DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013
|
|
- Hadi Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013
2 TAHUN LUAS TANAM LUAS PANEN PROVITAS PRODUKSI , ,478 23,65 514, , ,561 24,89 676, , ,537 25,50 638, , ,583 25,91 633, , ,893 21,25 524, , ,323 25,32 629, *) *) : Sasaran ,
3 N O KAB/KOTA TANAM (Ha) PANEN (Ha) PROVITA S Kw/Ha) PRODUKS I (Ton) 1. Kota Kupang ,87 1, Kupang 27,841 23,014 25,07 57, Timor Tengah Selatan 4. Timor Tengah Utara 98,016 60,856 25,03 152,307 17,810 15,466 25,84 39, Belu 26,896 25,360 24,76 63, Rote Ndao 4,213 3,910 25,71 10, Alor 8,839 6,916 24,15 16, Sabu Raijua , Jumlah Timor 184, ,276 25,26 342, Sumba Timur 18,771 13,430 31,19 41, Sumba Tengah 3,932 3,870 32,65 12, Sumba Barat 6,056 5,887 29,88 17, Sumba Barat Daya 27,463 27,267 25,52 69,593
4 N O KAB/KOTA TANAM (Ha) PANEN (Ha) PROVITA S Kw/Ha) PRODUKS I (Ton) 12. Lembata 11,246 9,463 23,83 22, Flores Timur 15,896 12,032 23,59 28, Sikka 13,737 13,244 23,60 31, Ende 2,095 2,090 27,44 5, Ngada 5,426 5,426 28,38 15, Nagekeo 4,915 4,688 25,95 12, Manggarai Timur 5,795 5,745 28,59 16, Manggarai 2,127 1,961 24,00 4, Manggarai Barat 1,544 1,534 23,98 3,679 Jumlah Flores 62,781 56,183 25,48 140,304
5 NO PULAU/KABUPATEN LUAS (HA) DIKEMBANGKAN A. PULAU TIMOR PETANI MITRA BELUM DIKEMBANGKA N 1. TTS KEC. KUALIN KEC. AMANUBAN SELATAN 2. KUPANG AMABI OEFETO TIMUR AMARASI TTU BELU B. PULAU SUMBA 5. SUMBA TENGAH UMBU RATUNGGAY
6 NO PULAU/KABUPATEN 6. SUMBA TIMUR DIKEMBANGKAN LUAS (HA) BELUM DIKEMBANGKA N PANDAWAI NGGAHA ORI OANGU C. PULAU FLORES 7. NAGEKEO BOAWAE AESESA SIKKA KANGAE WAIGETE
7 NO KAB/KOTA SLPTT JAGUNG HIBRIDA LUAS LAHAN (HA) VOL (KG) PERBANYAKAN BENIH JAGUNG KOMPOSIT LUAS LAHAN (HA) VOL (KG) 1. KUPANG TTS TTU BELU ALOR SUMBA TIMUR SUMBA BARAT SBD LEMBATA FLORES TIMUR SIKKA ENDE NGADA NAGEKEO
8 PERBANYAKAN INTENSIFIKASI BENIH NO KAB/KOTA JAGUNGKOMPOSIT JAGUNG LUAS LUAS LAHAN VOL LAHAN VOL 1. KOTA KUPANG KUPANG TTS TTU BELU ROTE NDAO ALOR SABU RAIJUA SUMBA TIMUR SUMBA TENGAH SUMBA BARAT SUMBA BARAT DAYA
9 PERBANYAKAN INTENSIFIKASI BENIH NO KAB/KOTA JAGUNGKOMPOSIT JAGUNG LUAS LUAS LAHAN VOL LAHAN VOL 13. LEMBATA FLORES TIMUR SIKKA ENDE NGADA NAGEKEO MANGGARAI TIMUR MANGGARAI MANGGARAI BARAT
10 NO. KABUPATEN/KOTA APBN SL-PTT JAGUNG KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI) SLPTT JAGUNG KOMPOSIT INTENSIFIKASI APBD JAGUNG KOMPOSIT PERBANYAKAN BENIH JAGUNG KOMPOSIT (Ha) (KG) HA (KG) HA (KG) KOTA KUPANG , KUPANG 1,000 25, , ,200 3 TIMOR TENGAH SELATAN 1,000 25,000 1,200 36, TIMOR TENGAH UTARA 1,000 25, , BELU 1,000 25,000 1,000 30, ROTE NDAO 1,000 25, , ALOR 1,000 25, , SABU RAIJUA , SUMBA TIMUR 1,000 25, , , SUMBA TENGAH 1,000 25, ,
11 13 LEMBATA , FLORES TIMUR , SIKKA 1,000 25, , , ENDE 1,000 25, , NAGEKEO 1,000 25, , NGADA , MANGGARAI TIMUR , , MANGGARAI , MANGGARAI BARAT , TOTAL 12, ,000 12, , ,500
12 A. PERBANYAKAN BENIH SEBAR Kebutuhan benih sebar untuk NTT kurang lebih ton. Sudah terpenuhi 450 ton (2012) sisanya petani menggunakan benih hasil musim tanam sebelumnya atau dari luar NTT. Tahun 2012 Perbanyakan benih sebar seluas 400 Ha (APBN) dan 300 Ha (APBD I)
13 Keterlibatan pedagang pengumpul, koperasi dan pedagang antara untuk menunjang pangembangan jagung Usaha pasca panen dan pengolahan : Keterlibatan usaha dalam aspek pasca panen dan pengolahan hasil di NTT dilakukan petani masih dengan cara manual Usaha pabrik pangan atau pakan ternak : Belum banyak usaha pabrik atau pakan ternak
14 PENGEMBANGAN KAKAO DI NUSA TENGGARA TIMUR
15 Dari segi luas areal, NTT menempati urutan 5 setelah Sulawesi, Sumatra, Maluku dan Jawa, dengan luas areal ha serta produksi mencapai ton. Produktifitas Kakao di NTT masih cukup rendah (571 kg/ha/tahun), dibanding dengan rata-rata produktifitas Kakao Nasional (900 kg/ha/tahun) atau Kebun PTP dan Swasta (1.500 s/d kg/ha/tahun).
16 Kondisi on-farm kakao di NTT, terutama pada wilayah eksisting di Kab. Sikka masih didominasi oleh tanaman yang sudah tua / rusak serta adanya gangguan hama dan penyakit. Harga biji kakao NTT khususnya serta Indonesia pada umumnya, di pasaran Internasional masih dihargai rendah, karena didominasi oleh biji-biji kakao tanpa fermentasi, kadar kotoran tinggi dan banyak terkontaminasi serangga. Kakao di NTT telah memberikan kontribusi yang posetif bagi pendapatan petani kakao serta pertumbuhan ekonomi di daerah ini.
17 Kakao di NTT telah mampu memberikan kontribusi yang posetif bagi pendapatan petani kakao serta pertumbuhan ekonomi di daerah ini.
18 (1) Kerangka Kebijakan Pengembangan Kakao di NTT, di bagi dalam 2 (dua) klaster kakao, masing-masing : - Klaster I (Flores) meliputi Kabupaten Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka dan Flores Timur, dengan fokus kegiatan Perluasan Areal pada Kabupaten Potensial Areal (Ngada dan Nagekeo), Peremajaan, Intensifikasi dan Rehabilitasi pada Kabupaten Eksisting Areal (Ende, Sikka dan Flores Timur);
19 - Klaster II (Sumba) meliputi wilayah potensial areal di Bagian Selatan Pulau Sumba, dari Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya; - Untuk wilayah di luar klaster tersebut diatas, kegiatan pengembangan kakao disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi. (2) Kerangka Kebijakan Pengembangan Komoditi Kakao di NTT dilaksanakan melalui Upaya Peningkatan Produksi dan Mutu Produk Kakao, yang dilakukan melalui berbagai upaya antara lain :
20 - Perluasan Areal Kakao pada beberapa Daerah Potensial Pengembangan di NTT, hal ini lebih terfokus pada APBD I NTT; - Kegiatan Peremajaan, Rehabilitasi dan Intensifikasi Kakao diarahkan pada beberapa Daerah Eksisting Areal Kakao, guna memperbaiki kualitas dan mutu kebun / tanaman kakao masyarakat, hal ini lebih terfokus pada kegiatan APBN; - Fasilitasi Unit Pengolahan Hasil / Alat Fermentasi bagi Kelompok-kelompok Tani Kakao.
21 (1) Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (GERNAS) Kakao di Kabupaten Ende, Sikka dan Flores Timur, yang merupakan eksisting areal kakao terbesar di NTT, diarahakan guna memperbaiki kondisi kebun dan tanaman di wilayah ini; (2) Revitalisasi Perkebunan (Kakao), diarahkan dalam rangka percepatan pembangunan Perkebunan Kakao yang di dukung Kredit Investasi dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah, dengan melibatkan Perusahaan Mitra, Koperasi atau dilaksanakan langsung oleh para petani; (1) Komoditi yang dikembangkan mempunyai prospek pasar, baik pasar dalam negeri maupun ekspor, (2) Mampu menyerap tenaga kerja baru, serta (3) Mempunyai peranan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup
22 (3) Mendorong kegiatan Pemberdayaan Petani / Kelompok Tani, serta Pelatihan Teknis guna memberikan bekal yang cukup bagi pemahaman teknis budidaya maupun managemen pengelolaan kebun bagi para petani; (4) Memfasilitasi pendampingan bagi kelompok tani khususnya pada wilayah Gernas Kakao dan Revitalisasi Kakao;
23 (5) Memfasilitasi ketersediaan Sarana Pengolahan /Alat Fermentasi di tingkat Kelompok Tani; (6) Mendorong Pihak Swasta untuk berinvestasi di sektor kakao, baik pada kegiatan On-farm maupun pada kegiatan of-farm, pada on-farm PT. Timor Mitra Niaga telah berinfestasi dalam pengembangan kebun di Kabupaten Belu dan Sumba Barat.
24 (1) Sebagian besar tanaman kakao di kawasan eksisting areal sudah tua dan tidak produktif; (2) Tingkat produktifitas masih sangat rendah; (3) Masih memproduksi produk primer, belum produk sekunder; (4) Petani enggan melakukan fermentasi kakao, oleh karena perbedaan harga yang tidak signifikan;
25 (5) Sistem saluran / rantai pemasaran yang panjang tidak memberikan nilai tambah yang sepadan sehingga menimbulkan inefisiensi; (6) Terbatasnya akses jalan usaha tani di sentrasentra produksi biji kakao; (7) Sarana perkreditan termasuk Program Revitalisasi, yang sulit direalisasikan kerena ketidak tersediaan jaminan / agunan.
26 DISTANBUN NTT
27 No Kabupaten / Kota Luas Areal (Ha) TBM TM TT/TR JUMLAH PRODUK SI (Ton) PRODUKTI VITAS (Kg/Ha) JML H. KK WUJUD PRODU KSI NAGEKEO , ,629 BIJI KRG 13. MNGRAI 1, , ,214 SDA 14. MATIM 1, , ,821 SDA 15. MABAR 1,693 1, , ,981 SDA 16. SUMTIM SDA 17 SUMBAR SDA 18 SBD 1, `262 1, ,679 SDA 19 SUMTENG SDA 20 ROTE SABU TOTAL 23,247 24,056 4,638 51,941 13, ,540 SDA
28 Kebun Entres (KE) Wederok di Kabupaten Belu milik PT. Timor Mitra Niaga seluas Ha dengan potensi produksi Entres/ - PERBENIHAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN Kebun sumber benih masih dirasakan kurang untuk memenuhi kebutuhan dalam daerah, data kebun benih yang sudah ada sbb: Kebun induk (KI) Waykadada di Sumba Barat milik Dinas Pertanian dan Perkebunan Prov. NTT seluas 3 Ha dengan potensi produksi per tahun batang. Kebun Inti Gaura (KE) di Sumba Barat milik PT. Timor Mitra Niaga seluas 89,75 Ha dengan potensi produksi pertahun sebanyak Entres. Kebun Entres (KE) Waykadada di Sumba Barat milik Dinas Kabupaten seluas 2,5 Ha, dengan potensi produksi entres. Kebun Induk (KI) di Sikka milik Dinas Kabupaten seluas 2 Ha dengan potensi produksi batang. Kebun Entres (KE) milik petani di Kabupaten Sikka seluas 1 Ha dengan potensi produksi entres.
29 - KEMITRAAN USAHA Untuk komoditi kakao belum ada kemitraan yang terjalin dengan pengusaha oleh karena itu perlu dibangun kemitraan dalam rangka : Meningkatkan produksi yang berkelanjutan sehingga ketersediaan bahan baku dapat berkesinambungan. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani Memberikan kemudahan bagi petani untuk mendapatkan saprodi Mempercepat alih teknologi dari penuahan bsar kepada petani dan meningkatkan efisiensi usaha tani. Mengikutsertakan modal swasta dalam pembangunan pertanian.
30 - PENGOLAHAN HASIL Industri pengolahan hasil Perkebunan belum berkembang di NTT oleh karena itu perlu adanya investasi pengolahan hasil melalui : -Penumbuhan Industri pengolahan hasil kelas menengah yang dapat mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi. -Penumbuhan Industri rumahan (Home industry) yang mengolah kakao menjadi produk makanan yang bervariasi. -Inovasi teknologi bagi UPH kakao agar dapat memasarkan kopi dalam bentuk hasil olahan seperti kakao powder.
31 - PEMASARAN HASIL PRODUKSI Sistem pemasaran belum berkembang dengan baik sehingga petani belum memperoleh pendapatan yang layak dari hasil usaha taninya karena itu perlu dibenahi sbb: -Melakukan efisiensi rantai pemasaran dari petani produsen sampai ke pabrik / industri pengolahan. -Membentuk asosiasi komoditi perkebunan untuk memperjuangkan harga yang layak bagi produk petani.
32 Mulai tahun 2009 telah dilaksanakan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (GERNAS KAKAO) - Selama periode Kegiatan Gernas Kakao di Kabupaten Flores Timur, Sikka & Ende telah mencapai areal seluas Ha yg meliputi : * Peremajaan Ha * Rehabilitasi Ha * Intensifikasi Ha
33
34 III. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KAKAO DI NTT Sebagian besar tanaman kakao di kawasan existing seperti di pulau Flores sudah tua dan tidak produktif. Kurangnya pemeliharaan yang intensif juga menyebabkan sebagian besar tanaman kakao petani terserang penyakit busuk akar dan penggerek buah. Produktivitas kakao petani di NTT juga masih rendah yakni ratarata 450 kg/ha dibandingkan dengan potensi hasil yang bisa mencapai kg/ha. Petani kakao belum menggunakan benih unggul bermutu dengan teknik budidaya yang intensif. Teknologi panen dan pasca panen yang masih rendah juga menyebabkan rendahnya mutu biji kakao yang dihasilkan petani. Petani enggan melakukan fermentasi biji kakao karena perbedaan harga kakao fermentasi dan non fermentasi tidak significan.
35 Kakao yang dipasarkan semuanya dalam bentuk biji yang belum diolah atau diversifikasi produk kakao NTT masih rendah. Sistem rantai pemasaran yang panjang dan tidak memberikan nilai tambah yang layak bagi petani sehingga menimbulkan inefisiensi. Masih terbatasnya akses jalan menuju lokasi-lokasi sentra produksi dan sarana transportasi serta pelabuhan yang belum memadai. Masih sulitnya akses petani untuk mendapatkan sarana perkreditan dari perbankan menyebabkan rendahnya kemampuan finansial petani. Masih lemahnya penyuluhan dan kelembagaan petani karena kurangnya fasilitas pendukung dan modal usaha. Belum berkembangnya kemitraan yang terjalin antara pengusaha dan petani yang dapat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan sarana produksinya.
36 Pendampingan secara intensif terhadap petani dalam pengelolaan usaha taninya. Pengembangan industri hilir kakao di pedesaan yang berbasis kelompok tani dalam rangka meningkatkan nilai tambah. Peningkatan produksi dan mutu kakao dengan cara perbaikan kondisi pertanaman di kawasan sentra produksi secara berkelanjutan. Perluasan areal kakao di luar kawasan sentra produksi yang berpotensi untuk pengembangan kakao Pembangunan Kebun Induk dan Kebun Entres dalam rangka meningkatkan ketersediaan sumber benih di dalam daerah.
37 Pengembangan industri hilir kakao di pedesaan yang berbasis kelompok tani dalam usaha meningkatkan nilai tambah komoditi ini. Penelitian pengembangan kakao berbasis kearifan lokal yang sesuai dengan agroekosistem setempat. Pengembangan diversifikasi produk olahan kakao untuk menarik minat konsumen.
38 V. STRATEGI PENGEMBANGAN KAKAO DI NTT Pengembangan kakao ke depan diarahkan ke pulau Sumba sebagai cluster II dengan potensi lahan yang tersedia : Sumba Timur Ha, Sumba Tengah Ha, Sumba Barat ,50 Ha dan Sumba Barat Daya Ha. Melakukan perbaikan kondisi pertanaman di kawasan sentra produksi dengan upaya peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi serta pengembangang di areal yang masih memungkinkan. Peningkatan pengembangan pasca panen yang difokuskan untuk menghasilkan teknologi pengolahan hasil. Peningkatan kelembagaan kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar dalam pemasaran produknya. Peningkatan kwalitas SDM penyuluh, petani dan pelaku industri di pedesaan. Peningkatan dan pengamanan mutu produk dengan menerapkan standarisasi mutu.
39 Secara Nasional Provinsi NTT merupakan urutan ke 5 provinsi dengan areal kakao terluas yaitu pada tahun 2012 seluas Ha. Prospek pengembangan kakao di NTT cukup baik karena selain harganya cukup tinggi dan stabil juga areal potensial yang masih cukup luas yaitu Ha. Sistem usaha tani kakao di NTT masih bersifat tradisional. Produktivitas kakao di NTT masih sangat rendah (<500 kg/ha/thn) Pemasaran hasil kakao dari NTT masih sebatas biji berkwalitas rendah yang belum difermentasi. Pengembangan kakao di NTT dibagi menjadi 2 kawasan yaitu kawasan eksisting di daratan Flores dan kawasan potensial di daratan Sumba. Pendekatan kawasan cluster agribisnis kakao yang intensif dan integratif perlu dilakukan untuk mencapai sasaran yang diharapkan.
40 KAWASAN AGRIBISNIS PERKEBUNAN -Perbaikan kondisi pertanaman eksisting -Perluasan areal Tanam -Perbaikan tanaman melalui peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi -Perluasan areal tanam KELEMBAGAAN - GAPOKTAN - KOPERASI UNIT PENGOLAHAN (UPH) - Pengolahan biji kakao basah menjadi biji fermentasi - Pengolahan biji kakao menjadi beraneka produk olahan. -Bibit tanaman unggul bermutu -Sumber entres unggul -Pupuk dan pestisida - Pemberdayaan Petani - Peningkatan Manajemen/Administrasi INDUSTRI PENGOLAHAN -Output : Bahan setengah jadi (coco powder, dll) -Output : Industri kecil pengolahan Hasil Kakao
41 43
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011
No. 05, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT 2,69% Angkatan kerja NTT pada Agustus 2011 mencapai 2.154.258 orang, bertambah 21,9 ribu
Lebih terperinciBPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014
No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,26% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2014 mencapai 3,26
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010
No. 01 Desember KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan.
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao memegang peranan penting dalam hal pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara, pengadaan lapangan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)
Lebih terperinciV. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10
Lebih terperinciOleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta
NTB 63.0 NTT 64.8 NTB 63.0 NTT 64.8 Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta Letak Geografis : 8 0-12 0 LS dan 118 0-125 0 BT
Lebih terperinciMARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN)
MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN) DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RENSTRA, PENETAPAN KINERJA DAN RENCANA AKSI KUPANG, 5 APRIL 2016 Organisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciPOLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR
POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak
Lebih terperinciPEMETAAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI LAHAN KERING IKLIM KERING
PEMETAAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI LAHAN KERING IKLIM KERING Herman Subagio dan Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Lahan kering di masa datang memiliki peran strategis
Lebih terperinciKEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN
Lebih terperinciGambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting
Dari hasil analisi sensitivitas, maka diketahui bahwa air merupakan paremater yang paling sensitif terhadap produksi jagung, selanjutnya berturut-turut adalah benih, pupuk, penanganan pasca panen, pengendalian
Lebih terperinciRILIS HASIL PSPK2011
RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30
Lebih terperinci9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)
9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN
Lebih terperinciPROSES PENYUSUNAN RPI2-JM PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Disampaikan oleh : Ir. FRANSISKUS PANGALINAN, M.Si KASATKER RANDAL PIP PROVINSI NTT
PROSES PENYUSUNAN RPI2-JM PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Disampaikan oleh : Ir. FRANSISKUS PANGALINAN, M.Si KASATKER RANDAL PIP PROVINSI NTT OUTLINE : GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RPI2-JM
Lebih terperinciPAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG
PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Jakarta, 12 Nopember 2013
Lebih terperinciPembangunan Bambu di Kabupaten Bangli
BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciMENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.
MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. ERZALDI ROSMAN V I S I 2017-2022 MISI PROVINSI TERKAIT PERTANIAN MISI 1 : MENGEMBANGKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Bagian I :
KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi
Lebih terperinciNO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 90, I U D 9,540 7, M O W 5,010 4,
Kontrak Kinerja Program Tahun 2012 Pencapaian s.d Bulan Oktober 2012 NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 90,663 83.1 - I U D 9,540 7,686 80.6 - M O W 5,010 4,023
Lebih terperinciPe n g e m b a n g a n
Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani Lya Aklimawati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 9 Jember 68118 Petani kakao akan tersenyum ketika harga biji kakao
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciBoks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Perkebunan kakao merupakan salah satu sektor unggulan di bidang pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dimana sekitar 52% total
Lebih terperinciNO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 79, I U D 9,540 6, M O W 5,010 3,
Kontrak Kinerja Program Tahun 2012 Pencapaian s.d Bulan September 2012 NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 79,052 72.5 - I U D 9,540 6,898 72.3 - M O W 5,010
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No.05/08/Th.V, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada yang diukur
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015
PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 OUT LINE PAPARAN 1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
Lebih terperinciNO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 70, I U D 9,540 6, M O W 5,010 3,
Kontrak Kinerja Program Tahun 2012 Pencapaian s.d Bulan Agustus 2012 NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 70,628 64.8 - I U D 9,540 6,233 65.3 - M O W 5,010 3,575
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Pajak Air Permukaan adalah salah satu jenis penerimaan dan pendapatan yang dikelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan antara lain bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan pertanian, dalam pemenuhan kebutuhan hidup sektor ini merupakan tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan Indonesia yang cukup potensial. Di tingkat dunia, kakao Indonesia menempati posisi ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.
Lebih terperinciV. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM
V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar
Lebih terperinciBAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II
BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II 3.1. UMUM S ejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS Disampaikan pada Rapat Kerja Akselerasi Industrialisasi dalam Rangka Mendukung Percepatan dan Pembangunan Ekonomi, Hotel Grand Sahid, 1 Pebruari 2012
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 dapat kami susun dan sajikan.
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 OLEH : IR. EDGAR R. TIBULUDJI Sekretaris Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Nusa Tenggara Timur Disampaikan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis dan Administratif BAB IV GAMBARAN UMUM Secara astronomi Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak antara 8 0 12 0 Lintang Selatan dan 118 0 125 0 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)
. BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 13/09/53/Th. I, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI
PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI Hasan Basri Agus Gubernur Provinsi Jambi PENDAHULUAN Provinsi Jambi dibagi dalam tiga zona kawasan yaitu: 1) Zona Timur, yang merupakan Kawasan
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT
PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kopi adalah komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas kopi merupakan sumber pendapatan utama bagi tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi
Lebih terperinciPeran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara
Peran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara Diany Faila Sophia Hartatri 1), Febrilia Nur Aini 1), dan Misnawi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Lebih terperinciV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN
V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN A. Arah Kebijakan Jangka Panjang 2025 Untuk mencapai sasaran jangka panjang yang telah diuraikan diatas, maka kebijakan dan program yang akan ditempuh dalam pengembangan
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun
Lebih terperinciHASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/07/53/Th. XVII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang
Lebih terperinciDUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN
DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi
Lebih terperinciDisampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 22 Juli 2013 di BBPP Kupang
Disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 22 Juli 2013 di BBPP Kupang Letak Geografis : 8 0-12 0 LS dan 118 0-125 0 BT Jumlah Pulau : 566 buah (besar dan kecil)
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kesenjangan Berdasarkan data PDRB per kapita, diketahui bahwa nilai PDRB per kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi
Lebih terperinciSISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN
PT PLN (PERSERO) WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN PENERAPAN DI NUSA TENGGARA TIMUR FORUM KTI Lombok, 19 Oktober 2011 TANTANGAN KELISTRIKAN DI NTT - Memerlukan investasi tinggi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi
Lebih terperinciPerkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung
Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu
Lebih terperinciSetelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten
44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan
Lebih terperinciHASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT
Boks 1 HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Latar Belakang Perkembangan industri di dunia tentunya berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Untuk itu peningkatan kapasitas
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENGALAMAN DAN TANTANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI NTT
PENGALAMAN DAN TANTANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANGPERTANIAN, PERANENERGI, REKOMENDASI STRATEGI UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI NTT By : Maxi Blegur NTT Merupakan Wilayah Kepulauan Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Sektor ini menyumbangkan peranan tersebut dalam beberapa
Lebih terperinciPENGANTAR AGRIBISNIS
PENGANTAR AGRIBISNIS PENGANTAR AGRIBISNIS I. PEMAHAMAN TENTANG AGRIBISNIS 1. EVOLUSI PERTANIAN MENUJU AGRIBISNIS Berburu dan Meramu budidaya pertanian (farming) ekstensif untuk memenuhi kebutuhan rumah
Lebih terperinciVII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI
VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI Agribisnis kakao memiliki permasalahan di hulu sampai ke hilir yang memiliki
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti. pengangguran dan inflasi berkontribusi terhadap variabel terikat
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti pengangguran dan inflasi berkontribusi
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai nama dan 44 pulau berpenghuni.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur pada bulan Maret 2012 sebesar 1.012,5 ribu orang (20,88 persen) yang berkurang sekitar 0,4 ribu orang dibandingkan dengan
Lebih terperinciMASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH. Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015
MASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015 MASTERPLAN PERKEBUNAN KOPI DAN KAKAO PERKEMBANGAN TANAMAN KOPI DI KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 96/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPanduan Pengembangan Usaha Kakao di Daerah
Panduan Pengembangan Usaha Kakao di Daerah KERJASAMA ANTARA: FORD FOUNDATION dengan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Jakarta 2013 Panduan Pengembangan Usaha Kakao Di Daerah Bab. I Pendahuluan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2
Lebih terperinciBAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program
BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA A. Program dan Indikasi Kegiatan Program merupakan instrumen kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.
Lebih terperinciLingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal
Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji
Lebih terperinciAGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah
AGRIBISNIS Sessi 3 MK PIP Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinci