Bab 2. Landasan Teori. Secara umum, persahabatan mengacu pada hubungan dyadic yang dekat dengan
|
|
- Budi Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Persahabatan Secara Umum Secara umum, persahabatan mengacu pada hubungan dyadic yang dekat dengan beberapa teman ( Hetherington & Parke, 1999 : 64 ). Esensi dari persahabatan sendiri menurut Hartup dalam Hetherington & Parke ( 1999 : 64 ), adalah saling timbal - balik dan komitmen antara orang orang yang memiliki kedudukan yang kurang lebih setara. Berk ( 2000 : 54 ) menyatakan persahabatan sebagai hubungan timbalbalik yang meliputi pertemanan, kegiatan berbagi, kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan, serta adanya perhatian dan hiburan satu sama lain pada saat dibutuhkan. Definisi lain tentang persahabatan diberikan oleh Argyle dan Henderson dalam Kartono ( 1996 : 54 ), menurut mereka persahabatan meliputi orang-orang yang saling menyukai, menyenangi kehadirannya satu sama lain, memiliki kesamaan minat dan kegiatan saling membantu dan memahami, saling mempercayai, menimbulkan rasa nyaman, dan saling menyediakan dukungan emosional. Menurut Rubin ( 2004 : ), persahabatan adalah multidimensi dalam sifat dan melayani manusia dalam berbagai cara ( seperti kesenangan, harapan, dan ketakutan, menyediakan afeksi, dukungan, dan keamanana emosi ). Persahabatan adalah hubungan dimana dua orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi, dan menyediaakan dukungan emosional ( Baron dan Bryne ( 2006 ). Menurut Rawlin dalam Tillmann-Healy ( 2003 : 731 ), teman dekat didefinisikan sebagai seseorang untuk berbicara, untuk bergantung dan menyandarkan diri untuk
2 mendapatkan pertolongan, dukungan, kepedulian dan bersenang-senang dalam melakukan sesuatu. Menurut Weiss dalam Tillmann-Healy ( 2003 : ), teman itu datang dan berkumpul bersama karena adanya kesenangan, rasa akan kebersamaan dan afiliasi emosional. Menurut Rubin dalam Tillmann-Healy ( 2004 : 326 ) berpendapat pada teman, kita mencari trust (kepercayaan), kejujuran, hormat, komitmen, keamanan, dukungan, kedermawanan, kesetiaan, kebersamaan, keteguhan, pengertian, dan penerimaan. Hubungan persahabatan akan berkembang dengan maksimal apabila masingmasing masing pihak saling terbuka dalam menyampaikan komunikasi antar satu dengan yang lainnya. Untuk mengembangkan hubungan persahabatan maka individu-individu dapat melakukan proses keterbukaan atau intimasi dalam sebuah hubungan ( social penetration ). Dalam hubungan social penetration, komunikasi bergerak dari hubungan yang tidak intim, tidak dekat menjadi intim, dekat dan lebih mengenal satu dengan yang lainnya. Semakin terbuka komunikasi yang terjalin, maka semakin erat pula hubungan yang terbentuk. Persahabatan dimulai dengan sebuah hubungan nyata yang didasarkan pada kegiatan yang menyenangkan, yang berkembang menjadi hubungan yang lebih abstrak, yang didasarkan pada perhatian timbal-balik dan kepuasaan psikologis. Damon dalam Bert ( 2000 : 54 ), mengemukakan tiga tahap dalam persahabatan anak hingga mencapai remaja yang meliputi : a. Persahabatan sebagai teman bermain ( handy playmate ) Anak anak prasekolah memandang sahabat sebagai orang yang menyukai mereka, orang dengan siapa mereka menghabiskan waktu untuk bermain dan berbagi mainan. Karena persahabatan dipandang secara nyata, berkaitan dengan
3 kegiatan bermain dan tukar-menukar material, maka anak-anak prasekolah memandang persahabatan sebagai sesuatu yang mudah untuk dibangun namun biasanya juga tidak bertahan lama. Persahabatan dapat berakhir ketika salah seorang dari mereka menolak untuk berbagi, memukul, atau tidak bersedia untuk bermain. Pada masa ini, mulai ada sedikit pemahaman tentang watak atau kepribadian sahabatnya. b. Persahabatan sebagai saling percaya dan saling bantu Pada masa ini, persahabatan tidak lagi hanya ditandai oleh adanya keterikatan dalam kegiatan yang serupa, tetapi sudah merupakan suatu hubungan yang disetujui bersama. Anak saling menyukai kualitas pribadi sahabatnya dan respon terhadap kebutuhan dan keinginan satu sama lain. Seperti berespon terhadap kebutuhan sahabat, berbagi minat, dan memiliki sifat-sifat yang diinginkan pada perlakuan baik yang menunjukan bahwa masing-masing pihak menjadi pendukung bagi yang lain. c. Persahabatan sebagai intimacy dan kesetiaan Memasuki usia remaja awal, persahabatan memiliki kedalaman yang lebih besar. Remaja menekankan dua karakteristik utama dalam persahabatan mereka. Pertama dan terpenting adalah intimacy. Persahabatan dinilai berkaitan dengan adanya saling pengertian dan berbagi pikiran, perasaan, dan rahasia lain. Remaja mencari kedekatan psikologi dan pengertian timbal-balik dari sahabatnya. Pertumbuhan intimacy pada masa remaja berhubungan dengan komitmen yang lebih dalam antara sahabat. Komitmen berkaitan dengan kemampuan untuk memelihara kepercayaan dan menahan untuk tidak menceritakan rahasia sahabat. Seperti yang telah dijelaskan sahabat menjadi pendukung terutama pada saat-saat yang sulit. Menjalin persahabatan yang erat sangatlah penting. Oleh karena itu
4 dalam penelitian ini penulis akan membahas hubungan dan makna persahabatan itu. 2.2 Fungsi Persahabatan Persahabatan sangat membantu remaja dalam kehidupannya. Dengan adanya persahabatan, seorang remaja akan memperoleh teman untuk bergaul sehingga membuat remaja tersebut mengembangkan keterampilan sosial, konsep diri, dan harga diri yang dimilikinya serta akan memperoleh dukungan secara emosional bila remaja tersebut mengalami suatu masalah dalam kehidupannya ( Dariyo, 2002 : 701 ). Selain itu, Gottman dan Parker dalam Santrock ( 2003 : 227 ) mengemukakan enam fungsi persahabatan pada remaja yang lainnya, yaitu : 1. Kebersamaan ( companionship ) Dengan adanya persahabatan ini, remaja memiliki seorang teman yang akrab bagi individu yang lain yang bersedia melakukan aktivitas dan menghabiskan waktu bersama. 2. Stimulasi kompetensi ( stimulation ) Pada dasarnya dengan adanya persahabatan akan memberi rangsangan kepada seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya kerena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial. Artinya, melalui persahabatan, seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting, dan memacu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik ( Dariyo, 2004 : 130 ). 3. Dukungan Fisik Dengan adanya kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan menumbuhkan perasaan berarti ( berharga ) bagi seseorang yang sedang
5 menghadapi suatu masalah. Kehadiran secara fisik menunjukkan kerelaan untuk meluangkan atau menyediakan waktu, tenaga ataupun pertolongan. 4. Dukungan Ego ( ego support ) Persahabatan menyediakan harapan atas dukungan, dorongan, dan umpan balik yang dapat membantu remaja untuk mempertahankan kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu, menarik, dan berharga. 5. Perbandingan Sosial Dengan adanya persahabatan, para remaja dapat membandingkan dirinya dengan teman-temannya dalam kehidupan sosial. Serta dengan adanya teman sebagai cermin dalam kehidupan sosialnya, remaja dapat belajar dan meningkatkan kemampuan dirinya. 6. Keakraban atau Perhatian Persahabatan memberikan hubungan yang hangat, dekat, dan saling percaya dengan individu yang lain, hubungan yang berkaitan dengan pengungkapan diri sendiri. Selain memiliki fungsi yang berdampak positif bagi remaja, seperti adanya pemberian support, perhatian, dan melatih pembukaan diri, persahabatan juga dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan remaja salah satunya adalah penolakan atau tidak diperhatikan oleh teman sebaya dapat mengakibatkan para remaja merasa kesepian ( loneliness ) ( Santrock, 2003 : 220 ). 2.3 Makna Kelompok Menurut Chie Nakane Orang Jepang biasanya berinteraksi dengan kelompok-kelompok yang sama ketika ia beraktivitas sehari-hari. Kalau ia masih dalam lingkungan sekolah atau kuliah, kelompok interaksinya hanya berasal dari kelompok sekolahnya atau tempat
6 kuliahnya saja. Itu pun terjadi jika mereka mempunyai suatu kesamaan. Begitu juga dalam dunia bisnis atau kerja. Sangat jarang orang Jepang memperkenalkan orang lain yang di luar dari kelompoknya itu sebagai kelompok saya. Karena dalam kelompoknya ini memiliki tingkat keintiman yang tinggi, sampai-sampai kelompok ini menjadi keluarga kedua bagi mereka yang bergabung dalam kelompok ini, dan biasanya memiliki tingkat kesetiaan dan kepercayaan yang tinggi. Kelompok ini bisa terjalin atas dasar sebuah hubungan persahabatan ( Nakane, 1991 : 125 ). Nakane ( 1991 : 126 ), menyatakan dalam buku yang berjudul Japanese Society bahwa orang Jepang sangat bergantung dan berharap kepada sahabat-sahabatnya. Tidak ada garis-garis batas yang jelas antara tanggung jawab seseorang dengan tanggung jawab orang lain. Sehingga dalam sebuah percakapan orang Jepang yang sederhana sering ditemukan percakapan seperti berikut : Aku memahami perasaanmu. Serakan hal itu kepadaku, akan kukerjakan sebaik-baiknya. Ciri khas lain dalam hubungan persahabatan di Jepang adalah bahwa kelompok sahabatnya akan selalu membela sahabatnya yang tanpa sengaja melakukan kesalahan. Bahkan dalam hal-hal serius, sekalipun sesunggungnya tidak ada alasan yang masuk akal untuk dapat mempertanggung jawabkan tindakan atau perbuatan itu, kelompoknya akan tetap melindungi dengan kekuasaan yang mereka miliki dan mereka tidak segan-segan untuk mencari alasan untuk membenarkannya. Mereka memihak kepadanya secara gigih belum tentu karena ia benar, tetapi semata-mata atas dasar bahwa ia termasuk kelompok mereka ( Nakane, 1991 :127 ). 2.4 Konsep Psikologi Remaja Jepang Jika membicarakan masalah mengenai remaja, adalah hal yang umum bagi seluruh masyarakat terlepas dari ras dan agama akan mengidentifikasikan masa
7 remaja sebagai masa transisi atau puber. Masalah - masalah yang diangkat tidak lepas dari pencarian identitas diri, hal ini juga dialami oleh para remaja Jepang. Remaja Jepang merupakan remaja yang selalu mengikuti budaya pop dan tren. Serta banyak pula dari mereka yang mengikuti suatu kelompok masyarakat tertentu. Salah satu sebab mengapa banyak remaja Jepang sangat mengikuti arus perkembangan tren, tidak lain karena mereka masih belum mengetahui jati diri mereka. Terlepas dari ras, dan suku bangsa, kondisi yang melanda para remaja ini pada dasarnya adalah sama, yaitu mencoba untuk mencari identitas diri dalam masyarakat. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Marcia dan Nielsen ( 1997 : 146 ), kondisi dimana para remaja yang masih terbawa arus dan belum tahu harus mengarah kemana disebut dengan diffusend identity, dan remaja yang berjuang dalam pencarian jati diri disebut moratorium. Kondisi para remaja Jepang yang sebagian besar masih mencari jati diri atau moratorium ditegaskan kembali oleh Takeuchi ( 2004 : 61 ) yang menyatakan : Terjemahan : 青年期はモラトリアムを脱し 職業選択から自律性擭得と自我同一性達成に至る大きな発達的移行期である 青年は職業選択作業を遂行する途上で自己の同一性に 山会う 発達過程をたどる しかし 昨今雇用状況はその時間的猶予を青年に許容できなくなってしまった観が強い Remaja seharusnya keluar dari status moratoriumnnya, dan melangkah menuju tahap dimana mereka dapat mencapai otonomi mereka sendiri dan masuk kedalam perkembangan transisi berikutnya termasuk bertugas menemukan pekerjaan atau menemukan jalan menuju karir yang diinginkan. Namun saat ini ( di Jepang ), keadaan ekonomi memaksa untuk memperpanjang waktu target pekerja dikarenakan karakter remaja yang kuat. Banyak faktor yang menyebabkan para remaja di Jepang menolak untuk ikut berperan dalam perkembangan ekonomi pemerintah. Sebagai contoh, semakin banyaknya para remaja di Jepang yang hanya ingin bekerja sambilan dan tidak ingin
8 ikut mengambil peranan dalam masyarakat. Pada intinya, dasar dari masalah para remaja di Jepang yang tidak ingin berperan dalam pemerintah adalah masalah komunikasi. Hal ini dinyatakan oleh Takashi ( 2008 : 170 ) yang telah mengadakan penelitian mengenai pencarian identitas dalam remaja Jepang, menyatakan : Terjemahan : 議論の回避を高く示す青年はマイデンティディ達成得点が低く 職業決定におけるモラトリアムの得点が高かった 逆に議論による立場の明確化を高く示す青年は模索の得点が高かった Menghindari pembicaraan atau komunikasi memiliki efek negatif terhadap status nilai acheived identity, dan mempunyai efek positif terhadap status nilai moratorium. Pembicara atau komunikasi untuk mencari jalan keluar memiliki kolersai positif dengan nilai acheived identity. Seperti yang disebutkan di atas, yang terpenting bagi penyelesaian masalah mengenai remaja adalah komunikasi. Remaja yang masih rentan terhadap perubahan cenderung lebih sensitif terhadap hal yang menyangkut jati dirinya. Remaja, terlepas dimana ia tumbuh dan ras apakah individu tersebut, permasalahan yang menyangkut remaja tetaplah sama, yaitu pencarian jati diri dan identitas. Sedangkan menurut Turner dan Helms ( 1995 : 3 ), masa remaja berasal dari bahasa latin adolescence, yang berarti tumbuh kearah kematangan. Rice ( 1990 : 30 ), mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Persahabatan memang memegang peranan penting dalam masa remaja. Dibandingkan dengan jenis interaksi yang lain, persahabatan bersifat lebih mendalam dan meliputi perasaan yang lebih intens, lebih jujur, dan terbuka, serta kurang ditunjukan untuk mendapatkan popularitas ( Berndt, Douvan dan Adelson dalam Newcombe ( 1996 : 24 ).
9 2.5 Teori Penokohan Drama pada dasarnya menggunakan manusia dengan segala persoalannya sebagai objek kajian. Menurut Semi ( 1988 : 23 ), penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Sedangkan menurut Wallek dan Warren adalah cara yang paling sederhana untuk menggambarkan watak seorang tokoh ialah dengan memberikan sesuatu dimana setiap penamaan adalah semacam menghidupkan, menjiwai, dan mengindividualisasikan. Menurut Nurgiyantoro ( 2002 : 166 ), menyatakan bahwa : Penokohan dan karakteristik juga disamakan artinya yaitu menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita; pelukisan gambaran yang jelas teknik perwujudan dan pengembangan tentang tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sedangkan istilah tokoh menurut Nurgiyantoro ( 2002 : 165 ), menjelaskan bahwa : Istilah tokoh adalah menunjuk pada orangnya atau perilaku ceritanya dan istilah tokoh cerita. Dapat juga dikatakan sebagai orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa dilakukan dalam tindakan. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, dan moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. ( Nurgiyantoro, 2002 : 167 ). Masih menurut Nurgiyantoro ( 2002 : 176 ), menjelaskan bahwa, seorang tokoh dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu : 1. Dilihat dari segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada yang disebut tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama tergolong penting karena dimunculkan secara terus-menerus sehingga terasa mendominasi seluruh rangkaian cerita. Adapun tokoh yang muncul sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun dalam porsi yang relative singkat, maka ia disebut dengan tokoh tambahan.
10 2. Berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral disebut juga sebagai tokoh protagonis karena ia memegang pimpinan dalam sebuah cerita. Sedangkan yang disebut dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukkannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat menunjang atau mendukung tokoh utama. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata ( verbal ) dan tingkah laku lainnya ( non verbal ). 1. Metode Verbal ( melalui dialog atau percakapan ) Menurut Mido ( 1994 : 27 ), menyatakan bahwa karakter tokoh dapat ditampilkan melalui percakapa-percakapan antara tokoh satu dengan tokoh yang lainnya dan apa yang dikatakan seseorang dapat menunjukan siapa dia sebenarnya. Menurut Nurgiyantoro ( 2002 : 201 ), percakapan yang dilakukan oleh tokoh cerita dimaksudkan untuk menggambarkan sikap tokoh yang bersangkutan. Tidak semua percakapan menunjukan sikap tokoh. Namun percakapan yang efektif dan baik adalah yang menunjukan sifat atau watak dari tokoh pelaku. Dalam keadaan yang wajar, dialog atau percakapan harus berlangsung dengan baik, tidak dibuat-buat dan tanpa menyembunyikan maksud atau tujuan yang sebenarnya agar dapat menetapkan watak seseorang ( Mido, 1994 : 30 ). Dengan adanya dialog-dialog yang dikemukakan pengarang, pembaca dapat mengetahui sejauh mana moralitas, mentalitas, pemikiran, dan watak tokohnya ( Fananie, 2000 : 90 ). 2. Metode non verbal ( Melaui deskripsi perbuatan )
11 Menurut Mido ( 1994 : 28 ), metode non-verbal adalah menggambarkan watak atau karakter tokoh cerita dengan cara mendeskripsi tindakan-tindatakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang tokoh cerita. Non-verbal juga merupakan cara penyampaian info tanpa menggunakan bahasa. Cara penyampaian ini sampai kepada kita melalui saluran yang terlihat, yang termasuk perilaku ekspresif, seperti ekspresi wajah, isyarat, postur dan penampilan. Selain itu untuk menunjukan unsur-unsur karakter seorang tokoh, metode ini adalah metode yang paling efektif. Menurut Soegiyoharto ( 2007 ), senyum merupakan salah satu isyarat non-verbal atau gesture manusia dalam berkomunikasi. Penelitian yang dilakukan Leonard, Voeller, dan Kaldaum ( 1999 ), menunjukan di dalam setiap senyuman terjadi peningkatan pesan positif yang komunikatif. 2.6 Teknik Montase Menurut Humprey ( 2005 : 50 ), dijelaskan bahwa teknik montase adalah salah satu teknik mendasar dari sinema. Teknik montase itu sendiri berasal dari perfilman, yang memiliki arti memotong-motong, memilih-milih, serta menyambung-nyambung gambar sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Teknik montase didalam bidang perfilman digunakan untuk memperlihatkan antara hubungan atau asosiasi gagasan. Sehingga pada dasarnya, teknik montase mengambil sebuah kegiatan yang terdapat pada sebuah film, menggabunggabungkan, membentuk kesatuan yang utuh sehingga mampu dimengerti oleh orang umum. Teknik montase juga seringkali dugunakan untuk menciptakan suasana. Teknik ini juga digunakan dalam penyajian percakapan karena pikiran-pikiran yang susulmenyusul. Teknik montase pun bisa menyajikan kesibukan latar seperti hiruk pikuk kota atau suatu kekalutan.
Bab 2. Landasan Teori. Ditinjau dari segi ilmu bahasa, kata psikologi berasal dari kata psyche yang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Ditinjau dari segi ilmu bahasa, kata psikologi berasal dari kata psyche yang diartikan jiwa dan kata logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Karena itu kata
Lebih terperinciBab 2. Landasan teori. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson dalam Hurlock
Bab 2 Landasan teori 2.1 Konsep Remaja Jepang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson dalam Hurlock (1999 : 208), megemukakan: Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. dalam sebuah novel tidaklah harus seorang pahlawan tetapi sebagai salah satu
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Tokoh dalam sebuah cerita memegang peran yang penting untuk menceritakan sebuah cerita. Seperti yang dikatakan Ishihara (2009: 42) bahwa seorang pahlawan dalam
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Ada pepatah dalam bahasa Inggris berbunyi, A friend in need is a friend indeed,
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Persahabatan Secara Umum Ada pepatah dalam bahasa Inggris berbunyi, A friend in need is a friend indeed, yang mengandung makna bahwa seorang sahabat akan hadir di saat-saat
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. kelompok dimana mereka berada dalam masyarakat, terutama tempat dimana
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Shuudanshuugi ( 集団祝儀 ) Orang Jepang pada umumnya cenderung memiliki ketertarikan yang kuat terhadap kelompok dimana mereka berada dalam masyarakat, terutama tempat dimana
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Lebih terperinciPERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK
PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang
Lebih terperinciBJ システムについて Mengenai BJ System
BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat
Lebih terperinciKARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN
KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所
Lebih terperinci3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.
Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え )
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え ) Konsep masyarakat Jepang bersifat tidak logis dan lebih intuitif, kenyataan ini berhubungan erat dengan besarnya pengaruh
Lebih terperinciANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI
ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI YULIS KARTIKA DEWI 2012110055 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Konsep keluarga, menurut Elliot & Bogardus dalam Khairuddin (1997) tidak hanya
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Keluarga Jepang Konsep keluarga, menurut Elliot & Bogardus dalam Khairuddin (1997) tidak hanya menjangkau orang-orang yang menikah dan mempunyai ikatan darah. Seseorang
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut
Lebih terperinciPENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015
PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lebih terperinciBAB 2. Landasan Teori
BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep persahabatan secara umum Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada seorang teman atau sahabat, yang mana rasa perhatian yang khusus ini bisa
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk
Bab 5 Ringkasan Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan. Sedangkan Green (1972, hal.25), berpendapat bahwa bahasa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari analisa data yang diperoleh dari kuisoner yang diberikan kepada responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam mengungkapkan penolakan terhadap
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji
Lebih terperinciANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN
ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN 2012110154 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG
PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan
BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal
Lebih terperinciMETODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)
METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pengantar Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sifatnya produktif, menghasilkan, memberi, atau menyampaikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang maju dalam bidang ekonomi, industri,
Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang maju dalam bidang ekonomi, industri, teknologi, seni, dan budaya. Salah satu budaya Jepang yang terkenal di jaman modern ini adalah budaya pop Jepang.
Lebih terperinciSILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II
SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,
Lebih terperinci(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.
(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Lebih terperinciPENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.
PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.
Bab 2 Landasan Teori Pada bab 2 ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai pegangan dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. 2.1 Teori Pragmatik Asal-usul kata pragmatik
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul
KATA PENGANTAR Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam
Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo
Lebih terperinciBAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam
BAB 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam menganalisis penyakit hiperseksual yang diderita oleh tokoh Yuriko Hirata. 2.1. Teori Penokohan Menurut
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciBab 2. Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori
Lebih terperinciCARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK
CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA Aji Setyanto Universitas Brawijaya adjie_brawijaya@yahoo.co.jp ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa asing, goi (kosa kata), adalah
Lebih terperinciENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA
ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS
Lebih terperinciPARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:
PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah
Lebih terperinciKESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA
KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LAILA TURROHMAH
Lebih terperinciJEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI
PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi digunakan kata-kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan kata sambung (konjungsi)
Lebih terperinciMAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI
SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Kesusasteraan Menurut Takeo Kuwabara Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang, kesusasteraan memiliki teori yang didefinisikan seperti
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dari sebuah komunikasi
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pragmatik Ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dari sebuah komunikasi seperti apa yang ingin disampaikan oleh penutur (penulis) dan diterjemahkan oleh
Lebih terperinciMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG
MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang
Lebih terperinciPELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM
PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM 105110201111022 PROGRAM S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciDIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA
DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA 0911120097 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna
Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです
Lebih terperinciABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu
ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh
Lebih terperinci難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan Ulang)
別記第七十四号の二様式 ( 第五十五条関係 ) Formulir lampiran nomor 74-2 (Berhubungan dengan Pasal 55) インドネシア語 日本国政府法務省 Kementerian Kehakiman Jepang 難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif
ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan
Lebih terperinciPROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :
LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi
Lebih terperinciPEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI
PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI SKRIPSI Oleh : Marita Purnama Zandy NIM 0911120135 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,
Lebih terperinciBAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup
BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciEFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG
EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG Senandung Nacita, Melia Dewi Judiasri 1, Neneng Sutjiati 2 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa
Lebih terperinciANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA
ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia
Lebih terperincimembahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.
1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan
Lebih terperinciKEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI
KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG
Lebih terperinciKONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI
KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI OLEH ALLIN WEDARI 0911120005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Danwa ( 談話 ) Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse (wacana), teks atau bunshou (karangan). Danwa adalah ungkapan bahasa berupa suatu
Lebih terperinciUPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN
UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN 0911120059 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS
Lebih terperinciPRAANGGAPAN ANTARA PENUTUR DENGAN PETUTUR DALAM DRAMA: NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO SKRIPSI
PRAANGGAPAN ANTARA PENUTUR DENGAN PETUTUR DALAM DRAMA: NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO SKRIPSI OLEH: ETNY NOVITA SARI NIM 0811120026 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciGAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12
GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 SKRIPSI OLEH: AHMAD ALFIAN NIM 105110213111001 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 品詞 Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya: 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu kelas
Lebih terperinciPERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI
PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi pembelajar yang berasal dari negara yang tidak mempelajari kanji ( 非漢字圏 )seperti orang Indonesia, kanji merupakan salah satu huruf yang dirasa sulit, karena jumlahnya
Lebih terperinciANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*
ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak
Bab 2 Landasan Teori Dalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para
Lebih terperinciビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析
ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono
Lebih terperinci映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析
映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III
SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI
PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN
Lebih terperinci