Mengubah Pola Pikir Guru

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengubah Pola Pikir Guru"

Transkripsi

1 2 Berdayakan Aparat Desa/ Kelurahan untuk Sukseskan SMA Terbuka Wakijo, sebut saja begitu, tidak memiliki banyak pilihan dalam menata masa depannya. Ia terpaksa memilih membantu orangtuanya mencari nafkah daripada melanjutkan sekolah. Ia menjadi buruh tani, sebagaimana ayah dan kakeknya. Itulah sekelumit gambaran anak-anak di pedesaan. Memang tidak semua anak desa senasib Wakijo, tapi anak yang senasib dengannya jumlahnya cukup banyak di Indonesia. Data yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) cukup menjadi gambaran bahwa terdapat sekitar 1,2 juta lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke SMA/SMK atau sekolah sederajat. Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Kemdikbud, Achmad Jazidie, dalam diskusi interaktif dengan media massa, di Jakarta, Senin (14/3), mengungkapkan bahwa rendahnya keikutsertaan lulusan SMP melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah disebabkan sejumlah faktor, misalnya alasan ekonomi, geografis, waktu, sosial-budaya, dan drop out. Rasanya faktor sama juga menjadi penyebab mengapa banyak siswa SD tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Kemdikbud, pemerintah daerah setempat, dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya. Mencari solusi atas permasalahan ini bukanlah pekerjaan mudah, karena kompleksitas persoalan dan telah terjadi begitu lama. Namun, hal itu bukan berarti kita lantas menyerah dengan keadaan. Segala ikhtiar harus dicoba untuk mengatasinya. Untuk tingkat SMA misalnya, sekarang telah ditemukan solusinya melalui SMA Terbuka. Sebagaimana Universitas Terbuka yang telah lama eksis, SMA Terbuka ini juga berbasis internet. Ada tiga model layanan bantuan belajar bagi murid SMA Terbuka, yaitu dominan daring, dominan tatap muka, dan perpaduan seimbang antara daring dan tatap muka. Melalui SMA Terbuka, diharapkan akan semakin banyak lulusan SMP yang meneruskan belajar ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Harapan lebih jauh adalah angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah pun meningkat, begitu pula APK pendidikan tinggi pada fase berikutnya. Hal ini berarti, penyediaan tenaga terampil pun akan meningkat pula. Namun, untuk menyelesaikan permasalahan putus sekolah secara tuntas, kiranya tidaklah cukup hanya dengan menyediakan sarana dan prasarana SMA Terbuka. Kita harus menyadari, bahwa kompleksitas permasalahan putus sekolah (ekonomi, geografis, waktu, sosial-budaya, dan drop out) memerlukan penyelesaian yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, membutuhkan banyak tangan para pemangku kepentingan, karena pihak Kemdikbud akan kewalahan jika dibiarkan sendirian mengatasi persoalan ini. Dibutuhkan pihak lain jika permasalahannya mengenai ekonomi dan sosial budaya misalnya. Ambilah contoh Wakijo, seperti kita gambarkan di atas, yang secara turun temurun hidup pas-pasan dari upah sebagai buruh tani. Siapa yang akan merayu atau membujuk dirinya dan orangtuanya, agar Wakijo bersedia dan diperbolehkan orangtuanya mengikuti pelajaran di SMA Terbuka? Hal kecil seperti itulah yang mesti dipikirkan dari sekarang, sebelum SMA Terbuka benar-benar dilaksanakan. Kerja sama lintas kementerian sebaiknya dirintis dari sekarang, misalnya Kementerian Kesehatan-Kementerian Dalam Negeri. Kedua kementerian ini dapat bekerjasama mengenai pemberdayaan aparat desa/kelurahan untuk mendekati dan mendorong anakanak putus sekolah mengikuti pembelajaran di SMA Terbuka. Bagaimana pun, aparat desa/kelurahan lebih mengenal anakanak tersebut dibandingkan dengan kita. (*) Mengubah Pola Pikir Guru Mengubah pola pikir seseorang adalah bagian yang paling sulit dalam upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM). Karena pola pikir adalah sebagian dari karakter seseorang yang memang kerap melekat sulit tergantikan. Inilah yang menjadi tantangan dalam pelaksanaan atau implementasi Kurikulum Mengubah pola pikir guru. Memang selain guru, ketersediaan buku teks, keberadaan kepala sekolah dan pengawas, menjadi salah satu penentu terhadap keberhasilan implementasi kurikulum. Itulah sebabnya, kepala sekolah dan pengawas pun ikut dilakukan pelatihan, disamping buku yang juga disiapkan Pemerintah. Tapi keraguan terhadap implementasi Kurikulum 2013 terjawab. Melalui hasil Sensus Kurikulum yang melibatkan sebanyak responden di jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK, hasilnya positif. Jumlah itu terdiri atas, kepala sekolah (6.326), guru (42.507), siswa (6.326), orang tua (8.924), pengawas (6.326), dan komite sekolah (6.326). Bukan hanya itu, monitoring dari hasil pendampingan juga menunjukkan dampak positif. Memang ada guru yang mengeluhkan mengenai penilaian hasil belajar. Tapi itu saya anggap sesuatu yang wajar terjadi, karena selama ini guru hanya memberi penilaian secara numerik yang berpatokan pada hasil-hasil ujian siswa. Sedangkan pada Kurikulum 2013, guru harus memberikan penilaian secara kualitatif atau deskriptif yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tentu sesuatu yang baru biasanya memang membingungkan untuk sementara waktu, dan itu manusiawi. Oleh karena itulah, Kemdikbud memberi pelatihan kepada guru mengenai seluruh sistem yang berlaku pada Kurikulum 2013, termasuk di dalamnya mengenai sistem penilaian. Pelatihan, misalnya pada tahun ini, dimulai dengan pembekalan narasumber. Berikutnya narasumber melatih instruktur nasional dan kemudian instruktur nasional melatih guru sasaran. Semua itu dilakukan dalam upaya mengubah pola pikir guru sekaligus memberi bekal pengetahuan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Kemdikbud merekrut sekitar instruktur nasional, terdiri atas untuk SD; SMP (10.107) SMA (5.352), dan SMK (2.940). Melalui pelatihan, diharapkan pola pikir para guru bisa berubah sesuai dengan kurikulum baru, yakni menerapkan metode baru tematik integratif dalam mengajar, dan mengutamakan aktivitas siswa.pelatihan guru ini tentu bertujuan untuk memperlancar implementasi Kurikulum Implementasi Kurikulum 2013 dilakukan secara terbatas dan bertahap pada tahun pelajaran 2013/2014, yaitu kelas I dan kelas IV SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA/SMK. Pada tahun pelajaran 2014/2015, implementasinya diperluas kepada kelas II dan V SD, kelas VIII SMP, dan kelas XI SMA/SMK. Diharapkan pada tahun pelajaran 2015/2016, implementasi Kurikulum 2013 akan mencakup seluruh kelas. Kelas I-VI SD, kelas VII-IX SMP, dan kelas X-XII SMA/SMK. Pendekatan ini membuat implementasi Kurikulum 2013 terukur, terkendali, dan rasional. Cara penerapan seperti itu membuka ruang bagi semua pihak untuk menyempurnakan implementasi Kurikulum 2013, baik dalam penyiapan buku, pelatihan guru, maupun sarana pendukung lainnya, sehingga menjamin implementasinya dilaksanakan secara tuntas dan berkelanjutan untuk seluruh kelas. Khusus implementasi di tahun pelajaran 2014/2015 yang akan dilakukan secara bertahap dan menyeluruh, penekanan pelaksanaannya pada kerja sama pusat-daerah, pelatihan guru, pendampingan, pengadaan buku, dan monitoring dan evaluasi. Saya ingin meingatkan kembali catatan yang diberikan oleh Wakil Presiden saat pembukaan kegiatan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2014 lalu. Waktu itu beliau sangat tegas menginstruksikan dan mengajak kepada seluruh kepala dinas untuk mempersiapkan dengan baik pelaksanaan Kurikulum Kita haruslah menyadari, kurikulum merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, pengembangan Kurikulum 2013 harus didukung lebih lanjut oleh semua komponen dalam sistem pendidikan nasional. Dua komponen penting yang mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah kualitas pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk ini, program pengembangan profesi secara berkelanjutan atau continuing professional development (CPD) harus terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Selain itu, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan sering menjadi faktor yang mengganjal upaya peningkatan mutu pendidikan. Dengan pengembangan Kurikulum 2013 ini, mudah-mudahan dapat menjadi pintu masuk (entry point) yang akan memperlancar upaya peningkatan mutu pendidikan di tanahair. Pada akhirnya, peningkatan mutu pendidikan itu juga akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu bersaing di tingkat global. Semoga. (***) Mendikbud mengatakan, Kemajuan suatu bangsa bergantung pada kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas SDM sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Majulah terus pendidikan kita! Pelatihan guru untuk pelaksanaan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 melibatkan sekitar 1,7 juta guru, termasuk pengawas dan kepala sekolah. Selamat berlatih, Bapak dan Ibu guru. Awal tahun pelajaran 2014/2015, Kemdikbud akan meluncurkan SMA Terbuka, yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah. Murid segera daftarkan diri ya. Desain Perwajahan & Tata letak: vien.adrian Fotografer: Ratih PIH Keterangan Foto: Suasana kegiatan belajar mengajar di kelas 1 SDN Rawamangun 12 Pagi, Jakarta. Sekolah ini telah menerapkan pola pembelajaran tematik terpadu Kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013/2014 yang lalu. Dalam satu kelas, guru mengajar 28 siswa. Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh; Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim; Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti; Penasihat: Sekretaris Jenderal, Ainun Na im; Pengarah: Sukemi; Penanggung Jawab: Ibnu Hamad; Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih; Dewan Redaksi: Hawignyo; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Arifah, Seno Hartono, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Dina Ayu Mirta; Fotografer: Arif Budiman, Ridwan Maulana; Desain dan Artistik: Susilo Widji P., Yus Pajarudin; Sekretaris Redaksi: Tri Susilawati; Redaktur Eksekutif: Priyoko; Alamat Redaksi: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kemdikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp Pes. 2413, Laman:

2 3 Mendikbud Resmikan Gedung Serbaguna Grha Dewaruci Kemajuan Bangsa Bergantung pada Kualitas SDM Foto: Ridwan PIH Kemajuan suatu bangsa bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Sedangkan kualitas SDM sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Tanpa pendidikan memadai, sebuah bangsa akan tetap berada di belakang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh meresmikan Gedung Serbaguna Grha Dewaruci, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Sabtu (22/3) di Surabaya, Jawa Timur. Gedung yang berdiri di atas lahan sekitar 7,5 hektar dan dibangun dalam kurun waktu empat tahun ini mengedapankan konsep ruang terbuka hijau sebagai aspek kenyamanan dan dapat menampung lebih dari orang. Mendikbud mengapresiasi upaya PPNS dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia di bidang kemaritiman, salah satunya melalui pembangunan gedung yang memiliki interior berbentuk ruang akomodasi kapal. Interior itu, menurut Direktur PPNS, Muhammad Mahfud, mencerminkan komitmen institusi terhadap pengembangan dunia maritim, khususnya teknologi perkapalan dan diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi seluruh generasi untuk dapat mengenal lebih dekat teknologi perkapalan di Indonesia. Dalam sambutannya, Mendikbud mengungkapkan, kemajuan suatu bangsa bergantung pada kualitas Setidaknya ada tiga formula untuk mengembangkan kualitas SDM tersebut, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita sebuah negara. sumber daya manusia (SDM). Setidaknya ada tiga formula untuk mengembangkan kualitas SDM tersebut, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita sebuah negara. Ia menjelaskan, dari ketiga formula tersebut, pendidikan menjadi aspek yang mampu meningkatkan aspek kehidupan lainnya. Ia menuturkan, hasil penelitian Bank Dunia dan UNESCO menunjukkan, pendidikan masuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti hubungan antara pendidikan dan kesehatan, pendidikan dan pendapatan per kapita, serta pendidikan dan indeks pembangunan manusia secara keseluruhan. Jadi, kalau pendidikannya baik, maka kesehatan akan meningkat, dan pendapatan per kapitanya pun akan meningkat. Dari situlah kita membuat program seperti Bidikmisi. Melalui pendidikan, kami ingin mengubah (tingkat) kesehatan dan juga pendapatan per kapita (meningkat), jelas Mendikbud. Untuk meningkatkan kualitas SDM, maka angka partisipasi kasar (APK) perlu ditingkatkan. APK pendidikan tinggi pada 2004 baru mencapai 17 persen. Itu artinya, penduduk Indonesia kelompok usia tahun yang mengikuti pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi hanya 17 persen. Sementara pada 2013, APK pendidikan tinggi naik menjadi 29,9 persen atau mendekati 30 persen. Meski meningkat, namun masih ada sekitar 70 persen penduduk Indonesia usia tahun yang belum kuliah, tambah Mendikbud. Maka, untuk mendorong peningkatan APK ini, Kemdikbud melakukan percepatan, sehingga semakin banyak lulusan sekolah menengah yang menikmati pendidikan hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Upaya yang dilakukan, misalnya dengan meningkatkan jumlah penerimaan mahasiswa, menambah infrastruktur pendidikan, menambah jumlah dosen, dan menambah fasilitas pendukung lainnya. Jangan ada anak-anak yang memiliki kemampuan akademik memadai, tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, imbuhnya. Kesan Mendikbud Dalam kesempatan yang sama, Mendikbud menyebut bahwa para mahasiswa PPNS memiliki potensi dan energi yang luar biasa. Tugas kita adalah melakukan konversi energi yang tersimpan dalam diri mahasiswa itu menjadi satu kekuatan. Kekuatan itulah yang bisa mengubah, mulai dari nasib dirinya sendiri, keluarga, dan bangsa. Saya yakin tidak lama lagi akan muncul tokoh-tokoh, termasuk di bidang rekayasa teknologi dari politeknik, ujar Mendikbud. Mahasiswa PPNS juga terlihat memiliki kompetensi sosial dan terbentuk keakraban di antara sesama mahasiswa untuk saling tolong menolong. Mantan Rektor Insitut Sepuluh Nopember Surabaya ini juga mengatakan, jika memperhatikan wajah-wajah mahasiswa PPNS, terlihat masa depan cerah. Apalagi PPNS telah menjalankan prinsipprinsip keramahan sosial, karena tercatat ada sekitar 240 mahasiswa Bidikmisi di politeknik ini. Meskipun para mahasiswa Bidikmisi berasal dari keluarga yang terbatas dalam hal ekonomi, tetapi mereka punya masa depan yang baik, ungkapnya. Mendikbud menuturkan bahwa mahasiswa PPNS juga terlihat memiliki kompetensi sosial dan terbentuk keakraban di antara sesama mahasiswa untuk saling tolong menolong. Itulah simbol dari mahasiswa yang memiliki kompetensi sosial, kepekaan, dan kemampuan beradaptasi. Kalau hal ini bisa kita kelola dengan baik, maka PPNS dapat menjadi unggulan, jelas Mendikbud. Menurut Mendikbud, sekat-sekat diskriminatif dapat terhapus melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Setiap orang dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya, tanpa hambatan faktor ekonomi. Ia berharap, PPNS yang saat ini sudah menyelenggarakan program Diploma IV dapat memaksimalkan SDM yang ada, sehingga mampu menyelenggarakan program Magister dan Doktor Terapan. Dengan demikian, semakin banyak SDM berkualitas tercipta dari politeknik itu. (Seno, Ratih)

3 Pelatihan Guru Kurikulum 2013 Narasumber Harus Mampu Motivasi IN dan GS Tidak ada yang mudah untuk melakukan suatu pekerjaan baru, apalagi hal itu dilakukan secara masif. Begitu pula dengan implementasi Kurikulum 2013, harus disertai kerja keras, komitmen tinggi, dan tekad pantang menyerah. Tantangan narasumber dalam menyampaikan pemahaman filosofi dan isi Kurikulum 2013 kepada instruktur nasional (IN) tidaklah mudah. Hal ini karena jumlah sekolah yang demikian banyak, ditambah cakupan wilayah yang luas, serta disparitas antar daerah yang satu dengan lainnya. Untuk SD saja misalnya, ada lebih dari sekolah yang tersebar sangat luas hingga ke tingkat desa, bahkan dusun. Walau demikian, janganlah menjadikan tantangan itu sebagai hambatan. Tantangan ini justru harus menjadi kesempatan terbaik untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa, ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, ketika menyampaikan arahan dalam kegiatan Penyegaran Narasumber Kurikulum 2013 Jenjang SD di Jakarta, Senin (10/3). Penyegaran narasumber yang dimulai pada Senin itu menjadi agenda pertama rangkaian pelatihan guru. guna menyambut implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015. Setelah seluruh narasumber mendapatkan penyegaran yang bertujuan untuk menyamakan pemahaman tentang konsep Kurikulum 2013 itu sendiri, mereka kemudian ditugaskan melatih instruktur nasional. Kegiatan penyegaran ini diikuti oleh 171 orang yang khusus ditujukan bagi narasumber yang akan melatih instruktur nasional untuk kelas 1 dan 4 SD. Regional lainnya, yaitu Surabaya akan diikuti oleh 132 narasumber, dan di Makassar direncanakan diikuti oleh 54 narasumber. Secara keseluruhan, jumlah narasumber yang akan mendapatkan penyegaran konsep Kurikulum 2013 berjumlah orang dan berlangsung sepanjang Maret Usai menerima penyegaran, seluruh narasumber akan memberikan pelatihan Kurikulum 2013 kepada calon Instruktur Nasional (IN) yang akan diselenggarakan pada April Selanjutnya, IN akan melatih guru sasaran pada Mei Pada kesempatan itu, Mendikbud mengungkapkan, sesuai dengan namanya, maka setidaknya ada dua hal yang perlu dimiliki seorang narasumber. Pertama, mampu memperluas dan memperdalam, mulai dari konsep sampai dengan operasional Kurikulum 2013, sehingga pemahaman konsep dari narasumber akan sama hingga ke deretan terakhir, yaitu guru sasaran (GS). Kedua, narasumber harus mampu memotivasi instruktur nasional (IN) dan guru sasaran agar dapat membuka dan memperluas wawasan, serta melakukan perubahan. Jangan sampai kemampuan narasumber lebih kecil dibandingkan instruktur nasionalnya, karena nanti akan terjadi defisit. Oleh karena itu, guru inti yang tahun lalu ada, tahun ini kita potong, karena disitu menjadi sumber defisit. Dari instruktur nasionalnya bagus, masuk ke guru inti tambah kempis, diberikan ke guru sasaran, tinggal anginnya saja, habis, ujar Mendikbud yang disambut tawa peserta. Lebih lanjut, ia mengutarakan perbedaan mendasar antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya. Dalam paparannya disebutkan, Kurikulum 2013 meneguhkan pendekatan keilmuan, untuk mendorong kreativitas. Mengapa? Karena, ke depan, zaman akan bertambah rumit mengingat jumlah penduduk semakin besar dan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin canggih. Kerumitan itu bisa diselesaikan dengan kreativitas. Dari situlah, pertanyaannya, bagaimana kita mendidik anak-anak kita menjadi lebih kreatif. Jawabannya, melalui scientific approach, paparnya. Pendekatan keilmuan berarti membiasakan anak-anak untuk melakukan observasi atau pengamatan, bertanya, eksperimen atau mencoba, presentasi, dan kolaborasi. Dalam membangkitkan kreativitas anak, guru jangan sampai terjebak pada fenomena superfisial (di permukaan), tetapi harus masuk hingga ke dalam. Di akhir arahannya, Mendikbud kembali mengingatkan kepada narasumber untuk secara pasti meyakini Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang tepat diberikan kepada peserta didik. Jika keraguan terhadap kurikulum ini masih ada dalam diri narasumber, dapat dipastikan penyampaian materi kepada instruktur nasional juga tidak akan berjalan optimal. Yakinlah apa yang kita lakukan ini benar, Insya Allah, imbuhnya. Komentar Masyarakat Ia menilai, berbagai komentar maupun pendapat masyarakat tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 berarti menunjukkan perhatian dan rasa memiliki terhadap kurikulum itu sendiri. Setidaknya ada sembilan pendapat negatif berkembang di masyarakat yang berhasil dihimpun Kemdikbud dari berbagai media massa maupun berkomunikasi langsung dengan kelompok-kelompok tertentu. Salah satu komentar tersebut adalah bahwa Kurikulum 2013 tidak didahului dengan riset yang mendalam dan terkesan tergesa-gesa. Mendikbud mengatakan, riset dilakukan untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana tentang objek tertentu. Namun, jika objek tersebut sudah diketahui dan jelas persoalannya, apakah masih perlu dilakukan riset? Ia mengibaratkan, jika seseorang telah diketahui haus, lalu diberi minum, kemudian hilang hausnya, apakah masih perlu dilakukan riset? Tidak perlu, justru tahapan selanjutnya adalah design dan development atau perancangan dan pengembangannya, ujarnya. Riset memiliki makna besar jika tingkat clarity atau kejelasannya kecil. Semakin rendah faktor clarity itu, maka riset semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, pernyataan yang menyebut Kurikulum 2013 tanpa riset yang mendalam, terlalu mengada-ada. Hasil TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak kita hanya mampu hingga level 1. Ini sudah jelas. Jadi untuk apa riset lagi? tanyanya. Pendapat masyarakat lainnya yang dibahas Mendikbud dalam kegiatan tersebut adalah ada anggapan bahwa Kurikulum 2013 tidak melibatkan guru dalam pengembangannya. Ia menjelaskan, perlunya membedakan antara saya dan guru yang jumlahnya sangat banyak. Ketika saya yang berprofesi sebagai guru tidak ikut serta dalam pembahasan pengembangan Kurikulum 2013, bukan berarti guru tidak dilibatkan. Guru itu kan jumlahnya banyak, ujarnya, mengingatkan. Namun, seiring berjalannya waktu, kini masyarakat sudah tidak lagi meragukan kurikulumnya, tetapi mempertanyakan, bagaimana kurikulum ini bisa diterapkan dengan baik? Menjawab keraguan tersebut, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. Di samping ikut dalam wilayah diskursus atau pernyataannya, tetapi juga harus masuk dalam pembuktian riilnya. Hal lain yang diragukan adalah kemampuan guru dalam penilaian peserta didik. Menurut Mendikbud, wajar jika guru kesulitan dalam menilai dengan pola yang berbeda, dari kuantitatif-numerik menjadi kualitatif-deskriptif. Wajar jika bingung, tetapi lama kelamaan Insya Allah bisa, katanya. Mendikbud mengharapkan, narasumber memiliki pemahaman terhadap filosofi dan isi Kurikulum 2013, serta mampu mentransfer pemahaman tersebut kepada instruktur nasional yang nanti akan mereka latih. Maka, narasumber diminta juga untuk mengetahui sampai persoalan teknis sehingga apabila ditanya, mereka memiliki informasi mengenai hal yang ditanya itu. (Ratih)

4 Kepala Sekolah Harus Kawal Pelaksanaan Kurikulum 2013 Kepala sekolah memegang peran penting dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 yang pada tahun pelajaran baru mendatang diterapkan secara lebih luas dan merata. Fungsi pengawasan di lingkup sekolah harus diterapkan secara efektif, agar implementasinya dapat berjalan sesuai dengan yang digariskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perubahan revolusioner yang ada pada Kurikulum 2013 menuntut guru untuk bekerja secara konsisten, sehingga peran kepala sekolah sangat dibutuhkan. Hal ini mengingat, kepala sekolah menjadi orang pertama yang harus mengawal pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah yang dipimpinnya. Menyadari posisinya sedemikian penting, narasumber harus mampu meyakinkan kepala sekolah hingga memahami segala aspek dalam Kurikulum Pemahaman mendalam ini diperlukan agar kepala sekolah dapat menciptakan iklim sekolah yang baik, sehingga guru bersemangat dalam mengajarkan kurikulum baru tersebut. Maka, kepala sekolah perlu melakukan evaluasi diri Suasana sekolah yang menyenangkan, membuat anak-anak akan merasa betah berlama-lama di sekolah. sekolah (EDS) untuk melihat seberapa baik kualitas sekolah tersebut dalam menjalankan Kurikulum Jika ada sekolah yang masih berada di bawah standar minimal, hal itu tidak boleh dibiarkan dan harus segera diperbaiki. Bagaimana supaya kita bisa mengawal perjalanan kurikulum ini? Tentu langkah pertama, harus menguasai seluruh proses implementasi kurikulum ini. Itu pun tidak cukup bagi kepala sekolah, karena ia harus menjadi pemimpin perubahan itu, kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan, Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Syawal Gultom, dalam kegiatan penyegaran narasumber bagi kepala sekolah, Selasa (11/3) di Surabaya, Jawa Timur. Ia menginformasikan, pelatihan guru untuk pelaksanaan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 ini melibatkan sekitar 1,7 juta guru, termasuk di dalamnya pengawas dan kepala sekolah. Sebanyak 1,4 juta dana pelatihan guru ini dianggarkan melalui DIPA Kemdikbud. Sementara pembiayaan bagi guru lainnya diserahkan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.pelatihan itu mutlak diperlukan, karena terdapat perubahan yang cukup revolusioner dalam Kurikulum Perubahan dalam Kurikulum 2013 meliputi isi, proses, dan penilaian. Guru harus menilai tiga unsur dalam diri siswa, mulai dari penilaian sikap, keterampilan, hingga pengetahuan. Hal ini menuntut guru mengubah pola pembelajaran yang selama ini dilakukan. Oleh karena itu, seorang narasumber yang kelak akan memberikan pelatihan bagi guru, pengawas, dan kepala sekolah, harus memahami dengan baik konstruksi kurikulum ini. Cara mengawal kurikulum ini amat tergantung pada penguasaan narasumber, kata Syawal. Konstruksi Kurikulum Konstruksi kurikulum ada pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut bahwa pendidikan di Indonesia dilakukan agar potensi peserta didik berkembang. Potensi yang berkembang ini diperlukan agar menghasilkan manusia Indonesia yang bertanggung jawab. Bagaimana caranya? Pertama, perlunya ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, berakhlak mulia. Ketiga, sehat pikiran dan hati, serta keempat, harus berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Pendidikan mencakup keempat hal itu. Kalau tidak, bukan sekolah namanya, jelasnya. Ia menyebut, pada tingkat dasar, sekolah tidak perlu terlalu terburu-buru mengajarkan pelajaran kepada peserta didik. Untuk itulah pada tingkat sekolah dasar, pola pembelajaran Kurikulum 2013 menerapkan konsep tematik terpadu. Artinya, pelajaran kepada siswa tidak lagi dibedakan berdasarkan mata pelajaran, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan lainnya. Sebaliknya, anak SD yang belum bisa membaca pun diajak untuk mengamati, kemudian diminta untuk bertanya dan menyampaikan apa yang diamatinya itu. Nah, guru yang baik, menurut Einstain adalah guru yang mampu membangkitkan pertanyaan muridnya. Inilah yang disebut revolusioner itu, jelas Syawal. Di sekolah dasar, siswa diajak menikmati masamasa sekolah. Lewat tema Diriku, siswa akan mengenalkan diri, mengenal teman-teman, dan lingkungannya dengan cara yang menyenangkan. Sebelumnya guru akan memberikan contoh cara mengenalkan diri di hadapan peserta didik dan mereka diminta untuk melakukan hal yang sama. Dalam buku guru dijelaskan bagaimana seharusnya guru memberi pengajaran Kurikulum 2013 kepada siswanya. Misalnya, dalam buku guru disebutkan, guru menunjukkan cara berkenalan seperti yang dilakukan Edo dan Siti di halaman 3. Jadi langkah-langkah pembelajaran ini yang perlu diawasi oleh kepala sekolah, apakah jalan atau tidak. Awalnya guru mungkin kesulitan karena belum terbiasa, tapi lama kelamaan, saya yakin, guru akan terbiasa menjalankan ini, imbuh Syawal. Pada masa-masa inilah, siswa dilatih kreativitasnya, ketajaman berpikirnya, berbicara santun, menghormati orang yang lebih tua, bersikap bersih dengan selalu merawat Perubahan dalam Kurikulum 2013 meliputi isi, proses, dan penilaian. Guru harus menilai tiga unsur dalam diri siswa, mulai dari penilaian sikap, keterampilan, hingga pengetahuan. tubuh, memilih makanan yang sehat, serta mampu melakukan perhitunganperhitungan. Pekerjaan rumah juga biasanya tidak dibuat untuk membebani anak, tetapi memotivasi anak. Rindu Sekolah Ia menilai, konsep belajar yang menyenangkan seperti pada Kurikulum 2013 sudah diterapkan pada sekolahsekolah elite dengan biaya mahal. Hanya saja konsep pembelajaran itu tidak disebut Kurikulum Bukan hal baru (Kurikulum 2013). Sekarang semua sekolah boleh menggunakan Kurikulum 2013 dan akan berlaku di seluruh Indonesia. Jadi, ini bukan barang mahal lagi, tambahnya. Suasana sekolah yang menyenangkan, membuat anak-anak akan merasa betah berlamalama di sekolah. Bahkan, setiap menjelang akhir pekan, siswa akan merasa sedih karena harus berpisah dari guru dan suasana sekolah seperti itu. Begitu hebatnya guru bisa membuat anak didiknya menjadi rindu sekolah. Guru yang baik itu adalah guru yang punya pengikut. Berarti dia berhasil masuk ke hati muridnya, tandas Syawal. (Ratih) Foto: Arif PIH

5 Rekomendasi RNPK 2014 Kurikulum 2013, Program Nasional dengan Dukungan Pemerintah Daerah Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2014 melahirkan banyak rekomendasi. Berbagai rekomendasi itu menjadi bahan pertimbangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menentukan kebijakan atau keputusan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan nasional. Dukungan pemerintah daerah, mulai dari tingkat provinsi, hingga kabupaten/kota sangat dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pelatihan guru yang jumlahnya tidak sedikit. Apalagi, jumlah guru sasaran ternyata lebih banyak dibandingkan kuota diklat yang tersedia. Pemerintah daerah berkomitmen mendukung Kurikulum 2013, salah satunya lewat penyediaan anggaran dana sharing untuk pelatihan guru. Demikian salah satu rekomendasi peserta Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2014 yang tergabung dalam Komisi III. Dalam RNPK yang diselenggarakan di Jakarta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada 5-7 Maret itu, Komisi III fokus mengupas tentang pelatihan guru terkait implementasi Kurikulum RNPK 2014 dihadiri para pemangku kebijakan di bidang pendidikan dan kebudayaan dari seluruh Indonesia. Dalam kegiatan itu, seluruh peserta ikut mendiskusikan sejumlah persoalan sekaligus menyusun rekomendasi dan solusi yang dapat dilakukan. Dua komisi, di antaranya komisi III, secara khusus membahas mengenai persiapan implementasi Kurikulum Rekomendasi Komisi III tersebut dibacakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat, Syamsulrizal, di hadapan para peserta RNPK 2014, Jumat (7/3), di Jakarta. Hasil diskusi yang telah dibacakan, kemudian diserahkan kepada Wakil Menteri bidang Pendidikan, Musliar Kasim, dan Wakil Menteri bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti. Lebih lanjut Syamsul menuturkan, imbauan dari Kemdikbud kepada pemerintah daerah diperlukan agar kepala daerah tersebut membuat peraturan bupati/walikota untuk pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 secara Foto: Arif PIH menyeluruh. Ini dilakukan agar pelaksanaan Kurikulum 2013 berjalan dengan baik dan lancar, ujarnya. Untuk itu, dalam rekomendasi yang dibacakannya, Syamsul menyebut perlunya Kemdikbud menerbitkan surat edaran yang ditujukan kepada gubernur, wali kota, dan bupati. Surat edaran itu untuk menegaskan bahwa Kurikulum 2013 adalah program prioritas yang harus segera dituntaskan, sehingga pemerintah daerah dapat mengalihkan dana pada APBD untuk pelatihan guru. Perlu komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan anggaran, agar semua guru bisa mengikuti diklat, kata Syamsul. Ia juga menyebut bahwa potensi masalah yang mungkin timbul dalam alur pelatihan adalah reduksi penerimaan materi pembelajaran Kurikulum Dengan sistem training of trainer, biasanya terjadi reduksi dari narasumber hingga ke guru sasaran. Oleh karena itu perlu ditetapkan kompetensi akhir yang diharapkan bagi guru sasaran, tuturnya. Sedangkan mengenai lokasi penyelenggaraan pelatihan guru di sekolah dasar (SD) dinilai Syamsul tidak representative, karena fasilitas bangku dan meja di SD terlalu kecil untuk guru. Lebih baik dilakukan di SMP atau SMA saat liburan sekolah berlangsung, katanya, ketika membacakan solusi pemecahan masalah. Pemberdayaan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) pascapelatihan juga sangat diharapkan, mengingat selama ini lembaga tersebut dinilai belum berperan aktif. LPTK seharusnya dapat menjadi tempat konsultasi untuk implementasi Kurikulum 2013 ini, serta dapat dijadikan sebagai academic staff development (ASD). Perkumpulan-perkumpulan guru, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), dan sejenisnya, dapat pula dijadikan sebagai wadah untuk penguatan implementasi Kurikulum Kita harapkan pula setiap kabupaten/kota membuat sekolah rujukan dalam implementasi Kurikulum 2013, tambahnya. Di akhir penyampaian hasil diskusi, ia mengatakan bahwa semua institusi pendidikan semangat melaksanakan pelatihan Kurikulum Namun, hal tersebut perlu dukungan kebijakan dan komitmen bersama dalam pelaksanaan kegiatan maupun penyiapan dana. Koordinasi yang baik juga harus ditingkatkan antara dinas pendidikan, LPMP, dan P4TK terkait dengan verifikasi, validasi peserta, dan pelaksanaan pelatihan. Semua pihak harus mempunyai komitmen dalam menyukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013, tandas Syamsul. (Ratih) Tim Perumus Sepakat, Sekolah Wajib Beli Buku dari Penyedia Terpilih Tim perumus komisi II Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2014 menyetujui untuk membentuk aturan yang mewajibkan sekolah membeli buku kepada penyedia terpilih. Implementasinya, pemerintah akan berperan untuk menyusun Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang cara pembelian buku melalui e-katalog. Kemudian, pihak pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota akan bersama-sama untuk menyosialisasikan. Hal tersebut disampaikan dalam penyampaikan hasil sidang komisi dalam kegiatan RNPK 2014 yang berlangsung awal Maret 2014 lalu. Komisi yang membahas mengenai buku Kurikulum 2013 ini juga merekomendasikan pembuatan petunjuk teknis (juknis) dan bimbingan teknis (bimtek) pengadaan buku dengan metode e-katalog. Hal ini diperlukan untuk memandu pelaksanaannya di kabupaten/kota. Sejauh ini, kabupaten/kota dan sekolah belum berpengalaman dalam melakukan pembelian buku melalui e-katalog. Menindaklanjuti rekomendasi itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota, bekerja sama dalam penyusunan dan pendistribusian juknis dan bimtek tersebut. Selain itu, kualitas buku yang dibeli sekolah harus dipastikan sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan. Untuk persoalan ini, pemerintah sendiri yang akan menyusun spesifikasi teknis buku pegangan siswa. Nantinya, pemerintah provinsi bersama dengan pemerintah kabupaten/kota akan melakukan monitoring dan evaluasi mengenai hal ini. Tim merinci bahwa pemerintah provinsi akan bertugas untuk mengendalikan atau memonitoring kualitas buku yang ada. Sementara itu, pemerintah kabupaten/kota akan membentuk tim pengontrol kualitas buku di daerah. Sementara itu, bagi sekolah di daerah terpencil, sidang komisi II pun memaparkan adanya kesulitan bagi sekolah tersebut untuk mendapat buku tepat waktu. Pada permasalahan ini, tim mengusulkan untuk memberikan tenggat waktu yang lebih longgar bagi daerah-daerah tersebut. Untuk itu, diperlukan aturan khusus bagi daerah terpencil yang akan dibuat oleh pemerintah pusat. Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota akan memfasilitasi proses pendistrusian buku. (Gloria)

6 Pemda Dukung Dana Pelatihan Kurikulum 2013 Tidak lama lagi pelaksanaan Kurikulum 2013 tahun pelajaran 2014/2015 akan segera diterapkan pada seluruh sekolah di Indonesia. Pelatihan guru menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam implementasi Kurikulum 2013 ini. Lebih dari 1,7 juta guru (termasuk pengawas dan kepala sekolah) menerima pelatihan ini yang diharapkan saat pelaksanaannya di kelas kelak tidak menemui kendala berarti. Kini Kurikulum 2013 mendapat perhatian dan kepedulian dari berbagai pihak. Pemerintah daerah ikut menganggarkan dana untuk pelatihan Kurikulum 2013.

7 Pemda Bertekad Sukseskan Pelatihan Guru Pelatihan guru untuk Kurikulum 2013 telah dimulai. Proses ini diawali dengan penyegaran narasumber, kemudian berlanjut dengan pelatihan calon instruktur nasional (IN) dan terakhir pelatihan guru sasaran. Guru yang dilatih lebih dari 1,7 juta orang. Sebanyak 1,4 juta guru dilatih menggunakan anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sementara sisanya, sebanyak guru, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (pemda). Bagaimana pemda membagi kebutuhan anggaran ini? Tabloid Asah Asuh mewawancarai beberapa kepala dinas pendidikan kabupaten/kota melalui telepon, Jumat (28/3). Berikut cuplikannya. Anas M. Adam Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh Secara umum, kami telah siap menyambut pelaksanaan Kurikulum 2013 tahun ini. Untuk pembiayaan pelatihan guru, sesuai dengan arahan dari menteri beberapa waktu lalu, pendanaan tidak semuanya ditanggung oleh APBN, tetapi berbagi dengan APBD. Sebenarnya dana APBD pemerintah kabupaten/ kota di Provinsi Aceh sudah disahkan, sehingga tidak dapat menganggarkan untuk kebutuhan kurikulum ini. Beruntung APBD Provinsi Aceh memiliki otonomi khusus dan dapat membagi kebutuhan anggaran pelatihan dengan pemerintah pusat. Pembagian itu adalah dana pada APBN digunakan sepenuhnya oleh LPMP provinsi untuk melatih guru-guru SD, sementara dana APBD Provinsi Aceh dialokasikan untuk melatih guru tingkat SMP dan SMA/SMK. Jadi, untuk pendanaan pelatihan ini tidak ada masalah sama sekali. Kami sangat optimis implementasi Kurikulum 2013 tahun ini akan lebih baik, karena tahun lalu sudah ada 41 SD, 47 SMP, dan lebih dari 20 SMA/SMK yang menjadi sekolah percontohan. Pada awal-awal pelaksanaan Kurikulum 2013 tahun lalu memang ditemui kendala, karena pola pengajarannya yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Guru perlu beradaptasi dengan perubahan ini, namun seiring berjalannya waktu, mereka dapat menyesuaikan diri. Agar hal sama tidak terjadi lagi, pelatihan dan pendampingan perlu dilakukan lebih intensif lagi sehingga guru lebih mampu mengajar dengan pola Kurikulum Pendampingan juga harus terus berjalan sepanjang tahun, sampai guru benar-benar mandiri untuk bisa melakukan pengajaran Kurikulum Kami akui, peran kepala sekolah penting dalam mengawal pelaksanaan Kurikulum 2013 agar berjalan dengan baik. Jika pelatihan bagi guru cukup dalam waktu lima hari, maka kepala sekolah harus lebih dari itu, dirancang 7 hari. Kami pikir perlu membekali kepala sekolah sebaik-baiknya. Ismail Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan Tahun ini menjadi tahun pertama bagi kabupaten kami melaksanakan Kurikulum Ada 170 SD, 29 SMP, 19 SMA, dan 3 SMK yang akan menerapkan Kurikulum 2013 di tahun pelajaran 2014/2015. Persiapan yang telah kami lakukan di antaranya sosialisasi kepada seluruh guru, pengawas, dan kepala sekolah. Jadwal pelatihan bagi guru, pengawas, dan kepala sekolah, sudah disusun oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga dipastikan semua guru, pengawas, dan kepala sekolah akan menerima pelatihan Kurikulum 2013 ini. Belum lama ini LPMP provinsi menggelar pelatihan bagi pengawas sekolah. Ada sekitar 30 orang yang mengikuti pelatihan ini. Usai mengikuti pelatihan, mereka diminta untuk mengumpulkan semua kepala sekolah yang berada di bawah pengawasannya untuk diberikan pemahaman tentang Kurikulum 2013 dan pola pengajarannya. Pelatihan guru ini memang didanai langsung oleh LPMP provinsi, namun kami juga tetap akan menganggarkan kegiatan pelatihan di luar yang didanai oleh pihak LPMP. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Karena ini merupakan tahun pertama bagi kami, tukar pengalaman dengan daerah lain yang sudah menyelenggarakan sangat dibutuhkan. Beberapa waktu lalu, sekolah yang memiliki dana lebih mengundang narasumber dari Kota Makassar untuk menyampaikan pengalamannya dalam menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah. Guru-guru sekitar juga diajak mengikuti kegiatan ini. Kurikulum 2013 telah menjadi program nasional yang harus dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, kita perlu mendukung kebijakan ini, sehingga dapat berjalan lancar. Alhamdulillah, guru-guru di sini dapat menerima dengan baik Kurikulum 2013 dan mereka antusias setelah mendengar langsung penjelasan tentang kurikulum baru ini. Mereka semakin paham bahwa perkembangan zaman yang berubah tentu menuntut perubahan kurikulum juga. Kami berharap, pelaksanaan Kurikulum 2013 di daerah kami dapat berjalan sesuai dengan tuntutan kurikulum itu sendiri. Guru juga dapat bertanggung jawab dalam tugasnya masing-masing, mengajarkan peserta didik dengan pola Kurikulum Kami juga berharap Kurikulum 2013 dapat meningkatkan profesionalisme guru. Hilaria Yusnari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat Pelatihan bagi instruktur nasional di kabupaten kami dilakukan pada 4-8 April Setelah itu,pelatihan dilanjutkan untuk guru sasaran, yang dilaksanakan setelah ujian nasional. Anggaran untuk pelatihan ini dibagi antara pemerintah Foto-foto: Dok. Pribadi pusat dan pemerintah kabupaten. Pembagiannya, 70 persen oleh LPMP yang didanai dari APBN, dan 30 persen oleh kabupaten yang didanai dari APBD. Kami memiliki 112 SD, 43 SMP, dan 17 SMA/SMK. Seluruhnya akan menerima pembelajaran dengan pola Kurikulum Meskipun tahun lalu kabupaten kami tidak termasuk dalam kabupaten piloting, namun kami sudah mengikutkan 48 orang dalam pelatihan yang diselenggarakan kabupaten lain yang ditunjuk melaksanakan Kurikulum 2013 tahun lalu. Setidaknya pelatihan tersebut menjadi informasi awal bagi ke-48 guru-guru kami itu. Hal paling pokok dalam pelatihan Kurikulum 2013 adalah mengubah pola pikir guru tentang penggunaan pola pengajaran yang lama. Pada umumnya, mereka menyambut baik kurikulum ini, karena ada beberapa hal yang justru meringankan. Misalnya, mereka tidak perlu lagi menyusun silabus dan terbantu dalam menyusun Rencana Penyusunan Pembelajaran (RPP) dari buku pegangan guru dan siswa. Tentu kami berharap pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan serius oleh semua unsur pendidikan, karena sifatnya wajib. Untuk menyukseskan kebijakan ini, kami sudah sangat siap, baik dari segi pendanaan, maupun SDM yang akan mengikuti pelatihan. Data berupa namanama guru (Ratih)

8 LPMP Latih Calon Instruktur Nasional dan Guru Sasaran Daerah Ikut Sokong Dana Pelatihan Foto: Istimewa Suasana pembukaan pelatihan calon instruktur nasional (IN) di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Tenggara, Rabu (2/4). Pelatihan calon IN bagi guru, pengawas, dan kepala sekolah ini diikuti 198 peserta dari 12 kabupaten/kota dan digelar hingga Sabtu (5/4). Usai melaksanakan acara penyegaran narasumber, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) menggelar pelatihan bagi calon instruktur nasional dan dilanjutkan dengan pelatihan untuk guru sasaran, April-Mei Berbagai persiapan telah dilakukan, seperti mengundang narasumber nasional yang telah mengikuti penyegaran di tiga regional: Jakarta, Surabaya, dan Makassar, serta menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelatihan. Dalam satu kelas, pelatihan untuk calon instruktur nasional dipandu oleh dua narasumber nasional dan dua panitia dari LPMP. Sebelum pelatihan dimulai, seorang narasumber terlebih dahulu menampilkan hasil pelatihan yang diperolehnya di tingkat nasional. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi tentang Kurikulum 2013, supaya instruktur nasional dapat menyampaikan hal yang sama kepada guru sasaran, sehingga gaung, alur, serta penyampaiannya sama, ujar Kepala LPMP Provinsi Sumatera Utara, Bambang Winarji, kepada Asah Asuh. Dalam pelatihan instruktur nasional ini, pihaknya juga telah mengatur model pelatihan sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Dalam rapat koordinasi yang digelar di tingkat provinsi, seluruh pihak berkomitmen menyukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013 ini. Pelatihan bagi instruktur nasional di Provinsi Sumatera Utara sendiri melibatkan sekitar 858 orang untuk instruktur nasional tingkat sekolah dasar, dan 772 orang untuk tingkat SMP/SMA/SMK. Pelatihan dilaksanakan sepanjang April hingga awal Mei Bambang menjelaskan, anggaran pelatihan bagi instruktur nasional dan guru sasaran di wilayahnya dibagi antara LPMP melalui APBN Kemdikbud dan pemerintah daerah melalui APBD provinsi. Sebesar 30 persen atau sekitar Rp 30 miliar anggaran pelatihan disediakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sementara itu dukungan anggaran dari pemerintah kabupaten/kota disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah. Dana tersebut diwujudkan dalam bentuk pelatihan, pendampingan, dan kegiatan lain yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan implementasi Kurikulum Contohnya, salah satu SD di Kabupaten Deli Serdang, kelas 1-nya punya empat rombongan belajar, sementara kuota yang disediakan oleh LPMP hanya untuk 1 orang. Maka guru yang belum mendapatkan pelatihan didanai dari anggaran kabupaten/kota ini, jelas Bambang. Pihaknya berharap, pelatihan tahun ini dapat berjalan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Ini mengingat manajemen pelaksanaan pelatihan dibuat lebih terencana serta narasumber nasional direkrut dan dilatih dengan baik. Mereka juga memiliki persyaratan yang lebih baik. Penilaian dalam pelatihan juga dilakukan dengan lebih ketat. Bahkan narasumber nasional yang hanya mendapat nilai cukup, tidak boleh melatih instruktur nasional, ujarnya. Nilai Bagus Sementara itu, Kepala LPMP Provinsi Jawa Barat, Totoh Santoso, menyebut, pihaknya melatih sekitar calon instruktur nasional yang disiapkan untuk melatih guru sasaran pada pertengahan Mei mendatang. Ia menargetkan ada sekitar 900-an calon instruktur nasional yang lolos untuk direkomendasikan sebagai pelatih guru sasaran. Untuk lolos, mereka harus memiliki nilai di atas 75 di akhir masa pelatihan. Dengan guru sasaran yang berjumlah an orang, target minimal 900 instruktur nasional dinilai mencukupi, dengan catatan mereka akan melatih sebanyak empat kali pelatihan, ujar Totoh. Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan LPMP Jawa Barat turut melibatkan pemerintah daerah, baik dalam hal dukungan sharing dana pelatihan, juga penyediaan tempat penyelenggaraan pelatihan. Pemerintah daerah menunjuk lokasi pelatihan yang dianggap representatif, tambahnya. Selain itu, pemerintah daerah juga menyiapkan petugas yang menangani kebutuhan pembaruan data ke sistem komputer Kemdikbud tentang hasil pre-test, test, dan post-test peserta pelatihan. Ia menambahkan, model pelatihan dilakukan dengan memperbanyak diskusi dan praktik. Instruktur nasional juga ditekankan untuk lebih banyak bertanya dan mendiskusikan model pembelajaran yang cocok diterapkan. Dengan cara itu, diharapkan banyak pengetahuan dapat diperoleh, selain menemukan metode cara mengajar, dan memperagakannya di depan kelas. Kalau ini tidak dipahami, khawatir mereka tidak bisa menyampaikan hal-hal penting dalam pola pembelajaran Kurikulum 2013 kepada guru sasaran, katanya. Untuk mendukung berjalannya pelatihan dengan baik, pihaknya memasang kamera pengawas pada setiap kelas yang dapat dipantau langsung oleh unsur pimpinan di LPMP Jawa Barat. Kami bisa melakukan evaluasi. Jika ditemukan pelatihan yang kurang bagus, kami bisa memanggil dan mengevaluasi, tambah Totoh. LPMP Jawa Barat menyelenggarakan tujuh angkatan pelatihan instruktur nasional. Angkatan pertama dimulai pada 1 hingga 7 April 2014 sebanyak empat kelas, masing-masing berjumlah 40 orang, sehingga total 160 orang. Totoh yakin pelatihan tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, karena waktu yang tersisa sebelum tahun pelajaran 2014/2015 dimulai masih cukup lama. Usai menerima pelatihan, instruktur nasional diberikan kesempatan untuk mengendapkan materi pelatihan yang telah diperoleh, sehingga mereka memiliki waktu untuk menganalisis dan mempersiapkan diri melatih guru sasaran. Kami harapkan instruktur nasional lebih matang dalam menyampaikan materi pelatihan kepada guru sasaran, tambahnya. Pihaknya juga berharap, pelatihan tahun ini dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tidak ada gangguan dalam implementasi Kurikulum 2013 di lapangan. Ia meyakini, Kurikulum 2013 menjadi salah satu cara dalam penyiapan generasi emas mendatang yang lebih baik. Kita bekerja optimal menyukseskan pelaksanaan Kurikulum Kunci keberhasilan pelaksanaan kurikulum ada di LPMP, karena LPMP menyiapkan instruktur nasional yang sesuai dengan kebutuhan Kurikulum 2013, tandas Totoh. (Ratih)

9 Guru Terbaik Jadi Pendamping Dua siswa kelas 1 SD Negeri Rawamangun 12 Pagi, Jakarta, sedang mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas, Senin (7/4). Model pembelajaran Kurikulum 2013 telah diterapkan di sekolah ini tahun lalu. Lewat Kurikulum 2013, semua siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Pelaksanaan Kurikulum 2013 secara bertahap dan menyeluruh akan segera diterapkan pada tahun pelajaran baru ini. Agar pelaksanaannya sukses, dibutuhkan banyak pendamping guru kelas dan guru mata pelajaran. Memberdayakan guru terbaik merupakan langkah cerdas. Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada tahun ini, guru sasaran yang meraih nilai post test baik saat pelatihan akan menjadi tenaga pendamping selama proses pembelajaran di sekolah. Guru pendamping ini akan menjadi pembimbing guru kelas dan guru mata pelajaran saat mereka memberikan pembelajaran Kurikulum 2013 kepada peserta didik. Berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini semua guru kita latih, kemudian mereka yang mendapat nilai post test bagus, akan kita jadikan guru inti. Guru inti ini akan berperan sebagai tenaga pendamping, ujar Wakil Menteri bidang Pendidikan, Musliar Kasim, saat memberikan paparan dalam Press Workshop yang berlangsung di Universitas Terbuka (UT), Tangerang Selatan, pertengahan Januari silam. Sebelum memberi pendampingan, guru-guru peraih nilai post test baik akan diikutsertakan dalam pelatihan lagi, sehingga diharapkan pada saat memberi pendampingan, mereka mengerti apa yang harus dilakukan. Target kita agar proses pembelajaran Kurikulum 2013 menjadi sempurna, katanya. Ia mengungkapkan, hasil monitoring dan evaluasi terhadap guru inti tahun lalu menunjukkan bahwa guru inti yang dipilih berdasarkan prestasi yang telah dimiliki Foto: WJ PIH sebelumnya ternyata tidak dapat memberikan pelatihan kepada guru sasaran seperti yang diharapkan. Mereka ini akan dilatih kembali dan jika memiliki nilai post test yang baik, akan ditarik menjadi tenaga pendamping. Sebagaimana diketahui, pelaksanaan pembelajaran dengan pola Kurikulum 2013 secara menyeluruh pada tahun pelajaran 2014/2015 tinggal beberapa bulan lagi. Periode Maret-Mei menjadi rangkaian pelatihan bagi guru, pengawas, dan kepala sekolah. Sedikitnya sebanyak 1,7 juta guru menerima pelatihan Kurikulum 2013 yang tahun ini akan diterapkan pada kelas 1, 2, 4, dan 5 SD, VII, VIII SMP, serta X, XI SMA/SMK. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan, Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP) telah memulai pelatihan guru, diawali dengan kegiatan penyegaran bagi narasumber nasional pada 10 Maret Kegiatan serupa akan terus dilaksanakan sepanjang Maret dan dilanjutkan dengan pelatihan bagi calon instruktur nasional pada April Implementasi Kurikulum 2013 secara menyeluruh pada tahun pelajaran 2014/2015 diharapkan berjalan lancar dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. (Ratih) Kurikulum 2013 Membangun Jiwa Anak Kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 sesungguhnya adalah proses yang harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati, menanya, menganalisis, menguji coba, dan mengomunikasikan. Kurikulum 2013 dilakukan melalui proses konstruktivisme, yang berbeda dengan kurikulum verbalistik yang sekadar mengandalkan komunikasi satu arah dan hafalan. Hal tersebut disampaikan Ketua Unit Implementasi Kurikulum, Tjipto Sumadi, dalam diskusi yang digelar di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jumat (14/3/2014). Hadir pula Kepala SMA Negeri 3 Jakarta, Diah Khaerani sebagai narasumber, dan kepala sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014. Tjipto mengatakan, Kurikulum 2013 sesungguhnya berbasis pada kurikulum konstruktivisme, yang artinya membangun jiwa anak. Konstruktivisme berarti siswa diajak untuk turut serta dalam pembelajaran itu sendiri. Murid memegang alat, guru mengarahkan, ujarnya di hadapan puluhan peserta diskusi. Contoh pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 yang cukup baik sudah dilakukan di sekolah di Kalimantan. Pada pembelajaran tentang benda-benda penghantar panas yang baik, siswa diminta untuk mengumpulkan berbagai macam benda, mulai dari ranting pohon, sedotan plastik, kertas, dan lain-lain. Siswa mencoba sendiri apakah benda-benda itu menjadi penghantar panas yang baik ketika ujung benda didekatkan ke sumber panas. Siswa yang melakukan, bukan diberi tahu oleh gurunya, ucap Tjipto. Ia juga mencontohkan pembelajaran berbasis konstruktivisme yang dilakukan di salah satu sekolah tingkat dasar di Amerika Serikat. Di sana siswa diajarkan untuk menanam kentang, yang merupakan salah satu makanan pokok masyarakat di negara tersebut. Guru mengarahkan siswa mulai menanam dan merawat tanaman tersebut. Selain menanam, siswa juga diajarkan sikap mencintai lingkungan dengan tidak menggunakan pupuk non-organik untuk menyuburkan tanaman. Maka, guru menernakkan cacing dan siswa diminta untuk mengambil cacing dengan tangannya dan meletakkan pada tanaman kentang yang ditanam tadi, imbuh Tjipto. Ia menambahkan, hal-hal tersebut yang diterapkan pada Kurikulum Tahun ini Kurikulum 2013 diterapkan untuk kelas 1, 2, 4, 5 SD/ sederajat; VII, VIII SMP/sederajat; dan X, XI SMA/SMK/sederajat. (Ratih)

Kemajuan suatu bangsa salah

Kemajuan suatu bangsa salah Pesan Menteri Kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh pendidikan. Maka, yakinlah bahwa pendidikan berperan penting dalam membangun daya saing bangsa, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan

Lebih terperinci

Bulan Oktober ini adalah bulan

Bulan Oktober ini adalah bulan Pesan Menteri Menginternasionalkan Bahasa dan Membangun Peradaban Bulan Oktober ini adalah bulan bahasa, bulan pemuda, bulan bhineka tunggal ika, yang telah digelorakan oleh para pemuda kita pada 28 Oktober

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil. kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 1).

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil. kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembentukan generasi tangguh semakin disadari kepentingannya oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil memecahkan masalah, bijak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 PETUNJUK TEKNIS I. UMUM

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN BANTUAN BEASISWA UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009

PANDUAN PELAKSANAAN BANTUAN BEASISWA UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009 PANDUAN PELAKSANAAN BANTUAN BEASISWA UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA

PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No. 11 - September 2013 PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Masyarakat Melalui Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi

Petunjuk Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Masyarakat Melalui Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi ii Petunjuk Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Masyarakat Melalui Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional

Olimpiade Sains Nasional MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Olimpiade Sains Nasional PETUNJUK PELAKSANAAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN 2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI. Assalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua

BUPATI BANYUWANGI. Assalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua BUPATI BANYUWANGI SAMBUTAN BUPATI BANYUWANGI PADA UPACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL DIRANGKAI DENGAN PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE-18 SEKALIGUS DEKLARASI GEMPITA PERPUS (GERAKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Memastikan Ketercapaian, Meneguhkan Cita-cita

Memastikan Ketercapaian, Meneguhkan Cita-cita 2 Kita Berharap Implementasi Kurikulum 2013 Berjalan Lancar Menyadari bahwa pendidikan merupakan hal strategis dalam pembangunan manusia Indonesia, pemerintah berkomitmen memajukannya, baik secara kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan No.348, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Strategi, Capaian dan Kurikulum. SPP. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG STRATEGI, CAPAIAN, DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi Tahun 2017

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi Tahun 2017 Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui Lomba Kompetensi Peserta Didik Paket C Vokasi Tahun 2017 DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang penting karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum. Kurikulum dikatakan

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS, Menimbang

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 26 s.d 28 Februari 2012 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP TUJUAN : Setelah mengikuti kegiatan bimtek diharapkan peserta mampu Menjelaskan

Lebih terperinci

Kawal Implementasi Kurikulum 2013

Kawal Implementasi Kurikulum 2013 2 Wakil Presiden Boediono: Kawal Implementasi Kurikulum 2013 Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan secara menyeluruh pada tahun pelajaran 2014/2015. Semua pihak harus melaksanakannya dengan penuh tanggung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum pendidikan merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan demi perbaikan kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa. Kurikulum dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA DIES NATALIS KE-49 UNTAN PONTIANAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA DIES NATALIS KE-49 UNTAN PONTIANAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA DIES NATALIS KE-49 UNTAN PONTIANAK Hari/Tanggal : Sabtu/17 Mei 2008 Pukul : 07.30 WIB Tempat : Gedung Auditorium UNTAN Pontianak Yth. Bapak Wakil Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru yang dimulai pada tahun 2005 lalu belum memberikan kontribusi signifikan untuk peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan sangat berkaitan erat dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada

Lebih terperinci

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI KATA PENGANTAR PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Kemdikbud Tahun dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013

Evaluasi Kinerja Kemdikbud Tahun dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Evaluasi Kinerja Kemdikbud Tahun 2010-2014 dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013 Hasil Sidang Komisi II : IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013: PENYEDIAAN BUKU Ketua

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA BERPRESTASI TAHUN Bidang INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS AKHLAK MULIA

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA BERPRESTASI TAHUN Bidang INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS AKHLAK MULIA PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA BERPRESTASI TAHUN 2012 Bidang INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS AKHLAK MULIA KEMENTERIAN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan, tentunya langkah utama harus diawali dengan belajar lebih giat baik melalui pendidikan formal atau

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL Kegiatan Praktek Pengajaran Lapangan (PPL) dirancang untuk mengembangkan dan memberdayakan sumber daya yang ada di lokasippl yaitu SMK Muhamadiyah 3 Klaten

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa pendidikan Kota

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 I. KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan baik formal, non formal, maupun informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan baik formal, non formal, maupun informal memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pendidikan baik formal, non formal, maupun informal memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Deputi Menteri Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGARAAN PROGRAM MEMBANGUN SINERGI PENDIDIKAN BERBASIS HARMONIS DI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di dunia semakin maju dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah persaingan dibidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN NOMOR: 2485/E3/Kep/2013 PETUNJUK TEKNIS

LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN NOMOR: 2485/E3/Kep/2013 PETUNJUK TEKNIS LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN NOMOR: 2485/E3/Kep/2013 PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN BIDIKMISI TAHUN ANGGARAN 2013 A. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN DIALOG NASIONAL PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA DIPROVINSI SULAWESI TENGAH SABTU, 22 JANUARI 2011 ASSALAMU ALAIKUM WAR,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting mengingat tujuan pendidikan adalah usaha untuk membentuk manusia yang berilmu, bermoral,

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L No. 1449, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Sentra Pemberdayaan Pemuda. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SENTRA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto, SOAL PILIHAN GANDA 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyebutkan bahwa dimensi kompetensi supervisi meliputi... a. Mengidentifikasi permasalahan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Kemiskinan masih menjadi penyebab utama siswa putus sekolah atau drop out. Fenomena putus sekolah ini bahkan dikhawatirkan semakin meningkat seiring tingginya angka pengangguran, karena

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB.

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via  pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB. Lampiran 1 Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan. Wawancara dilakukan via E-mail pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN Heny Puspita R Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang telah menerapkan sistem dengan maksud untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam

Lebih terperinci

Kurikulum Kurikulum 2013

Kurikulum Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama

1. PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama 1 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas pendidikan pada suatu bangsa mencerminkan rendahnya kinerja guru dan buruknya sistem pengelolaan pendidikan pada suatu bangsa. Keberhasilan

Lebih terperinci

PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI PENDIDIKAN DI INDONESIA. Tugas Akhir Pancasila

PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI PENDIDIKAN DI INDONESIA. Tugas Akhir Pancasila PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI PENDIDIKAN DI INDONESIA Tugas Akhir Pancasila DI SUSUN OLEH : Nama : Nikodemus Anton Sebrang Setiawan NIM : 11.01.2911 Jurusan : Teknik Informatika Program study : D3 Dosen

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PENGADAAN PERANGKAT UJIAN ONLINE (SMK RUJUKAN) 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PENGADAAN PERANGKAT UJIAN ONLINE (SMK RUJUKAN)

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PENGADAAN PERANGKAT UJIAN ONLINE (SMK RUJUKAN) 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PENGADAAN PERANGKAT UJIAN ONLINE (SMK RUJUKAN) KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi 00 PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DANA DEKONSENTRASI DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci