MODEL ADSORPSI LANGMUIR PADA PERPINDAHAN LOGAM Ti, V, Mn SISTEM AIR-SEDIMEN DI SEPANJANG SUNGAI CODE, YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL ADSORPSI LANGMUIR PADA PERPINDAHAN LOGAM Ti, V, Mn SISTEM AIR-SEDIMEN DI SEPANJANG SUNGAI CODE, YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 Rini Jati Wardani, dkk. ISSN MODEL ADSORPSI LANGMUIR PADA PERPINDAHAN LOGAM Ti, V, Mn SISTEM AIR-SEDIMEN DI SEPANJANG SUNGAI CODE, YOGYAKARTA Rini Jati Wardani Mahasiswa S2 Kimia Lingkungan FMIPA UGM Muzakky, Agus Taftazani PTAPB-BATAN Yogyakarta ABSTRAK MODEL ADSORPSI LANGMUIR PADA PERPINDAHAN LOGAM Ti, V, Mn SISTEM AIR-SEDIMEN DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI CODE, YOGYAKARTA. Telah dilakukan penelitian tentang model adsorpsi langmuir pada perpindahan logam Ti, V, Mn sistem air-sedimen di sepanjang aliran sungai Code, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk memprediksi model adsorpsi langmuir logam Ti, V, Mn yang teridentifikasi pada sampel air dan sedimen dari hulu hingga hilir di sepanjang Hasil analisis menunjukkan bahwa di sampel air dan sedimen terdapat akumulasi kandungan logam Ti, V dan Mn. Adsorpsi langmuir pada perpindahan logam Ti, V, Mn sistem air-sedimen di sepanjang aliran sungai Code, Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh faktor Total Suspended Solid (TSS). Hasil Analisis memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara TSS dengan konsentrasi logam di dalam sedimen.berdasarkan kurva isoterm langmuir, hasil perhitungan menunjukkan untuk logam Ti harga R 2 dari kurva isoterm langmuir =,86 dengan kapasitas adsorpsi sebesar,5 mol/l dan energi adsorpsi sekitar 13,286 J/mol. Logam V harga R 2 dari kurva isoterm langmuir =,9883 dengan kapasitas adsorpsi sebesar,137 mol/l dan energi adsorpsi sekitar 16,64 J/mol. Logam Mn harga R 2 dari kurva isoterm langmuir =,9624 dengan kapasitas adsorpsi sebesar,152 mol/l dan energi adsorpsi sekitar 1,51 J/mol. Energi adsorpsi yang dihasilkan oleh logam Ti, V dan Mn diperoleh harga diatas 1 J/mol, maka dugaan terjadinya proses adsorpsi langmuir untuk logam Ti, V dan Mn dianggap telah sesuai karena energi untuk berlangsungnya proses adsorpsi langmuir secara kemisorpsi diatas 1 J/mol. Kata kunci : Logam (Ti, V, Mn), Sistem air-sedimen, Isoterm langmuir ABSTRACT THE ADSORPTION LANGMUIR MODEL OF TRANSFER METAL Ti, V and Mn ON SYSTEM WATER- SEDIMENT IN ALONG SIDE CODE RIVER, YOGYAKARTA. The adsorption langmuir model of transfer metal Ti, V and Mn on system water-sediment in along side code river, yogyakarta has been studied. For that purpose, the study is to make prediction about adsorption langmuir model of identified metal Ti, V and Mn from upstream until downstream sampels water and sediment in along side Code river. The factor influenced of langmuir adsorption on transfer metal Ti, V and Mn in system water-sediment is Total Suspended Solid (TSS). The analysis showed that between TSS with metal concentration in sediment have linear correlation. The result of calculation from curve of langmuir isoterm, showed for Ti has R 2 =,86 with capacities of adsorption =,5 mol/l and energy of adsorption = 13,286 J/mol, V has R 2 =,9883 with capacities of adsorption =,137 mol/l and energy of adsorption = 16,64 J/mol, Mn has R 2 =,9624 with capacities of adsorption =,152 mol/l and energy of adsorption = 1,51 J/mol. The conclusion from this topic about adsorpsi langmuir for metal Ti, V and Mn according to energy of langmuir adsorption by chemisorption process above 1 J/mo. Key Words : Metal of (Ti, Mg, V), System water-sediment, Langmuir model PENDAHULUAN M enurut PP No 82 Tahun 21 pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran yang diakibatkan oleh adanya pelapukan batuan, limbah industri dan domestik mempunyai dampak yang buruk.

2 2 ISSN Rini Jati Wardani, dkk. Berdasarkan Anonim (1), Wilayah perairan sungai code mempunyai potensi terhadap pencemaran berbagai logam yang cukup tinggi dari berbagai sumber seperti pelapukan batuan dan mineral (Mg, Ti, Mn, V, Cr, Cd, Hg, As, Se dll), buangan limbah pertanian (As, Cd,Mn,Zn dan Se), industri (Zn, Ti, Cr, Cd dll), limbah domestik (Ti, Zn, Se, Hg, As dll) sehingga perairan sungai Code diperkirakan tidak memenuhi syarat baku mutu air. Hasil evaluasi kualitas sungai Code hingga tahun 25 secara umum hampir seluruhnya masuk ke dalam golongan C, yakni hanya layak dipakai untuk tujuan irigasi. Perpindahan logam di air sungai ke dalam sedimen melingkupi sistem antar an inter partikel sedimen seperti permukaan air-sedimen dan ruang antar pori sedimen. Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perpindahan logam didalam sistem perairan sungai yaitu banyaknya konsentrasi padatan tersuspensi (TSS) yang ada dalam badan air. Menurut Schnoor (2), perpindahan logam dalam air kedalam sedimen sistem satu arah terutama dapat melalui, (1) partisi air-sedimen yaitu perpindahan logam dari bentuk terlarut ke dalam sedimen dengan melalui proses adsorpsi oleh sedimen di dasar sungai dan (2) perpindahan melalui adsorpsi oleh media padatan tersuspensi (SS) dan ke (3) disebabkan oleh perubahan ph. Perpindahan logam dari badan air kedalam sedimen, baik itu yang disebabkan faktor SS ataupun perubahan ph selalu didahului dengan proses adsorpsi. Jadi kemungkinan terdapat hubungan yang erat antara perpindahan logam dengan proses adsorpsi. Terdapat tiga model adsorpsi logam logam ke dalam adsorben secara isotermal yaitu model KD, Freundlich dan Langmuir. Akibatnya apabila perpindahan logam ke dalam sedimen terjadi, maka model adsorpsinya akan mengikuti salah satu model tersebut. Penelitian ini memilih adsorpsi langmuir dikarenakan (1) model ini biasanya terjadi pada adsorpsi kimia, karena TSS yang ada di dalam badan air merupakan kumpulan beberapa situs aktif dari mneral silikat dan aluminat seperti silanol Si- OH dan aluminol Al-OH, maka ikatan yang terjadi yaitu ikatan kimia komplek, (2) proses adsorpsi pada adsorbat biasanya hanya terjadi di daerah satu permukaan (mono layer). Dipilihnya logam titanium, magnesium, vanadium yang ada pada air dan sedimen sungai Code karena, (1) dikategorikan termasuk logam mayor yang berasal dari pelapukan batuan dan mineral, (2) keberadaannya di sungai dapat mengganggu kehidupan ekosistem sungai Code jika konsentrasinya melebihi ambang batas, (3) logam Ti, V dan Mn terletak pada satu periode yang sama yaitu periode ke 4, (4) keberadaan ketiga logam tersebut juga dapat memberikan kontribusi pencemaran lingkungan bagi kehidupan ekosistem Jadi penelitian tentang model adsorpsi langmuir pada perpindahan logam Ti, V, Mn sistem air-sedimen di sepanjang aliran sungai Code, Yogyakarta sangat menarik untuk dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN), di Reaktor Kartini- PTAPB-BATAN Yogyakarta, agar pengukuran kadar logam dalam air dan sedimen dapat dilakukan secara serentak. Menurut Kruger (3), Ehmann dan Vance (4) metode AAN dapat mengidentifikasi unsur secara serempak tanpa didahului pemisahan kimia yang rumit dan cukup dilakukan dalam waktu cepat. TEORI Isoterm Adsorpsi Langmuir Model kinetika adsorpsi Langmuir- Hinshelwood digunakan untuk memberi gambaran karakteristik adsorpsi ion-ion logam secara monolayer pada permukaan adsorben. Isoterm Langmuir menggambarkan bahwa pada permukaan adsorben terdapat sejumlah tertentu situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan. Setiap situs aktif hanya satu molekul yang dapat diadsorpsi. Ikatan antara zat yang teradsorpsi dengan adsorben dapat terjadi secara fisika atau secara kimia Oscik (5 ). Model adsorpsi isoterm Langmuir dapat dinyatakan dalam persamaan: C] [ air air + sed L 1 = (1) K b b Dimana hubungan antara air sed dengan air 1 akan linier, dengan 1/b merupakan slope dan K Lb adalah intersep. Notasi b merupakan kapasitas adsorpsi satuannya (mol/l), dan K L konstanta kesetimbangan adsorpsi. Energi adsorpsi (E ads ) yang didefinisikan sebagai energi yang dihasilkan apabila satu mol ion logam teradsorpsi dalam adsorben dan nilainya ekuivalen dengan nilai negatif dari perubahan energi bebas Gibbs standar, G o, dapat dihitung menggunakan persamaan: E ads = - G o = RT ln K L

3 Rini Jati Wardani, dkk. ISSN Dengan R adalah tetapan gas umum (8,314 J/mol K), T adalah temperatur (K) dan K adalah tetapan ksetimbangan adsorpsi yang diperoleh dari persamaan Langmuir dan energi total adsorpsi adalah sama dengan energi bebas, Gibbs. Oscik (5) Bila G sistem negatif artinya adsorpsi berlangsung spontan. Menurut Stum dan Morgan (6) Bila suatu adsorpsi berlangsung sebagai kemisorpsi, maka energi adsorpsinya harus lebih besar dari 1 J/mol. Koefisien Determinasi (R 2 ) Olah data dapat dilakukan dengan Coefficient of determination (R 2 ) yang dinyatakan oleh Mendenhall (8). Kelebihan metoda ini dipilih karena cukup sederhana, dan dapat menerangkan secara kuantitatif besarnya hubungan variasi penyebab yang terdapat pada sumbu y dapat diterangkan dengan sumbu x yang dinyatakan dengan, Dengan SSE merupakan Sum of square of the deviation dan SSyy adalah Sum of square of the deviation dengan bentuk rerata. Kemudian β1 adalah least square slope. Bila SSE ~ SSyy maka absis (x) sedikit atau tidak ada informasi terhadap ordinat (y). Kemudian bila SSE < Ssyy, maka absis (x) mempunyai informasi terhadap ordinat (y), atau dengan kata lain setiap variasi yang terdapat pada sumbu y dapat diterangkan dengan sumbu x. Secara statistik bila harga R2,6 telah dianggap signifikan, dan semakin harga R2 ~ 1 akan mempunyai derajat signifikan yang tinggi. TATA KERJA Bahan Sampel berupa air diambil sebanyak 1 L/lokasi dan endapan sungai Code 2 kg/lokasi, Standar sumber radioisotop 152 Eu (γ),standar primer sedimen untuk sungai SRM 274,Standar primer air untuk sungai BCR 715, Aseton teknis, HNO 3 dan aquades, Kertas saring mikro ukuran,45 µm. Alat 2 SSE R =1 SSyy 2 SSE = = yy (y SS - 1SS i - y) β i - ( ) 2 2 = = 2 i SS y yy ( yi - yi) yi n Seperangkat alat Current meter tipe TH-2, Seperangkat Fasilitas Iradiasi Lazy Susan Reaktor xy Kartini dengan fluks rata-rata 5.1 x 1 1 cm -2 det -1 dan daya 1 Kw, Seperangkat alat spektrometer gamma menggunakan detektor Ge(Li) Ortec, MCA Spectrum Master ORTEC 92X dengan software Maestro II, Seperangkat alat Dradger, Lumpang stainless steel, Corong pemisah dengan pengisap vakum, Cawan porselen, Gelas ukur, Mikropipet, Kompor listrik, Timbangan analitik, Ayakan 1 mesh, Gelas beker, Labu ukur dan Lampu pengering. Cara Kerja Pengambilan Sampel Pengambilan sampel bulan Agustus 26, dengan hari yang sama dari daerah hulu hingga - hilir Sampel berupa air dimasukkan ke dalam jerigen air kapasitas 5 liter kemudian ditetesi HNO 3 ± 5 ml. Sampel sedimen setelah diambil dimasukkan dalam kantong plastik dan diberi label sesuai dengan lokasi. Preparasi Sampel Preparasi sampel air dan SRM Sampel air diambil 1 liter untuk disaring kotorannya. Masing-masing cuplikan, standar BCR 715 diambil satu (1) ml kemudian dimasukan ke dalam vial, selanjutnya vial dimasukkan kelongsong dan siap untuk di iradiasi. Preparasi standar cair&padatan Dipipet dari larutan masing-masing larutan induk standar, sedemikian rupa sehingga pada volume akhir 1 ml dalam vial mengandung logam dengan konsentrasi 2,5 ppm untuk masing-masing logam Ti, V dan Mn. Sedangkan untuk standar padatan 13 ppm selanjutnya masing-masing vial di tutup dan siap untuk di iradiasi. Preparasi sampel sedimen dan SRM Sampel sedimen dibersihkan dari kotoran, kemudian dikeringkan pada suhu ruangan. Sedimen kering ditumbuk dalam lumpang stainless steel, selanjutnya sampel sedimen diayak dengan ukuran 1 mesh dan dihomogenkan. Masing-masing cuplikan, standar BRS 274 diambil sebanyak,2 gr kemudian dimasukan ke dalam vial, dan selanjutnya vial dimasukkan kelongsong,siap untuk di iradiasi. Iradiasi Persiapan iradiasi Sampel yang telah dimasukkan dalam vial, dibungkus dengan plastik klip dan dimasukan dalam kelongsongan dan ditutup rapat. Tiap kelongsong terdiri dari sampel background dan sampel standar (sekunder&primer).

4 4 ISSN Rini Jati Wardani, dkk. Waktu iradiasi& pencacahan sinar gamma Iradiasi dilakukan di Reaktor Kartini dengan menggunakan fasilitas Lazy Susan,untuk unsur dengan umur paro pendek (Ti, Vdan Mn) di iradiasi selama 4-5 menit dilakukan dengan cara pancing (satu persatu). Setelah iradiasi dilakukan, sampel langsung dicacah dengan menggunakan spekrometer γ detektor Ge(Li) Ortec, MCA Spectrum Master ORTEC 92X dengan software Maestro II yang sebelumnya telah terkalibrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif diperoleh data konsentrasi air dan konsentrasi sedimen untuk logam Ti, V dan Mn. konsentrasi air, mg/l Konsentrasi logam Ti, V, Mn lokasi sampling logam Ti logam V logam Mn Gambar 1. Konsentrasi logam Ti, V dan Mn di badan air. konsentrasi sedimen, mg/kg Konsentrasi sedimen logam Ti, V, Mn lokasi sampling logam Ti logam V logam Mn Gambar 2. Konsentrasi logam Ti, V dan Mn di sedimen. Menurut Muzakky (8), faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perpindahan logam didalam sistem perairan sungai ialah padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi ( suspended solid, SS) di dalam air sungai Code dapat bertindak sebagai media logam untuk berpindah tempat. Perpindahan tersebut didasarkan pada gaya grafitasi bumi serta daya adsorpsi terhadap logam yang cukup besar, sehingga dapat menjadi media perpindahan logam ke dalam sedimen yang efektif. Selain itu keberadaan SS di dalam air yang cukup merata di permukaan ataupun di dasar sungai menjadi media perpindahan logam ke dalam sedimen tanpa dipengaruhi faktor kedalaman sungai, tetapi hanya berbeda lokasi sedimennya karena pengaruh kecepatan arus sungai atau debit. Uraian diatas didukung adanya kandungan Total Suspended Solid (TSS) di lingkungan sungai Code, data dapat dilihat pada grafik dibawah ini. TSS*, m g/l Profil TSS (sesudah dikoreksi) 1.E-3 8.2E-4 8.E E E-4 6.E E-4 4.4E-4 4.E-4 2.E E-5.22E E E E E-5.E Lokasi sampling Gambar 3. Profil TSS di sepanjang Gambar 3 memperlihatkan adanya kandungan TSS di sepanjang Kandungan TSS di setiap lokasi sampling yang bersifat fluktuatif membuktikan bahwa TSS memegang peranan sebagai media perpindahan logam dari badan air ke sedimen. Menurut Muzakky (8), TSS di badan sungai juga perlu dilakukan koreksi terhadap debit, hasil analisis data dapat dilihat pada gambar hubungan logam Mn dengan TSS. Keterangan : 1. Turgo 2. Boyong 3. Ngentak 4. Ringroad Utara 5. Sardjito 6. Tukangan 7. Tungkak 8. Karangkajen 9. R. Selatan 1. Ngoto 11. Pacar [Mn] sdm, mg/kg R 2 =.6368 Gambar 1 dan 2 menunjukkan data konsentrasi logam Ti, V, Mn di badan air dan sedimen dimana logam Ti berkisar mg/l, logam V berkisar mg/l dan logam Mn berkisar mg/l. Sedangkan di sedimen untuk logam Ti sekitar mg/kg, logam V sekitar mg/kg dan logam Mn sekitar mg/kg. 5.81E E E E- 7.23E- 5.86E- 8.2E E TSS* terkoreksi, mg/l 2.95E E E- 5 Gambar 4. Hubungan TSS terhadap konsentrasi logam Mn Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan antara logam Mn dalam sedimen dengan TSS di

5 Rini Jati Wardani, dkk. ISSN sepanjang sungai Code, mempunyai harga koefisien determinasi (R 2 ) sebesar,6368 lebih besar dari,6. Hubungan tersebut signifikan dan linear, maka terdapat hubungan antara TSS dengan konsentrasi logam Mn di dalam sedimen. Berarti secara umum hubungan antara konsentrasi logam di dalam sedimen dan TSS signifikan yaitu logam yang ada di badan air akan berpindah tempat ke dalam sedimen melalui media TSS berdasarkan proses adsorpsi. TSS di dalam badan air merupakan kumpulan beberapa situs aktif dari mineral silikat dan aluminat seperti silanol Si-OH dan aluminol Al-OH, maka ikatan logam yang terjadi yaitu ikatan kimia komplek. Menurut Schnoor (3) Proses adsorpsi yang terjadi di lingkungan pada umumnya bersifat isotermal, karena perbedaan suhu dari hulu sampai hilir sungai tidak terlalu signifikan. Hal ini sesuai dengan persamaan (1) model langmuir diatas, yaitu air terdapat hubungan linear antara dengan air. Gambar 5 menampilkan model adsorpsi langmuir pada perpindahan logam Ti di sepanjang [Ti]*/[Ti]sed isotermis langmuir y =.2x - 1E-5 R 2 = [Ti*] mol/l sed [V*]/[V] sed isoterm langmuir y =.733x - 1E-4 R 2 = [V*], mol/l Gambar 6. Model adsorpsi isotermal model Langmuir logam V di sepanjang Diperlihatkan bahwa hubungan antara logam V dalam air dengan konsentrasinya dalam sedimen di sepanjang sungai Code, mempunyai harga koefisien determinasi (R 2 ) sebesar,9883 lebih besar dari,6. Hubungan tersebut signifikan dan linier, diperkirakan logam V akan terdistribusi ke dalam sedimen. Dari persamaan garis lurus y =,733x - 1E-4.Harga kapasitas adsorpsi sedimen di dasar sungai terhadap logam V sebesar,136 mol/l. Energi yang dihasilkan bila satu mol ion logam V teradsorpsi dalam adsorben (TSS) sebesar 16,54 J/mol. Gambar 7 menampilkan model adsorpsi langmuir pada perpindahan logam Mn di sepanjang [Mn*]/[Mn]sed y =.64x +.1 R 2 =.9624 isoterm langmuir Gambar 5. Model adsorpsi isotermal model Langmuir logam Ti di sepanjang [Mn*], mol/l Diperlihatkan bahwa hubungan antara logam Ti dalam air dengan konsentrasinya dalam sedimen di sepanjang sungai Code, mempunyai harga koefisien determinasi sebesar,86 atau lebih besar dari,6. Hubungan tersebut signifikan dan linier, maka diperkirakan logam Ti akan terdistribusi ke dalam sedimen. Dari persamaan garis lurus y =,2x 1E-5. Harga kapasitas adsorpsi sedimen di dasar sungai terhadap logam Ti sebesar,5 mol/l. Energi yang dihasilkan bila satu mol ion logam Ti teradsorpsi dalam adsorben (TSS) sebesar 13,286 J/mol. Gambar 6 menampilkan model adsorpsi langmuir pada perpindahan logam V di sepanjang Gambar 7. Model adsorpsi isotermal model Langmuir logam Mn di sepanjang Diperlihatkan bahwa hubungan antara logam Mn dalam air dengan konsentrasinya dalam sedimen di sepanjang sungai Code, mempunyai harga koefisien determinasi (R 2 ) sebesar,9624 lebih besar dari,6. Hubungan tersebut signifikan dan linier, diperkirakan logam Mn akan terdistribusi ke dalam sedimen. Dari persamaan garis lurus y =,64x + 1E-4. Harga kapasitas adsorpsi sedimen di dasar sungai terhadap logam Mn sebesar,152 mol/l. Energi yang dihasilkan bila satu mol ion logam Mn teradsorpsi dalam adsorben (TSS) sebesar 1,51 J/mol.

6 6 ISSN Rini Jati Wardani, dkk. Tabel 1. Harga kapasitas (b), konstante kesetimbangan adsorpsi (K), energi adsorpsi (E) dan koefisien determinasi (R 2 ) untuk logam Ti, V dan Mn Logam R 2 Slope (1/b) Intersep (1/Kb) b (mol/l) K E j/mol Ti, , ,287 V,9883 7, ,136 7, ,54 Mn,9624 6, ,152 6, ,51 Secara umum harga kapasitas (b), konstante kesetimbangan adsorpsi (K), energi adsorpsi (E) dan koefisien determinasi (R 2 ) untuk logam Ti, V dan Mn, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa ternyata kapasitas adsorpsi tertinggi dicapai oleh logam Ti, yaitu sebesar,5 mol/l. Hal ini berarti bahwa logam Ti akan lebih mudah terakumulasi didalam sedimen bila dibandingkan dengan logam V dan Mn. Energi adsorpsi logam Ti, V dan Mn berkisar antara 1,51 16,54 J/mol. Kisaran energi ini termasuk kisaran untuk adsorpsi secara kemisorpsi. Menurut Stumm dan Morgan (7) suatu adsorpsi berlangsung secara kemisorpsi jika mempunyai energi adsorpsi yang lebih besar dari 1 J/mol. KESIMPULAN Model adsorpsi langmuir pada perpindahan logam Ti, V, Mn sistem air-sedimen di sepanjang aliran sungai Code, Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh faktor Total Suspended Solid (TSS). Hasil Analisis memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara TSS dengan konsentrasi logam di dalam sedimen. Berdasarkan kurva isoterm langmuir, hasil perhitungan menunjukkan untuk logam Ti harga R 2 dari kurva isoterm langmuir =,86 dengan kapasitas adsorpsi sebesar,5 mol/l dan energi adsorpsi sekitar 13,287 J/mol. Logam V harga R 2 dari kurva isoterm langmuir =,9883 dengan kapasitas adsorpsi sebesar,136 mol/l dan energi adsorpsi sekitar 16,64 J/mol. Logam Mn harga R 2 dari kurva isoterm langmuir =,9624 dengan kapasitas adsorpsi sebesar,152 mol/l dan energi adsorpsi sekitar 1,51 J/mol. Energi adsorpsi yang dihasilkan oleh logam Ti, V dan Mn diperoleh harga diatas 1 J/mol, maka dugaan terjadinya proses adsorpsi langmuir di lingkungan sungai Code dianggap sesuai. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 24, Laporan Monitoring Kualitas Air, Balai PSDA Progo,Opak, Oyo dan Code Schnoor J., 1996, Environmental Modeling, John Wiley & Son Inc, New York 2. Kruger P., 1991, Principles of Activation Analysis, Wiley-Interscience, dievisison of John Wiley & Son Inc, New York. 3. Ehmann W, Vance D E., 1991, Radiochemistry and Nuclear Methods of Analysis, John Wiley & Sons Inc, New York 4. Oscik, J., 1982, Adsorption, Ellis Horwood Limited, England. 5. Stumm W, Morgan J J., 1991, Aquatic Chemistry, An Introduction Emphasizing Chemical Equibria in Natural Water, John Wiley & Sons, New York. 6. Mendenhall W, Sincich T., 23, Statistic for Engineering and The Sciences, Prentice-Hall International Inc, New Jersey. 7. Muzakky., 27, Dinamika Logam Dalam Sistem Sedimen-Air di Sepanjang Aliran Sungai Code Yogyakarta, Tesis, FMIPA UGM, Yogyakarta. TANYA JAWAB Pratomo BS Range konsentrasi logam-logam yang digunakan? Apakah ada kesesuaian nilai kapasitas adsorpsi berdasarkan persamaan Langmuir dengan dilakukan konsentrasi logam logam yang lebih tinggi? Rini Jati Wardani Karena logam konsentrasi rendah, sesuai untuk semua adsorpsi Langmuir, partisi maupun Freudlich. Sedangkan adsorpsi Langmuir dapat digunakan pada konsentrasi tinggi.

7 Rini Jati Wardani, dkk. ISSN Belum dilakukan penelitian untuk kapasitas adsorpsi pada konsentrasi logam yang lebih tinggi. Prayitno Faktor debit sangat berpengaruh, mengapa tidak dibuat model (musim kemarau-hujan) yang akan berpengaruh pada TSS. Mengapa tidak dibandingkan model-model yang lain Sebutkan syarat dan parameter yang dipakai model adsorpsi Langmuir. Rini Jati Wardani Pada musim kemarau akan lebih mudah dalam hal monitoring karena masukan-masukan dapat lebih mudah dipantau dari pada musim hujan. Selain itu keterbatasan penelitian. Sudah dibandingkan yaitu model adsorpsi Langmuir Freudlich dan Partisi. Tetapi hasil penelitian dan perhitungan data-data di lapangan diperoleh bahwa model adsorpsi Langmuir yang paling sesuai dengan perpindahan logam Ti, V dan Mn Karena model adsorpsinya monolayer. Konsentrasi logam baik di air dan sedimen serta konsentrasi TSS.

ADSORPTION MODEL OF Mn 2+, Cd 2+ and Hg 2+ IN THE WATER - SEDIMENT SYSTEMS ALONG CODE RIVER, YOGYAKARTA

ADSORPTION MODEL OF Mn 2+, Cd 2+ and Hg 2+ IN THE WATER - SEDIMENT SYSTEMS ALONG CODE RIVER, YOGYAKARTA 314 Indo. J. Chem., 28, 8 (3), 314-319 ADSORPTION MODEL OF Mn 2+, Cd 2+ and Hg 2+ IN THE WATER - SEDIMENT SYSTEMS ALONG CODE RIVER, YOGYAKARTA Model Adsorpsi Mn 2+, Cd 2+ dan Hg 2+ dalam Sistem Air-Sedimen

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT AIR DAN TSS TERHADAP AKUMULASI AKTIVITAS RADIONUKLIDA ALAM

PENGARUH DEBIT AIR DAN TSS TERHADAP AKUMULASI AKTIVITAS RADIONUKLIDA ALAM 8 ISSN 216-3128 Tri Harningsih, dkk. PENGARUH DEBIT AIR DAN TSS TERHADAP AKUMULASI AKTIVITAS RADIONUKLIDA ALAM Tri Harningsih Mahasiswa S2 Kimia Lingkungan, UGM Yogyakarta Muzakky, Agus Taftazani PTAPB-BATAN

Lebih terperinci

KOREKSI KONSENTRASI LOGAM Ti, Cr DAN Mn TERHADAP DEBIT AIR SUNGAI CODE,YOGYAKARTA

KOREKSI KONSENTRASI LOGAM Ti, Cr DAN Mn TERHADAP DEBIT AIR SUNGAI CODE,YOGYAKARTA 126 ISSN 0216-3128 Muzakky, dkk. KOREKSI KONSENTRASI LOGAM Ti, Cr DAN Mn TERHADAP DEBIT AIR SUNGAI CODE,YOGYAKARTA Muzakky, Agus Taftazani Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK KOREKSI

Lebih terperinci

AKTIVITAS GAMMA DAN ADSORPSI RADIONUKLIDA PERAIRAN KALI CODE, YOGYAKARTA

AKTIVITAS GAMMA DAN ADSORPSI RADIONUKLIDA PERAIRAN KALI CODE, YOGYAKARTA AKTIVITAS GAMMA DAN ADSORPSI RADIONUKLIDA PERAIRAN KALI CODE, YOGYAKARTA Tri Harningsih 1, Narsito 2, Agus Taftazani 3 1 AAK Nasional, Surakarta, 57155 2 UGM, Yogyakarta, 55281 3 BATAN, Yogyakarta, 55231

Lebih terperinci

MODEL ADSORPSI Mn +2, Cd +2 DAN Hg +2 DALAM SISTEM AIR-SEDIMEN DI SEPANJANG SUNGAI CODE, YOGYAKARTA

MODEL ADSORPSI Mn +2, Cd +2 DAN Hg +2 DALAM SISTEM AIR-SEDIMEN DI SEPANJANG SUNGAI CODE, YOGYAKARTA MODEL ADSORPSI Mn +2, Cd +2 DAN Hg +2 DALAM SISTEM AIR-SEDIMEN DI SEPANJANG SUNGAI CODE, YOGYAKARTA Hadi Prasetyo Suseno Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sains Terapan Institut Sains & Teknologi AKPRIND

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

EVALUASI KECEPATAN TRANSPOR LOGAM DALAM AIR SUNGAI DI DAERAH MURIA

EVALUASI KECEPATAN TRANSPOR LOGAM DALAM AIR SUNGAI DI DAERAH MURIA ISSN 1410-6957 Akreditasi No. 129/Akred-LIPI/P2MBI/06/2008 EVALUASI KECEPATAN TRANSPOR LOGAM DALAM AIR SUNGAI DI DAERAH MURIA Muzakky Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan, BATAN-Yogyakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

EVALUASI LOGAM DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DENGAN TEKNIK AAN (TAHAP 2)

EVALUASI LOGAM DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DENGAN TEKNIK AAN (TAHAP 2) Sukirno, dkk. ISSN 216-3128 183 EVALUASI LOGAM DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DENGAN TEKNIK AAN (TAHAP 2) Sukirno, Bambang Irianto, Sri Murniasih Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Se DAN As DALAM SEDIMEN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER METODA AAN

ANALISIS UNSUR Se DAN As DALAM SEDIMEN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER METODA AAN ANALISIS UNSUR Se DAN As DALAM SEDIMEN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER METODA AAN Sutanto. W.W, Mulyono, Iswantoro, Bambang Irianto -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id

Lebih terperinci

KORELASI KONSENTRASI UNSUR Cd, Cr, Co, Sb DAN Sc PADA AIR, IKAN DAN GANGGANG DI PANTAI LEMAHABANG MURIA (Tahun ke 2)

KORELASI KONSENTRASI UNSUR Cd, Cr, Co, Sb DAN Sc PADA AIR, IKAN DAN GANGGANG DI PANTAI LEMAHABANG MURIA (Tahun ke 2) 212 ISSN 0216-3128 Sukirno, dkk. KORELASI KONSENTRASI UNSUR Cd, Cr, Co, Sb DAN Sc PADA AIR, IKAN DAN GANGGANG DI PANTAI LEMAHABANG MURIA (Tahun ke 2) Sukirno, Rosidi, Agus Taftazani Pusat Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

KAJIAN LOGAM MEDIUM DAN BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DAERAH HULU DENGAN TEKNIK AAN (tahun I)

KAJIAN LOGAM MEDIUM DAN BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DAERAH HULU DENGAN TEKNIK AAN (tahun I) 122 ISSN 0216 3128 Sukirno, dkk. KAJIAN LOGAM MEDIUM DAN BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DAERAH HULU DENGAN TEKNIK AAN (tahun I) Sukirno, Bambang Irianto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

KAJIAN KADAR UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE AAN

KAJIAN KADAR UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE AAN KAJIAN KADAR UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE AAN Oleh : Duwi Fitriyati / J2D 004 167 2009 INTISARI Telah dilakukan penelitian Kajian Kadar Unsur Krom Dalam Limbah Tekstil Dengan Metode AAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI KADAR LOGAM BERAT DAN PESTISIDA PADA SAMPEL AIR SUNGAI BRIBIN GUNUNG KIDUL FUNGSI WAKTU DAN LOKASI SAMPLING (BAGIAN I)

EVALUASI KADAR LOGAM BERAT DAN PESTISIDA PADA SAMPEL AIR SUNGAI BRIBIN GUNUNG KIDUL FUNGSI WAKTU DAN LOKASI SAMPLING (BAGIAN I) ISSN 1410-6957 EVALUASI KADAR LOGAM BERAT DAN PESTISIDA PADA SAMPEL AIR SUNGAI BRIBIN GUNUNG KIDUL FUNGSI WAKTU DAN LOKASI SAMPLING (BAGIAN I) Agus Taftazani, Tri Rusmanto P3TM-BATAN ABSTRAK EVALUASI KADAR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

PRINSIP DAN TEKNIK PENGGUNAAN GAS SORPTION ANALYZER (GSA) Oleh: Sudarlin, M.Si Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga 2012

PRINSIP DAN TEKNIK PENGGUNAAN GAS SORPTION ANALYZER (GSA) Oleh: Sudarlin, M.Si Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga 2012 A. Pengantar PRINSIP DAN TEKNIK PENGGUNAAN GAS SORPTION ANALYZER (GSA) Oleh: Sudarlin, M.Si Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga 2012 Gas Sorption Analyzer (GSA) tidak termasuk alat analisis instrument karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5 Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAB TEKNIK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

LAB TEKNIK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan LAB TEKNK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Pendahuluan Kebutuhan peralatan analisis unsur dalam suatu sampel yang dapat memberikan hasil

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar negara memiliki laboratorium kimia analitik yang mapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan batubara sebagai sumber energi pada unit tabung pembakaran (boiler) pada industri akhir-akhir ini menjadi pilihan yang paling diminati oleh para pengusaha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) 1. Preparasi Adsorben Raw Sludge Powder (RSP) Mempersiapkan lumpur PDAM Membilas lumpur menggunakan air bersih

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

PENGAMBILAN SAMPEL AIR PENGAMBILAN SAMPEL AIR A. Pemeriksaan : Pengambilan Sampel Air B. Tujuan :Untuk memperoleh sampel air guna pemeriksaan parameter lapangan C. Metode : Langsung D. Prinsip : Sungai dengan debit kurang dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, hasil uji kemampuan adsorpsi adsorben hasil pirolisis lumpur bio terhadap fenol akan dibahas. Kondisi operasi pirolisis yang digunakan untuk menghasilkan adsorben

Lebih terperinci

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue 1. Larutan Induk Pembuatan larutan induk methylene blue 1000 ppm dilakukan dengan cara melarutkan kristal methylene blue sebanyak 1 gram dengan aquades kemudian

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN NI PUTU DIANTARIANI DAN K.G. DHARMA PUTRA Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. ABSTRAK Telah diteliti

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN Siti Nurul Islamiyah, Toeti Koestiari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email :islamiyahnurul503@gmail.com Abstrak. Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Juni 2014 sampai Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch F324 Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch Nikmatul Rochma dan Harmin Sulistyaning Titah Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LA.1 Pengaruh Konsentrasi Awal Terhadap Daya Serap Tabel LA.1 Data percobaan pengaruh konsentrasi awal terhdap daya serap Konsentrasi Cd terserap () Pb terserap () 5 58,2 55,2

Lebih terperinci

PENENTUAN UNSUR Hf PADA TENAGA KARAKTERISTIK DENGAN METODA ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN)

PENENTUAN UNSUR Hf PADA TENAGA KARAKTERISTIK DENGAN METODA ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN) PENENTUAN UNSUR Hf PADA TENAGA KARAKTERISTIK DENGAN METODA ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN) Iswantoro, Suhardi, Rosidi, Sutanto WW, Sukadi BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN LOGAM BERAT DALAM CUPLIKAN SEDIMEN SUNGAI GAJAHWONG SECARA SSA.

ANALISIS SEBARAN LOGAM BERAT DALAM CUPLIKAN SEDIMEN SUNGAI GAJAHWONG SECARA SSA. ANALISIS SEBARAN LOGAM BERAT DALAM CUPLIKAN SEDIMEN SUNGAI GAJAHWONG SECARA SSA. Supriyanto C.&Sunardi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN. Jl. Babarsari Po Box 1008 Yogyakarta. ABSTRACT

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah galah bambu, kantong plastik, ice box, kertas ph, gunting, oven, timbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN Berikut merupakan hasil analisa β-karoten dengan konsentrasi awal β-karoten sebesar 552 ppm menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Ultraviolet-Visible).

Lebih terperinci

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT ZULTINIAR, DESI HELTINA Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 ABSTRAK Konsentrasi fenol yang relatif meningkat

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl Indri Ayu Lestari, Alimuddin, Bohari Yusuf Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman Jalan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR 18 ISSN 216-3128 Prayitno, dkk. KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR Prayitno, Endro Kismolo, Nurimaniwathy Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Lebih terperinci

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan 35 Lampiran 1 Perhitungan dan Pembuatan Larutan Cr 3+ 1. Perhitungan dan pembuatan larutan Cr 3+ 1000 ppm Diketahui : konsentrasi larutan 1000 ppm Volume Larutan 1 Liter (Ar Cr = 52; Cl = 35,5 ; H = 1;

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Muara Kamal pada bulan Agustus Oktober 2011. Analisis preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Produktivitas

Lebih terperinci

PENENTUAN Mg, V, Al DAN Mn DENGAN METODE AAN FASILITAS PNEUMATIK

PENENTUAN Mg, V, Al DAN Mn DENGAN METODE AAN FASILITAS PNEUMATIK PENENTUAN Mg, V, Al DAN Mn DENGAN METODE AAN FASILITAS PNEUMATIK SUHARDI, MULJONO, BAMBANG IRIANTO. Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BA TAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101/YKBB Yogyakarta 55281 Telp.

Lebih terperinci

ISOTERMA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI KATION PLUMBUM(II) PADA LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

ISOTERMA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI KATION PLUMBUM(II) PADA LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT ISOTERMA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI KATION PLUMBUM(II) PADA LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT A. Johan 1, Muhdarina 2, T. A. Amri 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Fisika Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLUTAN LOGAM BERAT Pencemaran lingkungan dengan zat beracun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan industri [8]. Aktivitas berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal 66 Adsorption Capacity of Activated Carbon from Cassava Peel Toward Lead Ion Diana Eka Pratiwi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya

Lebih terperinci

STUDI HUBUNGAN ANTARA SEBARAN DAN BEBAN PENCEMARAN RADIOAKTIVITAS SAMPEL LINGKUNGAN TERHADAP BAKU MUTU DAN DAYA TAMPUNG SUNGAI CODE YOGYAKARTA

STUDI HUBUNGAN ANTARA SEBARAN DAN BEBAN PENCEMARAN RADIOAKTIVITAS SAMPEL LINGKUNGAN TERHADAP BAKU MUTU DAN DAYA TAMPUNG SUNGAI CODE YOGYAKARTA ISSN 1410-6957 Akreditasi No. 129/Akred-LIPI/P2MBI/06/2008 STUDI HUBUNGAN ANTARA SEBARAN DAN BEBAN PENCEMARAN RADIOAKTIVITAS SAMPEL LINGKUNGAN TERHADAP BAKU MUTU DAN DAYA TAMPUNG SUNGAI CODE YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer) ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer) ADSORPTION OF Pb 2+ BY SIWALAN FIBER (Borassus flabellifer) ACTIVATED CARBON Esty Rahmawati * dan Leny Yuanita Jurusan Kimia FMIPA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

THERMAL EFFECT OF COCONUT CREAMS ABILITY TO ADSORB CALCIUM(II)

THERMAL EFFECT OF COCONUT CREAMS ABILITY TO ADSORB CALCIUM(II) 120 THERMAL EFFECT OF COCONUT CREAMS ABILITY TO ADSORB CALCIUM(II) Pengaruh Pemanasan Terhadap Kemampuan Blondo Mengadsorpsi Kalsium(II) Fatmawati Tahir, Ani Setyopratiwi, Sri Sudiono Chemistry Department,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa 36 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 10 No.2, 2016, hal.36-42 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2013 sampai dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alur penelitian, berikut merupakan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. STUDI LITERATUR

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1

Lebih terperinci