BIOLOGI, PERllAKU PELETAKAN TELUR DAN SUPERPARASITISME PARASlTOlD Diadegma eucerophaga Horstmann ( HYMENOPTERA :

Transkripsi

1 BIOLOGI, PERllAKU PELETAKAN TELUR DAN SUPERPARASITISME PARASlTOlD Diadegma eucerophaga Horstmann ( HYMENOPTERA : ICHNEUMONIDAE ) PADA LARVA Plutella xylostella Linnaeus ( LEPIDOPTERA: YPONOMEUTIDAE 1 Oleh KUSWARA IRIANTO JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 RI NGKASAN KUSWARA IRIANTO. Si ologi, Perilaku Peletekan Telur dan Superparasitisme Parasitoid Diadecma eucerophaaa Horstmann (Hymenoptera: Ichneumonidae) pada Larva Plutella xylostel- - la Linnaeus (Lepidoptera: ~ponomeutidae) (Di bawah bimbing- an SOINARTON0 SOSROMARSONO). Peneli tian dilaksanakan di laborat orium Eiiologi dan Ekologi Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor, dengan suhu ruangan rata-rata 26.9 dan kelembaban nisbi 73.9 i 5.6 persen C Penelitian bertu- juan mempela jari be berapa aspek biologi, perilaku peletak- an telur dan kemungkinan ter jadinya superparasitisme para- sitoid 2. euceronhana pada larva & plostella yang dipe- lihara pada daun kubis. Parasitoid B. eucerophaaa merupakan endoparasitoid larva soliter. Telur termasuk tipe hymenopteri f orm. Te- lur mengalami pertambahan ukuran, memanjang 1.50 kali dan iiielebar 1.67 kali, selama masa irilubasinya, Iv1.iasa inkubasi telur berkisar jam, rata-rata 35.6?; jam. Persen- tasi penetasan telur mencapai 100 persen. Se jak menetas sampai menjelang tahap pra-pupa, tumbuh memanjang 4.40 kali dan melebar 7.57 kali. larva Perkem- bangan larva terbagi tiga tahap instar, berdasarkan fluk- tuasi lebar kepala. Instar pertana termasuk tipe caudate dan instar selanjutnya mengarah ke tipe hvmeno~teriform. Stadium larva diselesaikan dalam waktu hari,

3 rata-rata hxri. Larva yang telah berkembang pe- nuh keluar setelah larva inang selesai membuat kokon. KoBon parasitoid berbentuk silindrik, berada di dalam kolron inang. Tahap pra-pupa terbagi dalam fase pronsm~hal dan eonym~hal. Stadium pra-pupa berkisar 1-2 hari, ratarata hari. Pupa tipe elrserata. Pada tahap pupa, jenis kelamin parasitoid sudah dapat ditentulcan. Stadium pupa berkisar 5-6 hari, rata-rata hari. Imago jantan keluar 1-2 hari lebih awal dari betina. Siklus hidup parasitoid Q. eucerophana diselesaikan dalam waktu hari, rata-rata hari. Umumnya ukuran imago betina relatif lebih besar dibandingkan deng~n jantan. Betina mampu meletakkan telur pada hari pertama setelah keluar dari kokon, baik dengan maupun tanpa berko- pulasi lebih dahulu. Masa pra-kopulasi dan pra-peletakan telur, kalaupun ada, kurang dari 12 jam. Betina hanya ber- kopulasi satu kali, sedang jantan dapat berkali-kali. kopulasi berkisar 4-8 menit, rata-rata menit. Lama hidup imago dipengaruhi oleh tersedianya makanan. Lama ma hidup betina dan jantan yang dipuasakan berkisar 2-4 hari, sedang betina yaw diberi larutan madu berkisar 5-12 hari, rata-rata hari dan jantan berkisar 4-11 hari, rata-rata hari. Reproduksi Q. eucero- ohap;a tergolong tipe partenogenesis arrhenotok~. Dengan La- demikian akan t er jadi fluktuasi nisbah kelamin, tergan- tung banyaknya telur yang dibuahi.

4 Rangsangan penemuan inang dan peletakan telur para- sitoid bersi f at kimiawi maupun fisik. Rangsangan kimiawi diduga berasal dari senyawa yang &hasilkan tanaman inang - P. xslostella dan senyawa yang ditinggalkan oleh larva inang pada bagian daun bekas gigitan. Rangsangan fisik berupa lekukan daun dan geralcan larva inang. Kontak ante- na dengan larva inang harus terjadi sebelum terjadi pele- takan telur. Antena berperar: sebagai orsan penerima rang- sangan. Pernotongan antena n~enyebabkan parasitoid tidak manipu menemukan inang dan nieletakkan telur. Tanggap parasitoid dalam menemukan inang dan meletakkan telur diduga dipengaruhi ada atau tidak adanya telur matang dalam saluran telur. - Fenomena superparasitisme t er jadi pada parasi toid D. eucerophana. Pada Bepadatan inang 20 larva per kurung- an, selama 24 jam, tingkat superparasitisasi berkisar 2-5 larva, rata-rata 3 larva atau 18.9 persen. %la terjadi superparasitisme, hanya satu larva yang hidup, sedang lar- va lainnya rnati. Larva yang hidup berasal dari telur yang menetas pertama kali.?,ielranisme persaingan intraspesifik diduga rrielalui aktivitas enzim sitolitik.

5 BIOLOGI, PERILAKU PELETAKAN TELUR DAN SUPERPARASITISME PARIISITOID Diadegma eucerophaga Horstmann (HYMENOPTERA: ICHNEUMONIDAE) PADA LARVA Plutella xvlostelb Linnaeus ( LEPIDOPTERA : YPONOMFUTIDAE) Oleh KUSWARA IRIANTO A Laporan Masalah Khusus sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan

6

7

8

9