESIMPULAN. 1. Pengambilan azimuth kertiga benda angkasa harus selalu seluruh cakrawala agar jika terjadi systimatik maupun random error dan apabila terjadi masih dapat diperbaiki posisi kapal masih dalam segitiga. 2. Untuk menghindari terjadinya systematik / random error dianjuran dalam observasi menggunakan 4 benda angkasa guna sebagai pengontrol.

PERHITUNGAN POSISI SEJATI KAPAL DENGAN PENGAMATAN TERHADAP BENDA-BENDA ANGKASA

PERHITUNGAN POSISI SEJATI KAPAL DENGAN PENGAMATAN TERHADAP BENDA-BENDA ANGKASA PERHITUNGAN POSISI SEJATI KAPAL DENGAN PENGAMATAN TERHADAP BENDA-BENDA ANGKASA Ari Sriantini Jurusan Nautika, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah ABSTRAK Penentuan posisi astronomi merupakan

Lebih terperinci

SOAL DAN JAWAB ILMU PELAYARAN ASTRONOMI AHLI NAUTIKA TINGGKAT III

SOAL DAN JAWAB ILMU PELAYARAN ASTRONOMI AHLI NAUTIKA TINGGKAT III 1 SOAL DAN JAWAB ILMU PELAYARAN ASTRONOMI AHLI NAUTIKA TINGGKAT III 1. Mengikuti lingkaran besar manakah diukurnya, untuk sebuah bintang : a. Tinggi. b. Deklinasi c. Lintang astronomi. a. Tinggi nya diukur

Lebih terperinci

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( ) TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika

Lebih terperinci

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung AS 2201 - Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung PENDAHULUAN Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.

Lebih terperinci

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB A. Gerak Semu Benda Langit Bumi kita berputar seperti gasing. Ketika Bumi berputar pada sumbu putarnya maka hal ini dinamakan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN POSISI KAPAL DIATAS PETA LAUT

BAB II PENENTUAN POSISI KAPAL DIATAS PETA LAUT BAB II PENENTUAN POSISI KAPAL DIATAS PETA LAUT Definisi-definisi Membaring ialah mengambil arahnya suatu benda dari kapal lalu arah tersebut dengan arah berlawanan dilukis sebuah garis dari titik yang

Lebih terperinci

BAB I ILMU PELAYARAN DATAR

BAB I ILMU PELAYARAN DATAR BAB I ILMU PELAYARAN DATAR PENDAHULUAN Untuk pelayaran sebuah kapal dari tempat tolak ke tempat tujuan dengan aman dan efisien dipergunakan bermacam-macam pengetahuan Navigasi dimana salah satu diantaranya

Lebih terperinci

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT Disampaikan pada : Kegiatan Pembinaan dan Orientasi Hisab Rukyat Hisab dan Rukyat di Lingkungan PA/MA Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata

Lebih terperinci

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA 5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA Tata koordinat yang kita kenal umumnya adalah jenis Kartesian (Cartesius) yang memakai sumbu X dan Y. Namun dalam astronomi, koordinat ini tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

Meridian Greenwich. Bujur

Meridian Greenwich. Bujur 5. TATA KOORDINAT Dalam astronomi, amatlah penting untuk memetakan posisi bintang atau benda langit lainnya, dan menerapkan system koordinat untuk membakukan posisi tersebut. Prinsip dasarnya sama dengan

Lebih terperinci

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris ROTASI DAN REVOLUSI BUMI Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris Bumi sebagai pusat tata surya Planet-planet (termasuk Mth.) berputar mengelilingi bumi Sambil mengelilingi Bumi, planet-planet bergerak melingkar

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.)

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.) KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.) 1. Seorang pengamat di lintang 0 0 akan mengamati sebuah bintang yang koordinatnya (α,δ) = (16h14m, 0 0 ) pada tanggal

Lebih terperinci

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu Al-daqaiq al-tamkiniyyah (Ar.) : Tenggang waktu yang diperlukan oleh Matahari sejak piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki sampai terlepas dari ufuk mar i Altitude (ing) Bayang Asar Bujur tempat Deklinasi

Lebih terperinci

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014 Oleh : Kunjaya Kompetensi Dasar X.3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi X.4.5 Menyajikan ide / gagasan terkait gerak melingkar Pengertian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

PEN POS/I a 2 dihitung dengan argumen LHA γ dan bulan Januari s/d Desember

PEN POS/I a 2 dihitung dengan argumen LHA γ dan bulan Januari s/d Desember 1. Dari pengukuran tinggi benda angkasa, menghasilkan ketiga garis tinggi membentuk segitiga kesalahan. a. Jika kesalahan tersebut disebabkan kesalahan systematic, maka apakah yang dimaksud dari penyebab

Lebih terperinci

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT (Pendekatan Sistem Koordinat Geografik dan Ellipsoid) Oleh : Akhmad Syaikhu A. PERSIAPAN Untuk melakukan pengukuran arah kiblat suatu tempat atau kota dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari manusia disibukkan dengan rutinitas pekerjaan ataupun aktifitas lainya, ada yang beraktifitas pada siang hari dan ada pula yang beraktifitas pada malam

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si.

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si. PETA KONSEP TATA SURYA Matahar i Planet Asteroi d Komet Meteor id Pusat Tata Surya Merkuri us Venus Bumi Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunu s Rotasi Revolu si satelit buata n satelit alami Pembagi an

Lebih terperinci

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 1. Pergerakan bumi sebagai benda angkasa yang menempuh waktu 365 hari disebut. gerak presesi gerak rotasi gerak revolusi gerak

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet Pada dasarnya azimut planet adalah busur yang diukur dari titik Utara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Theodolit Dalam Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 Konsep penentuan

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan

Lebih terperinci

GERAK BUMI DAN BULAN

GERAK BUMI DAN BULAN MATERI ESENSIAL IPA SEKOLAH DASAR (Pengayaan Materi Guru) KONSEP ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA GERAK BUMI DAN BULAN Agus Fany Chandra Wijaya DIGITAL LEARNING LESSON STUDY JAYAPURA 2010 GERAK BUMI

Lebih terperinci

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT 9 BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT A. Lingkaran Besar (Great Circle) dan Lingkaran Kecil (Small circle). Pada dasarnya bola bumi terbentuk oleh dua macam lingkaran, yaitu lingkaran besar

Lebih terperinci

Can be accessed on:

Can be accessed on: Pertemuan 4 Pengukuran Mendatar Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ 1 Pengukuran-pengukuran dilakukan untuk mendapatkan bayangan dilapangan, dengan menentukan beberapa titik

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT SINOPSIS Disusun oleh: Slamet Hambali. 085112075 PROGRAM MAGISTR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

Lebih terperinci

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( )

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( ) MAKALAH SEGITIGA BOLA disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Program Studi Pendidikan Fisika oleh 1. Dyah Larasati (4201412042) 2. Lina Kurniawati (4201412091) 3. Qonia Kisbata Rodiya (4201412116)

Lebih terperinci

SEGITIGA BOLA. Kelompok 7. Saraswati Basuki Putri Nila Muna Intana Hesti Nikmah Safitri Alik Sus Adi

SEGITIGA BOLA. Kelompok 7. Saraswati Basuki Putri Nila Muna Intana Hesti Nikmah Safitri Alik Sus Adi SEGITIGA BOLA Kelompok 7 Saraswati Basuki Putri Nila Muna Intana Hesti Nikmah Safitri Alik Sus Adi Geometri Bola dibentuk oleh: Lingkaran Besar Lingkaran Kecil Sudut-sudut bola Lingkaran Besar Lingkaran

Lebih terperinci

NAVIGASI PELAYARAN PANTAI. Jhonny H. Tumiwa dan Yuli Purwanto

NAVIGASI PELAYARAN PANTAI. Jhonny H. Tumiwa dan Yuli Purwanto NAVIGASI PELAYARAN PANTAI Jhonny H. Tumiwa dan Yuli Purwanto Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung Jl. Tandurusa, Po Bok 12 BTG/Bitung Sulawesi Utara ABSTRACT Based on the way or navigation systems

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Olimpiade Sains Nasional Bidang Astronomi 2012 ESSAY Solusi Teori 1) [IR] Tekanan (P) untuk atmosfer planet

Lebih terperinci

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN KEDUDUKAN DEKLINASI BULAN DAN LINTANG TEMPAT DALAM MENGHITUNG KETINGGIAN HILAL DALAM KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi

Lebih terperinci

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015 Sistem Proyeksi Peta Arif Basofi PENS 2015 Contents 1 Proyeksi Peta 2 Jenis Proyeksi Peta 3 Pemilihan Proyeksi Peta 4 Sistem Proyeksi Peta Indonesia Proyeksi Peta Peta : representasi dua-dimesional dari

Lebih terperinci

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012 Sistem Proyeksi Peta Arif Basofi PENS 2012 Tujuan Sistem Proyeksi Peta Jenis Proyeksi Peta Pemilihan Proyeksi Peta UTM (Universal Transverse Mercator) Sistem Proyeksi Peta Bentuk bumi berupa ruang 3D yg

Lebih terperinci

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Secara Umum, Pengertian Planet adalah benda langit yang mengorbit atau mengelilingi suatu bintang dengan lintasan dan kecepatan tertentu. Contohnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi Plane Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya faktor kelengkungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB NATIJAT AL MIQĀT KARYA AHMAD DAHLAN Al-TARMASI A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam Kitab Natijat al-miqāt Manusia mempunyai

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya 1. Perhatikan ciri-ciri planet pada tabel berikut. SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1 Nama Planet Ciri Ciri (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata

Lebih terperinci

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA PET AK ONSEP PETA KONSEP Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya Gravitasi Gravitasi planet Hukum Gravitasi Newton Menentukan massa bumi! Fisika XI

Lebih terperinci

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA Proyeksi Peta dan Skala Peta 1. Pengertian Proyeksi peta ialah cara pemindahan lintang/ bujur yang terdapat pada lengkung permukaan bumi ke bidang datar. Ada beberapa ketentuan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 9 Fisika

Antiremed Kelas 9 Fisika Antiremed Kelas 9 Fisika Tata Surya - Latihan Ulangan Doc Name : AR09FIS0599 Version : 2012-10 halaman 1 01. Berikut ini adalah planet-planet pada tata surya kita. Urutan yang benar dari yang terdekat

Lebih terperinci

BOLA LANGIT DAN TATA KOORDINAT

BOLA LANGIT DAN TATA KOORDINAT OLA LAGI DA AA KOORDIA OLEH : KARDIYOO, M.i JRDIK FIIKA FMIA Y Makalah disampaikan dalam kegiatan rogram engabdian kepada Masyarakat dalam rangka: embinaan im Olimpiade Astronomi MA egeri 8 Yogyakarta

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com

indahbersamakimia.blogspot.com Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2007 Materi Uji : Astronomi Waktu : 150 menit Tidak diperkenankan menggunakan alat hitung (kalkultor). Di bagian akhir soal diberikan daftar konstanta yang

Lebih terperinci

GAMBAR RANGKAIAN RODA GIGI SECARA LENGKAP

GAMBAR RANGKAIAN RODA GIGI SECARA LENGKAP GAMBAR RANGKAIAN RODA GIGI SECARA LENGKAP Rangkaian roda gigi Roda gigi ( r ) memutar roda rouser ( pinion ) yan dipasang pada poros roda menit ( d ) yang sekaligus sebagai poros jarum penunjuk jam dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Ṡamarāt al-fikar 1. Hisab Waktu Salat Kitab

Lebih terperinci

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN Seperti yang kita ketahui, selain planet bumi, di alam semesta terdapat banyak lagi benda-benda lain di langit. Kenampakan objek-objek samawi lain di langit yang umumnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS 150 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS Pada bab ini, penulis akan menganalisis tentang sistem hisab Almanak Nautika dan Astronomical

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Solusi Tes Olimpiade Sains Nasional

Lebih terperinci

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI Resti Andriyani 4001411044 KONDISI FISIK Bumi Bulan Matahari BUMI Bumi merpakan planet yang KHAS dan ISTIMEWA Terdapat lautan, kegiatan vulkanik dan tektonik,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.5

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.5 1. Perhatikan peristiwa alam berikut ini! SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.5 1. Pergantian musim. 2. Perubahan lama waktu siang dan malam.kutub bumi 3. Terjadinya pembelokan

Lebih terperinci

Materi Bumi dan Antariksa)

Materi Bumi dan Antariksa) (Pendalaman Materi Bumi dan Antariksa) Hari/Tanggal : Rabu & Kamis,, 19 & 20 Sep 2007 Waktu : 13.55 11. 45 Penyaji : Drs. Yamin Winduono, M.Pd Tempat : Ruang Plato Brainstorming / Diskusi /Tanya jawab

Lebih terperinci

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan

Lebih terperinci

Gambar tata sury, alam 98

Gambar tata sury, alam 98 TATA SURYA Jika kita terbang mengarungi ruang angkasa meninggalkan bumi. Dari suatu tempat akan dapat melihat bumi bersama delapan planet lainnya bergerak mengedari matahari. Planetplanet (planetai = pengembara)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG A. Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Salat dengan Jam Bencet Karya K. Mishbachul Munir

Lebih terperinci

2.2 kinematika Translasi

2.2 kinematika Translasi II KINEMATIKA PARTIKEL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman dan kemampuan menganalisis serta mengaplikasikan konsep kinematika partikel pada kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Bila kita berkehendak mengadakan perbaikan, maka putar 2 (dua) sekrup yang terpasang di tepi bawah rumah cermin kecil itu.

Bila kita berkehendak mengadakan perbaikan, maka putar 2 (dua) sekrup yang terpasang di tepi bawah rumah cermin kecil itu. Cara ketiga Dengan menggunakan garis mendatar (cakrawala). Alhihade pada kedudukan not pandangan kita tujukan pada cakrawala dan kita goyang - goyangkan sextant ke kanan dan kekiri apabila bayangan langsung

Lebih terperinci

METODA-METODA PENGUKURAN

METODA-METODA PENGUKURAN METODA-METODA PENGUKURAN METDA PENGUKURAN HORIZONTAL 1. Metda poligon 2. Metoda Pengikatan 3. Global Positioning System (GPS) METODA PENGUKURAN VERTIKAL 1. M.Sifat Datar 2. M. Trigonometris 3. M. Barometris

Lebih terperinci

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL 7 th International Junior Science Olympiad (IJSO) 11 th Initational World Youth Mathematics Intercity Competition (IWYMIC) MODUL FISIKA GERAK (Sumber: College Physics,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode Pengukuran Arah Kiblat Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Lebih terperinci

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur ba - bb Yang diukur pada pengukuran waterpas terbuka tak terikat titik tetap adalah a. Jarak antartitik ukur Jarak antartitik ukur dapat dicari dengan persamaan : j = (ba bb) x 100 Keterangan: ba = benang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 BAB IV ANALISIS A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 1. Landasan Normatif Ada beberapa nash yang menjelaskan tentang waktu-waktu

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI Gambar Teknik i halaman ini sengaja dibiarkan kosong Gambar Teknik ii Daftar Isi Daftar Isi... iii... 1 1 Pendahuluan... 1 2 Sumbu, Garis, dan Bidang Isometri... 2 3 Skala

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH Misbah Khusurur Dosen Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap Jl. Kemerdekaan Barat No. 1, Kesugihan, 53274 ABSTRAK Adanya perbedaan

Lebih terperinci

GERAK EDAR BUMI & BULAN

GERAK EDAR BUMI & BULAN GERAK EDAR BUMI & BULAN Daftar isi : Pendahuluan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi : 1. Bentuk dan Ukuran Bumi 2. Pengaruh Rotasi Bumi 3. Pengaruh Revolusi Bumi 4. Bulan Sebagai Satelit

Lebih terperinci

GRAVITASI B A B B A B

GRAVITASI B A B B A B 23 B A B B A B 2 GRAVITASI Sumber: www.google.co.id Pernahkah kalian berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? Mengapa jika ada benda yang dilepaskan akan jatuh ke bawah dan mengapa

Lebih terperinci

Can be accessed on:

Can be accessed on: Pertemuan 5 Pembuatan Peta Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ Pendahuluan Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang terdapat di atas permukaan

Lebih terperinci

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.

Lebih terperinci

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya:

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya: TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya: 1. Planet 2. Asteroid 3. Satelit 4. Meteorid 5. Komet Planet Planet adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus Sundial Mizwala Qibla Finder Sundial adalah instrumen penunjuk waktu

Lebih terperinci

Klik. Korona pada Matahari

Klik. Korona pada Matahari Klik Korona pada Matahari Klik Kromosfer pada Matahari Klik TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya 1. Planet 2. Asteroid 3. Satelit 4. Meteoroid 5. Komet

Lebih terperinci

Tanah Homogen Isotropis

Tanah Homogen Isotropis Tanah Homogen Isotropis adalah tanah homogen yang mempunyai nilai k sama besar pada semua arah (kx = kz = ks). ks kx x z kz s Tanah Homogen Anisotropis adalah tanah homogen yang memiliki nilai k tidak

Lebih terperinci

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA V

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA V KTSP & K-13 Kelas X geografi JAGAD RAYA DAN TATA SURYA V Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perubahan bentuk muka Bumi. 2. Memahami

Lebih terperinci

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA SAINS BUMI DAN ANTARIKSA NAMA NIM : 15034038 FISIKA B 2015 : PUTI AULIA MARDIAH GERAK SEMU TAHUNAN MATAHRI A. Latar Belakang di beberapa kasus pada belahan bumi, terjadi perbedaan musim dan perbedaan lama

Lebih terperinci

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari 1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari Gerhana Matahari Peristiwa gerhana matahari cincin (GMC) terlihat jelas di wilayah Bandar Lampung, Lampung, pada letak 05.21 derajat

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI Geoid dan ellipsoida merupakan bidang 2 yang sangat penting didalam Geodesi. Karena masing 2 bidang tersebut merupakan bentuk bumi dalam pengertian fisik dan dalarn pengertian

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

NAMA :... NIM :... KELAS :......

NAMA :... NIM :... KELAS :...... NAMA :... NIM :... KELAS :...... T A T A S U R Y A Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusat tata surya, planet-planet (termasuk bumi) dan benda langit lain semuanya secara langsung dan tidak langsung

Lebih terperinci

Proyeksi Peta. Tujuan

Proyeksi Peta. Tujuan Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang bentuk permukaan bumi Memahami proyeksi dari peta bumi (3D) ke peta topografi

Lebih terperinci

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah Soal Babak Semifinal OMITS 007. Hubungan antara a dan b agar fungsi f x = a sin x + b cos x mempunyai nilai stasioner di x = π adalah a. a = b b. a = b d. a = b e. a = b a = b. Untuk interval 0 < x < 60,

Lebih terperinci

Pembagian kuadran azimuth

Pembagian kuadran azimuth Pengikatan ke muka Pengikatan kemuka adalah suatu metode pengukuran dan pengolahan data dari dua buah titik dilapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdirinya

Lebih terperinci

Kotak Perlengkapan Astronom Muda

Kotak Perlengkapan Astronom Muda Kotak Perlengkapan Astronom Muda Rosa M. Ros International Astronomical Union, Com. 46 Technical University of Catalonia, Spain Tujuan Memahami pentingnya pengamatan yang teliti. Memahami penggunaan berbagai

Lebih terperinci

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Sabar Nurohman Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi 1 Makalah Rotasi dan Revolusi bumi Guna memenuhi Tugas Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Disusun oleh Ketua Anggota : Syalmi : Yola Prawita Oti Mulyani Anggi Mutia Kelas : VII.4 SMP NEGERI 2 TOBOALI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek Sebagian ahli Falak menyatakan bahwa arah kiblat adalah jarak terdekat, berupa garis

Lebih terperinci

PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN

PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN Proyeksi isometri(k) dapat digolongkan sebagai gambar piktorial. Ketiga bidang pada sebuah objek 3D digambar dan tampak jelas. Dimensi objek gambar pun dapat diukur langsung

Lebih terperinci

3. MEKANIKA BENDA LANGIT

3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips

Lebih terperinci

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi ruang / daerah di sekitar magnet dimana benda-benda magnetik yang diletakkan di daerah ini masih dipengaruhi oleh magnet tersebut medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik medan magnetik di

Lebih terperinci

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT GEOMETRI BIDANG Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua, keliling serta luasan dari bidang tersebut, bentuk ini banyak kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen)

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREED KELAS 11 FISIKA Hukum Newton dan ravitasi - Latihan Soal Doc. Name: AR11FIS001 Version: 01-07 halaman 1 01. Perhatikan 3 buah massa yang berinteraksi berikut ini. Resultan gaya gravitasi pada

Lebih terperinci

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time Macam-macam Waktu Waktu (time) sangat penting bagi kehidupan kita. Allah SWT berfirman dengan bersumpah wal ashri. Barangsiapa yang pandai menggunakan waktu dengan benar, ia akan beruntung. Waktu terus

Lebih terperinci

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya.

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. BAB VII TATA SURYA STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. KOMPETENSI DASAR 1. Mendeskripsikan karakteristik sistem tata surya 2. Mendeskripsikan Matahari sebagai

Lebih terperinci

SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT

SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT Pengetahuan tentang arah kiblat yang benar sangat penting bagi ummat Islam. Ketika ummat Islam malaksanakan ibadah shalat, terdapat sebuah kewajiban untuk menghadap kiblat

Lebih terperinci

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam

Lebih terperinci