PEMEKATAN LATEKS KEBUN SECARA CEPAT DENGAN PROSES SENTRIFUGASI PUTARAN RENDAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMEKATAN LATEKS KEBUN SECARA CEPAT DENGAN PROSES SENTRIFUGASI PUTARAN RENDAH"

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (2) : Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (2) : PEMEKATAN LATEKS KEBUN SECARA CEPAT DENGAN PROSES SENTRIFUGASI PUTARAN RENDAH Rapid Concentration of Field Latex by Low Speed Centrifugation Process Henry PRASTANTO, Asron F FALAAH, dan Dadi R MASPANGER Pusat Penelitian Karet Jalan Salak No 1 Bogor maspanger@yahoo.com Diterima : 25 April 2014 / Direvisi : 18 Mei 2014 / Disetujui : 9 Juli 2014 Abstract The objective of this research were to study the combination of creaming and centrifugation process, to increase the creaming rate by using low speed centrifuge machine. Concentrated latex is one kind of commercial product from rubber industry and still produced by big factories, in general it is prepared by high capital cost centrifugation machine, and it becomes a major obstacle for small scale industries to participate in concentrated latex industry. To produce concentrated latex from field latex can be carried out by high speed centrifugation, ( rpm) and by creaming process. Creamed latex, concentrated latex, prepared by using creaming agents i.e. CMC and alginate, in batch tank for 1-2 weeks and this creaming process very slow rate, thereby requiring lot of time, causing concentrated latex production by creaming technique not popular at industries. In this study a simple sentrifuge machine had been designed and it was expected to be feasible for small medium scale industries, driven by electromotor 5 HP with a maximum speed of 5000 rpm and had a capacity of about 5-6 L field latex.to produce creamed latex quickly about 5 L per hour, CMC as a creaming agent was added to the field latex with doses of 0 to 0.2%. Centrifugation time varied for 0 to 60 minutes at a speed of 5000 rpm. The results showed that the optimum conditions to obtain the Dry Rubber Content above 60% was obtained at a dosage of only 0.1% CMC with a time of centrifugation for 45 min. Keywords: Creamed latex, low speed sentrifugation, CMC, Dry Rubber Content Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kombinasi proses pendadihan dan sentrifugasi, untuk meningkatkan kecepatan pendadihan dengan menggunakan mesin sentrifugasi kecepatan rendah. Lateks pekat adalah salah satu jenis produk komersial dari industri karet dan masih diproduksi oleh pabrik besar, umumnya dibuat dari mesin sentrifugasi yang biaya investasinya mahal, Hal inilah yang menjadi hambatan bagi industri kecil untuk terjun dalam industri lateks pekat. Untuk memproduksi lateks pekat dari lateks kebun dapat dilakukan dengan proses sentrifugasi putaran tinggi ( rpm) dan pendadihan. Lateks dadih adalah lateks pekat, dibuat dengan menggunakan bahan pendadih misalnya CMC dan alginat dalam tangki secara batch selama 1-2 minggu dan proses pendadihan ini kecepatan pemisahannya sangat lambat, sehingga membutuhkan waktu yang lama, akibatnya lateks pekat yang diproduksi dengan teknik pendadihan tidak populer di industri. Dalam penelitian ini sebuah mesin sentrifugasi didisain sederhana dan diharapkan layak digunakan oleh industri kecil menengah, digerakkan dengan motor 5 HP dengan kecepatan maksimum 5000 rpm dan mempunyai kapasitas sekitar 5-6 liter lateks kebun. Untuk memproduksi lateks dadi sekitar 5 liter lateks kebun per jam, bahan pendadih CMC ditambahkan ke lateks kebun dengan dosis 0 sampai 0,2%. Waktu sentrifugasi divariasikan selama 0 sampai 60 menit pada kecepatan 5000 rpm. Hasil penelitian menunjukkan, kondisi optimum untuk memperoleh kadar karet kering di atas 60% diperoleh pada dosis CMC hanya 0,1% dengan waktu sentrifugasi selama 45 menit. Kata kunci: Lateks dadih, sentrifugasi putaran rendah, CMC, kadar karet kering PENDAHULUAN Berdasarkan data Gapkindo (2013) ekspor lateks pekat mengalami kenaikan dari 7,6 metrik ton pada tahun 2007 hingga mencapai 12,9 metrik ton pada Namun pada periode ekspor lateks pekat mengalami penurunan sekitar 15 20%, walaupun demikian pangsa pasar lateks pekat tetap stabil karena barang- 181

2 Pemekatan Lateks Kebun Secara Cepat Dengan Proses Sentrifugasi Putaran Rendah barang seperti karet busa, kondom, sarung tangan, selang kateter, selang transfusi, lem, balon dan barang-barang tipis/transparan lainnya hanya dapat dibuat dari lateks pekat (Maspanger, 2005). Lateks pekat saat ini banyak diproduksi oleh pabrik besar. Sedangkan produksi lateks pekat di tingkat petani masih terbatas karena petani lebih memilih menghasilkan bokar berupa lum atau slab yang tidak memerlukan teknologi rumit dan investasi yang besar. Lateks pekat di Indonesia diproduksi menggunakan metode sentrifugasi dan pendadihan. Lateks pekat sentrifugasi d i p r o d u k s i m e n g g u n a k a n m e s i n sentrifugasi yang diputar pada rpm. Putaran yang tinggi akan menghasilkan gaya sentrifugal yang besar untuk memisahkan sebagian air untuk kemudian diperoleh lateks pekat dengan kadar karet kering berkisar 55-60%. Metode sentrifugasi banyak digunakan oleh pabrik lateks pekat karena dapat memekatkan lateks dengan waktu relatif singkat dan mutu lateksnya lebih baik bila dibandingkan dengan pendadihan. Sedangkan kelemahan metode sentrifugasi adalah membutuhkan biaya investasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan pendadihan. Produksi lateks pekat dengan metode pendadihan kebanyakan dilakukan oleh petani atau IKM. Produksi lateks pekat dengan metode pendadihan dilakukan dengan menambahkan sejumlah bahan pendadih yang mampu memisahkan partikel karet dengan air. Menurut Sugianto (1988) umumnya bahan pendadih yang digunakan antara lain NH3-Alginat atau Na- Alginat dan carboxy methyl cellulosa (CMC). Penelitian yang dilakukan United State Rubber Company (1936) menggunakan tanaman jenis Eucaesalpinieae dapat menghasilkan lateks pekat dengan KKK 66%, sementara Hauser dan Bradley (1941) menggunakan amonium alginat dan locus bean gum sebagai bahan pendadih yang menghasilkan lateks pekat dengan KKK 50-60%. Metode pendadihan tidak memerlukan biaya investasi besar, karena hanya memerlukan bahan pendadih dan peralatan s e d e r h a n a s e p e r t i t a n g k i t e m p a t pendadihan, pengaduk dan penampung hasil. Namun demikian metode pendadihan memerlukan waktu cukup lama sekitar 2-3 minggu untuk memisahkan fase air hidrokarbon karet. Lateks pekat yang berasal dari proses pendadihan murni, mutunya cenderung kurang baik karena banyak mengandung campuran bahan pendadih. Selain itu barang jadi lateks tipis dari bahan baku lateks dadih seperti sarung tangan, balon dan kondom kualitasnya masih kurang baik (Nobel, 1983). Pendekatan teknologi yang mudah dan murah sangatlah diperlukan, selain menjamin ketersediaan bokar lateks pekat ditingkat petani, juga dapat memberikan nilai tambah pendapatan petani untuk memproduksi lateks pekat dengan biaya produksi rendah. Salah satu metode yang dinilai efektif untuk menghasilkan lateks pekat adalah dengan mengkombinasikan metode pendadihan dan sentrifugasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maspanger (2007), yaitu menggunakan putaran mesin sentrifugasi skala laboratorium dengan putaran 2500 rpm dan bahan pendadih CMC sebesar 0,15% dengan waktu maturasi jam, yang menghasilkan kualitas lateks pekat yang setara dengan lateks pekat hasil pendadihan konvensional 14 hari. Kombinasi proses ini menghasilkan gaya sentrifugal tetap besar melalui penambahan bahan pendadih dalam lateks yang dapat meningkatkan berat partikel, sehingga menyebabkan gaya sentrifugal tetap besar, meskipun kecepatan putaran mesin s e n t r i f u g a s i r e n d a h. D e n g a n mengoperasikan mesin sentrifugasi pada putaran rendah dapat menurunkan biaya operasional produksi lateks pekat. Penelitian ini bertujuan untuk m e n g e m b a n g k a n t e k n o l o g i p r o s e s pembuatan lateks pekat yang mampu diterapkan ditingkat petani maupun IKM dengan mengkombinasikan proses pendadihan dan sentrifugasi putaran rendah. Penelitian ini meminimalkan p e m a k a i a n b a h a n p e n d a d i h y a n g menyebabkan kualitas lateks pekat tidak baik serta menggunakan sentrifugasi dengan putaran rendah (di bawah 9000 rpm). Dengan mengkombinasikan kedua proses tersebut, maka proses produksi lateks pekat berlangsung cepat sehingga menghemat waktu produksi serta biaya lebih murah. 182

3 Prastanto, Falaah, dan Maspanger BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Pabrik Percobaan dan Laboratorium Pengujian Pusat Penelitian Karet di Bogor periode April - Oktober Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lateks kebun yang diperoleh dari kebun Ciomas Bogor, untuk bahan pendadih digunakan carboxy methyl cellulosa (CMC) karena biasa dipakai oleh petani dan mudah didapatkan. Lateks kebun diberi bahan pengawet amonia dengan dosis 0,6%, kemudian diperam 1 x 24 jam untuk mengendapkan lumpur yang ++ banyak mengandung (ion Mg ), karena lateks yang masih mengandung terlalu + + banyak ion Mg dapat mengalami penurunan mutu lebih cepat selama penyimpanan (Handoko, 1990). Lateks dipisahkan dari lumpur dan kemudian ditampung dalam wadah. Proses pemekatan lateks dilakukan menggunakan mesin sentrifugasi (Gambar 1) yang dilengkapi motor penggerak berkekuatan 1 HP. Mesin sentrifugasi tersusun dari 8 tabung untuk tempat botol yang berisi lateks. Dalam penelitian ini kadar karet kering lateks kebun dibuat sama untuk setiap perlakuan yaitu sebesar 30%. Larutan CMC 1% ditambahkan dalam lateks kebun dengan variasi kadar CMC sebesar 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan 0,2%. Lateks yang telah ditambahkan CMC diisikan ke dalam botol berkapasitas 600 ml, dan selanjutnya botol tersebut dimasukkan ke dalam tabung yang terdapat pada mesin sentrifugasi. Kecepatan putaran mesin sentrifugasi diatur pada 5000 rpm, sedangkan waktu sentrifugasi divariasikan selama 15, 30, 45, dan 60 menit. Setelah proses sentrifugasi lateks dipisahkan dari serumnya. Lateks kemudian diuji Kadar Karet Kering (KKK). Optimasi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan waktu sentrifugasi dan dosis CMC yang ditambahkan dalam lateks. Pengamatan dilakukan dalam penelitian ini yaitu terhadap serum dan nilai KKK yang dihasilkan dari setiap variabel percobaan. Gambar 1. Mesin sentrifugasi putaran rendah Figure 1. Low speed centrifugation machine HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan CMC sebagai bahan pendadih umumnya digunakan dosis sebesar 0,298%, tergantung KKK dan kadar amonia yang ditambahkan ke dalam lateks (Twiss dan Carpenter, 1939). Penelitian ini memilih menggunakan CMC, karena s e n y a w a t e r s e b u t h a n y a s e d i k i t pengaruhnya terhadap sifat barang jadi lateks yang dihasilkan. Proses pendadihan mengikuti Hukum Stokes (Blackley, 1966) yang dinyatakan dalam Persamaan 1, dimana kecepatan gerakan partikel dalam cairan salah satunya dipengaruhi oleh ukuran partikel....(1) 183

4 Pemekatan Lateks Kebun Secara Cepat Dengan Proses Sentrifugasi Putaran Rendah Dimana: = kecepatan gerakan air ke bawah = kecepatan gerak partikel karet ke atas = diameter partikel karet = konstanta gravitasi = berat jenis air = berat jenis partikel karet = viskositas cairan Penambahan bahan pendadih dalam lateks kebun menyebabkan adanya aglomerasi atau bergabungnya pertikel karet menjadi berukuran lebih besar. Berdasarkan Persamaan (1) maka semakin besar ukuran partikel karet, gerakannya akan semakin cepat. Dosis bahan pendadih akan mempengaruhi kecepatan penggabungan partikel karet dan ukuran aglomerasi yang terbentuk. Semakin tinggi kadar bahan pendadih pada batas tertentu akan semakin meningkatkan ukuran aglomerasinya. Namun penambahan bahan pendadih ini juga akan diiringi dengan peningkatan viskositas cairan. Menurut Persamaan 1 viskositas akan mempengaruhi kecepatan gerakan partikel. Penambahan bahan pendadih yang berlebihan akan meningkatkan viskositas air, sehingga jika terlalu berlebihan justru akan dapat menurunkan kecepatan gerakan partikel karet. Oleh karena itu perlu diketahui batasan dosis bahan pendadih agar tercapai kecepatan yang optimal. Pemisahan partikel dapat dipercepat dengan adanya gaya sentrifugal yang dirumuskan sebagai berikut (Perry dan Chilton, 1973). Dimana:...(2) = gaya sentrifugal = berat partikel = percepatan gravitasi = radius putaran = kecepatan sudut Besar gaya sentrifugal yang digunakan untuk pemisahan partikel karet menurut Persamaan 2 dipengaruhi oleh berat partikel dan kecepatan sudut putaran. Semakin besar berat partikel maka kecepatan sudut yang diperlukan akan semakin rendah. Sedangkan pengaruh ukuran partikel yang terpisah dalam pemisahan dengan mesin sentrifugal dinyatakan dalam persamaan berikut (Blackley, 1966) Dimana:...(3) = diameter minimal partikel yang terpisah = viskositas cairan = densitas air = densitas partikel karet = kecepatan sudut putaran mesin sentrifugasi = waktu pemisahan = Radius posisi partikel mula-mula = Radius posisi partikel pada saat waktu tertentu (t) B e r d a s a r k a n P e r s a m a a n 3 perbedaan densitas yang cukup besar tidak membutuhkan kecepatan putaran yang tinggi, begitu juga ukuran partikel yang lebih besar tidak membutuhkan kecepatan yang terlalu tinggi. Penambahan CMC yang dapat menyebabkan pertambahan ukuran partikel sehingga dapat menurunkan kecepatan sudut minimal agar terjadi pemisahan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemekatan lateks dengan menggunakan metode kombinasi pendadihan dan sentrifugasi putaran rendah telah berhasil memisahkan lateks dengan serumnya dengan putaran yang lebih rendah yaitu 5000 rpm. Secara umum kecepatan putar mesin sentrifugasi yang dipakai secara komersial adalah rpm. Fraksi lateks berada dipermukaan atas dan fraksi serum berada 184

5 Prastanto, Falaah, dan Maspanger Latex Serum CMC : 0% 0,05% 0,10% 0,15% 0,20% Gambar 2. Pemisahan lateks dan serum setelah proses sentrifugasi selama 60 menit pada berbagai dosis CMC Figure 2. Latex and serum separation after centrifugation process for 60 minutes at various CMC dosage di bagian bawah. Kejernihan serum dari lateks pekat yang dihasilkan meningkat seiring dengan meningkatnya dosis CMC yang ditambahkan. Ini artinya ukuran aglomerasi partikel karet semakin besar. Pada dosis 0,05 %, serum yang dihasilkan masih berwarna putih keruh, menandakan serum belum terpisah sempurna karena ukuran partikel karet masih terlalu kecil. Pada dosis 0,10 % serum mulai terlihat jernih yang menandakan kadar karet di dalam serum tersebut semakin rendah. Sedangkan dosis CMC di atas 0,10 % serum yang dihasilkan lebih banyak dan berwarna bening. Gambar 2 menyajikan hasil percobaan setelah proses sentrifugasi. Kejernihan serum tidak menjamin kadar karet lateks menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kadar karet kering lateks. Hasil pengujian kadar karet kering lateks disajikan dalam Tabel 1 berikut. Pada percobaan dosis CMC 0,10% dan 0,15% dengan waktu sentrifugasi menit telah mencapai nilai KKK di atas 50%, namun demikian dosis CMC 0,10% dengan waktu sentrifugasi 45 menitlah yang menghasilkan nilai KKK di atas 60%. Kadar CMC di bawah 0,10% diperoleh KKK di bawah 60%, karena serum berwarna putih keruh yang menandakan pemisahan belum maksimal. K a d a r C M C d i a t a s 0, 1 5 % menghasilkan serum yang berwarna bening, namun nilai KKK lateks pekat mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kadar CMC yang terlalu tinggi akan menyebabkan viskositas lateks menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan karet selama pemisahan atau sentrifugasi menjadi lebih lambat. Sedangkan pada Gambar 3 terlihat pola kurva KKK yang cenderung naik, namun kemudian menurun seiring dengan meningkatnya dosis CMC. Tabel 1. Kadar Karet Kering lateks pekat Table 1. Dry Rubber Content of concentrated latex Waktu sentrifugasi, (menit) Centrifugation times, (minutes) Dosis CMC CMC dosage (%) 0 0,05 0,10 0,15 0, ,23 48,57 51,53 46,40 39, ,78 58,57 55,24 62,00 45, ,89 59,26 63,37 53,30 48, ,59 61,18 59,82 61,93 47,14 185

6 Pemekatan Lateks Kebun Secara Cepat Dengan Proses Sentrifugasi Putaran Rendah Kadar Karet Kering Dry Rubber Content (%) 0 menit 0 minutes 15 menit 15 minutes 30 menit 30 minutes 45 menit 45 minutes 60 menit 60 minutes Dosis CMC CMC dosage (%) Gambar 3. Pengaruh CMC terhadap kadar karet kering lateks pada berbagai waktu sentrifugasi Figure 3. The effect of CMC on the dry rubber content of latex at various centrifugation times Kenaikan kadar karet kering lateks secara drastis terjadi pada awal sentrifugasi. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 4 yaitu pada konsentrasi CMC 0,1%. Pada sentrifugasi selama 15 menit sudah terjadi kenaikan kadar karet kering dari 30% menjadi 55,24%. Untuk mencapai kadar di atas 60% diperlukan waktu paling tidak selama 45 menit. Sentrifugasi lebih dari 45 menit akan tidak ekonomis lagi karena kadar karet kering lateks sudah tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Persyaratan mutu lateks pekat yang dikehendaki konsumen (cenderung berbeda dari satu pabrik ke pabrik lainnya) biasanya banyak didasarkan pada pengalaman selama produksi (Suparto, 2007). Mutu lateks pekat dengan metode sentrifugasi putaran rendah dengan penambahan sedikit bahan pendadih ini perlu dikaji lebih lanjut dalam hal mutu lateks secara lebih lengkap, karena mutu lateks pekat tidak hanya ditentukan dari kadar karet keringnya saja. Penambahan sedikit bahan pendadih mestinya akan menghasilkan lateks pekat dengan mutu yang lebih baik daripada mutu lateks dadih. Namun jika dibandingkan dengan mutu lateks pekat sentrifugasi komersial yang sekarang sudah ada di pasaran tentunya akan lebih rendah. Alat sentrifugasi lateks pekat dengan putaran rendah ini dapat digunakan untuk pembuatan lateks pekat. Hasil penelitian dengan alat ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan alat sentrifugasi yang skalanya lebih besar atau bahkan digunakan sebagai dasar untuk pembuatan alat sentrifugasi putaran rendah kontinyu. Dengan putaran yang lebih rendah maka diharapkan harga mesin sentrifugasi dapat ditekan dan dapat dijangkau oleh masyarakat atau industri kecil menengah. 186

7 Prastanto, Falaah, dan Maspanger Kadar Karet Kering Dry Rubber Content (%) Waktu sentrifugasi (menit) Centrifugation time (minutes) Gambar 4. Pengaruh lama sentrifugasi terhadap kadar karet kering lateks pada dosis CMC 0,1% Figure 4. The effect of centrifugation times on the dry rubber content of latex at CMC 0,1% dosage KESIMPULAN DAN SARAN Pembuatan lateks pekat dengan metode sentrifugasi putaran rendah yaitu 5000 rpm dapat dilakukan dengan penambahan sedikit bahan pendadih. Penambahan bahan pendadih yang terlalu besar dapat meningkatkan viskositas cairan sehingga memperlambat proses pemekatan. Dosis bahan pendadih CMC optimum adalah 0,1% dan waktu sentrifugasi selama 45 menit. Teknologi ini bila dibandingkan dengan pendadihan secara konvensional dapat menurunkan kadar CMC dari 0,298% menjadi 0,1% dan mempercepat waktu pendadihan dari 2 minggu menjadi 45 menit. Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk perancangan alat sentrifugasi secara batch yang lebih besar atau secara kontinyu. DAFTAR PUSTAKA Blackley, D. C High Polymer Latices Fundamental Principles. McLaren & Sons Ltd, London. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Jenis Mutu. diakses tanggal 8 April Handoko, Bambang Pengaruh Penambahan Diamonium Hidrogen Fosfat (DAP) Ke Dalam Lateks Kebun Berkadar Magnesium Tinggi Terhadap Mutu Lateks Pekatnya. Menara Perkebunan 58 (4): Hauser, E. A and Bradley D. J Creaming of Rubber Latex. Journal of Industrial and Engineering Chemistry 33 (1):

8 Pemekatan Lateks Kebun Secara Cepat Dengan Proses Sentrifugasi Putaran Rendah Maspanger, D. R Tinjauan Berbagai Sistem Pemekatan Lateks Dan Kemungkinan Aplikasi Pengeringan Beku Untuk Meningkatkan Konsentrasi Lateks Hevea. Laporan Teknis Intern Tahun Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, Bogor Maspanger, D. R Pembuatan Lateks Dadih Dengan Proses Sentrifugasi Putaran Rendah dan Kualitas Barang Jadi Karetnya. Agritech 27(3): Nobel, J.R Latex in Industry. Rubber Age, New York. Perry, R. H. and C.H. Chilton Chemical Engineers Handbook, 5th ed. Mc Graw-Hill, Kogakusha. Sugianto, S Perbedaan Beberapa Sifat Fisika Vulkanisat Asal Lateks Pusingan dan Lateks Dadih. Menara Perkebunan 56 (3): Suparto, Dadang Pemantauan Kesesuaian Mutu Lateks Pekat Untuk Barang Jadi Lateks. Warta Perkaretan. 26 (2): Twiss, D. F. and A. S Carpenter The Compotition and Characteristics of the Rubber in Hevea Latex. Rubber Chemistry and Technology 12(3) : United States Rubber Company, assigne., Improvement in or Relating to Creaming of Rubber Latex. Great Britain Patent GB

Preparation of Creamed Latex by Low Speed Centrifugation Process and the Quality of its Rubber Product. Dadi R. Maspanger 1

Preparation of Creamed Latex by Low Speed Centrifugation Process and the Quality of its Rubber Product. Dadi R. Maspanger 1 Pembuatan Lateks Dadih dengan Proses Sentrifugasi Putaran Rendah Dan Kualitas Barang Jadi Karetnya Preparation of Creamed Latex by Low Speed Centrifugation Process and the Quality of its Rubber Product

Lebih terperinci

KAJIAN ALAT PENDADIH LATEKS SEDERHANA KASUS DESA PERDAMAIAN SINGKUT V KABUPATEN SAROLANGUN

KAJIAN ALAT PENDADIH LATEKS SEDERHANA KASUS DESA PERDAMAIAN SINGKUT V KABUPATEN SAROLANGUN KAJIAN ALAT PENDADIH LATEKS SEDERHANA KASUS DESA PERDAMAIAN SINGKUT V KABUPATEN SAROLANGUN Kiki Suheiti dan Nur Asni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru

Lebih terperinci

' Balai Penelitian Teknologi karct, Bogor

' Balai Penelitian Teknologi karct, Bogor STUD1 PEMANFAATAN KARET SKIM BARU SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN SOL KARET Ary Achyar ~lfa' dan Tatit K. ~unasor* ' Balai Penelitian Teknologi karct, Bogor 'Jurusan Teknologi lndustri Pertanian, FATETA

Lebih terperinci

DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL

DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL Jurnal Penelitian Karet, 214, 32 (1) : 81-87 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 214, 32 (1) : 81-87 DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL Mechanically Depolimerization of Natural

Lebih terperinci

Destabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu

Destabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu Destabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu Bambang Kurniawan* dan Dr. A Koesdarminta Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet sudah lama sekali digunakan orang, penggunaannya meningkat sejak Googyear pertama kali memvulkanisasinya pada tahun 1839 dengan cara memanaskan campuran karet

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION)

KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION) Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Januar Arif Fatkhurrahman 1 dan Ikha Rasti Julia Sari 1

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI Endro Kismolo, Nurimaniwathy, Tri Suyatno BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lateks pekat sebagai bahan utama pada penelitian ini tetap berada dalam bentuk emulsi sebelum diolah menjadi bahan baku pada industri. Biasanya lateks pekat banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat, lateks karbohidrat rendah (Double Centrifuge latex/lds), lateks DPNR (Deproteinized Natural Rubber),

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LATEKS CAIR MENJADI KARET BUSA THE EFFECT OF FOAMING AGENT CONCENTRATION AND LATEX DILUTION IN LATEX FOAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LATEKS CAIR MENJADI KARET BUSA THE EFFECT OF FOAMING AGENT CONCENTRATION AND LATEX DILUTION IN LATEX FOAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LATEKS CAIR MENJADI KARET BUSA THE EFFECT OF FOAMING AGENT CONCENTRATION AND LATEX DILUTION IN LATEX FOAM Chasri Nurhayati dan Oktavia Andayani Balai Riset dan Standardisasi Industri

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengujian adalah terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1 Set up

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) Abstract Phosphate rock containing P 2 O 5 can be used as raw material of phosphate fertilizer. Phosphate

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca ) PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) Raymond Thamrin 1), Max J.R. Runtuwene 2), Meiske S. Sangi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN DAN LAMA SENTRIFUGASI TERHADAP HASIL PEMISAHAN SABUN PADA PROSES SAPONIFIKASI

PENGARUH KECEPATAN DAN LAMA SENTRIFUGASI TERHADAP HASIL PEMISAHAN SABUN PADA PROSES SAPONIFIKASI TUGAS AKHIR PENGARUH KECEPATAN DAN LAMA SENTRIFUGASI TERHADAP HASIL PEMISAHAN SABUN PADA PROSES SAPONIFIKASI (Effect of Speed and Centrifugation Periode on the Separation Results Soap in Saponification

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU Jurnal Penelitian Karet, 2015, 33 (2) : 175-182 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2015, 33 (2) : 175-182 KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr Nenny Febrina 1, Eka Refnawati 1, Pasymi 1, Salmariza 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (1) : 74-80 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (1) : 74-80 PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM Effect of Various

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

LATEKS ALAM IRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA BARANG JADI KARET

LATEKS ALAM IRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA BARANG JADI KARET LATEKS ALAM IRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA BARANG JADI KARET Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perkebunan karet paling luas di dunia. Sebagian besar karet alam tersebut

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LATEKS PEKAT PROSES DADIH MENGGUNAKAN GARAM ALGINAT HASIL EKSTRAKSI RUMPUT LAUT UNTUK PRODUK BUSA

PENGOLAHAN LATEKS PEKAT PROSES DADIH MENGGUNAKAN GARAM ALGINAT HASIL EKSTRAKSI RUMPUT LAUT UNTUK PRODUK BUSA Chasri Nurhayati Oktavia Andayani PENGOLAHAN LATEKS PEKAT PROSES DADIH MENGGUNAKAN GARAM ALGINAT HASIL EKSTRAKSI RUMPUT LAUT UNTUK PRODUK BUSA PENGOLAHAN LATEKS PEKAT PROSES DADIH MENGGUNAKAN GARAM ALGINAT

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan Dan Alat 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan KKK 60%. Bahan-bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pembantu dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental Murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest posttest control group

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI DAUN DAN BUAH KERSEN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DAN FERMENTASI

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI DAUN DAN BUAH KERSEN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DAN FERMENTASI Jurnal Teknik Kimia Vol.8, No.2, April 214 PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI DAUN DAN BUAH KERSEN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DAN FERMENTASI Mohamad Iskak Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, UPN Veteran

Lebih terperinci

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian produk garam lokal, sehingga memenuhi standar sebagai garam untuk konsumsi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN DAN KECEPATAN PUTAR PENGADUK TERHADAP PROSES PEMISAHAN BITUMEN DARI ASBUTON

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN DAN KECEPATAN PUTAR PENGADUK TERHADAP PROSES PEMISAHAN BITUMEN DARI ASBUTON PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN DAN KECEPATAN PUTAR PENGADUK TERHADAP PROSES PEMISAHAN BITUMEN DARI ASBUTON Nora Amelia Novitrie 1 *, Susianto2, dan Ali Altway 3 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Pengambilan Data Operasi di Lapangan Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN 181 PENGARUH WAKTU KNTAK DAN PERBANDINGAN FASA RGANIK DENGAN FASA AIR PADA EKSTRAKSI URANIUM DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN EKSTRAKTAN DI-2-ETIL HEKSIL PHSPHAT Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pemisahan memiliki peran penting dalam industri seperti industri kimia, petrokimia, pengolahan pangan, farmasi, pengolahan minyak bumi, atau pengolahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN PARTIKEL KARET TERHADAP DEPOLIMERISASI LATEKS DENGAN REAKSI REDUKSI-OKSIDASI. Oleh ELLY NURASIH WIDI PRISTIYANTI F

PENGARUH PENGEMBANGAN PARTIKEL KARET TERHADAP DEPOLIMERISASI LATEKS DENGAN REAKSI REDUKSI-OKSIDASI. Oleh ELLY NURASIH WIDI PRISTIYANTI F PENGARUH PENGEMBANGAN PARTIKEL KARET TERHADAP DEPOLIMERISASI LATEKS DENGAN REAKSI REDUKSI-OKSIDASI Oleh ELLY NURASIH WIDI PRISTIYANTI F34102025 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pabrik Asam Oksalat dari Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Asam Nitrat X - 1. BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN

Pabrik Asam Oksalat dari Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Asam Nitrat X - 1. BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN X - 1 BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN Asam oksalat merupakan salah satu anggota dari golongan asam karboksilat yang mempunyai rumus molekul C 2 H 2 O 4.Nama lain asam oksalat adalah asam etanedioic.

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES DESTILASI UAP ESSENTIAL OIL

OPTIMASI PROSES DESTILASI UAP ESSENTIAL OIL Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 41 OPTIMASI PROSES DESTILASI UAP ESSENTIAL OIL Zuhdi Ma sum dan Wahyu Diah Proborini PS. Teknik Kimia, Fak. Teknik. Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK CAIR MULTINUTRIEN DARI BUANGAN INDUSTRI GARAM PADA TANAMAN SEMUSIM

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK CAIR MULTINUTRIEN DARI BUANGAN INDUSTRI GARAM PADA TANAMAN SEMUSIM KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK CAIR MULTINUTRIEN DARI BUANGAN INDUSTRI GARAM PADA TANAMAN SEMUSIM Nur Hapsari dan Nugrohorini UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya Telp : (031)8782179

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

PENYISIHAN WARNA DAN BIODEGRADASI KLOROLIGNIN MENGGUNAKAN Sporotrichum pulverulentum CK94 TERIMOBILISASI PADA BIOREAKTOR UNGGUN TERFLUIDISASI

PENYISIHAN WARNA DAN BIODEGRADASI KLOROLIGNIN MENGGUNAKAN Sporotrichum pulverulentum CK94 TERIMOBILISASI PADA BIOREAKTOR UNGGUN TERFLUIDISASI No. Urut: 127/S2-TL/TPL/1999 PENYISIHAN WARNA DAN BIODEGRADASI KLOROLIGNIN MENGGUNAKAN Sporotrichum pulverulentum CK94 TERIMOBILISASI PADA BIOREAKTOR UNGGUN TERFLUIDISASI TESIS MAGISTER Oleh: ONO SUPARNO

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA V. Yulianti Susilo, G. Mondrida, S. Setiyowati, Sutari dan W. Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR),

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR ALAT INDUSTRI KIMIA Disusun OIeh: Agus Prasetya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Juni 2004 Nama Matakuliah : Alat Industri Kimia

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi fluid jernih (supernatant) dan slurry yang mengandung padatan jauh lebih tinggi.larutan suspensi terdiri

Lebih terperinci

Jurnal Agroknow Vol. 2 No. 1 Februari 2014

Jurnal Agroknow Vol. 2 No. 1 Februari 2014 ANALISA PUTARAN DAN KEMIRINGAN DINDING SARINGAN UNTUK OPTIMALISASI ALAT PEMERAS BAHAN JAMU I Made Kastiawan & Robert Firmandus UNTAG Surabaya. imadekastiawan@gmail.com ABSTRACT To increase the industrial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI LIMBAH MINYAK Sebelum ditambahkan demulsifier ke dalam larutan sampel bahan baku, terlebih dulu dibuat blanko dari sampel yang diujikan (oli bekas dan minyak

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI PROSES

BAB II. DESKRIPSI PROSES BAB II. DESKRIPSI PROSES Proses pembuatan Dicalcium Phosphate Dihydrate (DCPD) dipilih berdasarkan bahan baku yang akan digunakan karena proses yang akan berlangsung dan produk yang akan dihasilkan akan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dari Boyolali untuk Pembuatan Pulp dengan Proses Soda Menggunakan Digester Batch

Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dari Boyolali untuk Pembuatan Pulp dengan Proses Soda Menggunakan Digester Batch LAPORAN TUGAS AKHIR Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dari Boyolali untuk Pembuatan Pulp dengan Proses Soda Menggunakan Digester Batch Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 4% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 4% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 4% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS (Effect of Stirring and Sampling Time CaCO 3 4% Solution To The Number Of Filter

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan Hasil pengujian tahap awal ini ditunjukkan pada Gambar 4.1 yaitu grafik pengaruh konsentrasi flokulan

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate Lik Anah Pusat Penelitian Kimia LIPI Jalan Cisitu Sangkuriang, Bandung 40135 Telp. : (022)

Lebih terperinci

Ada beberapa klasifikasi centrifuge menurut jenisnya, antara lain :

Ada beberapa klasifikasi centrifuge menurut jenisnya, antara lain : PENGERTIAN CENTRIFUGE Sentrifus merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan organel berdasarkan massa jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam prosesnya, sentrifus menggunakan prinsip rotasi atau

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. .

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. . hinta S No.: 129/S2-TL./TPL/1999 PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. Oleh Indah NIM25397032 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGt

Lebih terperinci

KAJIAN DESALINASI LARUTAN SIMULASI TETES SECARA EKSKLUSI ION

KAJIAN DESALINASI LARUTAN SIMULASI TETES SECARA EKSKLUSI ION KAJIAN DESALINASI LARUTAN SIMULASI TETES SECARA EKSKLUSI ION T 547.781 0465 BUN ABSTRAK Proses desalinasi merupakan salah satu tahap utama pada pengolahan tetes menjadi gula cair ataupun dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BIOMASSA ABSTRAK

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BIOMASSA ABSTRAK PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BIOMASSA Nahar 1 *, Zulkifli 2, Satriananda 3 1,2,3 Email: nahar_pnl@yahoo.com ABSTRAK Untuk mengatasi kelangkaan energi terutama di pedesaaan, limbah biomassa dari tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB XII DISKUSI DAN KESIMPULAN

BAB XII DISKUSI DAN KESIMPULAN XII-1 BAB XII DISKUSI DAN KESIMPULAN XII.1. Diskusi Pendirian pabrik nanocrystalline cellulose dari buah bintaro ini didasarkan dari tidak adanya pabrik NCC di tanah air. Selain itu peluang pasar NCC secara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA SKRIPSI OLEH TETTY ULI OKTAVIANA SITUMEANG 050305032 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika ISSN 1907-0500 Desi Heltina, Yusnimar, Marjuki, Ardian Kurniawan Jurusan Teknik, Fakultas Teknik, Universitas Riau Pekanbaru 28293 Abstrak Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang pula industri industri, khususnya industri kimia. Kehadiran industri

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 3% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 3% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 3% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS (Effect of Stirring and Sampling Time CaCO 3 3% Solution To The Number Of Filter

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-22 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK MENTEGA (CHURNER) DENGAN SPEED CONTROL

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK MENTEGA (CHURNER) DENGAN SPEED CONTROL RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK MENTEGA (CHURNER) DENGAN SPEED CONTROL Septyayu Catur Pamungkas 1, Pramono 2, Sunyoto 3 1.2.3 Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang Email: sapunggarut3@gmail.com

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dikenal luas di masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013 produksi singkong di Indonesia mencapai 23 juta ton

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JENIS TULANG DAN TEMPERATUR PADA EKSTRAKSI KOLAGEN DARI TULANG

PENGARUH VARIASI JENIS TULANG DAN TEMPERATUR PADA EKSTRAKSI KOLAGEN DARI TULANG PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 004 ISSN : 1411-416 PENGARUH VARIASI JENIS TULANG DAN TEMPERATUR PADA EKSTRAKSI KOLAGEN DARI TULANG Susiana Prasetyo S. dan Ifan Patra Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI Satriananda 1 1 Staf Pengajar email : satria.pnl@gmail.com ABSTRAK Air yang keruh disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksananakan pada bulan Maret-Juni 2009 di Laboratorium Diagnostik, Departemen Ilmu dan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan yang diambil, pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES ISSN : 111-1 PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl R. Yustiarni, I.U. Mufidah, S.Winardi, A.Altway Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran

Lebih terperinci

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun LAMPIRAN 111 Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun Minggu Setelah Tanam Cara Aplikasi Dosis (g) Jenis pupuk 5 Siram 0.5 NPK 15.15.6.4.TE *) (150

Lebih terperinci

) DAN LAMA SENTRIFUGASI TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA MINUMAN ASAM SARI TEBU

) DAN LAMA SENTRIFUGASI TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA MINUMAN ASAM SARI TEBU PENGARUH KONSENTRASI Na-CMC (Natrium Carboxymethyle Cellulose) DAN LAMA SENTRIFUGASI TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA MINUMAN ASAM SARI TEBU (Saccharum officinarum L ) The Effect of Na-CMC (Sodium Cellulose

Lebih terperinci

Gambar 5. Ekstraksi Biodiesel

Gambar 5. Ekstraksi Biodiesel 1 Gambar 5. Ekstraksi Biodiesel 2 biodiesel plant oil vegetable oil crude plant oil pure plant oil Gambar 6. Kategori Biodiesel 3 1. Ekstraksi minyak dengan di tekan (press) 2. Pemurnian minyak 3. Esterifikasi

Lebih terperinci