BAB II KAJIAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Evaluasi Pengertian Evaluasi Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220). Banyak definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi evaluasi menurut Tyler dalam Tayibnapis (2000 : 3) evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Maclcolm dalam Tayipnapis (2000 : 3) evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Menurut Stufflebeam dalam Tayibnapis (2000 : 14) evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut: Menurut Umar (2002 : 36) evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan harapan yang ingin diperoleh. Arikunto (2002 : 1) menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Dari pendapat diatas evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi

2 adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakikatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. jadi, pengukuran itu merupakan proses mengukur yang berfungsi sebagai alat evaluasi. Dari kegiatan pengukuran ini proses evaluasi dimulai (Kasim, 1993 : 18). Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat di dalamnya yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses (Kasim, 1993 : 18). Kriteria untuk memilih standar efektifitas (Sulistyo Basuki, 1993 : 198) adalah: a. Tingkat yang sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancang sebelumnya. b. Kemudian penerapannya. c. Informasi standar yang tepat serta terpilih padanya. d. Pemakaian penerimanya. e. Apabila diterapkan pada masyarakat yang berbeda / sesuai terkenal akan mempunyai hasil yang sesuai. Hal yang sama juga dikemukakan Crawford (2000 : 1) evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula. Dari pengertian pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa orang diatas, kita dapat menarik kesimpulan tentang evaluasi yakni,

3 evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauhmana keberhasilan sebuah program/keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut Tujuan dan Fungsi Evaluasi Menurut Weiss (1972b) dalam Euske (1984 : 69) tujuan evaluasi atau evaluation adalah: 1. Continuing or discontinuing a program; 2. Imroving practices and procedures of a program; 3. Adding or dropping specific strategies and tecnigues within a program or operation. 4. Instituting similar operations or programs elsewhere; 5. Allocating resources among competing operation and programs; 6. Accepting or rejecting a program approach or theory. Dengan kata lain tujuan evaluasi adalah: 1. Kelanjutan atau pemutusan sebuah program; 2. Peningkatan pelaksanaan dan prosedur sebuah program; 3. Penambahan atau penurunan strategi khusus tanpa sebuah program atau operasional; 4. Persamaan lembaga operasional atau program ditempat lain; 5. Pengalokasian sumber daya atau persaingan opeasional dan program; 6. Penerimaan atau penolakan sebuah pendekatan program atau teori. Dari beberapa tujuan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk memberikan pendekatan yang lebih baik dalam memberikan informasi untuk perbaikan dan pengembangan sebuah program. Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumya. Tanpa adanya evaluasi, program program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan

4 kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decicion maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program Alat penilaian Evaluasi Secara garis besar alat penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Alat yang berupa non tes dapat berupa (1) skala bertingkat untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan dan nilai, (2) wawancara, dan (3) pengamatan. Penggunaan alat alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di evaluasi (Umar, 2002 : 45) Standar Evaluasi Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama (Umar, 2002 : 40) yaitu: a. Utility (manfaat) Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan. b. Accuracy (akurat) Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. c. Feasibility (layak) Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa standar evaluasi bermanfaat untuk pengambilan keputusan yang memiliki tingkat ketepatan tinggi dan dapat dilaksanakan secara layak Evaluasi Koleksi Perpustakaan Evaluasi koleksi perpustakaan difokuskan dengan penentuan kekuatan dan kelemahan koleksi perpustakaan tersebut. Perluasan yang mendukung koleksi meliputi misi dan tujuan perpustakaan dan nilai koleksi untuk pengguna perpustakaan dan pengguna potensial perpustakaan..

5 berdasarkan: Menurut Fleet dalam Wallace ( 2002 : 117) evaluasi koleksi dilakukan 1. Providing access to multiple format, including print, audiovisual material, and electronic information, will continue as an important fuction of the library. 2. Defferent measures and evaluation contexts are appropriate for different purposes and settings. 3. Selection and interpretation of measures are grounded in the organization model and philosophical context of the library (mission and goals). 4. Multiple measures or data points reveal a more complete and accurate picture of the collection, its use, and its value as well as the interaction of the variables studied. 5. Measurement support evaluation. It does not substitute for it. 6. Evaluation leads to decision making. Dengan kata lain evaluasi koleksi dilakukan berdasarkan: 1. Penyediaan akses untuk berbagai format, termasuk print, audiovisual, dan format elektronik. 2. Perbedaan ukuran dan isi evaluasi yang memiliki perbedaan tujuan dan pengaturan. 3. Seleksi dan penafsiran ukuran berdasarkan model organisasi dan pilosofi konteks perpustakaan (misi dan tujuan). 4. Berbagai ukuran atau data yang lebih lengkap dan akurat dari koleksi, digunakan, dan bernilai baik dalam interaksi variabel pembelajaran. 5. Pengukuran dukungan evaluasi. Dan 6. Evaluasi pemimpin untuk pengambilan kebijakan. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi koleksi perpustakaan perlu dilakukan untuk menilai sejauh mana misi dan tujuan perpustakaan sudah tercapai. Evaluasi koleksi adalah suatu bagian yang terhubung dengan proses pengembangan koleksi, termasuk kebijakan penambahan koleksi, pengadaan, penyusunan, pengolahan, dan seleksi koleksi.

6 2.2 Ketersediaan Koleksi Pengertian Koleksi Perpustakaan Agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal perpustakaan harus dapat menyediakan dan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna demi melaksanakan program kegiatan perguruan tinggi yaitu tri dharma perguruan tinggi. Menurut Soetminah (1992 : 31) Koleksi perpustakaan adalah bahan pustaka yang dihimpun oleh suatu perpustakaan yang disediakan bagi masyarakat yang berminat memanfaatkannya. Koleksi perpustakaan biasanya diatur dan ditata secara sistematis, sehingga setiap pustaka dapat dengan mudah dicari dan ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan. Sedangkan menurut Siregar (1999 : 2) Yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi. Selain itu, Sulistyo Basuki (1993: 132) menyatakan bahwa Pentingnya koleksi bahan pustaka yang mutakhir dan seimbang Berdasarkan pendapat para ahli tersebut peneliti mencoba menyimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan perpustakaan baik yang lama maupun, mutakhir dan seimbang dikumpulkan, diolah dan disimpan di perpustakaan yang kemudian disajikan kepada pengguna guna pemenuhan kebutuhan mereka akan informasi Tujuan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan Tujuan ketersediaan koleksi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi, walaupun tujuan penyediaan koleksi untuk memenuhi kebutuhan pengguna, namun tujuan penyediaan koleksi tersebut tidaklah sama untuk semua jenis perpustakaan, tergantung pada jenis dan tujuan pada suatu perpustakaan. Menurut Siregar (1999 : 2) tujuan perpustakaan perguruan tinggi menyediakan koleksi: 1. Menggumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan civitas akademika perguruan tinggi induknya,

7 2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi yang menyeleggarakan perpustakaan tersebut. 3. Memiliki koleksi, bahan atau dokumen yang lampau dan yang mutakhir dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lain lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi penaungnya. 4. Memiliki koleksi yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serta pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi induknya 5. Memiliki bahan pustaka/informasi yang berhubungan dengan sejarah dan ciri perguruan tinggi tempat bernaung. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan perguruan tinggi haruslah lengkap dan relevan dengan kebutuhan setiap program studi perguruan tinggi. Koleksi juga harus sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi serta dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan Fungsi Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaan juga memiliki fungsi di dalam perpustakaan. Fungsi koleksi tersebut ditegaskan dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1993 : 65) adalah sebagai berikut: a. Fungsi Pendidikan Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis tingkat program yang ada. b. Fungsi Penelitian Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu mutakhir. c. Fungsi Referens Fungsi ini melengkapi kedua fungsi diatas dengan menyediakan bahan referens di berbagai bidang dan alat alat bibliografis yang di perlukan untuk penelusuran informasi. d. Fungsi Umum Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat sekitarnya. Dari pernyataan di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa koleksi perpustakaan mempunyai peranan penting bagi pengguna. Dalam dunia pendidikan, perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai sumber ilmu

8 pengetahuan. Begitu pentingnya perpustakaan sehingga dilukiskan sebagai inti atau jantung bagi program pendidikan perguruan tinggi Jenis Koleksi Perpustakaan Dalam melaksanakan tujuan penyediaan koleksi serta fungsi koleksi, perpustakaan berusaha untuk menyediakan bahan perpustakaan yang beraneka ragam jenis dan bentuk serta kandungan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan tersebut. Oleh karena itu ada beberapa jenis dan bentuk koleksi yang terdapat diperpustakaan. Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 51) jenis koleksi yang tersedia di perpustakaan meliputi: 1. Koleksi rujukan Koleksi rujukan merupakan tulang punggung perpustakaan dalam menyediakan informasi yang akurat. Berbagai bentuk dan jenis informasi seperti data, fakta, dan lain-lain dapat ditemukan dalam koleksi rujukan. Oleh sebab itu, perpustakaan perlu melengkapi koleksinya dengan berbagai jenis koleksi rujukan seperti ensiklopedi umum dan khusus, kamus umum dan khusus, buku pegangan, direktori, abstrak, indeks, bibliografi, berbagai standar, dan sebagainya baik dalam bentuk buku maupun non buku. 2. Bahan ajar Bahan ajar berfungsi untuk memenuhi kurikulum. Bahan ajar untuk setiap mata kuliah bisa lebih dari satu judul karena cakupan isinya yang berbeda sehingga bahan yang satu dapat melengkapi bahan yang lain. Disamping ada bahan ajar yang diwajibkan ada dan ada pula bahan ajar yang dianjurkan untuk memperkaya wawasan. Jumlah judul bahan ajar untuk setiap mata kuliah ditentukan oleh dosen, sedangkan jumlah eksemplarnya bergantung kepada tujuan dan program pengembangan perpustakaan setiap perguruan tinggi. 3 Terbitan berkala Untuk melengkapi informasi yang tidak terdapat di dalam bahan ajar dan bahan rujukan, perpustakaan melanggan bermacam-macam terbitan berkala seperti majalah umum, jurnal, dan surat kabar. Terbitan ini memberikan informasi mutakhir mengenai keadaan atau kecenderungan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Perpustakaan seyogyanya dapat melanggan sedikitnya satu judul majalah ilmiah untuk setiap program studi yang diselenggarakan perguruan tingginya. 4. Terbitan pemerintah Berbagai terbitan pemerintah seperti lembaran negara, himpunan peraturan negara, kebijakan, laporan tahunan, pidato resmi, dan sebagainya juga dimanfaatkan oleh para peneliti atau dosen dalam menyiapkan kuliahnya. Perpustakaan perlu mengantisipasi kebutuhan para penggunanya sehingga koleksi terbitan pemerintah, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,

9 departemen, non-departemen, maupun lembaga lainnya dapat memperoleh perhatian. 5. Selain terbitan pemerintah, koleksi yang menjadi minat khusus perguruan tinggi seperti sejarah daerah, budaya daerah, atau bidang khusus lainya juga perlu diperhatikan. Berbagai macam pustaka ini memuat kekayaan informasi yang penting, tidak saja untuk pengembangan ilmu. Koleksi itu harus selalu disesuaikan dengan perubahan program perguruan tinggi karena masingmasing bahan tersebut mengandung informasi yang berbeda pula., terutama bila ditinjau dari tingkat ketelitian, cakupan isi, maupun kemutakhirannya. Dengan koleksi yang jumlah atau jenisnya cukup, diharap program perguruan tinggi dapat berjalan dengan baik. 6. Apabila memiliki dana yang cukup, perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal, dan sejenisnya yang tercetak, tetapi juga menghimpun koleksi pandang-dengar seperti film, slaid, kaset video, kaset audio, dan pustaka renik, serta koleksi media elektronika seperti disket, compact disc dan online database/basis data akses maya. Koleksi ini disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. 7. Bahan bacaan untuk rekreasi intelektual Perpustakaan perguruan tinggi perlu menyediakan bahan bacaan atau bahan lain untuk keperluan rekreasi intelektual mahasiswa dan bahan bacaan lain yang memperkaya khasanah pembaca. Disamping itu, menurut Sumardji (1988: 13) mengenai unsur perpustakaan adalah sebagai berikut: Koleksi perpustakaan, dari unsur perpustakaan sebagai koleksi bahan bahan tertulis, tercetak ataupun grafis lainnya, maka koleksi tersebut dapat dibedakan menurut pengertian lebih lanjut seperti berikut: 1. Berdasarkan cara menghasilkannya, koleksi perpustakaan terdiri dari: - Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli, misalnya manuskrip; - Koleksi berupa karya cetakan, misalnya buku buku, majalah majalah, surat kabar. - Koleksi berupa karya alihan dari karya tulisan tangan asli maupun karya cetakan ke karya grafis dengan alat elektronik ataupun fotografi, misalnya film, slide, piringan hitam, tape, dan lainnya. 2. Berdasarkan bentuknya. Koleksi perpustakaan terdiri dari: - Buku, seperti buku teks, fiksi maupun non fiksi dan buku buku referensi seperti kamus, eksiklopedi, almanak, buku pegangan, bibliografi, indeks, peta dan sebagainya; - Penerbitan pemerintah, seperti Lembaran Negara, Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara, Tambahan Berita Negara, Himpunan Peraturan Peraturan Pemerintah dan sebagainya; - Laporan penelitian, Paper, Skripsi, Tesis, Disertasi; - Majalah, baik yang umum maupun yang khusus; - Surat kabar;

10 - Karya alihan tulisan tulisan ataupun cetakan cetakan yang telah dibuat menjadi film, slide, piringan hitam, tape, dan sebagainya; - Manuskrip Dari berbagai jenis koleksi yang dikemukakan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa suatu perpustakaan perguruan tinggi harus dapat memilih dan menentukan koleksi apa saja yang harus dimiliki oleh perpustakaan tersebut yang sesuai dengan penggunanya, dan semua jenis koleksi tersebut harus dapat dilayankan kepada civitas akademika dengan tujuan membantu mereka dalam mencari informasi yang dibutuhkan Pedoman Penghitungan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi Untuk dapat mengetahui besarnya koleksi perpustakaan perguruan tinggi tergantung pada jenjang pendidikan yang dilakukan oleh pergurusn tinggi yang bersangkutan seperti jumlah mahasiswa. Berdasarkan Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 : 20 ), persyaratan minimal koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut: A. Program diploma dan S1 a. 1 (satu) judul pustaka untuk setiap mata kuliah dasar keahlian (MKDK). b. 2 (dua) judul pustaka untuk setiap mata kuliah keahlian (MKK) c. Melanggan sekurang kurangnya 1 (satu) judul jurnal ilmiah untuk setiap program studi. d. Jumlah pustaka sekurang kurangnya 10 % dari jumlah mahasiswa dengan memperhatikan komposisi subjek pustaka. B. Program Pascasarjana a. Memiliki 500 judul pustaka per program studi b. Melanggan 2 (dua) jurnal ilmiah untuk setiap program studi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi, perpustakaan perguruan tinggi dianjurkan memiliki koleksi yang telah ditentukan di atas. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Depdikbud No /U/1991 dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 : 36) menyatakan bahwa: 1. Buku ajar wajib untuk mata kuliah umum (MKU) = jumlah MKU x 1 judul. 2. Buku ajar wajib mata kuliah dasar (MKDK) = jumlah MKDK x 1 judul.

11 3. Buku ajar wajib untuk mata kuliah keahlian (MKK) atau mata kuliah bidang studi (MKNS) = jumlah MKK / MKBS x 2 judul. 4. Buku ajar anjuran dan pengayaan untuk MKU, MKDK, MKK/ MKBS = jumlah (1,2,3 x 5 judul. Dari kedua pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa jumlah koleksi untuk mata kuliah dasar keahlian (MKDK) minimal 1 judul bahan perpustakaan untuk setiap mata kuliah dan minimal 2 judul bahan pustaka untuk mata kuliah keahlian (MKK). Namun pada buku pedoaman perpustakaan tidak dijelaskan perpustakaan harus memiliki minimal 1 judul jurnal ilmiah untuk setiap program studi Pengadaan Koleksi Perpustakaan Pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Koleksi yang diadakan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap, dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam sumber, seperti hadiah, tukar-menukar, titipan, dan pembelian. Menurut Soetminah (1992 : 71) cara Pengadaan koleksi perpustakaan dilaksanakan sebagai berikut: 1. Hadiah/sumbangan 2. Tukar-menukar 3. Titipan 4. Pembelian Sedangkan menurut Sulistyo Basuki ( 1993 : 222) Metode pengadaan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut: (1) Pembelian Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku. (2) Pertukaran Pustaka tertentu tidak dapat dibeli ditoko buku, hanya dapat diperoleh melalui pertukaran ataupun hadiah. (3) Hadiah Karena kondisi sosial ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembnagan perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat.

12 (4) Keanggotaan Organisasi Kadang kadang perpustakaan ataupun badan induk perpustakaan menjadi anggota sebuah perhimpunan atau organisasi. Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa koleksi perpustakaan harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna Pengembangan Koleksi Perpustakaan Pada hakikatnya perpustakaan bersifat universal, artinya ada dimana-mana baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun kantor pemerintah dan swasta yang memiliki tugas, fungsi yang sama yaitu menghimpun dan mengumpulkan, mengolah, memelihara, merawat, melestarikan dan melayankan kepada pengguna. Menurut Siregar (2004 : 121) Pengembangan koleksi adalah prioritas utama dalam suatu perpustakaan pemilihan koleksi merupakan kunci pengembangan koleksi kerjasama yang baik antar staf pengajar dengan pustakawan adalah suatu hal yang sangat menentukan dalam pemilihan koleksi yang mencakup referens kurikulum, umum dan penelitian. Sedangkan menurut Sutarno (2006 : 113) agar perpustakaan dapat membangkitkan minat baca pengguna, maka sudah seharusnya koleksi perpustakaan memberikan ciri dan warna sebagai berikut : 1. Memberikan ciri bagi jenis perpustakaan yang dibentuk. Misalnya perpustakaan umum, koleksinya mencakup semua disiplin ilmu dan dimaksudkan untuk dipakai oleh semua lapisan masyarakat, sehingga penekanannya terletak pada variasi jenis koleksi. 2. Merupakan daya tarik dan perhatian bagi pengunjung, artinya koleksi yang makin lengkap dan dengan terbitan yang relative baru, akan dapat memberikan kesempatan yang makin besar kepada pengunjung untuk memilih dan memperoleh informasi terkini. 3. Meningkatkan citra dan gambaran atas performs dan kinerja perpustakaan. Sedangkan menurut Soetminah (1992 : 257) menyatakan bahwa : Pengembangan koleksi menetapkan kegiatan kerja perpustakaan yang berupa tugas menyediakan sumber informasi dan memberikan pelayanan informasi kepada pemakai, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya maka setiap perpustakaan mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan pengembangan koleksi.

13 Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mencoba menyimpulkan bahwa dunia pendidikan dengan tugas dan aktivitasnya memerlukan kehadiran sebuah perpustakaan yang representatif dalam membina suatu perpustakaan yang dapat menjawab kebutuhan dan tantangan pendidikan serta membangkitkan minat baca pengguna, maka sudah seharusnya perpustakaan, khususnya bidang pembinaan koleksi harus membenahi diri dengan menyediakan berbagai sumber informasi yang sesuai dengan kurikulum serta ilmu pengetahuan yang sedang berkembang. Tidak hanya itu perpustakaan haruslah memiliki pedoman pengembangan koleksi untuk mengumpulkan informasi dan memberikan pelayanan Analisis Sitasi Pengertian Analisis Sitasi Kata sitiran merupakan terjemahan langsung dari kata citation atau sitasi dalam bahasa inggris. Menurut Harrod s Library Glossary and Reference Book (1990 : 20) citation adalah suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat. Menurut Lasa ( 1998 : 24) Analisis sitasi adalah cara penghitungan atas karya tulis yang disitir oleh pengarang. Karya itu dugunakan untuk persiapan penulisan karya tulis mereka. Sedangkan menurut ALA Glossary 0f Library and Information Science dalam Hasugian (2005 : 5) Sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu karya yang dikutip atau beberapa sumber yang memiliki otoritas. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sitiran adalah daftar pustaka dari sejumlah dokumen yang dirujuk atau yang dikutip oleh sebuah dokumen dan setiap daftar pustaka dokumen tersebut dimuat dalam bibliografi dokumen yang mengutip. Sitiran biasa muncul dalam catatan kaki, catatan akhir, bibliografi ataupun daftar pustaka. Kadang kadang citation dianggap sinonim dengan reference, tetapi bila kedua istilah tersebut diteliti dalam kamus bahasa ternyata makna istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 1078) menyatakan bahwa sitiran adalah menyebut atau menulis kembali kata kata yang telah disebut (ditulis) orang lain. Referensi berarti rujukan atau petunjuk, sedangkan citation (sitiran) berarti kutipan. Purnomowati (2005 : 3) menyatakan bahwa sitasi,

14 sitiran, atau citation adalah informasi ringkas tentang dokumen yang disitir dan disisipkan dalam teks, sementara informasi selengkapnya dimuat pada daftar referensi. Referensi yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah deskriptif bibliografi dari dokumen yang disitir, umumnya disusun berupa daftar yang disajikan pada akhir bab, artikel atau buku. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis sitasi merupakan daftar rujukan yang terdapat dalam suatu dokumen berarti daftar pustaka yang dijadikan acuan oleh penulis dalam menyusun karya tulisnya, sedangkan sitiran adalah karya yang digunakan sebagai bibliografi pada sebuah artikel atau buku. Price dalam Elita (2008 : 4) memberikan pandangan yang membedakan pengertian antara rujukan (reference) dengan sitiran (citation) dilihat dari bagaimana cara menghitungnya bahwa jumlah rujukan dari sebuah karya tulis dihitung dari bibliografi, baik itu berupoa catatan kaki maupun catatan akhir, sedangkan sejumlah sitiran dari sebuah karya tulis didapat dengan menghitung dalam indeks sitiran (citation index) untuk mendapatkan jumlah karya tulis karya tulis lain yang terdaftar didalamnya. Lebih Lanjut, Guha dalam Elita (2008 : 5) menyebutkan beberapa penggunaan sekunder sitiran: 1. Dipergunakan sebagai bibliografi. 2. Mempersiapkan daftar peringkat majalah. 3. Dipergunakan sebagai daftar peringkat. 4. Mengetahui hubungan penggunaan berbagai bentuk dokumen. 5. Mengetahui umur penggunaan dokumen. 6. Mengetahui keterhubungan dan keterkaitan subjek subjek. 7. Mengetahui asal usul atau akar dari subjek ilmu. 8. Kajian sitiran dari abstrak/indeks. Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran maupun referensi benar benar dibutuhkan dalam menghasilkan suatu karya tulis karena dapat membantu argumen peneliti melalui teori dan studi empiris yang terkait dengan literatur, dan membantu pembaca untuk memebedakan antara ide penulis dengan kesimpulan dari literatur.

15 adalah: Selanjutnya Sophia (2002 : 3) menyatakan bahwa arti sitasi atau citation 1. Action of any word or written passage, quotation 2. A reference to a passage in a book 3. To cie (a book, atu etc) for a particular statemen or passage. 4. To copy or repeat ( a passage, statement, etc) from book, document, speech, etc with some indication that one is giving a word of another. Dengan kata lain sitasi adalah: Sitasi adalah menunjukkan asal usul atau sumber kutipan, mengutip pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan mencantumkanny didalam suatu karya tulis yang dibuat,namun tetap mengidentifikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyaan orang lain. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen sedangkan rujukan adalah pernyataan yang diberikan oleh sebuah dokumen. Sitiran selalu berhubungan dengan dua jenis data, yaitu data yang disitir (cited document) dan data yang menyitir (citing document). Data yang dikaji dalam analisis sitiran adalah data yang disitir yang terdapat dalam data dokumen yang menyitir. Menurut Andriani (2003 : 29) sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen dari dokumen lain. Dengan demikian, sitiran mengarah pada karya yang diacu dan dilakukan oleh penulis sesudah karya yang diacu diterbitkan. Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran adalah pernyataan dari dokumen lain yang dikutip oleh sebuah dokumen. Sitiran atau citation di dalam penulisan ilmiah sangat penting. Dalam penulisan ilmiah, peneliti memerlukan bahan pustaka pendukung bagi tulisannya. Seorang peneliti atau penulis ilmiah wajib mencantumkan nama pengarang yang pernyataannya dikutip atau disitir didalam artikel, makalah, laporan hasil atau penelitian yang ditulisnya. Kewajiban tersebut untuk memperlihatkan bahwa sesungguhnya peneliti tersebut telah menelaah terlebih dahulu bidang yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian, sitiran dilatarbelakangi oleh hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir.

16 2.3.2 Analisis Sitiran Kajian informasi memiliki daftar pustaka, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran (citation analysis). Metode analisis sitiran merupakan salah satu teknik bibliometrika dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang mengkaji hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Menurut Busha dan Harter dalam Elita ( 2008 : 3) analisis sitiran adalah untuk mempertanggung jawabkan karya karya ilmiah, peringkat majalah penting, penambahan literatur yang relevan dengan pernyataan penelusuran dan untuk mengevaluasi kebutuhan ilmuan. Dengan demikian, analisis sitiran digunakan untuk mengevaluasi karya karya yang digunakan oleh sebuah dokumen. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2005 : 55) analisis adalah: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( karangan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya, dan penelaahan baik itu sendiri maupun hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan sitiran dalam Harrod s Librarian Glossary and Reference Book (1990 : 77) adalah suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat. Dengan demikian, analisis sitiran adalah penyelidikan terhadap daftar kepustakaan, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran ( citation analysis). Elita (2008 : 4) menyatakan bahwa: Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual keilmuan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari peneliti dan publikasi. Selanjutnya, analisis sitiran adalah cara perhitungan yang dilakukan atas karya tulis yang disitir oleh para pengarang ( Lasa, 1998 : 26). Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis sitiran adalah suatu cara untuk mengukur atau menghitung karya tulis yang dikutip oleh sebuah dokumen serta untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan. Kajian analisis sitiran dilatarbelakangi oleh tingkat pertumbuhan jurnal ilmiah yang sangat cepat dan mendorong para ahli informasi untuk mengembangkan metode analisis sitiran untuk mengkaji sebuah jurnal. Dalam bibliometrika, yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya informasi dalam

17 bentuk grafis. Dengan demikian, objek kajiannya adalah buku, pengarang (hasil karyanya), majalah, laporan penelitian, disertasi dan sebagainya. Analisis sitiran dalam kajian bibliometrika memiliki cara dalam menentukan beberapa kebijakan. Hartinah (2002 : 2) Menyatakan bahwa pada kajian bibliometrika banyak digunakan analisis sitiran sebagai cara untuk menentukan berbagai kepentingan atau kebijakan seperti: 1. Evaluasi program riset. 2. Penentuan ilmu pengetahuan. 3. Visualisasi suatu disiplin ilmu. 4. indikator iptek. 5. faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor). 6. Kualitas suatu majalah. 7. Pengembangan koleksi majalah, dan lain lain. Dengan demikian, analisis sitiran digunakan dalam berbagai kepentingan dan kebijakan. Beberapa cara di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sitiran sangat berguna untuk menganalisis setiap bidang ilmu untuk mengevaluasi majalah/jurnal maupun penulis yang paling banyak disitir oleh jurnal lain atau penulis lain. Analisis sitiran merupakan penyelidikan terhadap data sitiran. Menurut Hartinah ( 2002 : 1) Analisis sitiran adalah penyelidikan melalui data sitiran dari suatu dokumen, baik dokumen yang disitir maupun dokumen yang menyitir. Lebih jauh Strohls dalam Hasugian (2005 : 3) merumuskan definisi dari analisis sitiran, yaitu sebagai suatu studi terhadap kutipan yang berupa daftar pustaka dari sebuah teks, artikel jurnal, disertasi mahasiswa, atau sumber lainnya dengan melakukan pemeriksaan terhadap bagian tersebut. Mengacu kepada kedua pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa analisis sitiran adalah suatu kajian yang digunakan untuk menyelidiki atau memeriksa sejumlah data sitiran dari suatu literatur atau dokumen yang menyitir maupun yang disitir. Analisis sitiran merupakan salah satu jenis evaluasi perpustakaan yang digunakan oleh pustakawan diluar negeri untuk membantu pemeliharaan koleksi. Smith dalam Elita (2008 : 9) Menyatakan bahwa kajian sitiran adalah bagian dari bibliometrika berkaitan dengan studi mengenai hubungan tersebut. Analisis

18 sitiran merupakan bagian dari bibliometrika. Bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian yang bersifat deskriptif, misalnya yang berkaitan dengan studi mengenai hubungan tersebut. Analisis sitiran merupakan bagian bibliometrika. Bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian deskriftif, misalnya yang berkaitan dengan kepengarangan, dan bersifat evaluatif, misalnya untuk mengkaji penggunaan literatur melalui analisis sitiran. Menurut Martyn dalam Elita (2008 : 9) analisis sitiran adalah analisis atas sejumlah sitiran atau sejumlah rujukan yang terdapat dalam tulisan ilmiah atau literatur primer. Analisis sitiran umumnya dilakukan terhadap artikel majalah karena sifatnya yang tertib secara teratur, mutakhir, dan dipublikasikan secara umum. Hal yang diselidiki dalam analisis sitiran mencakup subjek, pengarang, sumber sumber dokumen dan tahun dokumen. Sulistyo Basuki (1998 : 6) menyatakan bahwa: Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari penelitian dan publikasi. Dengan demikian, penulis dapat merumuskan bahwa analisis sitiran adalah bagian dari kajian bibliometrika dan yang dikaji adalah dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir pada sebuah karya ilmiah. Aspek yang dikaji dalam analisis sitiran disesuaikan dengan kebutuhan peneliti atau penulis yang bersangkutan. Ditegaskan juga oleh Garfield dalam Hartinah (2002 : 3) bahwa analisis sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek yang diperlukan, tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable. Dalam menggunakan kajian analisis sitiran, masalah yang perlu dipertimbangkan adalah: 1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian 2. Penulis yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan. 3. Jenis sumber dokumen (artikel, makalah, dan lain lain). 4. Tidak dibatasi oleh waktu. 5. Untuk bidang yang multi disiplin, kesulitan untuk analisis subjek.

19 Berdasarkan beberapa penegasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kajian analisis sitiran digunakan karena adanya beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan didalam menganalisis sitiran suatu dokumen. Kegiatan sitir menyitir merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam penulisan sebuah karya tulis dan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang peneliti atau penulis, karena untuk menghasilkan karya atau dokumen baru sangat membutuhkan bahan rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen yang menyitirnya Kriteria dalam Menyitir Dokumen Seorang peneliti harus memahami kriteria dalam menyitir dokumen yang akan dijadikan rujukan. Oleh karena itu, sebuah dokumen akan disitir oleh pengarang atau peneliti bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah yang dilakukan. Dengan demikian, tidak semua dokumen yang berkaitan dapat langsung dikutip atau disitir tetapi harus benar benar relevan dengan topik yang diteliti. Kegunaan dokumen bagi peneliti tidak hanya menyangkut topik yang relevan tetapi juga kebaruan, kualitas, kepentingan dan kredibilitas. Dengan kata lain, dokumen yang mempunyai kegunaan (utility) akan diberi nilai oleh peneliti dan menentukan apakah dokumen itu layak disitir atau tidak. Pendapat Wang dan Soergel dalam Andriani (2003 : 9) menyatakan bahwa nilai kegunaan suatu dokumen dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu : 1. Epistemic value : kegunaan suatu dokumen dalam memenuhi keinginan atas pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui. Melihat definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa nilai epistemic merupakan persyaratan bagi semua dokumen. Dokumen yang tidak memiliki nilai epistemic kemungkinan tidak akan disitir. 2. Fuctional value : kegunaan suatu dokumen karena memberi kontribusi pada tugas atau penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi. 3. Conditional value : kegunaan dokumen akan muncul bila beberapa kondisi atau syarat terpenuhi. Dokumen akan diberi nilai yang bisa memperkuat isi dokumen tersebut. 4. Social value : kegunaan suatu dokumen akan diberi nilai social tinggi bila dokumen tersebut berhubungan dengan suatu badan atau individu berpengaruh terhadap peneliti, seperti dosen pembimbing atau figur yang terkenal dibidangnya.

20 Dari poin dua terlihat bahwa kontribusi dari suatu dokumen sangat mempengaruhi dalam sitir menyitir, yaitu dalam hal teori, data pendukung empiris, atau metodologi. Demikian juga dengan poin nomor empat terlihat bahwa status kepengarangan dari suatu dokumen juga mempengaruhi dalam sitir menyitir. Oleh karena itu, alasan penulis atau peneliti untuk menyitir sebuah dokumen memiliki variasi yang berbeda. Peneliti atau penulis mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen tidak hanya mengandalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain. Margono dalam Silaen ( 2005 : 26) menyatakan bahwa : Acuan yang dipakai oleh seorang pengarang untuk menulis karya ilmiahnya sangat beragam dan tergantung dari permasalahan yang akan dipecahkannya. Oleh sebab itu, bahan rujukan yang diapakainya sangat bervariasi,namun tetap berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis merumuskan bahwa seorang penulis akan menyitir dokumen yang bervariasi dengan ketentuan bahwa dokumen yang disitir harus berhubungan dengan topik atau permasalahan yang dikaji oleh penulis. Pengambilan keputusan untuk menyitir suatu dokumen dilakukan dengan menerapkan beberapa kriteria. Menurut Wang dan Soegel dalam Andriani (2003 : 11) Kriteria merupakan suatu filter yang diaplikasikan oleh penulis dalam membuat suatu keputusan. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah : 1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup Who (siapa), when (kapan topik tersebut didiskusikan), where (di mana topik itu menjadi berarti), dan how (bagaimana hubungan topik iti dengan topik lain). 2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen tersebut ditujuk. 3. Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemingkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sam dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. 4. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial dibidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu.

21 5. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen. 6. Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir. 7. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru. 8. Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan 9. Recency/kemutakhiran, membandingkan corak baru suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan. Berdasarkan kriteria di atas dapat ditemukan bahwa pada poin nomor lima, enam, dan sembilan jelas bahwa nama jurnal atau tipe dokumen, figur kepengarangan, dan tingkat kemutakhiran dokumen juga mempengaruhi dalam menyitir sebuah dokumen. Selain kriteria yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan. Dengan demikian, tidak hanya kriteria dari dalam dokumen saja yang perlu penilaian terhadap dokumen yang akan disitir. Menurut White and Wang dalam Andriani (2003 : 12) ada beberapa kriteria diluar dokumen yang juga harus dipertimbangkan, yaitu: 1. Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Liu (1993 : 13) menunjukkan bahwa rujukan dokumen yang tertera pada daftar pustaka secara positif berhubungan dengan ketersediaan dokumen tersebut diperpustakaan institusi penulis. 2. Syarat khusus. Keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan suatu dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir dokumen. Diantaranya adalah penguasaan bahasa, penguasaan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalm microfilm. 3. Kendala waktu. Dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan terkadang tidak dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman terlampau tabal sehingga tidak sempat terbaca. Berdasarkan kriteria diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam menyitir sebuah dokumen, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh penyitir, diataranya adalah kemampuan penyitir dalam hal bahasa, kemampuan dalam menggunakan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm kemudahan dalam mendapat dokumen serta kendala waktu. Dari kriteria diatas, selanjutnya penulis atau pengarang membuat penilaian dan mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen.

22 Dalam membuat penilaian, penulis/pengarang mengacu pada decision rule yang dikemukakan oleh Soergel dalam Andriani (2003 : 12-13), yaitu strategi pengambilan keputusan untuk menyitir atau tidak suatu dokumen. Decision rule tersebut adalah sebagai berikut. 1. Elimination rule. Keputusan untuk menolak suatu dokumen karena dokumen tersebut memuat suatu aspek yang tidak bisa dipakai sebagai bahan rujukan. 2. Multiple criteria rule. Beberapa kriteria diterapkan untuk menerima atau menolak suatu dokumen. 3. Dominance rule. Suatu dokumen memiliki kesamaan dengan dokumen lain sehingga perlu diseleksi yang paling dominan. 4. Scarcity rule. Banyak dokumen yang diperlukan namun hanya sedikit yang bisa diperoleh sehingga kriteria dalam penilaian dokumen diperingan. 5. Satisfy rule. Dokumen yang didapat sudah sesuai dengan topik yang diinginkan sehingga diputuskan untuk tidak mencari dokumen lain. 6. Chain rule. Mengidentifikasi dokumen yang mempunyai hubungan dengan dokumen lain. Misalnya artikel asli dengan dokumen yang memuat kritik terhadap artikel tersebut. Contoh lainnya adalah artikel yang terkumpul dalam satu volume atau topik yang memuat pada suatu jurnal. Berdasarkan beberapa pandapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam menyitir dokumen, seorang penulis/peneliti harus mempertimbangkan beberapa kriteria dalam menentukan dokumen yang akan dijadikan sebagai rujukan. Kriteria tersebut dapat berasal dari dalam penilaian suatu dokumen yang akan disitir diantaranya adalah kepengarangan, nama atau judul jurnal, tipe dokumen serta kemutakhiran dokumen. Disamping kriteria dari dalam dokumen tersebut, faktor luar dokumen juga mempengaruhi, salah satunya diantaranya adalah kemampuan penulis/peneliti dalam hal bahasa. Semua kriteria yang telah dibahas diatas dapat dijadikan sebagai sebuah pertimbangan dalam menyitir sebuah dokumen. Denga demikian, banyak faktor yang menentukan kualitas suatu literatur yang akan dijadikan rujukan dalam menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah Sumber Sumber Sitiran Seorang peneliti membutuhkan informasi dan data yang akurat. Dengan demikian, perlu dilakukan studi pada literatur primer dan sekunder. Mengacu pada

23 pendapat yang dikemukan oleh Sulistyo Basuki (1993 : 161) bahwa literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli, baik penelitian dasar maupun penelitian terapan. Selanjutnya, literatur primer didefinisikan secara rinci oleh Sulistyo Basuki (1993 : 161) : Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan sebuah teori, atau pun penjelasan teori, ide sehingga merupakan informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk literatur primer adalah majalah ilmiah (selanjutnya disebut majalah), laporan penelitian, jurnal disertasi, tesis, paten, kertas kerja lokakarya, dan kartu informasi. Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa literatur primer merupakan literatur yang memuat hasil penelitian asli yang dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data dan informasi yang akurat. Literatur primer memiliki perkembangan yang semakin pesat. Namun perkembangan tersebut tidak berarti bahwa literatur primer selalu dipublikasikan. Dengan kata lain bahwa selain dipublikasikan, literatur primer juga ada yang tidak dipublikasikan. Perkembangan yang semakin pesat tersebut disebabkan oleh kebutuhan dan besarnya rasa ingin tahu manusia dalam meneliti suatu bidang ilmu pengetahuan. Kebutuhan seseorang akan suatu bidang ilmu pengetahuan dikarenakan oleh tuntutan perkembangan zaman. Disamping menambah pengetahuannya, juga termotivasi untuk mencari bagaimana cara memecahkan masalah dalam bidang ilmu pengetahuan yang dia kaji. Hal ini juga berdampak pada hasil penelitian, baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk elektronik yang dipublikasikan melalui media internet. Disamping literatur primer, literatur sekunder juga merupakan data dan informasi yang diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Peneliti memperoleh informasi dan petunjuk tentang literatur primer dan literatur sekunder. Dengan demikian, literatur digunakan sebagai alat untuk menelusur dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang keberadaan informasi primer. Lebih jelasnya dikemukakan oleh Sulistyo Basuki (1993 : 161) bahwa literatur sekunder umumnya berupa karya referensi yang berisi penjelasan dan pembahasan tentang literatur primer secara lebih rinci. Literatur sekunder termasuk bibliografi, indeks, abstrak, ensiklopedia, kamus, dan tabel.

24 2.3.5 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran Pada dasarnya bibliometrika mengkaji penggunaan literatur dan perhitungan rujukan dan dokumen yang disitir. Dengan demikian, ruang lingkup analisis sitiran dalam bibliometrika mencakup tiga jenis kajian literatur. Menurut Sulistyo Basuki (1988 : 60 ) Ketiga jenis literatur tersebut adalah : 1. Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk dalam literatur primer ialah majalah ilmiah (selanjutnya disebut sebagai majalah), disertasi, paten, kartu informasi (kartu yang berisi laporan kemajuan sebuah penelitian, lazimnya dikirim oleh lembaga penelitian kepada ilmuwan dalam bidang yang sama). 2. literatur sekunder adalah literatur yang memberikan informasi tentang literatur primer, yang terrmasuk didalamnya adalah bibliografi, majalah, indeks, majalah abstrak, katalog. 3. Literatur tersier adalah literatur yang memberikan informasi tantang literatur sekunder. Contohnya ialah bibliografi dari bibliografi, direktori dan biografi. Meskipun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatur diatas, namun kenyataannya yang menjadi objek utama adalah majalah atau jurnal ilmiah. Hal ini karena bibliometrika menganggap bahwa majalah/jurnal ilmiah sebagai : 1. Media paling penting dalam komunikasi ilmiah. 2. Merupakan pengetahuan publik, serta 3. Arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat (Sulistyo Basuki, 2002 : 2). Dari ketiga hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa majalah/jurnal ilmiah merupakan media yang diperlukan oleh peneliti dalam hal komunikasi Ilmiah serta merupakan pengetahuan publik sekaligus sebagai arsip umum. Majalah sebagai objek kajian memiliki parameter yang tidak dapat dilepaskan dari ciri majalah. Parameter majalah ini juga digunakan untuk mengkaji sitiran karya ilmiah lainnya, misalnya skripsi, tesis maupun disertasi. Menurut Sulistyo Basuki (2002 : 4) ada beberapa parameter majalah: 1. Pengarang 2. Judul artikel 3. judul majalah 4. Tahun terbit

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sitiran Kata sitiran merupakan terjemahan langsung dari kata citation dalam bahasa Inggris. Menurut Harrod s Librarian Glossary and Reference Book (1990 : 20) citation adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruaan tinggi merupakan salah satu sarana dalam melaksanakan program pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR 8 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian Sitiran Dalam ilmu perpustakaan dan informasi dikenal adanya istilah sitiran. Kata sitiran berasal dari bahasa Inggris yaitu citation. Sitiran memiliki makna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Noerhayati (1987:1) mengatakan perpustakaan perguruan tinggi adalah

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Noerhayati (1987:1) mengatakan perpustakaan perguruan tinggi adalah BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Noerhayati (1987:1) mengatakan perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu sarana dalam melaksanakan program pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X Sri Wahyuni 1, Elva Rahmah 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email: wahyuni.sri97@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Universitas Negeri Medan (UNIMED merupakan salah satu perguruan tinggi, memiliki tiga landasan perguruan tinggi yang harus dilakukan oleh seluruh civitas akademika

Lebih terperinci

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI Oleh: Magritha Tular email: magrithatular@yahoo.com Abstrak Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iis Naeni Sabila, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iis Naeni Sabila, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang begitu pesat saat ini menuntut pusat-pusat informasi mengimbangi perkembangan tersebut dengan terus belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi (TI) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu memberikan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Ketersediaan Koleksi Pengertian ketersediaan koleksi menurut Sutarno (Sutarno 2007, 85) yaitu Ketersediaan koleksi perpustakaan adalah sejumlah koleksi atau bahan pustaka yang

Lebih terperinci

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI Mata Kuliah Akusisi Selasa, 23 Maret 2010 Dosen: 1. Dr. H. Dinn Wahyudin, M.A. 2. Hada Hidayat M., S.Sos. 3. Damayanty, S.Sos. 23 Maret 2010 MATA KULIAH AKUISISI, DY 2010 1 KOLEKSI

Lebih terperinci

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA MATERI: 13 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MENULIS KARYA ILMIAH 1 Kamaruddin Hasan 2 arya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (ya ng berupa hasil pengembangan) yang

Lebih terperinci

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd Disajikan pada Pendidikan pada Pendidikan dan Pelatihan Pelatihan Perpustakaan para guru se-kota Mojokerto Tanggal 5-7 Januari 2012 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Sitiran Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang dimaksud dengan sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu karya yang dikutip atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di suatu P.T perguruan tinggi. Sesuai

Lebih terperinci

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Makalah ini disampaikan pada Diklat calon tenaga pustakawan Pesantren Mahasiswa Al-Hikam II Depok Tanggal 21 April 2009 OLEH : SETIAWAN, S.Sos (Pustakawan Pertama) UPT PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menulis dan mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap penting (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya peradaban

Lebih terperinci

PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI

PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI Oleh, ~$i;fl!j[~/\~fi':&'-k!! --,: d I(ny 9; '.C, bl 9.:,., :.:\ ~ ; I,:. 1,,,.t:i, ~ tm-fip\s!,,;l[:f\hp,s\ - 1. 1 1

Lebih terperinci

Lusi Anggraini 1, Bakhtaruddin Nst 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

Lusi Anggraini 1, Bakhtaruddin Nst 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang EVALUASI KETERSEDIAAN KOLEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SITIRAN TERHADAP TESIS MAHASISWA PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK TAHUN 2012 DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Lusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu unsur pendukung akademik penting yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 32 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Oleh Surya Mansjur Sulastuti Sophia Akhmad Syaikhu Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya, mengembangkan diri dan pemenuhan kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya, mengembangkan diri dan pemenuhan kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan informasi untuk memperkaya ilmu pengetahuannya, mengembangkan diri dan pemenuhan kebutuhan dalam melaksanakan aktivitasnya, seperti dosen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa dan telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH R. POPPY YANIAWATI UNIVERSITAS PASUNDAN, BANDUNG Disajikan pada Bimtek Penulisan Karya Ilmiah bagi Dosen PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah IV, 20-22 Pebruari 2018, Jati Nangor,

Lebih terperinci

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN FAKULTAS SYARIAH UIN IMAM BONJOL PADANG

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN FAKULTAS SYARIAH UIN IMAM BONJOL PADANG PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN FAKULTAS SYARIAH UIN IMAM BONJOL PADANG Murnahayati e-mail : murnahayati_mur@yahoo.com Pustakawan UIN Imam Bonjol Padang Abstrak : Pengadaan bahan pustaka merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis merujuk pada beberapa karya tulis berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS PADA PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

TINJAUAN TEORITIS PADA PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI BAB II TINJAUAN TEORITIS PADA PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI 2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Unit kerja yang berupa tempat untuk

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL

Lebih terperinci

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA Oleh: Abd Manaf Mamonto Antonius M. Golung (e-mail: abdmanafmamonto@gmail.com) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai institusi yang menyediakan koleksi bahan pustaka tertulis, tercetak dan terekam, yang didayagunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian

Lebih terperinci

Pengembangan Koleksi. Presented by Yuni Nurjanah. Pengembangan Koleksi Modul 4 by Yuni Nurjanah

Pengembangan Koleksi. Presented by Yuni Nurjanah. Pengembangan Koleksi Modul 4 by Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 4 Presented by Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 4 by Yuni Nurjanah 3/31/2010 SELEKSI BAHAN PUSTAKA A. Proses Seleksi 2. Pi Prinsipseleksii lki 3. Variasi dalam seleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia berkembang sangat pesat dan telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS Pengertian Evaluasi Beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli :

BAB II KAJIAN TEORITIS Pengertian Evaluasi Beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli : BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

Lebih terperinci

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perkembangan informasi yang semakin cepat, menjadikan informasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat Indonesia.Perkembangan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era informasi dan globalisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Sehingga

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi,

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi, Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Selama berabad-abad keberadaan perpustakaan tetap dipertahankan karena perpustakaan mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Fungsi tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan koleksi Perpustakaan 2.1.1 Pengertian Pengembangan Koleksi Perpustakaan Pengembangan koleksi adalah suatu istilah yang digunakan secara luas di dunia perpustakaan

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no.1 MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR 2000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal, khususnya pendidikan tinggi, menjadikan perguruan tinggi sebagai sektor strategis yang diharapkan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Secara umum, pengertian perpustakaan adalah suatu ruangan yang berisi buku-buku yang disusun berdasarkan sistem tertentu

Lebih terperinci

Zulmaisar. St 1, Elva Rahmah 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

Zulmaisar. St 1, Elva Rahmah 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang ANALISIS SITIRAN TERHADAP TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 2010 2012 Zulmaisar. St 1, Elva Rahmah 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada di lingkungan kampus. Penggunanya adalah sivitas akademika perguruan tinggi tersebut. Adapun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOLEKSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI DI DIREKTORAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PENGEMBANGAN KOLEKSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI DI DIREKTORAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA PENGEMBANGAN KOLEKSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI DI DIREKTORAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Suharti Pustakawan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta suharti@uii.ac.id Abstrak Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, perpustakaan sebagai salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab I (satu) ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER INFORMASI

PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER INFORMASI PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER INFORMASI Makalah OLEH: JUNAIDA, S.SOS NIP. 197806022003122004 PUSTAKAWAN MUDA PERPUSTAKAAN DAN SITEM INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 KATA PENGANTAR Syukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengembangan Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kriteria dan jenis sebuah perpustakaan. Oleh sebab itu, dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO

STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO Oleh: Anthonius M. Golung e-mail: tonygolung@yahoo.com Abstract Target of this research is to know student

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 26 PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH Oleh: Sulastuti Sophia Pusat Perpustakaan dan PenyebaranTeknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2002

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di suatu perguruan tinggi. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan salah satu Eselon I (satu) di Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpustaakaan Perguruan Tinggi Dalam bab kedua ini, penulis akan memberikan beberapa tinjauan teoritis yang akan digunakan sebagai acuan atau pegangan dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut F.Rahayuningsih dalam bukunya pengelolaan perpustakaan (2007 : 12) menyatakan bahwa, kegiatan-kegiatan pokok perpustakaan sebagai berikut : 1. Pengembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 91, 1991 (KEHAKIMAN. PENERANGAN. Kebudayaan. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan informasi yang sangat pesat seperti saat ini semua orang membutuhkan informasi sebagai suatu hal yang wajib di konsumsi. Tanpa informasi atau ketinggalan

Lebih terperinci

MAKALAH PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR YANG PENTING. Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

MAKALAH PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR YANG PENTING. Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester MAKALAH PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR YANG PENTING Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Matakuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang evaluasi keterpakaian koleksi telah dilakukan oleh beberapa orang peneliti, diantaranya: Sri Puja Sukmawati pada tahun 2006 tentang Evaluasi

Lebih terperinci

PROFIL KOLEKSI PERPUSTAKAAN IPB

PROFIL KOLEKSI PERPUSTAKAAN IPB 4. Desentralisasi Pelayanan Pengguna Kegiatan pelayanan pengguna meliputi peminjaman/pengembalian dan perpanjangan buku (lazim disebut sirkulasi) serta penelusuran informasi (kegiatan menemukan kembali

Lebih terperinci

Perpustakaan perguruan tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi Standar Nasional Indonesia Perpustakaan perguruan tinggi ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Misi... 3

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 29 Yogyakarta. website: bpad.jogjaprov.go.id e-mail: bpad_diy@yahoo.com Jogja Istimewa, Jogja

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponennya atau elemennya. Pendekatan

Lebih terperinci

lokakarys Fungsional Non Psneii yang balk dan berkesinambungan. Juga diharapkan dapat menghindari terjadinya duplikasi penelitian maupun untuk meningk

lokakarys Fungsional Non Psneii yang balk dan berkesinambungan. Juga diharapkan dapat menghindari terjadinya duplikasi penelitian maupun untuk meningk Lokakarya Fungsional Non Penet I PENGKEMASAN DAN LAYANAN DOKUMENTASI-INFORMASI PADA INSTANSI RISET Harinoto Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor PENDAHULUAN Produk dari lembaga riset adalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO 30 BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Usaha pendirian Perpustakaan Fakultas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA-REKAM PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

Berikut adalah pengertian dokumen dari beberapa sumber, antara lain : 1. Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyebutkan :

Berikut adalah pengertian dokumen dari beberapa sumber, antara lain : 1. Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyebutkan : SISTEM DOKUMENTASI Materi Presentasi 1 2 3 4 5 6 Pengertian Dokumen Pengertian Dokumentasi Perbedaan Dokumen & Dokumentasi Jenis-jenis Dokumen Ruang Lingkup Dokumen Kegunaan, Peranan & Kegiatan Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MAHASISWA BARU DALAM MENGGUNAKAN PERPUSTAKAAN

KETERAMPILAN MAHASISWA BARU DALAM MENGGUNAKAN PERPUSTAKAAN KETERAMPILAN MAHASISWA BARU DALAM MENGGUNAKAN PERPUSTAKAAN Makalah OLEH : JUNAIDA, S.Sos NIP. 132303359 PERPUSTAKAAN DAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 1 KATA PENGANTAR Puji dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah tempat orang berinteraksi untuk menimba, berbagi, menerapkan, dan mengembangkan ilmu. Keseluruhan aktifitas ini berkaitan dan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu perpustakaan bagi kehidupan masyarakat sangatlah penting. Perpustakaan pada masa sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi,

Lebih terperinci

Langkah Sebelum Menulis Artikel Judul (1)

Langkah Sebelum Menulis Artikel Judul (1) K13 MPPI Pentingnya Publikasi Hasil Penelitian Penulisan Artikel Laporan Kegiatan S-1 Tidak Terakreditasi Alfiasari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen S-2 Publikasi Berkala Terakreditasi FEMA IPB 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan dijadikan salah satu pusat

BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan dijadikan salah satu pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu: Nanik Arkiyah, M. IP Disusun oleh: Nama : Siska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahayu Kusumaningratyas,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahayu Kusumaningratyas,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat, seiring dengan kemajuan zaman dan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Masyarakat dituntut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH Perpustakaan sebagai media sumber belajar peserta didik berperan penting terhadap mutu pendidikan peserta didik. Implementasi manajemen perpustakaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan merupakan tempat untuk untuk menyimpan dan memberikan sebuah informasi kepada pemustaka. Selanjutnya informasi tersebut

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR. Nanik Arkiyah, M. IP

PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR. Nanik Arkiyah, M. IP PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR Nanik Arkiyah, M. IP Anindita Hildani 1300005341 7A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom

BAB I PENDAHULUAN Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom Perpustakaan IM Telkom merupakan fasilitas yang diperuntukkan bagi mahasiswa dan para dosen IM

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KOLEKSI

PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KOLEKSI PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KOLEKSI Mata Kuliah Akusisi Selasa, 9 Februari 2010 Dosen: 1. Dr. H. Dinn Wahyudin, M.A. 2. Hada Hidayat M., S.Sos. 3. Damayanty, S.Sos. Perpustakaan dan Unit Informasi Tujuan

Lebih terperinci

LAYANAN REFERENSI DAN PROMOSI KOLEKSI REFERENSI

LAYANAN REFERENSI DAN PROMOSI KOLEKSI REFERENSI LAYANAN REFERENSI DAN PROMOSI KOLEKSI REFERENSI Materi disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Mutu Tenaga Pustakawan STAH Santika Dharma Malang Di UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang Oleh: Nining

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat pula. Perpustakaan sebagai pusat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Lebih terperinci

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan Nurul Alifah Rahmawati Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstrak Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama dalam mendirikan suatu perpustakaan. Dengan adanya paradigma baru dapat disimpulkan bahwa,

Lebih terperinci

Pengembangan Koleksi Modul 3

Pengembangan Koleksi Modul 3 Pengembangan Koleksi Modul 3 Presented by Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 3 by Yuni Nurjanah A. Mengenal Masyarakat yang dilayani B. Diperlukannya Kajian Pengguna C. Unsur-unsur Kajian D. Hal-hal

Lebih terperinci

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara)

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara) Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara) Oleh : Stevano Thomas (Nim : NIM. 0908110009) email : stevano.thomas@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I. Universitas Sumatera Utara

BAB I. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jurnal merupakan salah satu jenis koleksi perpustakaan yang wajib ada, terutama pada perpustakaan perguruan tinggi. Dalam jurnal terdapat beberapa artikel hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO A. Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan Perpustakaan Fakultas Sastra berdiri seiring dengan berdirinya Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Bibliomerika 2.1.1 Sejarah Ringkas dan Pengertian Bibliometrika Sebelum ada istilah Bibliometrika terlebih dahulu dikenal istilah Statistical Bibliography yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR PENYUSUN NOVI TESTA PAMUNGKAS 1300005017 VII A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Kata Pengantar Dengan menyebut

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PERPUSTAKAAN DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan adalah salah satu media perantara yang penting menyangkut rantai penyebaran informasi. Dalam perkembangan informasi digital peran perpustakaan adalah

Lebih terperinci

Pengadaan Bahan Pustaka Untuk Perpustakaan Sekolah Gatot Subrata

Pengadaan Bahan Pustaka Untuk Perpustakaan Sekolah Gatot Subrata Pengadaan Bahan Pustaka Untuk Perpustakaan Sekolah Gatot Subrata Abstrak: Pengadaan bahan pustaka merupakan kunci utama dalam mewujudkan koleksi perpustakaan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI. Oleh : Damayanty, S.Sos.

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI. Oleh : Damayanty, S.Sos. INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI Oleh : Damayanty, S.Sos. I. Pendahuluan Keberadaan perpustakaan dalam suatu lembaga akan sangat berarti bila perpustakaan itu dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Pada bab ini akan dibahas beberapa literatur yang berhubungan dengan topik penelitian. Literatur yang dibahas merupakan literatur yang mempunyai kaitan isi dan mendukung konsep

Lebih terperinci