Bab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori Dalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau membicarakan karya sastra pada umumnya (Nurgiyantoro, 2010, hal.23). Namun dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan unsur ekstrinsik saja. Menurut Nurgiyantoro (2010, hal.23), unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca karya sastra. Unsur tersebut meliputi peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan unsur penokohannya saja. Wellek & Warren dalam Nurgiyantoro (2010, hal 23-24) menjelaskan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, namun secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra, meskipun cukup mempengaruhi. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang akan turut mempengaruhi karya sastra yang dihasilkannya. Selain itu ada juga unsur psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun 7

2 penerapan prinsip psikologi dalam karya sastra. Dalam unsur ekstrinsik ini penulis menitikberatkan mengenai penerapan prinsip psikologi, khususnya psikologi sosial, dalam karya sastra saja. 2.1 Teori Psikologi Sosial Psikologi sosial adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia khususnya dalam lingkungan sosial, yang mempelajari perilaku individual, hubungan antar-pribadi, dan sikap beserta perubahannya (Ahmadi, 2007, hal.v). Namun dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tentang sikap serta perubahan sikap Sikap Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. (Ahmadi, 1991, hal.148) Allport dalam Hirobumi (2008) mendefinisikan sikap sebagai berikut: アメリカの社会心理学者オルポートは 態度とは 個人が物事や状況に反応したときに影響を及ぼすもので その個人の経験によって形作られた準備状態である と定義しています つまり態度とは 行動を起こす前の準備状態で その人特有のものだと言いたいわけです (hal.28) Terjemahan: Psikolog sosial Amerika Allport mendefinisikan sikap adalah kesiapan individu untuk bereaksi dalam pengaruh segala situasi berdasarkan pengalaman si individu. Singkatnya, sikap adalah kondisi kesiapan individu sebelum melakukan tindakan yang spesifik 8

3 Hal ini juga ditambahkan oleh Gerungan (2004) yang mengatakan: Pengertian attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada suatu hal, suatu objek. Tidak ada attitude tanpa ada objeknya. (hal ) Thursione dalam Gerungan (2004) juga berpendapat bahwa: Sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi disini meliputi: simbol, katakata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable. (hal.150) Selain definisi sikap yang sudah dijelaskan diatas, sikap juga memiliki aspek-aspek, yaitu: 1. Aspek Kognitif : yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan kepada informasi yang berhubungan dengan objek. 2. Aspek Afektif : berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kebencian, simpati, antipasti, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu. 3. Aspek Konatif (behavior) : berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat sesuatu kepada objek yang bersangkutan. (Ahmadi, 1991, hal. 149) 9

4 Attitude sendiri dapat dibedakan ke dalam attitude sosial dan attitude individual (Gerungan, 2004, hal.161), namun dalam penelitian ini penulis memfokuskan kepada attitude individual tokoh Uchiha Sasuke. Attitude individual dijelaskan oleh Gerungan (2004) sebagai berikut: Attitude invidual berbeda dengan attitude sosial, yaitu: 1. Attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja, misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu. 2. Attitude individual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. (hal.162) Selain itu, menurut Gerungan (2004) sikap/attitude juga memiliki ciri-ciri, yaitu: 1. Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk dan dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. 2. Attitude dapat berubah-ubah. 3. Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. 4. Objek attitude dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.(hal ) Sikap tidak bisa disebut sikap, apabila seseorang hanya memiliki pengetahuan mengenai suatu objek saja, tanpa adanya tindakan yang ditunjukkan kepada objek yang bersangkutan. Misalnya, kita tahu bahwa vitamin C baik untuk sistem kekebalan tubuh. 10

5 Mengetahui bahwa vitamin C itu baik untuk tubuh, hanya sampai kepada kognisi / pengetahuan saja. Namun apabila kita tahu mengenai hal itu, dan kita mengkonsumsi vitamin C, maka itulah yang disebut sikap. Dalam hal ini, kita memiliki sikap yang positif terhadap vitamin C. (Gerungan, 2004, hal 164) Selain itu, dibawah ini juga dijelaskan mengenai fungsi sikap menurut Ahmadi (1991, hal ) : 1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. 2. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur tingkah laku/behavior. 3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. 4. Sikap berfungsi sebagai alat pernyataan kepribadian Perubahan Sikap Dalam teori sebelumnya, Gerungan (2004, hal.166) mengatakan bahwa attitude dapat berubah-ubah. Beliau juga menambahkan bahwa pembentukan attitude baru/perubahan attitude, tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Melainkan senantiasa berlangsung dalam interaksi antar manusia dan berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi sosial di dalam maupun di luar kelompok, dapat mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru. Hal ini juga didukung oleh pendapat Ahmadi (1991, hal.156) yang mengatakan bahwa sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan. 11

6 Dalam proses perubahan sikap, ada dua faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu: 1. Faktor intern : yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Misalnya seperti kasus vitamin C yang sebelumnya. Seseorang telah mengetahui mengenai manfaat vitamin C untuk tubuh. Namun orang tersebut memiliki daya pilih dalam dirinya sendiri untuk mengambil sikap positif, dengan mengkonsumsi vitamin C, atau mengambil sikap sebaliknya. 2. Faktor ekstern : yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia, yang berupa interaksi sosial diluar kelompok. (Ahmadi, 1991, hal ) Menurut Gerungan (2004, hal.168), contoh dari faktor-faktor eksternal itu adalah: a. Adanya interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal-balik yang langsung antara manusia. b. Karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja Pendekatan Perubahan Sikap Berdasarkan Teori-Teori dari Mar at Selain teori-teori di atas, penulis juga menggunakan teori pendekatan perubahan sikap dari Mar at dalam Handayani (2007, hal.15-17). Berikut ini adalah penjelasan dari teori-teori Mar at : 1. Teori Stimulus-Respons dan Reinforcement (penguatan) Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui suatu analisa stimuli yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik yang didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai reaksi yang 12

7 terjadi. Proses dari perubahan sikap ini, serupa dengan proses belajar. Ada tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Dalam proses perubahan sikap ini, dapat dilihat bahwa perubahan sikap dapat terjadi apabila rangsang yang diberikan melebihi rangsang semula. Adapun faktor yang mendukung terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan hukuman, dimana individu mengasosiasikan tindakannya disertai dengan imbalan atau hukuman, stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan dalam sikap. 2. Teori Social-Judgement Pada dasarnya setiap stimulus memiliki nilai kuantitatif dan mempunyai dimensi tersendiri berdasarkan ketertarikan individu tersebut. Kesesuaian dari ketertarikan akan menentukan tingkatan kepuasan yang akhirnya menentukan suatu keputusan yang disebut social-judgement (pertimbangan sosial). Perubahan sikap juga disebabkan oleh komunikator. Peran dari komunikator adalah memindahkan ide, keinginannya, kepada pihak lain, dengan cara membujuk dimana dalam pendekatannya, komunikator memanfaatkan emosi dari individu. Dengan adanya kesesuaian keputusan antara komunikator dan individu, maka perubahan sikap dapat terjadi. 13

8 3. Teori Fungsional Dasar dari teori fungsional adalah bahwa perubahan sikap dari seseorang tergantung dari kebutuhan. Pendekatan dari teori ini bersifat phenomenologist, yang berarti bahwa stimulus yang diberikan dapat dimengerti sesuai konteks kebutuhan individu. Teori fungsi ini beranggapan bahwa sikap memiliki suatu fungsi untuk menghadapi dunia luar agar individu senantiasa menyesuaikan dengan lingkungan menurut kebutuhannya. Sehingga terus menerus terlihat perubahan sikap dan tingkah laku. Dalam perubahan sikap, ada tiga proses asas yang terlibat, yaitu: a. kepatuhan, b. identifikasi, c. pembatinan. Dalam banyak perubahan sikap, proses pembatinan merupakan kaedah yang dapat mengubah tingkah laku. Semua teori membahas bahwa lingkungan sosial yang menentukan sikap tersebut. Dalam hal ini, perhatian khususnya diarahkan kepada komunikasi sebagai determinan dari perubahan sikap. Dalam pengertian ini telah menjadi konsep tradisional dari pada pembahasan sikap dimana masalah komunikasi dan interaksi sosial merupakan faktor penentu dari pada perubahan sikap. Perubahan sikap merupakan hasil dari komunikasi sosial yang sebenarnya merupakan proses dari informasi. Di dalam komunikasi sosial yang merupakan sumber dari pesan tersebut adalah manusia. Sedangkan berita yang akan disampaikan merupakan satu materi yang dinyatakan. Efek daripada berita tersebut terlihat dari 14

9 komponen-komponen sikap yang mengalami perubahan. Dengan sendirinya perlu diteliti apakah berita yang disampaikan itu bersifat emosional atau rasional yang akhirnya menentukan penerima berita tersebut Pandangan Terhadap Perubahan Sikap Menurut Carl Hovland dan Irving Janis dalam Handayani (2007, hal.17-18), menjelaskan bahwa mereka menciptakan model perubahan sikap yang sangat berguna. Pada awalnya dengan adanya suatu stimulus yang disebut Hovland sebagai observable persuasion. Dalam hal ini, harus ada seorang komunikator yang memiliki posisi khusus dalam masalah-masalah tertentu dan mencoba untuk meyakinkan dan membujuk orang lain untuk mengubah pendapatnya sesuai dengan pendapat komunikator, dan beranggapan bahwa komunikator tersebut memiliki pendapat yang benar. Dalam perubahan sikap, individu dengan keadaan yang mereka miliki dihadapkan pada keadaan yang berbeda. Dengan adanya ketidaksesuaian antara sikap individu dengan sikap yang dicerminkan oleh komunikator dalam komunikasinya menyebabkan terjadinya stres. Stres ini disebut sebagai konflik yang tidak seimbang, dimana ketidaksesuaian merupakan sumber dari timbulnya stres. Komunikator pada umumnya menguasai topik daripada penerima berita. Sehingga sulit menolaknya hanya berdasarkan hal-hal yang logis. 2.2 Teori Psikologi Remaja 15

10 Sarwono (2011, hal.81) mendefinisikan bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa, berkisar antara usia tahun, dimana terdapat ciri-ciri psikologis tertentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologis itu menurut Allport dalam Sarwono (2011, hal.81-82) adalah sebagai berikut: 1. Adanya pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai dengan kemampuan seorang untuk menganggap orang/hal lain sebagai bagian dari dirinya juga, atau kemampuan untuk mengasihi orang lain. 2. Adanya kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self objectivation), yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight). 3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Individu tersebut tahu kedudukannya dalam masyarakat, ia paham bagaimana seharusnya ia bertingkah laku dalam kedudukan tersebut, dan ia berusaha mencari jalannya sendiri menuju sasaran yang ia tetapkan sendiri. Orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan pendapat-pendapat serta sikap-sikapnya cukup jelas dan tegas. 2.3 Teori Penokohan Dalam pembicaraaan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh atau penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, atau si pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2010, hal ). Nurgiyantoro (2010) juga menambahkan : Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. 16

11 Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak(-watak) tertentu dalam sebuah cerita. (hal.165) Jones dalam Nurgiyantoro (2010) mengatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (hal.165). Abrams dalam Nurgiyantoro (2010, hal.165) juga menambahkan: tokoh cerita (character) adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan Pembedaan Tokoh Berikut ini adalah pembedaan tokoh menurut Nurgiyantoro (2010, hal ): a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam suatu karya sastra sedangkan tokoh tambahan tidak. Tokoh utama dalam suatu karya sastra tidak selalu satu orang saja, bisa lebih, namun kadar ke-utamaannya berbeda. Pembedaann antara tokoh utama dengan tokoh tambahan tidak dapat dilakukan secara eksak, namun pembedaan itu lebih bersifat gradasi. Kadar keutamaan tokoh-tokoh itu bertingkat: tokoh utama (yang) utama, utama tambahan, tokoh tambahan utama, tokoh tambahan (yang memang) tambahan. b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang populer disebut hero. Tokoh ini menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapanharapan kita sebagai pembaca. Sebuah fiksi harus mengandung konflik, 17

12 ketegangan, khususnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Mengenai hal ini, Ishihara (2009, hal.42) berpendapat: ヒーロー なんともいえずカッコいい響きを持つ言葉だ もともとは英雄という意味なのだが 小説や戯曲 シナリオのことも 男性 ヒーロー 女性は ヒロイン といったりする もちろん 近代の小説にでてくる 中心人物 は すべてが 英雄 のように派手な行動をするわけではない むしろそれとはまったく逆の タイプ が多い Terjemahan: Hero bagaimanapun tidak bisa dikatakan berpenampilan menarik kecuali mempunyai perkataan yang bergaung dengan baik. Pada awalnya artinya adalah eiyuu (hero), tetapi dalam novel dan drama juga berarti pemeran utama dalam scenario. Bila lelaki disebut hero, bila perempuan disebut heroine. Tentunya bukan karena itu dalam novel sekarang ini yang dimunculkan sebagai pemeran utama semuanya seperti eiyuu (hero) yang berperilaku hebat. Agaknya hal itu bahkan (type) yang sebaliknya banyak. c. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja, yang sifatnya datar, monoton, dan tidak memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sebagai seorang tokoh manusia, tidak diungkapkan mengenai berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan kehidupannya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat menampilkan 18

13 watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010, hal.183) juga menyatakan bahwa dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan. d. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Altenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro (2010, hal.188) menjelaskan bahwa tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita. Sebaliknya, tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain, yang kesemuanya itu akan memperngaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Tokoh berkembang cenderung menjadi tokoh kompleks, hal ini dikarenakan adanya berbagai perubahan dan perkembangan sikap, watak, dan tingkah lakunya, yang mungkin mengungkapkan berbagai sisi kejiwaan / psikologis nya. e. Tokoh Tipikal dan Netral Alterbernd & Lewis dalam Nurgiantoro (2010, hal 190) Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang 19

14 lain yang lebih bersifat mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupaka tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. Ia hadir (atau dihadirkan) semata-mata demi cerita, atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan Teknik Pelukisan Tokoh Nurgiyantoro (2010, hal.194) mengatakan bahwa teknik pelukisan tokoh bertujuan untuk melukiskan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh. Di dalam melukiskan tokoh, ada dua teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik ekspositori (penjelasan), dan teknik dramatik. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan teknik dramatik saja Teknik Pelukisan Tokoh Secara Dramatik Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik dilakukan dengan cara tidak langsung, yang berarti pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata-kata, maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2010, hal.198). Dalam melukiskan tokoh secara dramatik, ada delapan teknik yang bisa digunakan yaitu, teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik 20

15 reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, teknik pelukisan fisik. Namun penulis hanya menggunakan empat teknik saja, yaitu: 1. Teknik Cakapan Percakapan yang dilakukan oleh para tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan secara verbal. 2. Teknik Tingkah Laku Teknik tingkah laku mengarah pada tindakan yang dilakukan tokoh yang bersifat nonverbal atau fisik. Apa yang dilakukan tokoh dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dapat dipandang sebagai penunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan kedirian tokoh tersebut. 3. Teknik Pikiran dan Perasaan Pola pikir dan perasaan tokoh, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaannya, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya pula. Bahkan pada hakikatnya, tingkah laku pikiran dan perasaanlah yang kemudian disalurkan menjadi tingkah laku verbal dan nonverbal itu. 4. Teknik Reaksi Tokoh Lain Reaksi tokoh-tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. Pendek kata, penilaian kedirian tokoh (utama) cerita oleh tokoh-tokoh cerita yang lain dalam sebuah karya. Reaksi tokoh juga merupakan teknik penokohan untuk menginformasikan kedirian tokoh kepada pembaca. 21

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam BAB 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam menganalisis penyakit hiperseksual yang diderita oleh tokoh Yuriko Hirata. 2.1. Teori Penokohan Menurut

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori. Dalam kesastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra

Bab 2 Landasan Teori. Dalam kesastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Fiksi Dalam kesastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Untuk mempertegas keberadaan genre prosa, ia sering

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan:

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. berupa manusia. Tokoh cerita dapat berupa hewan dan tumbuhan yang

Bab 2. Landasan Teori. berupa manusia. Tokoh cerita dapat berupa hewan dan tumbuhan yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Tokoh dan Penokohan Tidak ada cerita yang tidak memiliki tokoh, sekalipun tokoh tersebut tidak berupa manusia. Tokoh cerita dapat berupa hewan dan tumbuhan yang dipersonalisasikan.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian cerita Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei, penulis

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian cerita Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei, penulis Bab 2 Landasan Teori Dalam penelitian cerita Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei, penulis melakukan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan ekstrinsik adalah pendekatan yang mempengaruhi ciptasastra

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,

Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang, Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Kesusasteraan Menurut Takeo Kuwabara Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang, kesusasteraan memiliki teori yang didefinisikan seperti

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari* ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Ishihara (2009:42) membahas tentang penokohan yaitu sebagai berikut

Bab 2. Landasan Teori. Ishihara (2009:42) membahas tentang penokohan yaitu sebagai berikut Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Ishihara (2009:42) membahas tentang penokohan yaitu sebagai berikut [ ヒーロー ] なんともいえずカッコいい響きを持つ言葉だ もともと 英雄 といういみなのだが 小説や戯曲 シナリオ 中心人物 のことも 男性は [ ヒーロー ] 女性ハ ヒロイン と言ったりする

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian yang akan saya lakukan merupakan bidang sastra yang mencakup banyak hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam penelitian ini, saya

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karya fiksi tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. karya fiksi tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fiksi Novel dan cerpen merupakan sebuah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti alur, tokoh dan penokohan dan sebagainya. Kebenaran dalam karya fiksi

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah hikikomori ditemukan oleh seorang psikolog Jepang yang bernama Saito

Bab 2. Landasan Teori. Istilah hikikomori ditemukan oleh seorang psikolog Jepang yang bernama Saito Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Hikikomori Istilah hikikomori ditemukan oleh seorang psikolog Jepang yang bernama Saito Tamaki ( Janti, 2006:189). Saito dalam Janti (2006: 189) menjelaskan bahwa gejala

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Wellek & Warren (1989: ) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi

Bab 2. Landasan Teori. Wellek & Warren (1989: ) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Fiksi Wellek & Warren (1989: 278-279) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan, namun tidak selalu

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro

Bab 2. Landasan Teori. ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori penokohan Tokoh dan penokohan merupakan unsur terpenting dalam fiksi. Mengenai penokohan Jones dalam Nurgiyantoro (2002: 165) mengemukakan, penokohan adalah pelukisan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE OLEH NINA JULIANA HELMI 0701705035 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2011

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, yaitu adverbia atau yang disebut dengan kata keterangan. Menurut Dr. Gorys Keraf (1984;71-72),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan

Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Menurut Nurgiyantoro. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI OLEH ALLIN WEDARI 0911120005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia adalah bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang itu sendiri terdapat berbagai macam struktur

Lebih terperinci

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA Skripsi ini membahas masalah psikologis dari tokoh Nakahara Sunako. Tujuan penulisan skripsi

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016 LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI Skripsi Sarjana yang berjudul : A N A L I S I S K O N S E P E M O S I P A D A T O K O H H A K I M D E C I M D A L A M F I L M ANIMASI DEATH PARADE Telah diuji dan diterima

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk Bab 5 Ringkasan Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan. Sedangkan Green (1972, hal.25), berpendapat bahwa bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa latin, yakni littera yang berarti tulisan, dimana istilah sastra ini dapat dipakai untuk menunjukkan gejala budaya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN KARYA BANANA YOSHIMOTO DENGAN MENGGUNAKAN TEORI JUNG TIPE INTROVERT DARI CARL GUSTAV JUNG Disusun Oleh : MILATI DEFITA RETNO PRATIWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicara. Kata-kata tersebut terkadang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicara. Kata-kata tersebut terkadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi sangat penting untuk menjalin hidup dan hubungan antarmanusia. Bahasa

Lebih terperinci

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi tercipta dari bahasa. Untuk menyampaikan informasi tentu kita akan berkomunikasi, untuk dapat melakukan itu Tuhan menganugrahkan bahasa yang dapat kita

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN 0911120059 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. Bab 2 Landasan Teori Pada bab 2 ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai pegangan dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. 2.1 Teori Pragmatik Asal-usul kata pragmatik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI OLEH HARINA TITISANTI 0911120117 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi sosial, penting bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya tanpa ada basabasi merupakan

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI SKRIPSI OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI PUTU LINDA TRISNAYANTI PUTRAWAN 1001705010 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI YULIS KARTIKA DEWI 2012110055 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK, JENIS, FUNGSI GRAMATIKAL, DAN MAKNA ONOMATOPE DALAM NOVEL KITCHIN KARYA BANANA YOSHIMOTO

ANALISIS BENTUK, JENIS, FUNGSI GRAMATIKAL, DAN MAKNA ONOMATOPE DALAM NOVEL KITCHIN KARYA BANANA YOSHIMOTO SKRIPSI ANALISIS BENTUK, JENIS, FUNGSI GRAMATIKAL, DAN MAKNA ONOMATOPE DALAM NOVEL KITCHIN KARYA BANANA YOSHIMOTO GUSTI AYU RATMI DEWI 0801705024 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM 0811120020 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata ini dan itu. Dalam bahasa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik yang berkembang di Indonesia. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang memiliki makna dengan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci