FLOW PROSES PRODUKSI CAM SHAFT KVB PADA PT. MUSASHI AUTO PARTS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FLOW PROSES PRODUKSI CAM SHAFT KVB PADA PT. MUSASHI AUTO PARTS INDONESIA"

Transkripsi

1 FLOW PROSES PRODUKSI CAM SHAFT KVB PADA PT. MUSASHI AUTO PARTS INDONESIA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Riyanto Nim : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2 LEMBAR PENGESAHAN FLOW PROSES PRODUKSI CAM SHAFT KVB PADA PT. MUSASHI AUTO PARTS INDONESIA Laporan Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Teknik Mesin Universitas Mercubuana Disetujui oleh : Pembimbing atau Koordinasi KP Program Studi Teknik Mesin UMB (Nanang Ruhyat, ST.MT) ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek Program Sarjana yang dilakukan di PT. Musashi Auto Parts Indonesia. Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana teknik di Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana Jakarta. Penyusunan laporan kerja praktek ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami akan menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr.Ir Abdul Hamid, M. Eng selaku Kaprodi Teknik Mesin Universitas Mercubuana Jakarta 2. Bapak Nanang Ruhyat, ST. MT selaku pembimbing dari Fakultas Teknologi Industri Mercubuana 3. Seluruh karyawan dan karyawati PT. Musashi Auto Parts Indonesia 4. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik materi maupun moril serta do a 5. Teman-teman kuliah jurusan teknik mesin angkatan 13 universitas mercubuana 6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga menerima kritik yang bersifat membangun. Dan penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca. iii

4 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... vi Daftar Tabel... vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Metode Penelitian Sistematika Penelitian... 2 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Berdirinya Perusahaan Visi dan Misi Kebijakan Mutu Produk yang Dihasilkan Pemasaran Struktur Organisasi Tenaga Kerja dan Waktu Kerja Sarana dan Prasarana... 6 BAB III DASAR TEORI Desain Produk Bahan Teknik Pemilihan Mesin dan Proses Klasifikasi Proses Memproduksi Perkakas Pemotong Pisau Frais Jenis-Jenis Penggurdi dan Pengebor iv

5 BAB IV FLOW PROSES CAM SHAFT KVB Pengertian Cam shaft KVB Flow Proses Cam shaft KVB Defect pada Cam shaft KVB BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Daftar Acuan v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Strukur organisasi PT. Musashi Auto Parts Indonesia... 5 Gambar 4.1 Bagan flow proses cam shaft KVB Gambar 4.2 Material atau casting cam shaft KVB Gambar 4.3 Part After Centering Gambar 4.4 Part After Centering (Belum Proses Lathe) Gambar 4.5 Part After Lathe Gambar 4.6 Part After Axial Gambar 4.7 Part After Key Way Gambar 4.8 Part After Milling Gambar 4.9 Part Before Sloter Gambar 4.10 Part After Sloter Gambar 4.11 Part After Hardening Gambar 4.12 Part Proses Drilling Gambar 4.13 Part After Cylinder Grinding Gambar 4.14 Part After Fine Cam Grinding Gambar 4.15 Part After Proses Lapping Gambar 4.16 Pin Sproket Gambar 4.17 Bearing NTN Gambar 4.18 Cam Shaft KVB Siap Delivery Ke Honda Gambar 4.19 Bagan Jenis Defect Pada Cam Shaft KVB vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pembagian jam kerja PT. Musashi Auto Parts Indonesia... 6 vii

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja praktek adalah salah satu kurikulum wajib yang harus dilaksanakan mahasiswa Strata Satu (S1) Teknik Mesin Universitas Mercu Buana. Pada dasarnya kerja praktek adalah salah satu atau serangkaian kegiatan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu dasar yang diperoleh di bangku kuliah pada dunia nyata. Selain itu dengan kerja praktek ini diharapkan mahasiswa dapat menimba ilmu lebih dalam lagi dan mendapatkan pengalaman kerja secara langsung ke dalam sebuah instansi atau perusahaan sehingga sedikit banyak akan didapatkan tentang gambaran dunia kerja yang sesungguhnya. Penyusun memilih PT. Musashi Auto Parts Indonesia sebagai tempat kerja praktek karena PT. Musashi Auto Parts Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang memproduksi komponen motocycle dan automobile. Salah satu produk yang dihasilkan adalah cam shaft. Salah satu bagian penting sebuah mesin empat langkah adalah cam shaft. Cam shaft merupakan bagian dari mekanisme penggerak katup yang berfungsi sebagai penekan ujung batang katup sehingga katup dapat bergerak membuka dan menutup selama mesin beroperasi. Sedangkan lebar-kecilnya bukaan katup sangat tergantung dari penyetelan katup, tinggi rendah cam dan bentuk atau profil cam itu sendiri. Maka dari itu seiring perkembangan teknologi yang semakin maju maka desain dan bentuk serta cara memproduksi cam shaft juga makin berkembang dengan tujuan untuk memperoleh hasil kualitas yang baik. Melihat begitu pentingnya peran cam shaft dalam sebuah mesin, maka dalam proses pembuatannya dibutuhkan ketelitian dan mengunakan mesin maupun tool pendukung yang bagus pula. Dengan demikian 1

9 diharapkan kualitas produk yang dihasilkan merupakan produk yang bagus. 1.2 Pembatasan Masalah Pada laporan kerja praktek ini ditekankan pada flow proses produksi cam shaft. Untuk memfokuskan pembahasan laporan, maka penulis memilih flow proses pembuatan cam shaft KVB. 1.3 Tujuan Penulisan Dengan kerja praktek di PT. Musashi Auto Parts Indonesia diharapkan penulis dapat memperkenalkan kepada mahasiswa tentang situasi kerja dalam lingkungan industri, khususnya industri manufaktur komponen automotif, mengenal sekaligus mengoperasikan mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan secara langsung ilmu yang didapat di bangku kuliah pada dunia kerja sesungguhnya dan sebagai penuntun tugas setelah melaksanakan kerja praktek. Tujuan penulisan laporan kerja praktek ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan penulis dan pembaca mengenai flow proses produksi cam shaft, mesin yang digunakan serta tool yang dipakai pada masing-masing tahapan proses produksi. 1.4 Metode Penulisan Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis mengunakan beberapa metode penulisan, yaitu: 1. Observasi langsung : penulis melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung di PT. Musashi Auto Parts Indonesia tentang kegiatan produksi. 2. Studi literatur : penulis mencari sumber-sumber informsi yang relevan dengan kegiatan ini di perpustakaan. 3. Wawancara : penulis melakukan wawancara langsung dengan beberapa karyawan PT. Musashi Auto Parts Indonesia khususnya yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi cam shaft KVB. 2

10 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang penyusunan laporan kerja praktek, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematikan penulisan yang memberikan gambaran awal dan isi penyusunan laporan kerja praktek. BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN Memperkenalkan sejarah, visi dan misi perusahaan, lokasi, struktur organisasi dan produksi perusahaan tempat melakukan kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas tentang desain produk, bahan material teknik, pemilihan mesin dan proses, klasifikasi proses produksi, perkakas potong, jenis pisau dan jenis penggurdi yang sering digunakan dalam berbagai proses produksi. BAB IV FLOW PROSES PRODUKSI CAM SHAFT KVB Dalam bab ini akan membahas tentang urutan proses, mesin yang digunakan, perkakas potong yang dipakai serta jenis-jenis cacat yang sering ditemukan selama proses produksi. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran tentang proses produksi yang didapatkan selama melakukan kerja praktek. 3

11 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Musashi Auto Parts Indonesia berdiri pada maret 1996, dengan luas area m² dan luas bangunan mencapai m². Merupakan salah satu group musashi yang ada di seluruh dunia yang bergerak pada manufaktur berbagai macam komponen automotif baik roda dua maupun roda empat. PT. Musashi Auto Parts Indonesia atau Map-In beralamat di EJIP Plot 3J-2 Cikarang Selatan Bekasi. 2.2 Visi Dan Misi 1. Visi Tampilkan keunikan, buat itu luar biasa untuk produk, itulah cara kita memberikan kepercayaan dunia melalui produk buatan PT. Musashi Auto Parts Indonesia. Dengan kata kunci differentation (berbeda), integration (terpadu) dan growth ( berkembang). 2. Misi Meneruskan mengeksploitasi monozukuri (seni pembuatan) dan memberi sumbangan pada masyarakat global melalui produk yang bagus dan terpercaya. 2.3 Kebijakan Mutu Seiring dengan makin ketatnya persaingan di dunia otomotif, PT. Musashi Auto Parts Indonesia sejak awal telah menerapkan bahwa kualitas adalah prinsip penting setelah keselamatan kerja, hal tersebut diperkuat dengan keberhasilan mendapatkan ISO 9001 pada tahun 2000 tentang kualitas, ISO tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta OHSAS tentang lingkungan pada tahun Produk Yang Dihasilkan PT. Musashi Auto Parts Indonesia memproduksi berbagai macam komponen automotif antara lain: cam shaft, starting gear, primary gear, outer clutch, idle shaft, clutch piston dan timing sproket. 4

12 2.5 Pemasaran Dalam bidang pemasaran PT. Musashi Auto Parts Indonesia mempunyai beberapa konsumen, antara lain: 1. Astra Honda Motor (AHM) 2. Honda Precision Parts Manufacturing (HPPM) 3. Indomobil Suzuki International (ISI) 4. Kawasaki Manufacturing Indonesia (KMI) 5. Astra Daihatsu Motor (ADM) 6. FCC indonesia 2.6 Struktur Organisasi MANAGER PRODUKSI KASIE PLANT 3 FOREMAN PLANT 3 LEADER LEADER Gambar 2.1 Strukur organisasi PT. Musashi Auto Parts Indonesia 5

13 2.7 Tenaga Kerja Dan Waktu Kerja Jumlah karyawan PT. Musashi Auto Parts Indonesia pada saat ini kurang lebih 1500 karyawan. Waktu kerja di PT. Musashi Auto Parts Indonesia adalah lima hari kerja, dari hari senin-jumat dengan tiga shift. Pembagian jam kerja di PT. Musashi Auto Parts Indonesia sebagai berikut: Tabel 2.1 Pembagian jam kerja PT. Musashi Auto Parts Indonesia Hari Shift Waktu kerja Istirahat Senin-jum at Sarana Dan Prasarana Demi meningkatkan gairah dan semangat kerja serta kesejahteraan karyawan, perusahaan memberikan fasilitas olahraga, mushola, kantin, halaman parkir baik motor maupun mobil serta koperasi. 6

14 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Desain Produk Produk harus didesain sedemikian rupa sehingga harga bahan, ongkos pembuatan dan biaya penyimpanan dapat ditekan seminimal mungkin. Hampir semua produk dapat dibuat lebih kuat, lebih tahan korosi atau tahan aus, namun si ahli teknik harus dapat menarik batas, sehingga dihasilkan produk yang ekonomis. Suatu desain tertentu mungkin membutuhkan bahan yang lebih murah dalam jumlah yang banyak untuk menggantikan bahan yang lebih kuat akan tetapi harga yang lebih mahal. Untuk menghasilkan produk dengan ketelitian yang diperlukan mesin dan operasi yang lebih mahal disamping tenaga trampil yang memenuhi persyaratan., dan kendali yang ketat. Namun harus diperhatikan bahwa produk tidak perlu didesain melebihi pemakaiannya. Desain yang baik ada kalanya mencakup pemilihan dan cara penyelesainnya, karena orang sering memilih suatu produk berdasar fungsi, cara operasi, dan penampilannya. Produk tertentu dengan warna dan penampilan yang menarik sering kali lebih mudah dipasarkan. Akan tetapi tidak disangkal bahwa umumnya fungsi suatu suku cadang merupakan faktor penentu, sebagai contoh dipersyaratkan mempunyai kekuatan yang tinggi, ketahanan aus, tahan korosi atau batasan berat yang ketat. 3.2 Bahan Teknik Di samping pengetahuan tentang proses, pemahaman dan pengetahuan tentang bahan yang akan digunakan juga tak kalah penting. Sifat fisik, ciri pemesinan, cara pemberian bentuk dan daya guna berbagai jenis bahan sangat beraneka-ragam. Perancang harus mempertimbangkan hal-hal tersebut unttuk dalam memilih bahn yang ekonomis dan proses yang terbaik untuk suatu produk. Bahan-bahan yang dipakai dalam dunia teknik dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu bahan logam dan bahan non logam. Bahan logam 7

15 terbagi menjadi logam ferro yang mengandung ferro seperti besi dan baja, logam nonferro seperti aluminium, tembaga,magnesium, seng, titan dan nikel. Sedangkan bahan non logam terbagi atas bahan organik yang berasal dari alam ( hewan dan tumbuhan ) atau yang mengandung karbon seperti plastik, produk dari minyak bumi, kayu, kertas, karet dan kulit serta bahan anorganik seperti semen, keramik, gelas dan grafit. 3.3 Pemilihan Mesin Dan Proses Memproduksi sesuatu memerlukan perangkat perkakas dan mesin yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis. Pemilihan mesin dan proses yang tepat sangat menentukan. Selain itu pemilihan juga ditentukan oleh jumlah benda yang akan dibuat. Umumnya jenis-jenis mesin tertentu diciptakan untuk memenuhi hasil tertentu pula. Untuk pekerjaan dalam jumlah kecil atau sesuai pesanan, mesin serba guna seperti mesin bubut, mesin gurdi, mesin skrap merupakan pilihan yang terbaik karena mesinmesin tersebut dapat disesuaikan dengan tugas pekerjaan, harganya murah, mudah perawatannya serta serbaguna. Bila akan membuat produk standar dalam jumlah yang besar maka perlu dipertimbangkan penggunaan mesin khusus. Mesin yang didesain untuk jenis pekerjaan tertentu pula seperti menggerinda piston atau menghaluskan kepala silinder, akan sanggup menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan tepat dan murah serta hanya memerlukan operator dengan ketrampilan sedang. Pemilihan mesin atau proses yang terbaik untuk membuat produk tertentu memerlukan pengetahuan mendasar mengenai segala kemungkinan proses produksi. Meskipun suku cadang atau komponen dapat dibuat dengan beberapa macam cara, umumnya ada satu cara yang paling ekonomis. 3.4 Klasifikasi Proses Memproduksi 1. Proses untuk mengubah bentuk bahan a) Ekstraksi bijih ( mengolah bijih ) b) Pengecoran c) Pengerjaan panas dan dingin 8

16 d) Metalurgi serbuk e) Pencetakan plastik 2. Proses untuk memotong komponen agar sesuai dengan dimensi a) Pemesinan tradisional, dengan menghasilkan geram b) Pengikisan logam 3. Proses untuk menyelesaikan permukaan a) Pengikisan logam b) Polis c) Pelapisan 4. Proses untuk menyambung bagian atau bahan 5. Proses untuk mengubah sifat fisis 3.5 Perkakas Pemotong Bahwa tidak semua material dapat dibuat menjadi pahat, ada beberapa syarat yang dituntut dari sebuah pahat, yakni: 1. Tahan terhadap suhu tinggi 2. Koefisien gesek yang rendah 3. Tahan terhadap gerusan 4. Tidak mudah retak Beberapa contoh bahan atau material yang lazim dibuat pahat, antara lain: 1. Baja karbon tinggi Bahan ini mempunyai sifat-sifat: mampu dikeraskan, mampu terhadap proses heat treatment dan rapuh pada kekerasan maksimum. 2. Baja kecepatan tinggi ( HSS ) Material ini mempunyai temperatur maksimum 650 C. Kandunganya, selain fe, wolfram 18% dan 5,5 % chrom serta unsur tambahan lain seperti: vanadium, molibdenum dan kobalt. 3. Paduan cor bukan besi Merupakan paduan dari beberapa material antara lain: Chrom, Cobalt, Wolfram, dan Karbon. Pahat dari material tersebut sangat keras dan mampu bertahan sampai suhu maksimum 925 C. 9

17 4. Kelompok pahat karbida Ada beberapa jenis kelompok pahat karbida yang sering dikenal dan dipakai antara lain: pahat karbida, pahat karbida dengan butiran mikron, intan dan pahat keramik. 3.6 Pisau Frais Beberapa bentuk pisau frais sesuai dengan penggunaannya,antar lain: 1. Pisau mantel 2. Pisau sudut tunggal dan sudut ganda 3. Pisau roda gigi 4. Pisau alur 5. Pisau sisi muka 6. Pisau gergaji 7. Pisau alur T 8. Pisau jari 3.7 Jenis-Jenis Penggurdi dan Pengebor 1. Lubang minyak penggurdi tangkai 2. Penggurdi untuk plastik cor 3. Penggurdi bergalur empat 4. Penggurdi bergalur tiga 5. Penggurdi heliks tinggi untuk aluminium 6. Penggurdi puntir tangkai lurus untuk baja lunak 10

18 BAB IV FLOW PROSES CAM SHAFT KVB 4.1 Pengertian Cam shaft KVB Cam shaft adalah salah satu komponen penting pada sebuah mesin empat langkah, yang berfungsi sebagai mekanisme pembuka dan penutup katup pada kepala silinder. Cam shaft KVB dipakai pada kendaraan roda dua yang lebih tepatnya Honda Vario. Proses manufaktur di mulai dari raw material sampai pada proses asembling dan delivery ke Honda. 4.2 Flow Proses Cam shaft KVB Raw material delivery centering Asembling Press bearing lathe lapping axial Fine cam grinding Key way Cylinder grinding Cam milling drilling sloter hardening Gambar 4.1 Bagan flow proses cam shaft KVB 11

19 1. Centering Adalah proses pembuatan senter dan pengerjan permukaan samping sebagai datum untuk proses selanjutnya. Mesin yang digunakan adalah mesin centering dengan mata drill dan mata pahat. Pada tahapan proses ini material dibubut facing dengan panjang 69,5 mm, dan salah satu bagian ujungnya yang besar berdiameter 25 mm dengan senter berdiameter 2,5 mm X 60 drajat, merupakan tempat bearing besar. Sedang bagian ujung yang kecil hanya di proses senter berdiameter 5,0 mm X 60 drajat yang selanjutnya akan diproses lobang axial. Gambar 4.2 Material atau Casting Cam Shaft KVB Gambar 4.3 Part After Centering 12

20 2. Proses Lahte Adalah pekerjaan pembentukan komponen menjadi bentuk dan ukuran sesuai tabel standar kerja (TSK), dalam proses lathe ada bagian yang merupakan pekerjaan finis dan ada bagian yang perlu dilakukan pengerjaan permukaan. Mesin yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah mesin turning okuma dengan beberapa mata pahat. Pada proses ini ujung yang tidak diproses centering dibubut menjadi diameter 15,0 mm dan diberi relief 14,5 mm sebagai tempat bearing kecil, begitu juga dengan diameter 25 diberi relief 24,5 mm. sedangkan pada badan cam dibuat diameter 20 mm, dengan tebal cam intake dan exhaust masingmasing 6 mm. Gambar 4.4 Part After Centering Gambar 4.5 Part After Lathe 13

21 3. Proses axial Yaitu pekerjaan pengeboran untuk mendapat lobang yang besar dan kedalaman yang sesuai dengan tabel standar kerja ( TSK ). Mesin yang digunakan adalah mesin drilling kiowa dengan menggunakan perkakas pemotong mata bor. Pada proses ini dari ujung sisi diameter 15 dibor dengan diameter lobang 8 mm dan kedalaman 30,5 mm. Gambar 4.6 Part After Proses Axial 4. Proses key way Merupakan pekerjaan mengfrais, dengan fungsi sebagai datum pada pekerjaan selanjutnya, yaitu: milling, drilling, cylinder grinding, fine cam grinding, lapping dan press bearing. Key way adalah pembuatan alur pada diameter 32 badan cam dengan panjang 4 mm dan lebar 4 mm. Gambar 4.7 Part After Key Way 14

22 5. Proses Milling Adalah proses pembentukan cam dengan ukuran, profile dan sudut sesuai tabel standar kerja ( TSK ), pekerjaan tersebut masih memerlukan proses finishing yaitu fine cam grinding. Pada proses milling bentuk cam dibuat dengan tinggi 32,9 mm untuk cam in dan 32,2 untuk cam ex. Gambar 4.8 Part After Proses Milling 6. Proses Sloter Merupakan pekerjaan mengfrais,mengurangi bagian badan cam shaft untuk mendapatkan bentuk dan ukuran sesuai tabel standar kerja ( TSK ). Pada proses sloter badan cam yang berdiameter 20 difrais dengan radius 15 mm dan panjang 13,8 mm, pada proses selanjutnya adalah reamer diameter 7 mm. 15

23 Gambar 4.9 Part Before Sloter Gambar 4.10 Part After Sloter 7. Proses Hardening Adalah perlakuan panas untuk pengerasan permukaan dengan cara memanaskan material dan mendinginkannya secara mendadak ke dalam cairan pendingin tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan aus sebuah material sehingga tahan terhadap gesekan. Pada proses hardening HRC yang diinginkan adalah antara dan dengan kedalaman karbon 1,9 3,3 mm. jika pada proses didapat hasil pengecekan di luar batas tersebut maka produk yang dihasilkan tersebut bermasalah. 16

24 Gambar 4.11 Part After Proses Hardening 8. Proses Drilling Dalam proses ini terdapat beberapa pekerjaan yang dilakukan hanya dengan satu mesin. Pekerjaan tersebut meliputi penggurdian ( pembuatan lubang ) dan tapping ( pembuatan ulir ). Bagian permukaan tanmen diameter 25 diproses drill tapping dengan ukuran M5 dan lobang diameter 3 mm masing-masing sebanyak 2 tempat, serta reamer diameter 7 mm dengan kedalaman 38 mm. Gambar 4.12 Part Before Drilling (Kiri) Dan After Drilling (Kanan) 17

25 9. Proses Cylinder Grinding Merupakan pekerjaan finishing bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan tingkat kekasaran sesuai dengan tabel standar kerja ( TSK ) dengan cara mengikis bagian permukaan part. Di area ini merupakan tempat dudukan bearing pada proses asembling. Proses cylinder pada diameter 25 dan 15 adalah proses finishing pada diameter yang telah diproses lathe dan centering sebelumnya, kekasaran yang diminta pada tahapan proses ini yaitu 3,2S max serta run out 0,01 mm max. Gambar 4.13 Part After Cylinder Grinding 10. Proses Fine Cam Grinding Merupakan pekerjaan pemesinan menghaluskan diameter luar untuk mendapatkan ukuran, tingkat kekasaran, sudut cam dan profil cam sesuai tabel standar kerja ( TSK ) dengan menggunakan batu gerinda. Tinggi cam in pada proses ini adalah 32,65 mm dan 31, 9 mm untuk cam ex, serta kekasaran permukaan yang dijinkan sama seperti pada proses cylinder grinding 3,2S max. Pengecekan sudut dan profil tidak dapat dilakukan dengan mata biasa, tetapi dengan alat khusus yaitu dengan mesin cam tester. 18

26 Gambar 4.14 Part After Fine Cam Grinding 11. Proses Lapping Setelah proses fine grinding maka proses selanjutnya adalah proses lapping, yaitu pekerjaan menghaluskan permukaan cam dengan cara mengikis permukaan dengan kertas amplas khusus. Pada proses ini tidak terjadi perubahan ukuraan yang signifikan, karena hanya menghaluskan permukaan cam dengan kekasaran yang diijinkan 2S max. Gambar 4.15 Part After Proses Lapping 19

27 12. Asembling Proses asembling merupakan prosess terakhir dalam tahapan produksi cam shaft KVB, disini terdapat beberapa macam pekerjaan antar lain : pemasangan pin sebagai dudukan gear sproket, pemasangan bearing dan pemasangan pengunci bearing. Pemasangan pin sproket adalah dengan cara dipress pada lobang diameter 3 mm dengan ketinggian max 2,5 mm dari permukaan tanmen diameter 25. Selanjutnya pemasangan bearing NTN 6905 pada diameter 25 dan bearing NTN 6902 pada diameter 15. Tahapan proses terakhir adalah pemasangan circlip atau ring pengunci bearing pada diameter 15 serta pengecekan ukuran dengan toishi gauge. Kemudian part yang telah diasembling langsung dikirim ke konsumen atau disimpan sebagai stock. Gambar 4.16 Pin Sproket Terpasang Pada Diameter 3 Gambar 4.17 Bearing NTN 6002 (kiri) dan NTN 6905 (kanan) 20

28 Gambar 4.18 Cam shaft KVB siap delivery ke Honda 4.3 Defect Pada Cam shaft KVB Pada proses produksi tidak mungkin dihasilkan part yang sempurna 100 % sesuai dengan tabel standar kerja ( TSK ), pasti tidak terlepas dari berbagai jenis cacat yang merupakan kerugian dalam produksi. Secara umum cacat digolongkan menjadi dua macam yaitu cacat machining dan cacat blankcasting. Cacat machining adalah cacat yang terjadi selama proses produksi yang mungkin dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : manusia, mesin, metode, material atau lingkungan. Sebagian cacat machining ada yang dapat diperbaiki sehingga part tersebut masih layak untuk dialirkan ke proses selanjutnya dengan syarat part tersebut masih masuk dalam toleransi yang diijinkan. Akan tetapi ada cacat machining yang tidak bisa diperbaiki, sehingga part tersebut tidak layak dialirkan dan harus dilakukan penanganan khusus. Cacat machining biasanya terjadi karena ukuran atau dimensi di luar toleransi yang telah ditentukan. Cacat blankcasting merupakan jenis cacat pada part karena ketidak sempurnaan dalam proses casting. Contoh dari cacat ini adalah keropos dan kurokawa yang disebabkan karena udara terperangkap selama proses pengecoran. Part yang mengalami cacat blankcasting juga tidak layak dialirkan dan harus mendapatkan penanganan khusus 21

29 DEFECT BLANKCASTING DEFECT MACHINING DEFECT NOT GOOD REPAIR Gambar 4.19 Bagan jenis defect pada cam shaft KVB 22

30 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam dunia automotif, komponen-komponen yang dibutuhkan memiliki tingkat presisi yang tinggi. Hal ini dapat dihasilkan dengan cara proses, tool pendukung dan mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan produksi mampu melakukan pekerjaan teliti. Dalam proses camshaft KVB, perusahaan menggunakan mesin, tool dan jenis proses yang cukup kompleks, sehingga dihasilkan produk dengan ketelitian tinggi sesuai dengan permintaan customer. Kualitas merupakan prioritas utama setelah safety, hal ini dapat dibuktikan dari cara penanganan part yaitu hanya mengalirkan dan mengirim part yang sesuai dengan tabel standar kerja ( TSK ). Dengan kata lain tidak membuat, tidak menerima dan tidak mengalirkan part berkualitas jelek. Kualitas sangat dipengaruhi oleh beberpa hal antara lain: mesin, material, metode, manusia dan lingkungan. 5.1 Saran Setelah melakukan kerja praktek penulis dapat menyarankan: 1. Dalam bekerja harus sesuai dengan tabel standar kerja ( TSK ). 2. Memakai alat pelindung diri (APD) yang telah ditentukan. 3. Memproduksi part dengan menggunakan tool yang sesuai. 23

31 DAFTAR PUSTAKA Djapri, Sriati, Metalurgi Mekanik, Erlangga: Jakarta,

32 PT. Musashi Auto Parts Indonesia DAFTAR ACUAN 25

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

Mesin Perkakas Konvensional

Mesin Perkakas Konvensional Proses manufaktur khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang keras yang tidak mudah dipotong dengan metode tradisional atau konvensional. Dengan demikian, bahwa dalam melakukan memotong bahan ada

Lebih terperinci

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR Presentasi Proses Produksi 2 MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR MESIN PENGGURDIAN Mesin Penggurdian adalah membuat lobang dalam sebuah obyek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Hal yang sama dapat

Lebih terperinci

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS Mesin fris melepaskan logam ketika benda kerja dihantarkan terhadap suatu pemotong berputar seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Operasi fris sederhana. Pemotong

Lebih terperinci

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB I PROSES MANUFAKTUR BAB I PROSES MANUFAKTUR A. Pendahuluan. teknologi mekanik merupakan suatu proses pembuatan suatu benda dari bahan baku sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses tambahan. Dari sejarah

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM pengecoran masih membutuhkan pekerjaan pekerjaan lanjutan. Benda benda dari logam yang sering kita lihat tidaklah ditemukan dalam bentuknya seperti itu, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu penanganan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 SOAL NAS: F018-PAKET A-08/09 1. Sebuah poros kendaraan terbuat dari bahan St

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI Prosman - 04 Learning Outcomes PROSES PERMESINAN Mahasiswa dapat menerangkan prinsip kerja mesin bor dan gurdi PROSES PERMESINAN (Part 2) Outline Materi Proses Pemesinan dengan Mesin Bor dan Gurdi Proses

Lebih terperinci

PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM :

PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM : PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM : 21410759 LATAR BELAKANG Cylinder block merupakan komponen utama dari sebuah engine yang

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR Penggurdian adalah membuat lobang dalam sebuah obyek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Hal yang sama dapat dicapai dengan memegang penggurdi stasioner

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK200-8 Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] Universitas Mercu Buana 47 Gambar 5.1 Job Set Cylinder Assy

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang atau meghilangkan sebagian material dari benda kerjanya. Tujuan digunakan proses

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN PAHAT RATA KANAN KARBIDE DENGAN PENGELASAN BRAZING TUGAS AKHIR. Disusun oleh: PURWADI

ANALISA KEKUATAN PAHAT RATA KANAN KARBIDE DENGAN PENGELASAN BRAZING TUGAS AKHIR. Disusun oleh: PURWADI ANALISA KEKUATAN PAHAT RATA KANAN KARBIDE DENGAN PENGELASAN BRAZING TUGAS AKHIR Disusun oleh: PURWADI 41308120009 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2010

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

SIDIK GUNRATMONO NIM : D TUGAS AKHIR Analisa Pengaruh Quenching dengan Variasi Pendinginan Air dan Oli pada Gergaji Pita dan Serkel terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Keausan Permukaan Disusun : SIDIK GUNRATMONO NIM : D 200

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam topik penelitian ini, ada beberapa hasil yang telah dicapai dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan distribusi panas yang terjadi pada proses pemesinan.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada

MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS BAB 20 MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS Gambar 20. 2. Operasi fris sederhana. Pemotong fris memiliki satu deretan mata potong pada kelilingnya yang masing-masing berlaku sebagai

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 1. Gambar berikut yang menunjukkan proyeksi orthogonal. A. D. B. E. C. 2. Gambar

Lebih terperinci

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING 5.1 Definisi Mesin Milling dan Drilling Mesin bor (drilling) merupakan sebuah alat atau perkakas yang digunakan untuk melubangi suatu benda. Cara kerja mesin bor adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) IRVAN YURI SETIANTO NIM: 41312120037 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Nama PROSES PEMESINAN CRANKCASE TIPE CB 150R DI PT. ASTRA HONDA MOTOR : Ega Febi Kusmawan NPM : 22411331 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT

PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT SKRIPSI N a m a : Agus Rukmana N I M : 41308110024 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU

Lebih terperinci

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI Oleh : Fajar Herlambang 11320006.p UNIVERSITAS IBA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN 2013 BAB I MESIN BUBUT Gambar 1. Mesin bubut Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas

Lebih terperinci

BAB IV MESIN BUBUT. Gambar 2. Pembubut mesin tugas berat.

BAB IV MESIN BUBUT. Gambar 2. Pembubut mesin tugas berat. BAB IV MESIN BUBUT Penggolongan Mesin Bubut A. Pembubut Kecepatan F. Pembubut Turet 1. Pengerjaan Kayu 1. Horisontal 2. Pemusingan Logam a. Jenis ram 3. Pemolesan b. Jenis sadel B. Pembubut Mesin 2. Vertikal

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING NAMA : SOFIAN OKTAVIARDI NPM : 27412096 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : IRWANSYAH, ST., MT. Latar

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL

BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL III.1 Pemilihan Bahan dan Proses Manufaktur Cruise Control Versi Magnetic Clutch III.1.1 Pemilihan Bahan Cruise Control Versi Magnetic Clutch

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Dharma Polimetal merupakan perusahaan manufaktur yang didirikan pada tanggal 27 maret 1989 yang didukung oleh afiliasi perusahaan dengan komitmen untuk selalu menjadi

Lebih terperinci

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK 1 DAFTAR ISI Hal 1. Karakteristik Geometri 1 2. Toleransi dan Suaian 2 3. Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi 5 4. Toleransi Standar dan Penyimpangan Fundamental 7

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

PEMBUATAN MESIN HOT PRESS PAPAN PARTIKEL SISTEM HIDROLIK

PEMBUATAN MESIN HOT PRESS PAPAN PARTIKEL SISTEM HIDROLIK PEMBUATAN MESIN HOT PRESS PAPAN PARTIKEL SISTEM HIDROLIK PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Disusun Oleh: EKO SANTOSO 2009 55 016 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II MESIN BUBUT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II MESIN BUBUT DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium). Magnesium ditemukan dalam 60

BAB I PENDAHULUAN. (http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium). Magnesium ditemukan dalam 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Magnesium adalah salah satu jenis logam yang dikategorikan logam ringan, diantara beberapa logam ringan yang biasa digunakan dalam struktur. Unsur magnesium ditemukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja

Lebih terperinci

c. besar c. besar Figure 1

c. besar c. besar Figure 1 1. Yang termasuk jenis pahat tangan adalah. a. pahat tirus. d. pahat perak b. pahat alur e. pahat intan c. pahat chamfer 2. Faktor-faktor berikut harus diperhatikan agar pemasangan kepala palu agar kuat

Lebih terperinci

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan Seperti halnya pada baja, bahwa besi cor adalah paduan antara besi dengan kandungan karbon (C), Silisium (Si), Mangan (Mn), phosfor (P), dan Belerang (S), termasuk kandungan lain yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT

TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT Diajukan Guna Memenuhi Persyaratanuntuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan dalam industri manufaktur terutama untuk pembuatan komponenkomponen mesin dari logam. Proses berlangsung karena

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM

PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Disusun Oleh AGUS PURWANTO 2008 55 027 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Materi Kuliah PROSES GERINDA Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1 : Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Pembelajaran 1 1). Peserta diklat dapat menentukan langkah kerja

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran. III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PROSES SURFACE FINISHING DAN MACHINING LEVER LEFT STRING HANDLE DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA

PROSES SURFACE FINISHING DAN MACHINING LEVER LEFT STRING HANDLE DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA PROSES SURFACE FINISHING DAN MACHINING LEVER LEFT STRING HANDLE DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA NAMA NPM JURUSAN PEMBIMBING MT. : ABDUL ROHIM : 20412025 : TEKNIK MESIN : IRWANSYAH, ST., LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 15, No. 2, November 2015, 100-210 TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI Anhar Khalid (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak material yang semakin sulit untuk dikerjakan dengan proses pemesinan konvensional. Selain tuntutan terhadap kualitas

Lebih terperinci

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009 ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KETEBALAN PEMAKANAN, KECEPATAN PUTAR PADA MESIN, KECEPATAN PEMAKANAN (FEEDING) FRAIS HORISONTAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM Dicky Seprianto, Syamsul Rizal Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PENDAHULUAN Tempat tidur terapi 2 section adalah tempat tidur yang di dirancang untuk mendukung pemeriksaan dan perawatan sendi mayor dan terapi otot manual.terutama digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Definisi Proses Produksi Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus menerus (continous improvement) yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide ide untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Pembuatan Mesin Pemotong Jenang Dengan Kapasitas 30 kg per Jam

Pembuatan Mesin Pemotong Jenang Dengan Kapasitas 30 kg per Jam Pembuatan Mesin Pemotong Jenang Dengan Kapasitas 30 kg per Jam PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Disusun Oleh: JONY ELYANTO 2008 55 010 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERANCANGAN DIE EKSTRUSI UNTUK MATERIAL ALUMINIUM A6063S

IMPLEMENTASI PERANCANGAN DIE EKSTRUSI UNTUK MATERIAL ALUMINIUM A6063S IMPLEMENTASI PERANCANGAN DIE EKSTRUSI UNTUK MATERIAL ALUMINIUM A6063S Laporan Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai pasaran. Dalam kegiatannya industri tersebut selalu berhubungan dengan pengerjaan logam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Magnesium adalah salah satu jenis logam yang dikategorikan logam ringan, di

I. PENDAHULUAN. Magnesium adalah salah satu jenis logam yang dikategorikan logam ringan, di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Magnesium adalah salah satu jenis logam yang dikategorikan logam ringan, di antara beberapa logam ringan yang biasa digunakan dalam struktur. Unsur magnesium ditemukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman, untuk mengoptimalkan nilai efisiensi terhadap suatu produk maka dimulailah suatu pengembangan terhadap material, dan para ahli mulai

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi pemesinan saat ini telah berkembang sangat pesat, bermula pada tahun 1940-an dimana pembuatan produk benda masih menggunakan mesin perkakas konvensional

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Dalam Alur Proses terdapat langkah-langkah dalam pembuatan komponen part mesin industry. 4.1.1 Tahapan Alur Proses Design Komponen Tahap ini merupakan

Lebih terperinci

NAMA DIKLAT TUJUAN DESKRIPSI DURASI INSTRUKTUR

NAMA DIKLAT TUJUAN DESKRIPSI DURASI INSTRUKTUR 1. Bidang Pemesinan NO NAMA DIKLAT TUJUAN DESKRIPSI DURASI INSTRUKTUR 1. Teknik Bubut Dasar mampu / menguasai Teknik Pembubutan Dasar 2. Penguasaan kelengkapan pembubutan lubang senter, pembubutan bertingkat

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci