I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan dalam masa Kabinet Indonesia Bersatu telah melakukan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian dan dalam implementasinya Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), menempatkan kembali peran Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) sebagai kelembagaan yang berfungsi sesuai dengan tuntutan Undang-Undang. Oleh karena itu, maka perlu diberikan fasilitas untuk melaksanakan tugas dan fungsi sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi para petani. Aspek kelembagaan penyuluhan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 telah dijabarkan disetiap Kabupaten/Kota se Provinsi Nusa Tenggara Timur walaupun dengan nomenklatur kelembagaan yang bervariasi namun substansi program kebijakan dan kegiatan penyuluhan secara keseluruhan terakomodir termasuk kegiatan pada Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK). Dengan kelembagaan penyuluhan yang kuat maka akan mendukung penyelenggaraan penyuluhan di setiap tingkatan mulai dari tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota sehingga pelaksanaan penyuluhan dapat efektif dan efisien dalam mengawal dan mensinergikan program pembangunan pertanian baik yang salah satu kelembagaan penyuluhan pertanian yang memiliki posisi yang sangat strategis untuk mendukung pelaksanaan dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Kelembagan penyuluhan di tingkat Kecamatan merupakan kelembagaan penyuluhan terdepan yang dekat dengan petani, kelompok tani, gapoktan dan pelaku usaha yang berfungsi untuk mengkoordinasikan, mengsinergikan dan menyelaraskan kegiatan-kegiatan pengembangan pertanian sekaligus sebagai home base para penyuluh, sebagai pusat/sentral perencanaan penyuluhan, sebagai tempat belajar penyuluh dan petani, tempat pelaksanaan pengkajian teknologi, tempat demonstrasi plot (demplot) dan sebagai sumber informasi baik teknis pengembangan komoditas, managemen usaha tani, pemasaran produksi maupun informasi-informasi lain yang diperlukan petani dan pelaku usaha. 1

2 Dengan kelembagaan penyuluhan yang kuat maka akan mendukung, mengawal dan mensinergikan program pembangunan pertanian baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Sejalan dengan peran dan fungsi Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) yang sangat strategis di tingkat lapangan, maka Pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT pada Tahun Anggaran 2015 telah mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas BP3K. 1.2 Tujuan 1. Meningkatkan Kapasitas Balai Penyuluhan Kecamatan sebagai tempat percontohan pengkajian teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan (Demplot) dan sebagai tempat pelayanan informasi teknologi kepada petani dan pelaku usaha. 2. Meningkatkan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya dan penyuluh swasta agar dapat membimbing, mendampingi, melayani pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. 3. Menjadikan Balai Penyuluhan Kecamatan sebagai home base/tempat pertemuan, perencanaan, pelaksanaan berbagai kegiatan dan evaluasi kegiatan penyuluhan ditingkat kecamatan. 4. Dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan serta meningkatkan kapasitas BPK/BP3K terutama dalam melayani penyuluhan di kecamatan. 1.3 Sasaran Sasaran pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penyuluhan BP3K adalah Balai Penyuluh Kecamatan (BPK). 1.4 Keluaran Terlaksananya pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas BP3K di 22 Kabupaten/Kota. 2

3 II. DASAR HUKUM, PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENYULUHAN BP3K 2.1 Dasar Hukum Pelaksanaan : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan kepada daerah membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat atau (pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat). 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), kelembagaan penyuluhan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan. Balai Penyuluhan bertanggung jawab kepada Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/kota yang pembentukannya diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati/walikota 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam menata organisasi yang efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah. Selain itu, lembaga teknis daerah yang berbentuk badan di kabupaten/kota dapat membentuk unit pelaksana teknis tertentu untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional/teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. 4. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 3

4 5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/4/2012 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Penyuluhan 6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/OT.140/4/2012 tentang Pedoman Penilaian Balai Penyuluhan Kecamatan Berprestasi. 7. Pedoman Standar Pelayanan Minimal Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Peranian Kementerian Pertanian Tahun Pengertian 1. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan (BP3K) adalah Kelembagaan Penyuluhan terdepan yang dekat dengan petani, Kelompok tani dan Gapoktan yang berfungsi sebagai home base para penyuluh, sebagai tempat Pelaksanaan Pengkajian Teknologi, tempat demonstrasi plot (percontohan) dan sebagai sumber informasi baik teknis pengembangan komoditas, manajemen usaha tani, pemasaran produk maupun informasi informasi lainnya yang dibutuhkan petani dan pelaku usaha. 2. Monitoring adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan untukmemastikan apakah input atau sumberdaya yang tersedia telah optimal dimanfaatkan dan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah menghasilkan output, outcome, benefit dan impact yang diharapkan. 3. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan dengan menggunakan indikator-indikator tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik dan obyektif serta terdiri dari evaluasi sebelum kegiatan dimulai, saat kegiatan berlangsung, dan sesudah kegiatan selesai. 4. Demonstrasi usaha tani (Demplot/percontohan) adalah peragaan penerapan suatu teknologi yang sudah teruji secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial budaya dapat diterima masyarakat yang dilakukan oleh petani (Demplot) Poktan (Dermfarm) dan Gapoktan (Dermarea). 4

5 5. Demonstrasi usaha tani perorangan (Demplot/percontohan) adalah Metode penyuluhan yang dilaksanakan melalui demonstrasi yang dilakukan secara perorangan (petani-nelayan/atau kontak tani-nelayan) dengan mengusahakan komiditi tertentu (tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan). 6. Media informasi teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan dibatasi pada media tercetak berupa brosur dan leaflet/lipatan merupakan salah satu metoda penyuluhan dibagikan kepada masyarakat pada saat tertentu antara lain, pada saat pameran, kursus tani, temu wicara, temu karya, temu usaha, temu tugas, temu lapang dan lain lain. Media infoermasi tersebut juga merupakan bahan bacaan dan atau sumber informasi yang selalu siap dan tersedia disetiap perpustakaan mini yang ada pada BP3K. 7. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan adalah Proses pembalajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. 8. Laku adalah suatu system dalam penyuluhan yang mengharuskan seorang penyuluh mengikuti latihan dan mewajibkan kunjungan pada petani dalam kurung waktu satu kali dua minggu. 9. Latihan biasanya diperuntukan bagi penyuluh yang bertugas diwilayahwilayah kerja penyuluh pertanian (WKPP) dalam satu wilayah kerja Balai Penyuluhan Kecamatan (BP3K) dan bertempat di BP3K. Latihan dilakukan secara teratur satu kali dalam dua minggu dan dilaksanakan secara berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan PPL baik teori maupun praktek. Selain itu dalam latihan tersebut dapat memecahkan masalah masalah yang ada atau yang muncul ditingkat lapangan. 5

6 10. Kunjungan kerja yaitu kunjungan para penyuluh kepada petaninelayan, kelompok tani, gabungan kelompok tani ditempat usahatani pada masing masing wilayah kerja. Dengan kunjungan kerja ini diharapkan seorang penyuluh dapat mempengaruhi dan membina 8-16 kelompoktani. 11. Standardisasi BPK/BP3K adalah standar minimal yang diperlakukan oleh BPK/BP3K untuk melaksanakan tugas fungsinya. 12. Sarana dan Prasarana penyuluhan adalah peralatan dan bangunan yang digunakan untuk melakukan penyelenggaraan penyuluhan di wilayah BPK/BP3K. 2.3 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dari pelaksanaan kegiatan yakni : Pengembangan kapasitas kelompok tani ke 22 kabupaten/kota di NTT. 6

7 III. PELAKSANAAN KEGIATAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENYULUHAN BP3K 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan di 22 kabupaten/kota dengan waktu pelaksanaanya pada bulan April dan Mei 2015 terdiri dari tahap persiapan, Pembuatan Juklak/TOR kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K Tingkat Provinsi NTT TA Metode Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah pemantauan langsung pada pada BP3K, pembinaan serta pengambilan data berbagai format/formulir (Qusioner) untuk melihat secara keseluruhan pengembangan BP3K melalui pembinaan pada kelompok tani baik itu kelas pemula, lanjut madya maupun utama dalam pelaksanaannya dapat memperhatikan hal hal sebagai berikut : 1. Tim mendapat penjelasan/pengarahan dari pejabat bidang kelembagaan penyuluhan tentang bagaimana melakukan kegiatan di kabupaten dapat berjalan sesuai harapan. 2. Setelah pembekalan/coaching maka tim yang bertugas dapat berurusan dengan Bidang keuangan untuk memfasilitasi biaya. 3. Melakukan koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan Tingkat Kabupaten/Kota yang menangani kegiatan serta melapor kepada pimpinan tentang maksud dan tujuan perjalanan dinas. 4. Pembinaan serta pengambilan data Dengan Qusioner yang tersedia langsung melaksanakan kegiatan sampai ke BP3K. 5. Pembuatan laporan Laporan Perjalanan Dinas serta Laporan Akhir pelaksanaan kegiatan. 7

8 3.3 Organisasi Kegiatan Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan ini ditugaskan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan dengan Surat Perintah Tugas Kepala Badan Ketahanan pangan dan Penyuluhan Nomor : BKPP 879/19/IV/2015 tanggal 13 April 2015, tahap ke II dengan surat perintahnya NO BKPP 879/47/IV/2015 tanggal 22 April 2015, tahap III dengan No No BKPP.879/11/IV/2015 tanggal 10 April 2015 dan tahap IV dengan BKPP.879/14/V/2015 Tanggal 05 Mei Pembiayaan Kegiatan Penyelenggaraan Peneningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K mendapat dukungan dana yang bersumber dari DPA SKPD Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT T.A

9 IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Berdasarkan hasil kegiatan Penyelenggaraan Peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K yang diperoleh data petugas yang telah turun sampai ke tingkat BP3K serta rekapan data yang dihimpun oeh petugas dari 22 Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur sebagaimana terbaca pada tabel berikut dibawah ini : 1. Kota Kupang Berdasarkan hasil pemantauan sampai ke tingkat lapangan terhadap Kegiatan Penyelenggaraan Peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan BP3K di kota kupang yang dilaksanakan oleh petugas dari provinsi dalam pelaksanaan nya dilakukan sampai ke BP3K guna mengetahui sejauh mana Perkembangan kemajuan BP3K serta penyuluh yang berpeeran dalam BP3K. Untuk itu peran penyuluh dalam melakukan pembinaan dan monitoring terhadap kelompok tani maupun gapoktan agar dapat mengetahui untuk melakukan pengukuhan bagi kelompok yang belum dikukuhan untuk ditingkatkan menuju kelas lanjutan. Bila dilihat dengan tahun sebelum nya belum ada perubahan hal ini disebabkan kurang adanya monitoring dan pembinaan dari penyuluh sehingga dari tahun ke tahun belum ada perkembangan lanjutan kaitan dengan BP3K pelaksana kegiatan UPSUS Padi, jagung dan Kedelai yakni BP3K Fatu bena kelurahan kolhua kecamatan Maulafa dengan dukungan penyuluh sejumlah 11 orang sementara kusus untuk paket lengkap BP3K Naioni Kecamatan alak kelurahan Naioni jumlah penyuluh 8 orang khusus untuk paket tidak difasilitasi, lebih diutamakan paket UPSUS. 2. Kabupaten Kupang Berdasarkan Hasil pemantauan untuk pelaksana kegiatan penyelengaraan peningkatan kapasitas BP3K di kabupaten Kupang, melalui rapat antara kabid dan para penyuluh dan data yang dilaporkan oleh kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan kabupaten Kupang secara keseluruhan BP3K yang ada sebanyak 24 BP3K namun BP3K yang difasilitasi dalam kegiatan peningkatan kapasitas sejumlah 14 BP3K sesuai dengan data 9

10 CPCL yang disampaikan kepada badan ketahanan pangan dan penyuluhan yakni Paket lengkap sejumlah 2 BP3K antara lain BP3K Eobesi Kecamatan Amarasi Timur dan BP3K Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan, sedangkan untuk paket Hmat ada 9 BP3K yakni BP3k Oeteta Kecamatan Sulamu, BP3K Tesbatan kecamatan Amarasi, BP3K Barate, kecamatan Fatuleu Barat, BP3K Buraen Kecamatan Amarasi Selatan, BP3k Camplong Kecamatan Fatuleu Barat, BP3K Fatumonas kecamatan Amfoang tengah, BP3K Semau Kecamatan Semau, BP3K Semau Selatan Kecamatan Semau Selatan, BP3K Oemofa Kecamatan Amabi Oefeto Timur. Sedangkan untuk Paket UPSUS difasilitasi 3 BP3K yakni BP3K Amarasi Kecamatan Amarasi, BP3K Takari Kecamatan Takari, BP3K Kupang Timur Kecamatan Kupang Timur sementara dukungan kelompok tani untuk mendukung kegiatan peningkatan kapasitas 24 Kecamatan jumlah gapoktan 67 gapoktan kelompok kelas madya sejumlah 2 kelompok, Lanjut 76, pemula 986 dari total keseluruhan 1064 kelompok. Akan terus mengadakan pembinaan para penyuluh dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan UPSUS sampai ditingkat lapangan. 3. Kabupaten TTS Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan BP3K Provinsi Nusa tenggara Timur maupun petugas yang melaksanakan kegiatan pengembangan di kabupaten TTS kusus untuk BP3K secara keseluruhan sebanyak 32 BP3K, dari 32 Kecamatan dan 278 Desa, serta 162 Penyuluh yang difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan UPSUS PAJALE sebanyak 20 BP3K Berdasarkan penugasan staf oleh kepala Badan ketahanan Pangan dan Penyuluhan provinsi NTT serta data yang dikirim Hasil rekapan 32 kecamatan data kelompok tani kelas pemula lanjut madya di kabupaten TTS memiliki 1411 kelompok, kelas lanjut 126 kelompok dan kelas madya 28 dan gapoktan 120 gapoktan, hal ini menandakan masih tetap bila dibandingkan dengan tahun 2013 dan belum ada pengembagan kapasitas, dan masih ditemukan kelompok tani yang telah dibentuk namun belum dikukuhlan hal ini terlihat jelas dalam format E propoasal serta dari 32 BP3K secara keseluruhan 32 namun yang rusaak 17 BP3K yang baik 15, untuk itu perlu renovaasi BP3K yang rusak untuk dijadikan home base bagi kelompok tani maupun gapoktan dalam melaksanakan kelas mengajar oleh para penyuluh. 10

11 4. Kabupaten TTU Data yang dihimpun oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT secara keseluruhan BPK sebanyak 24 dari 24 kecamatan. Kelembagaan poktan dan gapoktan, untuk poktan secara keseluruhan dengan jumlah 977 kelompok namun belum didata secara keseluruhan berapa kelompok yang dikukuhkan berapa yang belum karena belum adanya SK pengukuhan kelompok yang dikukuhkan oleh Bupati TTU karena itu disarankan agar melakukan identifikasi kelompok tani secara keseluruhan di kabupaten TTU agar dapat membedakan sesuai data E Proposal. untuk kelas kelompok lanjut 43 kelompok sementara kelas madya belum ada, dan untuk gapoktan 89 gapoktan untuk itu mohon dukungan para penyuluh yang mempunyai kelompok binaan di wilayah wilayah kerjanya agar dapat mendata kembali kelompok yang belum dikukuhkan maupun BPK yang belum dibangun sehingga dapat melakukan pengukuhan sesuai kriteria kelompok tani dan penyiapan dana kedepan untuk pembangunan BPK. Untuk kegiatan dukungan operasioanal terdapat 3 BP3k yakni BP3K Noemuti, Noemuti Timur, dan Insana sedangkan untuk kegiatan UPSUS PAJALE mendukung swasembada pangan terdapat 2 BP3K yang difasilitasi yakni BP3K Insana Barat dan Oenenu. 5. Kabupaten Belu Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan BP3K provinsi Nusa tenggara Timur maupun petugas yang melaksanakan kegiatan pengembangan di kabupaten Belu khusus untuk BP3K secara keseluruhan sebanyak 12 BP3K, dari 12 Kecamatan dan 83 Desa, serta 203 Penyuluh yang difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan UPSUS PAJALE sebanyak 9 BP3K antara lain BP3k Raimanuk, Kakuluk mesak untuk Paket Lengkap, BP3K Atambua Barat, Tasifeto Timur, Lasiolat, Lamaknen Selatan, Nanae Duabesi Untuk Paket Hemat senagngka BP3K Raihat, Tasifeto Barat adalah Paket Upsus. Dari hasil pemantauan oleh petugas maupun rekapan data yang dikirim ke Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Nusa Tenggara Timur, data yang dikirim dari kabupaten Bellu ke Badan Ketahanan pangan dan Penyuluhan 11

12 Provinsi NTT secara keseluruhan baru 1696 kelompok dengan rician kelas pemula 1684, lanjut, 12 kelompok serta gapoktan 92 gapoktan. Dari 1696 kelompok belum diketahui apakah secara keseluruhan sudah berbadan hukum atau belum karena dilihat dari data E Proposal belum seluruhnya berbadan hukum sebab itu disarankan agar para penyuluh dapat mendata kembali jumlah kelompok sesuai dengan yang dilaporkan atau tidak sesuai. Data tersebut bila dibandingkan dengan keadaan kelompok tani Tahaun 2013 belum ada pengembangan baik dari kelas pemula maupun kelas lanjut diharapkan penyuluh sebagai pendamping kelompok tani agar bekerja sama dengan kelompok untuk mengembangkan kapasitas lewat pembinaan maupun pengukuhan kelas. 6. Kabupaten Rote Ndao Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan BP3K provinsi Nusa tenggara Timur maupun petugas yang melaksanakan kegiatan pengembangan di kabupaten Rote Ndao kusus untuk BP3K yang difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan UPSUS PAJALE Berdasarkan data yang direkap oleh petugas provinsi maupun yang dikirim dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Rote Ndao menandakan secara keseluruhan BP3K sebanyak 10 BP3K dari 10 Kecamatan, namun BP3K yang difasilitasi sebanyak 6 BP3K untuk UPSUS PAJALE, yakni BP3K Rote Barat Laut, Rote Timur, Rote Tengah, Rote Barat Laut, Pantai Baru dan Lobalain, secara keseluruhan ada 3 BP3K yang belum dibangun untuk itu perlu adanya penambahan bangunan bagi BP3K yang belum dibangun karena BP3K merupakan Home base penyuluh yang merupakan ruang belajar para kontak tani maupun gapoktan, secara keseluruhan kelompok tani, hasil kroscek antara Badan Ketahanan pangan Dan Dinas Pertanian tanaman pangan Provinsi NTT maka jumlah kelompok tani secara keseluruhan berjumlah 519 kelompok dengan rincian kelas kemampuan, pemula 501 kelompok, lanjut 18 kelompok sementara madya dalam perencanaan kedepan akan dikukuhkan kelas madya, dari jumlah kelompok tersebut maka terbentuk 89 gapoktan untuk mendukung pelaksana kegiatan agribisnis di kabupaten Rote Ndao serta mendukung jalannya Program UPSUS PAJALE di Kabupaten Rote Ndao. 12

13 7. Kabupaten Alor Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan BP3K provinsi Nusa tenggara Timur maupun petugas yang melaksanakan kegiatan pengembangan di kabupaten alor kusus untuk BP3K yang difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan UPSUS PAJALE sebanyak 12 BP3K secara rinci paket Lengkap sebanyak 3 BP3K, Paket Hemat sebanyak 6 BP3K dan Paket UPSUS 3 BP3K secara keseluruhan BP3K di kabupaten alor sebanyak 17 BP3K dari 114 Penyuluh serta didukung oleh 590 kelompok tani dan 94 gapoktan untuk itu perlu adanya koordinasi antara lintas sector untuk mensukseskan program UPSUS PAJALE Tahun 2015 di Provinsi NTT. 8. Kabupaten Flores Timur Kegiatan Penyelenggaraan peningkataan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K dikabupaten lembata dilaksanakan melalui rapat bersama Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur hasil pemantauan dari teman yang bertugas ke Kabupaten Flores Timur maka secara keseluruhan hasil rekapan data BP3K sebanyak 19, BP3K yang difasilitasi untuk kegiatan Upsus padi jagung dan kedelai sebanyak 16 BP3K terdiri dari paket lengkap, paket hemat dan paket Upsus serta didukung oleh kelompok tani sebanyak 1232 kelompok terdiri dari kelas pemula sebanyak 1190, kelas lanjut 39, kelas madya 3 kelompok dengan didukung gapoktan sebanyak 169 kelompok disarankan perlu adanya kerja sama Dinas lintas sektor serta babinsa dalam mendukung keberhasilan program UPSUS pajale di kabupaten Flores Timur. 9. Kabupaten Lembata Kegiatan Penyelenggaraan peningkataan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K dikabupaten lembata dilaksanakan melalui tatap muka bersama Sekretaris Badan, serta Kepala Bidang Penyuluhan yang menangani kelembagaan dan kepala bidang SDM dan para penyuluh yang berkaitan dengan tugas di Kabupaten Lembata, dari hasil rapat kaitan kaitan dengan pelaksanaan kegiatan UPSUS PAJALE sebanyak 5 BPK terdiri dari UPSUS 4 BPK sedangkan Paket hemat 1 BPK. Sementara masih dilakukan pendataan oleh para penyuluh sekabupaten 13

14 lembata. Kaitan dengan kelompok tani sedangkan dukungan penyuluh sebanyak 59. Diharapkan bagi BPK yang belum mendapatkan fasilitasi peningkatan kapasitas BP3K agar terus melakukan persiapan dengan baik sesuai syarat yang ditentukan untuk mendapat dukungan fasilitasi pada kegiatan mendatang. 10. Kabupaten Sikka Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas dikabupaten Sikka dilaksanakan melalui rapat bersama Kepala Badan Ketahanan Pangan dan penyuluhan pertanian Kabupaten Sikka beserta Kepalagian beberapa orang penyuluh yang berkaitan dengan tugas peningkatan kapasitas BP3K di Kabupaten Sikka, secara keseluruhan data BP3K yang ada di kabupaten Sikka sebanyak 21 BP3K Kondisi bangunan yang baik sebanyak 17 yang rusak 4 BP3K. dari 21 Kecamatan, BP3K yang difasilitasi dalam pengembangan kegiatan UPSUS PAJALE sebanyak 21 Bp3K terdiri dari paket lengkap sebanyak 10 BP3K, paket hemat 9 14

15 BP3K dan UPSUS sebanyak 2 BP3K seluruh BP3K yang difasilitasi dapat menjalankan peran dan fungsi dengan baik agar menjadi kelembagaan penyuluhan sangat terdekat dengan petani, Poktan, gapoktan maupun pelaku usaha. Dukungan kelembagaan tani sebanyak kelompok terdiri dari kelas pemula 1309 kelompok, lanjut 411, kelas Madya 63 kelompok, kelas utama 6 kelompok serta 130 gapoktan. Dari data tersebut diatas bila dibandingkan dengan data tahun 2013 sejumlah kelompok terjadi peningkatan 91 kelompok, hal ini menandakan bahwa Penyuluh sebagai pendampingan kelompok tani selalu bekerja sama dalam meningkatkan usaha taninya. Diharapkan pembinaan BP3K terus dilakukan agar kegiatan belajar mengajar dapat ditingkatkan. 11. Kabupaten Ende Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas dikabupaten Ende dilaksanakan melalui rapat bersama Kepala Badan Ketahanan Pangan dan penyuluhan pertanian kabupaten Ende beserta kasubid beberapa orang penyuluh yang berkaitan dengan tugas maupun pemantauan langsung ke BP3K ada di Ende, dari hasil rapat yang diperoleh kepala Badan menekankan tentang keberadaan kelembagaan BP3K maupun kelembagaan lainnya yang ada di Kabupaten Ende, yang mana data yang ada itu sejak masih bergabung dengan Dinas tanaman pangan kabupaten Ende, namun berkembang tahun demi tahun sampai dengan sekarang. Kepala Badan juga belum mengetahui secara keseluruhan apa kelompok tani tersebut sudah berbadan hukum atau belum. untuk itu akan diadakan rapat bersama seluruh penyuluh untuk mendata secara keseluruhan BP3K, Gapoktan maupun kelompok tani yang ada di kabupaten Ende. Kaitan dengan kegiatan UPSUS Padi jagung dan kedelai yang dilaksanakan di kabupaten ende untuk paket UPSUS Kedelai ada 19 BP3K dengan jumlah penyuluh 109 orang dan dukungan kelompok sebanyak 1844 orang, 230 gapoktan serta 21 BPK. 15

16 12. Kabupaten Ngada Sehubungan dengan kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K yang dilaksanakan di kabupaten ngada oleh petugas dari Badan ketahanan pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT yang pemantauannya sampai ke tingkat BP3K maka ahsil dari kegiatan tersebut secara keseluruhan Jumlah BP3K yang ada di kabupaten Ngada 12 BP3K dari 12 Kecamatan serta 151 Desa dengan dukungan penyuluh 87 Orang, Kelompok Tani 781 kelompok secara rinci pemula 648, lanjut 132 serta madya 1 kelompok dan didukung 109 Gapoktan ditemukan adanya kelompok tani yang sudah dibentuk namun belum dikukuhkan ke kelas pemula, bila dilihat dari jenis usaha maupun keberadaan kelompok menandakan bahwa kelompok sudah layak untuk dikukuhkan. Untuk itu disarankan agar penyuluh pertanian perikanan dan kehutanan dapat mendata kembali kelompok kelompok yang sudah dibentuk namun belum berbadan hukum baik itu kelas pemula, kelas lanjut maupun kelas madya. BP3K yang difasilitasi utnuk pelakanaan kegiatan UPSUS padi, jagung dan kedelai sejumlah 11 BP3K untuk paket lengkap BP3K sejumlah 4 BP3K yakni BP3K Turweda, Golewa, Golewa Barat dan Watu Kapu, untuk paket hemat Bp3K Wangka, Golewa Selatan Wolomeze dan Jerebuu. Sementara untuk paket UPSUS BP3K Maronggole, Golewa Selatan, Bajawa untuk itu disarankan adanya kerjasama antar lintas sektor serta babinsa sehingga suksesnya program UPSUS PAJALE Tahun

17 13. Kabupaten Nagekeo Pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan BP3K melalui dana APBD yang dilaksanakan di Kabupaten Nagekeo melalui rapat bersama Kepala Badan Ketahanan Pangan kepala Bidang Kelembagaan dan kepala sub bidang penyuluhan dan para penyuluh dengan topik materi yang dibahas adalah Penyelenggaraan kapasitas Kelembagaan BP3K yang ada di Nagekeo. Dari hasil rapat membicarakan bahwa selama ini data BP3K secara keseluruhan yang ada di nagekeo sebanyak 7 BP3k dari 7 Kecamatan serta didukung 116 penyuluh masih data lama sebanyak 1021 kelompok, serta Gapoktan 98 gapoktan, bila dibandingkan dengan tahun 2013 belum ada perubahan angka. Dalam waktu dekat akan mengadakan rapat dengan penyuluh secara keseluruhan kabupaten ngada agar dapat melihat kembali keberadaan kelompok tani diwilayah masing masing dan penyuluh melakukan pembinaan pada kelompok tani agar dapat meningkatkan kelas kemampuannya. BP3K yang difasilitasi utnuk kegiatan UPSUS Pajale sebanyak 7 Untuk paket lengkap sebanyak 3 yakni BP3K Wolowae, Nangaroro dan Aesesa Selatan, sedangkan untuk paket hemat BP3K Keo Tengah sedangkan UPSUS Kedelai Mauponggo, Boawae dan Aesesa, kaitan dengan kegiatan Upsus pajale disarankan perlu adanya dukungan kerja sama semua pihak agar terlaksana Program UPSUS PAJALE Tahun Kabupaten Manggarai Kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan dilaksanakan dikabupaten manggarai melalui Rapat bersama Kepala Badan Pelaksana penyuluhan pertanian kabupaten Manggarai dan beberapa kepala Bidang yang berkaitan dengan tugas tugas teknis. Hasil rapat yang diperoleh Kaban menegaskan tentang kegiatan Upsus agar seklalu bekerja sama dengan dinas tanaman pangan dan Babinsa kaitan dengan kegiatan UPSUS, dukungan fasilitasi BP3K untuk kegiatan UPSUS pajale adalah BP3K Ruteng, Wea RII, Setar Mese Barat, Langke Rembong, Reok Satar Mese, Cibal barat, Reok Barat, Lelak, Rahong Utara dan Cibal serta dukungan Kelompok tani sebanyak kelompok tani secara rinci kelas pemula 587, kelas lanjut 518, kelas madya 67 dan kelas 17

18 utama 5 serta didukung oleh 149 gapoktan, serta 116 Orang penyuluh. Berdasarkan pemantauan dari teman teman yang bertugas ke kabupaten manggarai dilihat dari data yang ada masih ditemukan beberapa kelompok yang belum berbadan hukum terutama pada kelompok kelas pemula sebab itu perlu dilakukan pembinaan secara terus menerus oleh koordinator maupun para penyuluh di masing masing wilayah ke kelompok. Disarankan agar para penyuluh mendata kembali seluruh data kelompok tani yang sudah dibentuk namun belum dikukuhkan agar dapat dimasukan dalam E Proposal Kabupaten Manggarai. 15. Kabupaten Manggarai Barat Kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan dilaksanakan dikabupaten manggarai barat melalui Rapat bersama Kepala Badan Pelaksana penyuluhan pertanian kabupaten Manggarai Barat beserta para Kabid dan Kepala Sub Bidang serta beberapa orang penyuluh yang berkaitan dengan Hal hal teknis Bidang. Dukungan kelembagaan kelompok tani maupun gapoktan yang ada di Manggarai Barat adalah sebagai berikut, 698 kelompok terdiri dari kelas pemula 345, kelas lanjut, 353 didukung oleh 93 gapoktan. Data tersebut bila dibandingkan dengan tahun 2013 secara keseluruhan 698 kelompok secara rinci kelas pemula 345, kelas lanjut 355. Perlu pendataan lanjutan bagi penyuluh yang berkaitan dengan kelompoki tani. 16. Kabupaten Manggarai Timur Sehubungan dengan kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan yang dilaksanakan di kabupaten Manggarai Timur oleh petugas dari Badan ketahanan pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT melalui rapat bersama dengan kepala Bidang yang menangani kelembagaan baik ditingkat kabupaten sampai pada pelaksanaannya, BP3K yang difasilitasi untuk Paket Lengkap yakni BP3K Borong, Lemba Leda, Samba Rampas, dan Elar Selatan namun paket hemat adalah BP3k Poncoronakan, Poncoronakan Timur, dan Elar. BP3K yang difasilitasi kusus UPSUS yakni BP3K Ranamese dan Kota Komba secara keseluruhan telah mempersiapjkan kelompok binaan untuk mendukung pelaksanaan kegiatanprogram UPSUS PAJALE Tahun Hasil 18

19 pemantauan langsung ke BP3K Poncoranaka secara keseluruhan BP3K layak untuk dipakai sementara jumlah Penyuluh PNS 10 Oraang, THL-TB 10 Orang dan tenaga penyuluh kontrak 2 orang masing penyuluh membina 1 desa. Komoditi unggulan antara lain kopi dan cengkeh sementara usaha tani lainnya adalah padi sawah, secara keseluruhan dukungan kelompok tani untuk kegiatan upsussejumlah dan 169 gapoktanserta 135 kelompok wanita tani. 17. Kabupeten Sumba Timur pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan pnyuluhan BP3K di kabupaten sumba timur dilakukan melalui rapat bersama dan pemantauan langsung ke BP3K. Secara keseluruhan jumlah BP3K yang ada sejumlah 22 BP3K daer 22 Kecamatan serta secara keseluruhan penyuluh sebanyak 142 orang serta 1363 kelompok tani untuk mendukung kegiatan UPSUS kedelai maka BP3K yang difasilitasi sebanyak 22 BP3K secara rinci untuk paket UPSUS 3 BP3K Paket lengkap sebayak 9 BP3K dan Paket hemat sebanyak 10 BP3K dengan adanya kegiatan UPSUS dapat menanmah pendapatan untuk kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumba Timur. 18. Kabupaten Sumba Barat Kegiatan Penyelenggaraan Kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3k di Kabupaten Sumba Barat dilaksanakan melalui Rapat bersama Kepala Badan Penyuluhan dan ketahanan pangan serta kabid kelembagaan dan kasubid berkaitan dengan tugas dikabupaten Sumba Barat dari hasil rapat yang diperoleh kaban menekankan tentang keberadaan kelembagaan BPK yang ada di Sumba Barat sejumlah 8 BPK dari 6 Kecamatan dan 10 posludes, serta 724 kelompok tani dan 69 gapoktan, Kaban juga belum melihat secara keseluruhan apa kelompok tani tersebut sudah berbadan hukum atau belum. Untuk itu kaban menegaskan dalam rapat nanti bersama seluruh penyuluh untuk mendata secara keseluruhan kelompok tani yang ada di kabupaten Sumba Barat penegasan Kepala Badan tentang E proposal kabupaten Sumba Barat. Sementara ini kelompok tani di kabupaten Sumba Barat baru 724 untuk itu mohon dukungan 19

20 dan kerjasama baik penyuluh maupun kelompok dalam meningkatkan kelas kemampuan kelompok tani maupun gapoktan di Kabupaten Sumba Barat dukungan para coordinator penyuluh serta penyuluh dalam membina kelompok tani untuk ditingkatkan kelas kemampiuannya. 19. Kabupaten Sumba Tengah Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K dikabupaten Sumba Tengah dilaksanakan melalui rapat bersama Sekretaris Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Sumba Tengah beserta para Kepala Bidang dan Kepala Sub Bagian yang menangani langssung kegiatan BP3K. Dari hasil rapat yang diperoleh Sekretaris Badan meminta agar petugas yang 20

21 menangani E proposal agar serius dalam penangananannya. Sekretaris Badan sangat mengharapkan seluruh Koordinator BPK agar dapat serius menangani E Proposal untuk ditindaklanjuti Sekretaris Badan juga meminta bantuan paada seluruh penyuluh yang ada di Kabupaten Sumba Tengah untuk mengetahui seberapa banyak jumlah kelompok tani yang ada di Kabupaten Sumba Tengah pada wilaya masing masing penyuluh, ditegaskan agar penyuluh juga dapat mengetahui seberapa jumlah kelompok tani yang sudah berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum, penyuluh asebagai partner kelompok harus bekerja sama dalam meningkatkan kelas kemampuan dari masing masing penyuluh maupun wilayah serta dapat mengetahui seluruh hasil usaha taninya. sekban juga menegaskan seluruh penyuluh untuk mendata secara keseluruhan kelompok tani yang ada di Kabupaten Sumba Tengah penegasan Kepala Badan tentang E proposal kabupaten Sumba Tengah. Sementara ini kelompok tani di kabupaten Sumba tengah baru 559 kelompok terdiri dari kelas pemula 535, kelas lanjut, 22 madya 2 kelompok didukung oleh 54 gapoktan. Data tersebut bila dibandingkan dengan tahun 2013 secara keseluruhan 559 kelompok secara rinci kelas pemula 22, kelas Madya 2 kelompok. 21

22 20. Kabupaten Sumba barat daya Pelaksanaan kegiatan Penyelenggara peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan melalui dana APBD yang dilaksanakan di kabupaten Sumba Barat daya melalui rapat bersama Kepala Badan Ketahanan Pangan kepala Bidang Kelembagaan dan Kepala Bidang Penyuluhan dan para penyuluh dengan materi yang dibahas adalah penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan maupun peningkatan kapasitas kelembagaan lainnya yang ada di Sumba Barat daya. Dari hasil rapat membicarakan data yang diperoleh ecara keseluruhan menggambarkan BP3K yang ada sebanyak 11 dai 11 kecamatan serta didukung 91 penyuluh, kelompok dan 96 gapoktan namun secara keseluruhan dari 11 BPK terlihat bahwa yaag rusak 5 BPK, 4 BPK belum memiliki banguna sementara dalam Tahun 2015 telah dibangun 3 buah BPK serta renovasi sebuah BPK. Sekretaris Badan juga menegaskan agar para penyuluh penerima BOP dapat mendaftar ulang seluruh kelompok tani maupun gapoktan baik yang sudah berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum untuk dijadikan bahan e proposal, serta dapat mengetahui kejelasan kelompok yang betul ada di lapangan secara keseluruhan, untuk kegiatan UPSUS Padi jagung kedelai perlu direncanakan sebaik mungkin daan perlu diusulkaan permintaan dana sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dukungan BPK kaitan dengan UPSUS PAJALE paket lengkap sebanyak 4 BPK, paket Hemat 1 BPK 22

23 UPSUS sebanyak 2, untuk itu disarankan agar pihak kabupaten dapat melakukan korrdinasi dengan semua pihak yang berkaitan dengan upsus dapat bekerja sama untuk mendukung suksesnya upsus pajaledi tingkat kecamatan. 21. Kabupaten Sabu Raijua Kegiatan penyelenggaraan Peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Sabu Raijua dilaksanakan melalui rapat bersama Kepala Dinas pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan serta Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan serta beberapa Staf yang berkaitan dengan Tugas yang akan dilaksanakan selama di Kabupaten Sabu Raijua. Hasil rapat yang diperoleh serta pengambilan data secara keseluruhan BP3K di Kabupaten Saburaijua sejumlah 6 BP3K (2 BP3K belum dibangun) dari 6 Kecamatan, serta 362 desa. Dukungan penyuluh untuk kegiatan peningkatan kapasitas sebanyak 56 penyuluh disarankan adanya penambahan bangunan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. Kaitan dengan dukungan pelaksanaan kegiatan UPSUS padi, jagung, kedelai, difasilitasi 5 BP3K terdiri dari paket lengkap yakni BP3K Sabu Barat kecamatan sabu barat dan BP3K sabu Liae kecamatan sabu Liae, sedangkan Paket hemat sebanyak 1 BP3K terdiri dari BP3K sabu Timur Kecamatan Sabu Timur, Paket Upsus yakni BP3K Sabu Tengah Kecamatan Sabu Tengah dan BP3K Hawu Mehara kecamatan Hawu Mehara. Perlu adanya koordinasi yang baik antara lintas sektor, maupun Babinsa yang mendukung Program UPSUS kedelai agar dapat berjalan sesuai harapan dilapangan. 22. Kabupaten Malaka Pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan Tingkat Provinsi NTT Tahun 2015 dilaksanakan di Kabupaten Malaka dengan melakukan rapat bersama Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan penyuluhan dan beberapa orang staf yang berkaitan dengan tugas di Kabupaten Malaka. Dari hasil rapat maka diperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan tugas serta kegiatan yang mendukung UPSUS kedelai. Dukungan fasilitasi BP3K yang mendukung pelaksanaan kegiatan UPSUS Pajale antara lain BP3K 23

24 Besikama dan BP3K Tolok sedangkan peningkatan kapasitas yakni BP3K Triumanu dan BP3K Kobalima. Sedangkan dukungnan Operasional BP3K Yakni BP3k Lamea, Laieten, Boa, Tunabesi dan Liurai. Sedangkan secara keseluruhan BP3k yang ada di Kabupaten Malaka 12 BP3K dari 12 Kecamatan, Jumlah Desa 127, Jumlah Penyuluh 45, Jumlah Kelompok Tani 884 serta gapoktan 57. Secara keseluruhan BPK yang memiliki bangunan sebanyak 7 BPK, 1 bpk dalam keadaan rusak sementara 4 belum memiliki bangunan disarankan agar penambahan sarana prasarana BP3K serta perlu penambahan bangunan BP3K sebagai Home base para petani dalam menjalankan aktifitasnya serta perlu adanya koordinasi yang baik baik ditingkat kabupaten sampai ketingkat kecamatan sehingga dapat terlaksananya UPSUS Pajale di Kabupaten Malaka. Kegiatan Pengembangan kapasitas kelembagaan kelompok tani mendapat dukungan dana yang bersumber dari DPA SKPD Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT Tahun Anggaran

25 V. MASALAH DAN UPAYAH PEMECAHAN A. Masalah 1. Kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K ini masih sebatas pada pada beberapa BP3K yang mendapat bantuan fasilitas, sedangkan jumlah BPK se Nusa Tenggara Timur masih begitu banyak yang belum dilakukan Kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K. 2. Data pada BPK baik menyangkut Gapoktan, Poktan, Posludes, Penyuluh aset dan administrasi lainnya sesuai dengan ketentuan BPK masih perlu dibenahi kembali. 3. Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung dari BPK mengakibatkan terhambatnya rekapitulasi data, asset pelaporan dan media tentu tidak optimal penyelenggaraan penyuluhan. 4. Sosialisasi regulasi tentang perkembangan penyuluhan dan pemberdayaan kelembagaan masih perlu dilakukan dalam rangka kesamaan persepsi pengelolaan BPK. 5. Terbatasnya biaya operasional BPK menjadi kendala dalam koordinasi dan pelaksanaan urusan BPK. 6. BPK merupakan kelembagaan penyuluhan yang sangat dekat dengan petani, Poktan maupun gapoktan dan sebagai Home Base penyuluh, namun masih ada 81 bangunan BPK yang belum ada bangunan dan 25 BP3K yang rusak yang tersebar di 22 kabupaten1/kota. B. Pemecahan masalah a. Pelaksanaan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K pada saat mendatang minimal 1 kabupaten 2 (dua) BPK yang di laksanakan peningkatan kapasitas. b. Perlu dilakukan sosialisasi regulasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan penyuluhan. 25

26 c. Agar tersedianya dana untuk Penyelenggraan peningkatan kapasitas kelembagaan BPK baik tingkat daerah, provinsi maupun tingkat pusat guna menunjang kegiatan BPK kedepan. d. Pembenahan data pada BP3K masih perlu terus dilakukan dalam pembinaan kelembagaan penyuluhan disaat mendatang. e. Perlu pendataan kembali keseluruhan BP3K yang rusak di 22 kabupaten /kota agar perencanaan kedepan dapat diusul dana pembenahan maupun renovasi serta pembangunan gedung BP3K sebagai Home base Petani. 26

27 VI. PENUTUP Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan Penyuluhan Balai penyuluh pertanian perikanan dan kehutanan pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab yang diwujudkan melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas kelembagaan ketenagaan penyelenggaraan dan sarana dan prasarana serta pembiayaan. Untuk mewujudkan Sumber daya manusia yang maju dan sejahtra, agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan produktif, efektif pada semua tingkatan administrasi maka perlu melakukan terhadap balai penyuluhan pertanian Dengan kegiatan Penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan BP3K maka akan mendukung, mengawal, mengsinergikan program pembangunan pertanian baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. salah satu kelembagaan pertanian yang memiliki posisi yang sangat strategis untuk mendukung dan mengawali program ketahanan pangan dan penyuluhan adalah kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan baik itu BPK, Gapoktan, Poktan serta lembaga lainnya, sejalan dengan itu maka melalui Badan Ketahanan Pangan dan penyuluhan mengalokasi dana untuk kegiatan Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas Balai penyuluh pertanian perikanan dan kehutanan ke 22 kabupaten Kota se Provinsi NTT. Demikian Laporan pelaksanaan Kegiatan Kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas kelembagaan Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan ini disusun sebagai hasil pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas bagi Bidang Kelembagaan dan Penyuluhan pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 27

28 KATA PENGANTAR Untuk mewujudkan sumber daya manusia pertanian, perikanan dan kehutanan yang profesional, inovatif, kreatif dan berwawasan global, Pemerintah Pusat telah merumuskan berbagai Rencana Strategis salah satu diantaranya adalah Rencana Strategis Pengembangan Sumber Daya Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Tahun , dimana salah satu tujuannya adalah Mewujudkan Sistem Peyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang handal dalam rangka mendukung peningkatan daya saing dan nilai tambah agribisnis. Penyuluhan Pertanian memiliki peran yang sangat strategis didalam mendukung dan mengawali Program utama pembangunan pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut maka Sesuai amanah UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang SP3K menyatakan bahwa penyelenggaraan penyuluhan menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan telah diimplementasikan ditingkat lapangan melalui berbagai kegiatan salah satu diantaranya adalah Penyelenggaraan Peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) sehingga di Tingkat Provinsi perlu disusun Laporan akhir pelaksanaan kegiatan sebagai bukti bahwa kegiatan penyelenggaraan dilaksanakan di 22 Kabupaten/Kota. Kupang, Juni 2015 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN/ SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, DRS. HADJI HUSEN PEMBINA UTAMA MUDA NIP ii 28

29 LAPORAN KEGIATAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENYULUHAN BP3K TINGKAT PROVINSI NTT BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN BADAN KETAHANAN PROVINSI NUSA PANGAN TENGGARA DAN TIMUR PENYULUHAN/ SEKRETARIAT BADAN TAHUN KOORDINASI 2015 PENYULUHAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 29

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST) 1 Nusa Tenggara Timur: 46.760 9.930 7.328 8.055 5.690 17.071 17.982 14.395 19.658 146.869 2 Alor 173 14 33 13 31 40 66 49 41 460 3 Alor Barat Laut 32-2 1 1 5 11 19 11 82 4 Alor Selatan 19 1 6 1 9 3 9 4

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan Penyuluhan merupakan upaya pengembangan SDM yang sasarannya yaitu pemberdayaan pelaku utama, pelaku usaha dan masyarakat sehingga meningkatkan wawasan pengetahuan,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian Tahun 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN TAHUN 2013 No. A SASARAN INDIKATOR

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 OLEH : IR. EDGAR R. TIBULUDJI Sekretaris Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Nusa Tenggara Timur Disampaikan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENUYUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN)

MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN) MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN) DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RENSTRA, PENETAPAN KINERJA DAN RENCANA AKSI KUPANG, 5 APRIL 2016 Organisasi

Lebih terperinci

Lampiran I.53 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.53 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.5 : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : /Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENYULUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 28/Permentan/OT.140/4/2012 TANGGAL : 23 April 2012 PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai amanat

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : KUPANG 53.01 KUPANG 168.904 161.418 330.322 1 53.01.04 SEMAU 2.986 2.835 5.821 2 53.01.05 KUPANG BARAT 9.046 8.464 1.510 3 53.01.06 KUPANG TIMUR 23.813 22.546 46.359 4 53.01.0 SULAMU

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016 RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016 OLEH : SEKRETARIS BADAN PPSDMP Disampaikan pada : Pra-Musrenbangtannas Kementerian Pertanian Jakarta, 12 Mei 2015 ARAH KEBIJAKAN 2015-2019

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN TAHUN 20 KATA PENGANTAR Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) sebagai salah satu unit kerja/organisasi di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan

Lebih terperinci

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 OUT LINE PAPARAN 1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 26 TAHUN 2007 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 26 TAHUN 2007 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG, PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 26 TAHUN 2007 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan motivasi kerja dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 5A TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menghaadapi tahun sektor pertanian masih dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Menghaadapi tahun sektor pertanian masih dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghaadapi tahun 2015 2019 sektor pertanian masih dihadapkan pada berbagai kendala, antara lain berupa: jumlah penduduk yang terus meningkat, kerusakan lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan antara lain bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 9/Permentan/OT.40/9/03 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAI'TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh

Lebih terperinci

Rekomendasi Penggunaan Pupuk Tunggal di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rekomendasi Penggunaan Pupuk Tunggal di Provinsi Nusa Tenggara Timur Rekomendasi Penggunaan Pupuk Tunggal di Provinsi Nusa Tenggara Timur Pupuk Tunggal Pupuk Tunggal Pupuk Tunggal 1 SUMBA BARAT LAMBOYA 250 50 50 2 WANOKAKA 250 50 50 3 LABOYA BARAT 250 50 50 4 LOLI 250 50

Lebih terperinci

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II 3.1. UMUM S ejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketrampilan serta berdaya saing yang dibutuhkan dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. berketrampilan serta berdaya saing yang dibutuhkan dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan akan tercipta insan yang berbudi, bertaqwa, berketrampilan serta berdaya

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Rekomendasi Penggunaan Pupuk Majemuk (NPK Phonska) + Pupuk Organik 2 ton/ha di Provinsi Nusa Tenggara

Rekomendasi Penggunaan Pupuk Majemuk (NPK Phonska) + Pupuk Organik 2 ton/ha di Provinsi Nusa Tenggara Rekomendasi Penggunaan Pupuk Majemuk (NPK Phonska) + Pupuk Organik 2 ton/ha di Provinsi Nusa Tenggara NPK Phonska 15-15-15 NPK Phonska 15-15-15 No. KABUPATEN/KOTA KECAMATAN 1 SUMBA BARAT LAMBOYA 100 200

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013 DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013 TAHUN LUAS TANAM LUAS PANEN PROVITAS PRODUKSI 2007 294,530 217,478 23,65 514,335 2008 285,780 271,561 24,89 676,044

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH 1 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Propinsi NUSA TENGGARA TIMUR

Propinsi NUSA TENGGARA TIMUR Propinsi NUSA TENGGARA TIMUR Kabupaten : 21 : 298 APBN (juta) : Rp. 528.605,00 APBD (juta) : Rp. 54.595,00 BLM (juta) : Rp. 583.200,00 NUSA TENGGARA TIMUR Page 269 of 450 1 ALOR 1 ALOR BARAT DAYA 3.200,00

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEEN HALMAHERA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 No. 05, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT 2,69% Angkatan kerja NTT pada Agustus 2011 mencapai 2.154.258 orang, bertambah 21,9 ribu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN HONORARIUM DAN BIAYA OPERASIONAL PENYULUH (BOP) BAGI TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU (THL-TB) PENYULUH PERTANIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN HONORARIUM DAN BIAYA OPERASIONAL PENYULUH (BOP) BAGI TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU (THL-TB) PENYULUH PERTANIAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN HONORARIUM DAN BIAYA OPERASIONAL PENYULUH (BOP) BAGI TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU (THL-TB) PENYULUH PERTANIAN PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME KERJA DAN METODE PENYULUHAN DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 7 TAHUN 2011 2010 TENTANG BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa penyuluhan sebagai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PENYULUHAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN (LAKU)

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN (LAKU) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 3 PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN (LAKU)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No.05/08/Th.V, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada yang diukur

Lebih terperinci

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (H. Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan Penggenangan. Vegetatif 2 (31-40 HST)

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (H. Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan Penggenangan. Vegetatif 2 (31-40 HST) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan Bera Penggenangan Tanam (1-15 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (H Vegetatif 2 (31-40 HST) Maks. Vegetatif

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN PUSAT DAN DAERAH Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian PENAS XIV-2014 Malang, 8 Juni 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN ISI PAPARAN I PENDAHULUAN II KONDISI UMUM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk memacu perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BIMA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Pajak Air Permukaan adalah salah satu jenis penerimaan dan pendapatan yang dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memuaskan

Ringkasan Eksekutif Memuaskan Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 telah menyajikan capaian kinerja selama tahun 2012 dikaitkan dengan perencanaan kinerja untuk tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini merupakan salah satu alat instrument untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. Pendekatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 15 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i ii KATA PENGANTAR Pengembangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

REKAPITULASI PENGADUAN MELALUI LAPOR BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

REKAPITULASI PENGADUAN MELALUI LAPOR BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN REKAPITULASI PENGADUAN MELALUI LAPOR BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN NO PENGADUAN JAWABAN KETERANGAN 1 1. Kemendagri selaku Kementerian yang berwenang mengatur penyelenggaraan Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 12 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 12 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 12 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG TATA KERJA DAN STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) Rencana strategis (Renstra) instansi pemerintah merupakan langkah awal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE Oleh: Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian 2 0 1 5 BPPSDMP www.bppsdmp.pertanian.go.id I. PENDAHULUAN Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai negara agraris Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/3/2013 TANGGAL : 21 Maret 2013 PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

RILIS HASIL PSPK2011

RILIS HASIL PSPK2011 RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN JAKARTA

PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN JAKARTA PEDOMAN TEKNIS SUPERVISI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN TAHUN 2011 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN JAKARTA KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada

Lebih terperinci

" : ' «..: ;. low-izi!* = r»;*iij. PU5RT PERYUUIHRR PERIRRIRn BRDRO PERYUIUHRR ORR PERGEfllBRRGRR 5001 PERTRRIflfl

 : ' «..: ;. low-izi!* = r»;*iij. PU5RT PERYUUIHRR PERIRRIRn BRDRO PERYUIUHRR ORR PERGEfllBRRGRR 5001 PERTRRIflfl " : ' «..: ;. low-izi!* = r»;*iij» PU5RT PERYUUIHRR PERIRRIRn BRDRO PERYUIUHRR ORR PERGEfllBRRGRR 500 PERTRRIflfl LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN TAHUN203

Lebih terperinci

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Jakarta, 12 Nopember 2013

Lebih terperinci

MENGAWAL PELAKU UTAMA dengan ROADMAP BAKORLUH SULAWESI TENGGARA

MENGAWAL PELAKU UTAMA dengan ROADMAP BAKORLUH SULAWESI TENGGARA MENGAWAL PELAKU UTAMA dengan ROADMAP BAKORLUH SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN identik dengan PENINGKATAN. Entah itu peningkatan produksi, produktivitas ataupun kinerja. Demikian pula dengan pembangunan pertanian

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM. Menimbang : BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci