BAB IV ANALISA PERMASALAHAN
|
|
- Vera Devi Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISA PERMASALAHAN 4.1 Proses Produksi Bintang Toedjoe Panas Dalam Sebelum melakukan proses produksi, operator terlebih dahulu melakukan sanitasi hygiene mulai dari sanitasi diri, peralatan, mesin maupun ruangan. Biasanya setelah melakukan sanitasi atau cleaning yang terkait dengen proses produksi diberi tanda label SUDAH DIBERSIHKAN yang menandakan alat, mesin dan ruangan siap digunakan Proses Compounding Proses compunding adalah suatu proses pencampuran (mixing process) dari bahan baku menjadi sediaan setengah yang biasa disebut bulk. Tahapan pada saat proses compounding adalah sebagai berikut : a. Preparasi Bahan Bahan baku yang telah ditimbang di pindah ke wadah bak plastik. Penempatan bahan baku dalam wadah bak plastik disesuaikan dengan aturan pencampuran bahan yang telah ditetapkan. Gambar 4.1 Stagging bahan baku yang sudah ditimbang 30
2 b. Transfer Bahan Bahan ditransfer ke dalam mesin super mixer melalui inlet. Proses transfer sesuai dengan urutan masuk bahan yang telah ditetapkan. Setelah semua bahan masuk, maka dilakukan pengadukan selama 10 menit agar bulk menjadi lebih homogen. Kemudian bulk dikeringkan menggunakan mesin FBD (Fluid Bed Dryer) untuk dilakukan pengeringan selama 95 menit. Gambar 4.2 Mesin Mixing Super Mixer Gambar 4.3 Mesin pengering bulk FBD
3 4.1.2 Pengemasan Primer (Filling) Pengemasan memiliki tujuan utama untuk melindungi produk dari kerusakan. Kerusakan tersebut dapat berupa perubahan kimiawi, kontaminasi biologi, maupun kerusakan fisik, serta penampilan produk menjadi lebih menarik. Bahan pengemas yang digunakan haruslah pengemas yang tidak mempengaruhi kualitas produk. Kemasan primer yang digunakan untuk produk Bintang Toedjoe Panas Dalam adalah sachet stickpack. Proses filling dilakukan dengan menyedot bahan/bulk yang masuk dan mengisi kedalam hopper mesin filling. Proses penomoran nomor batch dan expired date produk dilakukan pada saat pengemasan primer sesuai dengan kode batch ada pada protap. Penomoran batch untuk Bintang Toedjoe Panas Dalam yaitu misalnya FA002 Jan 15 Jan 17. Huruf D menunjukkan tahun pembuatan, A menunjukkan bulan pembuatan, nomor 002 menunjukkan batch ke-2 yang dibuat pada bulan itu sedangkan Jan 15 Jan 17 menunjukkan produk dibuat pada bulan Januari 2015 dan expired date pada bulan Januari Hal ini untuk memudahkan penelusuran bilamana terjadi komplain dari konsumen. Gambar 4.4 Mesin Filling RVS SIG Bintang Toedjoe Panas Dalam 30
4 4.1.3 Pengemasan Sekunder Pengemasan sekunder produk Bintang Toedjoe Panas Dalam menggunakan hanger. Setiap hanger berisi 12 sachet. Kemudian hanger tersebut dimasukkan ke dalam dus karton secara manual. Selanjutnya, dus akan dieratkan dengan dieratkan cara diselotip dan di beri staples dengan bantuan mesin staples karton lalu ditimbang bobot dus karton tsb. Gambar 4.5 Display Sachet Bintang Toedjoe Panas Dalam Penyimpanan Produk (Finished Good) Penyimpanan dilakukan setelah proses pengemasan selesai. Produk yang sudah dikemas dalam karton disimpan digudang dengan suhu penyimpanan suhu C dan RH <70 hingga produk didistribusikan. 31
5 Gambar 4.6 Gudang Finished Good Bintang Toedjoe Panas Dalam Pemasaran dan Distribusi Kegiatan pemasaran dan pendistribusian produk Bintang Toedjoe Panas Dalam dilakukan sepenuhnya oleh PT. Enseval Putra Mega Trading, perusahaan ini khusus menangani masalah pemasaran, penjualan, dan pendistribusian produk PT Kalbe Group dimana PT Bintang Toedjoe adalah anak grup dari PT Kalbe Group. Produk Bintang Toedjoe Panas Dalam sama seperti produk lainnya didistribusikan dengan sistem FIFO (First In First Out). Gambar 4.7 Gudang distribusi Finished Good Bintang Toedjoe Panas Dalam Diagram Alir Proses Produksi Tahapan proses produksi Bintang Toedjoe Panas Dalam yang ada di PT Bintang Toedjoe adalah sebagai berikut : Bahan Baku Penimbangan 32
6 Preparasi Bahan Transfer Bahan Final Mixing Bulk Filling Pengemasan Sekunder & Tersier Pemasaran & Distribusi Gambar 4.8 Flow Chart Proses Produksi Bintang Toedjoe Panas Dalam 4.2 Proses Pengawasan Mutu Bintang Toedjoe Panas Dalam Kualitas suatu makanan dapat digolongkan menjadi kualitas fisik, kualitas kimia dan kualitas mikrobiologis. Kualitas fisik meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Kualitas kimia misalnya kadar zat aktif. Sedangkan kualitas mikrobiologis meliputi keberadaan mikroorganisme yang mungkin terkandung dalam produk pangan tersebut. Serangkaian usaha dalam menjamin kualitas produk dilakukan antara lain oleh departemen Quality Control. Quality Control merupakan bagian yang bertanggung jawab mengenai kepastian terhadap bahan yang digunakan, proses produksi, pengemasan hingga proses penyimpanan yang siap untuk dipasarkan. Dengan usaha ini diharapkan produk sampai ditangan konsumen dalam kondisi baik. Untuk mencapai kualitas yang baik sesuai standar maka dilakukan 33
7 pengawasan pada tiap-tiap tahap pengolahan bahan pangan tersebut. Gambar 4.9 Pengujiaan ph dan sensori rasa Bintang Toedjoe Panas Dalam Pengawasan Mutu Bahan Baku Produk akhir yang berkualitas hanya dapat dihasilkan bila proses dengan bahan baku yang berkualitas, karena itu kualitas mutu bahan baku harus diperhatikan sejak kedatangan bahan baku. Bahan baku yang datang mendapatkan pengawasan dan pemeriksaaan secara umum oleh QC RM & PPIC. Pemeriksaan meliputi administrasi, surat jalan, kondisi kendaraan pengangkut, kondisi kemasan, kuantitas dan kualitas. Bahan baku Bintang Toedjoe Panas Dalam yang diterima oleh PT. Bintang Toedjoe terdiri dari bahan baku utama dan bahan pengemas. Pengawasan bahan baku yaitu bahan baku berupa serbuk dilakukan dengan uji fisik, kimia dan mikrobiologi. Pemeriksaan fisik terhadap bahan baku serbuk dilakukan dengan memeriksa warna, rasa, identifikasi, ukuran partikel dan kadar air. Untuk pengawasan kimia dilakukan dengan melakukan pengecekan persentase assay bahan baku tsb. 34
8 Pengujian mikrobiologi pada daging dilakukan metode sampling yang aseptic, sehingga meminimalisir pencemaran mikroba. Pengujian mikrobiologi meliputi TPC, KK dan bakteri patogen S. Aureus, Salmonella, P. Aeroginosa, E. Coli dan Coliform. Pengawasan mutu pada bahan pengemas hanya dilakukan pengawasan secara fisik. Pemeriksaaan pada tube menjadi kemasan primer Bintang Toedjoe Panas Dalam yaitu mengukur kemasan, kebersihan, tebal, diameter inner core dan gramatur. Terutama untuk label BPPOM. Pemeriksaan karton yang menjadi kemasan sekunder yaitu redaksi, dimensi dan gramature. Apabila pada pemeriksaan terdapat penyimpangan pada kualitas bahan baku, maka perusahaan akan melakukan komplain pada supplier dan bahan baku tersebut di label merah (reject) dan dikembalikan pada supplier Pengawasan Mutu Proses Produksi Pengawasan mutu pada proses Bintang Toedjoe Panas Dalam sangat penting dilakukan guna menjaga kualitas dari produk. Tahapan-tahapan pengawasan mutu adalah sebagai berikut : 1. Preparasi Bahan Proses preparasi bahan yaitu memindahkan bahan baku ke dalam wadah plastik kemudian dicampur dengan bahan baku lain sesuai dengan aturan yang ditetapkan,. Pengawasan dilakukan dengan memastikan bahwa wadah yang digunakan bersih secara visual kemudian suhu & RH ruangan. Suhu harus berkisar antara C RH < 70. Hali ini dikarenakan jika melewati batas bahan baku bisa menggumpal. 2. Transfer Bahan Setelah bahan baku berada di masing - masing wadah, maka selanjutnya di transfer ke Super Mixer. Pengawasan yang dilakukan yaitu memastikan bahwa urutan masuk bahan ke Super Mixer sesuai dengan aturan yang telah 35
9 ditetapkan. Jika ada kesalahan dalam urutan proses masuk nya bahan dapat menyebabkan kegagalan produk. 3. Final Mixing Untuk memastikan bahwa semua bahan sudah homogen dan larut sempurna maka dilakukan final mixing (pengadukan) selama 10 menit dalam rocky mixer. Pengawasan yang dilakukan adalah pengaturan settingan mesin rocky mixer yaitu agitator 120 Rpm dan sirkulasi Rpm dengan waktu selama 10 menit. Produk ruahan ini disebut bulk. Bulk disampling, kemudian di cek fisik dan kadarnya oleh QC Obat jadi. Setelah itu bulk langsung dipindah ke storage dan diberi label karantina. Jika semua pemeriksaan memenuhi syarat sesuai maka diberi label hijau (release) dan siap untuk di kemas dalam proses pengemasan primer sachet (filling). Namun jika ada yang tidak sesuai maka dilakukan final mixing ulang. Bulk yang di storage di pindah kembali ke Rocky mixer lalu di lakukan mixing ulang selama 10 menit dengan settingan mesin yang sama. Gambar 4.10 Mesin Rocky Mixer Uji Organoleptik Tes organoleptik dilakukan setelah proses final mixing & filling selesai. QC Inspector akan mengambil sampel dari setiap batch Bintang Toedjoe Panas Dalam 36
10 yang diproduksi untuk diuji organoleptik. Uji organoleptik sangat mengandalkan panca indera dalam melakukan pengujian sehingga diperlukan keterampilan dan pengalaman dalam melakukan uji organoleptik. Tujuan dari melakukan uji organoleptik ialah untuk mengetahui apakan produk Bintang Toedjoe Panas Dalam yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Standar mutu karakteristik Bintang Toedjoe Panas Dalam ditunjukan pada tabel 1. Tabel 1. Standar Mutu karakteristik Bintang Toedjoe Panas Dalam Parameter Karakteristik Bentuk Serbuk dengan biji selasih Warna Rasa Lemon Uji Mikrobiologi Uji mikrobiologi penting dilakukan untuk mengetahui kandungan mikrobiologi pada produk akhir. Uji mikrobiologi sangat penting karena dapat dijadikan parameter untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan tercemar mikroba pantogen yang dapat menyebabkan penyakit. Dan uji mikrobiologi dapat juga dijadikan evaluasi apakah proses pengolahan sudah berjalan dengan baik atau belum. Sampel untuk uji mikrobiologi diambil dari setiap batch setelah proses filling atau sudah dalam bentuk sachet. Parameter mikrobiologi untuk Bintang Toedjoe Panas Dalam ialah TPC (Total Plate Count), KK ( Kapang Kamir), S.Aureus, P. Aeroginosa, Salmonella, Coliform dan E.Coli. Hasil pengujian dapat diketahui setelah 2 hari untuk pemeriksaan TPC, 5 hari untuk pemeriksaan KK dan selama 2 5 hari untuk pemeriksaan bakteri patogen. Pengawasan mutu mikrobiologi meliputi: a. Uji Swab Uji swab dilakukan terhadap perlengkapan kerja, mesin, dan alat produksi. Uji swab dilakukan untuk mengetahui efektifitas proses sanitasi, terhadap kontaminasi 37
11 mikrobiologi, pengujian swab dilakukan sebulan sekali setelah kegiatan sanitasi dilakukan. Parameter mikrobiologi yang digunakan ialah Total Plate Count, S.Aureus, P. Aeroginosa, Salmonella, Coliform dan E.Coli. apabila terdapat hasil mikrobiologi yang menyimpang maka dilakukan uji swab ulangan pada alat yang sama setelah sanitasi selanjutnya. b. Uji Mikrobiologi Air Uji mikrobiologi air dilakukan setiap seminggu sekali. Uji mikrobiologi air dilakukan pada setiap titik pengambilan air yang digunakan untuk kegiatan produksi dan sanitasi. Air sanitasi menggunakan aquademin sedangkan air produksi menggunakan air RO. Uji mikrobiologi air memiliki tujuan untuk mengetahui kontaminasi mikrobiologi terhadap sumber air yang digunakan. c. Uji Mikrobiologi Udara Udara dapat menjadi sumber kontaminasi bagi produk. udara dapat membawa kontaminan seperti debu, kotoran, gas, dan mikroorganisme. Uji mikrobiologi udara perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kontaminasi udara diruang produksi sehingga dari hasil tersebut dapat dilakukan tindakan pencegahan dan antisipasi yang tepat. Uji mikrobiologi udara dilakukan setiap 1 bulan sekali. Pengujian ini menggunakan bantuan alat MAS 45 dan particle counter. Tindakan saat ini yang telah dilakukan untuk mencegah kebersihan udara dari kontaminan di ruang produksi ialah dengan memasang AHU diruang produksi. Agar sirkulasi udara berjalan lancar dan suhu RH ruangan dapat dijaga. 4.3 Pengawasan Mutu Kimia Pengawasan mutu kimia pada proses Bintang Toedjoe Panas Dalam sangat penting dilakukan guna menjaga kualitas dari produk. Pengujian kandungan kimia produk pada setiap batch nya, dilakukan di laboratorium QC oleh QC Obat jadi. Parameter kimia yang biasanya diuji ialah kadar dari taurine, caffeine dan vitamin 38
12 vitamin. Sensory test untuk setiap produk final mixing juga sangat diperlukan untuk release produk. 4.4 Pengawasan Mutu Produk Jadi Pengawasan mutu produk jadi (Finished Good) pada proses Bintang Toedjoe Panas Dalam sangat penting dilakukan guna menjaga kualitas dari produk. Produk Bintang Toedjoe Panas Dalam yang telah dikemas disimpan di dalam gudang. Pemeriksaan kualitas dilakukan saat produk sebelum memasuki tempat penyimpanan, saat disimpan, dan saat akan didistribusikan. Pemeriksaan yang dilakukan ialah kondisi fisik produk saat sebelum disimpan, kondisi tempat penyimpanan yaitu pengecekkan suhu dan RH, pemeriksaaan pada saat akan didistribusikan ialah kemasan, suhu produk, kelengkapan data penunjang seperti data laboratorium. Apabila terjadi penyimpangan produk akan ditolak (reject) untuk menunggu keputusan lebih lanjut. 4.5 Sanitasi Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia (Anonim, 2009). Sanitasi pangan merupakan hal terpenting dari semua ilmu sanitasi karena lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan suplai makanan manusia. Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan produk pangan meliputi pengawasan mutu bahan mentah, penyimpanan bahan mentah, penyediaan air yang baik, pencegahan kontaminasi pada semua tahap pengolahan dari berbagai sumber kontaminasi, serta pengemasan dan penyimpanan produk akhir. Potensi mikroorganisme untuk merusak pangan dan menimbulkan penyakit pada manusia dan organisme lain memberi arti bahwa mikrobiologi memegang 39
13 peranan yang sangat penting dalam sanitasi pangan. Begitu pula di PT. Bintang Toedjoe, sanitasi merupakan bagian dari proses pengawasan mutu khususnya secara mikrobiologis. Sanitasi pada alat-alat produksi dilakukan setiap proses produksi akan dimulai atau jika ada pergantian produk. Sanitasi total pada semua area produksi dilakukan setiap 3 hari sekali. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kontaminasi produk di PT. Bintang Toedjoe : a. Pekerja Pekerja yang menangani pangan dalam suatu industri pangan merupakan sumber kontaminasi yang penting, karena kandungan mikroorganisme patogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan. Manusia yang sehat merupakan sumber potensial mikroorganisme seperti Staphylococcus aureus, Salmonella dan Streptococcus (Enterococcus) dari tinja. Staphylococcus umum terdapat dalam kulit, hidung, mulut dan tenggorokan, serta dapat dengan mudah dipindahkan ke dalam makanan. Sumber kontaminasi potensial ini terdapat selama jam kerja dari para pekerja yang menangani proses compounding. Setiap kali tangan pekerja mengadakan kontak dengan bagian-bagian tubuh yang mengandung Staphylococcus, maka tangan tersebut akan terkontaminasi, dan segera akan mengkontaminasi bahan yang tersentuh. Kebiasaan tangan (hand habits) dari pekerja compounding mempunyai andil yang besar dalam peluang melakukan perpindahan kontaminan dari manusia ke bahan. Kebiasaan tangan ini dikaitkan dengan pergerakan-pergerakan tangan yang tidak disadari seperti menggaruk kulit, menggosok hidung, merapikan rambut, menyentuh atau meraba pakaian dan hal-hal lain yang serupa. Untuk mencegah terjadinya perpindahan mikroorganisme dari pekerja ke bahan, maka PT. Bintang Toedjoe menerapkan konsep GMP (Good Manufacturing Practices) dalam proses produksinya. Pekerja yang menangani proses produksi berkewajiban mengenakan pakaian yang menutup hampir seluruh badan. Pakaian tersebut dilengkapi dengan penutup kepala, masker, sarung tangan dan sepatu. Masker digunakan untuk mencegah kontaminasi bahan dengan mikroorganisme yang 40
14 berasal dari mulut pekerja. Masker ini wajib diganti setiap harinya. Selain itu PT. Bintang Toedjoe menyediakan tempat cuci tangan bagi para pekerja dan pengunjung yang masuk ke area pabrik. Tempat cuci tangan ini berada depan pintu masuk area produksi, sehingga pekerja wajib membersihkan tangan setiap akan masuk lalu memakai sarung tangan. b. Peralatan Produksi Peralatan merupakan hal penting dalam proses produksi terutama dalamskala industri. Alat dan mesin merupakan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan selain tangan manusia. Kebersihan peralatan dan mesin produksi merupakan syarat mutlak dalam menjaga kualitas mikrobiologis. Peralatan produksi juga berperan dalam meningkatkan jumlah cemaran mikroorganisme dalam bahan. Peralatan yang menyentuh langsung dengan bahan dapat membantu penyebaran mikroorganisme pencemar. Mixing tank, storage tank dan mesin filling serta wadahwadah yang digunakan dapat menularkan kontaminan pada bahan lain yang menggunakan peralatan yang sama. Untuk mengurangi akibat dari kontaminasi peralatan, maka di PT. Bintang Toedjoe dilakukan sanitasi pada peralatan produksi secara rutin setiap setelah compounding. Sedangkan untuk sanitasi mesin dilakukan setiap 3 hari sekali. Sanitasi alat dilakukan dengan membersihkan setiap peralatan yang digunakan dalam proses. Peralatan akan dibilas dengan air panas kemudian disemprot dengan alkohol. Sanitasi mesin menggunakan air panas dan RO. c. Dinding dan Lantai Dinding dan lantai ideal adalah yang mudah dibersihkan. Di PT. Bintang Toedjoe, lantai dan dinding dibuat licin dan melengkung di tiap sudut agar mudah dibersihkan. Lantai dan dinding yang kasar akan menyimpan sisa-sisa kotoran yang merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme dan serangga. Dinding dan langitlangit yang kasar dapat membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Sanitasi pada lantai dan dinding area produksi dilakukan bersamaan dengan sanitasi peralatan. 41
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan. Bintang Toedjoe didirikan pada tanggal 29 April 1946 bertempat di Garut, Jawa Barat oleh seorang sinshe yang bernama Tan Jun Sie.
Lebih terperinciHIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN
HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN Mengapa higiene pekerja itu penting: 1. Pekerja yang sakit tidak seharusnya kontak dengan pangan dan alat yang digunakan selama pengolahan, penyiapan dan penyajian
Lebih terperinci10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN
HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.
Lebih terperinciPujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0
Lebih terperinciPenggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik
Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan
Lebih terperinciBAB IX SANITASI PABRIK
BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat
Lebih terperinciLampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice
113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11
Lebih terperinciSally Dwi Purnamasari. 14.I1.0066
Sally Dwi Purnamasari. 14.I1.0066 Sejarah 1918 didirikan oleh T.K. Suprana 1936 usaha diteruskan ke generasi kedua 1949 pabrik pindah ke Semarang tepatnya di Jalan Mataram no. 852 dan kantor di Jalan Kimangunsarkoro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dimana dengan menggunakan mesin
Lebih terperinciGMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik
GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung
Lebih terperinciBAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK
BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.
Lebih terperinciStudi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012
Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang dibutuhkan setiap waktu sehingga harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar produk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di
Lebih terperinciDokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi
Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, dengan semakin banyaknya industri baru yang muncul menjadikan persaingan antar industri semakin ketat. Sehingga, untuk menjadi yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP
90 4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP Checklist Standard Sanitation Operational Procedur (SSOP) (Lampiran 4) menunjukkan nilai akhir 83. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011
Lebih terperinciLembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012
Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama
Lebih terperinciASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN
ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah ( fruit juice) adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan
Lebih terperinciAnalisa Mikroorganisme
19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES
LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES 78 Direktur Utama Divisi Pemasaran Produksi Direktur Pemasaran Divisi Pengembangan Bisnis Logistik Divisi Pabrik Ass. Pabrik Umum Divisi Manajemen Mutu
Lebih terperinciMENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS
MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam
BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.
Lebih terperinciSanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
Sanitasi Peralatan Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Definisi Sanitasi Peralatan : Tujuan : membunuh mikroba vegetatif yg tinggal di permukaan
Lebih terperinciUntuk menjamin makanan aman
Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara
Lebih terperinci- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI
- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
20 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah
Lebih terperinciUNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI
Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Susu
TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi
Lebih terperinciDIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
http://farmasibahanalam.com DIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PENDAHULUAN Higiene dan sanitasi merupakan salah satu aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan tentang alasan dilakukannya penelitian dan menjelaskan permasalahan yang terjadi di PT Gunung Pulo Sari. Penjelasan yang akan dijabarkan pada pendahuluan ini
Lebih terperinciRUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)
PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri
Lebih terperinciPENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN
PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :
Lebih terperinciCONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya
No. unit prosesing CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya 1. Sortasi daging biologis (bakteri pathogen, jamur, serangga dsb.),cemaran kimia (logam berat,
Lebih terperinciDITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN
Lampiran 15. Etiket PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Nama Produk/Bahan No. Batch/Lot Pabrik Pemasok No. Penerimaan Barang Jumlah No. Sertifikat Analisis Tanda Tangan DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN
Lebih terperinciHIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT
HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur
Lebih terperinciTUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt
TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan
Lebih terperinciTeknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan
Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat
Lebih terperinci4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A
4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa sebuah proses produksi dari
Lebih terperinciGambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak
Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan
Lebih terperinciKeberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik
Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 1-5 ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 1-5 ISSN : 2088-3137 ANALISIS BAHAYA DAN PENENTUAN TITIK PENGENDALIAN KRITIS PADA PENANGANAN TUNA SEGAR UTUH DI PT. BALI OCEAN ANUGRAH LINGER
Lebih terperinciBgn-2. Penanganan Mutu Produk
Bgn-2. Penanganan Mutu Produk 1. Proses produksi 2. Pengolahan 3. Teknologi 4. Pemasaran A. Sasaran B. Hazard Analysis Critical Control Point, meliputi 2 aspek : 1. SSOP (Sanitation Standar Operating Procedure)
Lebih terperinciGOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011
GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES Manajemen Mutu Definisi: Prosedur dalam perusahaan yang menggaransi keamanan produksi Presenter: Nur Hidayat Manajer Mutu Lab Sentral Ilmu Hayati
Lebih terperinciFilet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciPengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian
Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat
Lebih terperinciREFERENSI PENYUSUNAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) MANUAL
REFERENSI PENYUSUNAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) MANUAL Referensi Penyusunan GMP Manual Page 1 RUANG LINGKUP 1.1. Umum. GMP Manual ini menjelaskan mengenai persyaratan umum tatacara berproduksi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan
Lebih terperinciLEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN
LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan
Lebih terperinciLAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA
LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA Sandy Saputra 05031381419069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN
Lebih terperinciSTUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG
STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG Miftakhurrizal Kurniawan 1, Isna Arofatus Zahrok 2 Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
Lebih terperinciSosis ikan SNI 7755:2013
Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk menjaga konsistensi mutu produk yang akan dihasilkan pada
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Mutu Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan faktor penting bagi suatu perusahaan untuk menjaga konsistensi mutu produk yang akan dihasilkan pada suatu pabrik
Lebih terperinciPASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU
PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan adalah faktor keamanan pangan. Dalam dunia industri. khususnya industri pangan, kontaminasi pada makanan dapat terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumen semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral untuk menjaga
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim
Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Penimbangan Peleburan bahan D ki (F i k) Pencampuran D lt t Pelarutan zat aktif, P t(f i) ph Pencampuran Karantina produk Identifikasi ph Pengisian ke tube Karantina
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan Proses Pembuatan Tablet
Lampiran 1. Bagan Proses Pembuatan Tablet Penimbangan Pencampuran Granulasi Basah Oven, suhu 60 o C LOD Granulasi Kering Lubrikasi Kadar Zat Berkhasiat LOD Pemerian Pemerian Friabilitas Keseragaman Bobot
Lebih terperinciBAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar stan-stan yang ada di kantin SMP-SMA Karangturi. Jumlah stan di kantin SMP-SMA Karangturi Agustus 2008 Februari 2009:
7 LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar stan-stan yang ada di kantin SMP-SMA Karangturi Jumlah stan di kantin SMP-SMA Karangturi Agustus 2008 Februari 2009: a. Kuliner (makanan berat) 1. De Pot Gang-gang Sulai 2.
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.
b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah
Lebih terperinciLampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran
LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,
Lebih terperinciIndustri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen
LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah
Lebih terperinci